UJI EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri Ell. Cif) PADA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI LAPANGAN.
SKRIPSI OLEH : GINMAN MANIHURUK 010302009
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
UJI EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri Ell. Cif) PADA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI LAPANGAN.
SKRIPSI OLEH : GINMAN MANIHURUK 010302009
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Komisi Pembimbing :
(Ir. Lahmuddin Lubis,MP) Ketua
(Ir. Zulnayati) Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
ABSTRACT
Ginman Simanihuruk “ UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKA PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri Ell. Cif.) PADA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI LAPANGAN” with the conselling Mr. Ir. Lahmuddin Lubis MP. as a leader and Mrs. Ir. Zulnayati as co-author. The object of the study is to know some effectivenes fungicides againts plant purple strain disease Alternaria porri Ell. Cif on red onion. The reseach was done in Tongging, Kabupaten Karo above 500 m from sea level. Reseach starting in April until July 2007. Reseach applies Non Factorial Randomized Block Design (Non Factorial RAK) which consist of F0 (control/non act), F1 (Sirih leaf extracts), F2 (Mimba leaf extracts), F3 (Gambir) and F4 (fungicide Dithane M-45 80 WP) as compared. The parameter perceived intensity attack (%) percentage of attack (Alternaria porri) and shallot production (Ton/ha). The result of the study shows that values of natural fungicides, significantly influences after aplication to the intensity of attack from Alternaria porri Ell. Cif. The highest value range of each found on act F3 (gambir) about 18,72 % and the lowest found on F1 (sirih leaf extracts) about 15,67 %. Highest production found on F1 about 10,4 Ton/Ha and lowest found on F3 about 9,36 Ton/Ha.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
PENDAHULUAN
Latar Belakang Bawang termasuk salah satu angggota bawang-bawangan yang populer didunia. Sejarah bawang
ternyata berkaitan dengan sejarah
perjalanan peradaban dunia yang terkenal. Bawang sudah dikenal masyarakat, jauh sebelum Nabi Isa dilahirkan sebagai obat tradisional yang manjur, dan sebagai penangkal berbagai macam penyakit (Wibowo, 1999). Di Indonesia, bawang merah juga telah merambah ke berbagai daerah sehingga merambah sehingga komoditi ini memiliki nama khas dimasing-masing daerah. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Agar kebutuhan selalu terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah produksinya. Saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya relatif rendah (Rahayu dan Berlian, 1999). Organisme penggangu tanaman (OPT) pada tanaman bawang adalah : Thrips tabaci, ulat daun (Spodoptera litura), ulat grayak (Spodaptera exigua), Agrotis sp, Nematoda akar, penyakit bercak ungu (Alternaria porri). Penyakit embun bulu (Downy mildew), busuk Fusarium, bercak daun Cercospora dan busuk lunak (Scelerotium cepivorum) (Anonimus, 2000).
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Penyakit bercak ungu (purple blotch) tersebar luas di seluruh dunia. Penyakit dapat timbul pada berbagai macam-macam genus (marga) Allium. Menurut Sukirman dan Triharso (1972) dalam Semangun 1994, mengemukakan bahwa penyakit ini yang setempat disebut trotol sangat merugikan tanaman bawang di Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Penyakit cukup meluas dengan intensitas penyakit 1 – 60 % . Pengendalian yang dilakukan terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria porri) adalah menanam tanaman secara bergilir dengan tanaman yang bukan inang. Selain itu disemprot dengan menggunakan fungisida (Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi,2006). Dalam hal pengendalian dilapangan para petani kita sudah terbiasa menggunakan fungisida. Padahal penggunaan pestisida sering membawa kerugian yang besar baik secara langsung dan tidak langsung yakni berpengaruh tidak baik terhadap organisme yang bukan sasaran juga dapat
menimbulkan resistensi bagi OPT dan JPT sasaran
(Wardojo, dkk, 1978). Ditinjau dari segi ekonomis penggunaan fungisida memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun begitu penggunaan fungisida termasuk taktik penting dalam konsep PHT. Penggunaan pestisida dulu, kini dan yang akan datang tetap merupakan hal pokok yang masih penting dalam manajemen pengemdalian OPT dan JPT dengan syarat pemakaian dosis yang tepat sesuai dengan anjuran (Wardojo, dkk, 1978). Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan terhadap petani. Suatu alternatif pengendalian hama dan penyakit yang murah, praktis, dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan terhadap negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi modal yang terbatas untuk membeli pestisida sintesis(Novizan, 2002). Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektifitas beberapa fungisida nabati untuk mengendalikan penyakit becak ungu (Alternaria porri Ell. Cif).
Hipotesa Penelitian Fungisida nabati berpengaruh terhadap perkembangan penyakit becak
ungu
(Alternaria
porri
Ell.
Cif)
pada
bawang
merah
(Allium ascalonicum L.).
Kegunaan Penelitian - Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. - Sebagai pengendalian alternatif dalam mengendalikan penyakit bercak ungu
(Alternaria
porri Ell.
Cif)
pada
tanaman
bawang
merah
(Allium ascalonicum L.) - Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
ABSTRAK
Ginman Simanihuruk “ UJI EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri Ell. Cif.) PADA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI LAPANGAN” Dengan komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin Lubis MP. selaku ketua dan Ibu Ir. Zulnayati selaku anggota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas beberapa fungisida nabati terhadap penyakit bercak ungu Alternaria porri Ell. Cif pada bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongging Kabupaten Karo pada ketinggian tempat lebih kurang 500 mdpl. Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai Juli 2007. Penelitian menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari F0 (Kontrol/tanpa perlakuan), F1(Larutan daun sirih), F2 (Larutan daun mimba), F3 (Gambir), dan F4 (Fungisida Dithane M-45 80 WP) sebagai pembanding. Parameter yang diamati adalah Intensitas serangan (%) dan produksi bawang merah (Ton/Ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida nabati berpengaruh nyata setelah aplikasi terhadap intensitas serangan Alternaria porri Ell. Cif. Rataan intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (Gambir) sebesar 18,72 % dan terendah pada perlakuan F1(larutan daun sirih) sebesar 15,67 %. Produksi tertinggi pada F1 sebesar 10,4 ton/ha dan terendah pada F3 sebesar 9,36 Ton/ha.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
RIWAYAT HIDUP
“Ginman Simanihuruk” lahir di Tongging pada tanggal 18 Desember 1982 dari pasangan Ayahanda A. Simanihuruk dan Ibunda A. Br Silalahi. Penulis merupakan putra ke dua dari 5 (Lima) bersaudara. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah : SD Negeri 0405043 Tongging di Kabupaten Karo Lulus Tahun 1994. SMP Swasta Katolik Tri Sakti 2 di Deli Serdang Lulus Tahun 1997. SMU Negeri 11 Medan Lulus Tahun 2000. Dan pada tahun 2001 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMPTN, di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Pematang Siantar.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuha Yang Maha Esa atas Kasih Karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah penyakit tanaman dengan judul “Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Ungu
(Alternaria porri Ell. Cif.) Pada Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) Di Lapangan” Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Lahmuddin Lubis, MP. dan
Ir. Zulnayati selaku komisi pembimbing yang telah banyak
membantu penulis dan semua rekan-rekan yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan perhatiannya. Akhir kata penulis menyampaikan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................... ABSTRAK ..................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
Hlm i ii iii iv v vii viii ix
PENDAHULUAN ............................................................................ Latar Belakang ......................................................................... Tujuan Penelitian ..................................................................... Hipotesa Penelitian .................................................................. Kegunaan Penelitian ................................................................
1 1 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) ................... Botani Tanaman ............................................................... Syarat Tumbuh ................................................................. Klasifikasi Penyakit .................................................................. Gejala Serangan Penyakit ................................................. Daur Penyakit ................................................................... Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ............................... Pengendalian Penyakit ..................................................... Pestisida Nabati ....................................................................... Fungisida Sistemik ...................................................................
4 4 4 5 6 8 9 9 10 11 12
METODA PENELITIAN ................................................................... Tempat dan Waktu ................................................................... Bahan Dan Alat......................................................................... Metode Penelitian .................................................................... Pelaksanaan Penelitian ........................................................... Pengolahan Lahan ............................................................ Pembuatan larutan bahan nabati ...................................... Penanaman ...................................................................... Pemupukan ...................................................................... Pemeliharaan .................................................................... Aplikasi fungisida .............................................................. Panen ............................................................................... Peubah Pengamatan ............................................................... Intensitas Serangan .......................................................... Produksi ............................................................................
13 13 13 13 14 14 15 16 16 17 17 18 18 18 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
20
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Intensitas Serangan ................................................................. Produksi ...................................................................................
20 23
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... Kesimpulan .............................................................................. Saran .......................................................................................
25 25 25
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
DAFTAR TABEL
No 1. 2.
Judul Tabel Rataan Intensitas Serangan Alternaria porri ……………… Rataan Produksi ………………………………………………
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Hlm 20 23
Ungu (Alternaria
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4.
Judul Gambar Hlm Patogen Penyebab Penyakit Bercak Ungu ................................. 7 Gejala serangan penyakit bercak ungu ....................................... 8 Histogram intensitas serangan penyakit bercak ungu ............... 22 Foto lahan penelitian .................................................................. 39
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Judul Lampiran Hlm Bagan Lahan Penelitian .................................................................. 28 Bagan Pengambilan Sampel ............................................................ 30 Data Intensitas Serangan Penyakit Bercak Ungu 3 MST ................. 31 Data Intensitas Serangan Penyakit Bercak Ungu 4 MST ................. 32 Data Intensitas Serangan Penyakit Bercak Ungu 5 MST ................. 33 Data Intensitas Serangan Penyakit Bercak Ungu 6 MST ................. 34 Data Intensitas Serangan Penyakit Bercak Ungu 7 MST ................. 35 Data Intensitas Serangan Penyakit Bercak Ungu 8 MST ................. 36 Data Produksi (g/plot) ..................................................................... 37 Deskripsi Tanaman Batang Merah Varietas Local ........................... 38 Foto Lahan Penelitian ..................................................................... 39
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
PENDAHULUAN
Latar Belakang Bawang termasuk salah satu angggota bawang-bawangan yang populer didunia. Sejarah bawang
ternyata berkaitan dengan sejarah
perjalanan peradaban dunia yang terkenal. Bawang sudah dikenal masyarakat, jauh sebelum Nabi Isa dilahirkan sebagai obat tradisional yang manjur, dan sebagai penangkal berbagai macam penyakit (Wibowo, 1999). Di Indonesia, bawang merah juga telah merambah ke berbagai daerah sehingga merambah sehingga komoditi ini memiliki nama khas dimasing-masing daerah. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Agar kebutuhan selalu terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah produksinya. Saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya relatif rendah (Rahayu dan Berlian, 1999). Organisme penggangu tanaman (OPT) pada tanaman bawang adalah : Thrips tabaci, ulat daun (Spodoptera litura), ulat grayak (Spodaptera exigua), Agrotis sp, Nematoda akar, penyakit bercak ungu (Alternaria porri). Penyakit embun bulu (Downy mildew), busuk Fusarium, bercak daun Cercospora dan busuk lunak (Scelerotium cepivorum) (Anonimus, 2000).
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Penyakit bercak ungu (purple blotch) tersebar luas di seluruh dunia. Penyakit dapat timbul pada berbagai macam-macam genus (marga) Allium. Menurut Sukirman dan Triharso (1972) dalam Semangun 1994, mengemukakan bahwa penyakit ini yang setempat disebut trotol sangat merugikan tanaman bawang di Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Penyakit cukup meluas dengan intensitas penyakit 1 – 60 % . Pengendalian yang dilakukan terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria porri) adalah menanam tanaman secara bergilir dengan tanaman yang bukan inang. Selain itu disemprot dengan menggunakan fungisida (Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi,2006). Dalam hal pengendalian dilapangan para petani kita sudah terbiasa menggunakan fungisida. Padahal penggunaan pestisida sering membawa kerugian yang besar baik secara langsung dan tidak langsung yakni berpengaruh tidak baik terhadap organisme yang bukan sasaran juga dapat
menimbulkan resistensi bagi OPT dan JPT sasaran
(Wardojo, dkk, 1978). Ditinjau dari segi ekonomis penggunaan fungisida memerlukan biaya yang cukup besar. Meskipun begitu penggunaan fungisida termasuk taktik penting dalam konsep PHT. Penggunaan pestisida dulu, kini dan yang akan datang tetap merupakan hal pokok yang masih penting dalam manajemen pengemdalian OPT dan JPT dengan syarat pemakaian dosis yang tepat sesuai dengan anjuran (Wardojo, dkk, 1978). Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan terhadap petani. Suatu alternatif pengendalian hama dan penyakit yang murah, praktis, dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan terhadap negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi modal yang terbatas untuk membeli pestisida sintesis(Novizan, 2002). Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektifitas beberapa fungisida nabati untuk mengendalikan penyakit becak ungu (Alternaria porri Ell. Cif).
Hipotesa Penelitian Fungisida nabati berpengaruh terhadap perkembangan penyakit becak
ungu
(Alternaria
porri
Ell.
Cif)
pada
bawang
merah
(Allium ascalonicum L.).
Kegunaan Penelitian - Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. - Sebagai pengendalian alternatif dalam mengendalikan penyakit bercak ungu
(Alternaria
porri Ell.
Cif)
pada
tanaman
bawang
merah
(Allium ascalonicum L.) - Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Botani Tanaman Menurut
taksonomi
tumbuhan,
tanaman
bawang
merah
diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Liliales (Liliflorae)
Famili
: Liliaceae
Genus
: Allium
Spesies
: Allium ascalonicum L.
(Rukmana, 1994). Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang tegak dengan tinggi dapat mencapai 15- 50 cm dan membentuk rumpun.
Akar
berbentuk
akar
serabut
yang
tidak
panjang
(Rahayu dan Berlian, 1999). Akar bawang merah terdiri dari akar adventif, akar muda, bulu akar, dan akar pokok. Akar bawang merah dapat mencapai kedalaman 15-20 cm. Diameter akar bervariasi antara
1,5 mm - 2 mm. Akar
cabang tumbuh dan terbentuk antara 3 – 5 akar (Anonimus, 2004). Tanaman bawang memiliki batang sejati atau disebut ˝discus˝ yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagaitempat melekatnya Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas atau discus terbentuk batang semu tersusun dari pelepah – pelepah daun. Batang semu yang berada didalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus) (Rukmana, 1994). Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian
bawahnya
melebar
membengkak.
Daun
berwarna
hijau
(Rahayu dan Berlian, 1999). Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 – 90 cm, dan diujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar ( bulat ) seolah olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri antara 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih. Sebagai bunga sempurna (hermaprodit). Bawang merah dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga dan tangan manusia (Rukmana, 1994). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji – biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif ( Rukmana, 1994). Syarat Tumbuh Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca yang Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (0 – 1000) m dpl dengan curah hujan
300 – 2500 mm/ tahun
(Rahayu dan Berlian, 1999). Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25˚C – 32 ˚C. Suhu rata -rata pertahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30 ˚C (Anonimus, 2004). Jenis tanah yang baik adalah tanah lempung berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi yang bagus dan drainasenyapun baik. Yang paling baik untuk lahan bawang merah tanah yang mempunyai keasaman sedikit asam sampai normal, yakni pH antara 6,0 – 6,8 ( Wibowo, 1999).
Klasifikasi penyakit bercak ungu (Alternaria porri) Menurut Wescott (2001), sistematika jamur Alternaria porri sebagai berikut : Kingdom
:
Fungi
Divisio
:
Eumycota
Class
:
Hyphomycetes
Ordo
:
Hypales
Family
:
Dematiaceae
Genus
:
Alternaria
Species
:
Alternaria porri Ell. Cif.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Becak ungu yang disebabkan oleh jamur alternaria porri Ell. Cif. Misellium jamur berwarna cokelat, konidiofor tegak, bersekat, dengan ukuran 20 – 180 X 4 -18 µm. Konidium berbentuk gada terbalik berwarna cokelat berukuran 105 – 200 X 12 – 24 µm, dengan sekat melintang sebanyak 6 -12 buah dan 3 buah sekat membujur. Konidium mempunyai paruh (beak) pada ujungnya, paruh bersekat, panjang paruh lebih kurang setengah dari panjang konidium atau lebih (Weber, 1973). Konidium dan konidofor berwarna hitam atau cokelat, konidium berbentuk gada yang bersekat-sekat, pada salah satu ujungnya membesar dan tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi tanaman melalui stomata atau luka yang terjadi pada tanaman. Patogen dapat bertahan dari musim ke musim pada sisa – sisa tanaman (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2006).
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Gejala Serangan
Gambar 2 : Gejala serangan Alternaria porri pada daun bawang Sumber : Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2006 http://www.deotan.go.id/ditlin horti/opt/bawang/trotol.htm . Diakses tgl 13 Desember 2006
Pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bervariasi tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut,bercak – bercak menyerupai cincin, warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zona berwarna kuning yang dapat meluas kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering. Permukaan bercak bisa juga berwarna cokelat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab. Infeksi pada umbi biasanya dapat terjadi pada saat panen atau setelah panen. Umbi tampak membusuk dan berair dimulai dari bagian leher. Umbi yang membusuk berwarna kuning atau merah kecokelatan. Serangan lanjut menyebabkan jaringan umbi yang terserang mengering, berwarna gelap dan bertekstur seperti kertas (Semangun, 1994). Pada mulanya cendawan terbawa angin atau air menempel pada bagian tanaman, termasuk daun. Kemudian pada bagian yang terinfeksi terjadi suatu perubahan warna berupa bercak kecil putih sampai keabu-
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
abuan. Pada bercak yang membesar, tampak lingkaran membentuk cincin berwarna keunguan yang dikelilingi warna kuning (Walkers, 1952). Daur Penyakit Zona bercak keungu-unguan terdapat pada daun – daun, konidiofor – konidiofor dibentuk satu persatu atau secara berkelompok, konidia multiseluler dibentuk pada ujung – ujung konidiofor. Setiap sel konidium mampu berkecambah. Penyakit disebarkan melalui udara dan perkecambahan maksimum terjadi pada pukul 8 pagi sampai 2 siang. Perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh angin, curah hujan, pengairan dan penyemprotan. Sporulasi terjadi pada malam hari dengan kelembaban relatif tinggi. Ketika jaringan bawang rentan, spora jamur berkecambah, tabung kecambah
menembus stomata dan secara
langsung bergerak terus sampai ke epidermis. Gejala pertama dapat dilihat 1- 4 hari setelah penetrasi, jika cuaca yang menguntungkan terus berlangsung pengulangan siklus penyakit yang kedua dapat terjadi dengan cepat. Konidia tidak dapat bertahan lama setelah konidia jatuh dari batang konidiofornya. Miselium dapat juga ditemukan pada tanaman yang sakit yang dapat bertahan dari musim ke musim, lalu ketika kondisi menguntungkan konidia diproduksi pada debris. Penyakit muncul pada daun – daun yang rentan. Dari daun jamur berkembang sampai umbi menjadi tua. Tidak dapat dipastikan apakah jamur terbawa benih setiap beberapa bulan ditempat penyimpanan (Sherf and Macnab, 1986).
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Tanaman yang baik pertumbuhannya karena dipupuk secara seimbang dan mendapat penyiraman yang cukup kurang mendapat gangguan penyakit. Demikian juga tanaman bawang musim kemarau (Semangun, 1994). Keadaan cuaca yang lembab, mendung, hujan rintik-rintik dan mendorong perkembangan penyakit. Pemupukan dengan dosis N yang tinggi atau tak berimbang, keadaan drainase yang tidak baik dan suhu antara
30–32 ˚C merupakan
kondisi
yang
menguntungkan
bagi
perkembangan patogen (Schwartz, 2006). Jamur membutuhkan hujan dan embun yang persisten untuk reproduksi dan penetrasi. Jamur tesebut dapat tumbuh pada kisaran suhu 43 – 93 ˚F tapi suhu optimumnya 77 ˚F dan hampir tidak ˚F, ada infeksi dibawah suhu 55
kelembaban
optimium 90 %
(Sherf and Macnab, 1986). Pengendalian Melakukan seed treatment (perlakuan benih) dengan thiram, rotasi tanaman dengan tidak menanam tanaman inang, penanaman pada tanah yang agak kering dan berdraianase yang baik dan penyemprotan fungisida
dengan
Maneb,
Mancozeb,
atau
Zineb
(Sherf and Macnab, 1986). Menurut
Westcott,
2001
dalam
Anonimus,
2006c.
Merekomendasikan untuk mengendalikan Alternaria porri dengan rotasi tanaman selama 3 tahun, sistem irigasi yang baik, kultivar resisten.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Menurut schwartz (2006) 3–4 tahun dilakukan rotasi tanaman karena memegang peranan penting dalam mengurangi timbulnya konidia menempati debris bawang khususnya memisahkan bawang yang terserang yang paling penting dengan membenamkan bawang – bawang yang terserang dalam tanah setelah panen. Becak ungu dikendalikan dengan menanam bawang dilahan yang mempunyai drainase yang baik dan dengan mengadakan pergiliran tanaman.
Jika
diperlukan
dengan
penyemprotan
fungisida
(Semangun, 1994).
Pestisida nabati Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan pohon dengan ketinggian
10-15m.
Tanaman
mimba
mengandung
Azadirachtin,
Meliantriol,Salanin, dan Nimbin. Aromanya seperti bawang dan rasanya sangat pahit. Azadirachtin sendiri mempunyai spektrum luas tetapi paling efektif mengendalikan serangga bertubuh lunak. Bahan aktif ini terdapat pada semua bagian tanaman (Novizan, 2002). Ekstrak nimba dikenal memiliki kemampuan menekan pertumbuhan jamur. Sebagai fungisida, mimba dapat dipakai untuk tindakan preventif pada tahap awal gejala penyakit jamur. Semprotan ekstrak nimba menyebabkan spora gagal berkecambah. Mimba efektif mengendalikan jamur penyebab penyakit busuk, embun tepung, karat daun, bercak daun, kudis atau cacar daun, dan layu (Novizan, 2002).
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Gambir mengandung asam tannin dan cathechine sebagai unsur utama yang dapat digunakan sebagai anti septic terhadap jamur atau patogen (Anggraeni dan Djatnika, 1999). Daun sirih dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan jamur.
Senyawa yang terkandung dalam daun sirih
diantaranya chavicol dan betlephenol. Senyawa chavicol memiliki daya anti septic yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima kali lipat fenol biasa (Suharso, 2003).
Fungisida Dithane M – 45 80 WP Merupakan fungisida sistemik dengan bahan aktif mankozeb. Nama kimia
: ethylene – 1,2 – bisdithiocarbamate polymer
Rumus bangun
:
Rumus molekul
: ( C4H6N2S4Mn) a . ( C4H4N2S4Zn)y
Fungisida ini berfungsi untuk memberikan perlindungan (protective) pada tanaman dari serangan jamur patogen ( Kegley, et all, 2000).
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
BAHAN DAN METODA
Tempat Dan waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Tongging Kabupaten Karo, pada ketinggian ± 500 meter diatas permukaan laut (mdpl) yang dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2007. Bahan Dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah Varietas Lokal, Pupuk Kandang, Urea, TSP, KCL, Dithane M-45 80 WP, Daun Sirih, Gambir, Daun Mimba, dan Insektisida. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, kored, timbangan, papan nama, tugal, handsprayer, kalkulator, alat tulis, meteran, buku data.
Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK)
Non Faktorial yang terdiri dari : F0
:
Kontrol
F1
:
Larutan daun sirih 100 ml/plot
F2
:
Larutan daun mimba 100 ml/plot
F3 : Larutan gambir 100 ml/plot Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
F4
:
Fungisida Dithane (0,2 gr/plot )
Dimana perlakuan ( t ) = 5 (r – 1) ( t – 1)
≥15
(5 – 1) (r – 1)
≥15
4 (r – 1)
≥15
4r – 4
≥15
4r
≥19
r
≥19/4
r
≥4,75
r
= 5 (Ulangan yang dipakai)
Jumlah plot = 20 Model linier dari rancangan yang digunakan adalah : Yij = µ + σi + βj + εij Keterangan : Yij
= nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j
μ
= nilai umum tengah
σi
= efek blok ke-i
βj
= efek taraf ke-j
εij
= Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
(Sastrosupardi, 1999)
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma atau sisa tanaman
dari pertanaman sebelumnya, dengan
menggunakan cangkul, kemudian tanah tersebut dicangkul
atau
digemburkan dengan lapisan olah tanah sedalam 20 – 30 cm. Setelah diolah dibuat bedengan atau petak sesuai dengan jumlah
perlakuan,
dengan ukuran tiap petak yaitu ( 2 x 1 )m. Jarak antara petak dalam satu ulangan 30 cm, dan jarak antar ulangan 50 cm, kedalaman parit 30 cm sehingga luas lahan 8 m x 13 m . Setelah diolah diberikan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang ayam sebanyak 2 Kg/plot. Kemudian lahan dibiarkan selama seminggu sebelum ditanami. Pembuatan Larutan Bahan Nabati - Mimba
: Sebanyak 100 gram daun mimba dicuci kemudian diblender. Bahan tersebut dicampurkan dengan 1 L air,dan didiamkan selama 24 jam. Larutan disaring dan ditambahkan dengan 1 gram detergent
sebelum diaplikasikan ketanaman
(Sumartini dan Yusmani, 2001). - Sirih
: Sebanyak 100 gram daun sirih dicuci kemudian diblender. Bahan tersebut dicampur dengan 1L air, dan didiamkan selama 24 jam. Larutan disaring dan ditambahkan dengan 1 gram
detergent
sebelum
diaplikasikan
ketanaman
(Sumartini dan Yusmani, 2001). - Gambir : Gambir dihaluskan 2 gram kemudian dicampur dengan 1L air, dan didiamkan selama 24 jam. Larutan disaring dan
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
ditambahkan dengan 1 gram detergent sebelum diaplikasikan ketanaman (Anggraeni dan Djatnika, 1990).
Penanaman Sebelum penanaman, dilakukan perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida kimiawi, untuk mencegah patogen terbawa benih tumbuh dipertanaman. Bibit bawang direndam dalam larutan fungisida Dithane selama ± 15 menit kemudian dikeringkan. Bibit bawang ditanam dengan jarak tanam
20 x 15 cm, yaitu jarak dalam baris 15 cm dan jarak
antar baris 20 cm,
sehingga
jumlah populasi 45 tanaman / plot.
Bawang ditanam dengan menggunakan tugal kecil. Bibit bawang ditanam sampai umbi rata dengan permukaan tanah.
Pemupukan Pupuk anorganik yang digunakan adalah
Urea(500 kg/ha),
TSP(300 kg/ha), dan KCL(200 kg/ha) . Pupuk TSP dan KCL diberikan bersama-sama pada saat tanaman berumur 2 mst. Sedangkan
urea
diberikan dua kali yaitu pemupukan pertama dilakukan 2 mst sebanyak setengah dari dosis anjuran. Pemupukan
urea yang kedua dilakukan
pada saat tanaman berumur 4 mst dengan memberikan setengah bagian yang sisa. Pemupukan urea dilakukan pada tiap larikan tanaman, sedangkan pemupukan TSP dan KCL diberikan pada larikan disebelah tanaman yang lain. Penggunaan pupuk disesuaikan dengan dosis anjuran: Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
TSP
= 60 gr/plot
KCL
= 40 gr/plot
Urea
= 100 gr/plot, diberikan dua kali yaitu : pemupukan pertama 50 gr/plot, pemupukan kedua 50 gr/plot.
Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan meliputi
penyiraman, penyiangan, dan
penggemburan tanah. Penyiraman dilakukan apabila keadaan lingkungan terlalu kering. Penyiraman ini dapat dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan sejak penanaman, setiap hari sekali, pagi atau sore hari. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa tanaman bawang merah tidak menghendaki air yang terlalu banyak atau tanah yang terlalu lembab. Penyiangan dapat dilakukan sedini mungkin karena akar bawang merah yang muda sukar untuk bersaing dengan rumput atau tumbuhan liar. Penyiangan biasanya dilakukan dua kali yaitu 3 mst dan 6 mst. Namun bila pertumbuhan gulma cukup banyak, penyiangan dapat dilakukan lebih sering. Bersamaan
dengan penyiangan juga dilakukan penggemburan
tanah, untuk memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Alat yang digunakan adalah kored, untuk penyiangan didekat tanaman sebaiknya gulma dicabut dengan tangan agar tidak mengganggu atau merusak akar tanaman bawang.
Aplikasi Fungisida
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Aplikasi fungisida dilakukan setelah pengamatan pendahuluan. Bila telah ditemukan intensitas serangan ≥ 5% maka dilakukan penyemprotan fungisida
sesuai
dengan
perlakuan.
Penyemprotan
menggunakan
knapsack sprayer dengan interval 1minggu ( 7 hari) sekali dan dihentikan saat tanaman berumur 7 minggu setelah tanam. Panen Pemanenan dilakukan setelah tanaman tua dan menguning. Kriteria tanaman yang sudah dapat dipanen dapat dilihat berupa daunnya sudah menguning dan kering. Daun telah menguning sekitar 70 – 80 % dari jumlah tanaman. Pangkal batang mengeras, sebagian umbi telah tersembul diatas permukaan tanah, lapisan lapisan umbi telah penuh berisi dan berwarna merah. Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah berumur 65 – 75 hari setelah tanam.
Peubah Pengamatan Intensitas Serangan. Pengamatan terhadap intensitas serangan dilakukan
setelah aplikasi
fungisida. Pengamatan dilakukan 6 hari setelah aplikasi dan diamati 1minggu(7 hari) sekali dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: IS =
∑ (n × v) ×100% N ×Z
Keterangan : IS
:
Intensitas serangan (%)
n
:
Jumlah bagian tanaman yang terserang (helai)
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
v
:
Nilai skala kerusakan (%)
N
:
Jumlah daun yang diamati
Z
:
Skala tertinggi
Dengan nilai kerusakan sebagai berikut : 0
=
Tidak ada gejala serangan
1
=
Luas Kerusakan Daun > 0 - ≤10 %
3
=
Luas Kerusakan Daun > 10 - ≤ 25 %
5
=
Luas Kerusakan Daun > 25 - ≤50 %
7
=
Luas Kerusakan Daun > 50 - ≤75 %
9
=
Luas Kerusakan Daun > 75 - ≤100 %
( Moekasan, dkk, 2000).
Produksi Produksi dihitung dengan menimbang berat bawang ( Kg ) yang dipanen dari setiap plot perlakuan, dan dikonversikan kedalam Ton/Ha dengan menggunakan rumus:
Y (ton/ha) =
10.000m 2 X × 1000kg L
Keterangan : Y
= Produksi dalam ton/ha
X
= produksi dalam kg/plot
L
= Luas plot (m2)
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
(Sudarsono dan Sujarman, 1981).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Intensitas serangan Alternaria porri Ell. Cif. Hasil pengamatan intensitas serangan Alternaria porri Ell. Cif. Pada waktu setiap pengamatan mulai 3 – 8 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 3 – 8. Dari Analisa Sidik Ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata, sangat nyata, dan tidak nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rataan Intensitas Serangan Alternaria porri Ell. Cif pada setiap pengamatan. Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4
3 4.25 3.95 3.97 3.96 4.03
4 9.62 a 5.65 b 5.47 b 6.09 b 5.12 b
Waktu Pengamatan (MST) 5 6 13.20 a 18.37 a 7.79 b 10.34 bc 7.79 b 11.08 bc 8.79 b 12.08 b 6.52 c 8.47 c
7 24.53 a 12.63 c 13.70 c 15.64 b 10.38 d
8 30.11 a 15.67 b 17.20 b 18.72 b 12.61 c
Keterangan : Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan Uji Jarak Duncan (DMRT). Tabel 1. menunjukkan intensitas serangan pada pengamatan 3 minggu
setelah tanam (MST) tidak berpengaruh nyata antar setiap
pelakuan oleh karena itu tidak ditampilkan notasi perlakuan. Tetapi berbeda nyata dengan pengamatan 4 – 8 . Pengamatan 4 MST perlakuan Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
F0 berbeda nyata dengan perlakuan F1, F2, F3, F4. Pada pengamatan 5 MST perlakuan F0 (kontrol) berbeda nyata dengan fungisida nabati (F1, F2, F3) dan fungisida kimiawi (F4). Demikian juga antar perlakuan fungisida nabati (F1, F2, F3,) tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan fungisida kimiawi (F4). Pengamatan 6 MST perlakuan F0 berbeda nyata dengan perlakuan fungisida nabati (F1, F2, F3) dan fungisida kimiawi (F4). Pada pengamatan ini perlakuan F1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan F2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan F3, dan F4. Pengamatan 7 MST menunjukkan perlakuan
fungisda nabati (F1, F2, F3) berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol (F0) dan perlakuan fungisida kimiawi (F4). Tetapi perlakuan fungisida nabati F1, F2 berbeda nyata dengan perlakuan F3, dan perlakuan F1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan F2. Pada pengamatan 7 MST perlakuan fungisida nabati (F1, F2, F3) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (F0) dan perlakuan dengan fungisida kimiawi (F4). Dan perlakuan antar perlakuan fungisida nabati, larutan daun sirih (F1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan larutan daun mimba (F2), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan larutan gambir (F3). Sedangkan perlakuan kontrol (F0) berbeda nyata dengan perlakuan fungisida kimiawi (F4). Pada pengamatan 8 MST perlakuan fungisida nabati (F1, F2,F3) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (F0) dan fungisida kimiawi (F4). Dan perlakuan F1 berbeda nyata dengan perlakuan F2, F3, tetapi perlakuan F2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan F3. Hasil Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
pengamatan terakhir menunjukkan intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (F0) dan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan fungisida kimiawi (F4) Dithane M – 45 80 WP sebesar 12,61 %. Berikut ini dapat dilihat gambar histogram hubungan aplikasi fungisida terhadap intensitas serangan penyakit bercak ungu Alternaria porri Ell. Cif pada setiap pengamatan. 35 30 25
F0
20
F1
15
F2
10
F3
5
F4
0 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Gambar 3 :Histogram Hubungan Aplikasi Fungisida Terhadap Intensitas Serangan Alternaria porri Ell. Cif Pada Setiap Pengamatan (%).
Dari gambar histogram diatas, pengamatan 3 MST sebelum diaplikasikannya fungisida tampak intensitas serangan penyakit bercak ungu Alternaria porri Ell. Cif yaitu masih berada dibawah 5%. Tetapi pada pengamatan selanjutnya intensitas serangan penyakit terus mengalami peningkatan terlebih pada perlakuan kontrol (F0) tidak ada perlakuan atau tidak ada aplikasi fungisida. Sementara pada perlakuan fungisida kimiawi Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
(F4) Dithane M 45 – 80 WP intensitas serangan penyakit terhambat. Hal ini karena fungisida Dithane memberikan perlindungan (protective) pada tanaman dari serangan jamur patogen (Kegley, et all, 2000). Pada perlakuan fungisida nabati, intensitas serangan penyakit bercak ungu alternaria porri Ell. Cif juga terhambat. Jika dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan F1 (daun sirih) sebesar 15,67 %, F2(daun mimba) sebesar 17,20 %, dan F3 (gambir) sebesar 18,72 %. Halini dipengaruhi oleh karena adanya komponen dalam larutan daun yang
diaplikasikan
ketanaman
yang
bertindak
sebagai
pestisida.
Intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan F1 (daun Sirih) sebesar 15.67 % hal ini dipengaruhi oleh karena daun sirih memiliki senyawa chavicol. Suharso (2003) menyatakan senyawa chavicol memiliki daya anti septic yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima kali lipat fenol biasa.
2. Produksi Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat bahwa perlakuan fungisida nabati berbeda nyata dengan perlakuan control (F0) dan perlakuan fungisida kimiawi (F4), dapat dilihat pada lampiran 9. Tabel 2 :Rataan Produksi Tanaman Bawang Merah (Ton/Ha) Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4
I 1,20 2,20 1,90 1,90 2,25
II 1,05 2,10 1,95 1,90 2,25
Ulangan III 1,10 2,05 2,15 1,80 2,30
IV 1,05 2,05 2,05 1,85 2,40
V 1,00 2,00 2,00 1,80 2,35
Total
Rataan
5,40 10,40 10,05 9,25 11,55
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
1,08 d 2,08 b 2,01 b 1,85 c 2,30 a
Ungu (Alternaria
Total Rataan
9,45 1,89
9,25 1,85
9,40 1,88
9,40 1,88
9,15 1,83
46,65 1866.00
Keterangan : Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan Uji Jarak Duncan (DMRT) Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa rataan umbi kering bawang merah tertinggi terdapat pada perlakuan F4 (Dithane) 2,31 Ton/Ha gram sedangkan terendah pada perlakuan control (F0) sebesar 1,08 Ton/Ha. Rataan produksi memiliki perbedaan yang berarti antara perlakuan kontrol (F0) dengan perlakuan fungisida nabati (F1,F2,F3) dan fungisida kimiawi (F4).
Produksi terendah pada perlakuan control sebesar 108
Ton/Ha gram ini karena tidak adanya pengendalian pada perlakuan ini. Dari tabel dapat dilihat bahwa produksi F0 berbeda nyata dengan perlakuan F1, F2, F3, F4, tetapi perlakuan F1 berbeda tidak nyata dengan F2.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Aplikasi fungisida nabati berpengaruh nyata terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria porri Ell. Cif) pada pengamatan 4,5,6,7, 8 MST. 2. Dari ketiga fungisida nabati yang diuji rataan intensitas terendah pada daun sirih sebesar 15,67 % dan tertinggi pada perlakuan gambir sebesar 18,72% 3. Rataan produksi tertinggi pada perlakuan fungisida kimiawi (F4) seberat 2,31 Ton/Ha dan terendah pada perlakuan kontrol (F0) seberat 1,08 Ton/Ha. 4. Ketiga fungisida nabati yang diuji rataan produksi tertinggi ada pada perlakuan daun sirih (F1) seberat 2,08 Ton/Ha dan terendah pada perlakuan gambir (F3) seberat 1,85 Ton/Ha. 5. Ketiga fungisida nabati yang diuji berbeda nyata dengan perlakuan fungisida kimiawi pada pengamatan 5,6,7,8 MST.
Saran
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut tentang konsentrasi dan waktu aplikasi fungisida nabati untuk mengendalikan penyakit bercak ungu Alternaria porri Ell. Cif.
DAFTAR PUSTAKA
Angraeni, I. dan Djatnika, I. , 1999. Upaya pengendalian embun tepung pada bibit Acacia mangium dengan benomil, tepung gambir dan kulit mahoni. Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI, 16 – 18 September 1999, Purwokerto. Hal: 415-419 Anonimus, 2000. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal : 42 - 51 _______, 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 18 - 22 Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi, 2006. Bawang. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi-pangan/indek.php/id=244 Diakses tgl 13 Desember 2006 Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2006. Becak Ungu atau Trotol (Purple Blotch) Alternaria porri. http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/opt/bemerah/trotol.htm Diakses tgl 15 Desember 2006. Kegley,S., B. Hill, S. Orme, 2000, Mancozeb http://www.pesticide.info.org. Diakses 15 Maret 2007 Moekasan, T. K.,L. Prabaningrum dan M. L. Ratnawati, 2000. Penerapan PHT Pada Sistem Tanam Tumpanggilir Bawang Merah Dan Cabai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Lembang – Bandung . Hal: 21 Neergaard, P., 1999. Seed Pathology. Director Danish Government Institute of Seed Pathology for Develoving Countries, Copenhagen. Denmark. P. 204 Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Lingkungan. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal: 12- 20. Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ramah
Ungu (Alternaria
Rahayu, E. dan N. Berlian, 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 8 – 30 Rukmana, R., 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Hal: 15 - 20 Sastrosupardi, A., 1999. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Hal: 75 Schwartz, H., 2006. Alternaria porri. http://www.ext.colostate.edu/PUBS/crops/02941.pdf Diakses tgl 14Desember 2006 Semangun, H.,1994. Penyakit – Penyakit Tanaman Hortikutura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal: 23 – 27 Sherf, A. F. and A.A. Macnab, 1986. Vegetable and Their Control Second Edition. John Wiley and Sons, New York. Page: 440 – 442. Sudarsono, T dan T. Sujarman, 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan Direktorat Penyuluhan Pertanian, Jakarta. Hal: 62. Sumartini dan Yusmani, 2001. Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedele. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah Perhimpunan fitopatologi Indonesia, 22-24 Agustus 2001, Bogor. Hal: 101-103. Suharso, 2003 . Aneka ramuan untuk sakit gigi Departemen Kesehatan RI. Harian Kompas. http://www.google.co.id Diakses 15 Maret 2007. Walkers, J. C., 1952. Disease of Vegetable Crops. McGraw – Hill Book Company. Inc. New York. Page 241 – 242. Wardojo, S., M. Surdjani., T.O. Robson dan H. Susilo, 1978. Pesticide Management in Southeast Asia. Biotrop in Cooperation with The Kasetsart University, Bangkok. Page: 49 Weber,G. F., 1973. Bacterial and Fungal of Plant in the Tropics. University of Florida Press, Gainesville. Page: 368 – 369 Wescott, 2001, Alternaria. http://gis.ucsc.edu/disease/fungal%20pathogens/alternaria/alternari portrait.html. Diakses tgl 13 Desember 2006.
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria
Wibowo, S., 1999. Budidaya Bawang,Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 17 – 22
Ginman Manihuruk : Uji Efektifitas Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Bercak Porri Ell. Cif) Pada Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Di lapangan, 2007. USU Repository © 2009
Ungu (Alternaria