TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau
Dalam Inmendagri No. 14 tahun 1988, kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administratif yang diatur dalam peraturan pemndangan serta pemukiman yang telah inemperlihatkan watak dan ciri perkotaan. Tata mang kota dapat dipisahkan menjadi mang terbuka dan mang terbangun. Ruang terbuka adalah mang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area memanjang atau jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka dan pada dasamya tanpa bangunan. Dalam Instmksi Mendagri No. 14 Tahun 1988 yang dimaksud ruang terbuk? adalah mang-mang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dala~nbentuk arealkawasan maupun dalam bentuk area memanjangJjalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasamya tanpa bangunan. Dalam ha1 ini Ruang Terbuka dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
I . Ruang terbuka semi mum meliputi tempat olahraga lnilik sekolah, taman di dalam tempat ibadah, fasilitas-fasilitas kota. 2. Ruang terbuka perorangan meliputi taman mmah, tempat olahraga swasta, pacuan kuda, tanah pertanian, hutan rakyat. Ruang terbuka m e n m t Dinas Pertamanan DKI (1992) adalah lahan yang tidak dibangun dan digunakan dengan tujuan:
1. Taman dan daerah rekreasi. 2. Konservasi lahan dan sumber daya alam.
5. Makna nilai sejarah atau kualitas tertentu. Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu mang terbuka di suatu wilayah perkotaan yang memiliki manfaat dan fungsi yang terkait erat dengan kelestarian dan keindahan lingkungan d m juga terkait dengan tingkat kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan manusia. Dalam mang terbuka hijau bersifat hijau berisi tanaman alamiah ataupun budidaya tanaman, blueways (aliran sungai dan hamparan banjir), greenways
(jalan bebas hambatan, jalan di taman, koridor transportasi, jalan setapak, jdan sepeda, dan tempat lari, taman-taman kota dan areal rekreasi). RTH merupakan ruang fungsional bagi suatu wilhyah perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan suatu wilayah. RTH adalah kawasan atau areal permukaan
tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dadatau daratan kotallingkungan, dadatau pengamanan jaringan prasarana, dadatau budidaya pertanian (Perda No. 6 Tahun 1999, DKI Jakarta). RTH merupakan suatu lahan atau kawasan yang mengandung unsur dan struktur alami. Unsur alami inilah yang menjadi ciri RTH di wilayah perkotaan, baik unsur alami berupa turnbuh-iumbuhan atau vegetasi, badan-badan air maupun unsur-unsur alami lainnya. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi: 1. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan p ~ b l i katau lahan yang dimiliki oleh pemerintah.
2. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik pnvat. Fungsi Ruang Terbuka Hijau RTH, baik publik maupun non publii memiliki fungsi utama yaitu fungsi ekoiogis dan h g s i arsitektural, sosial d m ekonomi. Ijalam suatu wilayah fimgsi ini dapat dipadukan sesuai dengan kebutuhan dan keberlanjutan kota. Manusia yang tinggal di lingkungan perkotaan mernbutuhkan suatu lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk hidup dengan nyaman. Peran RTH untuk memenui kebutuhan ini adalah sebagai penyumbang ruang yang bemafas segar, keindahan visual, sebagai pm-paru kota, sumber air dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, menciptakan iklim dan sebagai unsur pendidikan (Simonds, 1983). Menurut Carpenter et a1 (1975), RTH berfungsi sebagai pelernbut suasana keras dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanan-tekanan kebisingan, udara panas dan polusi di sekitarnya serta sebagai pembentuk
kesatuan ruang. Menurut Grey dan Deneke (1978), tanaman memiliki empat fungsi utama, yaitu: 1. Fungsi memperbaiki iklim yaitu berperan dalam memodifikasi s&u dan kelembaban udara sebagai pelindung dari pengaruh udara. 2. Fungsi teknik yaitu tanaman berperan dalam mencegah erosi, melindungi batas air, meredam suara, mengurangi polusi udara, mengurangi silau pantulan cahaya matahari dan mengontrol lalu lintas.
3. Fungsi arsitektur. 4. Fungsi keindahan. Di dalam Inrnendagri No. 14 Tahun 1988 dijelaskan bahwa tujuan pembentukan RTH di wilayah perkotaan adalah: 1. Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana lingkungan perkotaan. 2. Menciptakan keserasian lingkungan alami dan lingkulgan binaan ymg
berguna .mtuk kepentingan masyarakat. Ruang Terbuka Hijau tidak saja memberikan h g s i fisik dan arsitektural saja, tetapi juga fungsi ekologis dan ekonomis. Arnold (1980) menyatakan bahwa kehadiran pohon tepi jalan berfungsi sebagai pengatur iklim lingkungan, penyuplai oksigen dan penjaga keseimbangan ekologi. Fungsi RTH di wilayah perkotaan adalah: 1. Sebagai areal periindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan. 2. Sebagai sarana menciptakan kebesihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan.
3. Sebagai sarana rekreasi dan wisata. 4. Sebagai penganan lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai mecam pencemaran baik di darat, perairan maupun udara.
5. Sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran terhadap lingkungan.
6. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah. 7. Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.
8. Sebagai pengatur tata air (konservasi tanah dan air).
Sinioncis (1983) mengemukakan standar ruang terbuka minimum yang mempertimbangkan kebutuhan ruang untuk setiap hirarki wilayah yang ada di kota (Tabel 1). Tabel 1. Standar Luas Ruang Terbuka Umum Wilayah Hirarki Ketetanggaan
Komuniti Kota
Wilayah
Jumlah KKI Wilayah
Jumlah Jiwal Wilayah
Ruang Terbuka
(mZ/
Fungsi
1000 .iwa
1200
4320
12.000 Lap. bennain, areal rekreasi, taman rumah/ pekarangan
10.000
36.000
20.000 Lap. bermain, taman, koridor lingkungan
!00.000
40.000 Ruang terbuka umum,taman, areal bennain
1.000.000
80.000 Ruang terbuka m u m , taman, areal rekreasi, hctan kota, jalur lingkar kota, sawah/kebun
Sumber: Simonds, 1983 Kenyamanrn Menurut Brooks (1988), suhu udara, kelembaban dan penyinaran adalah elemen iklim yang mempengzuhi
kenyamanan manusia. Vegetasi dapat
menyerap panas dari pancaran sinar nlatahari dan niemantulkannya sehingga dapat menurunkan suhu mikroklimat (Carpenter e t al., 1975). Tanaman pohon, semak dan rumput memperbaiki suhu udara kota dengan mengontrol radiasi matahari. Daun, menahan, memantulkan, menyerap dan meneruskan radiasi matahari. Selama matahari bersinar, daun menahan radiasi matahari dan menurunkan suhu. Tanaman juga memperbaiki suhu udara panas dengan evapotranspirasi. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mengganggu kegiatan manusia. Menurut Laurie (1990), untuk daerah tropis kondisi kenyamanan relatif berkisar antara suhu 27- 28 OC. Suhu yang cukup panas pada tapak selain karena
radiasi matahari yang tinggi yaitu kira-kira 50%, juga karena pantulan dari perkerasan jalan, bangunan maupun pantulan perkerasan lainnya. Menurut Geiger (1959), i k l i i rnikrq adaiah iklim di dekat permukaan tanah, yaitu iklim di mana sebagian makhluk hidup berada, jika atmosfer dianggap berlapis-lapis, maka iklim mikro adalah iklim di lapisan terbawah.
Sistern Informasi Geografi SIG dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras (komputer), perangkat lunak (software), dan prosedur yang dirancang untuk mendukung pemasukan, pengelolaan, manipulasi, analisis, pemodelan, dan peragaan data-data spasial dalam rangka memecahkan masalah-masalah manajemen dan perencanaan komplek (Cowen, 1991). Menurut Malczewski (1999) definisi SIG berfokus pada dua aspek sistem yaitu teknologi danproblem solvi~g.SIG merupakan teknologi untuk penanganan data spasial, terdii dari hardware d m sofhvare komputer yang mampu menangkap, menyimpan dan rnemproses informasi spasial berupa data kualitatif dan kuantitatif, menyatukan dan menginterprestasikan peta (Farina, 1998). Burrough (1986) menyatakan sumber data untuk SIG dapat diperoleh dari beberapa sumber data antara lain peta, foto udara, tabel, hasil obsemasi lapangan, citra satelit, dan instrumen pencatat digital. Input data dalam sistem SIG dilakukan dengan cera: 1. CAD system 2. Digitasi dan scanning
3. Sistem penginderaanjauh baik satelit maupun foto udara 4. Data Base Management Systems (DBMS)
5. Sistem pengolahan data. Data ini kemudian disimpan dalam suatu basis data. Kemampuan SIG sangat tinggi dalam manipulasi data dan juga mampu mengintegrasikan data dalam bentuk spasial baik dalam bentuk peta analog, peta digital dan data atribut, sehingga SIG peling efektif dalam manajemen data. Salah satu bentuk operasi spasial dalam SIG adalah perlakuan overlay (ESFU, 1992).
Foote dan Lynch (1996) membuat tiga hal penting yang dimiliki oleh SIG, yaitu: 1. SIG berhubungan dengan berbagai aplikasi database lainnya dengan menggunakan geo-reference sebagai dasar utama dalam proses penyimpanan dan akses informasi.
2. SIG merupakan sebuah integrated technology, karena dapat menyatukan berbagai teknologi geografi yang ada seperti remote sensing, Global Positioning System (GPS), Computer Aided Design (CAD) dan lainnya. 3. SIG dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan, bukan hanya
dilihat sebagai sistem sofware/hardware.
Sistem Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan slat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Informasi penginderaan jauh yang diiasilkan dari satelit image untuk analisis lebih lanjutnya menggunakan SIG. Secara umum data dari penginderaan jauh agar dapat digunakan di SIG hams dinterprestasi dan digeoreference terlebih dahulu (Farina, 1998). Secara garis besar sistem penginderaan jauh terbagi dua, yaitu sistem dengan benntuic data fotografik dan sistem data numerik. Pengenaian objek di permukaan bumi didasarkan pada nilai reflektan energi eletromagnetik yang dipancadcan oleh suatu obyek yang direkam oleh sensor. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) di permukaan bumi terdapat tiga obyeic utama yaitu vegetasi, tanah, dan air di mana tiap-tiap obyek ini memancarkan energi eletromagnetik dengan panjang gelombang tertentu. Sifat-sifat inilah akhimya digunakan sistem penginderaan jauh untuk mengenali obyek-obyek atau tipe-tipe penutup lahan yang ada di permukaan bumi. Beberapa alasan penginderaan jauh sangat bermanfaat yaitu: 1. Sangat membantu untuk mengumpulkan data dan informasi dari daerah yang tidak mungkin dikunjungi. 2. Memungkinkan untuk meneliti daerah yang luas sekaligus.
3. Memungkinkan melakukan ulangan pengamatan dengan ce~mat. Menurut De Bruin dan Molenaar (1999) paling sedikit ada tiga alasan menggabungkan penggunaan SIG dari penginderaan jauh, yaitu: 1. Analisis image dalam penginderaan jauh lebih menguntungkan dari GIs-store
data. 2. Penginderaan jauh
dapat
menjadi
dasar
untuk
memperbaharui
geoinformation. 3. Penggabungan dari informasi yang diperoleh dari proses-proses dalam SIG dapat membantu untuk menjaga dari kesalahan dan uncertainty dalam menangkap dan memanipulasi data. Pengolahan Data Penginderaan Jauh Untuk Mengetahui Perkembangan Temperatur Permukaan Perubahan temperatur udara, pada dssamya merupakan resultante dari berbagai proses yang tejadi dalam suatu kawasan. Banyak aspek yang terlibat di dalamnya, termasuk diantaranya adalah perubahan penggunaan lahan yang sering dianggap sebagai penyebab peningkatnya temperatur kawasan. Dampak dari perubahan penggunaan lahan itu adalah perubahan temperatur yang meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan temperatur dipelajari untuk memahami dampak perubahan lingkungan ternadap iklim mikro. Fenomerla ini aka1 mempengaruhi perminenergi, kesehatan masyarakat dan kondisi lingkungan (Chen et al., 2001). Citra satelit telah banyak digunakan untuk mempelajari temperatur kawasan, kht~susnyauntuk menganalisis bagaimana clan mengapa wilayah kota berperan dalam mempengaruhi terjadinya pemanasari wilayah. Sementara itu, menurut Grass1 (1989) pengukuran suhu permukaan secara langsung merupakan suatu ha1 yang mustahil, karena pengaruh gangguan termometer. Oleh karena itu alat yang ideal untuk mengukur suhu adalah penentuan suhu melalui emisi pemukaan dalam spektral infia merah dari satelit. Dalam penelitian ini memakai data yang berasal dari satelit TM Landsat yang merupakan satelit perbaikan dari generasi Landsat sebelumnya, yaitu MSS Landsat. Satelit ini sangat baik digunakan untuk studi vegetasi, karena selain mempunyai resolusi spasial yang
c k u p bagus, juga mempunyai saluran spektral yang Iengkap dari saluran nampak mata sampai saluran i&a merah thermal (Lillesand dan Kiefer, 1990). Resolusi spasialnya menjadi lebih detail, yaitu 30 x 30 m dan resolusi spektral menjadi 7 band. Satelit TM Landsat 7 mempunyai 7 kanal (band), yaitu kanal 1 pada gelombang bim (0,45 - 0,52 ym), kanal 2 pada gelombang hijau (0,52 - U,60 pm), kana1 3 pada gelombang merah (0,63 - 0,69 pm), kanal4 pada gelombang infra merah dekat (0,76
- 0,90 pm), kanal 5 pada gelombang infra merah tengah
(1,55 - 1,75 pm), kanal 6 pada gelombang thermal (l0,4 - 12,5 pm), dan kanal 7 pada gelombang infia merah tengah (2,08 - 2,35 pm) (Tabel 2). Setiap benda mempunyai ciri khas tertentu dalam memancarkan gelombang elektromagnelik (Lillesand dan Kiefer, 1990). Citra ETM+ memiliki jumlah band lebih banyak, yaitu 8. Resolusi spasial untuk band 8 adalah 15 meter. Dalam penelitian ini menggunakan kanal 4 (infia merah dekat), kanal 3 (merah), dan kanal 2 (hijau) untuk membedakan antara air, vegetasi d m bangunan. Sedangkan kanal 6 (ids merah thermal) digunakan untuk mengetahui distribusi temperatur permukaan. Tabel 2. Karakteristik dan Kegunaan Tujuh Kanal dalam Landsat TM Panjang Kanal Gelombang t~tm)
Spektral
Kegunaan
1
G,45 - C,52
Biru
TemSus tcrhadap tub& air, dapat untuk pemetaan air pantai, tanah, tumbuhan, kehutanan dan mengidentifikasi budidaya manusia
2
G,52 - 0,60
Hijau
Untuk pengukuran nilai pantul pucuk tumbuhan dan penafsiran aktifitasnya, juga pengamatan kenampakan budidaya manusia
3
0,63 - 0,69
Merah
Dibuat untuk melihat daerah yang menyerap klorofil, yang dapat digunakan untuk membantu dalam pemisahan spesies tanaman, juga untuk pengamatan kenampakan budidaya manusia
4
0,76 - 0,90
Infra Merah Dekat
Untuk membedakanjenis tumbuhan, aktifitas clan kandungan biomas untuk membatasi tubuh air dan pemisahan kelembaban tanah
5
1,55 - 1,75
lnfra Merah Pendek
Menunjukkan kandungan kelembaban tumbuhan dan kelembaban tanahjuga untuk membedakan salju dan awan
6
10,4 - 12,s
Infra Merah Thermal
Untuk menghasilkan tegakan tumbuhaq, pemisahan kelembaban tanah dan pefiietaan panas
7
2,08 - 2,35
Infra Merah Untuk pengenalan terhadap mineral dan Pendek jenis batuan, juga sensitif terhadap kelembaban tumbuhan
Sumber: Jensen, 2300 Sistem pengideraan jauh yang paling dikenal adala!! satelit pemantauan cuaca di bumi. Dalarn ha1 ini adalah permukaan bumi, yang melepaskan energi dalem bentuk radiasi inzared (atau energi panas). Energi merambat melalui atmosfir dan ruang angkasa untuk mencapai sensor. Beberapa level energi kemudian dicatat, dikirimkan ke stasiun penerima di bumi, dan diubah menjadi citra yang menunjukkan perbedaan suhu pada permukaan bumi. Data citra satelit dikirim ke stasiun penerima dalarn bentuk format digital mentah merupakan sekumpulan data numerik. Angka numerik dari pixel (elemen kecil pada citra satelit) diseb-ut Digital Number (DN). Data citra Landsat TM dan ETM+ band 6 memiliki DN dengan range 0
- 255. Untuk mendapatkan data
temperatur permukaan maka DN ini dapat diubah ke "K dengan menggunakan dua proses (Landsat Project Science Office, 2002):
1. Mengubah DN ke nilai Radiance dengan menggunakan nilai bias dan nilai gain.
cv,= G ( c Y , ) + B Dimana: CVR adalah nilai radian dalam watts/(meter squared*ster*pm) C V D ,adalah ~ ~ nilai digital number
G (Gain) = 0,0055 18 B (Bias) = 1,2378
2. Mengubah data radiance ke OK.
Dimana: T adalah derajat Kelvin
CV, adalah nilai radian dalam Watt Kl
= 666,09 mW
cm-2 sr-1 pm-' (ETM+) dan 607,76 mW cm-2 sr-1 pm-' (TM)
K2 = 1282,71 K (ETM+) dan 1260,56 K (TM)