TINGKAT KONDISI FISIK WASIT SEPAKBOLA PENGKAB PSSI BULELENG Ketut Chandra Adinata Kusuma Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha email:
[email protected] ABSTRAK Penelitianinibertujuan untuk mengetahui: (1) kemampuan daya tahan (VO2max), (2 )kapasitas vital paru, dan (3) kecepatan lari yang dimiliki oleh wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.Jumlah subyek penelitian ini 26 orang. Teknikpengumpulan data menggunakan MFT(Multistage Fitness Test)untuk mengukur daya tahan (VO2max), spirometer untuk mengukur kapasitas vital paru, dan tes lari 30 meteruntuk mengukur kecepatan lari.Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng 4 orang (15,38 %) kategori Sedang, 11 orang (42,31 %) kategori Kurang, dan 11 orang (42,31 %) kategori Kurang Sekali. Kapasitas vital paru wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 orang (15,38 %) kategori Baik Sekali, 9 orang (34,62 %) kategori Baik, 12 orang (46,15 %) kategori Sedang, 1 orang (3,85 %) kategori Kurang. Kecepatan lari wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng 4 orang (15,38 %) kategori Baik Sekali, 6 orang (23,08 %) kategori Baik, 12 orang (46,15 %) kategori Sedang, 3 orang (11,54 %) kategori Kurang, dan 1 orang (3, 85 %) kategori Kurang Sekali. Berdasarkan hasil di atas disarankan kepada Pengkab PSSI Buleleng untuk menyusun program latihan yang kontinyu dan terarah sehingga dapat meningkatkan kondisi fisik wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng. Kata-kata kunci: wasit, daya tahan, kapasitas vital paru, kecepatan lari.
7 orang pemain, maksimal 11 orang pemain yang berada di lapangan. Bola dimainkan oleh seluruh tubuh kecuali dengan tangan (kecuali penjaga gawang) dengan dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, yang bertujuan untuk memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan dan menjaga gawang sendiri dari serangan. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan sebuah permainan yang dimainkan oleh 2 (dua) tim, dengan
PENDAHULUAN Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dengan seorang penjaga gawang, yang dimainkan dengan menggunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang boleh menggunakan lengannya di daerah tendangan hukuman(Sucipto, dkk. 1999: 7). Sedangkan menurut Kosasih (1991: 103) menyatakan sepakbola adalah salah satu cabang olahraga permainan yang terdiri dari dua regu dengan setiap regu minimal
64
tiap timnya berjumlah minimal 7 (tujuh) pemain dan maksimal 11 (sebelas) pemain, yang tujuan utamanya adalah memasukkan bola/mencetak gol ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dengan peraturan yang telah ditentukan. Karakteristik permainan sepakbola sendiri adalah bermain dengan banyak pergerakan, baik dengan ataupun tanpa bola, di luas lapangan berukuran 75 meter x 110 meter. Sehingga dengan karakteristik permainan tersebut setiap pemain dituntut memiliki kondisi fisik yang prima. Walaupun demikian olahraga ini sangat populer dan digemari oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan saat gelaran Piala Presiden 2015. Rating televisi pemegang hak siar naik tinggi, melebihi rating dan share television acara lain di jam yang sama, yakni TVR mencapai 8.7 dan share mencapai 41.2% (tvguide.co.id). Naiknya rating tersebut akibat dari mulai berkualitasnya sebuah permainan/ pertandingan yang berlangsung. Ada beberapa faktor penyebab sebuah permainan/pertandingan tersebut dapat terselenggara dengan baik dan/atau berkualitas, yaitu (1) kualitas taktik dan teknik kedua tim yang bertanding, (2) kualitas sarana dan prasarana pertandingan, (3) kualitas perangkat pertandingan yang memimpin. Perangkat pertandingan yang dimaksud adalah wasit dan asistennya, pengawas pertandingan, dan inspektur wasit. FIFA Law of the Game 2013 pasal 5 menyatakan bahwa setiap pertandingan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit yang wewenangnya mutlak dalam menegakkan peraturan permainan
pada pertandingan di mana dia ditugaskan. Setiap pertandingan sepakbola seorang wasit dibantu oleh dua orang sebagai asisten wasit dan seorang official keempat (yang dahulu dikenal dengan nama wasit cadangan). Tugas seorang wasit adalah menegakkan peraturan permainan yang tertuang dalam FIFA Law of the Game 2013 yang terdiri dari 17 pasal. Setiap kejadian-kejadian yang terjadi di dalam lapangan permainan sepakbola harus mendapat pengawasan yang detail dari wasit agar tidak terjadi salah pengambilan keputusan. Jadi sudah seyogyanya wasit harus selalu aktif bergerak dan berlari mengikuti bola dan agar memudahkan wasit untuk melihat dan memutuskan suatu kejadian. Normalnya wasit harus selalu dekat atau minimal berada pada radius 10 meter dengan bola dan kejadian.Wasit sepakbola yang bertugas selama 2x45 menit (dapat bertambah panjang jika terdapat perpanjangan waktu) harus dapat menjaga konsentrasi dan ketahanan kondisi fisiknya dengan baik. Dengan kondisi fisik yang baik wasit nantinya dapat menjadi lebih tenang, menjaga konsentrasi, tidak raguragu, sehingga tidak ada kesalahan dalam mengambil keputusan. Untuk itu wasit perlu menyiapkan kondisi fisiknya sebelum melaksanakan tugas, sehingga terhindar dari kelelahan saat bertugas. Sidik, dkk. (2007: 51) menyatakan bahwa kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang tidak dapat ditawartawar lagi. Kondisi fisik adalah kemampuan yang meliputi
65
kekuatan/strength, kecepatan/speed, daya tahan/endurance, kelentukan/flexibility, dan koordinasi (Bompa, 1983). Kondisi fisik tersebut disesuaikan dengan kecabangan olahraga masing-masing. Khusus wasit sepakbola komponen kondisi fisik yang lebih dominan adalah daya tahan dan kecepatan. Seorang wasit rata-rata dalam sebuah pertandingan menempuh jarak lari sejauh 10.3 km. Untuk itu, wasit juga memerlukan kemampuan fisik yang baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata VO2max Wasit FIFA sebesar 52.8 ± 6.23 ml (kg.min)-1 (Aziz, 2012: 24). Jadi seorang wasit wajib memiliki daya tahan dan kecepatan yang minimal sama dengan para pemain sepakbola pada umumnya. Kondisi tersebut dapat dilatih dan dipersiapkan dengan proses latihan yang sistematis dan kontinyu. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana tingkat kondisi fisik para wasit sepakbola yang bernaung di bawah PSSI Buleleng yang berjumlah 26 orang dengan kualifikasi license C1 Nasional 4 orang, license C2 Provinsi 14 orang, dan license C3 Kabupaten 8 orang.
dahulu dikenal dengan nama wasit cadangan). Tugas seorang wasit adalah menegakkan peraturan permainan yang tertuang dalam FIFA Law of the Game 2013 yang terdiri dari 17 pasal. Kondisi Fisik Secara terminologi kondisi fisik berarti keadaan fisik. Keadaan tersebut dapat meliputi sebelum, pada saat dan setelah mengalami suatu proses latihan. Sidik, dkk. (2007: 51) menyatakan bahwa kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kondisi fisik adalah kemampuan yang meliputi kekuatan/strength, kecepatan/speed, daya tahan/endurance, kelentukan/flexibility, dan koordinasi (Bompa, 1983). Kondisi fisik dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu kondisi fisik umum dan kondisi fisik khusus (Depdiknas, 2000: 102). Kondisi fisik umum merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh. Sedangkan kondisi fisik khusus merupakan kemampuan yang langsung dikaitkan dengan kebutuhan suatu cabang olahraga tertentu.
KAJIAN TEORI Wasit FIFA Law of the Game 2013 pasal 5 menyatakan bahwa setiap pertandingan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit yang wewenangnya mutlak dalam menegakkan peraturan permainan pada pertandingan di mana dia ditugaskan. Setiap pertandingan sepakbola seorang wasit dibantu oleh dua orang sebagai asisten wasit dan seorang official keempat (yang
Daya Tahan Kardiorespiratori Secara sederhana daya tahan dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh mengatasi kelelahan. Namun secara definitif daya tahan merupakan kemampuan organisme tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif lama (Depdiknas, 2000: 115). Jadi dapat dikatakan bahwa daya tahan tersebut
66
kemampuan organisme tubuh untuk melakukan pembebanan selama mungkin tanpa mengurangi atau menurunnya kualitas performa. Daya tahan atau endurance dibedakan menjadi dua golongan yaitu daya tahan otot dan daya tahan kardiorespiratori (Sajoto, 1988: 58). Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu relatif cukup lama, dengan beban tertentu. Sedangkan daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernapasan dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus.
(Nala, 1998: 66). Ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Kecepatan merupakan gabungan tiga elemen, yakni waktu reaksi, frekuensi gerakan per unit waktu, kecepatan menempuh jarak tertentu. Kecepatan merupakan salah satu kemampuan dasar biomotorik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga (Sukadiyanto dan Muluk, 2011: 116). Kecepatan merupakan laju gerakan otot, baik untuk bagianbagian tubuh (lengan, tangan, dan tungkai) maupun untuk seluruh tubuh (seluruh badan berpindah). Kecepatan sangat tergantung dari kekuatan karena tanpa kekuatan, kecepatan tidak dapat dikembangkan. Jika seorang siswa atau atlet ingin mengembangkan kecepatan maksimalnya maka ia juga harus mengembangkan kekuatannya. Berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan adalah kelentukan,tipe tubuh, umur, dan lain-lain. Sajoto (1988: 58) memberikan pengertian bahwa kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan Nossek (1982: 87) menyatakan bahwa kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang untuk beraksi secara cepat bila dirangsang untuk melakukan gerakan secepat mungkin. Berdasarkan pengertian dan penjabaran tentang kecepatan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kecepatan adalah kemampuan berpindah secepat-cepatnya dari satu
Kapasitas Vital Paru Menurut Soeparmo (dalam Yunani, 2013: 128) kapasitas vital paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh atau paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam paru ditentukan oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan. Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh semakin banyak. Menurut Guyton (dalam Bardiansyah, 2013: 10) Kapasitas vital rata-rata pada pria muda dewasa kira-kira 4,6 liter dan pada wanita muda dewasa kira-kira 3,1 liter. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik yang lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
67
tempat ke tempat yang lain dengan waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan merupakan gabungan tiga elemen, yakni waktu reaksi, frekuensi gerakan per unit waktu, kecepatan menempuh jarak tertentu.
testee menutup mulutnya kemudian hembuskan nafas sekencangkencangnya dan semaksimal mungkin hingga udara dalam paruparu keluar sepenuhnya. Untuk mengukur kemampuan kecepatan berlari digunakan 30 meter sprint test. Testee berdiri di belakang garis start dengan teknik start berdiri. Kecepatan berlari testee dihitung mulai dari saat aba-aba “ya” dibunyikan (stopwatch dihidupkan) sampai testee menginjak garis finish. Testee memperoleh kesempatan tes sebanyak dua kali. Tes kedua dilaksanakan setelah istirahat selama 30 detik. Jadi dari dua kali tes diambil waktu yang terkecil.
METODE PENELITIAN Metode dan Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengungkap status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Tempat pelaksanaan penelitian ini di GOR FOK Undiksha Jalan Udayana Nomor 11 Singaraja yang dilaksanakan pada hari Minggu 10 April 2016 pukul 08.00 wita.Subjek penelitian ini adalah seluruh wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng yang masih aktif berjumlah 26 orang dengan rincian kualifikasi license C1 Nasional 4 orang, license C2 Provinsi 14 orang, dan license C3 Kabupaten 8 orang.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik analisis statistik deskriptif menggunakan tabulasi frekuensi dan rata-rata dengan rumus sebagai berikut. 𝑓 P = 𝑥100% 𝑛
Teknik Pengumpulan Data Pengukuran tingkat daya tahan (VO2max), menggunakan MFT (Multistage Fitness Test). Tes ini merupakan tes yang dilakukan di lapangan, sederhana namun menghasilkan suatu perkiraan yang cukup akurat tentang konsumsi oksigen maksimal (VO2max) untuk berbagai kegunaan atau tujuan. Untuk mengukur kapasitas vital paru wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng digunakan alat spirometer. Diawali dengan testee diukur berat dan tinggi badannya. Kemudian testee saat melakukan tes kapasitas paru bediri tegak rileks dengan menarik nafas dalam-dalam dengan posisi sungkup mulut terpasang pada mulut. Setelah penuh
Keterangan: P = Persentase f = Frekuensi n = Jumlah Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengukuran VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng menggunakan Multistage Fitness Test atau MFT. Adapun hasil pengukuran VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng 68
dipaparkan pada tabel 01 di bawah
ini.
Tabel 01. Hasil Pengukuran VO2max Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Wasit KW IGSR MKE WA S IPAYA KAL IKS MHS KEP MA KS KCAK KR GGAP KABP IMMSA DF Z AH IPA MNA GHW NA IMFW B
Usia (Thn) 36 28 28 28 52 28 27 27 22 28 48 46 29 35 24 21 29 28 23 23 29 23 25 48 27 33
License C1 C1 C1 C1 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil analisis deskripsi yang disajikan pada hasil penelitian ini adalah hasil dari pengkategorian
MFT 28,3 cc/kg/bb 41,8 cc/kg/bb 44,5 cc/kg/bb 48,0 cc/kg/bb 26,8 cc/kg/bb 42,4 cc/kg/bb 31,8 cc/kg/bb 39,2 cc/kg/bb 38,5 cc/kg/bb 31,0 cc/kg/bb 30,2 cc/kg/bb 28,3 cc/kg/bb 44,5 cc/kg/bb 37,8 cc/kg/bb 39,9 cc/kg/bb 35,7 cc/kg/bb 31,8 cc/kg/bb 39,9 cc/kg/bb 46,8 cc/kg/bb 30,2 cc/kg/bb 31,0 cc/kg/bb 43,3 cc/kg/bb 37,8 cc/kg/bb 26,8 cc/kg/bb 39,9 cc/kg/bb 31,8 cc/kg/bb
Kategori Kurang Sekali Kurang Sedang Sedang Kurang Kurang Kurang Sekali Kurang Kurang Kurang Sekali Kurang Kurang Sekali Sedang Kurang Kurang Kurang Sekali Kurang Sekali Kurang Sedang Kurang Sekali Kurang Sekali Kurang Kurang Sekali Kurang Sekali Kurang Kurang Sekali
didasarkan atas data penelitian sebanyak lima kategori, yaitu Baik Sekali, Baik, Sedang, Kurang, dan Kurang Sekali.
Tabel 02. Persentase Hasil Tes VO2max Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Total
Frekuensi 0 0 4 11 11 26
69
Persentase 0,0 % 0,0 % 15,38 % 42,31 % 42,31 % 100%
Berdasarkan tabel 02 di atas dapat diketahui bahwa dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng tidak ada (0%) yang memiliki VO2max kategori Baik Sekali maupun Baik. 4 wasit (15,38 %) memiliki VO2max kategori Sedang, 11 wasit (42,31 %) memiliki
VO2max kategori Kurang, dan 11 wasit (42,31 %) memiliki VO2max kategori Kurang Sekali. Untuk melihat dengan lebih jelas perbandingan hasil pengukuran VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng melalui MFT disajikan grafik sebagai berikut.
VO2max Baik Sekali
0%16%
Baik
42%
Sedang
42%
Kurang Kurang Sekali
Gambar 01. Grafik Hasil Tes VO2max Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng Adapun hasil pengukuran kapasitas vital paru wasit sepakbola
Pengkab PSSI Buleleng dipaparkan pada tabel 03di bawah ini.
Tabel 03. Hasil Pengukuran Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama Wasit KW IGSR MKE WA S IPAYA KAL IKS MHS KEP MA KS KCAK KR GGAP KABP
Usia (Thn)
License
36 28 28 28 52 28 27 27 22 28 48 46 29 35 24 21
C1 C1 C1 C1 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2
70
Kapasitas Vital Paru 3.03 ltr 79,9% 3,38 ltr 79,9% 4,11 ltr 100,6% 3,54 ltr 82,1% 2,18 ltr 59,2% 3,48 ltr 78,5% 3,68 ltr 87,8% 4,92 ltr 110,5% 3,34 ltr 81% 2,69 ltr 64,3% 1,87 ltr 48,6% 2,18 ltr 59,2% 3,44 ltr 80,7% 3,18 ltr 80,5% 2,87 ltr 65,8% 3,10 ltr 72,2%
Kriteria Baik Baik Baik Sekali Baik Sedang Baik Baik Baik Sekali Baik Sedang Kurang Sedang Baik Baik Sedang Sedang
No. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Wasit IMMSA DF Z AH IPA MNA GHW NA IMFW B
Usia (Thn)
License
29 28 23 23 29 23 25 48 27 33
C2 C2 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil analisis deskripsi yang disajikan pada hasil penelitian ini adalah hasil dari pengkategorian
Kapasitas Vital Paru 3,08 ltr 71,7% 2,99 ltr 71,0% 3,40 ltr 80,0% 41,3 ltr 65,2% 2,69 ltr 64,3% 3,63 ltr 90,4% 2,50 ltr 55,6% 3,32 ltr 88,2% 3,06 ltr 72,8% 2,97 ltr 73,5%
Kriteria Sedang Sedang Baik Sedang Sedang Baik Sekali Sedang Baik Sekali Sedang Sedang
didasarkan atas data penelitian sebanyak lima kategori, yaitu Baik Sekali, Baik, Sedang, Kurang, dan Kurang Sekali.
Tabel 04. Persentase Hasil Kapasitas Vital Paru Wasit Pengkab PSSI Buleleng No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Total
Frekuensi 4 9 12 1 0 26
Berdasarkan tabel 08 di atas dapat diketahui bahwa dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 wasit (15,38 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Baik Sekali, 9 wasit (34,62 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Baik, 12 wasit (46,15 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru
Persentase 15,38 % 34,62 % 46,15 % 3,85 % 0,00 % 100%
Sedang, 1 wasit (3,85 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Kurang, dan tidak ada wasit (0%) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Kurang Sekali. Untuk melihat dengan lebih jelas perbandingan hasil pengukuran kapasitas vital paru wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng disajikan grafik sebagai berikut.
71
Kapasitas Vital Paru 4% 0%
15%
Baik Sekali Baik
46%
Sedang
35%
Kurang Kurang Sekali
Gambar 02. Grafik Hasil Tes Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng Pengukuran kecepatan lari wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng menggunakan 30 meter sprint test. Adapun hasil pengukuran
kecepatan lari wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng dipaparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 05. Hasil Pengukuran Kecepatan Lari Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Nama Wasit KW IGSR MKE WA S IPAYA KAL IKS MHS KEP MA KS KCAK KR GGAP KABP IMMSA DF Z AH IPA MNA
Usia (Thn) License 36 28 28 28 52 28 27 27 22 28 48 46 29 35 24 21 29 28 23 23 29 23
C1 C1 C1 C1 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C3 C3 C3 C3 72
Sprint 30 meter 04,37 dtk 03,80 dtk 03,90 dtk 04,28 dtk 07,02 dtk 04,60 dtk 04,29 dtk 04,36 dtk 04,59 dtk 04,72 dtk 04,57 dtk 05,11 dtk 3,93 dtk 05,11 dtk 03.92 dtk 03.90 dtk 04.40 dtk 03.93 dtk 03,85 dtk 04,45 dtk 04,60 dtk 03,82 dtk
Kriteria Sedang Baik Sekali Baik Sekali Baik Kurang Sekali Sedang Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Baik Kurang Baik Sedang Sedang Baik Baik Sekali Sedang Sedang Baik Sekali
No. 23. 24. 25. 26.
Nama Wasit
Usia (Thn) License
GHW NA IMFW B
25 48 27 33
C3 C3 C3 C3
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil analisis deskripi yang disajikan pada hasil penelitian ini adalah hasil dari pengkategorian
Sprint 30 meter 04,30 dtk 04,38 dtk 03.87 dtk 04.67 dtk
Kriteria Baik Kurang Sedang Sedang
didasarkan atas data penelitian sebanyak lima kategori, yaitu Baik Sekali, Baik, Sedang, Kurang, dan Kurang Sekali.
Tabel 06. Persentase Hasil Tes Kecepatan Lari Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Total
Frekuensi 4 6 12 3 1 26
Berdasarkan tabel 06 di atas, dapat diketahui bahwa dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 wasit (15,38 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Baik Sekali, 6 wasit (23,08 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Baik, 12 wasit (46,15 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Sedang, 3
Persentase 15,38 % 23,08 % 46,15 % 11,54 % 3,85 % 100%
wasit (11,54 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Kurang, dan 1 wasit (3, 85 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Kurang Sekali. Untuk melihat dengan lebih jelas perbandingan hasil pengukuran kecepatan lari wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng disajikan grafik sebagai berikut.
Kecepatan Lari 12% 4% 15%
Baik Sekali
23% 46%
Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
Gambar 03. Grafik Hasil Tes Kecepatan Lari Wasit Sepakbola Pengkab PSSI Buleleng 73
Sedang, 1 wasit (3,85 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Kurang, dan tidak ada wasit (0%) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Kurang Sekali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kapasitas vital paru para wasit sepakbola pengkab PSSI Buleleng berada pada kategori Baik. Hal ini menandakan bahwa kerja sistem pernafasan wasit sepakbola Pengkab PSSIBuleleng secara umum baik. Kapasitas vital paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh atau paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam paru ditentukan oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan. Seorang wasit sepakbola wajib memiliki minimal kapasitas vital rata-rata sebesar 4.6 liter sehingga dapat menunjang performa wasit selama 2x45 menit. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 wasit (15,38 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Baik Sekali, 6 wasit (23,08 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Baik, 12 wasit (46,15 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Sedang, 3 wasit (11,54 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Kurang, dan 1 wasit (3, 85 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Kurang Sekali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kecepatan lari wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng berada pada kategori Sedang. Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik yang lainnya atau untuk mengerjakan
Pembahasan Berdasarkan data hasil pengukuran VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng diketahui bahwa dari 26 wasit tidak ada (0%) yang memiliki VO2max dengan kategori Baik Sekali maupun Baik, 4 wasit (15,38 %) memiliki VO2max dengan kategori Sedang, 11 wasit (42,31 %) memiliki VO2max dengan kategori Kurang, dan 11 wasit (42,31 %) memiliki VO2max dengan kategori Kurang Sekali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng secara umum masuk ke dalam kategori Kurang Sekali. Padahal untuk menjadi seorang wasit yang siap bertugas, mereka wajib memiliki kebugaran atau VO2max yang baik atau sebesar 52.8 ± 6.23 ml (kg.min)-1. Normalnya wasit harus selalu dekat atau minimal berada pada radius 10 meter dengan bola dan kejadian. Wasit sepakbola yang bertugas selama 2x45 menit (dapat bertambah panjang jika terdapat perpanjangan waktu) harus dapat menjaga konsentrasi dan ketahanan kondisi fisiknya dengan baik. Dengan kondisi fisik yang baik wasit nantinya dapat menjadi lebih tenang, menjaga konsentrasi, tidak ragu-ragu, sehingga tidak ada kesalahan dalam mengambil keputusan. Sebab seorang wasit ratarata dalam sebuah pertandingan menempuh jarak lari sejauh 10.3 km. Berdasarkan data penelitian di atas dapat diketahui bahwa dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 wasit (15,38 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Baik Sekali, 9 wasit (34,62 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Baik, 12 wasit (46,15 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru
74
suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Nala, 1998: 66). Ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Kecepatan merupakan gabungan tiga elemen, yakni waktu reaksi, frekuensi gerakan per unit waktu, kecepatan menempuh jarak tertentu. Kecepatan merupakan salah satu kemampuan dasar biomotorik yang diperlukan oleh wasit sepakbola. Wasit harus selalu dapat berada pada jarak minimal 10 meter dari bola, sehingga konsekuensinya adalah wasit harus senantiasa melakukan sprint begitu bola melaju kencang berubah arah. Begitu juga seorang Asisten Wasit yang paling memerlukan kecepatan berlari. Sebab asisten wasit harus senantiasa berada segaris dengan pemain belakang kedua terakhir untuk memastikan pemain menyerang berada pada posisi offside atau onside, dan membantu kerja wasit dalam memastikan bola ke luar lapangan permainan ataupun bola masuk ke gawang (goal).
%) memiliki VO2max dengan kategori Kurang Sekali; (b) dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 wasit (15,38 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Baik Sekali, 9 wasit (34,62 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Baik, 12 wasit (46,15 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Sedang, 1 wasit (3,85 %) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Kurang, dan tidak ada wasit (0%) yang memiliki tingkat kapasitas vital paru Kurang Sekali; (c) dari 26 wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng terdapat 4 wasit (15,38 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Baik Sekali, 6 wasit (23,08 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Baik, 12 wasit (46,15 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Sedang, 3 wasit (11,54 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Kurang, dan 1 wasit (3, 85 %) yang memiliki tingkat kecepatan lari Kurang Sekali. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka penulis bermaksud mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan/kajian pada pihakpihak terkait. Adapun saran-saran yang diajukan antara lain: (a) Kepada Ketua Bidang Diklat, SDM, dan Wasit Pengkab PSSI Buleleng disarankan untuk membuat program latihan yang kontinyu dan terukur agar tingkat kondisi fisik khususnya VO2max dan kecepatan lari wasit dapat ditingkatkan. Sehingga performa wasit saat memimpin sebuah pertandingan sepakbola menjadi lebih baik; (b) para wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng disarankan untuk tetap menjaga kondisi fisiknya melalui program latihan yang disusun oleh Ketua
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: (a) VO2max wasit sepakbola Pengkab PSSI Buleleng dari 26 wasit dinyatakan bahwa tidak ada (0%) yang memiliki VO2max dengan kategori Baik Sekali maupun Baik, 4 wasit (15,38 %) memiliki VO2max dengan kategori Sedang, 11 wasit (42,31 %) memiliki VO2max dengan kategori Kurang, dan 11 wasit (42,31
75
Bidang Diklat, SDM, dan Wasit Pengkab PSSI Buleleng, menjaga asupan nutrisinya/pola makan dan pola istirahat yang berkualitas; (c) Kepada Ketua Umum Pengkab PSSI Buleleng agar secara rutin memprogramkan peningkatan kualitas SDM wasit melalui “Penyegaran” tiap triwulan, baik ada maupun tidak ada kompetisi dan/atau turnamen.
Jakrta: CV. Pressindo. Nala,
Akademika
Ngurah. 1998. Prinsip Pepelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: PPs Universitas Udayana.
Nossek, Josef. 1982. “General Theory Of Training”. In Eleyae, A. (Ed). Teori Umum. Lagos: National Institute of Sport Lagos Pan African Press LTD.
DAFTAR PUSTAKA
Sajoto,
Aziz, Abdul. 2012. Jarak tempuh lari wasit dalam satu pertandingan kalahkan striker, sebanding gelandang. JawaPOs, hal 24. Bardiasyah, Saiful Anwar. 2013. Kapasitas Vital Paru Dan VO2Max Siswa SMP IT Roudlotus Saidiyyah Semarang. Skripsi (Tidak diterbitkan). Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sucipto. et. al. 1999. Sepakbola. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara, D-III Tahun 1999/2000. Sukadiyanto dan Muluk, D. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung.
Berita Televisi. 2015. “Final Piala Presiden, Indosiar Juaranya”. Tersedia pada http://tvguide.co.id/deskripsiberita-tv/final-piala-presidenindosiar-juaranya. Diakses pada tanggal 3 November 2015).
Sidik, Satriya, dan Imanudin. 2007. Modul Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Yunani, dkk. 2013. Perbedaan Kapasitas Vital Paru Sebelum Dan Sesudah Berenang Pada Wisatawan Di Kolam Renang Taman Rekreasi Kartini Rembang. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1 Nomor 2, November 2013 (Hal 127-131).
FIFA. 2013. Law of the Game. FIFA. Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga: Teknik dan Program Latihan.
76