TINJAUAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: (Relevansinya dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas) Yanuri Natalia Sunata, Kundharu Saddhono, Sri Hastuti Universitas Sebelas Maret E-mail :
[email protected] Abstract: This research is descriptive qualitative research with content analysis method. There are three main aspects which are analyzed in this research: intrinsic element, educational value, and its relevance in teaching process in High Schools in Surakarta. The conclussions of this research are: intrinsic element of BidadariBidadari Surga novel is the plot, theme, message, characterizing, setting, point of view, and language style. Bidadari-Bidadari Surga novel contains of various educational values, they are religious value, moral value, social value, and esthetic value. Bidadari-Bidadari Surga novel is also relevance as a teaching material for student of High Schools in Surakarta. Key words: novel, structural analysis, educational value, literature teaching material Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis isi. Ada tiga aspek utama yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: unsur intrinsik, nilai pendidikan, dan relevansi novel dalam pembelajaran SMA di Surakarta. Simpulan penelitian ini adalah: unsur intrinsik novel Bidadari-bidadari Surga meliputi alur, tema, amanat, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Novel Bidadari-Bidadari Surga mengandung berbagai nilai pendidikan yaitu nilai religius, nilai moral, nilai sosial, dan nilai estetika. Selain itu, novel Bidadari-Bidadari Surga juga relevan sebagai bahan ajar sastra bagi siswa SMA di Surakarta. Kata kunci: novel, analisis struktural, nilai pendidikan, bahan ajar sastra
PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil karya seni manusia yang sangat berperan penting bagi kemajuan kekayaan budaya bangsa yang kompleks. Melalui karya sastra, manusia dapat menggali berbagai pengetahuan, adat istiadat, budaya, pandangan hidup, dan nilai-nilai dalam kehidupan. Sebagai bentuk perwujudan hasil pikiran yang didasarkan pada landasan hidup dan alam sekitar, karya sastra hadir menjadi media penumbuh karakter dan nilai.Karya sastra merupakan karya seni yang bersifat imajinatif dan bersifat seni (indah, sublim, besar). Di samping itu, fungsi hakikat sebuah karya sastra: dulce et utile, yang berarti menyenangkan dan berguna. Novel sebagai bentuk karya fiksi, menyajikan sejumlah khayalan dan membentuk dunianya sendiri. Dunia yang dimaksud ialah dunia imajinasi yang
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
583
dibuat oleh pengarang. Dalam pembentukan dunia imajinasi tersebut, pengarang secara totalitas menyisipkan berbagai unsur kehidupan dan nilai sehingga novel menjadi suatu yang utuh dan saling berkaitan erat antarunsurnya. Novel terbangun dari dua unsur pokok yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. sebagai sebuah karya fiksi menawarkan dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif uang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lainnya yang kesemuanya bersifat Sementara itu, menurut Yenhariza (2012:168), ovel sebagai alat untuk mendidik agar mengerti dan memahami berbagai persoalan kehidupan yang dialami manusia . Dengan membaca novel, pembaca akan mengetahui mana perilaku baik yang harus ditiru dan perilaku yang harus ditinggalkan. Tujuan umum penelitian ini adalah menerapkan salah satu pendekatan dalam karya sastra, yaitu pendekatan struktural sastra dalam novel BidadariBidadari Surga karya Tere Liye. Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus, yaitu: a) mengetahui nilai-nilai pendidikan; dan b) mengetahui relevansi novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Strukturalisme sebagai pendekatan memandang karya sastra sebagai suatu kebulatan makna, akibat perpaduan isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi yang membangun karya sastra, yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan gaya. Analisis struktural merupakan salah satu kajian kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur pembangun karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra tersebut antara lain: penokohan, alur, sudut pandang, latar, tema, dan sebagainya. Karya sastra dibagi menjadi berbagai macam bentuknya. Salah satunya yaitu novel, kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah
Dalam bahasa Latin, kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenisjenis sastra yang lainnya, maka novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1993: 164). Karya sastra dikatakan baik apabila memiliki bermacam-macam nilai pendidikan dan memberikan wawasan kepada pembacanya. Nilai pendidikan itu akan diperoleh pembaca dengan memahami rangkaian cerita baik secara eksplisit maupun implisit. Karya sastra merupakan hasil imajinasi dan kreativitas
584
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
pengarang. Dengan kreativitas tersebut, seorang pengarang bukan hanya mampu menyajikan keindahan rangkaian cerita melainkan juga dapat memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat, serta beraneka ragam pengalaman tentang masalah kehidupan. Melalui pendidikan, sastra menjadi sumber pengetahuan yang diajarkan di sekolah dan bukan sekadar dinikmati sebagai hiburan. Sastra sebenarnya merupakan salah satu jalan untuk memperoleh kebenaran. Hal ini memerlukan guru sastra yang luas bacannya yang terbuka untuk gejala sastra yang baru, yang dapat melakukan tugas dengan baik, Teeuw (dalam Alwi & Sugono, 2002: 238). Guru sebagai tenaga pendidik bisa dijadikan pengarah untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra. Oleh sebab itu, tugas pengajar tidak sekadar menyampaikan, tetapi bisa mengarahkan anak didiknya supaya benarbenar mencapai dan mengembangkan nilai pendidikan yang didapatkannya. Dalam pengajaran sastra ini, terdapat beberapa problematika yang harus segera diatasi oleh para guru bahasa dan sastra di sekolah. Hal ini perlu karena problematika pengajaran sastra menyebabkan kurang optimalnya pengajaran sastra di sekolah. Akhirnya, para siswa pun kurang cerdas dalam hal bersastra. Menurut Arnold (dalam Pantic, 2006: 402), etis dan religius merupakan aspek yang paling penting di dalam pengenalan pendidikan moral dalam lingkup umum atau publik. Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya seseorang bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Pradopo (2003: 49) disebutkan ada tiga paham tentang penilaian karya sastra, yaitu penilaian relativisme, penilaian absolutisme, dan penilaian perspektivisme. Penilaian relativisme adalah paham penilaian yang menghendaki zaman terbitnya karya sastra. Bila suatu karya sastra dianggap bernilai oleh suatu masyarakat pada suatu tempat dan zaman tertentu, maka karya sastra haruslah dianggap bernilai pula pada zaman dan tempat lain. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye sebagai objek kajiannya. Penelitian ini dilakukan selama selama enam bulan yaitu bulan dari Desember sampai Mei 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel purposif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi dokumen dan wawancara. Uji validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi teori dan
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
585
sumber. Kemudian, data dianalisis menggunakan analisis interaktif, yang di dalamnya terdapat tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahap, yakni tahap persiapan (penyusunan proposal), tahap pelaksanaan (pengumpulan data, validitas data, analisis data, dan penarikan simpulan), dan tahap penyusunan laporan (penyusunan laporan penelitian, konsultasi dengan pembimbing, dan memperbanyak laporan). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Novel Bidadari-Bidadari Surga Struktur novel yang akan diteliti meliputi : alur/plot, tema, penokohan, latar/setting, sudut pandang/point of view, dan amanat. Analisis Alur Novel Bidadari-Bidadari Surga Alur merupakan suatu rangkaian kejadian atau peristiwa yang dijalin dan direka dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui adanya kerumitan suatu konflik yang menuju kearah klimaks dan penyelesaian. Alur yang digunakan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah alur maju mundur karena jalan ceritanya tidak urut berupa potongan-potongan cerita yang susunannya berganti-ganti cerita. Alur berusaha menjelaskan jalannya cerita mulai dari awal hingga akhir, Alur/plot terdiri dari beberapa tahapan yang penting. Hal itu sesuai dengan Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2005: 149) yang membagi alur cerita atau plot menjadi lima tahap, yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks dan tahap penyelesaian. Analisis Penokohan Novel Bidadari-bidadari Surga Waluyo (2011: 20), membagi tokoh dalam sebuah cerita berdasarkan fungsi dan berdasarkan pembangun konflik cerita. Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Sementara itu, berdasarkan pembangun konflik cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang baik dan terpuji, biasanya menarik simpati pembaca. Sebaliknya, tokoh antagonis adalah tokoh yang jahat atau tokoh yang salah. Semi (1993: 47) menyatakan bahwa tokoh dalam sebuah cerita ada berbagai macam. Jika ditinjau dari keterlibatan dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral (tokoh utama)
586
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
dan tokoh periferal (tokoh tambahan). Oleh karena itu, tokoh sentral memiliki porsi peran lebih banyak dibandingkan dengan tokoh periferal. Berdasarkan pendapat di atas, novel Bidadari-Bidadari Surga pembagian tokohnya dapat dibedakan menjadi: Tokoh Sentral Tokoh protagonis adalah tokoh yang baik dan terpuji oleh karena itu biasanya menarik simpati pembaca. Dalam novel Bidadari-bidadari Surga, yang merupakan tokoh protagonis yaitu Laisa. Meskipun keadaan fisik Laisa kurang, dia memiliki sifat yang baik hati, tak ingkar janji, bekerja keras tanpa mengeluh sedikit pun, rela berkorban dan perhatian terhadap adiknya. Berdasarkan keutamaan tokohnya, Laisa merupakan tokoh utama yang protagonis. Secara fisik, Laisa adalah seorang yang berbadan gemuk, pendek, berambut gimbal dan berkulit hitam/gelap. Hal ini bisa dilihat dari kutipan berikut. gimbal, tidak seperti kami, lurus. Kau tidak seperti kami, tidak seperti Dalimunte dan Yashinta. KAU BUKAN KAKAK KAMI. -108). Begitu juga dengan Kak Laisa, tubuh gendut tapi gempalnya terlihat semakin hitam. Terlalu lama terpanggang terik matahari. (BBS: 154). Dalimunte merupakan tokoh utama yang protagonis. Dalimunte adalah anak kedua dari lima bersaudara. Dalimunte memiliki sifat yang baik hati, menepati janji, pintar dan selalu tertarik dengan hal-hal baru, sehingga mengantarkannya pada gelar Profesor Fisika.Dia juga dikenal santun dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. -ya, soal wajah dan kepribadian yang santun-menyenangkan? Kalian tahu, yang menarik ternyata bukan wajah profesor ini yang terlihat santun-menyenangkan. (BBS: 7). Siapapun di lembah itu tahu persis, di sekolah Dalimunte dikenal sebagai anak yang paling pintar, meski sekolah itu benar-benar seadanya. Dan satu bakat besar dimiliki Dalimunte (meski untuk yang ini tidak semua penduduk lembah tahu), dia suka sekali mengutak-atik sesuatu. Diam-diam melakukannya di sela-sela membantu Mamak di ladang. Apa saja. Menciptakan alat-alat yang aneh. (BBS: 78).
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
587
Ikanuri dan Wibisanamerupakan tokoh utama yang berkembang. Menurut Alterbend dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 188) tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Yashinta merupakan tokoh utama yang protagonis.Yashinta adalah anak yang terakhir dari keluarga Mamak Lainuri.Yashinta suka dengan alam dan hal yang berkaitan dengan makhluk hidup sekitar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. Yashinta nama gadis itu. Team leader kelompok penelitian kecil burung dan mamalia endemik. Selain peneliti dari lembaga penelitian dan konservasi nasional di Bogor, ia juga koresponden foto National Geographic...Awal yang baik dari riset berbulan-bulan ke depan untuk memetakan perangai dan tingkah laku alap-alap kawah varian baru. (BBS: 28). Tokoh Tambahan Mamak Lainuri termasuk ke dalam tokoh tambahan yang protagonis karena pemunculan tokoh dalam dialog maupun pengambaran tokoh ini tidak terlalu intensif dan cerita lebih terfokus pada kelima anak dari tokoh ini, yaitu Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Namun, Mamak Lainuri dikenal sebagai seorang ibu yang penyayang dan pekerja keras. Mamak Lainuri dikenal sebagai seorang ibu yang berjuang keras demi menghidupi kelima anaknya, karena suaminya telah lama meninggal. Wak Burhan dalam cerita ini membawa peran sebagai seorang sesepuh kampung yang masih mempunyai kerabat dengan keluarga Mamak Lainuri. Dia memiliki sifat yang religius dan kerap memberikan petuah dan nasehat pada anak-anak Mamak Lainuri. Intan, Juwita, dan Delima adalah tokoh tambahan yang protagonis. Intan merupakan putri dari Dalimunte. Dia dikenal sangat aktif, ceria dan cerdas sama seperti ayahnya semasa kecil dulu. Intan juga memiliki sifat kepedulian yang tinggi terhadap alam. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. serunya. Besok kan Intan mau keliling bawa-bawa gelang karet ke pasar induk bareng teman-
588
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
Cie Hui adalah tokoh tambahan yang protagonis. Cie Hui merupakan istri Dalimunte yang secara garis keluarga dia memiliki darah keturunan Cina. Cie Hui memiliki paras yang cantik dan bersifat baik hati, serta ramah.Cie Hui sangat sabar menunggu Dalimunte melamarnya hingga dia rela membatalkan perjodohan yang diusulkan oleh orang tuanya dan lebih memilih Dalimunte. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. "Berjanjilah kau tidak akan membuat Cie Hui menunggu lebih lama lagi. Berjanjilah, Dali " Suara Kak Laisa kembali memecah sepi. Dalimunte hanya menatap senyap hamparan kebun strawberry.Urung menanyakan hal penting tersebut. (BBS: 206). Jasmine dan Wulanadalah tokoh tambahan yang protagonis. Mereka berdua masih saudara sepupu yang menikah dengan Ikanuri dan Wibisana yang juga masih bersaudara. Mereka memiliki paras cantik. Goughsky seorang pemuda asal Uzbekistan yang dekat dan menjadi kekasih Yashinta yang memiliki sifat menyenangkan, alim, mudah menyesuaikan dirinya dengan baik. Selain itu, dia juga juga berlatar belakang yatim piatu. Tere Liye, dalam hal ini merupakan pengarang itu sendiri juga terlibat dalam cerita ini meski hanya dengan porsi sedikit, yaitu sebagai tokoh tambahan yang protagonis. Dia sebenarnya juga mendapatkan SMS dari Mamak Lainuri terkait sakitnya Kak Laisa. Analisis Latar Novel Bidadari-Bidadari Surga Pada novel Bidadari-Bidadari Surga terdapat tiga latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah: hutan, rumah Mamak, Balai Kampung, ruang simposium, di dalam pesawat, ladang, sungai, Gunung Semeru, dan sebagainya. Latar sosial dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah masyarakat yang hidup di lembah di tengah hutan belantara jarak dengan kota kecamatan jauh. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian bercocok tanam di sawah tadah hujan, bukan bercocok tanam dengan sawah irigasi. Ada yang bekerja mencari rotan, damar, kumbang hutan, hingga burung kukang, jangkrik. Mereka hidup dalam keterbatasan dan dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Latar waktu dalam novel ini menggunakan menggunakan tahun, pagi hari, malam hari, dan menunjuk waktu. Latar waktu dalam novel ditampilkan secara tersurat sehingga mampu mengajak pembacanya untuk bisa larut dalam setiap kejadian yang disajikan dalam novel.
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
589
Analisis Tema Novel Bidadari-Bidadari Surga Novel Bidadari-Bidadari Surga bertema utama tentang pengorbanan seorang kakak yang berusaha secara lahir dan batin untuk mewujudkan kesuksesan adik-adiknya agar tetap mengenyam bangku sekolah.Selain itu, cerita ini juga mengisahkan sebuah keluarga yang dibalut dengan penuh kasih sayang dan berbagai kisah romantisme para tokohnya. Tere Liye secara kompleks menggambarkan kehidupan perkampungan di sebuah lembah yang dikelilingi hutan rimba dan ladang yang hanya mengandalkan hujan datang mampu membentuk karakter-karakter dari para tokohnya menjadi sebuah magnet yang mampu bersaing dan meraih cita-cita mereka hingga sukses. Analisis Amanat Novel Bidadari-Bidadari Surga Amanat yang ada di dalam novel Bidadari-Bidadari Surga antara lain, dalam menjalani kehidupan dan mencapai sebuah kesuksesan, dibutuhkan adanya kerja keras, pantang menyerah, dan pengorbanan merupakan kunci utama untuk meraih cita-cita. Selain itu, sebuah keteladanan yang baik juga harus ditunjukkan seorang kakak terhadap adik-adiknya. Amanat lain yang di sampaikan adalah kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari keadaan fisiknya saja. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang berbeda, maka semuanya harus dijalani dengan rasa syukur atas apa yang telah diberikan Tuhan. Kesabaran menjadi sesuatu yang amat dibutuhkan dalam kehidupan manusia dan kelak Tuhan akan dekat dengan oang yang bertindak sabar dan bersyukur. Analisis Sudut Pandang Novel Bidadari-bidadari Surga Sudut pandang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah sudut pandang orang pertama sebagai pencerita dan tokoh tambahan. Pengarang dalam sudut pandang ini menjadi pengamat serba tahu. Hal ini bisa dilihat dari kutipan berikut. Lantas apa peranku dalam cerita ini? Aku hanya saksi hidup. Aku yang menerima SMS dari Mamak Lainuri dua hari lalu, di senja itu akhirnya tiba (sesungguhnya ada lima sms yang terkirimkan; satu untukku). Berdiri sejenak di atas bukit tertinggi Lembah Lahambay. Memarkir motor besarku di jalanan. Jalan selebar tiga meter yang sekarang beraspal mulus. Tentu saja, bagianku tidak terlalu penting di keluarga ini.Hanya turis yang pernah mampir. (BBS: 353).
590
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
Mamak sambil tersenyum akan bilang, "Kau aneh sekali, Tere.... Selalu hanya memakan satu butir buah strawberry setiap kali datang ke sini.... Dan selalu saja merasa wajib untuk bilang sudah memetiknya.... Kau bagian dari keluarga ini, anakku..." (BBS: 354).
Gaya Bahasa Novel Bidadari-bidadari Surga Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga sangat indah dan mudah dipahami oleh pembacanya. Keindahan bahasa tersebut salah satunya karena dihiasi dengan majas. Adapun unsur gaya bahasa yang ada dalam novel antara lain, majas metafora, personifikasi, simile atau perumpamaan, majas retoris, sinekdoke, hiperbola, epizeukis, retoris, metonimia, dan ironi. Nilai Pendidikan dalam novel Bidadari-bidadari Surga. Nilai pendidikan dalam novel Bidadari-bidadari Surga, yaitu nilai religius atau agama, nilai sosial, nilai moral, dan nilai estetika. Nilai religius dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah menganggap agama merupakan pegangan hidup bagi manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik. Ajaran tentang manusia yang hendaknya menempatkan sisi religiusnya pada garda terdepannya, baik dalam keadaan susah, mendapat cobaan, meminta dan berdoa, maupun disaat mendapat nikmat yaitu hanya kepada-Nya. Nilai sosial dalam novel Bidadari-bidadari Surga, yaitu adanya suasana kebersamaan, saling membantu, menghormati dan menyayangi satu sama lain akan menghasilkan hal positif. Pengorbanan seorang kakak terhadap adik-adiknya hingga mencapai kesuksesan adalah sebuah sikap yang menunjukkan sebuah keluarga yang mampu berjalan dengan kebersamaan dan kerja keras. Sikap saling membantu dan interaksi diantara mereka menjadi pondasi bagi keutuhan sebuah keluarga. Nilai moral dalam novel Bidadari-bidadari Surga, yaitu kedisiplinan merupakan sesuatu yang sulit, tetapi apabila sudah dibiasakan akan menjadi suatu pekerjaan yang ringan. Terkadang dalam menjalani kehidupan ini manusia dihadapkan untuk memilih diantara dua hal yang sangat berarti dalam kehidupan kita. Pengorbanan pada salah satu hal tersebut adalah yang benar-benar paling penting dan sifatnya lebih berhak untuk dipilih, serta tidak menyakiti keduanya. Seperti halnya Laisa yang mengorbankan sekolahnya agar adik-adiknya dapat melanjutkan sekolah. Meskipun hal tersebut sangat penting bagi Laisa, tetapi melihat adik-adiknya sukses dan berhasil sudah membuatnya ikhlas dan bahagia.
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
591
Nilai estetika dalam novel Bidadari-bidadari Surga, yaitu adanya suatu budaya atau keunikan kota merupakan aset nilai keindahan yang mampu menarik wisatawan, maka harus di jaga. Pengguanaan majas atau gaya bahasa oleh pengarang dalam novel sehingga menjadikan novel tersebut dari segi bahasa indah dan enak didengar oleh pembaca/penikmat sastra. Selain itu, penggunaan diksi/pilihan kata dalam novel tersebut memberikan keindahan tersendiri ketika memahami sebuah arti dari kata atau kalimat tersebut. Relevansi Novel Bidadari-Bidadari Surga dalam Pembelajaran di SMA Novel Bidadari-Bidadari Surga bisa digunakan sebagai bahan ajar di SMA karena sesuai dengan kurikulum KTSP yang ada dalam silabus SMA. Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye tersebut sudah sesuai dengan kriteria penilaian sastra oleh pendapat guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa SMA yang ada di Surakarta, serta dari sastrawan. SIMPULAN DAN SARAN Dari analisis novel Bidadari-Bidadari Surga dapat disimpulkan bahwa ada kepaduan antarunsur, yang meliputi alur, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel BidadariBidadari Surga antara lain nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai estetika. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa novel BidadariBidadari Surga dapat digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran SMA di Surakarta. Hal ini didukung oleh aspek segi isi dan nilai yang beragam dalam novel tersebut. Selain itu, novel Bidadari-Bidadari Surga dapat diajarkan oleh guru dengan memperhatikan struktur kurikulum yang ada, yaitu dikaitkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hasil penelitian ini kemudian dapat diimplikasikan secara teoretis untuk memperkaya telaah sastra, membantu menginformasikan berbagai nilai pendidikan yang terdapat dalam karya tersebut, dan memotivasi masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik. Penelitian ini dapat diimplikasikan secara praktis dengan memaknai kandungan cerita tersebut dan menerapkan pesan kehidupan yang baik dalam kesehariannya. Selain itu, dapat diimplikasikan langsung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA dengan memperhatikan SK/KD yang digunakan.
592
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
DAFTAR PUSTAKA Alwi, H., &Sugono, D. (2002). Telaah Bahasa dan Sastra.Pusat Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia. Basir, N. (2010). The Functionality Of Repetition In The Al-Abrar Novel: A Discourse Analysis. International Malaysia Journal, 17. Diperoleh 8 Maret 2013, darihttp://doaj.org. Liye, T. (2012). Bidadari-bidadari Surga. Jakarta: Penerbit Republika. Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pantic, N. (2006). Moral Education Through Literature. Proceedings of the Institute for Educational Research, 38 (2), 402. Diperoleh 8 Maret 2013, dari http://www.researchgate.net/publication/. Pradopo, R. D. (2003). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya. Tarigan, H. G. (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Waluyo, H. J. (2011). Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press. Yenhariza, D., Nurizzati., & Ratna, E. (2012). Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Eliana Karya Tere Liye. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1), 168. Diperoleh 8 Maret 2013, dari ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/download/437/365.
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume I Nomor 3, April 2014, ISSN I2302-6405
593