Untuk;
Septiana Rantika Ningrum Sebagai Puisiku
ii |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
Persembahan Untuk siapa kumpulan puisi ini dipersembahkan? Puisi, cara unik dalam pelampiasan rasa yang tertinggal dari lidah yang tertekuk mulut dan muntahan cairan syaraf yang melebur menjadi satu di ujung kuku. Mengenal puisi di endapan lingkungan materi di kampus. Selama masih berbaju abu-abu, puisi menjadi misteri. Karena bukan daya tarik yang menarik di kala itu. Sering kali cemburu dengan pembuat puisi, pujangga istilah yang disematkan di benak-benak teman. Pujangga yang menyampaikan kata-kata indah kepada wanita yang ia cintai. Itulah yang membuat cemburu. Jatuh cinta memang mudah. Namun bila tak tahu jalan. Akan buta di dalam jalan. Tersesat di naungan bayang-bayang otak. Teman yang selalu asyik di pojokan. Sambil tersenyum memandang kertas yang sudah disirami bau minyak wangi. Rasa terimakasih tak terbendung lagi. Meluap dan terbukalah lebar-lebar pintu terimakasih untuk, Tuhanku yang tak pernah tidur untuk memantauku. Kedua orang tuaku Mansur dan Musfiah. Guru-guruku di MTsN Salatiga, MA Darussalam Jombang dan Dosen STKIP PGRI Jombang. Wa bil khusus Ustad Asyari Mahfud dan ustad Syihabudin Raso sebagai pelindung di penjara suci Darussalam, Anton Wahyudi Lurah ForSaMbang, Jabbar Abdullah Lurah Muhammad Mak Al Fine
| iii
Komunitas Lembah Pring, SRN Mekikis di hati, arek-arek JKD (Jendela Kertas Darussalam) dan TrIsDa (Teater Islam Darussalam), serta SGK sewaktu di Salatiga, untuk orangorang yang pernah mengisi hatiku, untuk teman-teman yang tak bisa Saya sebut satu persatu dan pembaca yang budiman buku ini. Menulis menjadi cara untuk mengikis rasa sakit dan bahagia yang berlebihan. Sehingga saya akan tetap menulis.
Kediri, 22 Februari 2014
iv |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
Muhammad Mak Al Fine
| v
Kutipan pasal 44, ayat 1 dan 2, Undang Undang Republik Indonesia tentang Hak Cipta Tentang Sanksi Pelanggaran Undang-Undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa: 1.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak satu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2.
Barangsiapa
dengan
sengaja
menyiarkan,
memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum satu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
vi |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
Kumpulan Puisi
Muhammad Mak Al Fine
Yayasan Al Fath Al Mubin Muhammad Mak Al Fine
| vii
Kumpulan Puisi
Muhammad Mak Al Fine
© Muhammad Mak Al Fine, 2014 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Yayasan Al Fath Al Mubin
Pustaka Hamazah Book
Masjid Al Fath Vila Nusa Indah 3 http://pustakahamazahbook.com Blok KE-KH, Bojong Kulur, Gunung Putri
[email protected] Bogor 16969 (021) 8243 2834 whatsapp/sms 081902616824
[email protected]
Judul : Antologi Puisi Aku Ingin Melukis Langit Dengan Darahku Penulis : Muhammad Mak Al Fine Desains Sampul dan Layout : Jaenal Jalalludin Cetakan I, Maret 2014 Dicetak dengan teknologi Print on Demand (PoD) xiv + 104; 19 cm x13 cm ISBN : 978-602-17739-4-9
viii |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
Kata Pengantar MENULIS JANGAN MENUNGGU MAH-MOOD-DAH* “Ketika kita hendak berkarya, janganlah kita terpaku memikirkan kesempurnaan” Kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta alam. Jadi buanglah jauh-jauh rasa kesempurnaan yang berlalulalang di dalam pikiran. Itu akan menjadi penyakit dalam kinerja berkarya. Berkarya di sini tidak hanya bersifat karya tulis, namun secara keseluruhan. Baik dalam karya membuat patung, lukisan, makanan, tari, tulisan, dan masih banyak lagi. Karena saat ini kita fokus dalam karya tulis. Maka saya sebagai penulis pemula akan membahas bagaimana, agar kita terus menulis dan menghasilkan karya. Capailah hasil, jangan kesempurnaan Sedikit kita kembali ke uraian di atas. Bila kita mengandalakan sebuah karya itu sempurna. Kita tidak akan melakukan sesuatu. Cuma hanya berhanyal, kenapa? Karena kita terus dihantui rasa takut yang sangat kejam. Takut karya yang kita buat jelek, tidak sesuai dengan pembaca, alurnya morat-marit, endingnya tidak pas, dicemooh banyak orang dan lian-liane. Dengan adanya rasa takut yang sangat kejam itu, bahkan rasa itu sudah Muhammad Mak Al Fine
| ix
menghuni di dalam hati. Kita hanya bisa menunggu. Menunggu waktu yang tepat untuk menulis (menunggu MOOD), menunggu fasilitas memadai, menunggu konsentrasi sempurna, menunggu dan terus menunggu. Apa yang akan terjadi? Jawabannya adalah…… tidak ada tulisan yang terpampang di kertas maupun di layar computer. Karena bahan hanya tertahan di dalam otak yang dibendung dengan rasa takut yang sangat kejam tadi. So, capailah HASIL. Dengan mencapai hasil, kita akan melakukan yang namanya PROSES. Nah, di dalam proses, kita akan mendapatkan yang namanya keajaiban. Saya pernah membaca tulisannya A.S. Laksana di rubrik ruang putih Koran jawa Pos. “Keberanian akan memunculkan keajaiban.” Dalam proses untuk menuju hasil, dengan tekad kuat dan keberanian akan muncul yang namanya keajaiban yang datang tiba-tiba di dalam alur cerita dan pemikiran kita. Ide itu lebih setia daripada istri, suami, pacar, apalagi mantan. Secara tidak langsung kita seringkali mengkianati betapa setianya ide itu mendampingi kita. Bahkan kita sering juga menyakiti perasaannya dengan cara menyelingkuhi, mengkhianati, membohongi dan banyak lagi. Betapa BODOH dan jahatnya kalau kita mengatakan. “Belum dapat ide, sulit untuk mendapatkan ide.” Bila ide itu manusia, mungkin
x |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
ide sudah membunuh kita dan mencabik-cabik tubuh kita, untung saja ide itu kasat mata bukan manusia. Kenapa saya mengatakan bahwa ide lebih setia daripada istri, suami, pacar, apalagi mantan? Karena ide itu berada dalam otak kita. Kita saja yang belum peka terhadap kesetiaannya. Baik kita sedang bersedi, senang, duduk manis di atas Water Closet ide begitu antusias menemani, di atas bara rokok ide berterbangan bersama asap putih, dan buanyak lagi. Nah, apakah pacar, mantan, suami, dan istri kalian sesetia ide?? Tulislah apa yang ada di dalam pikiran Menulis bersangkatuan dengan keinginan kita akan mudah. Tapi, ketika kita menulis sesuai tema yang sudah ditentukan. Pikiran akan membolak-balik untuk mendapatkan ide yang pas. Nah, agar waktu kita tidak dipenuhi dengan membolak-balikkan pikiran untuk mencari ide dan biar tangan ini bisa langsung menulis. Coba bayangkan…. Otak itu, saya ibaratkan sebuah tong sampah. Maaf ya, mungkin terlalu kejam saya mengibaratkannya. Ketika kita mau menulis untuk menyesuaikan tema yang sudah ditentukan, tangan kita akan terhalangi pikiran yang tidak sesuai dengan tema. Langkah yang pertama adalah, buang dulu pikiran yang menghalangi tema yang akan kita jabarkan. Yaitu dengan cara menulis apa yang ada Muhammad Mak Al Fine
| xi
di dalam pikiran kita sampai terasa sampah itu hilang. Yang kedua, setelah sampah itu tuntas dibuang ke dalam kertas. Jangan lupa simpan tulisan itu. Pasti kelak akan bermanfaat, meskipun itu hanya sampah. Bahkan suatu hari kita membacanya, malah akan lebih indah dan menakjubkan isi sampah itu. Yang ketiga, tulislah tema yang sudah ditentukan dengan keberanian dan ke-pede-an. Ingat jangan overdosis. Satu hari satu karya Satu hari satu karya ntah itu berupa cerpen, penggalan novel, puisi, pantun, esai. Usahakan satu hari satu karya kita ciptakan. Sisakan 24 jam dalam sehari 15 menit untuk menulis. Istiqomahlah dalam menulis maka akan memudahkan untuk menulis selanjutnya. Karena menulis itu ibarat orang membaca alquran. “Sesering dia deres atau murojaah alquran maka dia akan lancar membacanya, apabila dia jarang membaca alquran dan sebelumnya bacaanya lancar maka dia tidak akan selancar bacaannya dulu.” Saya rasa cukup empat saja. Karena dengan empat macam itu saya pribadi sebagai penulis pemula merasakan bagaimana harus menulis dan terus menulis. Kesadaran menulis, mulai muncul pada tahun 2011. Meskipun tahun sebelumnya saya sudah menulis. Pernah ketika menjadi seorang mahasiswa, saya sering menulis puisi. Bahkan satu
xii |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
buku tulis penuh dengan puisi, meskipun puisinya ecek-ecek dan berbau anak muda. Dan yang paling menyeklitkan hatiku. Ketika buku puisiku itu dibaca teman-teman, mereka langsung komen. “Wah, ayo diterbitkan rek. Sudah ada beberapa puisi” kalau dibaca lewat tulisan seperti support atau semangat untukku. Namun bila didengar langsung waduh nylekit bint cekit-cekit. Dari situlah saya berusaha untuk tetap menulis dan membuktikan bahwa saya bisa memenuhi apa yang mereka katakan. Aku Ingin Melukis Malam dengan Darahku akan menjadi revolusi terbaik dalam menulis puisi.
*Sebenarnya tidak masuk dalam kategori kata yang diantar, namun sebagai bahan ingatanku untuk berpuisi. Cuplikan proses kreatif dalam bedah cerpen “Manusia Berlendir” di Pacul Gowang.
Muhammad Mak Al Fine
| xiii
Daftar Isi Aku ingin melukis malam dengan darahku 1 Inginku cium matahari dengan beriak isi tenggorokanku 2 Masih soal panas 3 Akupun tak kuasa 4 Gadis bersanggul 5 Sekolah Pembebasan 6 Bulan Juni yang membumihanguskan hatiku 7 Selayang pandang perut orang 8 Sebait puisi . 9 Tak akan kubiarkan 10 Sepi 11 Mimpi menjadi nyata 12 Sepenggal kisah imajinasi 13 Ingin berpuisi 14 Akan aku bunuh 15 Malam ini aku ditemani cahaya alam 16 Gejolak syukur dan umpatan 18 Lagu untukmu “Tik” 20 Bekas lubang jagung 21 Sang juara 22 Tergadaikan 23 Berbalut doa 24 Subuhku hilang ditelan malam 25 Burung kontroversi 26 Langit runtuh 27
xiv |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
Nasi bercampur debu 28 Ibu 29 Tiga topeng dalam wajahmu 30 Musik di ujung waktu 32 Pansi 33 Supermoon 34 Doa-doa itu 35 Seutas tali neraka 36 Secuil puisi yang tertinggal 38 Kutantang laut 39 Sampaikan salamku kepada pencuri itu 40 Bercinta di tempat haram 42 Salam hangat untukmu cinta 43 Kutunggu dengan rasa 44 Buntu 45 Burung itu tak pernah aku dengar 46 Hujan, kabarkan rasaku ini 47 Dapatkah aku bertelur 49 Sisa mimpi tadi malam 51 Aku ingin menjadi pahlawan walaupun aku bukan pahlawan 52 Ladang harta 55 Bumi bicara 56 Duka tanah 58 Bulan Juni yang mendobrak rasaku 59 Cinta di papan perasaan 60 Biarkan aku mengibarkan bendera 62 Perjuangan bukan titik terakhir 64 Muhammad Mak Al Fine
| xv
Bukit Brajan pecah Perempuan yang kakinya masih menyala Langit akan bernyanyi untukku Perempuan itu milikku Pintu yang memberi ruang angin Masih bersama perempuan itu di dalam mimpi Sinta di dalam botol madu Kali Kunto Kali Gunting memberi kabar duka “Saya sudahi pagi ini” Batu yang tinggal namanya Secuil kisah rasa Seorang wanita Yang gila yang bahagia Penulis di sudut kota Perempuan yang takut dengan hujan Rujak Cingur di pinggir jalan Yang bernyanyi itu adalah hujan dan guntur Orkestra katak dan kubangan Tinju lima ronde Musim yang galak Perempuan cantik yang tersakiti Diam sebagai kejutan Mataku perih tersumbat tubuhmu Arwah penghuni neraka Sebuah kontemplasi nama Rintihan untuk orang yang selalu aku curi waktunya
xvi |
66 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 82 83 84 85 86 88 89 90 91 92 93 95 96
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Darahku Secuil kisah terbentang di layar warna kehitaman bercorak bintang Terjun dengan kicauan mesra di samping malam Sejak itu tangan yang kaku mulai merayu untuk melukis malam Dengan kuas panjang bertinta air surga Angin merampas dengan ganas Meski panas tak bermalam di ketiak sunyi Aku sempat cemburu dengan alunan celotehmu Mengotori nafas yang panjang tanpa haluan Semoga bisa menjamu rasa dengan ramuan pilu Dibagi rata tanpa harus pergi bersama intan yang tersimpan dalam rasa Aku ingin melukis malam dengan darahku Ketika hujan menjadi bencana akan cerita cinta yang terpotong hujatan Jombang, 151012
Muhammad Mak Al Fine
| 1
2 |
Aku Ingin Melukis Malam Dengan Daraku
NERBITIN BUKU? MAU NASKAHNYA DITERBITIN ? Kirim naskah anda ke Pustaka Hamazah Book Untuk persyaratan dan info lengkapnya klik http://pustakahamazahbook.com/kirim-naskah
: Pustaka Hamazah Book/Pustaka Hamazah : @hamazah_book :
[email protected] : http://pustakahamazahbook.com : o81902616824 Muhammad Mak Al Fine
| 3