BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di Eropa yang juga telah menyerap sebagian besar anggaran kesehatan (Kulesh et al., 2010). Stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian di Amerika
KD W
Serikat dan sering dihubungkan dengan beban ekomomi suatu negara baik secara langsung maupun tidak langsung (Goldsten et al., 2001).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2002, jumlah penderita stroke di seluruh dunia mencapai 15 juta orang, 5 juta diantaranya meninggal dan 5 juta lainnya menderita kecacatan secara permanen. Kecacatan
@ U
permanen sendiri dapat menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat (WHO, 2004). National Stroke Association (2011) menyatakan bahwa stroke merupakan
penyebab utama kecacatan jangka panjang pada orang dewasa. Sebanyak 5070% penderita stroke dapat kembali pada kemandirian fungsional. Sebanyak 1530% dapat mengalami cacat permanen diantaranya kelumpuhan, gangguan sensorik, gangguan berbicara, permasalahan memori, gangguan berbicara, dan gangguan emosi. Setiap tahun terdapat 795.000 pasien stroke, baik serangan akut maupun serangan berulang dengan perkiraan 610.000 merupakan pasien dengan serangan akut, dan 185.000 pasien dengan serangan berulang (Llyod-Jones et al.,
2010).
Terdapat dua mekanisme utama yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke: (1) tersumbatnya arteri di otak yang menyebabkan iskemik pada jaringan otak atau infark; (2) pecahnya arteri di otak yang menyebabkan perdarahan intrakranial (Wilkinson et al., 2005). Menurut penelitian Andersen (2009) terhadap 39.484 pasien, sebesar 35. 491 (89,9%) pasien mengalami stroke iskemik dan 3.993 (10,1%) pasien mengalami stroke hemoragik. Stroke dapat dicegah dengan meminimalkan faktor-faktor risiko yang
KD W
dapat menyebabkan stroke (National Stroke Association, 2010). Memodifikasi faktor risiko akan memberikan menurunkan risiko terjadnnya serangan stroke akut (Rundek et al., 2008). Faktor risiko stroke dibagi menjadi 2 yaitu faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi dan faktor risiko yang bisa dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat
@ U
keluarga, dan ras. Faktor risiko yang dapat dimodikifasi antara lain hipertensi, kebiasaan merokok, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan penggunaan kontrasepsi oral (Goldstein et al., 2001). Kontrasepsi oral merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal.
Kontrasepsi hormonal sendiri terdiri dari kontrasepsi kombinasi (hormon esterogen dan progesteron), pil progestin (minipil), suntik kombinasi, dan suntik progestin (WHO, 2011). Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Februari 2013 terdapat 76.422 (28,63%) jumlah peserta baru kontrasepsi pil (oral) dan 131.852 (49,39%) jumlah peserta baru kontrasepsi suntik. Jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) hormonal ini tinggi dikarenakan keefektifitasannya dalam menunda kehamilan,
penggunaanya yang tidak menganggu waktu senggama, selain itu siklus haid menjadi teratur, dan keluhan dismenorea dirasa makin berkurang (Anwar et al., 2011). Penelitian yang dilakukan Lidegaard et al., (2012) menyatakan bahwa kontrasepsi hormonal dengan tingkat hubungan yang rendah merupakan faktor risiko untuk terjadinya stroke iskemik dan miokard infark. Risiko terjadinya stroke iskemik dan miokard infark akan meningkat apabila kontrasepsi hormonal
KD W
yang dimaksud mengandung 20- 40 µg etinil estradiol. Peningkatan risiko ini dapat terjadi pada pengguna baru kontrasepsi esterogen dosis rendah (Goldstein et al., 2001). Penelitian Kemmeren et al., (2002) menyatakan penggunaan kontrasepsi oral jenis apapun dapat meningkatkan terjadi stroke iskemik sebesar dua kali lipat.
@ U
Penelitian lain yang dilakukan Chan et al., 2004 menyatakan bahwa tidak dapat disimpulkan bahwa penggunaan pil kontrasepsi oral memiliki hubungan yang pasti dengan angka kejadian stroke. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dosis rendah pada umumnya tidak menunjukkan peningkatan risiko terhadap stroke (Schwartz et al., 1998).
Hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tampak adanya perbedaan kesimpulan. Berdasarkan argumen diatas peneliti tertarik untuk mempelajari hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan angka kejadian stroke iskemik.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diajukan pokok- pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Stroke merupakan salah satu permasalahan kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. 2. Stroke dapat menyebabkan kematian dan kecacatan permanen. 3. Faktor
risiko
terjadinya
stroke
sering
dikaitkan
dengan
KD W
penggunaan kontrasepsi hormonal.
4. Kontrasepsi hormonal masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat dibandingkan dengan metode kontrasepsi yang lain. 5. Penelitian mengenai hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian stroke iskemik tidak menunjukkan
@ U
hasil yang konklusif.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas pertanyaan pernelitian yang diajukan:
Apakah terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian stroke iskemik?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian stroke iskemik.
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian Subjek
Metode
Heinemann et al., 1997
Pasien stroke sebanyak 203 pasien dan pasien kontrol sebanyak 925 pasien
Kasus Kontrol
Schwartz et al., 1998
Data stroke iskemik sebanyak 175 data, 198 data stroke hemoragik, dan 1191 data kontrol
Kasus Kontrol
Kemmeren et al., 2002
Wanita yang mengalami stroke iskemik sebanyak 203 pasien dan 925 pasien sebagai kontrol
Lidegaard et al., 2012
Subjek total sebanyak 1.626.158 wanita dengan 3.311 wanita mengalami stroke iskemik dan 1.725 wanita mengalami miokard infark
Hasil
@ U
KD W
Peneliti
Penggunaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko terjadinya stoke iskemik, namun hal ini amat jarang terjadi Wanita yang menggunakan low dose oral contraceptive pil pada umumnya tidak mengalami peningkatan risiko terhadap stroke
Kasus Kontrol
Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko terjadi stroke iskemik terutama pada kelompok usia tua
Kohort Retrospektif
Penggunaan kontrasepsi hormonal dengan tingkat hubungan yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya stroke iskemik dan miokard infark
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih menunjukkan hasil yang kontroversi. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa kontrasepsi hormonal merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stoke iskemik, namun ada pula yang menyatakan tidak demikian. Penelitian ini akan menggunakan metode kasus kontrol untuk membandingkan pasien yang mengalami stroke iskemik dan tidak mengalami stroke iskemik dengan riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Rumah Sakit
KD W
Bethesda. Dengan subyek penelitian adalah pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
@ U
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan wawasan baru bagi peneliti mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian stroke iskemik.
2. Bagi kemajuan ilmu kedokteran Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi dunia kedokteran dan peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai topik yang diangkat. 3. Bagi klinisi dan rumah sakit Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan edukasi mengenai pemilihan metode kontrasepsi bagi pasien dan menjadi referensi
mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian stroke iskemik. 4. Bagi pasien dan keluarga pasien Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi
@ U
KD W
pasien dan keluarganya dalam pemilihan metode kontrasepsi.