TUGAS AKHIR ANALISIS BESARAN EMISI KENDARAAN TRUK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM IVEM PADA RUAS JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR
OLEH :
ELZI FARDANI D11109323
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat dan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas akhir ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta dan segenap handai taulan yang telah memberikan bantuan moril dan material. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan teriring doa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Ibunda tercinta atas kasih sayang yang telah diberikan dan atas bantuan serta dukungan baik spiritual maupun materi.
Bapak Dr. Ing.Ir. Wahyu Haryadi Piarah, MS.ME, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.
Bapak Prof. Dr. Ir.H. Lawalenna Samang, MS., M.Eng. dan Bapak Dr. Tri Harianto,ST., MT, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.
Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, MT., selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga terselesainya penulisan ini.
iii
Ibu Dr. Eng. Muralia Hustim, ST.,MT, selaku dosen pembimbing II, atas segala kesabaran dan waktu yang telah diluangkannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga terselesainya penulisan ini.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Staf Tata Usaha Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Mamet Hidayat tercinta yang telah banyak membantu, memberikan dukungan, dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Sahabat-sahabat tersayang Nunu, Dewi, Nadya, Mala dan terkhusus Faradillah Sudirman, partner sedari Kerja Praktek sampai Tugas Akhir ini (kecup kecup), yang selama ini memberi semangat dalam menyusun tugas akhir ini, kebersamaan kita tidak akan terlupakan dan tetap terkenang sepanjang hayat.
Saudara kandung Defi Andina, S.Kom sekeluarga dan Fita Arneza, S.Pd serta seluruh keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan serta memberikan dukungan moril dan materil.
Teman-teman mahasiswa Jurusan Sipil Angkatan 2009 yang telah banyak membantu dalam menyusun tugas akhir ini.
Tugas akhir ini dipersembahkan kepada ibunda tercinta yang telah menjadi single mother terhebat, sumber semangat dan inspirasi tanpa batas.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran mmbangun demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya dalam bidang teknik sipil.
Makassar,
Januari 2014
Penulis
v
“ANALISIS BESARAN EMISI KENDARAAN TRUK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM IVEM PADA RUAS JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR” Elzi Fardani Mahasiswi S1 Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar
[email protected] Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T. Pembimbing 1 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea Makassar Telp/Faks: 0411-587636
Dr. Eng. Muralia Hustim, S.T, M.T. Pembimbing II Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea Makassar Telp/Faks: 0411-587636
Peningkatan jumlah penduduk di Kota Makassar diikuti dengan peningkatan aktivitas penduduk yang mendorong kebutuhan akan kendaraan bermotor. Truk merupakan salah satu penyumbang polusi udara terbesar di Kota Makassar. Walaupun jumlah truk di Kota Makassar tidak mendominasi, tetapi emisi gas buang hasil dari pembakaran truk sangatlah besar. Besarnya dampak yang disebabkan oleh peningkatan emisi memerlukan perhatian lebih, serta kemampuan untuk mengetahui besaran emisi yang akurat sangat penting untuk perencanaan pengelolaan kualitas udara. The International Vehicle Emissions Model (IVEM) adalah model komputer yang dirancang untuk memprediksi emisi dari kendaraan bermotor. Model komputer ini memperkirakan polutan udara lokal, emisi gas rumahkaca, dan polutan beracun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besaran emisi kendaraan truk di Kota Makassar dengan menggunakan aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM). Analisis besaran emisi ini dilaksanakan di beberapa ruas jalan arteri di Kota Makassar dengan parameter penelitian adalah CO (karbonmonoksida) dan NOx (nitrogen oksida) dari truk berbahan bakar solar dan dalam keadaan bergerak (running). Dari hasil penelitian diperoleh besaran emisi CO (karbonmonoksida) dan NOx (nitrogen oksida) terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan Makassar. Untuk besaran emisi CO bersumber dari kendaraan truk dengan ukuran medium size, karburator, exhaust type euro 1 dan panjang perjalanan diatas 161K km yaitu sebesar 139,308 gram dan untuk besaran Nox bersumber dari kendaraan truk dengan ukuran medium size, fuel injection, exhaust type euro I1 dan panjang perjalanan dibawah 79K km yaitu sebesar 21.664 gram. Hubungan kecepatan dan besaran emisi kendaraan truk merupakan hubungan pangkat (power), dimana semakin rendah kecepatan kendaraan truk maka besaran emisi yang dihasilkan akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kecepatan maka besaran emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Kata Kunci : Transportasi, Polusi, Emisi Kendaraan Truk, The International Vehicle Emission Model, Kota Makassar.
“ANALISIS BESARAN EMISI KENDARAAN TRUK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM IVEM PADA RUAS JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR” Elzi Fardani Mahasiswi S1 Jurusan Sipil Fakultas TeknikUniversitas Hasanuddin Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar
[email protected] Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T. Pembimbing 1 Fakultas TeknikUniversitas Hasanuddin Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea Makassar Telp/Faks: 0411-587636
Dr. Eng. Muralia Hustim, S.T, M.T. Pembimbing II Fakultas TeknikUniversitas Hasanuddin Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea Makassar Telp/Faks: 0411-587636
Increasing the number of population in the city of Makassar followed by increased activity of the population that drives demand for motor vehicles. Trucks is one of the biggest contributors to air pollution in the city of Makassar. Although the number of trucks in the city of Makassar is not dominating, but the exhaust emissions result from the burning truck is large. The magnitude of the effects caused by increased emissions will require more attention, as well as the ability to accurately determine the amount of emissions which is very important for air quality management planning. The International Vehicle Emissions Model (IVEM) is a computer model designed to predict emissions from motor vehicles. The computer model predicted local air pollutants, green house gas emissions, and toxic pollutants. This study aims to analyze the amount of vehicle emissions truck in Makassar with applications International Vehicle Emission Model (IVEM). Analysis was conducted on the amount of emissions of several arterial roads in the city of Makassar with research parameters are CO (Carbon Monoxide) and NOx (Nitrogen Oxides) from diesel-fueled trucks and in running. The results were obtained amount of CO emissions (Carbon Monoxide) and NOx (Nitrogen Oxides) contained on the largest roads Perintis Kemerdekaan Makassar. For the amount of CO emissions come from truck with medium size, carburetor, exhaust type 1 and distance trip over 161K miles is equal to 139.308 grams and for the amount of NOx come from truck with medium size, fuel injection, exhaust euro type II and distance trip under 79K miles is equal to 21,664 grams. Relation between speed and vehicle emissions truck scale is the rank relations (power), where the lower speed of the truck then the amount of emissions produced will be larger. Otherwise, the higher speed the amount of emissions produced will be less. Keywords : Transportation, Pollution, Emissions of Trucks, The International Vehicle Emission Model, Makassar City.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................
viv
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... I-1 1.2 Tujuan .................................................................................
I-3
1.3 Batasan Masalah..................................................................
I-4
1.4 Manfaat penelitian...............................................................
I-4
1.5 Metode Penelitian................................................................
I-5
1.6 Sistematika Penuisan...........................................................
I-6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jalan ..................................................................
II-1
2.2 Kendaraan Bermotor ...........................................................
II-3
2.2.1 Kendaraan Truk..........................................................
II-3
2.2.2 Jenis Bahan Bakar Kendaraan Truk...........................
II-5
2.2.3 Jenis Mesin Kendaraan Truk......................................
II-6
2.3 Pencemaran Udara ..............................................................
II-8
2.3.1 Sumber Pencemaran Udara ........................................
II-8
2.3.2 Emisi Kendaraan Bermotor........................................
II-10
2.3.2.1 Komposisi dan Perilaku Gas Buang Emisi Kendaraan Bermotor......................................
II-12 viii
2.3.2.2 Emisi Gas Buang Kendaraan Motor Diesel ..
II-13
2.3.2.3 Karbon Monoksida (CO) ..............................
II-14
2.3.2.4 Nitrogen Oksida (NOx) ................................
II-17
2.4 International Vehicle Emission Model (IVEM)..................
II-18
2.4.1 Vehicle Specific Power (VSP) ..................................
II-20
2.4.1.1 Rumus Vehicle Specific Power (VSP)..........
II-21
2.4.1.2 Nilai Bin .......................................................
II-22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian.............................................
III-1
3.2 Lokasi, Waktu dan Jumlah Data Penelitian ........................
III-2
3.2.1 Lokasi Penelitian.....................................................
III-2
3.2.2 Waktu Penelitian .....................................................
III-3
3.2.3 Jumlah Data Penelitian............................................
III-3
3.3 Metode Survei .....................................................................
III-4
3.3.1
Alat dan Bahan........................................................
III-4
3.3.2
Pengambilan Data ...................................................
III-4
3.3.2.1 Data Primer ..........................................
III-4
3.3.2.1 Data Sekunder ......................................
III-6
3.4 Metode Analisis Data..........................................................
III-6
3.4.1
Penggunaan Aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM).........................................................
III-6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Kendaraan......................................................
IV-1
4.1.1 Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Mesin....................................................................... 4.1.2 Persentase
Jumlah
Kendaraan
IV-1
Berdasarkan
Exhaust Type ...........................................................
IV-2
4.1.3 Persentase Kendaraan Berdasarkan Ukuran Mesin.
IV-3 ix
4.1.4 Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Umur Kendaraan ...............................................................
IV-4
4.1.5 Volume Kendaraan Truk.........................................
IV-4
4.2 Kecepatan Kendaraan..........................................................
IV-5
4.3 Besaran Emisi Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (Nox) pada Ruas Jalan Arteri Kota Makassar ........
IV-12
4.4 Hubungan Kecepatan dan Besaran Emisi Kendaraan Truk
IV-17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .........................................................................
V-1
5.2 Saran....................................................................................
V-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan .............................................
II-2
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Dimensi Kendaraan Maksimum..............
II-2
Tabel 2.3 Ambang Batas Emisi Gas Buang untuk CO, HC, NOx dan PM
II-11
Tabel 2.4 Batasan Asumsi Nilai Bin ........................................................
II-22
Tabel 2.5 Vehicle Specific Power Bin Number ........................................
II-24
Tabel 2.6 Engine Stress Bin Number........................................................
II-24
Tabel 3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................
III-2
Tabel 4.1 Persentase Kendaraan Berdasarkan Ukuran Mesin..................
IV-3
Tabel 4.2 Persentase Kendaraan Berdasarkan Umur Kendaraan .............
IV-4
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Bagan Alir Metodologi Penelitian ......................................
III-1
Gambar 3.2
Peta Lokasi Survei Penelitian .............................................
III-2
Gambar 3.3
Tampilan Bagian Base Adjustment Aplikasi IVEM............
III-8
Gambar 3.4
Tampilan Bagian Fleet Aplikasi IVEM ..............................
III-9
Gambar 3.5
Tampilan Bagian Location Aplikasi IVEM ........................
III-10
Gambar 3.6
Tampilan Bagian Calculation Aplikasi IVEM ...................
III-12
Gambar 4.1
Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Mesin ....
IV-1
Gambar 4.2
Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Exhaust Type .
IV-2
Gambar 4.3
Volume Kendaraan Truk.....................................................
IV-6
Gambar 4.4
Hasil Survei dari GPS yang dihubungkan dengan aplikasi Map Source pada ruas Jl Jend. Sudirman...........................
IV-5
Gambar 4.5
Data tracking Jl. Jend. Sudirman dalam Excel....................
IV-8
Gambar 4.6
Grafik Hubungan Waktu Perjalanan dengan Kecepatan Kendaraan pada Ruas Jl. Jend. Sudirman ...........................
Gambar 4.7
Grafik Hubungan Waktu Perjalanan dengan Kecepatan Kendaraan pada Ruas Jl. Masjid Raya................................
Gambar 4.8 Gambar 4.9
IV-9 IV-10
Grafik Hubungan Waktu Perjalanan dengan Kecepatan Kendaraan pada Ruas Jl. Kumala .......................................
IV-11
Besaran Emisi CO dan NOx pada Setiap Ruas Jalan..........
IV-12
Gambar 4.10 Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi CO dan NOx ..............................................................................
IV-17
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A
Lembar Asistensi
Lampiran B
Sampel Data Karakteristik Kendaraan
Lampiran C
Grafik Kecepatan Kendaraan
Lampiran D
Nilai Vehicle Spesific Power (VSP)
Lampiran E
Nilai Bin
Lampiran F
Rekapitulasi Besaran Emisi Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (NOx)
Lampiran G
Hasil Kalkulasi Besaran Emisi Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (NOx)
Lampiran H
Klasifikasi Kendaraan Berdasarkan IVEM
xiii
BAB I PENDAHULUAN
I. 1
Latar Belakang Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang/orang
dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi lain peningkatan ini juga sekaligus akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan. Kondisi ini dapat terjadi di Indonesia, khususnya di Kota Makassar. Kota Makassar merupakan pusat kawasan strategis nasional di kawasan timur Indonesia. Kota Makassar terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan, pada koordinat 119° 18' 30,18” sampai 119° 32' 31,03” Bujur Timur dan 5° 00' 30,18” sampai 5° 14' 6,49” Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Penduduk Kota Makassar Tahun 2009 berjumlah sekitar 1,2 juta jiwa yang tersebar di 14 kecamatan, laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar pada periode tahun 2000 hingga tahun 2010 rata-rata sebesar 1,17 % per tahun (BPS, 2010).
Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat membawa konsekuensi peningkatan
1-1
aktivitas penduduk yang mendorong kebutuhan akan kendaraan bermotor juga meningkat. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat telah mencapai 1.006.575 unit. Dengan jumlah sepeda motor mencapai 815.312 unit, mobil penumpang 123.666 unit, mobil barang/truk 50.312 unit, bus 16.845 unit, dan kendaraan khusus sebanyak 360 unit. Dari data tersebut, kendaraan jenis truk tidaklah mendominasi yaitu 50.312 unit. ( Samsat Kota Makassar, 2012). Truk merupakan salah satu penyumbang polusi udara terbesar di Kota Makassar. Walaupun jumlah truk di Kota Makassar tidak mendominasi, tetapi emisi gas buang hasil dari pembakaran truk sangatlah besar. Emisi gas buang itu tentunya mengandung racun yang sangatlah berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup, jika kadarnya diudara sudah melebihi ambang batas. Emisi dari kendaraan bermotor di sebagian besar negara, terutama negaranegara berkembang, tidak dipahami dengan baik, dan kemampuan untuk membuat estimasi emisi yang akurat sangat penting untuk perencanaan pengelolaan kualitas udara. Emisi dari kendaraan bermotor ini dapat diketahui kadarnya dengan cara menguji secara langsung, yaitu pengujian dengan menggunakan alat analisis gas. Akan tetapi, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Eropa yang telah mengembangkan alat proyeksi emisi yang cukup akurat, dan model ini dirancang hanya untuk daerah masing-masing. Model AS dan Eropa tidak dapat memperhitungkan teknologi yang berbeda dan kondisi di Negara-negara berkembang. Sebagian besar model yang sudah ada tidak mencakup seluruh akibat pemanasan global dan emisi beracun lokal yang diperlukan untuk
1-2
mengevaluasi seluruh dampak dari kendaraan bermotor. Tujuan pemodelan ini dimaksudkan untuk membantu kota-kota dan daerah mengembangkan perkiraan emisinya. The International Vehicle Emissions (IVE) adalah model komputer yang dirancang untuk memperkirakan emisi dari kendaraan bermotor. Model ini memperkirakan polutan udara lokal, emisi gas rumah kaca, dan polutan beracun. Model IVE telah dikembangkan sebagai usaha bersama dari University of California di Riverside, College of Engineering – Center for Environmental Research and Technology (CE-CERT), Global Sustainable Systems Research (GSSR), dan the International Sustainable Systems Research Center (ISSRC). Pendanaan untuk pengembangan model yang disediakan oleh US Environmental Protection Agency (IVE Model Users Manual Version 2.0, 2008). Berdasarkan isi dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis besaran emisi yang dihasilkan oleh kendaraan truk di Kota Makassar dengan menggunakan aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM). Adapun judul tugas akhir adalah: “ANALISIS BESARAN EMISI KENDARAAN TRUK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM IVEM PADA RUAS JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR”
I. 2
Tujuan Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis besaran emisi gas buang
kendaraan truk di Kota Makassar dengan menggunakan program International Vehicle Emission Model (IVEM).
1-3
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui karakteristik kendaraan truk di Kota Makassar dengan menggunakan program IVEM.
2.
Mengetahui besaran emisi kendaraan truk di Kota Makassar dengan menggunakan program IVEM.
I. 3
Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas dari ruang lingkup
bahasan penulisan maka perlu diberi batasan masalah sebagai berikut : 1.
Survei kecepatan kendaraan truk dilakukan pada pagi dan sore hari disetiap ruas jalan arteri Kota Makassar yang dilalui oleh kendaraan truk.
2.
Pengukuran besaran emisi kendaraan truk dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan program IVEM.
3.
Besaran emisi yang diukur adalah Karbon Monoksida ( CO ) dan Nitrogen Oksida (NOx).
I. 4
Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan : sebagai bahan masukan dalam melakukan
kajian
ilmiah
tentang
emisi
kendaraan
dengan
menggunakan Program IVEM. 2. Manfaat bagi pemerintah : sebagai bahan masukan dalam pembuatan kebijakan dibidang transportasi. 3. Manfaat bagi masyarakat : sebagai masukan untuk mengetahui polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan truk.
1-4
I. 5
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam pengumpulan bahan-bahan penelitian tugas
akhir ini adalah : 1. Riset lapangan (field research) berupa pengambilan data kecepatan kendaraan truk yang dipusatkan pada jalan arteri di kota Makassar. 2. Riset kepustakaan ( library research ) berupa penelitian yang bersifat teoritis dengan melakukan studi literatur, mempelajari catatan-catatan dan bahan-bahan yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang dibahas. I. 6
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, kami uraikan dalam
sistematika penulisan yang dibagi dalam 5 (Lima) pokok bahasan berturut-turut sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Pada bagian ini diharapkan akan diperoleh gambaran tentang betapa pentingnya penelitian ini dilakukan sehingga akan diperoleh data-data yang terkait dalam pencapaian tujuan penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan informasi-informasi yang diperoleh penulis dari literatur yang berkaitan erat dengan tujuan penelitian ini. Informasi lebih ditekankan pada masalah pencemaran udara khususnya emisi kendaraan truk
1-5
serta program International Vehicle Emission Model (IVEM) yang merupakan obyek utama dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menyajikan bahasan mengenai tahapan, pengumpulan data, besaran yang diukur, pemilihan lokasi, perekaman data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil analisis perhitungan data-data yang diperoleh dari survei lapangan serta pembahasan dari hasil analisis yang diperoleh. BAB V PENUTUP Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil analisis masalah dan disertai dengan saran-saran.
1-6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Jalan Secara umum, klasifikasi jalan perkotaan dibedakan menurut fungsi jalan, kelas jalan, dan dimensi kendaraan maksimum. Berikut adalah penjelasan mengenai klasifikasi jalan tersebut.
Klasifikasi jalan perkotaan menurut fungsinya (UU RI No.38 Tahun 2004) yaitu : 1) Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2) Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3) Jalan Lokal, yaitu jalan yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4) Jalan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
II - 1
Klasifikasi jalan perkotaan menurut kelas jalan Klasifikasi jalan perkotaan menurut kelas jalan berkaitan dengan
kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat ( MST ) dalam satuan ton. Klasifikasi jalan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MST ( ton ) Arteri Kolektor Lokal
I II III A
>10 10 8
III A III B III C
8 8 8
Sumber : Standar Geometri Jalan Perkotaan ( ruas jalan ), RSNI T-14-2004
Klasifikasi jalan perkotaan menurut dimensi kendaraan maksimum Klasifikasi jalan perkotaan menurut dimensi kendaraan maksimum dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Dimensi Kendaraan Maksimum Dimensi Kendaraan Maksimum Fungsi Kelas Panjang (m) Lebar (m) I 18 2,5 Arteri II 18 2,5 III A 18 2,5 III A 18 2,5 Kolektor III B 12 2,5 Lokal III C 9 2,1 Sumber : Standar Geometri Jalan Perkotaan ( ruas jalan ), RSNI T-14-2004
Dalam penelitian ini, jalan perkotaan yang menjadi lokasi penelitian yaitu jalan arteri di Kota Makassar.
II - 2
2.2
Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik untuk pergerakkannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam, namun motor listrik dan mesin jenis lain (misalnya kendaraan listrik hibrida dan hibrida plug-in) juga dapat digunakan. Jenis-jenis kendaraan bermotor dapat bermacam-macam, mulai dari mobil, bus, sepeda motor, kendaraan off-road, truk ringan, sampai truk berat. Dilihat dari fungsi kendaraan bermotor, yang dituntut selalu mampu bergerak (mobile) ke seluruh penjuru jalan yang dikehendaki, maka kendaraan bermotor tersebut memerlukan jenis bahan bakar yang bukan saja memenuhi syarat kesempurnaan pembakaran, melainkan juga harus mudah dibawa, relatif ringan, mudah malakukan pengisian kembali, dan masih banyak lagi. Bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut adalah bahan bakar minyak. (Priyanto,2012) 2.2.1 Truk Truk adalah kendaraan bermotor yang dirancang untuk mengangkut muatan, bentuknya sangat bervariasi dalam hal ukuran, kekuatan, dan konfigurasi dari yang terkecil seperti mobil penumpang hingga yang terbesar dengan tambahan perlengkapan khusus seperti truk pemadam kebakaran, mixer, crane, dan sebagainya.
Jenis-jenis Truk
1. Truk barang umum, merupakan truk yang digunakan untuk mengangkut segala jenis barang, baik yang dikemas ataupun tanpa kemasan dalam
II - 3
bentuk curah, namun penggunaan yang sifatnya spesifik sering diangkat dengan truk yang diperuntukkan untuk satu jenis barang saja. 2. Truk tangki adalah truk yang dirancang untuk mengangkut muatan berbentuk cair atau gas. Untuk meningkatkan kestabilan dalam transportasi cairan dalam tangki, tangki dibagi dalam beberapa kompartemen yang dipisahkan dengan sekat-sekat. 3. Mobil box adalah kendaraan angkutan barang antaran yang biasanya digunakan untuk mengangkut barang antaran (delivery van) yang dimasukkan dalam suatu box yang terbuat dari baja ataupun dari aluminium. Dengan box ini barang akan terlindungi dari hujan dan angin dan disamping itu juga melindungi barang dari tangan-tangan jahil. Ada pula truk box yang dilengkapi dengan pendingin yang digunakan untuk mengangkut barang yang mudah busuk atau rusak karena suhu seperti untuk angkutan es, daging, ikan, sayuran dan buah-buahan. 4. Mobil peti kemas disebut juga truk kontainer adalah kendaraan pengangkut peti kemas terdiri dari kendaraan penarik (tractor head) dan kereta tempelan dimana peti kemas ditempatkan. Trend angkutan barang dengan peti kemas meningkat dengan cepat karena intermodalitynya yang tinggi sehingga mempermudah bongkar-muat/handling dari barang yang mengakibatkan biaya angkutan secara keseluruhan menurun dengan drastis. Disamping itu keamanan dari barang juga lebih tinggi.
II - 4
Pada Penelitian ini, jenis truk yang menjadi sasaran hanyalah jenis truk barang umum dan mobil box. 2.2.2 Jenis Bahan Bakar Kendaraan Truk Di Indonesia jenis bahan bakar yang secara komersial telah diperkenalkan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yakni: a) Bensin (gasoline) Bensin adalah bahan bakar yang digunakan pada mesin dengan pengapian busi. Sifat-sifat yang dimiliki bensin adalah : Mudah menguap pada temperatur normal Tidak berwarna, tembus pandang, dan berbau Mempunyai titik nyala rendah (-10°C sampai –15°C) Mempunyai berat jenis yang rendah (0,6 – 0,78) Dapat melarutkan oli dan karet Menghasilkan jumlah panas yang besar (9.500 – 10.500 kcal/kg) Sedikit meninggalkan karbon setelah dibakar b) Solar (diesel) Bahan bakar diesel juga disebut light oil atau solar, adalah suatu campuran yang telah didistilasi setelah bensin dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200°C sampai 340°C. Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama sebagai berikut: Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau. Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal. Mempunyai titik nyala tinggi (40°C-100°C).
II - 5
Terbakar spontan pada 350°C, sedikit dibawah temperatur bensin yang terbakar sendiri sekitar 500°C. Mempunyai berat jenis 0,82-0,86. Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg). Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin. c) Gas Hampir semua enzim kendaraan bermotor dapat diubah bahan bakarnya dengan bahan bakar gas (BBG) yang menghasilkan polusi lebih rendah. Penggunaan bahan bakar gas (BBG) pada kendaraan bermotor dapat mengurangi kadar karbon monoksida (CO) sebanyak 90% dan kadar hidrokarbon (HC) 40%. Hal ini terjadi karena penggunaan BBG sangat memungkinkan terjadinya campuran udara-bahan bakar lebih merata, sehingga pembakaran dapat terjadi secara sempurna. (Andi, 2013) 2.2.3 Jenis Mesin Kendaraan Truk Berdasarkan jenis mesinnya, kendaraan truk dibedakan menjadi dua yaitu: Kendaraan dengan tipe mesin Carburator Kendaraan dengan tipe mesin Fuel Injection Teknologi Fuel Injection masuk ke Indonesia pada awal tahun 2000. Pada tahun-tahun selanjutnya, produsen kendaraan mayoritas tidak lagi menggunakan Carburator dan beralih ke mesin Fuel Injection. Beberapa keunggulan kendaraan dengan teknologi mesin Fuel Injection adalah kendaraan tersebut lebih ramah lingkungan dan hemat bahan bakar.
II - 6
Produsen kendaraan terus berinovasi dalam mengurangi besaran emisi kendaraan. Emisi kendaraan sangat terkait hubungannya dengan tipe gas buang kendaraan itu sendiri. Maka dari itu, kendaraan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe gas buang (Exhaust Type) menjadi beberapa tipe yaituNone, 3Way, 3-Way/EGR, LEV (Low Emission Vehicle), ULEV (Ultra Low Emission Vehicle), SULEV (Super Ultra Low Emission Vehicle), EuroI, EuroII, EuroIII, EuroIV dan Hybrid. Kendaraan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran mesinnya menjadi tiga jenis, yaitu: Small Size Engine Kendaraan yang tergolong dalam tipe ini adalah kendaraan dengan ukuran silinder (cc) <1300cc. Umumnya kendaraan tipe sedan termasuk dalam kategori ini. Medium Size Engine Kendaraan yang tergolong dalam tipe ini adalah kendaraan dengan ukuran silinder (cc) antara 1300-2400 cc. Umumnya kendaraan tipe SUV dan minibus masuk dalam kategori ini. Large Size Engine Kendaraan yang tergolong dalam tipe ini adalah kendaraan dengan ukuran silinder (cc) >2400. Beberapa kendaraan SUV dan minibus ber-cc besar masuk dalam kategori ini.
II - 7
Dalam Penelitian ini, karakteristik kendaraan yang akan dibahas adalah karakteristik kendaraan berdasarakan jenis mesinnya, exhaust type (tipe gas buang), ukuran mesin, dan umur kendaraan. 2.3
Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Berdasarkan jenisnya, zat pencemar udara dibedakan atas 2 bagian (Kusnoputranto H, 1996) yaitu : 1.
Polutan udara primer. Suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke
udara
yang
menyebabkan
konsentrasinya
meningkat
dan
membahayakan. Hal ini dapat berupa komponen udara alamiah. Contohnya CO2 (karbon dioksida), yang meningkat di atas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya di udara seperti Pb (timah hitam). 2.
Polutan udara sekunder. Senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi antara zat polutan primer dengan komponen udara alamiah.
2.3.1 Sumber Pencemaran Udara Pencemaran udara terjadi akibat dilepaskannya zat pencemar dari berbagai sumber ke udara. Sumber-sumber pencemar udara dapat bersifat alami maupun akibat aktivitas manusia. Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan
II - 8
pada manusia, hewan, tanaman maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun partikel padat. Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal. Dalam peraturan mengenai pengelolaan udara yang saat ini berlaku di Indonesia, sumber pencemar didefinisikan sebagai setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya gas buang merupakan gas/zat sisa hasil proses pembakaran bahan bakar fosil pada mesin kendaraan bermotor. Sumber pencemar terdiri atas lima kelompok, yaitu: Sumber bergerak: sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor; Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya; Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat; Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah; Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat untuk penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran, kebauan dan gangguan lain. ( PP No. 41/1999) Dalam penelitian ini, sumber pencemar yang digunakan yaitu mengenai sumber bergerak yang merupakan sumber pencemar udara akibat aktivitas manusia.
II - 9
2.3.2 Emisi Kendaraan Bermotor Emisi adalah zat –zat yang masuk ke dalam udara bebas yang mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Kendaraan bermotor yang digunakan sekarang ini adalah penyebab polusi. Kebanyakan dari kendaraan bermotor mengubah fosil menjadi energi mekanik dan 40% energi fosil diubah menjadi energi panas yang pada akhirnya memanaskan lingkungan. Gas buang kendaraan berat merupakan sumber polusi udara yang utama di kawasan perkotaan. Emisi kendaraan berat disebabkan oleh perilaku mengemudi dan kondisi lingkungan. Emisi kendaraan berat akan berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan adanya perbedaan atau variasi desain jalan serta kondisi lalu lintas. Polusi yang dihasilkan kendaraan berat adalah exhaust gas dan hidrokarbon yang diakibatkan oleh penguapan bahan bakar. Kendaraan bermotor yang dijalankan dibawah temperatur normal akan boros pada pemakaian bahan bakar dan akan lebih banyak emisi yang akan dihasilkan dibandingkan bila mesin telah panas. Parameter yang dihitung dalam ambang batas emisi gas buang dari kendaraan bermotor lama yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
II - 10
Kendaraan Bermotor Tipe Baru adalah karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC) dan nitrogen oksida (NOx) yang dianggap paling beracun. Oleh sebab itu, pada penelitian ini hanya kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NOx) yang akan ditinjau. Berdasarkan Tabel 2.3
ambang batas emisi gas buang untuk karbon
monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx) dan particullat matter (PM) adalah sebagai berikut : No 1
2
Tabel 2.3. Ambang Batas Emisi Gas Buang untuk CO, HC, NOx dan PM Kategori M1, GVW(2) ≤ 2,5 ton, tempat duduk ≤ 5, tidak termasuk tempat duduk pengemudi
M1, Tempat duduk 6-8 tidak termasuk tempat duduk pengemudi, GVW > 2,5 ton atau N1, GVW ≤ 3,5 ton a. Kelas I, RM (3) ≤ 1250 kg
b. Kelas II, 1250 kg < RM ≤ 1700 kg
c. Kelas III, RM > 1700 kg
Parameter
Nilai Ambang Batas
CO
1.0 gram/km
HC + NOx PM
0.7 (0.9) gram/ km 0.08 (0.1) gram/ km
CO HC + NOx PM CO HC + NOx PM CO HC + Nox PM
1.0 gram/km 0.7 (0.9) gram/ km 0.08 (0.1) gram/ km 1.25 gram/km 1.0 (1.3) gram/ km 0.12 (0.14) gram/ km 1.5 gram/km 1.2 (1.6) gram/ km 0.17 (0.2) gram/ km
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009 Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Tentang Ambang
Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : 1. Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan; 2. Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk kendaraan umum tidak berjalan efektif; II - 11
3. Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum (terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan; 4. Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi seperti katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis tersebut; 5. Kualitas BBM yang rendah; 6. Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan bakar alternatif masih belum memadai; 7. Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih kurang. 2.3.2.1 Komposisi dan Perilaku Gas Buang Emisi Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin. Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri II - 12
dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), senyawa hidrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbal (Pb). (Priyanto,2012) 2.3.2.2 Emisi Gas Buang Kendaraan Motor Diesel Emisi zat pencemar udara yang berasal dari kendaraan motor diesel bersumber dari: 1.
Suspended Particulates (PM10) adalah partikel kecil dari bahan padat dan cair yang ada dalam emisi pembakaran bahan bakar. •
Jumlah partikulat yang sangat signifikan tinggi didapatkan pada emisi pembakaran diesel.
•
Kerusakan fisik (korosi) pada bangunan
•
Partikel kecil bisa masuk kedalam paru-paru dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan, partikel beracun bisa masuk kedalam sistem peredaran darah.
Berdasarkan ukurannya, partikel dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut: •
0,01 -10 m disebut partikel smog/kabut/asap;
•
-10 - -50 m disebut dust/debu;
II - 13
• 2.
-50 - -100 m disebut ash/abu.
Residu karbon partikulat pada gas buang mesin diesel berasal dari partikel susunan bahan bakar yang masih berisikan kotoran kasar (abu, debu). Hal itu dikarenakan pemprosesan bahan bakarnya kurang baik. •
Biasanya solar tidak berwarna atau bening, namun yang ada di sini pasti berwarna agak gelap. Ini menandakan adanya kotoran dalam bahan bakar.
•
Dengan demikian, pada saat terjadi pembakaran, kotoran tersebut terurai dari susunan partikel yang lain dan tidak terbakar.
3.
Pelumas tidak terbakar, sebesar 40% berasal dari minyak pelumas dalam silinder yang tidak terbakar selama proses pembakaran.
4.
Sulfat berasal dari minyak fosil berbentuk sulfur organik dan non-organik, menghasilkan sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) dengan perbandingan 30:1. Dalam penelitian ini, emisi kendaraan bermotor yang digunakan yaitu
mengenai emisi gas buang kendaraan motor diesel dengan zat pencemar udara utama Karbon Monoksida (CO) dan Nitogen Oksida (NOx). 2.3.2.3 Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut: a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. II - 14
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Secara alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut : 2C + O2 ——–> 2CO
... (1)
2CO + O2 ——–> 2CO2
... (2)
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara menghasilkan beberapa tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan.
II - 15
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO yang utama (sekitar 59,2%), maka daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas ramai memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi. Konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor yang ada. Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, semakin tinggi tingkat polusi CO di udara. ( Fardiaz, 1992 )
Dampak karbon monoksida Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut
peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah (hemoglobin) : Hemoglobin + CO ———> COHb (Karboksihemoglobin)
… (3)
Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada
ikatan
oksigen
dengan
darah
(oksihemoglobin).
Keadaan
ini
menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan. Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, II - 16
kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian. 2.3.2.4 Nitrogen Oksida (Nox) Nitrogen Oksida (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk nitrogen oksida lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% volume nitrogen dan 20% volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran. Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm. II - 17
Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
Dampak Nitrogen Oksida (NOx) Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Di udara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru-paru. Pemberian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. Untuk mengetahui kadar emisi gas buang di udara, dapat dilakukan dengan cara menguji kendaraan motor tersebut secara langsung dengan menggunakan alat analisis gas buang kendaraan atau dengan menggunakan program, salah satu program tersebut adalah International Vehicle Emission Model (IVEM). 2.4
International Vehicle Emission Model (IVEM) International Vehicle Emission Model (IVEM) adalah sebuah aplikasi
yang dirancang untuk memperkirakan emisi dari kendaraan bermotor. Model ini
II - 18
dimaksudkan untuk membantu kota-kota dan daerah mengembangkan perkiraan emisi untuk: Fokus strategi pengendalian dan perencanaan transportasi yang paling efektif; Memprediksi bagaimana strategi yang berbeda akan mempengaruhi emisi lokal suatu daerah, dan Mengukur kemajuan dalam mengurangi emisi dari waktu ke waktu. Ada tiga komponen penting yang dibutuhkan untuk mengembangkan sumber persediaan seluler emisi yang akurat: 1) tingkat emisi kendaraan, 2) aktivitas kendaraan, dan 3) distribusi armada kendaraan. Model IVE dirancang untuk menggunakan informasi yang telah ada dan data lokal yang mudah dikumpulkan untuk mengidentifikasi pemakaian ketiga hal dasar ini. Setelah informasi ini dikumpulkan, sumber persediaan seluler yang tepat dapat dengan mudah dikembangkan. Aplikasi tersebut membuat perkiraan polusi udara lokal (kriteria polusi), emisi gas rumah kaca, dan polusi beracun. Emisi dari kendaraan bermotor di sebagian besar negara, terutama negaranegara berkembang, tidak dipahami dengan baik, dan kemampuan untuk membuat estimasi emisi yang akurat sangat penting untuk perencanaan pengelolaan kualitas udara. Hanya beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Eropa yang telah mengembangkan alat proyeksi emisi yang cukup akurat, dan model ini dirancang hanya untuk daerah masing-masing. Model AS dan Eropa tidak dapat memperhitungkan teknologi yang berbeda dan kondisi di Negara-negara berkembang. Sebagian besar model yang sudah ada tidak mencakup seluruh
II - 19
akibat pemanasan global dan emisi beracun lokal yang diperlukan untuk mengevaluasi seluruh dampak dari kendaraan bermotor. International Vehicle Emission Model (IVEM) secara khusus dirancang untuk memiliki fleksibilitas yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang dalam upaya mereka untuk mengatasi emisi gas buang dari kendaraan di udara. (IVE Model Users Manual Version 2.0, 2008). Menurut IVEM, emisi kendaraan dapat dianalisis dengan menggunakan formula sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 4. Q[t] = B[t]*KBase[t]*K(Tmp)[t]*K(Hmd)[t]*K(IM)[t]*K(Fuel)[t]*K(Alt)[t]* K(Cntry)[t]*K(d)[t] … (4) Dimana : Q[t] = Faktor emisi untuk masing-masing teknologi; B[t] = Angka dasar emisi untuk masing-masing teknologi; K(Base)[t] = Penyesuaian angka dasar emisi; K(Tmp)[t] = Faktor koreksi suhu; K(Hmd)[t] = Faktor koreksi kelembaban; K(IM)[t] = Faktor koreksi ispeksi/maintenance; K(Fuel)[t] = Faktor koreksi kualitas bahan bakar; K(Alt)[t] = Faktor koreksi ketinggian; K(Cntry)[t] = Faktor koreksi Negara; K[dt] = Faktor koreksi gaya mengemudi.
II - 20
2.4.1 Vehicle Spesific Power (VSP) 2.4.1.1 Rumus Vehicle Spesific Power (VSP) Konsep Vehicle Spesific Power ( VSP ) adalah formula yang digunakan dalam evaluasi emisi kendaraan. Ide ini pertama kali dikembangkan oleh JL Jiménez Palacios di Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1998. Secara informal, konsep ini adalah jumlah dari beban akibat drag aerodinamis, percepatan, rolling resistance, dan pendakian jalan, semua dibagi oleh massa kendaraan. Secara konvensional, konsep ini dikonversi dalam kilowatt per ton, yaitu daya sesaat kendaraan dibagi dengan massa. Vehicle Spesific Power (VSP) yang dikombinasikan dengan dinamometer dan remote-sensing pengukuran, dapat digunakan untuk menentukan emisi kendaraan. Jimenez merumuskan Vehicle Spesific Power (VSP) kendaraan sebagai berikut: VSP = v[1.1a + 9.81 (atan(sin(grade)))+0.132] + 0.000302v
3
… (5)
dimana: v = Kecepatan kendaraan (m/s) Grade jalan (ht=0 – ht=-1) a = Akselerasi Kendaraan (m/s²) h = Altitude jalan (m) Koefisien gravitasi (9,81) Koefisien rolling resistance (0,132) Koefisien tarik (0,000302)
II - 21
2.4.1.2 Nilai Bin Tabel binning merupakan tabel pendekatan untuk memperkirakan nilai uji emisi kendaraan yang telah dihitung Vehicle Spesific Power (VSP)-nya. Nilai bin yang dihasilkan kemudian dimasukkan dalam aplikasi IVEM untuk dianalisis. Dalam analisis ini, selain VSP, juga digunakan parameter Engine Stress atau tingkat stres mesin kendaraan. Total terdapat 60 bin VSP/Engine Stress kategori kendaraan yang digunakan dalam analisis ini. Berikut disajikan batasan asumsi nilai bin.
Bin 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 2.4 Batasan Asumsi Nilai Bin. VSP Stress Description Lower Upper Lower Upper -80 -80.0 -44.0 -1.6 3.1 -44 -44.0 -39.9 -1.6 3.1 -40 -39.9 -35.8 -1.6 3.1 -36 -35.8 -31.7 -1.6 3.1 -32 -31.7 -27.6 -1.6 3.1 -28 -27.6 -23.4 -1.6 3.1 -23 -23.4 -19.3 -1.6 3.1 -19 -19.3 -15.2 -1.6 3.1 -15 -15.2 -11.1 -1.6 3.1 -11 -11.1 -7.0 -1.6 3.1 -7 -7.0 -2.9 -1.6 3.1 -3 -2.9 1.2 -1.6 3.1 1 1.2 5.3 -1.6 3.1 5 5.3 9.4 -1.6 3.1 9 9.4 13.6 -1.6 3.1 14 13.6 17.7 -1.6 3.1 18 17.7 21.8 -1.6 3.1 22 21.8 25.9 -1.6 3.1 26 25.9 30.0 -1.6 3.1 30 30.0 1000.0 -1.6 3.1 -80 -80.0 -44.0 3.1 7.8 (Sumber : IVE Model Users Manual Version 2.0, 2008)
II - 22
Tabel 2.4 Batasan Asumsi Nilai Bin. (Lanjutan) VSP Stress Bin Description Lower Upper Lower Upper 21 -44 -44.0 -39.9 3.1 7.8 22 -40 -39.9 -35.8 3.1 7.8 23 -36 -35.8 -31.7 3.1 7.8 24 -32 -31.7 -27.6 3.1 7.8 25 -28 -27.6 -23.4 3.1 7.8 26 -23 -23.4 -19.3 3.1 7.8 27 -19 -19.3 -15.2 3.1 7.8 28 -15 -15.2 -11.1 3.1 7.8 29 -11 -11.1 -7.0 3.1 7.8 30 -7 -7.0 -2.9 3.1 7.8 31 -3 -2.9 1.2 3.1 7.8 32 1 1.2 5.3 3.1 7.8 33 5 5.3 9.4 3.1 7.8 34 9 9.4 13.6 3.1 7.8 35 14 13.6 17.7 3.1 7.8 36 18 17.7 21.8 3.1 7.8 37 22 21.8 25.9 3.1 7.8 38 26 25.9 30.0 3.1 7.8 39 30 30.0 1000.0 3.1 7.8 40 -80 -80.0 -44.0 7.8 12.6 41 -44 -44.0 -39.9 7.8 12.6 42 -40 -39.9 -35.8 7.8 12.6 43 -36 -35.8 -31.7 7.8 12.6 44 -32 -31.7 -27.6 7.8 12.6 45 -28 -27.6 -23.4 7.8 12.6 46 -23 -23.4 -19.3 7.8 12.6 47 -19 -19.3 -15.2 7.8 12.6 48 -15 -15.2 -11.1 7.8 12.6 49 -11 -11.1 -7.0 7.8 12.6 50 -7 -7.0 -2.9 7.8 12.6 51 -3 -2.9 1.2 7.8 12.6 52 1 1.2 5.3 7.8 12.6 53 5 5.3 9.4 7.8 12.6 54 9 9.4 13.6 7.8 12.6 55 14 13.6 17.7 7.8 12.6 56 18 17.7 21.8 7.8 12.6 57 22 21.8 25.9 7.8 12.6 58 26 25.9 30.0 7.8 12.6 59 30 30.0 1000.0 7.8 12.6 (Sumber : IVE Model Users Manual Version 2.0, 2008)
II - 23
Tabel 2.5 Vehicle Spesific Power Bin Number Bin VSP number -80.0 0 -44.0 1 -39.9 2 -35.8 3 -31.7 4 -27.6 5 -23.4 6 -19.3 7 -15.2 8 -11.1 9 -7.0 10 -2.9 11 1.2 12 5.3 13 9.4 14 13.6 15 17.7 16 21.8 17 25.9 18 30.0 19
Tabel 2.6 Engine Stress Bin Number Engine Bin Stress number -1.6 1 3.1 2 7.8 3
(Sumber : IVE Model Users Manual Version 2.0, 2008)
II - 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Bagan Alir Metode Penelitian Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini. Di
bawah ini akan disajikan urutan-urutan pelaksanaan dalam penelitian ini. Mulai
Studi Pendahuluan
Latar belakang Maksud dan tujuan Batasan masalah Survei pendahuluan
Survei Data Primer:
Survei Data Sekunder:
Data Karakteristik Kendaraan
Data tracking waktu tempuh perjalanan Data kecepatan per detik Data jarak tempuh
Rekapitulasi Data Analisis Data:
Karakteristik kendaraan berat yang diuji. Karakteristik gas buang kendaraan berat.
Hasil:
Besaran emisi kendaraan melalui aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM)
Kesimpulan & Saran Selesai Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian III-1
3.2
Lokasi, Waktu dan Jumlah Data Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi survei pada ruas jalan arteri yang merupakan jaringan jalan utama yang menghubungkan Kota Makassar. Berikut adalah peta lokasi survei penelitian yang dilakukan.
Gambar 3.2 Peta Lokasi Survei Penelitian Ruas jalan jalan arteri di Kota Makassar tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Lokasi Penelitian No
Nama Jalan
No
Nama Jalan
1
Jl. Dg. Tata
17
Jl. Ahmad Yani
2
Jl. Kumala
18
Jl. Rajawali
3
Jl. Kakatua
19
Jl. Mesjid Raya
4
Jl. Gagak
20
Jl. Tentara Pelajar
5
Jl. Sulawesi
21
Jl. Penghibur III-2
Tabel 3.1 Lokasi Penelitian. (Lanjutan) No
Nama Jalan
No
Nama Jalan
6
Jl. G. Bulusaraung
22
Jl. Jend. Sudirman
7
Jl. St. Hasanuddin
23
Jl. Nusantara
8
Jl. Antang Raya
24
Jl. G. Bawakaraeng
9
Jl. Borong Raya
25
Jl. Veteran Utara
10
Jl. Batua Raya
26
Jl. Veteran Selatan
11
Jl. Abd. Dg. Sirua
27
Jl. Urip Sumoharjo
12
Jl. Cendrawasih
28
Jl. Boulevard
13
Jl. Malengkeri
29
Jl. Hertasning
14
Jl. Cakalang
30
Jl. AP. Pettarani
15
Jl. St.Alauddin
31
Jl. Perintis Kemerdekaan
16
Jl. Bandang
3.2.2 Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan survei dan pengambilan data dilakukan selama dua tahap yaitu pada periode pagi pukul 07.00-09.00 WITA dan periode sore pukul 16.00-18.00 WITA. 3.2.3 Jumlah Data Penelitian Studi ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil kegiatan uji emisi kendaraan yang dilakukan pada ruas jalan arteri di Kota Makassar oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Makassar. Kegiatan tersebut telah melakukan pengukuran emisi kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya yang dilakukan secara periodik setiap tahunnya. Data karakteristik kendaraan yang digunakan adalah sebanyak 260 unit kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar. Dapat dilihat pada Lampiran. III-3
3.3
Metode Survei Penelitian ini dilakukan dengan survei lapangan untuk mengetahui
karakteristik dan jumlah kendaraan truk yang melintas di ruas jalan arteri Kota Makassar. Penelitian ini juga dilakukan dengan mengukur kecepatan kendaraan truk, untuk mendapatkan nilai Vehicle Spesific Power (VSP) dan mendapatkan asumsi Binning kendaraan truk yang kemudian diolah dan dimasukkan dalam aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM). 3.3.1 Alat dan Bahan Dalam pelaksanaan penelitian ini alat dan bahan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Karakteristik 1. Format survei/pengambilan data. 2. Alat tulis menulis, berupa kertas, pulpen/pensil dan papan pengalas. 3. Masker.
Vehicle Spesifik Power (VSP) 1. GPS etrex 10. 2. Baterai. 3. Kendaraan Uji.
3.3.2 Pengambilan Data 3.3.2.1 Data Primer Data primer ini dilakukan dengan cara survei langsung pada ruas jalan yang menjadi target penelitian. Pengambilan data primer untuk perhitungan Vehicle Spesific Power (VSP) mencakup: III-4
a. Data Titik Awal Dan Akhir Pengamatan. Survei ini dilakukan dengan meninjau langsung lokasi pengamatan. Selanjutnya ditetapkan titik awal dan titik akhir pengamatan untuk setiap ruas jalan arteri. b. Data Panjang Jalan Pengambilan data ini di perlukan untuk mengetahui berapa panjang jalan tersebut. Data panjang jalan ini digunakan untuk menggambarkan trayek perjalanan kendaraan. c . Data Waktu Tempuh Dan Kecepatan Per Detik Kendaraan Pengambilan data ini menggunakan alat bantu berupa GPS eTrex 10. Data waktu tempuh ini dilakukan untuk mengetahui waktu tempuh kendaraan untuk masing-masing ruas jalan. Waktu tempuh disini termasuk waktu tundaan yang terjadi dalam perjalanan. Sedangkan data kecepatan per detik diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan kecepatan kendaraan per detik saat melintasi jalan tersebut. Dalam proses pengolahan data, informasi perubahan kecepatan digunakan dalam menggambarkan trayek perjalanan kendaraan. Untuk kendaraan berat, pengambilan data ini dilakukan dengan menggunakan kendaraan berat yang dapat disediakan oleh peneliti dengan variabel pengemudi yang tidak terikat maupun kendaraan berat yang melintasi ruas jalan yang menjadi target penelitian.
III-5
3.3.2.2 Data Sekunder Data sekunder ini berupa jenis dan jumlah kendaraan yang melintas di ruas jalan yang menjadi target penelitian, dilaksanakan secara langsung di lapangan oleh petugas sampling dari BLHD Kota Makassar di beberapa titik pengujian. Pengambilan data ini dilakukan dengan wawancara kepada pengemudi kendaraan karena dalam penelitian ini dibutuhkan data-data berupa tahun pembuatan kendaraan, ukuran silinder (CC), serta jarak perjalanan kendaraan yang diperoleh dari pemeriksaan STNK dan odometer kendaraan. 3.4
Metode Analisis Data Melalui pengujian kecepatan dan waktu tempuh kendaraan, data yang
didapatkan kemudian diolah untuk mendapatkan nilai Vehicle Spesific Power (VSP) kendaraan pada lokasi survei. Dari pengolahan data tersebut kemudian didapatkan nilai bin, detik dalam tiap bin, dan persentase fraksi dalam tiap bin pada tiap segmen pengujian. Nilai bin yang dihasilkan tersebut yang kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM). 3.4.1 Penggunaan Aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM) Data-data yang didapatkan dari hasil survei kendaraan dan perhitungan Vehicle Spesific Power (VSP) kemudian dimasukkan dan diolah dengan menggunakan aplikasi Internatinal Vehicle Emission Model (IVEM). Berikut disajikan langkah-langkah dalam penggunaan aplikasi IVEM :
III-6
1.
Download Model Hal pertama yang harus dilakukan sebelum penginputan dan pengolahan
data tentu saja adalah men-download aplikasi International Vehicle Emission Model (IVEM). Aplikasi IVEM bisa didapatkan dengan mengunjungi situs resminya http://www.issrc.org/ive/downloadmodel.html. Saat ingin men-dowload aplikasi IVEM ini, kita disarankan untuk melakukan registrasi dengan mendaftarkan e-mail agar dapat terus mendapatkan informasi mengenai perkembangan aplikasi IVEM tersebut. 2 . Download Data Dalam situs resmi tersebut terdapat data hasil pengujian emisi dengan aplikasi IVEM di beberapa negara berkembang. Data tersebut dapat di download untuk menjadi contoh atau menjadi perbandingan dengan hasil pengujian emisi lokal yang dilakukan. 3.
Penginputan dan Pengolahan Data Penginputan dan pengolahan data pada aplikasi International Vehicle
Emission Model (IVEM) berdasarkan pada hasil pengujian karakteristik kendaraan dan juga hasil perhitungan Vehicle Spesific Power (VSP) kendaraan pada tiap segmen di setiap lokasi uji. Berikut disajikan langkah-langkah penginputan dan pengolahan data dalam aplikasi IVEM: 1.
Membuka aplikasi IVEM yang telah di download.
2.
Memilih bahasa yang akan digunakan. Pilihan bahasa yang akan digunakan terdapat pada Language dipojok kiri atas aplikasi IVEM
III-7
3.
Dalam aplikasi IVEM terdapat 4 bagian utama, yaitu Base Adjustment, Fleet, Location, dan Calculation. Base Adjusment
Gambar 3.3 Tampilan Bagian Base Adjustment Aplikasi IVEM Pada bagian ini diisi dengan Base Adjustment yang ada di Kota Makassar.
Untuk
mendapatkan
Base
Adjustment
itu
sendiri
memerlukan penilitian yang lebih mendalam lagi mengenai Base Emission Rates di Kota Makassar. Untuk itu, karena Base Adjustment ini sendiri merupakan optional, atau dapat tidak dilampirkan, maka dalam studi ini diasumsikan tidak ada Base Emission Rates untuk Kota Makassar atau –none-
III-8
Fleet
Gambar 3.4 Tampilan Bagian Fleet Aplikasi IVEM Pada bagian Fleet ini berisikan komposisi kendaraan beserta persentasenya yang telah didapatkan sebelumnya melaui hasil uji emisi kendaraan di Kota Makassar. a) Langkah pertama adalah membuat file Fleet baru. Caranya, pilih File pada pojok kiri atas aplikasi, kemudian pilih new dan tuliskan nama file Fleet baru yang akan dibuat. b) Kemudian memilih jenis bahan bakar dan jenis mesin kendaraan yang akan diuji. c) Selanjutnya memasukkan teknologi kendaraan sesuai dengan komposisi kendaraan yang didapatkan pada uji emisi kendaraan. III-9
Pada tabel Grup 1 dimasukkan persentase komposisi kendaraan setiap teknologi. Location
Gambar 3.5 Tampilan Bagian Location Aplikasi IVEM Pada bagian Location ini berisikan karakteristik lokasi pada daerah yang diuji, waktu pengujian, karakteristik bahan bakar di Kota Makassar, dan juga data dari pengolahan data VSP kendaraan berupa waktu uji, jarak tempuh, kecepatan rata-rata dan persentase fraksi tiap bin di setiap segmen uji. Pada bagian ini juga dilampirkan kelembaban udara dan temperatur udara pada saat melakukan pengujian.
III-10
a) Langkah pertama adalah membuat file Location baru. Caranya, pilih File pada pojok kiri atas aplikasi, kemudian pilih new dan tuliskan nama file Location baru yang akan dibuat. b) Pilih Fleet yang telah dibuat sebelumnya. c) Pilih Base Adjustment, dalam studi ini diasumsikan –none-. d) Pilih I/M class atau tipe pengujian kendaraan. Dalam studi ini diasumsikan none. e) Isi waktu pengujian. f) Isi altitude daerah yang diuji. g) Pemakaian A/C (Air Conditioner) diisi 0.0% karena pada saat pengambilan data pada studi ini tidak menggunakan Air Conditioner. h) Persentase Road Grade daerah yang diuji. i) Mengisi karakteristik bahan bakar kendaraan. j) Selanjutnya mengisi persentase humidity atau kembaban udara dan temperatur cuaca Kota Makassar pada saat pengujian. k) Mengisi panjang perjalanan daerah yang diuji. l) Mengisi start-ups, pada studi ini diasumsikan 0. m)Mengisi kecepatan rata-rata pada kolom average velocity. n) Mengisi nilai persentase bin yang didapatkan pada hasi pengolahan data VSP kendaraan sebelumnya. o) Mengisi persentase soak time distribution, pada studi ini soak time terdistribusi pada 15menit pertama kendaraan berjalan. III-11
p) Langkah j-o diisi dengan data yang berbeda pada tiap segmen uji. Segmen uji diatur pada kolom Hour. Calculation
Gambar 3.6 Tampilan Bagian Calculation Aplikasi IVEM Pada bagian Calculation ini disajikan hasil pengolahan data dengan output besaran emisi kendaraan. a) Langkah pertama adalah membuat file Calculation baru. Caranya, pilih File pada pojok kiri atas aplikasi. Kemudian pilih new kemudian ketik nama file Calculation baru yang akan dibuat. b) Pada kolom Location Group pilih singel location. c) Setelah menginput data pada bagian Fleet dan Location, secara otomatis data tersebut akan muncul pada bagian Calculation. Add III-12
lokasi yang terdapat pada kolom Available Locations yang akan dihitung nilai emisinya ke kolom Calculate Locations. d) Pilih segmen/jam yang akan dikalkulasi pada kolom Display Hour. Secara otomatis panjang perjalanan dan start-ups akan terisi sesuai dengan data yang diisi pada bagian Location. e) Pilih Display Unit/satuan emisi yang akan dikalkulasi. f) Setelah semua data telah diisi dengan benar, data kemudian telah siap untuk dikalkulasi. Klik Calculation One Hour untuk menghitung besaran emisi pada tiap segmen/jam yang ingin dihitung saja. Klik Calculation One Day untuk menghitung besaran emisi selama satu hari pada daerah yang diuji. 4.
Hasil kalkulasi besaran emisi kendaraan dapat dilihat dalam aplikasi. Hasil tersebut kemudian dapat di export ke dalam bentuk teks (text document). Caranya adalah pada bagian Calculation, klik File pada pojok kiri atas aplikasi kemudian pilih export result.
5.
Setelah di export kedalam bentuk teks (text document), hasil kalkulasi besaran emisi kendaraan dapat dibuka dalam aplikasi Microsoft Excel atau aplikasi lainnya.
III-13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Karakteristik Kendaraan Berdasarkan data hasil survei karakterisistik kendaraan berat yang
terjaring uji karakteristik oleh BLHD Kota Makassar, terdapat 260 unit kendaraan berat yang digunakan pada studi penelitian ini. 4.1.1 Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Mesin Data kendaraan berat tersebut dibedakan berdasarkan jenis mesinnya. Jenis mesin kendaraan dibedakan menjadi dua, yaitu kendaraan berat dengan mesin Carburator, dan kendaraan berat dengan mesin Multi Point Fuel Injection. Pembagian tipe gas buang ini berdasarkan klasifikasi kendaraan pada aplikasi IVEM, dapat dilihat pada Lampiran E. Untuk kendaraan berat dengan mesin carburator sebanyak 31 unit, sedangkan untuk kendaraan berat dengan mesin Multi Point Fuel Injectionsebanyak 229 unit. Persentase dari pembagian
Persentase Jumlah Kendaraan (%)
kendaraan berat berdasarkan jenis mesinnya dapat dilihat pada gambar berikut: 100.00 90.00
88.42
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00
11.97
10.00 0.00
Fuel Injection
Carburator Jenis Mesin Kendaraan
Gambar 4.1
Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Mesin IV-1
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan yang menggunakan carburator adalah sebesar 11.97% atau sebanyak 31 unit sedangkan kendaraan dengan jenis mesin multi point fuel injection sebesar 88.03 % atau sebanyak 229 unit. Hal ini disebabkan karena mayoritas kendaraan yangterjaring uji karakteristik adalah kendaraan dengan usia 0-13 tahun, dimana teknologi fuel injection telah mulai digunakan di Indonesia yaitu pada awal tahun 2000. 4.1.2 Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Exhaust Type Data kendaraan yang telah dibedakan berdasarkan jenis mesinnya, kemudian dibedakan lagi berdasarkan tipe gas buangnya (exhaust type). Exhaust type (tipe gas buang) kendaraan terbagi atas euro 1 dan euro 2. Pembagian tipe gas buang ini berdasarkan pula klasifikasi kendaraan pada aplikasi IVEM, dapat dilihat pada Lampiran E. Untuk kendaraan dengan Exhaust Type (tipe gas buang) Fuel Injection, euro 2,<79K kmsebanyak 112 unit,Fuel Injection, euro 2, 80161K km sebanyak 53 unit, dan Fuel Injection, euro 2, >161K km sebanyak 67 unit. Sedangkan Carburator, euro 1, <79K km sebanyak 3 unit. Carburator, euro 1,80-161K km sebanyak 5 unit, dan Carburator, euro 1, >161K km sebanyak 20 unit. Persentase dari pembagian kendaraan berat berdasarkan jenis mesinnya dapat
Persentase Jumlah Kendaraan (%)
dilihat pada gambar berikut: 50.000
43.076
40.000 30.000
20.384
20.000 10.000 0.000
25.769
7.692 1.153 <79K km
1.923 80-161K km
>161K km
<79K km
80-161K km
>161K km
Exhaust Type
Gambar 4.2
Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Exhaust Type IV-2
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kendaraan dengan Exhaust Type(tipe gas buang) Fuel Injection, euro 2,<79K kmpaling banyak melintas yaitu sebanyak 112 unit (43,07%),Fuel Injection, euro 2, 80-161K km sebanyak 53 unit (20,38%), dan Fuel Injection, euro 2, >161K km sebanyak 67 unit (25,77 %).Sedangkan Carburator, euro 1, <79K km sebanyak 3 unit (1.15%), Carburator, euro 1,80-161K km sebanyak 5 unit (1,92%), dan Carburator,euro 1, >161K km sebanyak 20 unit (7,69%). 4.1.3
Persentase Kendaraan Berdasarkan Ukuran Mesin Setelah dibedakan berdasarkan jenis mesin dan tipe gas buangnya, maka
data kendaraan berat ini dibedakan lagi berdasarkan ukuran mesinnya. Pembagian ukuran mesin ini berdasarkan pula klasifikasi kendaraan pada aplikasi IVEM, dapat dilihat pada Lampiran E. UntukFuel Injection, medium size, euro 2,<79K kmsebanyak 112 unit (43,07%),Fuel Injection, medium size, euro 2, 80-161K km sebanyak 53 unit (20,38%), dan Fuel Injection, medium size, euro 2, >161K km sebanyak 67 unit (25,77%).Sedangkan Carburator, medium size, euro 1, <79K km sebanyak 3 unit (1.15%), Carburator, medium size, euro 1,80-161K km sebanyak 5 unit (1,92%), dan Carburator, medium size, euro 1, >161K km sebanyak 20 unit (7,69%). Tabel 4.1
Persentase Kendaraan Berdasarkan Ukuran Mesin
Ukuran Mesin
Jenis Mesin Carburator
Medium Size Fuel Injection Jumlah
Odometer <79K km 80-161K km >161K km <79K km 80-161K km >161K km
Jenis Pembuangan (%) Euro 1 Euro 2 1.153 1.923 7.692 43.076 20.384 25.769 100
IV-3
Dari Tabel 4.1 didapatkan empat jenis kendaraan yang melintasi jalan di Kota Makassar. Berdasarkan data tersebut, maka kendaraan yang akan di ujiadalah kendaraan berat dengan dengan mayoritas Fuel Injection, medium size, euro 2, Medium Size Engine, <79K km. 4.1.4
Persentase Kendaraan Berdasarkan Umur Kendaraan Setelah dibedakan berdasarkan jenis mesin, tipe gas buangnya, dan ukuran
mesinnya maka data kendaraan berat ini dibedakan lagi berdasarkan umur kendaraannya. Untuk Fuel Injection, medium size, euro 2,0-6 tahun sebanyak 123 unit (47,490%),Fuel Injection, medium size, euro 2, 6-13 tahunsebanyak 95 unit (36,680%), dan Fuel Injection, medium size, euro 2, >13 tahun sebanyak 10 unit (3,861%).Sedangkan Carburator, medium size, euro 1, >13 tahun sebanyak 31 unit (11,969%). Tabel 4.2
Ukuran Mesin
Persentase Kendaraan Berdasarkan Umur Kendaraan Jenis Mesin Carburator
Medium Size Fuel Injection Jumlah
Umur 0-6 tahun 6-13 tahun >13 tahun 0-6 tahun 6-13 tahun >13 tahun
Jenis Pembuangan (%) Euro 1 Euro 2
11,969
100
47,490 36,680 3,861
Dari Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa kendaraan truk dengan jenis truk Fuel Injection, medium size, euro 2, 0-6 tahun paling banyak melintas, yaitu sebanyak 47,490 % dengan 123 unit. 4.1.5
Volume Kendaraan Truk Volume kendaraan untuk setiap ruas jalan arteri di Kota Makassar
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik dari jalan tersebut. Semakin
IV-4
panjang dan lebar jalan tersebut, maka volume kendaraan yang melintas juga akan semakin besar. Data volume kendaraan ini nantinya akan digunakan pada aplikasi IVEM bagian fleet. Volume kendaraan untuk setiap jenis kendaraan truk yang melintasi jalan arteri di Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dari Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa jenis kendaraan truk yang mayoritas melintasi setiap ruas jalan tersebut adalah fuel injection, medium size, euro 2,<76K km. Sedangkan jenis kendaraan truk yang minoritas adalah carburator, medium size, euro 1, <79K km. 4.2
Kecepatan Kendaraan Untuk survei kecepatan kendaraan, alat yang digunakan adalah GPS
(Global Positioning System) tipe Garmin eTrex. Alat GPS ini secara otomatis menyimpan data hasil tracking. Setelah survei kecepatan kendaraan dilakukan,
Tracking Jl. Jend. Sudirman Tracking Jl. Jend. Sudirman
Gambar 4.4 Hasil Survei dari GPS yang dihubungkan dengan aplikasi MapSource pada ruas Jl Jend. Sudirman IV-5
JUMLAH KENDARAAN (UNIT) 0
NAMA JALAN
Sulawesi Masjid Raya A. Yani Penghibur Sultan Hasanuddin G. Bawakaraeng
Perintis Kemerdekaan
AP. Pettarani
Boulevard
Urip Sumoharjo
Veteran Selatan
Veteran Utara
Bandang
Sultan Alauddin
Cakalang
Cendrawasih
Abd. Dg. Sirua
Batua Raya
Borong Raya
Tentara Pelajar
Rajawali
Gagak
Kakatua
Sulawesi Masjid Raya A. Yani Penghibur Sultan Hasanuddin G. Bawakaraeng
Perintis Kemerdekaan
NAMA JALAN
AP. Pettarani
Boulevard
Urip Sumoharjo
Veteran Selatan
Veteran Utara
Bandang
Sultan Alauddin
Cakalang
Cendrawasih
Abd. Dg. Sirua
Batua Raya
Borong Raya
Tentara Pelajar
Rajawali
Gagak
Kakatua
Dg. Tata
0
Dg. Tata
JUMLAH KENDRAAN (UNIT) 80
Volume Kendaraan
60
40
20
Jumlah Kendaraan Truk Setiap Ruas Jalan (unit) Jumlah Kendaraan Truk Setiap Ruas Jalan (unit) Jumlah Kendaraan Truk Setiap Ruas Jalan (unit)
Gambar 4.3a Volume kendaraan untuk jenis kendaraan truk carburator yang melintasi jalan arteri di Kota Makassar
Volume Kendaraan
800
600
400
200
Jumlah Kendaraan Truk Setiap Ruas Jalan (unit)
Jumlah Kendaraan Truk Setiap Ruas Jalan (unit)
Jumlah Kendaraan Truk Setiap Ruas Jalan (unit)
Gambar 4.3b Volume kendaraan untuk jenis kendaraan truk fuel injection yang melintasi jalan arteri di Kota Makassar
IV-6
alat GPS ini kemudian dihubungkan ke komputer dan dioperasikan dengan menggunakan aplikasi Map Source untuk mendapatkan data tracking. Survei kecepatan kendaraan yang ditampilkan sebagai contoh adalah ruas Jl. Jend. Sudirman. Pada Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa data tersebut diambil mulai dari titk awal hingga titik akhir rute survei. Data tracking ini kemudian di export kedalam bentuk text agar dapat diolah lebih lanjut. Data ini diolah dengan menggunakan Microsoft Excel untuk mendapatkan data kecepatan kendaraan hasil tracking. Data kecepatan kendaraan ini nantinya akan digunakan untuk menggambarkan fluktuasi dari kecepatan kendaraan.
Data Kecepatan Kendaraan
Gambar 4.5
Data tracking Jl. Jend. Sudirman dalam Excel
Pada Gambar 4.5, data tracking telah diolah untuk mendapatkan data kecepatan kendaraan. Kemudian data kecepatan kendaraan ini dibuatkan grafik hubungan antara waktu perjalanan dalam detik (untuk sumbu-x) dengan kecepatan kendaraan dalam km/jam (untuk sumbu-y). Grafik tersebut memperlihatkan
IV-7
fluktuasi kecepatan kendaraan dalam detik per detik sepanjang rute survei setiap arah lalu lintas dan setiap periode jam puncak. Grafik hubungan antara waktu perjalanan dengan kecepatan kendaraan yang melintas pada ruas Jalan Jend. Sudirman, Jalan Masjid Raya, dan Jalan Kumala dapat dilihat pada gambar berikut.
Jl. Jend. Sudirman
Jl. Bawakaraeng
Jl. Monginsidi
A Simpang Jl. A.yani
Simpang Jl. Haji Bau
Jl. Jend. Sudirman
B Jl. Kartini
60
Jl. Karunrung
pagi arah a
Kecepatan (km/jam)
50
sore arah a
40 30 20 10 0
0
50
100
150 (Detik) 200 Waktu
250
300
(a) Arah A Jl. Bawakaraeng
Jl. Monginsidi
A Simpang Jl. A.yani
Simpang Jl. Haji Bau
Jl. Jend. Sudirman
B Jl. Kartini
Jl. Karunrung
60
pagi arah b
Kecepatan (km/jam)
50
sore arah b
40 30 20 10 0
0
50
100
150 200 Waktu (Detik)
250
300
(b) Arah B Gambar 4.6
Grafik Hubungan Waktu Perjalanan dengan Kecepatan Kendaraan pada Ruas Jl. Jend. Sudirman IV-8
Dari Gambar 4.6, dapat dilihat pada segmen arah A, kecepatan maksimum kendaraan pada pagi hari 30-35 km/jam dengan rata–rata kecepatan 19,05 km/jam, sore hari 35-40 km/jam dengan rata-rata kecepatan 21,29 km/jam. Sedangkan untuk arah B, kecepatan maksimum kendaraan pada pagi hari 30-35 km/jam dengan rata-rata kecepatan 18,85 km/jam, sore hari 35-40 km/jam dengan ratarata kecepatan 23,75 km/jam. Jl. Masjid Raya Simpang Jl. Veteran Utara
A
Simpang Jl. Bulusaraung
Jl. Masjid Raya
60 pagi
Kecepatan (km/jam)
50
sore 40 30 20 10 0
Gambar 4.7
0
50
100 Waktu (Detik)
150
200
Grafik Hubungan Waktu Perjalanan dengan Kecepatan Kendaraan pada Ruas Jl. Masjid Raya
Dari Gambar 4.7, dapat dilihat kecepatan maksimum kendaraan pada pagi hari 30-33 km/jam dengan rata–rata kecepatan 28,14 km/jam. Sedangkan pada sore hari 30-32 km/jam dengan rata-rata kecepatan 24,04 km/jam.
IV-9
Jl. Kumala Jl. Andi Tonro
Simpang Jl. Veteran Selatan
A
Simpang Jl. Dg. Tata
Jl. Kumala B Jl. Mappaouddang 60
pagi arah a
Kecepatan (km/jam)
50
sore arah a
40 30 20 10 0
0
50
Waktu (Detik)
100
150
(a) Arah A
Simpang
A Jl. Kumala B
Simpang Jl. Dg. Tata
Jl. Veteran Selatan
Jl. Andi Tonro
Jl. Mappaouddang 60 pagi arah b
Kecepatan (km/jam)
50
sore arah b
40 30 20 10 0
0
50
100
150 200 Waktu (Detik)
250
300
(d) Arah B Gambar 4.8
Grafik Hubungan Waktu Perjalanan dengan Kecepatan Kendaraan pada Ruas Jl. Kumala IV-10
Dari Gambar 4.8, dapat dilihat pada segmen arah A, kecepatan maksimum kendaraan pada pagi hari 40-45 km/jam dengan rata–rata kecepatan 28,35 km/jam, sore hari 35-40 km/jam dengan rata-rata kecepatan 28,06 km/jam. Sedangkan untuk arah B, kecepatan maksimum kendaraan pada pagi hari 35-40 km/jam dengan rata-rata kecepatan 22,13 km/jam, sore hari 40-45 km/jam dengan ratarata kecepatan 19,35 km/jam. Dari Gambar 4.6, 4.7, dan 4.8 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa terdapat kecepatan kendaraan berada di kisaran 0-5 km/jam. Hal ini disebabkan karena kendaraan mengalami perlambatan dan/atau diam yang disebabkan traffic light. Selain itu, karena adanya bukaan untuk pembelokan dan putar balik arah yang mengakibatkan kendaraan mengalami perlambatan. 4.3
Besaran Emisi Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (NOx) pada Ruas Jalan Arteri Kota Makassar Secara keseluruhan, besaran emisi untuk jenis kendaraan truk medium size
carburator dan medium size fuel injection pada ruas jalan arteri di kota Makassar disajikan dalam Gambar 4.9 berikut ini.
14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000
Jl. Dg. Tata Jl. Kumala Jl. Kakatua Jl. Gagak Jl. Sulawesi Jl. G. Bulusaraung Jl. St. Hasanuddin Jl. Antang Raya Jl. Borong Raya Jl. Batua Raya Jl. Abd. Dg. Sirua Jl. Cendrawasih Jl. Malengkeri Jl. Cakalang Jl. St.Alauddin Jl. Bandang Jl. Ahmad Yani Jl. Rajawali Jl. Mesjid Raya Jl. Tentara Pelajar Jl. Penghibur Jl. Jend. Sudirman Jl. Nusantara Jl. G. Bawakaraeng Jl. Veteran Utara Jl. Veteran Selatan Jl. Urip Sumoharjo Jl. Boulevard Jl. Hertasning Jl. AP. Pettarani Jl. Perintis…
Medium size, Carburator, <79K km Kadar emisi (gram)
Kadar CO
Kadar Nox
Gambar 4.9a Besaran Emisi CO dan NOx pada setiap ruas jalan arteri Kota Makassar
IV-11
Dari Gambar 4.9a, dapat dilihat bahwa besaran CO terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 13,648 gram. Sedangkan besaran CO terkecil terdapat pada ruas jalan Sultan Hasanuddin, yaitu 0,391 gram. Untuk besaran NOx terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 0,947 gram. Sedangkan besaran NOx terkecil terdapat pada ruas jalan Sultan Hasanuddin, yaitu 0,025 gram. Medium size, Carburator, 80-161K km 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000
Jl. Dg. Tata Jl. Kumala Jl. Kakatua Jl. Gagak Jl. Sulawesi Jl. G. Bulusaraung Jl. St. Hasanuddin Jl. Antang Raya Jl. Borong Raya Jl. Batua Raya Jl. Abd. Dg. Sirua Jl. Cendrawasih Jl. Malengkeri Jl. Cakalang Jl. St.Alauddin Jl. Bandang Jl. Ahmad Yani Jl. Rajawali Jl. Mesjid Raya Jl. Tentara Pelajar Jl. Penghibur Jl. Jend. Sudirman Jl. Nusantara Jl. G. Bawakaraeng Jl. Veteran Utara Jl. Veteran Selatan Jl. Urip Sumoharjo Jl. Boulevard Jl. Hertasning Jl. AP. Pettarani Jl. Perintis…
Kadar emisi (gram)
Kadar CO
Kadar Nox
Gambar 4.9b Besaran Emisi CO dan NOx pada setiap ruas jalan arteri Kota Makassar
Dari Gambar 4.9b, dapat dilihat bahwa besaran CO terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 27,584 gram. Sedangkan besaran CO terkecil terdapat pada ruas jalan Sultan Hasanuddin, yaitu 0,789 gram. Untuk besaran NOx terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 1,629 gram. Sedangkan besaran NOx terkecil terdapat pada ruas jalan Sultan Hasanuddin, yaitu 0,043 gram.
IV-12
Kadar emisi (gram)
0.000 Jl. Dg. Tata Jl. Kumala Jl. Kakatua Jl. Gagak Jl. Sulawesi Jl. G. Bulusaraung Jl. St. Hasanuddin Jl. Antang Raya Jl. Borong Raya Jl. Batua Raya Jl. Abd. Dg. Sirua Jl. Cendrawasih Jl. Malengkeri Jl. Cakalang Jl. St.Alauddin Jl. Bandang Jl. Ahmad Yani Jl. Rajawali Jl. Mesjid Raya Jl. Tentara Pelajar Jl. Penghibur Jl. Jend. Sudirman Jl. Nusantara Jl. G. Bawakaraeng Jl. Veteran Utara Jl. Veteran Selatan Jl. Urip Sumoharjo Jl. Boulevard Jl. Hertasning Jl. AP. Pettarani Jl. Perintis…
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0.000
Jl. Dg. Tata Jl. Kumala Jl. Kakatua Jl. Gagak Jl. Sulawesi Jl. G. Bulusaraung Jl. St. Hasanuddin Jl. Antang Raya Jl. Borong Raya Jl. Batua Raya Jl. Abd. Dg. Sirua Jl. Cendrawasih Jl. Malengkeri Jl. Cakalang Jl. St.Alauddin Jl. Bandang Jl. Ahmad Yani Jl. Rajawali Jl. Mesjid Raya Jl. Tentara Pelajar Jl. Penghibur Jl. Jend. Sudirman Jl. Nusantara Jl. G. Bawakaraeng Jl. Veteran Utara Jl. Veteran Selatan Jl. Urip Sumoharjo Jl. Boulevard Jl. Hertasning Jl. AP. Pettarani Jl. Perintis…
Kadar emisi (gram)
Medium size, Carburator, >161K km
Kadar CO
Kadar CO
Kadar Nox
Gambar 4.9c Besaran Emisi CO dan NOx pada setiap ruas jalan arteri Kota Makassar
Dari Gambar 4.9c, dapat dilihat bahwa besaran CO terbesar terdapat pada
ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 139,138 gram. Sedangkan besaran CO
terkecil terdapat pada ruas jalan Sultan Hasanuddin, yaitu 3,987 gram. Untuk
besaran NOx terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 6,892
gram. Sedangkan besaran NOx terkecil terdapat pada ruas jalan Sultan
Hasanuddin, yaitu 0,182 gram.
Medium size, Fuel Injection, <79K km
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
Kadar Nox
Gambar 4.9d Besaran Emisi CO dan NOx pada setiap ruas jalan arteri Kota Makassar
IV-13
Dari Gambar 4.9d, dapat dilihat bahwa besaran CO terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 12,543 gram. Sedangkan besaran CO terkecil terdapat pada ruas jalan Gagak, yaitu 0,249 gram. Untuk besaran NOx terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 21,664 gram. Sedangkan besaran NOx terkecil terdapat pada ruas jalan Gagak, yaitu 0,247 gram.
Medium size, Fuel Injection, 80-161K km
Kadar emisi (gram)
12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 0.000
Jl. Dg. Tata Jl. Kumala Jl. Kakatua Jl. Gagak Jl. Sulawesi Jl. G. Bulusaraung Jl. St. Hasanuddin Jl. Antang Raya Jl. Borong Raya Jl. Batua Raya Jl. Abd. Dg. Sirua Jl. Cendrawasih Jl. Malengkeri Jl. Cakalang Jl. St.Alauddin Jl. Bandang Jl. Ahmad Yani Jl. Rajawali Jl. Mesjid Raya Jl. Tentara Pelajar Jl. Penghibur Jl. Jend. Sudirman Jl. Nusantara Jl. G. Bawakaraeng Jl. Veteran Utara Jl. Veteran Selatan Jl. Urip Sumoharjo Jl. Boulevard Jl. Hertasning Jl. AP. Pettarani Jl. Perintis…
2.000
Kadar CO
Kadar Nox
Gambar 4.9e Besaran Emisi CO dan NOx pada setiap ruas jalan arteri Kota Makassar
Dari Gambar 4.9e, dapat dilihat bahwa besaran CO terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 7,200 gram. Sedangkan besaran CO terkecil terdapat pada ruas jalan Gagak, yaitu 0,143 gram. Untuk besaran NOx terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 11,563 gram. Sedangkan besaran NOx terkecil terdapat pada ruas jalan Gagak, yaitu 0,228 gram.
IV-14
18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000
Jl. Dg. Tata Jl. Kumala Jl. Kakatua Jl. Gagak Jl. Sulawesi Jl. G. Bulusaraung Jl. St. Hasanuddin Jl. Antang Raya Jl. Borong Raya Jl. Batua Raya Jl. Abd. Dg. Sirua Jl. Cendrawasih Jl. Malengkeri Jl. Cakalang Jl. St.Alauddin Jl. Bandang Jl. Ahmad Yani Jl. Rajawali Jl. Mesjid Raya Jl. Tentara Pelajar Jl. Penghibur Jl. Jend. Sudirman Jl. Nusantara Jl. G. Bawakaraeng Jl. Veteran Utara Jl. Veteran Selatan Jl. Urip Sumoharjo Jl. Boulevard Jl. Hertasning Jl. AP. Pettarani Jl. Perintis…
Medium size, Fuel Injection, >161K km Kadar emisi (gram)
Kadar CO
Kadar Nox
Gambar 4.9f Besaran Emisi CO dan NOx pada setiap ruas jalan arteri Kota Makassar Dari Gambar 4.9f, dapat dilihat bahwa besaran CO terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 11,517 gram. Sedangkan besaran CO terkecil terdapat pada ruas jalan Gagak, yaitu 0,229 gram. Untuk besaran NOx terbesar terdapat pada ruas jalan Perintis Kemerdekaan, yaitu 17,119 gram. Sedangkan besaran NOx terkecil terdapat pada ruas jalan Gagak, yaitu 0,337 gram. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada Lampiran. Berdasarkan hasil besaran emisi tersebut, dapat dilihat bahwa hasil emisi CO dan NOx untuk setiap segmen ruas jalan berbeda-beda. Hal ini terjadi karena konsentrasi CO dan NOx di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan truk yang melintas di setiap ruas jalan. Semakin ramai kendaraan truk yang melintas, semakin tinggi tingkat emisi CO dan NOx di udara pada ruas jalan tersebut.
IV-15
Besaran CO dan NOx untuk setiap jenis teknologi truk berbeda. Untuk truk dengan teknologi mesin carburator, kadar CO yang dihasilkan lebih banyak dari truk dengan teknologi mesin fuel injection. Hal ini disebabkan karena teknologi fuel injection lebih hemat bahan bakar sehingga kadar emisi yang dihasilkan lebih sedikit. 4.4
Hubungan Kecepatan dan Besaran Emisi Kendaraan Truk Besaran emisi kendaraan yang telah didapatkan dari aplikasi IVEM
kemudian dihubungkan dengan kecepatan kendaraan, dimana kecepatan kendaraan mempengaruhi besaran emisi yang dihasilkan. Berikut ditampilkan hubungan antara kecepatan kendaraan dan besaran emisi yang dihasilkan pada ruas Jl. Jend. Ahmad Yani, Jl. Boulevard, dan Jl. Jend. Sudirman.
Jl. Jend. Sudirman Besaran CO
Gambar 4.10a Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi CO pada Ruas Jl. Jend. Sudirman Arah A Dari Gambar 4.10a, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Jend. Sudirman berkisar antara 20 – 30 km/jam. Dapat IV-16
dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi CO. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 0,9782 dan untuk segmen sore adalah 0,9464.
Gambar 4.10b Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi CO pada Ruas Jl. Jend. Sudirman Arah B Dari Gambar 4.10b, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Jend. Sudirman berkisar antara 15 – 30 km/jam. Dapat dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi CO. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 0,9991 dan untuk segmen sore adalah 1. Besaran Nox
Gambar 4.10c Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi NOx pada Ruas Jl. Jend. Sudirman Arah A Dari Gambar 4.10c, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Jend. Sudirman berkisar antara 20 – 35 km/jam. Dapat
IV-17
dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi NOx. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 0,9842 dan untuk segmen sore adalah 0,9464.
Gambar 4.10d Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi NOx pada Ruas Jl. Jend. Sudirman Arah B Dari Gambar 4.10d, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Jend. Sudirman berkisar antara 20 – 30 km/jam. Dapat dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi NOx. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 0,9991 dan untuk segmen sore adalah 1.
Jl. Jend. Ahmad Yani Besaran CO
Gambar 4.10e Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi CO pada Ruas Jl. Jend. Ahmad Yani
IV-18
Dari Gambar 4.10e, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Jend. Ahmad Yani berkisar antara 20 – 30 km/jam. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 1 dan untuk segmen sore adalah 1. Besaran Nox
Gambar 4.10f Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi NOx pada Ruas Jl. Jend. Ahmad Yani Dari Gambar 4.10f, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Jend. Ahmad Yani berkisar antara 20 – 30 km/jam. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 1 dan untuk segmen sore adalah 1.
Jl. Boulevard Besaran CO
Gambar 4.10g Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi CO pada Ruas Jl. Boulevard Arah A IV-19
Dari Gambar 4.10g, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Boulevard berkisar antara 30 – 40 km/jam. Dapat dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi CO. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 1 dan untuk segmen sore adalah 1.
Gambar 4.10h Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi CO pada Ruas Jl. Boulevard Arah B Dari Gambar 4.10h, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Boulevard berkisar antara 30 – 40 km/jam. Dapat dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi CO. Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 1 dan untuk segmen sore adalah 1. Besaran Nox
Gambar 4.10i Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi NOx pada Ruas Jl. Boulevard Arah A IV-20
Dari Gambar 4.10i, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Boulevard berkisar antara 30 – 40 km/jam. Dapat dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi NOx. . Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 1 dan untuk segmen sore adalah 1.
Gambar 4.10j Hubungan Kecepatan Kendaraan dan Besaran Emisi NOx pada Ruas Jl. Boulevard Arah B Dari Gambar 4.10j, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata truk yang melintas pada ruas jalan Boulevard berkisar antara 30 – 40 km/jam. Dapat dilihat pula kecepatan < 5 km/jam menghasilkan lebih banyak besaran emisi NOx. . Nilai R2 untuk segmen pagi adalah 1 dan untuk segmen sore adalah 1. Berdasarkan hasil hubungan kecepatan dan besaran emisi kendaraan truk diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan kecepatan dan besaran emisi kendaraan truk merupakan hubungan power (pangkat), dimana semakin rendah kecepatan kendaraan truk maka besaran emisi yang dihasilkan akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kecepatan maka besaran emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Jika nilai R2 mendekati +1 maka x dan y memiliki
IV-21
korelasi linier yang tinggi sedangkan jika nilai R2 = 1 maka x dan y memiliki korelasi linier sempurna. Kecepatan rata-rata kendaraan truk yang menghasilkan paling sedikit besaran emisi CO dan NOx adalah 30-40 km/jam. Kecepatan rata-rata ini dapat menjadi acuan bagi setiap pengguna kendaraan truk dalam mengendarai kendaraan agar dapat mengurangi kadar emisi CO dan NOx di udara.
IV-22
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil surveI dan analisa data pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1.
Jumlah kendaraan truk yang digunakan pada studi ini sebanyak 260 unit. Untuk Fuel Injection, medium size, euro 2, <79K km sebanyak 112 unit (43,07%), Fuel Injection, medium size, euro 2, 80-161K km sebanyak 53 unit (20,38%), dan Fuel Injection, medium size, euro 2, >161K km sebanyak 67 unit (25,77 %). Sedangkan Carburator, medium size, euro 1, <79K km sebanyak 3 unit (1.15%), Carburator, medium size, euro 1,80-161K km sebanyak 5 unit (1,92%), dan Carburator, medium size, euro 1, >161K km sebanyak 20 unit (7,69%). Masa penggunaan kendaraan truk dapat mempengaruhi gas buang yang dihasilkan. Semakin lama kendaraan truk tersebut beroperasi, maka semakin tinggi pula hasil gas buangnya. Hal ini disebabkan karena kinerja dari mesin kendaraan truk sudah tidak maksimal lagi.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program IVEM, besaran emisi CO lebih mendominasi dibandingkan dengan NOx. Hal ini menunjukkan bahwa kendaran truk lebih banyak melepaskan besaran emisi CO ke udara dibandingkan dengan besaran emisi NOx. Kendaraan truk dengan tipe mesin carburator lebih banyak melepaskan emisi ke udara bebas dibandingkan
dengan kendaraan truk dengan tipe mesin fuel injection. Hal ini disebabkan karena tipe mesin fuel injection lebih ramah lingkungan dan hemat bahan bakar dibandingkan dengan tipe mesin carburator. 5.2
Saran-saran Dari hasil penelitian yang dilakukan pada studi ini, ada beberapa hal yang
dapat disarankan, yaitu: 1.
Diharapkan bagi para pengguna kendaraan untuk lebih memperhatikan kendaraannya dengan melakukan servis secara berkala. Bila kendaraan telah lama beroperasi dan tak layak lagi digunakan, sebaiknya kendaraan tersebut tidak digunakan lagi.
2.
Sebaiknya kecepatan rata-rata kendaraan truk hanya berkisar 30-40 km/jam sehingga besaran emisi yang dihasilkan tidaklah terlalu besar.
3.
Sebaiknya untuk survei kecepatan kendaraan truk ditambahkan segmen malam hari, karena pada malam hari, volume kendaraan truk yang melintas di ruas jalan lebih banyak
4.
Diharapkan kepada pemerintah kota Makassar agar sebaiknya mengintenskan pengujian emisi kendaraan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA Abubakar,
I. 2012. Moda Transportasi/Moda Transportasi Jalan, (Online),
(http://id.wikibooks.org/wiki/Moda_Transportasi/Moda_Transportasi_Jala n, diakses 16 Juni 2013). Andara, Resta. 2011. Macam-Macam Polutan, (Online), (http://klikbelajar .com, diakses 16 Juni 2013). Andi.
2013.
Bahan
Bakar
dan
Oli,
(Online),
(http://andi.staf.narotama.ac.id/2013/03/28/ bahan-bakar-dan-oli, diakses 27 Mei 2013). Armansyah. 2012. Emisi Kendaraan Berat di Kota Makassar dengan Menggunakan Metode Ivem (International Vehicle Emission Models). Universitas Hasanuddin. Makassar. Badan Pusat Statistik. 2010. Makassar Dalam Angka. Makassar: BPS Kota Makassar. Badan Standardisasi Nasional. 2004. RSNI Geometri Jalan Perkotaan. RSNI T14-2004. Davis, N. 2008. IVE Model Users Manual Version 2.0. Davis, N. and Lents, J. 2010. Advancing Climate and Air Quality Database Management Systems and Emissions Inventories in Developing Countries. 605 S Palm Street, La Habra, CA 90631. Davis, N. et al. 2005. Development and Application of an International Vehicle Emissions Model. Washington, D.C.
Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan. Indonesia: Direktorat Jenderal Bina Marga Hickman, A.J. et al. 1999. Methodology for Calculating Transport Emissions and Energy Consumption, Transport Research Laboratory. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2006. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Baru. Mandra, M.A.S. 2013. Model Dinamik Pengendalian Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Makassar. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prabu. 2013. Karbon Monoksida dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, (Online), (http://kesehatan lingkungan.html, diakses 07 Juni 2013). Priyanto, H. 2012. Modul Pembelajaran Sistem Gas Buang Sepeda Motor, (Online), (http://hariripriyanto.blogspot.com/2012/06/modulpembelajaransistemgas-buang.html, diakses 21 Mei 2013). Putra, Fatrizal. 2012. Studi Emisi Kendaraan Di Kota Makassar dengan Metode International Vehicle Emission Model. Universitas Hasanuddin. Makassar. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Rimantho, D. 2010. Pencemaran Udara, (Online), (http://www.docstoc.com/docs/ 55139955/pencemaran-udara, diakses 20 Mei 2013). Saputra,
AH.
2013.
Cara
Penulisan
Daftar
Pustaka,
(Online),
(http://www.updatenya.com/2013/03/cara-penulisan-daftar-pustaka.html, diakses 2 Juni 2013) Saputra, Yoky. 2013. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, (Online), (http://Chem-Is-Try.org, diakses 7 November 2013). Tarigan, A. 2009. Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tri-Tugaswati, A. 2000. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jakarta.