Pagi ini, sepertinya ada sesuatu yang bergejolak di dalam hati. Entah apa itu, aku tidak tahu, tapi aku, harus mencari tahu. Seorang detektif harus penuh dengan rasa ingin tahu. Yah, itulah yang aku baca dari buku yang kutemukan di toko buku satu bulan yang lalu. Sepertinya tidak mudah menjadi seorang detektif, minimal aku harus menguasai satu ilmu beladiri, tentu saja untuk melatih fisik dan kemampuan refleksku. Tapi apa? Liburan semester ganjil sudah berakhir satu minggu yang lalu. Waktu sudah menunjukan pukul 5 pagi, sambil menunggu waktu berangkat sekolah, aku selalu mengisinya dengan olahraga pagi seperti joging dan beberapa gerakan stretching. Aku melakukan itu karena aku ingin menjaga agar tubuhku tetap terlihat atletis, macho, dan juga ideal. Sebenarnya aku tidak terlalu mementingkan ini, tapi ayahku yang selalu menyuruhku, katanya laki-laki itu harus kuat jasmani dan rohani.
Well, aku rasa tidak ada yang salah. Saatnya aku berangkat sekolah, sekarang masih pukul enam, sepertinya aku masih bisa sedikit bersantai dalam perjalan, karena sekolah dimulai
pukul tujuh dan perjalanan ke sekolah tidak akan lebih dari empat puluh lima menit. Kurasakan udara pagi perumahan Komplek Garuda daerah Teluknaga yang lembab, langit yang gelap dan hembusan angin yang terus-menerus menerpa tubuh ini, tidak seperti biasanya. Kulihat sekumpulan awan berwarna putih terang yang besar berada tepat di atas kepalaku, terlihat sedang bersiap untuk melancarkan serangan. Seolah seperti sebuah pesawat tempur yang sedang menunggu aba-aba dari jendralnya untuk meramaikan medan perang dengan rudal. Baiklah, kurasa aku sedikit berlebihan dengan kata-kataku. Seperti bukan diriku saja. Mungkin penyebabnya adalah buku detektif yang aku baca semalam, mau bagaimana lagi? Aku suka sekali dengan aksi dan kepiawan detektif dari inggris itu, benar-benar keren. Bisa mengetahui pekerjan atau profesi seseorang hanya dengan melihat apa yang ada pada tubuhnya. Dan kemampuan deduksinya, emh, aku harus banyak belajar menganalisis mulai dari sekarang. Hujan turun dengan lebat selama perjalanan dari rumah menuju sekolah, tapi cuaca ini tidak 2
mengurangi sedikitpun semangatku untuk pergi ke sekolah. Karena kisah perjalanan karierku, akan aku mulai dari sana. Benar saja, tidak sampai empat puluh lima menit aku sampai di sekolah, perjalanan yang membosankan. Karena tidak ada yang menarik perhatianku selama perjalanan, kecuali hujan yang lebat. Begitu sampai, aku langsung menuju kelasku, karena udaranya terasa begitu dingin. Bagi yang tidak memiliki tekad dan keinginan kuat untuk pergi ke sekolah, pasti sedang membuat alasan, agar dia tidak bersekolah hari ini. “Jiidaaan..!” Kualihkan perhatianku ke arah suara yang memanggilku. “Irma?” kulihat sosok irma dengan raut wajah yang sedih, rambutnya basah, dan pakaianya seperti terkena cipratan air. “Kamu kehujanan?” tanyaku pada akhirnya. “Iya Jidan, tapi tidak apa-apa, hanya basah sedikit.” Jawabnya sambil tersenyum padaku.
3
Sepertinya dia telah kehilangan perasaan sedihnya setelah melihatku. “Ooh, syukur kalau begitu,” kataku sambil membalas senyumanya. “Padahal sudah naik angkutan umum, tapi masih terkena air hujan.” Kata Irma jengkel. Aku rasa, ini saat yang tepat untuk mencoba kemampuan pengamatanku. “Kenapa kamu tertawa kecil seperti itu, Jidan?” Aku perhatikan Irma dengan seksama, sampai sesekali mengitarinya. “Eh? Tidak, makanya, lain kali jangan duduk di depan.” Kataku berlagak seperti orang sok tahu. “Duduk keheranan.
di
depan?
Maksudmu?”
Irma
“Pada saat kamu naik angutan umum tadi, kamu duduk di depan, „kan?” ujarku. “Hah? Bagaimana kamu bisa tahu?” 4
“Ckckck,” aku berdelik. “Itu mudah sekali bagi detektif hebat sepertiku, Irma. Bagian tubuhmu yang basah menunjukan kalau kamu duduk di sebelah kiri mobil. Lihatlah, hanya bagian kirimu yang terlihat lebih basah kan? Tapi perhatikan bagian belakang sebelah kiri, Hampir tidak ada bekas cipratan air. Kenapa? Karena saat perjalanan kamu pasti bersandar di kursi bagian depan. “Beda halnya kalau kamu duduk di belakang. Walaupun kamu duduk di sebelah kiri, tapi hasil cipratanya tidak mungkin seperti itu. Karena bangku penumpang dalam angkutan umum di Tangerang Kota ini pada umumnya saling berhadapan, yaitu penumpang yang duduk di bagian kiri mobil akan menghadap ke kanan, dan yang duduk di sebelah kanan mobil menghadap ke kiri. Hasil cipratan air ditubuhmu pasti akan ada di antara lengan kiri hingga ke bagian belakang. Sedangkan yang aku lihat, cipratan itu hanya berada di bagian kiri tubuhmu sampai ke bagian depan. Itu wajar saja. Karena hanya kursi bagian depan yang posisinya duduknya normal, dan mobil angkutan umum, hampir tidak pernah menutup jendela bagian depannya itu sampai full. Bagaimana?” Irma tersenyum.
5
“Kamu itu aneh ya,” katanya pada akhirnya, “tapi aku senang.” Lanjutnya sambil tersenyum manis, lalu meninggalkanku. “Aneh, aku? Hei tunggu, aku aneh kenapa?” jawabku sambil mengejarnya.
6