EVALUASI PRO OGRAM PEMBELAJARAN MATEMATI TIKA SISWA TUNA ANETRA KELAS 2 DI SEKOLAH INKLU USI MADRASA AH ALIYAH NEGERI (MAN) MAGUWOH OHARJO SLEMAN YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL
Oleh Yuyun Rahmahdhani Khusniyah NIM 11103241040
PROG GRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIAS SA JU JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKLUTAS ILMU PENDIDIKAN UN NIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2015
i
ii
Evaluasi Program Pembelajaran (Yuyun Rahmahdhani Khusniyah) 1
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS 2 DI SEKOLAH INKLUSI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MAGUWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA EVALUATION OF MATHEMATICS LEARNING PROGRAM FOR 2ND GRADE BLIND STUDENTS IN INCLUSION SCHOOL MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MAGUWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA Oleh: Yuyun Rahmahdhani Khusniyah, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses dan hasil program pembelajaran maematika bagi siswa tunanetra di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta dengan model evaluasi CIPP (context, input, process, product). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menetapkan kebijakan program pembelajaran berikutnya bagi siswa tunanetra. Penelitian yang dilaksanakan merupakan Penelitian Evaluasi. Model evaluasi yang digunakan adalah CIPP (context, input, process, product). Subjek penelitian merupakan guru matematika kelas XI inklusi dan siswa tunanetra kelas XI IPS di MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persentase kesesuaian kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa secara umum serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 75% yaitu sangat memenuhi; (2) Persentase input dari kompetensi pedagogik 57.14% yaitu cukup memenuhi; (3) Persentase input dari kompetensi profesional 80% yaitu sangat memenuhi; (4) Persentase input dari kompetensi sosial 90% yaitu sangat memenuhi; (5) Persentase input dari kompetensi kepribadian 90% yaitu sangat memenuhi; (6) Persentase pelaksanaan pembelajaran matematika bagi siswa tunanetra di kelas inklusi 37,5% yaitu kurang memenuhi; dan (7) Siswa tunanetra tidak dapat memenuhi KKM meskipun telah diberikan pengajaran remedial. Kata Kunci: Evaluasi, program pembelajaran matematika, sekolah inklusi, siswa tunanetra Abstract This study aimed to evaluate the process and outcomes of mathematic learning programs for students with visual impairment in school inclusion MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta with CIPP evaluation model (context, input, process, product). Results of the study can be used as one of the considerations for setting policy next learning program for students with visual impairments . The study, carried out an evaluation study. Evaluation model used is the CIPP (context, input, process, product). The research subject is math teacher and blind students in IPS 2nd grade MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta. Collecting data using interview techniques, observation and documentation. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis. The results showed that (1) the percentage of the curriculum conformity with the characteristics and needs of students in general and the development of science and technology 75% is fulfilling; (2) Input percentage of pedagogical competence of 57.14% is quite meet; (3) Input percentage of professional competence 80% is very fulfilling; (4) Input percentage of social
2
competence 90% is fulfilling; (5) the input of personal competence Persentse 90% is very fulfilling; (6) Percentage of implementation of mathematical learning for visually impaired students in inclusion classes 37,5% is not meet; and (7) Blind students can not meet the KKM though has been given remedial. . Keywords: Evaluation, mathematics learning programs, school inclusion, students with visual impairment
PENDAHULUAN
context yaitu MAN Maguwoharjo telah
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran disemua
pokok jenjang
yang
diselenggarakan
pendidikan
dan
wajib
ditempuh oleh seluruh siswa tidak terkecuali
melakukan adaptasi kurikulum. Adaptasi dilakukan dengan memberikan tanda khusus pada
indikator
pembelajaran
yang
diperuntukkan bagi siswa tunanetra.
bagi siswa tunanetra. Evaluasi program
Gambaran awal aspek input yaitu: (1)
pembelajaran matematika penting dilakukan
kompetensi pedagogik guru mata pelajaran
untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan
matematika terkait pemahaman guru terhadap
dan
keberhasilan
pembelajaran,
faktor
karakteristik siswa tunanetra yaitu kebutuhan
penghambat
proses
belajar siswa tunanetra secara taktil dan visual
pembelajaran. Menurut Ralph Tyler dalam
kurang terpenuhi; (2) kompetensi professional
Suharsimi Arikunto (2004: 4) yang dimaksud
guru yaitu guru menyampaikan materi ajar
evaluasi
untuk
kepada siswa tidak tergantung pada buku
mengetahui realisasi tujuan pembelajaran. Hal
paket mata pelajaran matematika; (3) sosial
ini berarti bahwa evaluasi terhadap sistem
guru yaitu kemampuan sosial guru mata
atau
memberikan
pelajaran matematika menjalin hubungan
gambaran keterlaksanaan program sebagai
yang efektif dengan warga sekolah, warga
bahan pertimbangan penetapan kebijakan
masyarakat dan dengan orangtua wali siswa;
program pembelajaran berikutnya.
dan (4) kompetensi kepribadian guru yaitu
pendukung
dan
program
program
adalah
proses
pembelajaran
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
wawancara sebagai studi pendahuluan yang
guru memberikan nasihat kepada siswa ketika siswa melakukan kesalahan.
dilakukan di MAN Maguwoharjo pada 13, 14
Gambaran
awal
aspek
process
dan 16 Oktober 2014 terangkum dalam 4
menunjukkan bahwa (1) guru menggunakan
aspek yaitu context, input, process dan
variasi
product. Hasil studi pendahuluan dari aspek
menggunakan media pembelajaran audio
metode
pembelajaran;
(2)
guru
3
visual dan buku paket dalam KBM mata
Guru Pembimbing Khusus (GPK), konseler
pelajaran matematika; dan (3) interaksi yang
dan guru mata pelajaran lain
terjadi antara guru dan siswa tunanetra adalah
Berdasarkan
analisis
tersebut
dapat
interaksi satu arah; dan (4) GPK tidak terlibat
disampaikan bahwa terjadi perbedaan antara
dalam proses pembelajaran siswa tunanetra di
praktik
dalam kelas.
matematika di kelas inklusi siswa tunanetra
pelaksanaan
evaluasi
pembelajaran
Gambaran awal aspek product yaitu
dengan teori evaluasi pembelajaran di sekolah
siswa tunanetra kesulitan untuk mencapai
inklusi yang telah dipaparkan. Oleh karena itu
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
diperlukan
telah ditetapkan sebesar 70 sementara nilai
mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
yang diperoleh siswa tunanetra antara 30 –
progam pembelajaran matematika untuk anak
60.
tunanetra Berdasarkan
permasalahan
latar
penelitian
diatas
evaluasi
di
lebih
sekolah
lanjut
inklusi
untuk
MAN
belakang
Maguwoharjo ditinjau dari aspek konteks,
diketahui
input, proses dan produk.
bahwa evaluasi pembelajaran matematika di
Penelitian yang akan dilakukan oleh
kelas inklusi siswa tunanetra terbatas pada
peneliti menggunakan model evaluasi CIPP
evaluasi hasil belajar siswa. Menurut teori
(context, input, process, product). Keunggulan
mengenai
program
dari model evaluasi CIPP adalah memiliki
pembelajaran di sekolah inklusi yang telah
pendekatan yang holistik dalam evaluasi;
dipaparkan
evaluasi
bertujuan memberikan gambaran yang sangat
pembelajaran harus dilaksanakan dilakukan
detail dan luas; memiliki potensi untuk bergerak
secara berkelanjutan artinya bahwa hasil
di wilayah evaluasi formative dan summative,
evaluasi terdahulu dihubungkan dengan hasil
sehingga sama baiknya dalam membantu
evaluasi
untuk
melakukan perbaikan selama program berjalan,
terjadi,
maupun memberikan informasi final (Ayodya
evaluasi dilakukan secara objektif tidak
Pramudita. 2011: 17). Berdasarkan pendapat
terpengaruh dengan subjektifitas evaluator
tersebut dapat ditegaskan bahwa pemilihan
dan dilakukan secara kooperatif artinya
model
bahwa evaluasi dilakukan dengan menjalin
kemampuan
kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti
keterlaksanaan program secara detail dan luas
evaluasi
sebelumnya
yang
mengetahui
pelaksanaan
tengah
bahwa
dilakukan
perkembangan
yang
evaluasi untuk
CIPP
didasarkan
memberikan
pada
gambaran
serta mampu memberikan informasi inti dari
4
Prosedur penelitian yang dilakukan
program pembelajaran matematika yang tengah berjalan. Oleh karena itu, penelitian evaluasi
yaitu
terhadap program pembelajaran bagi siswa
memfokuskan evaluasi program pembelajaran
tunanetra
MAN
matematika bagi siswa tunanetra di kelas
dilakukan.
inklusi, menentukan model evalausi yang
di
Maguwoharjo
sekolah penting
inklusi untuk
mengumpulkan
akan
program pembelajaran matematika bagi siswa
menganalisis dan melaporkan hasil analisis
tunanetra
data penelitian dalam bentuk deskriptif.
model
evaluasi
CIPP
melakukan
awal,
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
melalui
digunakan,
informasi
penelitian,
(context, input, process, product). Data, Intrumen, dan Teknik METODE PENELITIAN
Pengumpulan Data Metode
Jenis Penelitian
pengumpulan
data
yang
Jenis penelitian yang digunakan dalam
digunakan adalah (1) Wawancara mendalam
penelitian adalah penelitian evaluasi dengan
yang dilakukan teradap guru mata pelajaran
menggunakan model evaluasi CIPP (context,
matematika;
input, process, output.
dilakukan didalam kelas. (3) Dokumentasi
Waktu dan Tempat Penelitian
terhadap
Pengambilan data dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Januari sampai
(2)
Observasi
kurikulum
berpartisipasi
adaptif,
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan rekap nilai siswa.
Februari 2015. Penelitian dilakukan di kelas
Instrumen yang digunakan yaitu (1)
XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo,
Pedoman Wawancara, lembar wawancara
Sleman, Yogyakarta.
berisi daftar pertanyaan untuk mengetahui
Target/Subjek Penelitian
kompetensi
Objek penelitian dalam penelitian ini
mengetahui
guru,
kepada
proses
siswa
untuk
pembelajaran
dari
adalah pelaksanaan program pembelajaran
perspektif siswa; (2) Pedoman Observasi,
matematika. Sumber data atau responden
lembar
dalam penelitian ini adalah guru matematika,
mengamati kompetensi guru yang terkait
Guru Pembimbing Khusus (GPK) dan 2 siswa
dengan proses pembelajaran, diluar kelas
tunanetra kelas XI inklusi dengan klasifikasi
untuk kompetensi guru yang terkait dengan
buta total dan low vision.
kehidupan
Prosedur
pengambilan data melalui teknik dokumentasi.
observasi
berisi
sosialnya;
dan
daftar
(3)
untuk
Kisi-kisi
5
Penilaian input meliputi kompetensi
Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini
pedagogik guru (kemampuan dasar guru
dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif
untuk mengelola pembelajaran); kompetensi
kuantitatif.
professional guru (kemampuan penguasaan
Analisis
kualitatif
dilakukan
berdasar pada pendapat Mile dan Huberman
materi
(Sugiyono. 2011: 246) yang mengemukakan
mendalam);
bahwa aktifitas dalam analisis data yaitu data
(kemampuan guru dalam berinteraksi sebagai
reduction, data display and conclusion/
anggota masyarakat dan warga sekolah, serta
verification.
penggunaan
data
pembelajaran
secara
kompetensi
teknologi
luas
sosial
sesuai
dan guru
dengan
Analisis kualitatif berupa deskripsi
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari); dan
hasil
kompetensi
observasi,
dokumentasi
dan
kepribadian
guru
(perilaku
wawancara yang dilakukan terhadap guru
pribadi guru dalam kehidupan sehari-hari dan
mata pelajaran matematika kelas XI IPS,
pengembangan diri).
bagian pengembangan kurikulum, GPK dan siswa yang dilakukan didalam kelas dan diluar
HASIL
kelas. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap
PEMBAHASAN
penskoran data hasil penelitian dan hasil
Hasil dan Pembahasan Data Context
kinerja
siswa
berupa
presentase
tingkat
PENELITIAN
Kurikulum
DAN
yang dikembangkan
di
ketercapaian KKM yang kemudian akan
MAN Maguwoharjo adalah kurikulum yang
disajikan secara deskriptif.
didasarkan pada kemampuan umum siswa.
Kriteria Penilaian
Pihak
Penilaian
pelaksanaan
yang
terlibat
dalam
modifikasi
program
kurikulum yaitu guru mata pelajaran dan
pembelajaran matematika siswa tunanetra
bagian pengembangan kurikulum. Prosedur
kelas 2 di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo
pengembangan kurikulum dilakukan di tingkat
dilakukan terhadap 4 aspek yaitu context,
sekolah
input, process and product. Penilaian context
dikoordinir oleh waka kurikulum. Kurikulum
meliputi
yang
kurikulum
yang
dikembangkan
melalui
disusun
rapat
bersama
menyesuaikan
perkembangan
siswa
dengan
teknologi serta tingkat kebutuhan siswa seperti
dan
penggunaan media audio visual dan buku paket
perkembangan teknologi.
serta ilmu
sesuai pengetahuan
Pengetahuan
dengan
berdasar pada kemampuan dan karakteristik tunanetra
Ilmu
yang
dan
serta penjabaran materi ajar sesuai dengan
6
kemampuan intelektual siswa.
matematika
melaksanakan
pembelajaran
evaluasi
yang aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan
kesetaraan
masuk dalam kategori cukup yaitu belum
kemampuan siswa tanpa mempertimbangkan
memperlihatkan keaktifan siswa didalam
kebutuhan individual terutama kebutuhan
kelas. Keefektifan penggunaan waktu kurang
untuk mengkomplenter keterbatasan siswa
karena siswa kurang kooperatif sehingga
tunanetra.
penggunaan waktu menjadi lama.
Modifikasi pembelajaran
proses
dan
mengedepankan
Kemampuan pedagogik guru kurang
Aspek dalam kurikulum yang telah dimodifikasi
sejalan
dengan
pendapat
sejalan dengan pendapat Nurfuadi (2012: 74-
Mohammad Takdir Ilahi (2013: 172) yang
75)
menjelaskan bahwa rincian kurikulum yang
merupakan kemampuan dalam pengelolaan
dimodifikasi meliputi tujuan, materi, proses
siswa yang meliputi pemahaman landasan
dan evaluasi pembelajaran.
kependidikan; potensi dan karakteristik siswa;
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa
komponen
kurikulum
yang
menegaskan
kompetensi
mengembangkan
pedagogik
silabus/
kurikulum;
menyusun RPP; implementasi dalam bentuk
dimodifikasi adalah indikator pembelajaran.
pengalaman mengajar.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa
Secara
garis
besar
guru
telah
komponen kurikulum yang dimodifikasi yaitu
memenuhi kriteria kompetensi pedagogik
komponen proses dan evaluasi pembelajaran.
yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Perbedaan data yang diperoleh melalui studi
Kompetensi Profesional Kemampuan
pendahuluan dengan data hasil penelitian
Guru
pelajaran
disebabkan oleh subjektifitas sumber data
matematika menghubungkan antar konsep
studi pendahuluan.
mata pelajaran terkait masuk kategori cukup.
Hasil dan Pembahasan Data Input
Kemampuan Guru pelajaran matematika
Kompetensi Pedagogik
dalam melestarikan nilai dan budaya nasional
Kemampuan matematika
yaitu
guru
mata pelajaran
melakukan
pengajaran
melalui proses pembelajaran masuk kategori cukup yaitu melalui
remedial ketika siswa memperoleh nilai yang
jawa
rendah atau dibawah KKM dalam mata
penyampaian proses pembelajaran.
pelajaran matematika. Kemampuan Guru mata pelajaran
sebagai
bahasa
penggunaan bahasa selingan
dalam
Kompetensi professional guru secara garis besar telah memenuhi kriteria dan
7
sejalan dengan Badan Standar Nasional
kategori yang sama yaitu baik.
Pendidikan (dalam Jejen Musfah, 2011: 54)
Kompetensi kepribadian guru hampir
yaitu kemampuan penguasaan materi ajar
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
secara luas dan mendalam serta kemampuan
sesuai teori yang mendasari yaitu PP No 74
untuk mengembangkan bidang keilmuannya.
Tahun 2008 pasal 3 ayat 6 menyatakan
Kompetensi Sosial
Kompetensi
kepribadian
merupakan
Guru mata pelajaran matematika di
kompetensi yang berkaitan dengan perilaku
kelas inklusi yaitu Bapak TY, S.Pd memiliki
pribadi guru yang dapat dilihat dari perilaku
kemampuan sosial yang baik. Semangat
sehari-hari, kemampuan untuk memperbaiki
kebersamaan ditunjukkan beliau melalui
kualitas diri sendiri dan kualitas kerja.
keikutsertaan beliau dalam kegiatan bersih
Hasil dan Pembahasan Data Process
desa di dusun beliau dan acara kerja bakti di sekolah.
Proses pembelajaran mata pelajaran matematika bagi siswa tunanetra di kelas
Kompetensi sosial yang dimiliki oleh
inklusi termasuk kategori kurang memenuhi
guru sejalan dengan BSNP (dalam Jejen
dengan persentase pencapaian 37,5%. Skor
Musfah,
indikator terendah yang diperoleh yaitu
2011:
52)
yaitu
kemampuan
pendidik untuk memahami dirinya sendiri
keaktifan
sebagai bagian dari yang tak terpisahkan dari
matematika. Siswa tunanetra cenderung pasif
masyarakat
selama proses pembelajaran. Kurang sejalan
yang
keterampilan
memiliki
dan
ikut
kemampuan,
dalam
proses
siswa
selama
pembelajaran
dengan pendapat Abdul Majid (2006: 135)
pembangunan.
bahwa proses belajar mengajar merupakan
Kompetensi Kepribadian
interaksi yang dilakukan antara guru dengan
Kemampuan guru untuk mengevaluasi
peserta didik dalam suatu pengajaran untuk
kinerja sendiri sebagai upaya meningkatkan
mewujudkan tujuan yang ingin ditetapkan.
kualitas kerja masuk dalam kategori cukup.
Tujuan yang ditetapkan tercantum dalam
Evaluasi kinerja guru dilakukan dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
melihat hasil kerja siswa dan keaktifan siswa
harus dicapai oleh siswa.
didalam kelas. Tidak adanya keterlibatan dan
Hasil dan Pembahasan Data Product
masukan dari pihak lain memungkinkan penilaian subjektif.
terhadap Indikator
diri lain
sendiri
bersifat
menunjukkan
Ketercapaian
tujuan
pembelajaran
diukur melalui indikator Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
KKM
pembelajaran
8
matematika adalah 70 dan diberlakukan
ajar yang disampaikan secara lisan adalah
untuk semua siswa tanpa pengecualian.
materi abstrak.
KKM
ditentukan
melalui
kesepakatan
bersama semua guru bidang studi dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
mempertimbangkan
Kesimpulan
terutama
kemampuan
kemampuan
siswa
intelektual.
Berdsarkan temuan penelitian dapat
Berdasarkan hasil dokumentasi terhadap
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
rekap nilai siswa tunanetra dapat diketahui
1. Context penyelenggaraa program: Tujuan
bahwa siswa tunanetra tidak dapat mencapai
dan
KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70.
kurikulum tidak mengalami modifikasi
Subjek 1 ada 2 nilai yang posisinya berada
sehingga
diatas rata-rata kelas yaitu pada nilai ulangan
karakteristik
harian (nilai 2) dan nilai Ulangan umum
tunanetra.
(nilai 4). Sedangkan semua nilai yang
pembelajaran yaitu penggunaan variasi
diperoleh subjek 2 berada dibawah rerata
metode
kelas.
evaluasi pembelajaran dilakukan pada
materi
pembelajaran
kurang dan
sesuai
dengan
kebutuhan
Modifikasi
pembelajaran.
dalam
siswa proses
Modifikasi
Subjek I yaitu TTW yang merupakan
cara dan waktu pelaksanaan. Berdasarkan
siswa tunanetra kategori buta total dari 4 nilai
penilaian pengembangan kurikulum yang
yang diperoleh tidak satupun yang dapat
dilakukan di MAN Maguwoahrjo dengan
mencapai KKM meskipun telah dilakukan
persentase 75% masuk dalam kategori
pengajaran remedial, tetapi ada dua nilai
memenuhi.
yang berada diatas rata-rata kelas yaitu pada
2. Input penyelenggaraan program: Secara
nilai 1 kali ulangan harian dan nilai ulangan
keseluruhan kompetensi pedagogik guru
umum. Subjek II yaitu FB yang merupakan
dengan persentase 57.14% atau cukup
siswa tunanetra kategori Low Vision atau
memenuhi;
kurang lihat dari 4 nilai yang diperoleh tidak
kualifikasi kompetensi professional guru
satupun nilai yang mencapai KKM dan tidak
dengan persentase 80% atau kategori
ada nilai yang berada diatas rata-rata kelas
memenuhi; (3) kualifikasi kompetensi
meskipun
pengajaran
sosial guru dengan persentase 90% atau
remedial. Kemungkinan terjadinya salah
kategori memenuhi; dan (4) kualifikasi
konsep materi ajar lebih besar karena materi
kompetensi kepribadian guru dengan
telah
diberikan
(2)
Secara
kesuluruhan
9
persentase 90% masuk dalam kategori
mengembangkan
memenuhi.
terkait pembelajaran matematika utnuk siswa
3. Process
pelaksanaan
pembelajaran
tunanetra;
kegiatan
(3)
Perlu
eksrakurikuler
adanya
program
matematika bagi siswa tunanetra di kelas
peningkatan kompetensi guru sebagai guru
inklusi.
proses
mata pelajaran matematika dikelas inklusi
pembelajaran matematika di kelas XI
dilakukan dengan pengadaan diklat, seminar
inklusi siswa tunanetra dengan persentase
dan workshop yang diselenggarakan oleh
37.5% masuk dalam kategori kurang
pihak terkait dan dilakukan oleh praktisi-
memenuhi.
praktisi
Secara
keseluruhan
4. Product penyelenggaraan program: Nilai
bidang
berkebutuhan
pembelajaran
khusus
dalam
siswa setting
yang diperoleh siswa tunanetra tidak
pendidikan inklusif; dan (4) Rendahnya
dapat
70
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh
meskipun telah diberikan pengajaran
siswa tunanetra. Oleh karena itu diperlukan
remedial. Hal ini dikarenakan nilai 70
koordinasi dengan Guru Pembimbing Khusus
adalah KKM yang diperuntukkan bagi
(GPK) untuk mendampingi siswa tunanetra
siswa tanpa kebutuhan khusus. Namun,
dan pengajaran remedial yang lebih intensif
dalam penentuan hasil akhir belajar siswa
dan pembelajaran yang disesuaikan dengan
tunanetra menggunakan KKM 70 dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa tunanetra.
mencapai
KKM
sebesar
indikator penilaian yang diturunkan. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, ada beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian, antara lain sebagai berikut: (1) Diperlukan upaya peningkatan terhadap pemahaman atas kurikulum adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi melalui seminar, diklat dan workshop
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ayodha Pramudita. (2011). Evaluation for Learning. Diakses dari elisa1.ugm.ac.id/files/PSantoso.../Eval uation%20for%20Learning.ppt pada tanggal 20 November 2014 pukul 19.39 WIB.
yang diadakan oleh pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; (2) Perlu adanya koordinasi antara guru mata pelajaran matematika
dan
pihak
terkait
untuk
Jejen
Musfah. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.
10
Muhammad Takdir Ilahi. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Nurfuandi. (2012). Profesionalisme Guru, (Editor Suwito Ns). Purwokerto: Stain Press. Suharsimi Arikunto. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alafabeta