TRANSFORMASI GEN PADA NILAM UNTUK KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT UTAMA MENGGUNAKAN Agrobacterium tumefaciens Gene Transformation on Patchouli For Resistance to Major Diseases Mediated by Agrobacterium tumefaciens Sukamto1), Tri Joko Santoso2), Atmitri Siharmini2), Aniversari Apriana2), Amalia1) dan Nursalam Sirait1) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat1) Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Telp 0251-8321879 Faks 0251-8327010 Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian2) Jalan Tentara Pelajar No. 4 Bogor 16111
[email protected] (diterima 20 Juli 2016, direvisi 21 Agustus 2016, disetujui 30 Mei 2017)
ABSTRAK Nilam banyak dibudidayakan di Indonesia, dan lebih dari 80% produksi minyak nilam dunia dipasok dari Indonesia. Masalah utama dalam budidaya nilam di Indonesia adalah penyakit, seperti penyakit layu bakteri, budok dan nematoda. Sampai saat ini varietas tahan terhadap penyakit, khususnya budok, belum diperoleh. Tanaman tahan dapat diperoleh dengan teknik transformasi gen. Transkripsi faktor WRKY telah diketahui dapat meregulasi serangan beberapa patogen penyebab penyakit tanaman. Gen OsWRKY76 terletak pada segmen kromosom 9 tanaman padi yang telah diidentifikasi terkait dengan ketahanan berspektrum luas. Penelitian bertujuan untuk mengintroduksikan konstruksi gen OsWRKY76 yang berasal dari padi ke dalam tanaman nilam melalui bantuan Agrobacterium tumefaciens. Pada percobaan pertama, tanaman nilam ditransformasi dengan A. tumefaciens strain EHA 105 yang mengandung gen OsWRKY76. Perlakuan terdiri atas waktu induksi eksplan yang akan ditransformasi (pre-kultur) di dalam medium MS, yaitu 5 dan 7 hari, dan waktu inokulasi A. tumefaciens yaitu 10 dan 20 menit. Pada percobaan kedua, analisis molekuler untuk mengkonfirmasi keberadaan gen OsWRKY76 dalam tanaman nilam menggunakan teknik PCR dengan primer hptII. Hasil penelitian menunjukkan waktu induksi eksplan terbaik sebelum transformasi adalah 5 hari, dengan perendaman di dalam suspensi A. tumefaciens selama 10 menit. Dari transformasi tersebut telah dihasilkan 187 kalus independen. Hasil analisis PCR terhadap galur-galur putatif transgenik independen, lima galur (T1, T8, T10, T11, T13) positif mengandung gen hptII, yaitu gen penanda ketahanan terhadap antibiotik higromisin yang berada satu konstruk dengan gen OsWRKY76. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gen OsWRKY76 yang berasal dari padi dapat diintroduksikan pada tanaman nilam dan berpeluang sebagai kandidat tahan terhadap penyakit utama. Kata kunci: Pogostemon cablin Benth, gen OsWRKY76, ketahanan terhadap penyakit
ABSTRACT The patchouli plant have been cultivated commercially in Indonesia, which contributes over 80% of world patchouli oil production. The main problem in patchouli cultivation in Indonesia is plant diseases such as wilt disease, “budok” and nematode. Currently, patchouli varieties resistant to those diseases, especially budok, are unavailable. Plants resistant to disease can be obtained through several techniques such as genetic transformation. WRKY transcription factors have been known to regulate expression of pathogens causing infectious disease. OsWRKY76 gene located in the ninth of chromosome segment in rice has been identified related to its broad spectrum of plant resistance. The research was aimed to introduce OsWRKY76 from rice into patchouli through Agrobacterium tumefaciens-mediated transformation. At the first experiment, leaves of patchouli were transformed with A. tumefaciens strain EHA 105 containing OsWRKY76 gene. The treatments were explants induction time in MS medium before transformation (pre-culture) viz. 5 and 7 days, and inoculation time of A. tumefaciens viz. 10 and 20 minutes. The second experiment was molecular analysis to confirm the integration of OsWRKY76 gene into patchouli using PCR technique with hptII primer. The result
DOI: http://dx.doi.org/10.21082/bullittro.v28n1.2017.37-46
37
Bul. Littro, Volume 28, Nomor 1, Mei 2017
indicated the best treatment for explants induction before transformation was 5 days, and 10 minutes for inoculation time of A. tumefaciens. There were 187 independent calli lines have been produced from this transformation. PCR analysis indicated five independent putative transgenic lines (T1, T8, T10, T11, T13) were positively harboring the hptII gene, a selectable marker used in the OsWRKY76 construct gene. These suggested that the OsWRKY76 gene derived from rice can be introduced into patchouli plants and is potential candidate for plant resistance to major diseases. Key words: Pogostemon cablin Benth, OsWRKY76 gene, disease resistance
PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin (Blanco) Benth merupakan salah satu tanaman aromatik yang berasal dari Asia, dan secara intensif telah dikembangkan di Indonesia, Cina, India, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam (Chakrapani et al. 2013). Indonesia merupakan penghasil utama minyak nilam yang memasok lebih dari 80% kebutuhan dunia (Singh dan Rao 2009). Salah satu masalah dalam budidaya nilam di Indonesia adalah adanya serangan penyakit tanaman (Sukamto et al. 2014; Djiwanti dan Wahyuno 2012). Beberapa penyakit utama pada tanaman nilam adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum (Nasrun et al. 2005), penyakit budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis (Wahyuno dan Sukamto 2010), nematoda (Djiwanti dan Momota 1991), dan penyakit yang disebabkan oleh virus (Sukamto et al. 2007; Noveriza et al. 2012). Pengendalian penyakit dapat dilakukan secara terpadu yaitu dengan agensia hayati, pestisida nabati, penggunaan varietas tahan maupun fungisida. Penggunaan varietas tahan adalah cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit tanaman. Usaha untuk memperoleh varietas tahan melalui persilangan tidak dapat dilakukan, karena nilam yang dibudidayakan tidak berbunga. Transformasi genetik dengan gen asing dari tanaman lain merupakan cara alternatif untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat yang diinginkan. Ketahanan terhadap penyakit pada tanaman terjadi karena adanya interaksi antara produk gen Avr dari patogen dan produk gen R dari tanaman. Gen Avr patogen menjadi protein elisitor yang berinteraksi secara fisik dengan
38
protein reseptor kinase (NBS-LRR) yang merupakan produk gen R dari tanaman (Hu et al. 2012). Protein reseptor kinase yang diaktifkan melalui interaksi ini selanjutnya dapat mengaktifkan protein-protein yang lainnya seperti faktor transkripsi melalui mekanisme fosforilasi. Faktor transkripsi yang sudah diketahui terlibat dalam mekanisme pertahanan tanaman terhadap penyakit, cekaman biotik, maupun abiotik lainnya yaitu ethylene responsive factor (ERF), myelocytomatosis related proteins (MYC), myeloblastosis related proteins (MYB), basic leucine zipper containing domain proteins (bZIP), dan amino-acid sequence WRKYGQK (WRKY) (Liu et al. 2014). WRKY merupakan salah satu gen faktor transkripsi yang dapat menginduksi ketahanan terhadap berbagai patogen penyebab penyakit tanaman seperti terhadap jamur (Li dan Luan 2014), bakteri (Hu et al. 2012) dan virus (Ando et al. 2014; Huh et al. 2012). Faktor transkripsi CaWRKY asal tanaman cabai dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik seperti salinitas, kekeringan, pemanasan (heat shock) dan penyakit (Phytophthora capsici) (Tripathi et al. 2014; Diao et al. 2016). Gen OsWRKY76 merupakan salah satu gen dari keluarga OsWRKY yang meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap cendawan Pyricularia grisea (Ryu et al. 2006). Gen ini terletak pada segmen kromosom 9 yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit dengan spektrum luas (Wisser et al. 2005). Fragmen gen OsWRKY76 telah diisolasi dari padi varietas Nipponbare, dan telah dikonstruksi pada vektor biner pCAMBIA1301::35S::OsWRKY76 (Apriana et al. 2011). Metode transfer gen dari tanaman satu ke tanaman lain telah banyak dilakukan antara lain menggunakan Agrobacterium tumefaciens. Meto-
Sukamto et al. : Transformasi Gen pada Nilam untuk Ketahanan terhadap Penyakit Utama Menggunakan Agrobacterium tumefaciens
de ini sangat sederhana dan murah karena pada prinsipnya gen yang akan dipindahkan disisipkan ke plasmid T-DNA A. tumefaciens, lalu diinokulasikan ke jaringan tanaman yang telah dilukai. Namun keberhasilan transformasi dengan A. tumefaciens tergantung pada jenis tanaman, strain Agrobacterium, vektor plasmid, medium transformasi dan suhu lingkungan (Opabode 2006; Krenek et al. 2015). Protokol transformasi gen dengan metode ATMT (Agrobacterium tumefaciens-mediated transformation) belum banyak tersedia pada tanaman obat dan atsiri (Khan et al. 2015). Tanaman nilam merupakan tanaman aromatik yang dapat berfungsi sebagai antibakteri seperti terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae dan Serratia marcescens (Das et al. 2011). Keberadaan antibakteri ini pada tanaman nilam diduga akan mempengaruhi bakteri A. tumefaciens pada saat transformasi. Penelitian ini bertujuan memperoleh metode transformasi terbaik untuk mengintroduksikan gen OsWRKY76 asal tanaman padi ke dalam tanaman nilam (varietas Sidikalang) melalui vektor A. tumefaciens, sehingga dapat dihasilkan tanaman nilam hasil transformasi yang mengandung gen OsWRKY76 sebagai kandidat ketahanan terhadap penyakit. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen). Penelitian menggunakan tanaman nilam varietas Sidikalang, dengan keunggulan kadar patchouli alcohol dan produksi minyak tertinggi dibandingkan dengan dua varietas unggul lainnya (Lhokseumawe dan Tapaktuan). Oleh karena itu, varietas Sidikalang disukai oleh petani dan paling banyak dibudidayakan (Setiawan dan Sukamto 2016). Trans-
formasi genetik menggunakan plasmid rekombinan 35SCaMV-OsWRKY76 dalam vektor biner pCAMBIA-1301 yang diperoleh dari Laboratorium Biologi Molekuler, BB-Biogen. Selain membawa gen OsWRKY76, T-DNA pada vektor biner juga dilengkapi dengan gen marka seleksi higromisin (hptII) dan gen marka pelapor gus. Untuk seleksi bakteri, plasmid biner juga membawa gen ketahanan terhadap antibiotik kanamisin (nptII). A. tumefaciens yang digunakan adalah strain EHA 105 yang resisten terhadap antibiotik rifampisin. Penelitian dilakukan melalui dua kegiatan berkesinambungan, yaitu (1) transformasi gen OsWRKY76 pada eksplan nilam dengan vektor A. tumefaciens, dan (2) deteksi gen hptII pada tanaman nilam transgenik dengan teknik PCR. Transformasi nilam dengan gen OsWRKY76 melalui vektor Agrobacterium tumefaciens Bakteri Agrobacterium yang membawa konstruk pCAMBIA-1301::35S::OsWRKY76 dikulturkan dalam media YEP padat (Yeast Extract Pepton) yang mengandung 100 mg.l-1 kanamisin dan 10 mg.l-1 rifampisin. Kultur bakteri diinkubasi pada suhu 28oC selama 2 hari dengan penggoyangan. Kultur Agrobacterium yang telah tumbuh pada media padat selanjutnya dikulturkan dalam media AAM (media AA modified untuk infeksi Agrobacterium) (Hiei et al. 1994), tanpa antibiotik dan dikocok menggunakan shaker selama 1-2 jam. Induksi eksplan (pre-kultur) berupa potongan daun nilam dari varietas Sidikalang yang diambil dari ruas kedua dari atas (Paul et al. 2012) dilakukan selama 5 dan 7 hari dalam media MS (Murashige Skoog). Untuk proses infeksi, eksplaneksplan dari pre-kultur (5 dan 7 hari) direndam dalam kultur cair Agrobacterium selama 10 dan 20 menit. Eksplan dan bakteri di ko-kultivasi dalam media IK3-AS (0,5 mg.l-1 IAA dan 1 mg.l-1 kinetin yang mengandung 10 mM asetosiringone) dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 3 hari dalam gelap. Setelah ko-kultivasi, eksplan dicuci dengan 400 mg.l-1 cefotaxime dan diseleksi pada media IK3-C250H25 (IK3 yang mengandung 250 mg.l-1 cefotaxime dan 25 mg.l-1 higromisin). Kalus yang
39
Bul. Littro, Volume 28, Nomor 1, Mei 2017
tahan terhadap antibiotik higromisin disubkultur ke dalam media regenerasi (MS + 0,5 mg.l-1 IAA + 0,3 mg.l-1 BAP dan 0,5% phytagel). Planlet yang diperoleh ditanam pada media dasar MS tanpa hormon. Setelah cukup besar dan berakar, plantlet diaklimatisasi pada media tanah di rumah kaca. Efisiensi transformasi dan efisiensi regenerasi dihitung berdasarkan rumus (Mulyaningsih et al. 2010): Efisiensi transformasi (%)=
Kalus tahan higromisin Kalus awal ditransformasi
x 100%
Efisiensi regenerasi (%)=
Kalus beregenerasi Kalus tahan higromisin
x 100%
Analisis molekuler tanaman hasil transformasi Analisis molekuler untuk mengonfirmasi keberadaan transgen OsWRKY76 dilakukan melalui teknik PCR dengan menggunakan primer hptII. Isolasi DNA untuk analisis PCR dilakukan dari daun yang diambil dari tanaman nilam hasil aklimatisasi. DNA genom total nilam diisolasi dengan menggunakan metode CTAB (Cetyltrimethylammonium bromida) mengikuti Doyle dan Doyle (1990). Pelet DNA dilarutkan dengan 50 μl TE buffer. Sampel DNA nilam hasil isolasi siap diamplifikasi menggunakan PCR atau disimpan pada suhu -20oC. Amplifikasi DNA dengan teknik PCR dilakukan pada total reaksi 20 µl yang terdiri atas 2,0 μl 10x PCR buffer (100 mM Tris-HCl, 500 mM KCl, pH 8,3); 1,2 μl-50 mM MgCl2; 0,4 μl-10 mM dNTP mix; 1 μl-10 uM dari masing-masing primer hpt (F dan R) yaitu primer Forward : 5’GATGCCTCCGCTCGAAGTAGCG-3’ dan primer Reverse: 5’-GCATCTCCCGCCGTGCAC-3’, 1 unit Taq DNA polymerase (5 unit/μl), dan 2 μl DNA nilam sebagai cetakan. Reaksi amplifikasi dilakukan dengan mesin PCR (PCT 100) dengan program sebagai berikut: satu siklus tahap denaturasi awal pada suhu 94oC selama 3 menit, dilanjutkan dengan 35 siklus tahap denaturasi pada suhu 94oC selama 30 detik, penempelan primer pada suhu 60oC selama 30 detik, dan pemanjangan/sintesis DNA pada suhu 72oC selama 45 detik. Proses pemanjangan/sintesis DNA akhir pada suhu 72oC
40
selama 5 menit. Setelah program PCR selesai selanjutnya dilakukan elektroforesis hasil PCR. Sebanyak 10 μl produk PCR ditambahkan 1 μl loading dye dan dicampur sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel dan dilarikan dalam gel agarose 1% pada tegangan listrik 80 volt. Gel agarosa diwarnai dengan larutan etidium bromida (10 mg.l-1) selama 10 menit, dan divisualisasi pada UV Illuminator ChemiDoc EQ Biorad. Analisis data hasil PCR dilakukan dengan melihat ada tidaknya pita DNA yang terbentuk pada ukuran sekitar 500 bp pada masing-masing sampel transforman yang diuji. HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi nilam dengan gen OsWRKY76 melalui Agrobacterium tumefaciens Jumlah kalus yang dapat mencapai tahap regenerasi semakin menurun, setelah dilakukan transformasi. Kalus yang tidak tahan pada medium seleksi yang mengandung antibiotik higromisin akan mati, ditunjukkan dengan perubahan warna kalus dari putih pucat menjadi hitam (Gambar 1A1 dan 1A2). Kalus yang tahan pada medium seleksi terus tumbuh dicirikan dengan terjadinya pertumbuhan kalus yang berwarna putih kehijauan (Gambar 1A3, 1A4 dan 1A5). Kalus tahan diduga mengandung gen OsWRKY76 yang ditansfer oleh Agrobacterium. Bagian T-DNA yang ditransfer dari plasmid rekombinan yang digunakan untuk transformasi selain mengandung OsWRKY76 juga mengandung gen ketahanan terhadap higromisin. Proses transfer gen melalui vektor Agrobacterium akan memindahkan satu set gen yang berada pada daerah transfer DNA (TDNA) dan mengintegrasikannya ke bagian genom tanaman (Lee dan Gelvin 2008). Setelah pre-kultur selama 5 hari, dari total 93 eksplan yang ditransformasi, perendaman di dalam suspensi bakteri A. tumefaciens selama 10 menit menghasilkan 80 kalus yang tumbuh pada media seleksi higromisin. Kalus-kalus tahan tersebut kemudian diregenerasikan dan menghasilkan 63 kalus transforman independen. Vektor
Sukamto et al. : Transformasi Gen pada Nilam untuk Ketahanan terhadap Penyakit Utama Menggunakan Agrobacterium tumefaciens
Gambar 1. A. Eksplan yang telah ditransformasi pada media selektif higromisin 50 mg.l -1 (A1-A2, tidak tumbuh, A3A6, tumbuh); B. Kalus di dalam media regenerasi; C. Kalus yang beregenerasi membentuk tunas; D dan E. Tunas-tunas nilam yang terbentuk pada media regenerasi. -1 Figure 1. A. Transformed explants in selective medium containing antibiotic hygromycin 50 mg.l . (A1-A2, dead calli; A3-A6, survived calli); B. Calli in regeneration medium; C. Shoots from regenerated calli; D and E. Patchouli shoots transformed in regeneration medium.
pCAMBIA-1301 yang mengandung gen OsWRKY76 yang digunakan dalam penelitian ini juga membawa gen ketahanan terhadap higromisin (gen hptII), maka dapat diduga bahwa kalus-kalus yang tahan pada media seleksi tersebut telah terinfeksi oleh Agrobacterium. Pada proses infeksi ini, TDNA yang membawa gen OsWRKY76 dan gen hptII dipindahkan dari sel bakteri Agrobacterium ke dalam sel tanaman nilam (Birch 1997). Induksi eksplan 5 hari dan inokulasi bakteri selama 10 menit, menunjukkan efisiensi transformasi 86,02%, dan efisiensi regenerasi 78,75% (Tabel 1). Pre-kultur 5 hari yang diikuti dengan perendaman pada suspensi bakteri selama 20 menit menghasilkan 91 kalus yang terseleksi higromisin dari total 114 eksplan yang ditransformasi. Kalus kalus tahan kemudian beregenerasi dan meng-
hasilkan 60 kalus transforman independen, dengan efisiensi transformasi 79,82%, dan efisiensi regenerasi 65,93% (Tabel 1). Hasil ini menunjukkan bahwa dengan waktu pre-kultur yang sama (5 hari), inokulasi eksplan dengan suspensi Agrobacterium selama 10 menit lebih efisien dibandingkan dengan inokulasi 20 menit. Folta et al. (2006) melaporkan bahwa inokulasi yang terlalu lama akan mendorong bakteri mengkoloni eksplan. Pertumbuhan koloni yang berlebihan akan menyebabkan nekrosis yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian kalus, dan berpengaruh terhadap daya regenerasi. Pre-kultur 7 hari yang diikuti dengan perendaman di dalam suspensi bakteri selama 10 menit, dari 100 eksplan menghasilkan 56 kalus transforman. Kalus-kalus tahan kemudian berege-
41
Bul. Littro, Volume 28, Nomor 1, Mei 2017
Tabel 1. Jumlah kalus tahan pada media seleksi higromisin dan kalus beregenerasi setelah transformasi dengan OsWRKY76 melalui vektor Agrobacterium tumefaciens. Table 1. The number of survived callus in selection media with hygromycin and regenerated callus after genetic transformation with OsWRKY76 gene mediated by Agrobacterium tumefaciens vector. Waktu induksi eksplant (prekultur) (hari) 5 7
Waktu inokulasi (menit)
Jumlah eksplan
Jumlah kalus tahan pada higromisin
Efisiensi transformasi (%)
Jumlah kalus beregenerasi
Efisiensi regenerasi (%)
10 20 10 20
93 114 100 47
80 91 56 23
86,02 79,82 56,00 48,94
63 60 38 23
78,75 65,93 67,85 100,00
nerasi dan menghasilkan 38 kalus transforman independen. Sementara itu, perlakuan pre-kultur 7 hari dengan perendaman di dalam suspensi bakteri selama 20 menit dari 47 eksplan menghasilkan 23 kalus terseleksi higromisin. Total 23 kalus tahan tersebut kemudian beregenerasi dan menghasilkan 23 kalus transforman independen (Tabel 1). Seperti pada pre-kultur 5 hari, pada pre-kultur 7 hari juga perendaman dengan suspensi bakteri (infeksi Agrobacterium) selama 10 menit lebih efisien (56%) dibandingkan dengan perendaman 20 menit (48,94%). Khan et al. (2015) melaporkan bahwa transformasi menggunakan plasmid pBI121 yang mengandung gen ketahanan terhadap kanamisin (nptII) pada tanaman basil (Ocimum gratissimum), efisiensi transformasi terbaik terjadi pada waktu infeksi Agrobacterium 10-15 menit, dan terus menurun seiring lamanya perendaman (waktu infeksi). Hal yang sama dilaporkan Faisal et al. (2015) pada tanaman timun (varietas Shital), dimana efisiensi transformasi terbaik terjadi pada perlakuan infeksi Agrobacterium 5 menit. Keberhasilan infeksi dan transfer gen antara lain ditentukan oleh strain Agrobacterium, lama inokulasi bakteri, masa inkubasi bakteri (cocultivation), jenis eksplan, dan induksi eksplan (pre-kultur) (Hassanein et al. 2005). Pada eksplan tanaman tomat yang tidak diinduksi, transformasi gen terjadi hanya 0,45% sedangkan bila diinduksi selama 2 hari, efisiensi transformasi meningkat menjadi 6,32% (Rai et al. 2012). Eksplan yang diinduksi dapat mengaktifkan pembelahan sel sehingga dapat meningkatkan transformasi. Induksi
42
eksplan juga dapat meningkatkan persentasi regenerasi dan kekuatan sel sehingga mengurangi stres akibat inokulasi Agrobacterium. Kalus-kalus yang tumbuh pada media seleksi, dan dipindahkan ke media regenerasi (MS + 0,5 mg.l-1 IAA + 0,3 mg.l-1 BAP dan 0,5% phy-tagel) akan membentuk spot-spot hijau (Gambar 1B dan 1C). Tunas-tunas yang muncul dari spot-spot hijau kemudian ditumbuhkan pada media MS untuk menginduksi perakaran (Gambar 1D dan 1E). Planlet transgenik membentuk akar secara sempurna yang berwarna putih. Analisis molekuler tanaman hasil transformasi Dua puluh dua populasi planlet nilam hasil transformasi OsWRKY76 (T1–T22) telah diaklimatisasi di rumah kaca, menunjukkan pertumbuhan yang normal. Tanaman T1–T22 tersebut kemudian diisolasi DNA genomiknya untuk dilakukan analisis molekuler dengan teknik PCR, untuk melihat keberhasilan integrasi gen OsWRKY76 ke dalam genom tanaman nilam. Pada penelitian ini tidak digunakan primer spesifik untuk gen WRKY, karena gen tersebut secara alami juga terdapat pada tanaman nilam, sehingga untuk membedakan antara tanaman transgenik dan non transgenik harus digunakan primer spesifik untuk gen yang tidak terdapat dalam tanaman non transgenik. Gen yang ditransformasikan yaitu hptII dan gen OsWRKY76 terdapat dalam satu konstruk T-DNA dari plasmid/vektor biner pCAMBIA-1301. Hasil analisis PCR menunjukkan bahwa dari 22 galur independen yang dianalisis, lima
Sukamto et al. : Transformasi Gen pada Nilam untuk Ketahanan terhadap Penyakit Utama Menggunakan Agrobacterium tumefaciens
galur independen (T1, T8, T10, T11, dan T13) mengandung gen penanda seleksi higromisin (hptII) yang diindikasikan dengan terbentuknya amplikon berukuran 500 bp (Gambar 2). Hasil ini menunjukkan bahwa gen WRKY76 yang diisolasi dari tanaman padi dapat diintegrasikan pada tanaman nilam dengan bantuan vektor A. tumefaciens. Penggunaan A. tumefaciens untuk transfer gen PaMMV coat protein (CP) pada tanaman nilam telah dilakukan, dan menghasilkan tanaman yang tahan terhadap virus yaitu Patchouli mild mosaic virus (Kadotani dan Ikegami 2002). Paul et al. (2012) dengan menggunakan A. tumefaciens dari strain yang sama dengan penelitian ini yaitu EHA 105, telah berhasil mentransfer vektor pCAMBIA-2301 yang mengandung neomycin phosphotransferase (nptII) pada tanaman nilam. Namun demikian, rekayasa genetik dengan bantuan A. tumefaciens pada tanaman yang menghasilkan atsiri mungkin memerlukan protokol yang khusus karena beberapa komponen minyak atsiri yang bersifat antibakteri. Syarat utama dalam perbaikan genetik tanaman melalui rekayasa genetik dengan memanfaatkan teknik in vitro adalah penguasaan protokol regenerasi. Protokol regenerasi in vitro
tanaman nilam sudah tersedia, selain itu secara konvensional nilam diperbanyak secara vegetatif dengan setek. Oleh karena itu, sekali diperoleh nilam transgenik dengan karakter yang diinginkan, maka tanaman transgenik tersebut tinggal diperbanyak secara vegetatif tanpa terjadi perubahan genetik. Namun demikian, jumlah copy, efikasi dan stabilitas ekspresi gen target pada generasi vegetatif lebih lanjut tetap perlu dikaji, agar sifat yang diiinginkan diwariskan dan diekspresikan secara optimal kepada keturunannya. Selain itu, aplikasi teknik ini masih dibatasi oleh proses pengkajian keamanan hayati yang memerlukan banyak waktu dan biaya tinggi, sehingga produk tanaman transgenik belum dapat secara langsung dimanfaatkan oleh petani atau pengguna lain. KESIMPULAN Transformasi gen pada tanaman nilam (varietas Sidikalang) dapat dilakukan dengan menggunakan vektor Agrobacterium tumefaciens. Efisiensi transformasi dapat dicapai dengan menginduksi eksplan (pre-kultur) di dalam medium MS selama 5 hari dan menginfeksi eksplan dengan perendaman di dalam suspensi A. tumefaciens selama 10 menit. Lima galur independen putatif
Gambar 2. Hasil analisis PCR dari nilam putatif transgenik dengan menggunakan primer untuk gen hptII. Amplikon berukuran 500 bp merupakan fragmen gen hptII. Keterangan : M=marker, T1-T22 =sampel tanaman transgenik, A= air, P=plasmid pCAMBIA-1301-35S-OsWRKY76. Figure 2. Result of PCR analysis of patchouli putative transgenic using hptII specific primer. The amplicon of 500 bp indicated the hptII gene fragment. Note: M=marker, T1-T22 =transgenic lines, A=water, P=plasmid of pCAMBIA-1301-35S-OsWRKY76.
43
Bul. Littro, Volume 28, Nomor 1, Mei 2017
transgenik (T1, T8, T10, T11, T13) teramplifikasi dengan primer spesifik gen hptII, dan berpeluang menjadi kandidat varietas tahan terhadap penyakit utama pada tanaman nilam. DAFTAR PUSTAKA Ando, S., Obinata, A. & Takahashi, H. (2014) WRKY70 Interacting with RCY1 Disease Resistance Protein is Required for Resistance to Cucumber Mosaic Virus in Arabidopsis thaliana. Physiological and Molecular Plant Pathology. 85, 8–14. doi:https://doi.org/10.1016/j.pmpp.2013.11.001. Apriana, A., Sisharmini, A., Enggarini, W., Sudarsono, S., Khumaida, N. & Trijatmiko, K.R. (2011) Introduksi Konstruk Over-Ekspresi Kandidat gen OsWRKY76 melalui Agrobacterium tumefaciens pada Tanaman Padi Nipponbare. Jurnal AgroBiogen. 7 (1), 19–27. Birch, R.G. (1997) Plant Transformation: Problems and Strategies for Practical Application. Annual Review of Plant Biology. 48 (1), 297–326. Chakrapani, P., Venkatesh, K., Singh, B.C.S., Jyothi, B.A., Kumar, P., Amareshwari, P. & Roja, A.R. (2013) Phytochemical, Pharmacological Importance of Patchouli (Pogostemon cablin (Blanco) Benth) an Aromatic Medicinal Plant. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res. 21 (2), 7–15. Das, K., Gupta, N., Vijayabhaskar, S. & Manjunath, U. (2011) Antimicrobial Potential on Patchouli Oil Cultivated under Acidic Soil Zone of South India. Indian Journal of Novel Drug Delivery. 3 (2), 101– 104. Diao, W.-P., Snyder, J.C., Wang, S.-B., Liu, J.-B., Pan, B.G., Guo, G.-J. & Wei, G. (2016) Genome-Wide Identification and Expression Analysis of WRKY Gene Family in Capsicum annuum L. Frontiers in Plant Science. 7, 1727. doi:10.3389/fpls.2016.00211. Djiwanti, S. & Wahyuno, D. (2012) Pengelolaan Penyakit-penyakit pada Tanaman Atsiri.In: Bunga Rampai Inovasi Tanaman Atsiri Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press, pp.134–142. Djiwanti, S.R. & Momota, Y. (1991) Parasitic Nematodes Associated with Patchouli Disease in West Java. Indust Crops Res J. 3, 31–34.
44
Doyle, J.J. & Doyle, J.L. (1990) Isolation of Plant DNA from Fresh Tissue. Focus. 12 (1), 13–15. Faisal, S.M., Haque, M.S. & Nasiruddin, K.M. (2015) Agrobacterium-mediated Genetic Transformation in Cucumber (var. Shital) as Influenced by Explant, Inoculation Time and Co-cultivation Period. Universal Journal of Plant Science. 3 (2), 25– 31.10.13189/ujps.2015.030203. Folta, K.M., Dhingra, A. & Lakshmanan, P. (2006) Transformation of Strawberry: The Basis for Translational Genomics in Rosaceae. In Vitro Cellular and Developmental Biology-Plant. 42 (6), 482–490. Available from: doi:10.1079/IVP2006807. Hassanein, A., Chevreau, E. & Dorion, N. (2005) Highly Efficient Transformation of Zonal (Pelargonium x hortorum) and Scented (P. capitatum) Geraniums via Agrobacterium tumefaciens Using Leaf Discs. Plant Science. 169 (3), 532–541. doi:https://doi.org/10.1016/j.plantsci.2005.04.01 4. Hiei, Y., Ohta, S., Komari, T. & Kumashiro, T. (1994) Efficient Transformation of Rice (Oryza sativa L.) Mediated by Agrobacterium and Sequence Analysis of the Boundaries of the T‐DNA. The Plant Journal. 6 (2), 271–282. doi/10.1046/j.1365313X.1994.6020271.x/pdf. Hu, Y., Dong, Q. & Yu, D. (2012) Arabidopsis WRKY46 Coordinates with WRKY70 and WRKY53 in Basal Resistance against Pathogen Pseudomonas syringae. Plant Science. 185–186, 288–297. doi:10.1016/j.plantsci.2011.12.003. Huh, S.U., Choi, L.M., Lee, G.-J., Kim, Y.J. & Paek, K.-H. (2012) Capsicum annuum WRKY Transcription Factor d (CaWRKYd) Regulates Hypersensitive Response and Defense Response upon Tobacco Mosaic Virus Infection. Plant Science. 197, 50–58. doi:https://doi.org/10.1016/j.bbrc.2011.12.074. Kadotani, N. & Ikegami, M. (2002) Production of Patchouli Mild Mosaic Virus Resistant Patchouli Plants by Genetic Engineering of Coat Protein Precursor Gene. Pest Management Science. 58 (11), 1137–1142. doi:10.1002/ps.581. Khan, S., Fahim, N., Singh, P. & Rahman, L.U. (2015) Agrobacterium tumefaciens Mediated Genetic Transformation of Ocimum gratissimum: A Medicinally Important Crop. Industrial Crops and
Sukamto et al. : Transformasi Gen pada Nilam untuk Ketahanan terhadap Penyakit Utama Menggunakan Agrobacterium tumefaciens
Products. 71, 138–146. doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.indcrop.2015.03.0 80. Krenek, P., Samajova, O., Luptovciak, I., Doskocilova, A., Komis, G. & Samaj, J. (2015) Transient Plant Transformation Mediated by Agrobacterium tumefaciens: Principles, Methods and Applications. Biotechnology Advances. 33 (6), 1024–1042. Lee, L.-Y. & Gelvin, S.B. (2008) T-DNA Binary Vectors and Systems. Plant Physiology. 146, 325–332. doi:10.1104/pp.107.113001. Li, J. & Luan, Y. (2014) Molecular Cloning and Characterization of a Pathogen-Induced WRKY Transcription Factor Gene from Late Blight Resistant Tomato Varieties Solanum pimpinellifolium L3708. Physiological and Molecular Plant Pathology. 87, 25–31. doi:https://doi.org/10.1016/j.pmpp.2014.05.004. Liu, B., Hong, Y.-B., Zhang, Y.-F., Li, X.-H., Huang, L., Zhang, H.-J., Li, D.-Y. & Song, F.-M. (2014) Tomato WRKY Transcriptional Factor SlDRW1 is Required for Disease Resistance Against Botrytis cinerea and Tolerance to Oxidative Stress. Plant Science. 227, 145–156. doi:10.1016/j.plantsci.2014.08.001.
Paul, A., Bakshi, S., Sahoo, D.P., Kalita, M.C. & Sahoo, L. (2012) Agrobacterium-Mediated Genetic Transformation of Pogostemon cablin (Blanco) Benth. Using Leaf Explants: Bactericidal Effect of Leaf Extracts and Counteracting Strategies. Applied Biochemistry and Biotechnology. 166 (8), 1871–1895. doi:10.1007/s12010-012-9612-0. Rai, G.K., Rai, N.P., Kumar, S., Yadav, A., Rathaur, S. & Singh, M. (2012) Effects of Explant Age, Germination Medium, Pre-Culture Parameters, Inoculation Medium, pH, Washing Medium, and Selection Regime on Agrobacterium-Mediated Transformation of Tomato. In Vitro Cellular & Developmental Biology-Plant. 48 (5), 565–578. doi:10.1007/s11627-012-9442-3. Ryu, H.-S., Han, M., Lee, S.-K., Cho, J.-I., Ryoo, N., Heu, S., Lee, Y.-H., Bhoo, S.H., Wang, G.-L. & Hahn, T.-R. (2006) A Comprehensive Expression Analysis of The WRKY Gene Superfamily in Rice Plants during Defense Response. Plant Cell Reports. 25 (8), 836– 847. Setiawan & Sukamto (2016) Karakter Morfologis dan Fisiologis Tanaman Nilam di Bawah Naungan dan Tanpa Naungan. Bul Littro. 27 (2), 137–146. doi:http://dx.doi.org/10.21082/bullittro.v27n2.20 16.137-146.
Mulyaningsih, E.S., Aswidinnoor, H., Sopandie, D., Ouwerkerk, P.B.F., Nugroho, S. & Loedin, I.H.S. (2010) Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium untuk Pencarian Gen-Gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada Padi cv. Batutegi. Jurnal Biologi Indonesia. 6 (3), 367–381.
Singh, M. & Rao, R.S.G. (2009) Influence of Sources and Doses of N and K on Herbage, Oil Yield and Nutrient Uptake of Patchouli [Pogostemon cablin (Blanco) Benth.] in Semi-Arid Tropics. Industrial Crops and Products. 29 (1), 229–234. doi:10.1016/j.indcrop.2008.05.005.
Nasrun, Christanti, Arwiyanto, T. & Mariska, I. (2005) Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Nilam menggunakan Pseudomonad fluoresen. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 11 (1), 19–24.
Sukamto, Rahardjo, I. & Sulyo, Y. (2007) Detection of Potyvirus on Patchouli Plant (Pogostemon cablin Benth.) from Indonesia. In: Proceeding International Seminar on Essential Oil. Jakarta 7-9 November 2007, pp.72–77.
Noveriza, R., Suastika, G., Hidayat, S.H. & Kartosuwondo, U. (2012) Potyvirus Associated with Mosaic Disease on Patchouli (Pogostemon cablin (Blanco) Benth.) Plants in Indonesia. Journal of ISSAAS. 18 (1), 131–146. Opabode, J.T. (2006) Agrobacterium-Mediated Transformation of Plants: Emerging Factors that Influence Efficiency. Biotechnology and Molecular Biology Reviews. 1 (1), 12–20.
Sukamto, Syakir, M. & Djazuli, M. (2014) Pengendalian Penyakit Budok pada Tanaman Nilam dengan Agensia Hayati dan Pembenah Tanah.In: Wahyudi,A. et al. (eds.) Prosiding Seminiar Nasional Pertanian Organik, Inovasi Teknologi Pertanian Organik. Bogor 18-19 Juni 2014, IAARD Press, pp.321–328.
45
Bul. Littro, Volume 28, Nomor 1, Mei 2017
Tripathi, P., Rabara, R.C. & Rushton, P.J. (2014) A Systems Biology Perspective on the Role of WRKY Transcription Factors in Drought Responses in Plants. Planta. 239 (2), 255–266. doi:10.1007/s00425-013-1985-y. Wahyuno, D. & Sukamto (2010) Ketahanan Pogostemon cablin dan Pogostemon heyneanus terhadap Synchytrium pogostemonis. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 16 (3), 91–97.
46
Wisser, R.J., Sun, Q., Hulbert, S.H., Kresovich, S. & Nelson, R.J. (2005) Identification and Characterization of Regions of the Rice Genome Associated with Broad-Spectrum, Quantitative Disease Resistance. Genetics. 169, 2277–2293. doi:10.1534/genetics.104.036327.