1
Tinjauan Desain Akustik pada Kantor Bersistem Terbuka Studi Kasus : Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw Fitria Setyawati dan Finarya Legoh (Pembimbing) Program Studi Arsitektur Interior, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Kantor bersistem terbuka merupakan kantor yang terdiri dari beberapa workstation dalam satu ruangan yang hanya dibatasi oleh screen atau tanpa menggunakan screen. Pada kantor bersistem terbuka, kenyamanan dan kepuasan pekerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu faktor lingkungan yang harus diperhatikan adalah akustik. Namun, perancangan kantor bersistem terbuka seringkali tidak memperhatikan kualitas akustik yang baik. Di dalam skripsi, penulis membahas mengenai permasalahan akustik pada kantor bersistem terbuka. Tujuan dari penulisan skripsi yaitu untuk mengetahui desain akustik yang ideal, meninjau permasalahan akustik terkait gangguan kebisingan dan privasi dalam berkomunikasi, serta mengevaluasi kelayakan kualitas akustik pada kantor bersistem terbuka. Metode yang penulis gunakan untuk meninjau permasalahan akustik tersebut yaitu dengan melakukan pengukuran akustik ruangan, wawancara, serta menyebarkan kuesioner kepada para pekerja. Dengan demikian, selain mendapatkan data pengukuran akustik ruangan, penulis juga dapat mengetahui tanggapan pekerja terhadap kondisi akustik ruangan. Hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw menunjukkan bahwa kedua kantor belum memenuhi kriteria akustik yang ideal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kriteria akustik, seperti intensitas suara, tingkat kebisingan, rasio S/N, waktu dengung, dan tingkat privasi dalam berkomunikasi yang belum sesuai dengan kriteria akustik yang disarankan. Kata kunci : kantor bersistem terbuka; kebisingan; privasi dalam berkomunikasi.
Review on Acoustic Design at Open Plan Office Case Study : Marketing Office of Pasar Musi and Bredero Shaw Office ABSTRACT Open plan office is an office consists of multiple workstations in a space which is limited only by the screen or without uses of screen. In the open plan office, comfort and satisfaction of workers becomes one of the factors that can affect work productivity. To obtain that, one of the environmental factors that must be considered is acoustic. However, open plan office design often ignores good acoustic quality. In the thesis, the author explains about the acoustic problems in the open plan office. The purpose of this research is to determine the ideal acoustic design, to review acoustic problems related with noise disruption and speech privacy, and to evaluate the advisability of the acoustic quality in the open plan office. The method had been used by the author to review the acoustic problems by measuring the room acoustic, by interviewing, and by distributing questionnaires to employees. Thus, besides of getting acoustic measurement data, the author also knows the response of employees to the room acoustic condition. The result of the analysis in the Marketing Office of Pasar Musi and Bredero Shaw Office shows that both offices have not conformed with the ideal criteria. It can be seen from some of acoustic criterias, such as sound intensity, noise level, ratio S / N, reverberation time, and speech privacy level, which are not suitable with acoustic criteria that recommended. Key words: open plan office; noise; speech privacy.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
2 PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsep perancangan ruang kerja bersistem terbuka mulai banyak
digunakan. Konsep ini merupakan sebuah konsep perancangan ruang yang meminimalkan penggunaan partisi antar area kerja. Banyak perusahaan menerapkan konsep kantor bersistem terbuka dengan tujuan agar lebih efisien dan fleksibel dalam organisasi ruang, memudahkan managerial pekerjaan dan komunikasi dalam kelompok kerja, serta menghemat ruang karena tidak perlu menghadirkan koridor sebagai penghubung antar ruang (Bodin Danielsson, 2005). Bodin Danielsson juga menyatakan bahwa kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kepuasan dan kenyamanan dalam bekerja (Bodin Danielsson, 2009). Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepuasan dan kenyamanan dalam bekerja yaitu akustik. Namun, perancangan ruang kerja bersistem terbuka seringkali tidak memperhatikan kriteria akustik yang baik sehingga dapat menimbulkan beberapa permasalahan akustik. Permasalahan akustik utama yang sering terjadi pada kantor bersistem terbuka yaitu munculnya bising yang mendominasi dan tidak adanya privasi dalam berkomunikasi. Kebisingan menjadi permasalahan akustik yang sering terjadi pada kantor bersistem terbuka, terutama untuk kantor yang letaknya berdekatan dengan sumber bising seperti jalan raya, pasar, pabrik, dan lain-lain. Selain itu, kebisingan juga dapat berasal dari dalam ruang kerja seperti bising dari suara percakapan pekerja dan peralatan elektronik pendukung aktivitas kerja. Akibat yang ditimbulkan dari adanya bising tersebut yaitu pekerja sulit berkomunikasi karena bising sangat jelas terdengar di dalam ruang kerja. Menurut survey yang telah dilakukan oleh Saint Gobain Ecophon Office menyebutkan bahwa gangguan yang berasal dari kebisingan bisa mengurangi konsentrasi pekerja dan menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja (Saint Gobain Ecophon Office, 2012). Permasalahan akustik lainnya yang terjadi pada kantor bersistem terbuka yaitu kurangnya privasi dalam berkomunikasi sehingga memungkinkan informasi yang bersifat rahasia terdengar oleh pekerja lainnya. Privasi dalam berkomunikasi didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang yang menjadi lawan bicara dapat dengan jelas mendengar dan memahami percakapan yang diucapkan oleh lawan bicaranya tanpa terdengar oleh orang lain (Armstrong World Industries, 1997). Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh CBE, Universitas California menunjukkan bahwa 72% pekerja merasa tidak puas karena kurangnya privasi dalam berkomunikasi di tempat mereka bekerja.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
3 Pembahasan mengenai permasalahan akustik pada kantor bersistem terbuka menjadi penting karena telah menyebabkan distraksi dalam bekerja. Adanya distraksi dalam bekerja dapat
diminimalisir
dengan
perbaikan
rancangan
akustik
ruangan
dengan
tetap
memperhatikan faktor lingkungan dan kenyamanan pekerja. Oleh karena akustik menjadi salah satu faktor lingkungan yang penting dalam mempengaruhi kenyamanan pekerja, maka kenyamanan akustik menjadi hal yang harus diperhatikan. Idealnya, sebuah kantor dengan kualitas akustik yang baik harus dapat membuat pekerja merasa nyaman beraktivitas di dalamnya. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meninjau permasalahan akustik yang terdapat pada kantor bersistem terbuka. Setelah mengetahui permasalahan akustik tersebut, penulis ingin mengetahui desain akustik yang ideal untuk kantor bersistem terbuka sesuai dengan kriteria akustik yang baik.
2.
Rumusan Masalah Penelitian dilakukan terhadap dua kantor yang berbeda yaitu Kantor Pengelola Pasar
Musi dan Kantor Bredero Shaw. Untuk membahas topik penelitian, penulis membuat beberapa pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana desain akustik yang ideal sesuai dengan kebutuhan pekerjanya ? 2. Manakah di antara kedua kantor yang memiliki kualitas akustik lebih baik ? 3. Apakah kedua kantor sudah memenuhi kriteria akustik yang ideal ? 4. Apakah permasalahan akustik yang terdapat pada kedua kantor ?
3.
Sistematika Berpikir
Gambar 1. Diagram Sistematika Berpikir
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014 (Sumber : Google Earth)
4 4.
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui desain akustik yang ideal untuk kantor bersistem terbuka. 2. Meninjau permasalahan akustik terkait privasi dalam berkomunikasi dan gangguan kebisingan serta tanggapan pekerja terhadap permasalahan tersebut. 3. Mengevaluasi kelayakan kualitas akustik pada kantor bersistem terbuka.
5.
Batasan Penelitian Penulis menetapkan beberapa batasan dari penelitian, yaitu : 1. Kantor yang digunakan sebagai studi kasus merupakan medium open plan offices dengan kapasitas ruangan berkisar antara 10 hingga 20 orang. 2. Ruang kerja yang dianalisa akustiknya terbatas pada area kerja satu lantai. 3. Faktor lingkungan yang dianalisa yaitu faktor akustik terkait dengan privasi dalam berkomunikasi dan gangguan kebisingan. 4. Data akustik yang diambil yaitu waktu dengung, intensitas suara, tingkat kebisingan, dan tingkat privasi dalam berkomunikasi.
6. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian dibagi menjadi beberapa tahap : 1. Menentukan topik skripsi a. Studi literatur mengenai teori yang berhubungan dengan topik skripsi b. Mengidentifikasi masalah dan membuat sistematika berpikir c. Menentukan tujuan, batasan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan 2. Pengambilan data penelitian : a. Menentukan data yang dibutuhkan untuk pengambilan data di lapangan. b. Pencatatan kualitas akustik ruangan menggunakan alat sound level meter. c. Melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada para pekerja. 3. Pengolahan data penelitian : melakukan pengolahan data dari hasil pengukuran menggunakan alat, wawancara, dan kuesioner serta merangkumnya. 4. Analisis data : melakukan analisa terhadap data yang telah diolah. 5. Kesimpulan dan saran : menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
5 TINJAUAN TEORITIS 1. Akustik Akustik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengolahan tata suara di dalam suatu ruangan dimulai dari bagaimana suara tersebut dihasilkan, perambatannya, serta respon suatu ruang atau medium dan penerima terhadap karakteristik dari bunyi tersebut. Tujuan diperlukannya akustik yang baik pada suatu ruangan yaitu untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang sempurna dan kualitas bunyi yang murni, merata, jelas, tidak berdengung, serta bebas dari cacat dan kebisingan (Suptandar, 2004). Menurut Suptandar (1999), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas akustik ruangan yaitu kemampuan penyerapan suara, kemampuan pemantulan suara, dan kemampuan penyebaran suara.
1.1 Bunyi Bunyi merupakan suatu sensasi pendengaran yang terdengar lewat telinga dan timbul sebagai penyimpangan tekanan udara (Doelle, 1972). Frekuensi jangkauan pendengaran manusia berkisar antara 16-20.000 Hz, dengan rentang frekuensi yang paling peka berkisar antara 100-3200 Hz (Resnick dan Halliday, 1992). Frekuensi percakapan manusia berkisar antara 400-5000 Hz. Jika menumbuk permukaan dinding dengan material dan bentuk permukaan tertentu, maka perilaku bunyi di dalam ruang tertutup akan mengalami beberapa gejala akustik, diantaranya yaitu refleksi atau pemantulan bunyi, absorpsi atau penyerapan bunyi, difusi atau penyebaran bunyi, dan difraksi atau pembelokan bunyi (Doelle, 1972). Jika permukaan dinding berbahan keras, maka cenderung bersifat memantulkan bunyi. Sebaliknya, jika permukaan dinding berbahan lembut dan berpori, maka cenderung bersifat menyerap bunyi. Jika medan bunyi homogen dengan permukaan material dinding, maka cenderung bersifat menyebarkan bunyi. Sedangkan jika terdapat sesuatu yang menghalangi perambatan bunyi seperti terdapat kolom atau balok, maka bunyi akan dibelokkan. Bunyi yang terjadi di dalam ruang tertutup dapat disebabkan oleh bunyi langsung maupun bunyi reverberant (Alten, 2011). Bila jarak antara penerima dengan sumber bunyi cukup dekat, maka bunyi yang terdengar secara dominan adalah bunyi langsung, sedangkan bila jarak antara penerima dengan sumber bunyi berjauhan, maka bunyi yang dominan terdengar adalah bunyi reverberant.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
6
1.2 Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu kenyamanan pendengaran hingga mengakibatkan gangguan pendengaran. Terkait dengan dunia kesehatan kerja, bising didefinisikan sebagai suara yang dapat menurunkan kondisi pendengaran, baik secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), maupun secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran), dan berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, serta pola waktu rambatan bunyi (Buchari, 2008). Menurut WHO (1993), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya dari kebisingan yaitu intensitas bising, frekuensi terjadinya bising, durasi lamanya bising terjadi, serta sifat dari bising tersebut (stabil atau fluktuatif). Untuk mendeteksi kebisingan, setiap manusia mempunyai parameter yang berbeda sehingga bising sangat bersifat subjektif. Menurut Sander dan Mc Cormik (1987), toleransi manusia terhadap bising tergantung pada faktor akustikal dan non akustikal. Berdasarkan KepMenNaker No.51 Tahun 1999, nilai ambang batas kebisingan yang disarankan tidak lebih dari 85 dB untuk 8 jam perhari atau 40 jam perminggu, sedangkan berdasarkan KepMen LH No. 48 Tahun 1996, batas kebisingan maksimum pada kawasan perkantoran
tidak
melebihi
65
dB.
Selain
itu,
berdasarkan
Menkes
No.718/MenKes/Per/XI/87, standar tingkat kebisingan maksimum yang dianjurkan untuk kantor yaitu 50 dB. Berdasarkan sifatnya, sumber bising dibedakan menjadi sumber bising yang diam dan bergerak. Sedangkan menurut Doelle (1972), sumber bising dibedakan menjadi bising interior, bising luar, dan bising pesawat udara. Berdasarkan jenisnya, kebisingan dibedakan menjadi kebisingan tunggal yang dihasilkan oleh satu sumber bunyi dan kebisingan majemuk yang berasal dari gabungan beberapa sumber bunyi. Menurut Roestam (2004), kebisingan yang terdapat di lingkungan kerja terdiri dari 5 jenis yaitu bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas maupun sempit, bising terputus-putus, bising impulsif, dan bising impulsif berulang. Sedangkan menurut Buchari (2008), kebisingan dibagi berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia yaitu bising yang mengganggu (irritating noise), bising yang menutupi pendengaran (masking noise), dan bising yang merusak (damaging noise). Selain itu, David A. Haris membagi bising berdasarkan skala intensitasnya, yaitu bising yang menulikan (100 dB – 120 dB), sangat hiruk pikuk (80 dB – 100 dB), kuat (60 dB – 80 dB), sedang (40 dB – 60 dB), tenang (20 dB – 40 dB), dan sangat tenang (0 dB – 20 dB). Berdasarkan medium yang dilaluinya, perambatan kebisingan ke dalam bangunan dapat terjadi secara airborne sound
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
7 (melalui udara) maupun secara structureborne sound (melalui benda padat). Kriteria kebisingan yang disarankan untuk kantor bersistem terbuka yaitu berkisar antara 35-40 dB, sedangkan waktu dengung yang disarankan yaitu berkisar antara 0,6-0,8 detik. Untuk mengatasi permasalahan akustik terkait kebisingan, dapat dilakukan dengan memilih material yang tepat yang dapat mempengaruhi sistem akustik ruangan. Material penyerap dapat digunakan untuk menyerap suara yang tidak diinginkan. Material penyerap bunyi dapat digolongkan menjadi material berpori, material penyerap, dan rongga penyerap. Jenis bahan yang termasuk dalam material berpori yaitu plester akustik, karpet, gorden, fiber board dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk panel penyerap antara lain panel kayu, hardboard, gypsum board, dan lain-lain. Jenis bahan yang termasuk rongga penyerap antara lain sound block, resonator panel berlubang dan resonator panel celah.
1.3 Kantor Bersistem Terbuka Kantor bersistem terbuka didefinisikan sebagai kantor yang memiliki ruang kerja dengan beberapa workstation dalam satu ruang dan hanya dibatasi oleh screen atau tanpa menggunakan screen dan penyekat antar ruang. Beberapa jenis kantor bersistem terbuka yang dikemukakan oleh Ahlin, Westlander, dan Duffy (Ahlin & Westlander, 1991; Duffy, 1999) yaitu small open plan office dengan 4-9 pekerja dalam satu ruangan, medium-sized open plan office dengan 10-24 pekerja dalam satu ruangan, dan large open plan office dengan lebih dari 24 orang pekerja dalam satu ruangan. Sementara itu, aktivitas yang terdapat dalam kantor bersistem terbuka dapat dibagi berdasarkan zona kegiatannya yaitu zona berkonsentrasi di area kerja, zona komunikasi yang bersifat privat, zona bekerja dalam teamwork, zona komunikasi formal, dan zona area publik. Untuk mengukur tingkat privasi dalam berkomunikasi, dapat digunakan beberapa parameter seperti yang terdapat dalam buku Architectural Acoustics yaitu dengan memperhatikan speech effort (low, conversational, raised, loud), privacy allowance (normal, confidential), jarak dari sumber bunyi ke penerima, partial-height barrier, serta Room Background Noise Level (dBA) (Egan, 1972). Hasil akhir yang didapatkan pada pengukuran tingkat privasi dalam berkomunikasi berupa angka dari 1 sampai 20. Untuk menentukan tingkat privasi dalam berkomunikasi, digunakan empat skala, yaitu angka 05 menunjukkan kepuasan, angka 5-10 menunjukkan cukup puas, menunjukkan tidak puas, dan angka 15-20 menunjukkan sangat tidak puas.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
angka 10-15
8 HASIL PENELITIAN 1. Pengambilan Data Studi kasus yang digunakan untuk penulisan karya tulis ini dilakukan di Kantor Pengelola Pasar Musi yang terletak di wilayah Depok Timur dan Kantor Bredero Shaw yang terletak di Kawasan Kabil Industrial Estate, Batam. Kedua kantor tersebut memiliki layout ruang kerja bersistem terbuka yang tergolong dalam medium open plan office. Penelitian untuk karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan dua metode. Metode pertama dilakukan dengan mengukur intensitas suara, tingkat kebisingan, dan tingkat privasi dalam berkomunikasi. Pengukuran akustik ruang dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu pagi dan siang hari, pada hari kerja, di titik pengukuran yang berbeda pula. Pengukuran pada dua kantor dilakukan pada waktu yang berbeda. Untuk kantor Pengelola Pasar Musi, pengukuran dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014. Sedangkan untuk kantor Bredero Shaw, pengukuran dilakukan pada tanggal 26 Mei 2014. Metode kedua yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada para pekerja melalui kuesioner dan wawancara. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner dan wawancara meliputi tanggapan pekerja terhadap kualitas akustik ruang kerja yang mereka tempati.
1.1 Pengukuran Akustik pada Kantor Pengelola Pasar Musi Sebelum melakukan pengukuran akustik ruangan, penulis melakukan analisa terlebih dahulu terkait kondisi lingkungan sekitar bangunan Kantor Pengelola Pasar Musi, sehingga potensi kebisingan yang berasal dari luar bangunan bisa terdeteksi mengingat letak Kantor Pengelola Pasar Musi yang berada di dalam Kawasan Pasar Musi. Gambar 2 menunjukkan kondisi lingkungan sekitar Kantor Pengelola Pasar Musi.
Gambar 2. Batas Kawasan Kantor Pengelola Pasar Musi (Sumber : Google Earth) FT, 2014 Tinjauan desain..., Fitria Setyawati,
9 Setelah menganalisa kondisi lingkungan sekitar, kemudian dilakukan analisa terhadap kualitas akustik Kantor Pengelola Pasar Musi. Gambar 3 menunjukkan denah Kantor Pengelola Pasar Musi beserta tampak luar dan interior Kantor Pengelola Pasar Musi.
Gambar 3. Denah Kantor Pengelola Pasar Musi, Tampak Luar dan Interior Kantor Pengelola Pasar Musi
Gambar 4. Zona Kegiatan pada Kantor Pengelola Pasar Musi
Gambar 4 menunjukkan zona kegiatan yang terdapat pada Kantor Pengelola Pasar Musi berdasarkan teori yang terdapat pada tinjauan teoritis. Kantor Pengelola Pasar Musi memiliki 4 zona kegiatan yaitu zona berkonsentrasi di area kerja, zona area publik, zona bekerja dalam teamwork, dan zona komunikasi privat. Untuk mengukur tingkat kebisingan dan intensitas suara, diambil beberapa sampel titik pengukuran yang mewakili kondisi akustik ruang. Pengukuran dilakukan di 4 titik ukur pada ruangan kerja bersistem terbuka. Keempat titik pengukuran tersebut diambil berdasarkan kemungkinan potensi bising dengan intensitas yang tinggi. Pengukuran tingkat kebisingan dan intensitas suara dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu pada pukul 09:00 dan pada pukul 13:00. Untuk pengukuran di titik A dan B dilakukan pada pukul 09:00, sedangkan di
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
10 titik C dan D dilakukan pada pukul 13:00. Gambar 5 menunjukkan 4 titik pengukuran yang dilakukan di Kantor Pengelola Pasar Musi. Hasil pengukuran yang didapat setelah melakukan pengukuran pada ruangan kantor dalam keadaan ruang kosong (tingkat kebisingan) serta pada saat terisi pekerja (intensitas suara) ditunjukkan pada tabel 1, 2, dan 3.
• •
Pengukuran tingkat kebisingan di titik A dan B : pukul 09:00 Pengukuran intensitas suara di titik C dan D : pukul 13:00
Gambar 5. Titik Pengukuran pada Kantor Pengelola Pasar Musi
Tabel 1. Perhitungan Rasio S/N untuk Kantor Pengelola Pasar Musi Titik
Tingkat kebisingan (dB)
Intensitas suara(dB)
Rasio signal to noise
A
59
68
9
B
61
77
16
C
63
78
15
D
63
69
6
Tabel 2. Luas Permukaan dan Koefisien Penyerapan Bunyi Material pada Kantor Pengelola Pasar Musi Bahan
Luas (m2)
Koefisien Penyerapan Bunyi (α) 125 Hz
500 Hz
1000 Hz
2000 Hz
4000 Hz
Panel kayu
4,08
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
Jendela kaca
14,4
0,36
0,18
0,12
0,07
0,04
Pintu kaca
6,16
0,36
0,18
0,12
0,07
0,09
Kursi busa
7,8
0,7
0,81
0,84
0,84
0,81
Meja ply wood
55,2
0,28
0,17
0,09
0,1
0,11
Lemari ply wood
9,56
0,28
0,17
0,09
0,1
0,11
Lantai keramik Dinding concrete block painted
116
0,02
0,03
0,03
0,03
0,03
143,48
0,01
0,06
0,07
0,09
0,08
Plafon gipsum
116
0,15
0,05
0,04
0,07
0,09
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
11 Tabel 3. Perhitungan Kemampuan Penyerapan Bunyi Material pada Kantor Pengelola Pasar Musi Kemampuan Material Menyerap Bunyi (A)
Bahan 125 Hz
500 Hz
1000 Hz
2000 Hz
4000 Hz
Panel kayu
0,04
0,04
0,04
0,08
0,08
Jendela kaca
5,18
2,59
1,73
1,01
0,58
Pintu kaca
2,22
1,11
0,74
0,43
0,55
Kursi busa
5,46
6,32
6,55
6,55
6,32
Meja ply wood
15,46
9,38
4,97
5,52
6,07
Lemari ply wood
2,68
1,63
0,86
0,96
1,05
Lantai keramik
2,32
3,48
3,48
3,48
3,48
Dinding concrete block painted
1,43
8,61
10,04
12,91
11,48
Plafon gipsum
17,40
5,80
4,64
8,12
10,44
Total
52,19
38,96
33,05
39,06
40,05
Gambar 6. Perhitungan RT pada Kantor Pengelola Pasar Musi
1.2 Pengukuran Akustik pada Kantor Bredero Shaw
Gambar 7. Batas Kawasan Kantor Bredero Shaw
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
12 Sebelum melakukan pengukuran akustik ruangan, penulis juga melakukan analisa terlebih dahulu terkait kondisi lingkungan sekitar bangunan Kantor Bredero Shaw mengingat letak Kantor Bredero Shaw yang berada di Kawasan Industri. Gambar 7 menunjukkan kondisi lingkungan sekitar Kantor Bredero Shaw. Setelah menganalisa kondisi lingkungan sekitar, kemudian dilakukan analisa terhadap kualitas akustik Kantor Bredero Shaw. Gambar 8 menunjukkan denah Kantor Bredero Shaw beserta tampak luar dan interiornya.
Gambar 8. Denah Kantor Bredero Shaw, Tampak Luar dan Interior Kantor Bredero Shaw
Gambar 9. Zona Kegiatan pada Kantor Bredero Shaw
Gambar 9 menunjukkan zona kegiatan yang terdapat pada Kantor Bredero Shaw berdasarkan teori yang terdapat pada tinjauan teoritis. Kantor Bredero Shaw memiliki 4 zona kegiatan yaitu zona berkonsentrasi di area kerja, zona formal komunikasi, zona bekerja dalam teamwork, dan zona komunikasi privat. Pengukuran tingkat kebisingan dan intensitas suara dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu pada pukul 10:00 dan pada pukul 14:00. Untuk pengukuran di titik A dan B dilakukan pada pukul 10:00, sedangkan untuk pengukuran di titik C dan D dilakukan pada pukul 14:00, pada hari yang sama. Gambar 10 menunjukkan 4 titik pengukuran yang dilakukan di Kantor Bredero Shaw. Hasil pengukuran yang didapat setelah melakukan
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
13 pengukuran pada ruangan kantor dalam keadaan ruang kosong serta pada saat terisi pekerja ditunjukkan pada tabel 4, 5, dan 6. •
Pengukuran tingkat kebisingan di titik A dan B : pukul 10:00 Pengukuran intensitas suara di titik C dan D : pukul 14:00
•
Gambar 10.Titik Pengukuran pada Kantor Bredero Shaw
Tabel 4. Perhitungan Rasio S/N untuk Kantor Bredero Shaw Titik
Tingkat kebisingan (dB)
Intensitas suara(dB)
Rasio signal to noise
A
49
53
4
B
52
57
5
C
51
55
4
D
50
54
4
Tabel 5. Luas Permukaan dan Koefisien Penyerapan Bunyi Material pada Kantor Bredero Shaw Bahan
Koefisien Penyerapan Bunyi (α)
Luas (m2)
125 Hz
500 Hz
1000 Hz
2000 Hz
4000 Hz
Tangga kayu
11,25
0,15
0,1
0,07
0,06
0,07
Partisi wood fiberboard
22,57
0,59
0,53
0,73
0,88
0,74
Panel kaca
44,25
0,3
0,8
0,9
0,8
0,75
Pintu ply wood
31,68
0,28
0,17
0,09
0,1
0,11
Jendela kaca
6,6
0,36
0,18
0,12
0,07
0,04
Kursi busa
2,08
0,7
0,81
0,84
0,84
0,81
Cubicle ply wood
24,3
0,28
0,17
0,09
0,1
0,11
Lantai keramik Dinding concrete block painted
80,19
0,02
0,03
0,03
0,03
0,02
92,2
0,01
0,06
0,07
0,09
0,08
Plafon gipsum
26,71
0,15
0,06
0,05
0,04
0,03
Acoustic board pada plafon Polyurethane foam pada cubicle
106,85
0,76
0,83
0,99
0,99
0,94
2,92
0,07
0,2
0,32
0,6
0,85
6
0,06
0,44
0,8
0,75
0,65
Office curtain
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
14 Tabel 6. Perhitungan Kemampuan Penyerapan Bunyi Material pada Kantor Bredero Shaw Kemampuan Material Menyerap Bunyi (A)
Bahan 125 Hz
500 Hz
1000 Hz
2000 Hz
4000 Hz
Tangga kayu
1,69
1,13
0,79
0,68
0,79
Partisi wood fiberboard
13,32
11,96
16,48
19,86
16,70
Panel kaca
13,28
35,40
39,83
35,40
33,19
Pintu ply wood
8,87
5,39
2,85
3,17
3,48
Jendela kaca
2,38
1,19
0,79
0,46
0,26
Kursi busa
1,46
1,68
1,75
1,75
1,68
Cubicle ply wood
6,80
4,13
2,19
2,43
2,67
Lantai keramik
1,60
2,41
2,41
2,41
1,60
Dinding concrete block painted
0,92
5,53
6,45
8,30
7,38
Plafon gipsum
4,01
1,60
1,34
1,07
0,80
Acoustic board pada plafon
81,21
88,69
105,78
105,78
100,44
Polyurethane foam pada cubicle
0,20
0,58
0,93
1,75
2,48
Office curtain
0,36
2,64
4,80
4,50
3,90
136,09
162,33
186,38
187,55
175,39
Total
Gambar 11. Perhitungan RT pada Kantor Bredero Shaw
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
15 ANALISIS PERBANDINGAN
Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai perbandingan kualitas akustik pada Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw. Untuk membandingkan kualitas akustik kedua kantor, dapat dilihat berdasarkan hasil pengukuran akustik ruangan dan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada para pekerja.
1.1 Perbandingan Hasil Pengukuran Akustik Ruangan
Gambar 12. Grafik Perbandingan Tingkat Kebisingan, Intensitas Suara, dan Rasio S/N pada Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw
Dari gambar 12 dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan yang terdapat pada Kantor Pasar Musi lebih besar dibandingkan dengan tingkat kebisingan yang terdapat pada Kantor Bredero Shaw. Begitu juga dengan intensitas suara yang terdapat pada Kantor Pengelola Pasar Musi lebih besar dibandingkan dengan intensitas suara yang terdapat pada Kantor Bredero Shaw, sehingga rasio S/N yang dimiliki oleh Kantor Pengelola Pasar Musi pun lebih besar dibandingkan dengan rasio S/N yang dimiliki oleh Kantor Bredero Shaw. Untuk kantor dengan konsep bersistem terbuka, tingkat kebisingan yang disarankan berkisar antara 35 sampai 40 dB. Dari gambar 12, dapat disimpulkan bahwa kedua kantor belum memenuhi standar tingkat kebisingan yang disarankan karena tingkat kebisingan yang terdapat pada kedua kantor melebihi batas maksimum kebisingan yang disarankan. Kejelasan bercakap
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
16 dalam ruangan kantor ditentukan oleh nilai Signal to noise ratio atau rasio S/N dimana rasio S/N yang disarankan tidak kurang dari +15. Dari gambar 12, dapat disimpulkan bahwa Kantor Bredero Shaw sudah memenuhi rasio S/N yang disarankan sedangkan Kantor Pengelola Pasar Musi belum sepenuhnya memenuhi rasio S/N yang disarankan karena masih terdapat nilai rasio S/N yang melebihi +15.
Gambar 13. Grafik Perbandingan Waktu Dengung dan Tingkat Privasi dalam Berkomunikasi pada Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw
Waktu dengung yang disarankan untuk kantor bersistem terbuka berkisar antara 0.6 hingga 0,8 detik. Perhitungan waktu dengung dilakukan berdasarkan 5 nilai frekuensi yaitu 125 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz. Berdasarkan gambar 13, dapat disimpulkan bahwa Kantor Pengelola pasar musi memiliki waktu dengung yang kurang baik pada semua frekuensi. Sementara itu, waktu dengung yang dimiliki oleh Kantor Bredero Shaw sudah memenuhi standar waktu dengung yang ideal yaitu berkisar antara 0,5 hingga 0,7 detik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kantor Bredero Shaw memiliki waktu dengung yang lebih baik dibandingkan dengan Kantor Pengelola Pasar Musi. Berdasarkan analisis privasi dalam berkomunikasi, dapat diketahui bahwa Kantor Pengelola Pasar Musi memiliki tingkat privasi dalam berkomunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan Kantor Bredero Shaw. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengukuran privasi dalam berkomunikasi yang menunjukkan nilai cukup puas pada kasus A, dan puas pada kasus B dan C. Sementara pada Kantor Bredero Shaw menunjukkan nilai cukup puas pada kasus A dan B, dan tidak puas pada kasus C. Gambar 14 menunjukkan lembar analisis privasi yang telah dilakukan pada Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
17
Parameter Speech Privacy a. 0-5 : puas b. 5-10 : cukup puas c. 10-15 : tidak puas d. 15-20 : sangat tidak puas
Gambar 14. Analisis Privasi dalam Berkomunikasi pada Kantor Pengelola Pasar Musi dan Kantor Bredero Shaw
Selain membandingkan tingkat kebisingan, perbandingan kualitas akustik kedua kantor bersistem terbuka juga dilakukan dengan membandingkan material yang terdapat dalam ruang kerja di kedua kantor tersebut. Dengan mengetahui material yang digunakan di dalam ruang kerja beserta luasan dan koefisien penyerapan bunyinya, maka dapat diketahui sifat material yang menentukan kualitas akustik ruang kerja. Tabel 7 dan 8 menunjukkan sifat material yang terdapat pada kedua kantor. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa material yang terdapat pada Kantor Pengelola Pasar Musi kebanyakan merupakan material yang bersifat memantulkan bunyi, hanya terdapat beberapa material yang bersifat menyerap bunyi seperti plafon gipsum dan kursi busa. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pada Kantor Pengelola Pasar Musi belum dilakukan perlakuan khusus pada ruangnya guna mencapai kondisi akustik yang ideal. Sedangkan dari
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
18 tabel 8 dapat diketahui bahwa pada Kantor Bredero Shaw telah dilakukan perlakuan khusus pada ruangnya guna mencapai kondisi akustik yang ideal, walaupun masih terdapat beberapa material yang bersifat memantulkan bunyi, seperti pada area lantai, partisi antar ruang yang menggunakan panel kaca, dan dindingnya. Oleh karena itu, dengan dominasi material penyerap bunyi lebih banyak pada Kantor Bredero Shaw dibandingkan dengan Kantor Pengelola Pasar Musi, maka Kantor Bredero Shaw memiliki kualitas akustik ruang yang lebih baik karena cukup banyak menggunakan material yang bersifat penyerap bunyi pada ruang kerjanya dibandingkan dengan Kantor Pengelola Pasar Musi. Tabel 7. Sifat Material pada Kantor Pengelola Pasar Musi
Tabel 8. Sifat Material pada Kantor Bredero Shaw
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
19 1.2 Perbandingan Hasil Jawaban Kuesioner Untuk membandingkan kualitas akustik berdasarkan tanggapan para pekerja yang didapat dari jawaban kuesioner, dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Perbandingan Hasil Jawaban Kuesioner Kantor Pengelola Pasar Musi
Kantor Bredero Shaw
Sudah berapa lama anda bekerja di kantor yang anda tempati ?
Jumlah orang
Jumlah orang
> 1 tahun
9
14
6 bulan – 1 tahun
0
2
< 6 bulan Pada hari kerja, berapa lama kah anda menghabiskan waktu berkegiatan di dalam ruangan kantor ?
5
1
Jumlah orang
Jumlah orang
> 6 jam
10
13
5 - 6 jam
1
2
< 5 jam Apakah pada akhir pekan (Sabtu atau Minggu) anda juga bekerja di dalam ruangan kantor ?
3
2
Jumlah orang
Jumlah orang
Ya
10
10
Tidak Apakah selama anda bekerja di dalam ruangan kantor yang memiliki konsep terbuka (open plan) sering mendengar suara bising dari lingkungan sekitar anda ?
4
7
Jumlah orang
Persentase
Jumlah orang
Persentase
Ya
13
92,9%
14
82,4%
Tidak Seberapa sering suara bising tersebut anda dengar ?
1 Jumlah orang
7,1% Persentase
3 Jumlah orang
17,6% Persentase
Jarang
3
21,5%
3
17,6%
Kadang-kadang
5
35,7%
4
23,6%
Sering
5
35,7%
9
52,9%
Sangat sering Apakah anda merasa terganggu dengan suara bising tersebut ?
1 Jumlah orang
7,1% Persentase
1 Jumlah orang
5,9% Persentase
Ya
7
50,0%
5
29,4%
Tidak
7
50,0%
12
70,6%
Jumlah orang
Persentase
Jumlah orang
Persentase
Ya
3
21,5%
4
23,6%
Tidak
11
78,5%
13
76,4%
Jumlah orang
Persentase
Jumlah orang
Persentase
Ya
3
21,5%
2
11,8%
Tidak
11
78,5%
15
88,2%
Dengan adanya bising tersebut, apakah anda merasa privasi anda terganggu dikarenakan suara anda dapat terdengar oleh rekan kerja lain ?
Dengan adanya bising yang mendominasi di dalam ruangan, apakah anda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja lain ?
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
20
Usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi gangguan bising tersebut ?
Jumlah orang
Persentase
Jumlah orang
Persentase
Menegur rekan kerja jika sumber bising berasal dari percakapan pekerja lain
2
14,3%
0
0%
Mendengarkan musik untuk meredam bunyi
6
42,9%
4
23,6%
Menjauhi sumber bising dan bekerja di area lainnya
1
7,1%
0
0%
Diam saja
4
28,6%
10
58,8%
Lain-lain (meningkatkan fokus dan konsentrasi)
1
7,1%
3
17,6%
Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa baik pekerja yang berada di Kantor Pengelola Pasar Musi maupun pekerja yang berada di Kantor Bredero Shaw sama-sama pernah mendengar gangguan kebisingan yang berasal dari lingkungan di mana mereka bekerja. Untuk Kantor Pengelola Pasar Musi, sumber kebisingan utama berasal dari kebisingan luar, dari arah pasar yang berada di bawah dan di samping kantor serta jalan raya, sedangkan untuk kebisingan yang berasal dari dalam ruang kerja yang cukup mengganggu yaitu bising dari suara percakapan pekerja. Sedangkan Untuk Kantor Bredero Shaw, sumber kebisingan utama berasal dari kebisingan luar, dari arah pabrik yang berada di kawasan kantor tersebut dan alatalat berat pengangkut hasil industri. Untuk kebisingan yang berasal dari dalam ruangan kerja dan cukup mengganggu yaitu bising dari suara percakapan pekerja dan lalu lalang pekerja di dalam ruang kerja. Intensitas suara bising tersebut cukup sering terdengar, namun mereka tidak terlalu terganggu dengan adanya bising tersebut karena sudah terbiasa berada di area kerja dengan intensitas bising yang cukup tinggi. Selain itu, secara umum mereka juga tidak merasa terganggu privasinya dikarenakan suara percakapan mereka masih dapat terdengar jelas oleh rekan kerja lainnya serta pekerja tidak merasa kesulitan dalam berkomunikasi, walaupun terdapat gangguan kebisingan yang berasal dari lingkungan luar bangunan. Dalam mengatasi gangguan kebisingan pada area kerja, kebanyakan pekerja lebih memilih untuk diam saja dan fokus pada pekerjaan atau mendengarkan musik untuk meredam bunyi.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
21 KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pengukuran akustik secara langsung di lapangan, dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kualitas akustik Kantor Pengelola Pasar Musi yang terdapat pada bangunan Pasar Musi belum memenuhi kriteria akustik yang baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kebisingan yang melebihi batas maksimum 40dB, estimasi waktu dengung yang melebihi 0,8 detik, rasio S/N yang belum memenuhi +15 dB untuk seluruh bagian ruangannya, serta tingkat privasi dalam berkomunikasi pada salah satu kasus masih melebihi batas maksimum tingkat privasi dalam berkomunikasi sebesar 5.
2. Kualitas akustik Kantor Bredero Shaw yang terdapat di kawasan Kabil Industrial Estate cukup baik dalam memenuhi kriteria akustik yang ideal untuk kantor bersistem terbuka. Hal ini dapat dilihat dari estimasi waktu dengung yang mencapai nilai ideal dan tidak melebihi 0,8 detik, serta rasio S/N yang tidak melebihi +15 dB untuk seluruh bagian ruangannya. Namun, untuk kriteria tingkat kebisingan pada Kantor Bredero Shaw telah melebihi batas kriteria maksimum sebesar 40 dB. Selain itu, tingkat privasi dalam berkomunikasi pada Kantor Bredero Shaw juga belum cukup untuk memenuhi standar tingkat privasi yang ideal karena telah melebihi batas maksimum tingkat privasi dalam berkomunikasi sebesar 5 pada semua kasus. Selain itu, kesimpulan yang didapat dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara menunjukkan bahwa pekerja yang berada di Kantor Pengelola Pasar Musi maupun yang berada di Kantor Bredero Shaw sama-sama pernah mendengar gangguan kebisingan yang berasal dari lingkungan sekitar kantor dengan intensitas kebisingan yang cukup sering. Namun, mereka tidak terlalu terganggu dengan gangguan kebisingan yang berasal dari luar bangunan karena sudah terbiasa untuk bekerja pada ruangan dengan intensitas kebisingan yang cukup tinggi. Untuk gangguan kebisingan yang berasal dari dalam bangunan pun tidak terlalu mereka hiraukan. Mereka lebih memilih untuk fokus bekerja dan mengatasi kebisingan dengan cara mendengarkan musik untuk meredam bunyi. Untuk mengatasi permasalahan akustik pada kantor bersistem terbuka, dapat dilakukan dengan menambah material yang bersifat menyerap bunyi pada seluruh bagian ruangnya, baik pada lantai, plafon, dinding, maupun screening antar area kerja. Selain itu, penggunaan sound masking system dalam ruangan juga dapat membantu mengurangi gangguan kebisingan.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
22 Untuk menangkal suara bising yang berasal dari luar bangunan, dapat diatasi dengan cara memanfaatkan elemen pohon, seperti dengan menanam pohon di sekeliling bangunan untuk menghalangi perambatan bunyi secara langsung ke dalam bangunan dan meredam gangguan kebisingan dari lingkungan sekitar . Untuk Kantor Pengelola Pasar Musi, dapat diberikan perlakuan khusus pada interior ruangnya dengan menambah material absorben pada plafon seperti kombinasi antara gipsum dan acoustic board, menambah panel penyerap pada bagian dinding yang menghadap ke pasar untuk meredam gangguan bising yang berasal dari luar, menambah material berpori pada lantai seperti penggunaan karpet, serta menambah screen untuk setiap workstation masing-masing pekerja sehingga suara percakapan sesama pekerja atau antar pekerja dengan klien yang berada di dalam ruang kerja dapat diredam. Untuk Kantor Bredero Shaw, walaupun telah dilakukan treatment terhadap akustik ruangnya, masih terdapat beberapa hal yang kurang, mengingat belum terpenuhinya standar akustik yang ideal untuk kantor bersistem terbuka. Oleh karena itu, untuk mencapai standar akustik yang ideal, dapat dilakukan rancangan perbaikan akustik pada beberapa elemen ruangnya, yaitu dengan menambah absorben pada bagian lantainya seperti penggunaan karpet yang dilapisi oleh foam rubber sehingga dapat meredam suara yang berasal dari hentakan kaki, khususnya untuk lantai pada bagian tangga, menambah panel penyerap pada bagian dinding, khususnya untuk ruang yang pekerjanya harus bekerja dengan konsentrasi tinggi. Begitu juga dengan dinding yang menghadap langsung ke arah sumber bising seperti pabrik dan jalan besar, bisa ditambah panel penyerap sehingga suara yang berasal dari dalam maupun luar bangunan dapat diredam. Untuk treatment terhadap plafon dan workstation masing-masing pekerja sudah cukup baik karena sudah menggunakan material absorben pada bagian elemen ruang tersebut. (Plafon menggunakan acoustic board ( α: 0,76), cubicle bagian dalam dilapisi dengan polyurethane foam (α:0,07)). Dengan demikian, dari hasil pengukuran akustik ruangan dan hasil penyebaran kuesioner serta wawancara terhadap para pekerja, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, Kantor Bredero Shaw memiliki kualitas akustik yang lebih baik dibandingkan dengan Kantor Pengelola Pasar Musi.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
23 DAFTAR PUSTAKA
Alten, Stanley R. (2011). Working with audio. Boston, MA : Course Technology PTR Armstrong World Industries, Inc. (AWI) Research. (1997). Attaining speech privacy in open and closed plan environments. Bene
Group. Acoustic. http://bene.com/en/office-furniture-concepts/planningdesign/acoustics/. Diakses pada tanggal 20 april 2014.
Berglund, Birgitta, Thomas Lindvall & Dietrich H Schwela. © World Health Organization. (1999). Adverse health effects of noise. http://www.who.int/docstore/peh/noise/Comnoise3.htm. Diakses pada tanggal 25 april 2014. Bodin Danielsson, C. (2005). Applying Lynch’s Theory on Office Environments. Nordic Journal of Architectural Research (Swedish: Nordisk Arkitekturforskning), Nr 4:69-79. Bodin Danielsson, C., & Bodin, L. (2009). Differences in Satisfaction with Office Environment Among Employees in Different Office-types. Journal of Architectural and Planning Research, 26(3), p. 241-257. David A. Haris, Byron W. Ergen, William E. Fitch. (1991). Planning and designing the office environment. New York : Van Nostrand Reinhol. Doelle, Leslie. (1972). Akustik lingkungan. (Lea Prasetio, Penerjemah). Jakarta : Erlangga. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Egan, M. David. (1976). Architectural Acoustics. New York : J. Ross Publishing. Egan, M. David. (1972). Concepts in architectural acoustics. New York : McGraw-Hill Book Company, Inc. Genesys Office. (2014). Accoustic Comfort : Noise Control for your Office. http://www.genesys-uk.com/office_acoustics.html. Diakses pada tanggal 26 April 2014. Halme, Arthur. 1991. Space. Finland : Finnish Interior. Hassall JR, Zaveri K. (1988). Acoustic Noise Measurements. Brüel & Kjaer, Bremen. Kamus Besar Bahasa Indonesia . (2008). http://kbbi.web.id/akustik. Diakses pada tanggal 27 april 2014. Kari, Henri. (2012). Effects of Acoustic Treatment on Sound Environment in Public Buildings. Tesis di Universitas Aalto : diterbitkan. Keränen J, Virjonen P, Oliva Elorza D, Hongisto OV. Design of room acoustics for open offices. SJWEH Suppl.2008;(4):46–49.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014
24
Kraemer, Sieverts & Partners. (1977). Open-Plan Offices: New Ideas, Experience and Improvements. London : McGraw-Hill. Lahlou, S. 1999. Observing cognitive work in offices. In N.S. Streitz, J. Siegel, V. Hartkoff, and S. Konomi (Eds.) Cooperative Buildings: Integrating Information, Organizations, and Architecture. 2nd International Workshop, CoBuild’99, Pittsburgh, PA. Mediastika, Christina Eviutami. (2006). Akustika Bangunan. Jakarta : Erlangga. Mill, Edward D. 1976. Planning. London : Newnes-Butterworths. Retno, Dwi. 2005. Office Interior Design.Jurnal Desain Interior. Resnick dan Halliday.(1992). Physics, 3rd Edition (Fisika Jilid 3). Penerjemah: Pantur Silaban dan Erwin Sucipto. Jakarta : Erlangga. Saint Gobain Ecophon Office Workers Survey. (2012). The importance of acoustics in a successful office. Santosa, Hendra. (2013). Pengenalan Akustik. http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=620. Diakses pada tanggal 26 April 2014. Suptandar, J. Pamudji. (2004). Faktor Akustik dalam Perancangan Disain Interior. Djambatan : Jakarta Susanto, Arif. HSE Club Indonesia. (2006).Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. http://hseclubindonesia.wordpress.com/page/2/. Diakses pada 25 april 2014. U.S. General Services Administration. (2012). Sound Matters: How to Achieve Acoustic Comfort in the Contemporary Office. http://www.wbdg.org/ccb/GSAMAN/gsa_soundmatters.pdf. Diakses pada tanggal 26 April 2014. Zatnika, Imam. (2014). Akustik Ruang. http://archmaxter.com/artikel/arsitektur/akustikruang.html. Diakses pada tanggal 29 april 2014.
Tinjauan desain..., Fitria Setyawati, FT, 2014