PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DISERTAI PENGGUNAAN PETA PIKIRAN Ayu Pebri1, Mukhni2, Yusri Wahyuni1 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta 2 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang E-mail :
[email protected] 1
Abstract Mathematics learning that is centered to teacher cause low ability in comprehending mathematical concept of the second years students in SMPN 22 Padang. To make it clear, one of the ways is by using type of cooperative learning is Co-op Co-op and using mind map. The purpose of the research is to know development of comprehending students’ mathematical concept since the students’ use type of cooperative learning; coop co-op with mind map and to know “is the students’ mathematical concept with co-op co-op and mind map learning better than konventional learning of the second year students’ of SMPN 22 Padang?”. The kind of the research is experiment. The population of the research the seond year students’ of SMPN 22 Padang. The researcher used random sampling. The instrument of the research consist of quiz and final test. The development of the concept based on students’ percentage by using scala indicator in each meeting. The technique analyzing data to see the differenciate concept learning in experiment class and control by using t’ test. From the grade ′ , , , . It could be seen that the development of mathematical concept by using cooperative learning co-op co-op and using mind map learning is better than mathematical concept by using the konventional learning of the second year students’ of SMPN 22 Padang. Key Words: Cooperatif Learning, Co-op Co-op, Mind Map, Mathematical Concept. Pendahuluan Tujuan dari pelajaran matematika untuk sekolah menengah pertama menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 yaitu: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, dan diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
menjelaskan di papan tulis, mencatat materi dan mengerjakan latihan. Mereka kurang
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika
mau berfikir dan mengeluarkan ide-ide, atau
yang telah diungkapkan oleh Dedpdiknas
gagasan mereka mengenai materi yang
tersebut, terlihat bahwa tujuan akhir dari
diberikan, padahal menurut Suherman (2003:
pembelajaran matematika tidak hanya berupa
57), dalam pembelajaran matematika para
nilai yang memenuhi standar, melainkan juga
siswa
proses untuk mencapai nilai tersebut. Oleh
pemahaman melalui pengalaman tentang
karena itulah
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak
kelima tujuan pembelajaran
tersebut menjadi perhatian yang penting bagi guru
selama
proses
pembelajaran
dibiasakan
untuk
memperoleh
dimiliki dari sekumpulan objek (abstrak). Sehingga
siswa
dituntut
untuk
bisa
mengeluarkan ide-ide, pikiran, dan gagasan
berlangsung. dalam
yang sudah diperoleh dari pengalaman
pembelajaran matematika di sekolah masih
sebelumnya agar lebih memahami suatu
Pada banyak
siswa
kenyataannya yang
kurang
memahami
objek yang diamatinya. Proses
konsep dari suatu materi yang diajarkan. Hal
pembelajaran
dan
sikap
ini dilihat berdasarkan observasi terhadap
siswa yang terus-menerus seperti ini dalam
siswa SMPN 22 Padang pada tanggal 19-21
belajar matematika, berdampak pada hasil
Januari 2013 yaitu kebanyakan siswa hanya
belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-
menghafal rumus tetapi kurang paham dalam
rata ulangan harian semester ganjil siswa
penggunaannya. Contoh pada penggunaan
Kelas VIII SMPN 22 Padang tahun pelajaran
theorema
2012/2013
Phytagoras
pada
materi
luas
dengan
Kriteria
Ketuntasan
permukaan kubus dan balok. Siswa dengan
Minimal (KKM) sekolah 75. Terlihat bahwa
mudah
persentase rata-rata kelas yang belum tuntas
menyebutkan
adalah
rumus
phytagoras
, namun pada saat
pengaplikasian ke soal siswa ragu mana yang a, b, dan c. Fakta lain yang ditemui saat pengamatan di dalam kelas adalah guru mengajarkan kebanyakan
matematika dengan
di
kelas
pembelajaran
konvensional. Materi diberikan kepada siswa dan siswa hanya mencatat materi tersebut. Kegiatan siswa hanya memperhatikan guru
adalah 53,96%. Hal ini berarti lebih dari separuh siswa kelas VIII di SMPN 22 Padang belum tuntas dalam belajar matematika. Untuk
itulah
diperlukan
suatu
model
pembelajaran yang tepat dalam belajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya
adalah
model
pembelajaran
kooperatif tipe Co-op Co-op. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Model 2
Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-
Pada awal memulai pembelajaran tipe
op disertai Penggunaan Peta Pikiran
Co-op Co-op, para siswa perlu didorong
terhadap Pemahaman Konsep Matematis
untuk menemukan dan mengekspresikan
Siswa Kelas VIII SMPN 22 Padang.
ketertarikan mereka sendiri terhadap subjek
menyatakan
yang akan dicakupi. Serangkaian kegiatan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
membaca, menyampaikan pelajaran, atau
Co-op Co-op menempatkan tim dalam
pengalaman dapat dilakukan untuk tujuan ini.
kooperasi antara satu dengan yang lainnya
Lalu lakukan diskusi kelas yang terpusat
untuk mempelajari sebuah topik di kelas.
pada siswa. Tujuan dari diskusi ini haruslah
Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op
dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
Slavin
Co-op
(2005:
229)
adalah sebuah group investigation
pembelajaran.
yang cukup familiar. Tipe Co-op Co-op
Apabila para siswa belum memulai
memberi kesempatan pada siswa untuk
bekerja dalam tim, mereka perlu diatur
bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kedalam tim heterogen yang terdiri dari
kecil,
empat sampai lima anggota. Para siswa perlu
pertama
untuk
meningkatkan
pemahaman mereka tentang diri mereka dan
memiliki
lingkungan
sekitar,
kemampuan yang baik dan kepercayaan yang
memberikan
mereka
dan
selanjutnya
kelompok
kerja
dengan
untuk
terbangun sebelum memulai tipe Co-op Co-
saling berbagi pemahaman baru itu dengan
op. Siswa memilih topik untuk tim mereka,
teman-teman
sembilan
apabila topik tidak langsung diikuti dengan
langkah spesifik yang perlu diperhatikan
diskusi kelas berpusat pada siswa, guru perlu
dalam pembelajaran kooperatif tipe Co-op
mengingatkan siswa topik mana yang paling
Co-op berikut ini (Slavin: 2005: 229):
banyak menarik perhatian seluruh kelas.
kesempatan
sekelasnya.
Ada
a. Diskusi kelas terpusat pada siswa. b. Menyeleksi
tim
pembelajaran
siswa dan pembentukan tim.
Setelah topik dipilih oleh masingmasing tim maka tiap tim membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas diantara
c. Seleksi topik tim.
anggota tim. Tiap siswa memilih tiap aspek
d. Pemilihan topik kecil.
dari topik tim. Setelah para siswa membagi
e. Persiapan topik kecil.
topik tim mereka menjadi topik-topik kecil,
f. Presentasi topik kecil.
mereka akan bekerja secara individual. Dan
g. Persiapan presentasi tim.
mereka bertanggung jawab terhadap topik
h. Presentasi tim.
kecilnya masing-masing.
i. Evaluasi.
Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual, mereka mempresentasikan 3
topik kecil mereka kepada teman satu
bacaan
timnya. Presentasi di dalam tim dilakukan
dikemukakan
dengan cara yang dapat membuat semua
”Keunggulan peta pikiran yaitu (1) fleksibel,
teman satu tim mengerti. Para siswa diminta
(2)
untuk memadukan semua topik kecil dalam
pemahaman
presentasi tim. Selama waktu presentasinya,
Keunggulan peta pikiran dalam pembelajaran
tim
memegang
presentasi
tim.
kendali Semua
dan
diskusi, oleh
seperti
Porter
memusatkan,
(3)
dan
(4)
yang
(1999:
122)
meningkatkan menyenangkan”.
kelas
dalam
dapat meningkatkan pemahaman, mudah
anggota
kelas
dalam memahami materi yang dipelajari dan
bertanggung jawab pada bagaimana waktu,
merangsang kreativitas siswa.
ruang, dan bahan-bahan yang ada di kelas
Peta pikiran adalah cara mencatat
digunakan selama presentasi. Mereka sangat
kreatif yang memudahkan siswa mengingat
dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya
banyak informasi.
fasilitas-fasilitas yang ada di kelas.
adalah salah satu cara yang dapat mendorong
Selain itu peta pikiran
Evaluasi dilakukan dalam 3 tingkatan
dan menumbuhkan kreativitas siswa. Catatan
: (1) pada saat presentasi tim dievaluasi oleh
kreatif yang telah dibuat membentuk suatu
kelas; (2) kontribusi individual terhadap
peta gagasan yang saling berkaitan, dengan
usaha tim dievaluasi oleh teman satu tim; dan
topik utama di tengah-tengah dan subtopik
(3)
yang
pengulangan
kembali
materi
atau
presentasi topik kecil oleh tiap siswa pikiran
menjadi
cabang-
cabangnya. Adapun langkah-langkah yang di
dievaluasi oleh sesama siswa. Peta
perinciannya
pertama
kali
ikuti untuk membuat peta pikiran menurut
dikembangkan oleh Toni Buzon pada tahun
porter (1999:156) adalah:
1970-an.
a. Tulis gagasan utamanya ditengah-
Peta pikiran merupakan teknik
pencatatan dari materi yang telah dibaca,
tengah
yang membantu mengingat perkataan dan
dengan lingkaran, persegi, atau
bacaan sehingga meningkatkan pemahaman.
bentuk lain. Misalnya, peta pikiran
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
saya
oleh
bohlam.
De Porter (1999: 175) ”Peta pikiran
kertas
dilingkupi
dan
lingkupilah
oleh
gambar
membantu mengingat perkataan dan bacaan,
b. Tambahkan sebuah cabang yang
meningkatkan pemahaman tentang materi,
keluar dari pusatnya untuk setiap
membantu
poin atau gagasan utama. Jumlah
mengorganisasi
materi
dan
cabang-cabangnya akan bervariasi,
memberikan wawasan baru”. Peta
pikiran
mempunyai
banyak
tergantung dari jumlah gagasan
keunggulan, terutama dalam pencatatan hasil 4
atau segmen. Gunakan warna yang
b. Tambahkan sebuah cabang dari
berbeda untuk tiap-tiap cabang.
pusatnya untuk tiap-tiap poin
c. Tulislah kata kunci atau frase pada
kunci (gunakan pulpen warna
tiap-tiap
cabang
yang
dikembangkan untuk detail. Kata-
warni). c. Tulislah kata kunci/frase pada
kata kunci adalah kata-kata yang
tiap-tiap
cabang,
kembangkan
menyampaikan inti sebuah gagasan
untuk menambahkan detail-detail.
dan memicu ingatan anda. Jika
d. Tambahkan simbol dan ilustrasi.
anda
e. Gunakan huruf-huruf kapital.
menggunakan
singkatan,
pastikan bahwa anda mengenal
f. Tulislah gagasan-gagasan penting
singkatan tersebut sehingga anda
dengan huruf yang lebih besar.
dengan mudah segera mengingat
g. Hidupkanlah peta pikiran yang
artinya selama berhari-hari atau
dibuat dengan menggambarkan
berminggu-minggu setelahnya.
hal-hal yang berhubungan dengan
d. Tambahkan
simbol-simbol
dan
ilustrasi untuk mendapatkan ingatan
bahan yang akan dibuatkan peta pikiran. h. Garis bawahi kata-kata itu dan
yang lebih baik.
gunakan huruf tebal, bersikap Berdasarkan kutipan di atas, bahwa pada peta pikiran terdapat gagasan utama
kreatif dan berani. i. Gunakan
bentuk-bentuk
acak
yang menjadi topik besar pada model
untuk menunjukan poin-poin atau
pembelajaran Co-op Co-op dan setiap
gagasan-gagasan.
cabang dari gagasan utama pada peta
j. Buatlah
peta
pikiran menjadi topik kecil atau subtopik
horizontal.
pada pembelajaran Co-op Co-op. Sehingga,
Peta
pikiran
pikiran dibuat
hasil pencatatan diskusi kelompok pada
berdasarkan kreativitasnya.
pembelajaran Co-op Co-op dapat dibuat
membuat
dalam bentuk peta pikiran.
menambahkan
Peta pikiran biasanya dikerjakan pada kertas HVS ukuran A4 atau A5.
Adapun
kiat-kiat membuat peta pikiran menurut kertas,
lingkaran dari gagasan utamanya.
warni
sehingga
dan siswa
dengan pokok bahasan yang dipelajari selama penelitian. Untuk
buatlah
siswa
Mereka dapat
warna
gambar
oleh
tertarik untuk membacanya kembali. Sesuai
porter (1999: 157) adalah: a. Ditengah
dengan
secara
siswa
mengetahui
kemampuan
memahami konsep dalam belajar
matematika
maka
diadakan
penilaian 5
terhadap
pemahaman
pembelajarannya. Adapun memahami
konsep
dalam
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
indikator siswa
pemecahan masalah. Oleh karena itu, sesuai
konsep
matematika
menurut
dengan materi yang dilaksanakan yaitu
Whardani ( 2010: 20) adalah mampu:
bangun
a. Menyatakan ulang sebuah konsep b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. c. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah
pembelajarannya, maka dalam penelitian ini
Dengan adanya indikator pemahaman konsep,
maka
kemampuan
pemahaman
konsep matematika dengan mudah dapat diukur, yaitu dengan membuat kisi-kisi soal matematika yang sesuai dengan indikator tersebut. Whardani (2010: 20) menambahkan bahwa
setiap
indikator
pencapaian
pemahaman konsep berlaku tidak saling tergantung, namun antar indikator dapat dikombinasikan. Ini berarti dalam 1 soal bisa mengukur
beberapa
indikator.
Dalam
penelitian ini akan disusun suatu instrumen soal yang terdiri dari 1, 2 atau 3 indikator pemahaman konsep. Menurut
ruang
dan
indikator
indikator yang dicapai yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perkembangan pemahaman konsep
matematis
diterapkan
siswa
model
selama
pembelajaran
kooperatif tipe Co-op Co-op disertai penggunaan peta pikiran. 2. Mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Coop Co-op disertai penggunaan peta pikiran lebih baik dari pemahaman konsep
matematis
menggunakan
siswa
yang
pembelajaran
konvensional. Metodologi
Permendiknas
dalam
Menurut
Arikunto
(2010:
9)
(Whardani, 2010: 20) salah satu tujuan
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
pembelajaran matematika adalah memahami
hubungan sebab akibat antara dua faktor
konsep
meliputi
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
mengaplikasikan
menyisihkan
matematika konsep
yang atau
algoritma
faktor-faktor
lain
yang 6
mengganggu. Jadi jenis penelitian yang akan
hingga pertemuan ke- 5. Sedangkan tes akhir
dilaksanakan adalah penelitian eksperimen.
digunakan
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang
pemahaman konsep matematis siswa selama
memiliki kemampuan yang sama. Kelas
diterapkan model pembelajaran kooperatif
pertama dijadikan kelas ekperimen dan kelas
tipe Co-op Co-op disertai penggunaan peta
kedua dijadikan kelas kontrol. Pada kelas
pikiran ini dan membandingkannya dengan
eksperimen siswa diberikan pembelajaran
hasil tes akhir pemahaman konsep matematis
dengan menggunakan strategi pembelajaran
pada kelas kontrol.
generatif,
sedangkan
kontrol
siswa
diberikan
pada
melihat
Sebelum
kelas
pembelajaran
untuk
kemampuan
dilakuakan
analisis
terhadap kuis dan tes akhir siswa, terlebih dahulu dilakukan penskoran untuk mengukur
konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah
pemahaman
konsep
matematis
dengan
seluruh siswa kelas VIII SMPN 22 Padang
menggunakan rubrik analitik dengan skala 4
Tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari
yaitu dari 0 sampai 3. Berikut ini adalah
9 kelas, dengan jumlah siswa 260 orang.
contoh
Sampel yang diambil adalah dua kelas yang
dimodifikasi berdasarkan pada penilaian
homogen dan mempunyai kesamaan rata-
unjuk kerja
rata. Maka pemilihan dua kelas tersebut
tabel 3.11 berikut:
rubrik
analitik
yang
telah
Iryanti (2004:14) seperti pada
secara random sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data yang berdistribusi normal, bervariansi homogen dan memiliki kesamaan
rata-rata,
maka
selanjutnya
dilakukan pemilihan sampel secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Dari pengundian yang dilakukan terpilih kelas VIII.9 dengan jumlah siswa 24 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.1 dengan jumlah siswa 29 orang sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa catatan lapangan, kuis dan tes akhir pemahaman konsep matematis. Kuis digunakan untuk melihat perkembangan pemahaman konsep
Hasil dan Pembahasan
matematis siswa dari pertemuan pertama 7
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 06 Mei 2013 sampai dengan tanggal 02 Juni 2013 maka diperoleh
Persentase Siswa pada Setiap Kuis Berdasarkan Skala Indikator
hasil penelitian sebagai berikut : a. Kuis Dalam pendeskripsian
bagian
ini
dibahas
dari
perkembangan
Keterangan: S : Skala pemahaman konsep Indikator a :Menyatakan ulang
pemahaman konsep matematis siswa melalui evaluasi berupa kuis yang dilaksanakan
Indikator
setiap akhir pertemuan. Perkembangan ini dilihat dari perolehan persentase skala siswa
A
pada setiap indikator pemahaman konsep disetiap pertemuan yang dilakukan sebanyak
B
5 kali. Analisis ini dilakukan berdasarkan perolehan persentase skala pada setiap
C
indikator pemahaman konsep di setiap pertemuan. Skala tersebut dibagi 2 yaitu skala kelompok atas yang terdiri dari skala 3 dan 2, kemudian skala kelompok bawah yang terdiri dari skala 1 dan 0. Jika terjadi peningkatan
perolehan
persentase
Indikator b Indikator c
sebuah
S
Kuis 1 (%)
Kuis 2 (%)
Kuis 3 (%)
Kuis 4 (%)
Kuis 5 (%)
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0
20,83 33,33 34,73 11,11 -
20,83 41,67 29,17 8,33 -
63,64 27,28 4,54 4,54 63,64 4,54 18,18 13,64 54,54 36,36 4,55 4,55
91,66 4,17 0 4,17 79,17 8,33 4,17 8,33 70,83 25,00 0 4,17
95,83 4,17 0 0 83,33 12,50 4,17 0 75,00 25,00 0 0
konsep :Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu :Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah
skala
tertinggi pada suatu indikator dari suatu
Berdasarkan Tabel tersebut, terlihat bahwa
pertemuan ke pertemuan berikutnya maka ini
pada setiap pertemuan diberikan kuis yang
berarti perkembangan pemahaman konsep
mengandung dua indikator sekaligus kecuali
matematis siswa semakin membaik. Jika
pada pertemuan ketiga yang memuat ketiga
terjadi peningkatan perolehan persentase
indikator pemahaman konsep matematis.
skala tertinggi pada suatu indikator dari suatu
Untuk indikator c tidak terdapat pada soal
pertemuan ke pertemuan berikutnya maka ini
kuis di pertemuan 1, 4 dan 5. Hal ini
berarti perkembangan pemahaman konsep
dikarenakan pada kuis 1, 4 dan 5 indikator
matematis siswa semakin membaikDistribusi
pembelajarannya tidak berhubungan dengan
perolehan
konsep
indikator c, sehingga indikator c tidak
matematis siswa pada kuis dan persentase
dikeluarkan pada soal kuis. Sedangkan untuk
distribusi skala kuis dapat dilihat pada Tabel
indikator b tidak terdapat pada soal kuis di
berikut:
pertemuan 2 karena indikator pembelajaran
skala
pemahaman
8
sudah terrpenuhi pada soal kuis dipertemuann
dipelajarri pada perrtemuan inii adalah luas
2. Jadi so oal yang meemuat indikkator b bolehh
permukaaan
dikeluarkkan atau tidaak. Selain ittu, soal padaa
kesulitann saat meengerjakan peta pikiraan
kuis 2 terrgolong rum mit pertimbanngan lainnyaa
karena peta pikirann yang dibberikan masih
adalah untuk u mengh hemat wakttu pada saaat
bersifat umum seehingga meembuat sisw wa
mengerjaakan kuis.
kurang paham daalam menyyelesaikannyya,
prism ma.
Siswa
mengalam mi
B Berdasarkan n persentasee perolehann
wa tetapi paada kuis 4, 5 dan 6 perrsentase sisw
skala paada setiap indikator pemahamann
yang tun ntas kemballi meningkaat. Jadi secaara
konsep yaitu y indikattor a, b dan n c cendrungg
umum dapat d disimppulkan bahw wa persentase
mengalam mi
penurunann.
siswa yaang tuntas ddi setiap kuuis meningkaat.
Artinya perkembang gannya naikk dan turunn,
Hal ini berarti sebagian besarr siswa sudaah
namun secara s keseeluruhan peerkembangann
mampu
dan pem mahaman koonsep mateematis siswaa
i peemahaman konsep yanng ketiga indikator
untuk ketiga k indikkator dapat dikatakann
telah
meningkaat.
pembelaajaran generaatif.
peningk katan
dan
J Jika dilihat dari perseentase siswaa
150% 100% 50%
68% 32%
84% 96% 48% 50%
diterapkann
konsep
berdasarkaan
dengaan
strateegi
b. Tess Akhir
yang tunttas dalam mengerjakan m kuis disetiapp pertemuaan dapat dilihhat pada graffik berikut:
memaham mi
Analisis tes pemahamaan konsep iini bertujuaan untuk mennguji hipotesis penelitiaan. Untuk menguji hiipotesis terrlebih dahuulu dilakukaan uji normaalitas dan ujii homogenitas variansi.
0% Kuis Kuis Kuis Kuis Kuis Kuis 1 2 5 6 3 4 Perssentase siswa yang y tuntas disetiap d kuis
1) Uji Normalitas Uji
noormalitas
u untuk
keduua
sam mpel dilakukkan dengan menggunaka m an uji liliefors. Daari analisis data d untuk uji u
Keelas N Ekspeerimen 24 0,0714 0,1658 Kontrol 29 0,1383 0,161 Berdasarkan Grafik di atas terlihaat bahwa
persentase
siswa
y yang
tuntas
meningkaat dan mennurun. Pada kuis 2 dann kuis 3 terjadi t penuurunan perseentase siswaa yang tunttas yaitu darri 68 % menjjadi 48%, inni
norm malitas dipeeroleh nilai
dan
sebaagai berikut : Berdasarkaan hasi ujji normalitas yang dillakukan,dipeeroleh nilai
maks kelas
eksperim men sebesar 0,0714 dan kelas kontrrol 0,1383. Karena
y yang diperolleh lebih keccil
terjadi karena k padaa kuis 3 materi m yangg 9
dari L
dengan α
0,05 maka dikatakan
hipotesis
:
sampel berdistribusi normal (Terima H .
dan diterima .
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan pemahaman konsep matematis
1) Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas variansi
siswa
yang
diterapkan
pembelajaran
generatif
dengan lebih
strategi
baik
dari
pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil
digunakan rumus :
jawaban siswa pada kelas eksperimen dan ,
1,96
,
dengan S
H
H
kriteria
S
S dan
S Berdasarkan hasil uji homogenitas : 1,96,
yang dilakukan diperoleh nilai F sedangkan
nilai
: 1,875,
F F
diperoleh F
kontrol untuk indikator b dengan soal: Prisma di bawah ini, adalah prisma dengan alas berbentuk segitiga siku-siku yaitu ∆ 12 5 Tentukanlah : a. Panjang sisi AB (sisi miring) F
sehingga
, artinya kedua
D
kelas sampel mempunyai variansi yang tidak
E C
homogen untuk α = 0,05 (tolak H ). 1) Uji Hipotesis Untuk
menentukan
A
apakah
terdapat
B
Kelas eksperimen:
perbedaan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji perbedaan rata-rata. Dari data nilai akhir tes pemahaman konsep diperolehlah
data
yang memiliki variansi tidak homogen, maka Hasil jawaban siswa di
uji statsistik yang digunakan adalah uji Berdasarkan analisis di atas, diperoleh 3,44
,sedangkan
nilai
dari
dengan taraf kepercayaan 95 % diperoleh 1,7. Jadi 1 1 1
2 2 2
, yaitu 3,44
1,7. Maka
kelas
eksperimen juga sudah betul, tetapi untuk jawaban siswa di kelas kontrol belum betul. Siswa tersebut salah dalam menggunakan teorema
phytagoras, hal ini menunjukkan
bahwa siswa tersebut belum paham dalam menerapkannya sehingga hasil akhir dari perintah
soal
yaitu
menentukan
luas 10
permukaan prisma sudah pasti salah. Jadi
1. Bapak Drs. H. Mukhni, M.Pd,
berdasarkan contoh di atas dapat dikatakan
selaku
bahwa pemahaman konsep matematis siswa
Penasehat Akademik.
untuk
indikator
menggunakan
dan
2. Ibu 3.
baik dari pada kelas kontrol.
Jurusan
Matematika hasil
penelitian, pemahaman
matematis
selama
siswa
M.Pd
Pendidikan
dan
IPA
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
maka
Universitas Bung Hatta
didapatlah kesimpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan
Amrina,
Ibu Dra. Rita Desfitri, M.Sc selaku Ketua
Kesimpulan Berdasarkan
Dra. Zulfa
selaku pembimbing II
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu pada kelas eksperimen lebih
Pembimbing I sekaligus
konsep diterapkan
4.
Ibu Syukma Netti, S.Pd., M.Si., selaku
Sekretaris
Jurusan
model pembelajaran kooperatif tipe Co-
Pendidikan Matematika dan IPA
op Co-op disertai penggunaan peta
Fakultas
pikiran di kelas VIII SMPN 22 Padang
Pendidikan Universitas Bung Hatta.
menunjukkan
adanya
peningkatan
pemahaman konsep matematis siswa pada ketiga indikator yang diterapkan 2. Pemahaman konsep matematis siswa dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Co-op Coop disertai penggunaan peta pikiran lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa
Keguruan
dan
Ilmu
5. Bapak Drs. Marsis, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Bung Hatta 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Bung Hatta 7. Ibu
Dra.
Hj.Yasmiwarti
Hasan,
selaku Kepala Sekolah SMPN 22 Padang 8. Ibu Alwidar, S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMPN 22 Padang
kelas VIII SMPN 22 Padang.
9. Keluarga yang telah memberikan Ucapan Terima Kasih Seluruh
kegiatan
dukungan ini
dapat
diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan
baik
moril
maupun
materil 10. Rekan-rekan mahasiswa Program
dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti
Studi
mengucapkan terima kasih kepada:
khususnya angkatan 2009
Pendidikan
Matematika,
11
11. Semua pihak yang telah membantu sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan Semoga bantuan, arahan, dan bimbingan yang Bapak, Ibu, dan teman-teman berikan menjadi amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Buzan, Toni. 2007. Buku Pintar Mind Mapp. Jakarta: Gramedia. De Porter, Bobbi dan Mike. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas. Slavin, Robert. E. 2005. Cooperatif Learning (Teori Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: UPI.
12