M AKALAH HASII, PENliLl'l'l AN WSRA TAPAK DAKA (CATHARANrI'tlUS ROSEUS L) DAN
TERHADAP FERTILITAS MENCIT (MUS NLJSCULUS I,.) BETINA GAI,UR SWISS WEBSTER OLEH:
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS EKONOMI UNIVER.SITAS SRlWIJAYA PROYEK HEDS
Abstrak Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharanfhusroseus L.) dan Pengaruhnya Terliadap Fertilitas Melicit (Mus ~ ~ t ~ s c uI.)l uBetina s Galur Swiss Webster Syamsurizal*
Penggunaan obat-obat tradisional pada umumnya berdasarkan pengalaman secara turun tenlurun. Untuk it11 diperlukan pendekatan ilmiah guns niembawa obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan nod ern. Beberapa tulnbuhan di Indonesia telah diketahui mempunyai efek anti fertilitas untuk keluarga berencena. Salali satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat KB secara tradisional adalah daun tapak dara (Cafharanfhusroseus L. ) Suhartatik (1990) melaporkan, bahwa pemberian infi~satapak dara dapat menghanibat pembentukan spermmatogonium, spermatosit primer dan spernlatid mencit. Untuk itu peneliti tertarik mengembangkan penelitian tersebut pada mencit Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun tapak dara tcrliadap fertilitas mencit yang meliputi jurnlah fetus, resorbsi, korpus luteum dan berat ovarium. Rancangan penelitian adalah RAL. Variabel bebas adalall dosis pemberian ekstrak tapak daara 150,300, 600, dan 1200 mglkg b.b. variabel terikatnya jumlali fetus, korpus luteum, resorbsi dan berat ovarium. Ekstrak daun tapak dara (Catharanfhus roseus L.) ternyata menyebabkan penurunan jumlah anak dan korpus luteuin dan tidak perpengaruli pada resorbsi dan berat ovarium mencit (I\//IIS
I I ~ ~ I S C I L.) ~ U S' ~ e t i ~galur ia
Swiss Webster.
* Staf pengajar jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang
1. PENDAEIULUAN
A. Latar Bclakang
Penggunaan obat-obat tradisional pada umumnya berdasarkan pengalaman secara turun temerun. Untuk itu diperlukan pendekatan ilmiash guna membawa obat tradisional kedalam sistem pelayanan kesehatan modern. Kondisi
ini
mernbuat obat-obatan tradisional mendapat prioritas besar untuk
dikernbangkan. Pemakaian obat tradisional dapat menibantu pemerintah dalam upaya pemerataan pelayanan keseliatan. Beberapa tumbuhah di Indonesia telah diketahui mempunyai efek anti fertilitas untuk keluarga berencana. Salah satu tanaman yang sering digunkan sebagai obat KB secara tradisional adalah daun tapsik dara (Catharantht~sroseus L.). Suhartatik (1990) melaporkan, baliwa pernberian infusa tapak dara dapat menghambat pembentukan spermatogonium, spermatosi primer,dan sperrnatid mencit. Fenolnenai
ini merupakan petunjuk tentang adanya suatu
gangguan proses spermatogenesis setelali pemberian infusa tapak dara. Dalam ha1 ini Suhartatik belum rnenelaah bagaimana kalau liewan coba dikawinkan sehingga dapat diteliti jumlah fetus Iiidup, absorbsi, dan kelainan kongenital.Ole1~sebab itu, peneliti ingin melanjutkan penelitian terdaliulu dengan merubah jenis kelamin, dosis dan parameternya.
l3. Rumusan Masalah Bedasarkan uraian di atas, dapat dirulnuskan permasalahan: apakali ekstrak daun tapak dara dapat mempengaruhi fertilitas mencit betina.
C. Hipotesis 1. Hipotesis utama :
Pernberian ekstrak daun tapak dara dapat menglianibat fertiltas mencit betina galur Swiss Webster. 2. Hipotesis penunjang :
Pemberian ekstrak daun tapalc dara pada mencit betina galur Swiss Webster dapat : a. Menurunkan jumlah fetus b. Menurunkan jumlah korpus luteum c. Meningkatkan jumlah resorbsi d. Menusunkan berat ovarium
D.Tujuari Pcnclitiari Tujuan penelitian ini ialali untuk mengetahui pengaruli pemberian ckstrak daun tapak dara tcrliadap Scrtilitas yang rncliputi jumlah fetus, resorbsijmlah corpus luteum, dan berat ovarium. 11. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Balian
1. Alat Kandang dan botol minuman khusus, timbangan mencit, seperangkat alat bedah, seperangkat alat hapusan vagian, soide (spuit suntik yang ujungnya ditumpulkan dan disambung dengan kulit kabel), niikroskop streo, blender, rotari evavorator, neraca analitik, gelas piala,corong plastik, botol ( untuk wadah ekstrak daun tapak dara). 2. Bahan
a. Hewan percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit betina ( Mus rnusculus L. ) galur Swiss Webster sebanyak 30 ekor ditambah dengan menci jantan 30 ekor sebagai pejantan untuk membuktikan pengaruli perlakuan. Mencit yang digunakan berasal dari jurusan Biologi FMIPA UNP.
b. Ballan kirnia Aquades, Alkohol, giemsa, CMC (Carbrboksi Metil Celulosa) dan Kloroform. c. Daun tapak dara Daun tapak dara yang digunakan adalali jenis yang berbunga merah ros yang diperoleh dari sekitar kota Padang. B. Rancangall Penelitian
Ra~~canganpenelitia~i adalah RAL,variabel bebas adalah dosis dengan
6 perlakuan
dengan ulangan 5 kali. Jelasnya, macaln perlakuan yang diberikan pada hewan coba betina dapat dilihat tabcl bcrikut: P
K P;K
CMC P;CMC
150 P;150
300 P;300
600 P;600
Keterangan P = Perlakuan K = Kontrol Kelo~npokI (P;K) : Kontrol negatif Kelompok I1 (P;CMC) : Kontrol positif Kelompok 111(P; 150) : Perlakuan dengan dosis 150 mdkg bb selama 10 hari. Kelompok IV (P;300) : Perlakuan dengan dosis 300 mdkg bb sela~na10 hari. : Perlakuan dengan dosis 600 mglkg bb selania 10 hari. Kelompok V (P;600) Kelonlpok VI (P;11200) : Perlakuandengan dosis 1200 mdkg bb selama 10 hari.
1200 P; 1200
I.
Pclaksanaan Pcnclitian a. Penentuan dosis dan lama pencekokan. Dosis ekstrak daun tapak dara yang akan diberikan pada hewan coba mengacu pada Suhartatik, maka dalam penelitian ini dosis yang dipakai adalall 150, 300, 600, 1200 ~ng/kgbb.Volume ekstrak untuk 1 x cekok adalah 0,20ml. Pencekokan ekstrak dau tapak dara pada hewan coba dilakukan selama 10 hari ( dua siklus estrus), setelah itu hewan coba dikawinkan. Pada Ilari ke-18 kebuntingan hewan coba dikorbankan untuk diamati. b. Hewan coba
Untuk memilih hewan coba betina dilakukan pemeriksaan apus vagina setiap hari pada waktu yang Sam selaina 2 siklus estrus. Mencit dengan siklus estrus yang teratur 4-5 hari ditetapkan sebagai hewan coba. 3. Pengamatan
Parameter yang diamaati dari pemberian ekstrak daaun tapak dara terhadap hewan coba betina adalah : berat ovarium, jumlah korpus luteum, jumlah fetus yang diresorbsi, dan jumlah fetus hidup.
C. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunaka uji ANAVA dengan uji lanjut
BNT. 111. IIASIL
Hasil pengamatan terhadap berat oavarium, jumlah resorbsi jumlah korpus luteum dan jumlah fetus mencit setelall perlakuan disajikan pada tabel 2. Tabel 2: Berat ovarium, jumlah korpus luteum, resorbsi, dan jumlah fetus mencit setelah dicekok dengan daun tapak dara sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Keterangan 1 = Rerata berat oavarium mencit 2 = Rerata' jumlah korpus luteurn 3 = Rerata jumlah resorbsi 4 = Rerata jumlah fetus
Berdasarkan i j i Anava ternyata perlakuan tidal< berpengaruh terhadap berat oavarium dan ju~iilahresorbsi. Pe~icekokanekstrak daun tapak dara ternyata dapat menekan jumlali korpus luteum dan jumlah fetus secara bermakna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel hasil uji BNTnya. Tabel 3: Hasil uji BNT jumlali korpus luteum mencit setelall dicekok dengan daun tapak dara Perlakuan
N.Tengah
K.Negatif
K.Positif
K.Negatif
12,2
K.Positif
12,O
0,2
150 rndkg bb
9,2-
300 m d k g bb
5,s
3,o 6,4**
2,s 6,2**
600 mglkg bb
5,4
6,8**
6,6**
1200 mglkg bb
0,6
11,6**
11,4**
150
300
600
1200
3,4
3,s 8,6**
0,4 5,2*
4,8*
-
BNT 5% = 4,07 dan 1% = 5,5 1
Tabel 4:Hasil uji BNT jumlali fetus mencit setelah dicekok dengan daun tapak dara Perlakuan
N.Tengah
K.Negatif
K.Positif
K.Negatif
11,6
K.Positif
11,2
0,4
150 m d k g bb
8,6
300 m d k g bb
5,2
3,o 6,4**
2,6 6,0**
600 m d k g bb
5,o
6,6**
6,2**
1200 m d k g bb
11,0**. 0,6 BNT 5% = 4,07 dan 1% = 5,5 1
10,6**
150
300
600
8,o
-
3,6 8,0**
02 4,6*
4,4*
1200
Setelali pemberian ekstrak daun tapak dara deligall dosis 150, 300, 600, dan 1200 m d k g bb. Dibandingkan dengan kontrol ternyata efek perlakuan terliliat pada jumlali korpus luteum dan ju~nlahanak. Efek perlakuan tidak terliliat pada berat ovarium dan resorbsi
.
Dengall dcmikian , berarti ovarium mengalami suatu gangguan yang n~ungkinsekali disebabkan perlakuan. Taapak dara diketaliui mengandung saponin (Lily, M. Perry 1980). Saponin merupakan salali satu faktor yang dapat mennghambat perkembangan folikel melalui penekanan kadar FSH. Tumbulian yang menngandung saponin dapat bersifat estrogenik sehingga dapat mempengaruhi siklus oogenesis. Penekanan jumlah korpus luteu~n tnungkin disebabkan saponin yang mengganggu keseimbangan proses hipotalamus, hipofisis dan oval-ium. Saponin dalam tubuli dapat disintesa menjadi estrogen kontraseptif ( Harborn, 1987) yang diduga menyebabkan naikknya kadar estrogen dalani darali, sehingga niengha~nbatsekresi FSH dan LH.
FSH berfungsi mengatur
perkembangan dan jumlali folikel. Menurunnya kadar FSH dapat menyebabkan perkembangan folikel terllambat ~nulaidari folikel primer, sekunder, tersier, dan Graaf. Kemungkinan lain adalah zat aktif yang dikandung dalam tapak dara langsung dapat menyebabkan perkembangan folikel pada ovarium, sehingga folikel baiiyak yang rusak dan menyebabkan terjadinya folikel artresia. Berkurangnya jumlah folikel dapat menyebabkan sedikitnya ovulasi yang ditunjukkan dengan penurunan secara sangat bermakna jumlah korpus luteum. Sebagai konsekueiisinya aakan meniperkecil jumlali fertilisasi, sehingga dapat mengurangi jumlah fetus. Untuk lebih jelasnya lihat ganibar berikut. Pencekokan ekstrak daun tapak dara ternyata belum memperlihatakan gejala toksisitas lnaupun teratogenik terliadap perkernbangan fetus. Seperti diketahui baliwa zat yang bersifat loksik mailpun lcratogc~idapnt mcnycbnbknn kematian clilbrio Iresorbsi
fctus (Lu FC, 1995).
Sebagai konsekuensinya resorbsi tidak meningkat secara bermakna dibandingkan dengan ke-2 kontrol.
I
d
-
-
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. I<esimpulan
Bedasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun tapak dara (
Curltar-cntrl7rr.srosezrs L.) dapat menurunkan fertilit'as menci (Mus tnusculus L.) galur Swiss
Webster betina dala~nha1 jun~lahanak dan jumlah korpus luteurn. B. Saran
Perlu dilakukan peljelitian libibih lanjut untuk : 1. Meneliti pengaruh ekstrak daun tapak dara terhadap ferrtilitas mencit jantan
.
2. Meneliti pengaruh ekstrak daun tapak dara terhadap fertilitas golongan hewan yang lebih tinggi. 3. Meneliti kemungknan efek teratogen ekstrak daun tapak dara pada hewan percobaan. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun tapak dara terhadap
fertilitas mencit menggunakan peiarut yang berbeda. 5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun tapak dara terhadap tingkat perkembangan folikel mencit. KEPUSTAKAAN Dewah rani, yul ilina Retno. Pertgartrh Pencekokan Ehxfrak Etano1 Janfung Pisang Alnbon Fertiliras Mencit Betinu Starin Aj . Tesis. Jakarta : PPS - UI. Harborn, J.B. Phytocherl~icalmethods. London: Chapman and Hall, 1973 Lu FC. Toksilogi Dasar. Jakarta : UI Press, 1995 Perry, M. Lily. h4edicual Plants of East and Southeast Asia. USA : MIT Press , 1980. Santoso SO. Perkembangan Obuf Tradisional Dalan~I l n Kedokferan ~ di Indonesia dun Upuya pengembangannya Scbagai Obaf Alternutif: Pidato Pengukuhan, Jakarta : FICUI, 1993. Sirait M, dkk. Penapisaun Forrnukologi, Pengujian Fifokirniadun Penngujinn Klinik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1993. Suhartatik . Pengaruh Perl~berianInjius Tapak Dara (Cafharanfhusroseus L.) per oral Terhadap Proses Spermatogenesis Mencif. Skripsi, Jurusan Biologi. Surabaya : FMIPA univ . Airlangga, 1990. Suradikusumah E. Kirnia Tuntbuhun. Bogor : Dirjen Dikti PAU Ilmu Hayat IPB, 1989.