Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 31 Nomor 1 tahun 2014
UPAYA MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN SERULING RECORDER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 2 COMAL
Endang Christiarni SMP Negeri 2 Comal Email:
[email protected]
Abstract. Status quo shows thatthe skills to play flute recorder for grade IX students are still low. It can be seen from the score of their test results in which only 15 out of 29 students can score >75 (34.09%) with the average score of 68, 00. This is caused by students behavior during the learning process which did not meet teacher’s expectations. The results shows that the learning model of peer tutoring can: 1) Improve students learning activities in playing flute recorder for grade IX A students of ComalJunior High School 2, academic year of 2011/2012. This is proven by the fact that out of 44 students who achieved lower score on pre-cycle activity (mean 2,19) managed to improve by the end of the second cycle (mean= 3,48) and cosidered as having good qualification. 2) Improve students skills of playing flute recorder . This is proven the increase in the percentage of students passing grade from only 29.55% in the pre cycle activityto 79.55% by the end of the second cycle activities. Keywords: Learning Outcomes and Activities, Flute Recorder, Peer Tutoring PENDAHULUAN Mata pelajaran seni budaya terdapat ramburambu yang menyatakan antara lain bahwa kajian mata pelajaran dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran berdasar sifat dan ciri khususnya dilaksanakan bertolak dari praktek, sedang bagi teori lebur di dalamnya. Dalam kajian musik SMP wajib menggunakan not balok. Lagu-lagu yang digunakan pada pembelajaran seni musik antara lain adalah lagu nasional atau wajib, lagu-lagu daerah setempat, lagu daerah lain. Bahan pembelajaran ini dipilih dari lagu anak-anak yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak SMP. Sarana
dan bahan pengajaran yang tersedia digunakan sebaik mungkin. Apabila sarana pengajaran kurang lengkap maka diupayakan dari bahan atau alat-alat yang tersedia di lingkungan masyarakat. Pembelajaran mata pelajaran seni budaya bertolak dari kegiatan praktek, sedang teori tidak diajukan terpisah di dalamnya maka penulis memandang sangat perlu kiranya untuk mengkaji berbagai masalah atau hambatanhambatan yang ditimbulkan karena hal tersebut. Masalah-masalah yang mungkin timbul diantaranya adalah tentang bagaimana kiat guru seni musik untuk mengajarkan materi 25
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
pelajaran praktek terutama praktek instrumen dan teori musik dalam satu kesatuan, hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan alat melodis yang berasal dari diri siswa, sejauh mana peranan bakat dan minat siswa dalam hubungannya dengan keterampilan bermain musik melodis. Lingkungan sosial yang bagaimanakah yang dapat memudahkan siswa dalam menguasai alat musik, sudahkah siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang teori notasi musik dari guru. Bagaimana penerimaan dan penguasaan dalam mempelajari not balok yang merupakan materi wajib bagi siswa SMP. Adakah siswa yang lemah dalam hal teori atau sebaliknya apakah ada siswa yang memiliki tingkat penguasaan notasi musik yang baik ternyata tidak atau kurang mampu memainkan instrumen musik. Selain masalah-masalah yang mungkin timbul seperti uraian di atas masih banyak lagi masalah-masalah yang akan timbul. Dari berbagai masalah yang timbul, penulis menetapkan ruang lingkup pembatasan masalah yaitu mengenai upaya meningkatkan keterampilan bermain musik melalui model pembelajaran tutor sebaya. Terutama mengenai alat musik melodis yang tercantum pada materi atau pokok bahasan musik ansambel untuk kelas IX yang salah satu uraianya berbunyi: berlatih teknik memainkan alat musik melodis dan ritmis atau setempat (GBPP 2004: 5) sengaja penulis memilih salah satu alat musik melodis yaitu seruling recorder yang menurut pertimbangan penulis cukup relevan untuk tingkatan siswa SMP karena recorder khususnya jenis soprano merupakan instrumen musik yang mudah didapat, harganya terjangkau, awet/tahan lama, memiliki tingkat kesulitan yang cukup dan terlebih lagi yang sangat penting yaitu seruling recorder merupakan instrumen musik tiup dasar yang sebagai permulaan untuk mempelajari jenis instrumen musik tiup yang lain yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi, misalnya Flute, 26
Terompet, Clarinet, Saxopan, Trombon dan sebagainya. Untuk alat musik tiup lain seperti pianika pun sebenarnya juga merupakan alat musik dasar, untuk memainkan alat musik lain seperti piano dan organ, tetapi karena keterbatasan yang dimiliki sekolah dan para siswa maka penulis menekankan pada penguasaan alat musik seruling recorder disamping tentunya lebih relevan dengan materi pelajaran pada SMP Kelas IX. Berdasarkan pengalaman mengajar beberapa waktu, menunjukkan bahwa keterampilan bermain seruling recorder siswa kelas IX masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari nilai praktek siswa rata-ratanya belum mencapai 75. Berdasarkan hasil tes awal menunjukkan siswa yang telah tuntas belajarnya berjumlah 18 anak dan siswa yang belum tuntas belajarnya berjumlah 22 anak dengan ketuntasan klasikal 45% dan rata-rata 68,00. Sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut adalah tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung tidak sesuai dengan harapan guru. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah melalui model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa bermain seruling recorder?; (2) Apakah melalui model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa?; (3) Seberapa besar peningkatan keterampilan bermain seruling recorder yang dihasilkan melalui model pembelajaran tutor sebaya? Praktek memainkan alat musik ritmis berarti memainkan alat musik suatu lagu dengan mengutamakan irama atau ketukan lagu yang teratur (Sunarko, 1992: 8). Sedangkan praktek memainkan alat musik melodis yaitu memainkan dengan alat musik susunan nada yang merupakan melodi lagu. Bentuk permainan musik yang sesuai dengan tingkatan siswa SMP adalah bentuk ansambel musik. Ansambel yaitu bentuk musik yang terdiri dari beberapa pemain dengan beberapa alat
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
musik tertentu serta memainkan lagu sederhana. Perbandingan jumlah alat-alat musik tersebut bisa berubah-ubah yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dalam harmoni. Setiap jenis alat musik mempunyai partitur sendiri (Sunarko, 1992: 9). Untuk tahap awal diperkenalkan lagu-lagu sederhana yang mempunyai luas wilayah nada yang tidak terlalu luas, serta lagu-lagu lain yang memiliki tingkat kesulitan semakin tinggi. Keberhasilan pengajaran seni musik terutama praktek memainkan alat musik sangat dipengaruhi berbagai faktor antara lain kemampuan musikal (musical ability). Kemampuan musikal adalah kemampuan bawaan yang melekat (inherent) pada seseorang dalam musik tanpa memperhatikan pengaruh lingkungan. Kemampuan musikal (sebagai potensi yang dapat dikembangkan), jika ditambah dengan pengaruh lingkungan melalui latihan yang teratur dan terarah, dapat mengembangkan bakat musik siswa. Dengan berkembangnya bakat musik, maka berkembang pula prestasi belajar musik mereka (Sumaryanto, 2000: 32). Menurut Wijaya (dalam Suherman dkk, 1998:13), sumber belajar tidak harus guru, tetapi dapat muncul dari teman sekelas atau teman yang duduk di kelas yang lebih tinggi maupun keluarga. Sumber belajar yang bukan dari guru, tetapi berasal dari teman yang mempunyai kemampuan lebih tinggi disebut tutor. Model pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil, ada 2 jenis tutor, yaitu: (1) tutor sebaya, yang dimaksud adalah teman satu kelas yang lebih pandai; (2) tutor kakak, merupakan tutor dari kelas yang lebih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya, diantaranya sebagai berikut: 1). Zaini (dalam Suyitno, 2006:34) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil sebagai strategi yang sangat membantu peserta didik dalam mengajarkan
materi/menuntun temannya dalam memecahkan masalah. 2). Supriyadi (dalam Suherman dkk, 1985:35), mengemukakan bahwa Tutor Sebaya adalah seorang atau beberapa peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.Tutor yang dimaksud adalah diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi. 3). Sedangkan Setiawan (dalam Suherman dkk, 1987:70) mengemukakan bahwa Tutor Sebaya adalah peserta didik yang pandai dapat memberikan bantuan kepada temannya yang kurang pandai. Tutor sebaya merupakan salah satu sumber belajar selain guru yang sekaligus menjadi teman bermain, yang memiliki prestasi lebih baik yang dapat memberikan bantuan kepada teman-teman sekelasnya. Bantuan yang diberikannya akan membuat temannya tidak canggung dan bahasa mereka akan lebih mudah dipahami. Belajar dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya baik dalam bertanya maupun minta bantuan. Menurut Longshrith (dalam Erman Suherman dkk, 1985:82-83) tentang hubungan anak dengan anak sebagai berikut, interaksi kawan membukakan mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan tertentu yang sering dilakukan, dan dengan demikian ia condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari. Menurut Dinhmeyer (dalam Suherman dkk, 1985:164-165) tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam hal ini mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, memperoleh tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Dengan demikian beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan peran27
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
nya, bergaul dengan orang lain dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru. Model pembelajaran dengan tutor sebaya dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling membantu antar teman sebaya. Menurut Suyitno (2006:34), beberapa saran untuk dapat berhasilnya program tutorial sebagai berikut. (1) Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari peserta didik secara mandiri; (2) Bagilah peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen; (3) Masing-masing kelompok diberi tugas yang dipandu oleh peserta didik yang pandai sebagai tutor sebaya; (4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; (5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan materi sesuai dengan tugas yang diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama; (6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu diluruskan. Berdasarkan tujuannya misalnya model pengajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil merupakan model pembelajaran yang baik, karena dapat membantu peserta didik untuk bekerja sama dan melatih keberanian peserta didik untuk membantu temannya yang kurang. Yang dimaksud dengan pola urutan (sintaks) dari suatu model pembelajaran merupakan pola yang menggambarkan urutan/alur atau tahapan-tahapan di dalam serangkaian kegiatan pembelajaran. Di dalam tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengolahan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda, misalnya dalam model pengajaran tutor sebaya diperlukan lingkungan bekerja yang fleksibel, seperti tersedianya meja dan kursi yang mudah di pindahkan. Karena pada model ini diskusi peserta didik (secara berkelompok) memerlukan meja dan kursi yang dapat di atur agar peserta yang satu dapat saling menatap dengan peserta di28
dik yang lain. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu mulai bulan Januari 2012 sampai dengan minggu keempat bulan Februari 2012 di SMP Negeri 2 Comal dengan subjek penelitian kelas IX A yang berjumlah 44 siswa. Prosedur penelitian mencakup 4empat) tahap yaitu: (1) perencanaan; (2) implementasi tindakan; (3) observasi; dan (4) analisis dan refleksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus secara berkelanjutan berdasarkan waktu pertemuan. Rancangan siklus penelitian menggunakan rancangan dari Khemmis & Taggart.
Gambar 1. Alur Siklus Penelitian Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah: (1) teknik dokumentasi; (2) teknik observasi dan (3) teknik tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes praktek. Pengertian tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegasi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 123). Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam memainkan alat musik melodis adalah tes perbuatan atau tes praktek, sedangkan alat musik yang dipakai adalah re-
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
corder Soprano. Teknik analisis data: (1) Untuk menentukan peningkatan keterampilan bermain musik siswa dalam model pembelajaran tutor sebaya digunakan tes yang diujikan setelah tindakan dibandingkan keterampilan bermain musik sebelum dikenai tindakan; (2) Untuk menentukan keberhasilan penerapan model pembelajaran tutor sebaya digunakan skala likert dengan empat pilihan yaitu sangat baik, baik, kurang baik, atau sangat kurang baik terhadap 12 aspek kegiatan guru dan 4 aspek aktivitas siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah: (1) Adanya peningkatan keterampilan bermain seruling recorder siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi dasar yang diperoleh mencapai ≥75 sebanyak ≥75 % setelah dilakukan tindakan selama 2 siklus; (2) Adanya peningkatan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor aktivitas hingga mencapai rerata ≥ 3,00 atau kualifikasi baik. Apabila keterampilan bermain serulign recorder yang diperoleh siswa setelah dikenai tindakan mengalami peningkatan seperti yang diharapkan berarti hipotesis tindakan terbukti.
Gambar 2. Histogram Keterampilan Bermain Seruling Recorder Prasiklus Siklus I Rata-rata skor yang diperoleh untuk kegiatan guru pada siklus I disajikan pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Skor Kegiatan Guru No. 1. 2. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ketuntasan belajar yang dicapai pada kegiatan prasiklus disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Keterampilan Bermain Seruling Recorder pada Kegiatan Prasiklus No.
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
1. 2.
≥ 75 < 75
13 31
29,55 70,45
Jumlah
44
100
Keterampilan bermain seruling recorder siswa pada kegiatan prasiklus dapat divisualisasikan dengan histogram berikut:
Aspek Pengamatan Pendahuluan Kegiatan inti Penutup Rata-rata Kategori
Nilai 3,22 2,83 2,78 2,95 KB
Rerata skor yang diperoleh siswa pada akhir siklus I disajikan pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Skor Aktivitas Siswa No. 1. 2. 3. 4.
Aspek Pengamatan
Nilai
Peniupan & Penjarian Irama Tempo Ekspresi dan Interpretasi Jumlah Rata-rata Kategori
2,58 2,43 2,53 2,30 9,84 2,46 KB
Ketuntasan belajar yang dicapai siswa disajikan pada tabel 4 berikut ini.
29
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
Tabel 4. Keterampilan Bermain Seruling Recorder No. 1. 2.
Nilai ≥ 75 < 75 Jumlah
Jumlah Siswa 20 24 44
Persentase 45,45 54,55 100
Aktivitas dan keterampilan bermain seruling recorder siswa dapat divisualisasikan dengan histogram berikut:
Keterampilan bermain seruling recorder siswa disajikan pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Keterampilan Bermain Seruling Recorder No.
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase
1. 2.
≥ 75 < 75 Jumlah
35 9 44
79,55 19.45 100
Aktivitas dan keterampilan bermain seruling recorder siswa dapat divisualisasikan dengan histogram berikut:
2,46
2.5 2 1.5 1 0.5 0
Aktivitas Belajar
Gambar 3. Histogram Aktivitas dan Keterampilan Bermain Seruling Recorder Siswa Siklus I Siklus II Rata-rata skor yang diperoleh guru pada siklus II disajikan pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Skor Kegiatan Guru pada Siklus No. 1. 2. 3.
Aspek Pengamatan Pendahuluan Kegiatan inti Penutup Rata-rata Kategori
Nilai 4,25 3,88 3,83 3,99 B
Skor aktivitas siswa pada siklus II disajikan pada tabel 6 berikut: Tabel 6. Skor Aktivitas Siswa No. 1. 2. 3. 4.
30
Aspek Pengamatan Peniupan & Penjarian Irama Tempo Ekspresi dan Interpretasi Jumlah Rata-rata Kategori
Nilai 3,63 3,63 3,43 3,24 13,93 3,48 B
Gambar 4. Histogram Aktivitas dan Bermain Seruling Recorder Siswa Pembahasan Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa model pembelajaran tutor sebaya yang berlangsung pada siklus II berdampak pada aktivitas siswa menjadi lebih baik. Meskipun secara keseluruhan tindakan belum baik namun setelah siklus ke II materi latihan yang diberikan dari guru bisa difahami dengan cepat. Dikerjakan dengan sempurna, aktivitas lebih baik dan keterampilan bermain seruling recorder meningkat. Perubahan ini terjadi pada pertemuan ketiga siklus I. Siswa mulai menunjukkan adanya peningkatan pada teknik peniupan dan penjarian. Tempo dalam bermain Seruling Recorder lebih baik. Kenyataan ini didukung dengan irama dalam memainkan Seruling Recorder serta ekspresi dan interpretasi yang lebih baik pula. Pada pertemuan pertama siklus II kesiapan dalam kegiatan pelatihan meningkat, 26
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
siswa sudah mampu memainkan seruling recorder dengan baik, namun masih terjadi pinjam meminjam tetapi tidak sampai membuat suasana gaduh, sehingga berdampak pada kurang efisiennya waktu. Pada pertemuan kedua siklus II, setiap siswa memegang alat Seruling Recorder sendiri-sendiri. Upaya ini ternyata lebih baik sehingga kegiatan pelatihan menjadi sangat lancar. Identifikasi notasi balok yang dilakukan siswa hasilnya lebih sempurna. Pada pertemuan terakhir siklus II mampu meningkatkan keterampilan peniupan dan penjarian. Siswa mampu memainkan tempo dan irama notasi dengan baik. Ekspresi dan interpretasi yang dilakukan siswa sudah ada kemajuan. Aktivitas siswa lebih baik, lebih mudah penguasaan keterampilan, dan keterampilan bermain Seruling Recorder lebih baik. Secara rinci peningkatan skor aktivitas siswa disajikan para tabel 8. Tabel 8. Peningkatan Skor Aktivitas Siswa No
Aspek pengamatan
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1
Peniupan & Penjarian
2,50
2,58
3,63
2
Irama
2,00
2,43
3,63
3
Tempo
2,25
2,53
3,43
4
Ekspresi & Interpretasi
2,00
2,30
3,24
Jumlah
8,75
9,84
13,93
Rerata Kualifikasi
2,19 KB
2,46 KB
3,48 B
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan bermain seruling recorder dilakukan tes keterampilan bermain seruling recorder pada akhir siklus. Tes yang diberikan pada akhir siklus I berbentuk keterampilan memainkan alat seruling recorder hasilnya menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa 80%. Secara rinci peningkatan keterampilan bermain seruling recorder selama dua siklus disajikan pada tabel 9 berikut:
Tabel 9. Peningkatan Keterampilan Bermain Seruling Recorder Siswa Ketuntasan
Persentase
No.
Nilai
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
1 2
≥ 75 < 75
13 31
20 24
35 9
29,55 70,45
45,45 54,55
79,55 19,45
Peningkatan aktivitas dan keterampilan bermain seruling recorder siswa dapat divisualisasikan dalam histogran berikut : Aktivitas Belajar 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 5. Histogram Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Bermain Seruling Recorder Siswa Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, maka model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan keterampilan bermain seruling recorder siswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan keterampilan bermain seruling recorder siswa dapat terbukti. Disamping itu
31
Endang Christiarni
Upaya Meningkatkan Hasil Dan Aktivitas Belajar Keterampilan
model pembelajaran tutor sebaya juga dapat meningkatkan aktivitas siswa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil observasi dan tes keterampilan bermain seruling recorder pada tiap siklus yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan model pembelajaran tutor sebaya dapat: (1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam keterampilan bermain seruling recorder siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Comal tahun pelajaran 2011/2012. Terbukti dari 44 siswa yang aktivitasnya kurang baik pada kegiatan prasiklus dengan rerata skor 2,19 mengalami peningkatan pada skhir siklus II menjadi 3,48 atau kualifikasi baik; (2) Meningkatkan keterampilan bermain seruling recorder siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Comal tahun pelajaran 2011/2012. Terbukti ada peningkatan presentase ketuntasan belajar siswa dari 29,55% pada kegiatan pra siklus menjadi 79,55% pada kegiatan akhir siklus II. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran sebagai berikut: (1) Kepada guru-guru SBK hendaknya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena aktivitas belajar yang tinggi dapat meningkatkan keterampilan bermain seruliung recorder siswa; (2) Kepada guru SBK hendaknya menerapkan model pembelajaran tutor sebaya pada materi yang lain, karena model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam bermain seruling recorder. DAFTAR PUSTAKA Arief. Dasril. 1990. Pendidikan Seni Musik Pusat Perbukuan, Jakarta: Depdikbud. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneli32
tian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdikbud. 1993. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian, Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud. Fauzi, Harry.D. 1995. Kerajinan Tangan dan Kesenian Seni Musik dan Tari, Bandung: Djatnika. Garha, Oho. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian. Pusat Perbukuan Bagian Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca. Hadi Gunawan. L 1994. Seni Musik 1, Surakarta: Widya Duta. Lambas, dkk., 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Jakarta: Departemen Pendidikan NAsional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Nasir. Moh. 1983. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press. Soeharto. M. 1991. Pelajaran Seni Musik Untuk SLTP, Jakarta: PT Grasindo. Sunarko Hadi. 1992. Seni Musik 1 & 2, Klaten: PT Intan Pariwara. Sumaryoto, Totok, F. 2000, Harmonia: Kemampuan Musikal (Musical Ability) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil belajar Musik, Vol I No. 1/Mei – Agustus 2000, Semarang: Jurusan Sendratasik FBS – Unnes. Supriyadi, Dedy. 1985, Strategi Pembelajaran Kotemporer, Bandung: JICA Suyitno, Amin. 2006. Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP/MTs, Semarang: FMIPA UNNES.