Yakuza's love story[BTS V ff] Ini kisahku, tentang diriku seorang putri angkat ketua kelompok yakuza terkuat di jepang. Tentang ku yg tak memiliki keinginan untuk bertahan hidup atau pun mati selayaknya yakuza. Tentang rasa sakit ku,tangisku yg terbuang sia-sia karena penyesalan dan kebencian yg selalu menghantuiku. Penyesalan karena tak mampu menyelamatkan nyawa kedua orangtuaku,kebencian yg amat sangat kepada pembunuh orangtuaku yg tak lain adalah seseorang yg telah ku anggap kakak. Ini aku yg harus berkutat dengan misi Yang sering membuatku hampir kehilangan nyawa. Aku bahkan tak peduli jika aku harus mati,karena aku tak memiliki tujuan hidup. Entah aku tak tahu ini bermula, keinginan untuk hidup tiba-tiba muncul di benak ku. Mungkin ini karena rasa ingin melindungi seseorang. Siapa yang ingin ku lindungi? Dia? Tidak mungkin. Dia hanyalah makhluk idol spesies alien yang sangat aneh,aku tak peduli. Memang,siapa yang peduli padanya?
Part 1: Aku Mungkin kebanyakan orang sangat menyukai musim panas. Aku berbeda. Musim panas berarti misi besar, dan aku tak menyukainya. Misi besar berarti teamwork. Aku sangat membenci itu. Aku bisa menyelesaikan misi sendiri,kenapa harus repot-repot menugaskan dua orang menemaniku?? Aku juga tidak terlalu menyukai pimpinan kami-dia tidak pernah menyebut namanya-. Dia dengan sesuka hati memilihkanku partner. Dengan entengnya memberiku misi berat dan sering telat menggaji ku. Tapi dia sudah menjadi ayah bagiku. Dia yang pertama kali menemukanku. Apapun yang dia ketahui dia ajarkan padaku. Dia juga menyekolahkan ku. Aku memanggilnya ayah. Hari ini hari terakhir ujian,selalu ada rapat besar di rumah. Aku menghela napas sembari memperhatikan wajah ceria teman-temanku. Mereka pasti telah memiliki rencana liburan masing-masing. "Musim panas ini ada rencana?" Ku palingkan wajahku ke sumber suara. Itu Takuya, teman sebelah bangku. "Entah, aku tak yakin." jawab ku. "Bagaimana kalau akhir pekan ini kita ke pantai?" Tawarnya. Aku memicingkan mata,aku curiga. "Ah...aku....aku bermaksud baik. Himawari, Seito dan Yumi juga ikut." Dia melipat tangannya dan sedikit mencondongkan tubuhnya. "Bagaimana? Mau ikut?" "Baik, akan kupikirkan." Ucap ku asal. Padahal aku tahu aku tak akan ikut. "Kalau begitu kita tukar nomer,yukk." Takuya mengeluarkan hpnya. Namun tiba-tiba, "Kazumi-sama!!! Kazumi-sama!!! Kazumi-sama!!!!" Suara yang sangat aku kenal-itu suara asisten ayah, pak Tokio- dia pasti mencariku. Aku melangkah keluar kelas. Aku terkejut ketika semua anak perempuan berteriak histeris. Dan benar tebakanku, mereka ketakutan melihat penampilan sangar pak Tokio. Dia benar-benar Yakuza yang menakutkan, namun sebenarnya dia sangat lembut.
Ketika dia sudah berada di depanku, semua semakin terkejut ketika dia membungkukkan badannya padaku. Aku tahu mereka pasti terkejut bila tahu faktanya-bahwa aku seorang anak angkat ketua Yakuza-. "Ada apa?" Tanyaku tanpa memperdulikan yang lain. "Ketua memindahkan sekolah Anda ke Korea!!!!" Jawab pak Tokio. "Apa???" Ayah tak mungkin setega itu padaku. Padahal misi-misi sebelumnya tidak pernah melibatkan sekolahku. Ada apa ini??? ---[ dua minggu kemudian]--"Hahaha...terima kasih telah mengajari gadis bodoh ini...aku tak menyangka dia akan menguasai Bahasa korea selama dua minggu." Tawa ayah membuatku jengkel. Dia tidak tahu betapa melaratnya aku selama dua minggu. Tak boleh mengatakan sepata kata pun selain bahasa korea,setiap hari harus menonton acara-acara aneh korea,mendengar lagu-lagu korea dan yang paling tidak penting adalah menghafal entertainer korea. "Ah, itu bukan masalah besar. Lagipula Kazumi-sama sangat tekun belajar. Pantas dia selalu peringkat pertama di sekolah." Jawab bu Yamada,mantan anak buah ayah yang pernah tinggal di korea 6 tahun. "Apa???? Peringkat pertama??? Itu tidak mungkin,,, gadis bodoh ini ta..." "Tiap semester aku memberitahumu,tapi kau selalu sibuk dan Pak Tokio lah yang menandatangani rapor ku." Sahutku. "Hehehe....ya,ya,ya,aku sangatlah sibuk ,kau tahu sendiri. Baik,baik...akan ku suruh Tokio mengantarmu." Ayah merapikan sedikit pakaiannya. "Tokio!!! Cepat kemari!!! Antar Bu Yamada pulang!!!" "Baik tuan!!!" Pak Tokio meluncur ke garasi secepat angin. Aku tak pernah melihat asisten pribadi seaktif itu. Hanya ayah yang memilikinya. ---[malam hari,di kamar]--Malam ini entah mengapa aku sangat ingin melihat kembali mv-mv korea yang sering bu Yamada putarkan padaku. Kebanyakan mv dari boyband kesukaan anak gadisnya yang seusia denganku,-kalau tidak salah begitu tulisannya-bacanya Bangtan Sonyeondan. Pokoknya begitu. Kata bu Yamada boyband ini juga debut di Jepang dengan album Wake Up pada tahun 2014 lalu. Tahun 2015 mereka juga mengeluarkan album-yang entah apa namanya,aku lupa-yang terbagi dua bagian. Aku mulai memutar mv-mv nya. Hip hop,mungkin cocok denganku. Hampir 4 mv telah kutonton. Dan ketika kumenonton mv yang berjudul I Need You, ada adegan yang berulang kali ku putar. Saat seorang lakilaki memukul dan menusuk seseorang. Mataku tak lepas dari laki-laki itu. Entah,ada sesuatu yang mengganjal.
Part 2: Reito Puluhan pohon sakura yang tumbuh dengan indahnya di taman rumahku seakan tahu tentang perasaanku saat
ini. Dahan-dahan kecil sakura bergoyang terkena angin memberi keindahan taman itu dengan tarian-tarian kecil bunga-bunga sakura di udara. Sangat indah, tapi tak seindah hariku. Sakura-sakura itu seakan menghiburku. Ku angkat kepalaku dan membiarkan beberapa sakura mengenai wajahku. Arigatou. Aku yakin tadi bukan salah dengar. Ayah dengan tegas mengatakan kepada pak Tokio agar memastikan aku mau melakukan tugas ini. Sejak awal aku tak masalah dengan tugas yang diberikan ayah,tak ada yang berbeda dari misi-misi sebelumnya. Namun, tiga hari lalu,dia datang dengan senang hati menawarkan diri sebagai partner ku dalam misi ini. Si iblis terkutuk itu kembali. Iblis yang tiga tahun lalu merenggut nyawa orangtuaku setelah bertahun-tahun mencari mereka. Kurasa aku tak butuh hidup lagi,tapi bunuh diri tindakan yang paling memalukan. Menghilangkan nyawa hanya karena masalah-masalah kecil. Aku bukanlah orang yang suka melarikan diri dari masalah. Aku bukan pengecut. Terdengar suara mengerikan diluar sana,suara jerit tangis membuatku berpikir sedikit ganjil disini. Aku tak tahu apa yang aku jumpai di ujung koridor sana. Semuanya terasa mengerikan. Sama saja. Lorong yang terlalu gelap untuk tempat umum seperti ini membuatku selalu berpikir macam -macam. Kengerian suara itu semakin mencekam ku setiap ku melewati satu persatu pintu kamar rumah sakit ini,lebih tepatnya rumah sakit jiwa ini. Setiap kamar,setiap pasien menangis,berteriak, tertawa tak keruan seperti kesetanan. Itu wajar,mereka gila. Langkah kaki ku terasa berat melihat dua sosok terkulai disana. Dua sosok yang tak asing lagi bagiku. Dua sosok yang selama ini ku cari. Aku masih menggunakan akal sehat ku dan mencari-cari seseorang dibalik semua ini. Ya,di ujung koridor ini hanya jalan buntu. Suara jerit tangis tadi tiba-tiba berhenti, menjadikan suasana lebih mencekam beberapa puluh detik lalu. Bau anyir darah menguasai atmosfer ruangan. Suara cekikikan terdengar dari belakang telingaku,suara tak asing bagiku. "Ada apa kemari? Kau merindukanku?" Tanya suara itu. Tanganku mengepal,aku berbalik,memukul tepat di perutnya. Aku masih mengontrol emosi ku. Masih. "Kau tahu,aku masih belum membunuhmu. APA YANG KAU LAKUKAN,BODOH!!! KAU MEMBUNUH ORANG TUAKU!!!" Tanganku mencengkram kera kemajanya yang kotor oleh darah. Aku tak peduli lagi,dia bukan kakak lagi bagiku. "Turunkan tanganmu....aku sulit bernapas," Ku lepaskan tanganku. Aku menatap tajam wajahnya yang tak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. "Mereka," Dia menunjuk dua sosok,argh lebih tepatnya kedua mayat orang tuaku. " Akan menghambat misi kita," Dia melipat kedua tangannya,memasang wajah tak bersalah. "BODOH!! PERSETAN DENGAN MISI!! Kau tahu, mereka ORANG TUAKU!!! ORANG TUAKU!!!" Aku mengontrol napas ku yang memburu. "Aku, selama beberapa tahun mencari mereka dan sekarang KAU MEMBUNUH MEREKA!!" "Mereka mengganggu. Lagipula...apa yang kau harapkan dari orang gila?" Reito menjilati darah yang melumuri tangannya,menjijikkan. "KAU!!!" Dengan mudahnya dia menangkap tanganku.
"Kau itu perempuan,tak baik bila melawan laki-laki," Dia menarik ku,wajah kami hanya berjarak 5 cm. Bau anyir darah menembus hidung ku. "Aku baru sadar kau begitu menggoda," Reito mencoba mencium ku. "Brengsek!!" Ku dorong tubuhnya dengan keras. "Aku tak akan memaafkan mu," Aku begitu lemah,aku menangis tanpa ku sadari. "AKU TAKKAN MEMAAFKANMU!!!" "Kazumi-sama!! Kazumi-sama!!" Suara salah seorang pelayan wanita bagian dapur memanggilku. Aku tak mengenal semua, terlalu banyak pelayan disini. Aku menatapnya sekilas,aku ingin pergi melaksanakan misi tanpa menghadap ayah. Apalagi di ruang tamu ada...ah,yasudahlah. Aku berdiri berjalan melewati pelayan itu. "Ano..Kazumi-sama..," "Hai,hai,Wakatta yo..wakatta," Aku melambaikan tangan ku,mungkin dia sudah tahu maksudku. Langit merah,sakura bertebaran, arigatou. Setidaknya aku merasa lebih baik,meski aku mencoba memendam amarah ku. Bukankah hatiku telah mati tiga tahun lalu?
Part 3: Bertemu(?) "Kazumi-chan!!! Aku senang....senang banget!!" Himawari, teman sebangku ku tiba-tiba menelponku malam-malam. Aku tak tahu apa yang membuatnya begini,karena aku tak pernah peduli. "Doushite?" Aku sebenarnya malas menanggapinya. Dia itu sedikit,ya..bodoh. Malam ini aku tak bisa tidur memikirkan keputusanku tadi sore. Kalau dipikir-pikir aku benar-benar bodoh menyetujui keputusan ayah. Aku dan Reito 4 hari lagi berangkat ke Korea. Itu adalah keputusanku yang paling bodoh dalam hidupku. Sangat bodoh. "Aku,,baru saja datang dari konser BTS!!" Himawari berteriak dalam telepon. Ku jauhkan sedikit handphoneku. Itu menyakitkan,tapi aku terbiasa. Setiap kali dia menceritakan boyband korea favoritnya,BTS, telingaku sakit. Dia berteriak seperti kesetanan. "Lalu?" "Hei,hei,hei..kau tak mengerti arti 'kebahagiaan' ya?? Aku..." "Benar, aku tak mengerti. Aku tak pernah mengalaminya," Jujur,aku benar-benar tidak pernah merasakannya. "Hei,kau menakutkan,Kazumi-chan. Bukan begitu maksudku," "Lalu?" Aku meminum sebotol air mineral di depanku. Malam ini dingin,sangat dingin walau aku sudah menyalakan pemanas ruangan. "Aku...aku dapat tanda tangan V!! Dia benar-benar mempesona!!" "Omedetou,ne. Omedetou. Selamat berbahagia. Sampai jumpa semester depan," Aku menutup telepon. Itu benar-benar tidak penting. Apa untungnya? Hanya demi sebuah tanda tangan dan jabat tangan dia mau membeli tiket yang harganya sama dengan uang jajan ku selama tiga bulan.
Aku menatap layar handphoneku,seekor kucing kecil berjalan sendirian di tengah gelap malam. Dia sendirian,dia ketakutan. Sama sepertiku yang hidup sendiri tanpa tujuan dan arah. Ku baringkan tubuhku diatas kasur. Lelah,memang lelah hidup seperti itu. Tak ada kebahagiaan,dan kekhawatiran. Aku bahkan tidak peduli aku kehilangan segalanya,lagipula aku memang benar-benar kehilangan,bukan? Aku hanya menunggu tuhan mengambil nyawa ini. Dan aku telah kehilangan hatiku dan air mataku tiga tahun lalu. Selama ini aku tidak pernah menangis atau menangisi sesuatu. Mereka bukan siapasiapaku,lagipula mereka tidak bisa mengembalikan orangtuaku. Ku ambil kembali handphoneku dan mengirimkan pesan untuk Himawari. To: Himawari Temani aku besok ke departemen store. Aku butuh beberapa pakaian. Sebenarnya aku tak pernah belanja sebelumnya,namun demi misi,apapun akan aku lakukan. Hanya itu yang bisa ku lakukan di hidupku. Untuk apa hidup jika tidak melakukan apapun? ---[departemen store]--Himawari terus memperhatikan aku sejak aku menjemputnya. Aku tahu dia heran denganku. Aku tak pernah belanja baju perempuan sebelumnya atau membahas sesuatu yang berbau perempuan. Biarlah,kalau ku ceritakan semuanya pasti dia sudah kabur melapor ke Interpol Jepang. Aku keluar kamar ganti dengan mengenakan dress pink selutut. Aku hendak menunjukkannya pada Himawari. "Himawari,doushite?" Aku terkejut saat mendapati seorang laki-laki duduk di tempat duduk yang tadi diduduki Himawari. Aku seperti mengenalnya. Dia mengenakan topi hitam dan masker yang ia turunkan sampai ke dagu. Dia menatapku. "Sumimasen," Aku membungkukkan badanku. "Aku kira temanku," Lanjut ku. "Aish, aku lelah. Tak adakah orang yang tidak mengejarku hari ini?" Gumamnya dalam bahasa Korea. Hei,Korea? Jadi dia orang Korea. "Jogieyo, mian, aku tak bermaksud mengejar mu karena aku tak mengenalmu," Kata ku saat dia memakai kembali maskernya. "Ne? Kau bisa bahasa Korea? Lalu, bagaimana bisa kau tak mengenal ku?" Dia menatapku aneh. Aku melipat tanganku dan melangkah mendekati nya. Dia menunjukkan gerakan-gerakan imut yang-aneh. Menjijikkan. Aku mendengus. "Memangnya, seluruh Korea mengenalmu?" "Ya...tidak hanya Korea,seluruh dunia mengenalku!! Kau saja yang kudet," Baik,baik takkan ku teruskan. Mungkin dia benar. Siapapun dia,aktor korea terbaik atau idol korea ter-imut pun aku tak tahu. Aku tak menyangkal nya,toh memang benar aku tak tahu tentang dunia, atau apapun selain diriku. "Terserah,aku mau mencari temanku," Aku melangkah meninggalkannya. "Agassi, neomu yeppeunda," bisiknya saat berjalan melewati ku. Aku terdiam melihatnya berlari kecil meninggalkanku. Dasar orang Korea mesum. Baru bertemu bilang cantik. Itu aneh. Aku memandangi diriku
di cermin yang berada di depanku. Cantik?bodoh! Mengapa aku memikirkannya. "Kazumi-chan!! Kazumi,Kazumi...," Himawari berlari mendekatiku. Entah dia dari mana. Napas nya tak beraturan. "Darimana saja kau??" Tanya ku saat dia berada di sampingku. "Aku tadi melihat V,Taehyung. Biasku... Dia memakai topi...topi hitam,masker hitam dan kemeja kotakkotak hijau...terus...terus... Spontan aku mengejarnya," katanya sambil terengah-engah. Topi hitam?masker hitam?kemeja kotak-kotak hijau? Hei, bukankah tadi... "Kazumi-chan? Kazumi-chan?? Daijobou?" Tanya Himawari saat aku tak meresponnya. Pantas saja aku pernah melihatnya. Dia yang menusuk seseorang di I NEED U. Dia..pantas saja dia heran padaku. Argh!! Bodoh nya kau Kazumi!! ========= "Kookie ya~ kookie ya~," terdengar suara aneh dari belakang kursi yang Jungkook duduki. Suara itu,suara yang sangat ia kenali, hyung aliennya. "Wae?" Sahut Jungkook malas tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya. Kini Taehyung berdiri didepan Jungkook sambil senyum-senyum. Taehyung mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Jungkook. "Kau menemukan alien??? Ya..hyung,,yang aku tahu kaulah satu-satunya alien yang dikirim tuhan ke bumi," ucap Jungkook diikuti tawanya. "Ya! Jinjjayo,,jinjja. Aku serius!" "Aku juga serius,hyung!" "Baik,terserah kau saja," Taehyung meninggalkan Jungkook dengan senyum yang masih tergantung di bibirnya. "Apa yang dia makan tadi?" Gumam Jungkook saat Taehyung benar-benar meninggalkannya sendiri.
Part 4: Langit tak berawan Aku membencinya bukan berarti aku takkan berbicara dengannya. Baru beberapa jam lalu kami-aku dan Reito- datang di apartemen baru kami. Tak ada percakapan yang berarti antara kami meski dia mencoba melucu di perjalanan menuju apartemen,sementara aku hanya tidur dalam penerbangan kami. Dan setelah tiba kami berpisah, sibuk dengan barang kami di kamar masing-masing. Aku menghembuskan napas lega setelah kamarku benar-benar rapi. Ku lirik jam yang menempel di dinding. Jam 7, waktunya makan malam. "Meido oba-san(bibi pembantu),aku lapar," aku keluar kamar berjalan menuju dapur. "Hei,hei,hei..kau kira aku bibi-bibi? Kau lapar?" Aku sedikit terkejut ketika mendapati Reito berada di dapur. Bodoh! Aku baru menyadari ini bukan Jepang. "Ah, silakan duduk, Kazumi-sama," Reito menarik salah satu kursi meja makan. Aku tertegun menatap meja makan,dia memang suami idaman-paling tidak itu dulu
sebelum dia membunuh orangtuaku. "Kau masak sebanyak ini?" Aku mengambil sumpit. Dia duduk di depanku. "Itadakimasu(met ma'em)" ucap ku dan diikuti olehnya. Ini benar-benar enak. Sesekali aku melirik laki-laki yang lebih tua 4 tahun dariku. "Hei,hei..aku takkan memasukkan sianida di dalamnya," ujarnya lalu menunjukkan barisan gigi putihnya. Aku kembali menyantap semangkuk sup kuah sapi ku. "Aku penasaran,bagaimana kau menemukan orangtuaku. Ah,seharusnya aku bertanya bagaimana kau membunuh orangtuaku. Sianida?" ---[esok harinya]--Butuh waktu lama untuk menghapus luka,aku bahkan tak berniat melakukannya. Hanya ada dua pilihan, balas dendam atau memaafkannya. Aku belum memilihnya,itu sulit. Meski aku tahu seharusnya aku membunuhnya tiga tahun lalu. Teringat wajahnya yang tersenyum kemarin saat menceritakan alasannya membunuh orangtua ku,membuatku tak sudi menyapanya tadi. Aku membenamkan wajahku di antara kakiku,aku meringkuk di atas bangku taman. Aku sedang berada di pinggiran sungai Han. "Ah,bukankah kau memang tak membutuhkan mereka? Mereka hanya hama pengganggu bagimu,aku hanya membantu memusnakannya. Kenapa kau marah?" Dia tersenyum padaku. "Bajingan kau!" Aku sedikit menggerang,ku cengkram ujung bajuku, menahan emosiku. "Karena kau pasti akan sibuk dengan mereka,aku pikir itu akan mempersulit misi kita. Jadi,aku membasmi mereka," Dia meminum segelas air putih lalu tertawa kecil setelahnya. "Ah,betul..mereka sangat lucu mempercayaiku yang mengatakan bahwa aku akan membawa mereka ke rumahmu. Lucu bukan? Mereka percaya pada bajingan ini..hahaha...ups aku lupa,mereka kan gila. Mereka tak bisa berpikir dengan baik, karena mereka gila!" "KAU!!" Aku berdiri mencengkram kerah bajunya. "Kenapa? Mau membunuhku? Silahkan!!" Tanpa terasa air mataku mengalir, bagaimana pun juga aku ini perempuan. Aku bahkan bisa mendengar isakan tangisku. Biarlah, untuk hari ini saja aku ingin menangis. "Menangis lah, bahkan langit pun tahu rasa sakit mu itu," Terdengar suara berat laki-laki di sampingku. Aku sedikit mengangkat kepalaku. Laki-laki itu tersenyum padaku, dia duduk di samping kananku. Ku paling kan wajahku. "Mengapa langit begitu menyedihkan pagi ini? Lihat lah tak ada satu pun awan yang lewat," ucap nya yang membuatku mengangkat kepalaku memperhatikan langit yang sama. Benar,begitu menyedihkan. "Benar, menyedihkan seperti ku," kataku lirih dan kembali menggelamkan wajahku. "Yaa!! Lalu kalau begitu kau menyerah,hah?" Dia menarik tanganku yang memeluk erat lutut ku,membuatku hampir terjatuh. Ku lepas paksa genggamannya saat aku bisa menyeimbangkan tubuh ku. "Apa yang sedang kau lakukan?!?" "Aku...aku hanya tak ingin melihatmu hidup seperti itu,tanpa arah. Kita hidup memiliki alasan dan tujuan tersendiri. Aku,kau, kita sama. Jangan pernah Tangisi masa lalu, cari lah tujuanmu. Hidup lah layaknya
manusia!!" Dia menatapku tajam. Aku membalas tatapannya, "kau tak tahu kehidupan seperti apa yang ku jalani selama ini...." "Karena aku tak mengerti,keuromnikka hidup lah dengan baik!" Aku menundukkan wajahku. Haruskah aku membalas dendam? Itu, sedikit berat. Aku tak yakin bisa membunuhnya, berhadapan dengannya sama dengan menggali kuburan sendiri. Lalu, untuk apa aku hidup? "Ah, mian,mianhae telah membentak mu. Aku hanya hanya terlalu kesal dengan Jin hyung. Mian," Aku kembali menatapnya. " kau pasti sudah mengenalku, siapa namamu?" Dia mengulurkan tangannya. Aku tak menyambut tangannya. "Yamazaki Kazumi, panggil saja Kazumi. Aku tak tahu namamu, lagi pula kita baru bertemu," "Bagaimana bisa kau tak mengenalku? Aku, aku JEON JUNGKOOK. Namja tampan yang paling diidamkan di Korea, ah ani, di dunia. Kau tak mengenalku?" Aku menggeleng kecil. "Tak usah kau jelas kan aku juga tetap tak mengenalmu. Mianhae, aku baru pindah kemarin dan aku bukan kpopers," "Omo,omo..ketampananku...ketampananku teracuni...eottokhe?" Dia menatapku tajam."Kau beruntung Nona bisa berbicara denganku..." Suara dering hp menghentikan perkataannya. Dia merogoh saku celananya dan mengangkat telpon. "Ne,ne, aku pergi sekarang," dia menutup telponnya lalu menatapku. "Nona aku pergi dulu..senang bertemu denganmu,kita akan ketemu lagi," tangannya mengambil masker hitam dari saku celananya dan memakainya. "Aku tak mengharapkannya," ucap ku saat dia hendak beranjak pergi. "Aish,dasar.."umpatnya lalu berlari kecil meninggalkanku. Dia sesekali melambaikan tangan ya. Aku tak peduli. Ku tatap lagi langit. "Langit tak berawan ya?" =========== Pagi itu seharusnya Jungkook pergi ke pasar bersama Jin,tapi Jungkook kabur setelah meributkan menu sarapan. "Sudah kubilang jangan masak menu yang sama lagi...aish, dasar babi rakus," Jungkook menendang sebuah kaleng. Dia kini berada di tepian sungai Han. Kaleng itu terus menggelinding hingga berhenti di kaki sebuah bangku taman. "O! Nugu.." Gumam Jungkook saat mendapati seorang gadis meringkuk di atas bangku taman. " ah molla." Jungkook hendak pergi namun terhenti oleh suara isak tangis gadis itu. Dia menatap punggung gadis itu,ada sesuatu yang membuatnya ingin menghentikan tangisan gadis itu. Jungkook berjalan mendekati bangku itu sembari melepas maskernya. Cukup lama Jungkook memandangi gadis itu,lalu dia duduk di samping gadis itu. Tangannya bergerak ingin membelai rambut hitam tererai itu tapi ia urungkan. Untuk beberapa alasan,Jungkook ingin lebih lama mendengar tangisan gadis itu.
Part 5: Nona Alien Hari semakin siang dan aku harus kembali. Bukannya aku mengkhawatirkan bajingan itu, tapi aku memang harus kembali. Setengah jam setelah kepergian Jungkook,aku menerima email dari pak Tokio-asisten ter percaya ayah-. Ketua baru saja menelpon tuan Reito. Sepertinya ketua telah memberi tugas kepada kalian. Apakah Kazumisama tahu? Jika belum,cepatlah tanyakan ke tuan Reito. Saya tak bisa membocorkannya. Semoga Kazumi-sama selalu sehat. Cepat selesaikan misi dan kembali. Kami merindukan anda~ "Yeks,kenapa dia selalu melakukan hal-hal yang menjijikkan? Oh, lihat lah emot itu...menjijikkan!" Gumamku saat membaca email 'menjijikkan' itu. Segera kuhapus email aneh itu dari draft ku. Aku menghela napas panjang,lalu beranjak dari bangku taman. Apa yang ayah tugaskan? Membunuh? Mencuri? Menguntit? Argh, aku sangat penasaran. Apa ini ada kaitannya dengan negara? 'Bugh' "Argh!" Rintih seseorang yang terjatuh setelah berlari lalu menabrakku. Aku berhenti dan memperhatikannya,seorang namja dengan kemeja kotak-kotak biru dan masker yang menutupi wajahnya. Apa sekarang masker menjadi tren? "Ya!! Kau berjalan tidak pakai mata,hah?!?" Bentaknya saat aku mencoba membantunya untuk berdiri. "Bodoh,aku berjalan dengan kaki ku. Kau yang berlari tanpa melihatku," sahutku. "Ah,,jadi kau menyalahkan aku?? Ya!!Aku yang jadi korban disini!" Aku mengalihkan pandanganku,kesal. Untuk apa aku meladeni orang bodoh seperti nya? Lalu aku membungkuk meminta maaf. Biar orang waras mengalah. "Jwesunghamnida, jalmottaesseo," aku menatapnya sebentar. " kalau begitu aku pergi dulu," aku melangkah meninggalkannya. Namun tiba-tiba dia menarik lenganku dan membalikkan tubuhku dengan mudah. Kami berhadapan,saling menatap satu sama lain. Matanya mengerjap-ngerjap yang membuatku tersadar dan mendorongnya menjauh. "Ya! Apa yang kau lakukan?!?" Dia tersenyum-terlihat dari kedua matanya yang menyipit-,dan kemudian mengitariku. Apa yang dia lakukan? Dia berdiri di depanku setelah puas mengitariku. "Apa yang kau lakukan,hah?!?" Dan tiba-tiba dia memelukku. "Bogoshipeo," bisiknya. Dengan kasar aku mendorong tubuhnya. "Neo michosseo?!? Apa yang kau lakukan?!?" Tanyaku geram. "Sudah kubilang aku merindukanmu. Waeyo? Apa aku salah?" Tanyanya seperti tak bersalah. Bodoh, orang bodoh macam apa dia? "Jogieyo,boleh aku luruskan? Aku tak mengenal kau dan kau tak mengenalku,"
Dia mengangguk membenarkan pernyataanku. "Berarti kita tak saling kenal,bukan?" Dia mengangguk. Tapi dia terlihat memikirkan sesuatu. "Tapi alien pasti kenal aku," ucapnya sambil menunjuk dirinya. Hei,siapa yang dia panggil alien? Aku? Aku menggeram. "Siapa yang kau panggil alien?" Dia menatapku lalu tersenyum-kedua matanya menyipit-. "Itu,anggap saja panggilan kesayangan dariku," Bodoh,siapa yang butuh? Aku menelan ludahku. Orang bodoh macam apa dia ini? "Bagaimana bisa kau memberiku panggilan aneh sedangkan kita tak saling kenal dan tak pernah bertemu sebelumnya,hah?!?" Dia berjalan mendekatiku,menatap sekitar sebentar. Lalu menurunkan maskernya hingga dagu. "Kita pernah bertemu,bukan?" Dia tersenyum aneh. Baik,aku mengenalmu, Kim Taehyung. Makhluk aneh spesies idol yang tak sengaja bertemu denganku beberapa hari lalu di departemen store jepang. Aku memijit pelipisku. Aish,kenapa aku berjumpa lagi dengan makhluk ini? "Gak usah terlalu dipikirkan,kau beruntung telah bertemu denganku,nona alien," dia mengecek hpnya. "Aku kembali dulu. Senang bertemu kembali denganmu," dia mengacak-acak rambutku. "Sebuah bencana kita bertemu," ucapku ketus. Dia terkekeh. Dan kemudian mencubit kedua pipiku. "Aku akan merindukanmu,nona alien," aku melepaskan kedua tangannya. Dia tersenyum dan berlari meninggalkanku. "Jangan terlalu merindukanku! Kita pasti bertemu lagi!" Teriaknya sembari melambaikan tangannya. Cih,tak sudi aku bertemu dengannya lagi. Aku menatap punggungnya yang semakin menjauhiku. Satu lagi orang bodoh hadir di hidupku. ================= "Taehyung-ah,kau dari mana saja?" Tanya Jin saat Taehyung baru kembali. Taehyung menggelenggelengkan kepalanya sambil senyum-senyum tidak jelas. "Kau menakutkan,Taehyung-ah," ucap Jin kemudian. Taehyung melihat member lain sedang asyik sarapan di meja makan. Taehyung mencari Jungkook. "Kookie-ah~...aku senang bertemu alien!" Taehyung memeluk Jungkook saat Jungkook hendak memasukkan sesendok nasi. "Ya! Hyung! Aku sedang makan!" "Whoa.. Daebak! Kau telah menemukan keluarga alienmu,Taehyung?" Ricau J-hope. Taehyung memiringkan kepalanya menatap J-hope yang berada di sampingnya. "Ani... Bukan keluarga, tapi belahan jiwa," jawab Taehyung yang membuat member lain tertawa.
"Cukhae,cukhae Taehyung-ah! Cepat menikah,ne?" Sahut Suga. "Ya! Kau tega chingu-ya~... Kau mendahuluiku!" Kata Jimin. "Ah,tenang Jimin-ssi,aku takkan buru-buru," Taehyung masih memeluk Jungkook. "Hyung,aku juga baru bertemu yeoja cantik," ucap Jungkook mengalihkan pandangan para hyungnya ke arahnya. "Jinjjayo?" Tanya J-hope. "Nugu?" Kali ini Rap Monster yang bertanya. "Seksi?" Tanya Jimin. 'Plak' Suga menjitak kepala Jimin. "Pertanyaan macam apa itu?" "Ya!! Apa salahnya aku bertanya?" Jimin memegang kepalanya yang sakit. Jungkook tertawa melihat kelakuan hyungnya. "Dia pendatang baru," ucap Jungkook. "Dia tinggal dekat sini?" Tanya Jin. "Kompleks apartemennya dekat sungai Han," jawab Jungkook. "Itu tak terlalu jauh," sahut Taehyung. "Aku yakin akan bertemunya lagi. Lagi pula aku tahu namanya," kata Jungkook mantap. "Nomor hpnya?" Tanya Suga. "Emailnya?" Tanya Jimin. "Akun SNSnya?" Tanya Rap Monster. Jungkook menggeleng. Benar,dia tak memilikinya. Suara kecewa pun langsung menggema di ruang makan. "Ya!! Kau bodoh sekali Jungkook-ah!" Kata J-hope. "Bukankah sudah kubilang sebelumnya, ada yeoja cantik,minta langsung minta nomornya," kata jimin yang membuatnya kembali mendapatkan jitakan dari Suga. "Aish,dasar playboy," gumam Suga. "Ya!! Hyung!! Kau ini kenapa??" Geram Jimin yang memegangi kepalanya. "Kalau sekali bertemu terus meminta nomor hp,itu memang terlihat seperti playboy. Jungkook-ah, jika kau bertemu yeoja itu lagi,mintalah nomor hpnya," kata Rap Monster. "Hm, gomawo,hyung," ucap Jungkook. "Kalau kamu Taehyung? Nomor hp? Email?" Tanya Jin.
Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Duo kampret ini sama-sama ogebnya," celetuk J-hope. "Tapi aku sudah dua kali bertemu dengannya," sahut Taehyung. "Nha ini malah lebih ogeb. Ya! Apa yang kau lakukan?" Tanya Suga. "Kau tak meminta alamat atau apalah gitu?" Tanya Jimin yang ditanggapi sebuah gelengan dari Taehyung. "Ya...chingu-ya~...." "Aku bahkan tak tahu namanya," sahut Taehyung polos. "MWOO?!?!?"