8ZOSOOOO
.;"'i
ji-
TIDAK OiPERDAGANGKAN UNTUK UMUM
Struktur Bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar
-- -
!
Struktur Bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar
Oleh :
P E R P U S T Al< A A
FUP'T FEMBfNAAM DAN BAM AS A
DEPAHTEMEN PEMDIDiKAN DAN KEBUDAYAAN
Chatlinas Said Yusuf Gandor Zainuddin HRL H. Yusna Yusuf Rumia Bahri Noor Zulnasri
9^
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1986
Hak cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
i Perpusi3iV,-:,i" D,,,,,. o
j
1 fl'o* U]---
■
^TK
1.. 5
I
—-——
'
'ii'
ltd.
Naskah buku ini semula merupakan basil Proyek PeneUtian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatera Barat tahun 1981/1982, disunting dan diter-
bitkan dengan dana Pembangunan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta.
Staf inti Proyek Pusat: Drs. Adi Sunaryo (Pemimpin), Warkim Hamaedi (Bendaharawan),Dra. Junaiyah H Ad.(Sekretaris). Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam hal pengutipan imtuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Alamat penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta Timur.
VI
KATA PENGANTAR
Mulai tahun kedua Pembangunan Lima Tahun I,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa turut berperan di dalam berbagai kegiatan kebahasaan
sejalan dengan garis kebijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Masalah kebahasaan dan kesusastraan merupakan salah satu segi masalah kebudayaan nasional yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh dan berencana agar tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah — termasuk susastranya — tercapai. Tujuan akhir itu adalah kelengkapan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional yang baik bagi masyarakat luas serta pemakaian bahasa Indonesia
dan bahasa daerah dengan baik dan benar untuk berbagai tujuan oleh lapisan masyarakat bahasa Indonesia.
Untuk mencapai tujuan itu perlu dilakukan beijenis kegiatan seperti (1) pembakuan bahasa (2) penyuluhan bahasa melalui berbagai sarana,
(3) peneqemahan karya kebahasaan dan karya kesusastraan dari bebagai sumber ke dalam bahasa Indonesia,(4) pelipatgandaan informasi melalui penelitian bahasa dan susastra, dan (5) pengembangan tenaga kebahasaan dan jaringan informasi.
Sebagai tindak lanjut kebijakan tersebut, dibentuklah oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah, Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Daerah, di lingkungan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
VII
Sejak tahun 1976, Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di Jakarta, sebagai Proyek Pusat, dibantu oleh sepuluh Proyek Pene litian di daerah yang berkedudukan di propinsi (1) Daerah Istimewa Aceh,
(2) Sumatra Barat,(3) Sumatra Selatan,(4)Jawa Barat,(5)Daerah Istimewa Yogyakarta,(6) Jawa Timur,(7) Kalimantan Selatan,(8) Sulawesi Selatan, (9) Sulawesi Utara, dan (10) Bali. Kemudian, pada tahun 1981 ditambahkan proyek penelitian bahasa di lima propinsi yang lain, yaitu(I)Sumatra Utara, (2) Kalimantan Barat,(3) Riau,(4) Sulawesi Tengah, dan (5) Maluku. Dua tahun kemudian, pada tahun 1983, Proyek Penelitian di daerah diperluas lagi dengan lima propinsi, yaitu (I) Jawa Tengah,(2)Lampung,(3)Kaliman tan Tengah,(4)Irian Jaya, dan(5)Nusa Tenggara Timur. Maka pada saat ini, ada dua puluh proyek penelitian bahasa di daerah di samping proyek pusat yang berkedudukan di Jakarta.
Naskah laporan penelitian yang telah dinilai dan disunting diterbitkan sekarang agar dapat dimanfaatkan oleh para ahli dan anggota masyarakat luas. Naskah yang beijudul Struktur Bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar disusun oleh regu peneliti yang terdiri atas anggota-anggota: Chatlinas Said, Yusuf Candor, Zainuddin HRL, H. Yusna Yusuf, Rumia Bahri Noor, dan Zulnasri yang mendapat bantuan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indo nesia dan Daerah Sumatra Barat tahun 1981/1982. Naskah itu disunting olehT
Saksono Priyanto dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kepada Pemimpin Proyek Penelitian dengan stafnya yang memungkinkan penerbitan buku ini, para peneliti, penilai, dan penyunting, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 1986
Anton M. Moeliono Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
VIII
-V-.
:!;■
m
A^i v :-SLiu-3:33
: '■ ' iiSKiiCfjids/i SGODfilrri iqaXQiiil?;.: i;;qsfifr!9m ^bsq i!^:d^:.^;3Ji •■^-i aasrifi?}
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian tentang struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampai
mencoba mendeskripsikan struktur bahasa Minangkabau yang dipakai oleh penutumya di Kabupaten Kampar. Tugas penelitian ini dilakukan oleh suatu tim yang diketuai oleh Chatlinas Said dengan anggota tim Yusuf Gandor, Rumia Bahri Noor, Zainuddin HRL, H. Yusna Yusuf, dan Zulnasri.
Pelaksanaan dan penyelesaian tugas ini sudah barang tentu tidak akan
dapat beijalan menurutjudul yang semestinya tanpa bantuan dari beberapa pihak lain. Atas bantuan itu, dengan segala kerendahan hati, tim ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada; (1) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta melalui Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indo nesia dan Daerah di Sumatra Barat yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan untuk melaksanakan penelitian ini; (2) Rektor IKIP Padang dan Dekan Fakultas Keguruan Sastra Seni IKIP Padang yang telah mem berikan izin dan fasilitas selama berlangsungnya kegiatan penehtian; (3) Gu-
bemuT Kepala Daerah Tingkat I Riau dan Bupati Kepala Daerali Tingkat II Kampar yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang diperlukan bagi terlaksananya penelitian ini di daerah pemerintahannya; (4) Bapak Dr. Agustiar Syah Nur, M.A. sebagai konsultan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian berlangsung; (5) teman-teman sejawat di FKSS IKIP Padang yang telah ikut memberikan saran-saran dan pendapat dalam penganahsaan data penelitian ini; (6) semua informan yang telah dengan rela hati mengorbankan waktu dan tenaganya dalam memberi kan data yang sangat diperlukan.
■X
Kiranya hasil penelitian yang kami laporkan ini sedikit banyak akan dapat membantu melen^pi infonnaa kebahasaan Nusantaia pada umumnya dan bahasa Minan^abau pada khususnya. Ketua Tim Peneliti
DAFTAR ISI Halaman
KATAPENGANTAR
vii
UCAPAN TBRIMA KASIH
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA DAFTAR BAGAN
xv xvii
Bab I Pendahuluan
1
1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang
1 1
1.1.2 Masalah
4
1.2 Tujuan 1.3 Kerangka Acuan Teori 1.3.1 Fonologi 1.3.2 Morfologi
4 4 4 5
1.3.3
6
Sintaksis
1.3.4 Korpus
6
1.4
7
Metode dan Teknik
1.4.1 Pengumpulan Data 1.4.2 Pengolahan Data 1.5 Populasi dan Sampel 1.5.1 Populasi 1.5.2 Sampel Bab II Fonologi
7 7 8 8 9 10
2.1
11
Konsonan
XI
2.1.1 Kontras Minimal 2.1.2 Distribusi Konsonan
11 12
2.1.2.1 Labial
12
2.1.2.2 Alveolar
14
2.1.2.3 Palatal
16
2.1.2.4 Velar
17
2.1.2.5 Glotal
18
2.1.3 Gugus Konsonan
20
2.2
23
Vokal
2.2.1 Kontras Minimal 2.2.2 Distribusi Vokal
23 24
2.2.3 Bagan Distribusi Vokal
25
2.2.4 Peta Vokal
26
2J Diftong 2.3.1 Diftong Tengah 2.3.2 Diftong Tertutup 2.3.3 label Distribusi Diftong . 2.3.4 Peta Diftong
26 26 27 28 29
2.4
:.
Bunyi Prosedi
2.4.1
Tekanan Kata Dasar
2.4.2
Tekanan Kata Turunan
29 29' 29
2.4.3 Tekanan Kata Berulang 2.4.4 Tekanan Kata Kompositum Bab III Morfologi 3.1
3.1.1
..
Morfem
.30 31 32 32
Jenis Morfem
32
3.1.1.1 Morfem Bebas 3.1.1.2 Morfem Terikat
32 34
3.1.2 Proses Morfologis
53
3.1.2.1 Proses Afiksasi
53
3.1.2.2 Proses Klitisasi
53
3.1.2.3 Proses Modifikasi Intem
...
53
3.1.2.4 Proses Reduplikasi
54
3.1.2.5 Proses Kombin^i 3.1.3 Proses Morfofonemis
55 55
XII
3.13.1 Proses Asiinilasi 3.133 Proses Pengguguran 3.133 Proses Penambahan
55 51 52
-
33 Kata 33.1 JenisKata
••
33.1.1 KataBenda 33.1.2 KataKerja
i..........
63 ^3
63 67
33.13 KataSifat
73
33.1.4 Kata Keterangan 33.1.5 KataTugas
75 76
Bab IV Sintaksis 4.1 Frase 4.1.1 Frase Nomina 4.1.1.1 Kata Pewatas Kata Benda 4.1.1.2 Kata Benda Kata Pewatas
77 77 78 78 79
•
4.1.2 Frase Verba
4.1.2.1 Kata Pewatas Kata Keqa
.
4.133 Kata Keqa Kata Pewatas
4.13 Frase A(^ektiva
86
4.13.1 Kata Pewatas Kata Sifat 4.1.3.2 Kata Sifat Kata Pewatas 4.1.4 Frase Numeral
86 87 88
4.13 Frase Preposisi 4.2 4.2.1
Klausa Peran
4.2.2 Posisi
^7
4.2.2.1 Klausa Koordinat
4.23.2 Klausa Subordinat 433 Jenis 433.1 Klausa bast)
^3 ^7 ^7
433.2 Klausa nan 4333 Klausa a
433.4 Klausa Kondisional QQ
4.2.33 Klausa Perbandingan 4.23.6 Klausa Alasan
XIII
A23J Kkusa Perlawanan
100
4.23.8 Kkusa Tujuan
101
43 Kalimat 43.1 Kalimat Dasar 433 Kalimat Transfoimasi 433.1 Traiisfonnasi-Kalimat Tanya
101 102 104 104
43.43 Kalimat Negatif 43.23 Kalimat Iraperatif
106 107
4.33.4 Kalimat Pasif
107
43.23 Kalimat Mqemuk Bab V Ke^pulan dan Saran 5.1 Keampulan
108 112 112
53 Saran DAFTARPUSTAKA
113 114
LAMPIRAN 1 REKAMAN CERTTA RAKYAT DAN TERJEMAH-
ANNYA
116
LAMPIRAN 2 DAFTAR'KOSA KATA LAMPIRAN 3 PETA KABUPATEN KAMPAR
XIV
• 118 136,
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA
a. Singkatan FA
aspek frase adjektiva
FN
frase nomina
FNum
frase numeral
FPrep
frase preposisi
FV
frase verba
GK
Int
kata ganti kepunyaan kata ganti penunjuk interogatif
Imp
imperatif
K
kalimat
KB
katabenda
KBil
kata bilangan kata keija
As
CP
KK
KKd
kata keqa aktif kata keija bantu kata keija dasar
KKet
kata keterangan
KKa KKb
KKi
kata keqa intransitif
KKp
kata keqa pasif
K1
klausa
Klc
klausa keterangan cara
XV
Klk
klausa koordinAtor
Kls
klausa subc^dinator
^lattsaiceterangan tempat
Kit Klu
klausautama
Klw
Kp
klausa keterangan waktu kata penghubung
KS
kata sifat
KSd
kata tugas mun^ir
M Md
modal
mU
fflorfem ulang negatif objek perintah pengeras(intensifier) predikat preposisi
neg
0 P
Pg Fred
Prep Pw
pewatas
S
subjek tanya
b. Tanda 1
tekanan sekunder
tekanan primer
u
/ 1 # / ( )
i
>
fonemis
batas unsur gramatikal jeda opsional obligatori distransformasikan menjadi berarti
unsur dalam dapat berubah tempat
XVI
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Labial Hambat Tak Bersuara /p/ Bagan 2 Labial Hambat Bersuara/b/ Bagan 3 Labial Nasal/w/ Bagan 4 Labial Sentral /w/ Bagan 5 Alveolar Hambat Tak Bersuara/t/ Bagan 6 Alveolar Hambat Bersuara/d/ Bagan 7 Alveolar Getar //•/ Bagan 8 Alveolar Nasal/«/ Bagan 9 Alveolar Frikatif/s/ Bagan 10 Alveolar Lateral /// Bagan 11 Palatal Hambat Tak Bersuara(cj Bagan 12 Palatal Hambat Bersuara Bagan 13 Palatal Nasal/«/ Bagan 14 Palatal Sentral/y/ Bagan 15 Velar Hambat Tak Bersuara/fc/ Bagan 16 Velar Hambat Bersuara Igj Bagan 17 Velar Nasal/«/
Bagan 18 Glotal Hambat Tak Bersuara /?/ Bagan 19 Glotal Frikatif//z/ Bagan 20 Distribusi Konsonan Bagan 21 /z'/ Depan Tinggi Bahan 22 /e/ Depan Tengah Bagan.23 jaj Sentral Bawah XVII
■
13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 16 17 17 17 18 18 18
19 19 20 24 24 24
Bagan 24 /o/ Belakang Tengah ........ Bagan 25 /«/ Belakang Tiilggi Bagan 26 Distribusi Vokal
'25 ••
XVHI
25
• ••
■
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang dan Masalah
1.1.1
Latar Belakang
Kabupaten Kampar di Propinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh Kota di Propinsi Sumatra Barat saling berbatasan. Sekalipun dSihat daii administrasi pemerintahan kedua daerah itu berbeda, tetapi di antara keduanya terdapat persamaan-persamaan,baik secara historis maupun kultural. Di sekitar tahun 500—1400 di lembah Sungai Kampai Kanan dan Sungai
Kampar kiri terdapat sebuah daerah kolonisasi keiajaan Minangkabau yang biasa dikenal dengan istilah rantau. Sekalipun daerah rantau itu telah beijauhan letaknya dari alam Minangkabau yang terletak di dataran tinggi Bukit Barisan. tetapi di antara keduanya masih terdapat ikatan pohtik, ekonomi, dan budaya.
Daerah rantau ini mengalami kemajuan yang penting sekali dalam hubimgan niaga dengan daerah-daerah yang jauh berada di luar alam Minangkabau. Hubungan perdagangan ini sedemikian pentingnya sehingga daerah rantau itu. yang dikenal juga dengan nama "Minangkabau Timur", memegang peranan yang menonjol sekali dalam sejarah Minangkabau yang berpusat di Sumatra Barat itu(Mansoer, 1970).
Pfenduduk Minangkabau pada mulanya men^antun^can kehidupaimya
pada pertanian. Karena merasa terdesak, mereka membuka daerah-daerah baru yang subur sebagai akibat perkembangan "anak-kemenakan" yang semakin bertambah. Di antara daerah-daerah baru itu^
dikenal dengan istilah
bihak (Syahrir, 1980)—terdapat Luhak Limo Pubihan Koto 'Luhak Lima Puluh Kota' yang sebagian besar sekarang menjadi daerah Kabupaten lima 1
Puluh Kota, »dan^kan yang lainnya menjadi bagian dari Kabupaten Kampar
sekarang. Yang terakhir ini ialah Desa Kuok, Salo, Ban^dnang, Air Tiris, dan Rumbio.
Setelah berada di bawah administiasi pemerintahan yang berbeda selama
berpuluh-puluh tahun bahkan sampai sekarang, pada tahun 1960 kelima desa itu menyatakan diri kembali sebagai bagian yang bemaung di bawah apa yang dikenal dengan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), yaitu suatu lembaga tertinggi di Minangkabau yang mengunis masalah yang benalian dengan adat di Tanah Minan^abau (E>t. Bamuanso, 1981).
Informasi di atas jelas memperlihatkan bahwa sampai kini masih terdapat
hubungan kebudayaan yang erat antara daerah Minangkabau yang berada di bawah administraa pemerintahan Propinsi Sumatra Barat dengan Kabupaten
Kampar pada umumnya atau dengan kehma desa di Kabupaten itu pada khususnya. Hubungan kebudayaan ini, antara lain, adalah dalam penggunaan bahasa yang sama,yakni bahasa Minangkabau.
Dahlan (1977), antara lam, menyatakan bahwa di Kabupaten Kampar
bagian timur yang meliputi Kecamatan IJngga, Pangkalan Kuras, Biuut, dan Kuala Kampar tidak terdapat bahasa lain yang berpengaruh kecuali bahasa Melayu. Secara tidak langsung penemuan ini menunjukkan bahwa bahasa Minangkabau bukanlah merupakan media komunikasi bagi penduduk yang tinggal di daerah itu. Penelitian itu sebenamya secara implisit mengemukakan bahwa dalam membicarakan masalah yang berhubungan dengan bahasa
Minangkabau di Kabupaten Kampar titik perhatian mutlak ditujukan bukan ke daerah Kampar bagian timur, tetapi ke daerah Kampar bagian barat terutama sekali di dua kecamatan, yakni Kecamatan Bangkinang dan Kecamatan
Kampar yang di dalamnya terdapat hma desa yang dibicarakan di atas. Bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar mempunyai penutur yang
jumlahnya diperkirakan sekitar 100.000 jiwa (Kantor Sensus dan Statistik Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar, 1978). Bahasa Minangkabau di Kabu paten Kampar merupakan alat komunikasi yang penggunaannya lebih banyak bersifat informal. Bentuk fonnalnya ditemukan, antara lain, pada acara-acara
keadatan, Bahasa lain tampaknya tidak banyak berpengaruh kecuali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang penggunaaimya lebih banyak bersifat formal.
Berdasarkan gambaran situasi kebahasaan di daerah yang dibicarakan di atas, dapat diasumsikan bahwa bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar sedikit banyak telah mengalami interaksi dengan pengaruh-pengaruh laitmya. Hasilnya akan melahirkan berbagai variasi bahasa yang adakalanya dapat dilihat daii segj fonologisnya, morfo-sintaksisnya, atau semantisnya.
Mengingat bahwa penutur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar cukup banyak dan peranan yang dimainkan bahasa itu sebagai alat komunikasi penutumya, maka adanya suatu penelitian tentang bahasa itu dirasakan sekali urgensinya. Kenyataan ini diperkuat dengan keyakinan bahwa hasil penelitian itu akan besar sekali artinya bagi pelestarian dan pembinaan bahasa itu sebagai bahasa daerah yang menjadi bagian dari budaya nasional. Di pihak lain hasilnya diharapkan pula akan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori linguistik Nusantara. Begitu pula dengan diperolehnya ■ deskripsi kebahasaan bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar ini, akan dapatlah diharapkan bantuan untuk pemecahan masalah yang bertahan de ngan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada umumnya. Sebelum penelitian yang dOakukan ini, pernah diadakan penelitian-peneU-
tian lain yang juga mengambil bahasa Minangkabau sebagai objeknya. Sejauh yang dapat diketahui oleh tim peneliti, di bawah ini dikutipkan judul-judul penelitian tentang bahasa Minangkabau yang telah dilakukan.
(1) An Analysis of Minangkabau Phonology and Morphological Grammar of the Verb (oleh Be Kim Hoa Nio, Tesis, Indiana University, 1961). (2) Some Transformations in Mimngkabau (oleh Zainuddin HRL, Tesis, IKIP Malang, 1967).
-I (3) An Introduction to Minangkabau Morphology (oleh Mohd. Ansyar, Tesis, IKIP Malang, 1967).
(4) Struktur Minangkabau Dialek Lima Puluh Kota, Agam, Tanah Datar, dan Pesisir Selatan: Fonologi dan Morfologi(oleh Syahwin Nikelas dkk.,Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatara Barat, 1978).
(5) Struktur Bahasa Minangkabau Dialek Lima Puluh Kota, Agam, Tanah Da tar, dan Pesisir Selatan: Sintaksis (oleh Be Kim Hoa Nio dkk.,Proyek Pe nelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatara Barat, 1978).
(6) Morfologi dan Sintaksis Bahasa Minangkabau (oleh Be Kim Hoa Nio dkk., Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatra Barat, 1979).
(7) Kata Tugas Bahasa Minangkabau (oleh Syamsir Arifm dkk., Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatra Baiat, 1979). Kemudian sehubungan dengan penelitian bahasa yang ada di Kabupaten Kampar sendiri, telah dilaksanakan penelitian oleh Saidat Dahlan pada tahun 1977/1978 dengan judul "Hubungan Bahasa dan Dialek Melayu di Daerah Kabupaten Kampar Bagian Timur dengan bahasa-baha^ di Daerah Bekas Kei:ajaan Siak". Penelitian in! disponsori oleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sas tra Indonesia dan Daerah. 1.1.2
Masalah
Di atas telah disinggung bahwa interaksi yang teijadi antara bahasa Minang kabau dan faktor-faktor lain di luar bahasa itu akan melahirkan suatu bentuk
bahasa dengan ciri-cirinya sendiri. Masalah yang memerlukan penelitianpenelitian sekarang ialah bagaimana sesungguhnya struktur bahasa Minang kabau di Kabupaten Kampar secara fonologis, morfologis, dan sintaksis. 1.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mendapatkan data linguistik dan informasi yang lengkap mengenai struktur b^asa Minangkabau yang dipakai di Kabupaten Kampar. Struktur bahasa Minangkabau yang dipakai di Kabupaten Kampar meliputi sistem fonologi, morfologi, dan sintaksis. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat disumbangkan sebagai khazanahbahasa Indonesia. 1.3
Kerangka Acuan Teori
Struktur kebahasaan mencakup tiga komponen utama yang saling ber-
kaitan (Chomsky, 1965; Langacker, 1973). Komponen-komponen itu ialah (1) komponen semantis yang berperan sebagai penafsir maksud suatu kalimat,(2)komponen fonologis yang berperan sebagai penentu bentuk fonetis suatu kahmat, dan (3)komponen sintaksis yang menghasilkan struktur suatu kalimat. Setiap komponen itu terdiri dari seperan^at kaidah kebahasaan yang dipergunakan oleh penutur bahasa itu untuk mengawinkan maksud yang ingin dilahirkan dengan.urutan bunyi yang dihasilkannya. 1.3.1
Fonologi
Bunyi-bunyi suatu bahasa secara otomatis dan tanpa disadari oleh penuturnya tersusun menjadi unit-unit struktural yang disebut fonem (pike, 1956). Fonem secara garis besamya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yakni (1) vokal, yaitu semua bunyi yang produksinya berlangsung
tanpa adanya hambatan dalam rongga mulut ^hingga udara dengan lancar dapat mengalir dari paru-paru ke bibir dan(2)konsonan, yakni semua bunyi yang produksinya berlangsung melalui hambatan-hambatan dalam rongga mulut (Bloch dan Trager, 1942; Pike, 1956; Langacker, 1973; Wardaugji, 1976; Samsuri, 1980). Selanjutnya V9kal dapat pula dikelompokkan menjadi beberapa jenis yang dibedakan menurut keadaan lidah dan bentuk bibir pada waktu berartikulasi. Jenis-jenis konsonan dapat dibedakan berdasarkan tipe dan organ artikulasi yang terlibat di dalam mewujudkannya. Dalam menganalisa fonem-fonem, dipakai dua macam premis, yakni (1) bunyi bahasa mempunyai kecenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya dan (2) sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris (Pike, 1956;Samsuri, 1980).
Pike dan Samsuri selanjutnya menjelaskan bahwa di samping kedua premis di atas dapat pula dipergunakan dua macam hipotesis keija, yakni(1)bunyibunyi bahasa yang secara fonetis mirip hams digolongkan ke dalam kelaskelas bunyi atau fonem yaiig berbeda apabUa terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama atau yang mirip dan(2)bunyi yang secara fonetis mirip serta terdapat di dalam distribusi yang komplementer hams dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi yang sama(fonem yang sama). 1.3.2 Morfologi
Satuan makna terkecil dinamakan morfem (Langacker, 1973). Dalam menganalisis morfem, Samsuri mempergunakan beberapa prinsip pokok sebagai berikut.
(1) Bentuk-bentuk yang selalu muncul dengan makna sama termasuk mor fem yang sama; (2) Bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-fonem) yang mempunyai makna yang sama, termasuk morfem yang sama apabila perbedaannya dapat diterangkan secara.fonologis;
(3) Bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih dapat dianggap sebagai alomorf-alomorf dari morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan-perbedaan itu dapat diterangkan secara morfologis;
(4) Bentuk-bentuk yang sebunyi (homofon) merupakan (a) morfem yang berbeda apabila berbeda maknanya;(b) morfem yang sama apabila maknanya yang berhubungan (atau sama) diikuti oleh distribusi yang ber-
6
laman;(c) motfem^morfem yang berbeda,b&rpxm matknanya berhubungan, tetapi sama distribusinya. 1.33
Sintaksis
Sintakas mengandung priDsip-pnnsip yang memungkinkan sekelompok kata membehtuk kalimat-kalimat yang dapat diteiimdi (acceptable) dan me-
masing-masing pada struktur lahir (Larigacker, 1973). Sdanjutnya dijelaskan bahwa pembentukan struktur lahir kebahasaan itu melibatkan tigas aspek, yakni (1) susunan morfem seo2^i2i MtdLi flinear anangement), (2) susunan mbrfem sec^xdi hiexBxkh (hierarchical arrangement), dan (3) tipe-tipe unit morfem yang menjadi isi struktur itu.
Pembentukan • struktur lahir kebahasaan ini mengandung pengertian bahwa:
(a) morfem sebagai unsur struktur sintaksis menempati posisi-posisi tertentu
liienurut kaidiah-kaidah yang berlaku; (b) struktur sintaksis mengandung berbagai satuan, morfem /coMs/ffwewr), mulai dari kalimat sbbagai satuan terbesar sampai dengan morfem sebagai satuan terkecil; dan
.
r
(c) satuan-satuan morfem mempunyai tipe-tipe tertentu, mulai dari tipe kalimat sampai dengan tipe morfem. Oleh karena itu, analisis struktur sintaksis berpijak pada prinsip-prinsip keba hasaan universal yang meliputi dua hal sebagai berikut.
(a) Kalimat dibedakan atas kalimat dasar (kalimat yang mengandung satu preposisi) dan kalimat transformasi (kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu preposisi). (b) Kalimat terdiri dari satuan-satuan morfem, yakni klausa (klausa bebas dan klausa terikat), frase (dengan unsur inti daii modifikator), serta kata (leksikal dan struktural).
1.3.4 Ko^us Samarin (1960) menjelaskan bahwa untuk dapat mendeskripsikan struk tur suatu bahasa yang menyangkut a^ek fonologi dan morfosintaksis diperlu-
k^ kpipus yang baik dan sebanyak-banyaknya. Uhtuk mendapatkan korpus yang baik ini dipakai beberapa kriteria yang perlu dipenuhi, antara lain, (1)keseragaman ditinjau dari segi dialek (dialecticatty uniform);(2)alamiah,
karena itu tidak artifisial; (3) bervariasi menurut umur, kelamin, dan kedudukan sosial;(4)lengkap; dan (5)menarik. 1.4
Metode dan Teknik
1.4.1 Pengumpulan Data
Penelitian ini mempergunakan metode analitis deskriptif. Semua data yang terkumpul ditranskripsikan untuk selanjutnya diolah melalui analisis, pengelompokan, dan akhimya sampai kepada kesimpulan. Kesimpulan ini akan bersifat deskriptif.
Untuk pengumpulan data nonlinguistis dipakai teknik observasi. Teknik obseivasi ini, antara lain, untuk penentuan populasi, sampel, informan, dan peta daerah bahasa yang diteliti, sedangkan untuk data linguistis dipergunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan bimbingan suatu daftar wawancara yang berisi daftar kata dan kaUmat dalam bahasa Indonesia. Daf tar ini selanjutnya tersusun menurut kebutuhan objek penelitian. Daftar kata yang terdiri dari kelompok kosa kata tertentu ditampilkan pada urutan terdahulu. Daftar ini dimaksudkan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data bahasa yang diteliti dari segi fonologi.
Pada kelompok lain ditampilkan pula sejumlah kata yang dipertimbangkan bukan dari segi kelompoknya, tetapi dari segi pertumbuhannya secara morfologis. Kata-kata yang ditulis dalam bahasa Indonesia ini dipakai sebagai alat untuk pengumpulan data kebahasaan yang menyangkut bidang morfologi yang diteliti.
Kelompok terakhir terdiri dari sejumlah dan berbagai ragam struktur kaU mat dalam bahasa Indonesia. Kelompok ini dimaksudkan sebagai alat pe-
ngumpul data kebahasaan yang bertaUan dengan bahasa dari segi sintaksis. Kedua teknik yang telah dikemukakan di atas dilengkapi dengan teknik rekaman. Berdasarkan daftar wawancara yang telah tersusun, informan di-
minta bercakap-cakap dalam bahasanya sendiri. Segala upaya diusahakan supaya ucapan itu tidak hanya merupakan teijemahan yang dipengaruhi oleh pola bahasa instrumen. Kemudian segala ucapannya itu direkam untuk selan jutnya dapat ditranskripsikan. 1.4.2 Pengolahan Data
Dalam peneUtian ini pengolahan data meliputi pendeskripsian rekaman data dan pengklaafikasian data. Pengklasifikasian data meUputi bidang fono logi, morfologi, dan sintaksis.
"'i4
8
1)Fonologi
Pengklasifikasian data fonologi dflakukan dengan mencarikan : (a) pasangan minimal(minimal pair), (b) persamaan fonetik, (c) distribusi komplementer,atau (d) pola simetris. 2)Morfologi
Pengklasifikasian datajnorfologi dilakukan dengan cara:
(a) membandingkan satuan yang selalu muncul dan mempunyai makna yang sama; dan
(b) mengadakan penggantian (substitusi). 3)Sintaksis Pengklasifikasian data sintaksis dilakukan secara :
(a) membandingkan kedudukan kata dalam kalimat; (b) mencari komponen kalimat; dan (c) membandingkan macam-macam pola kalimat dasar dan kalimat transformasi.
1.5
Populasi dan Sampel
1.5.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah masyarakat pemakai bahasa Mmangkabau di Kabupaten Kampar yang beijumlah kira-kira 100.000 penutur. Karena luas-
nya daerah serta besarnya jumlah populasi penelitian, maka diambil kebrjaksanaan untuk menetapkan lokasi penelitian.
Ada empat hal yang dijadikan landasan pertimbangan untuk menetapkan lokasi penelitian, yaitu:
(a) tempat dan tenggang waktu yang mungkin dicapai; (b) data yang diperoleh yang diperkirakan dapat menipakan gambaran umum dari keseluruhan;
(c) latar belakang kebudayaan masyarakat pemakai bahasa Minan^abau itu sendiri;
(d) keseragaman bahasa ditinjau dari segi dialek.
9
Berdasarkan pertimbangan di atas dan dengan asumsi bahwa pemakai bahasa MinangHabau menempati Kabupaten Kampai sebelah barat terutama di Kecamatan Bangkinang dan Kecamatan Kampar,maka penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat. Tempat itu ialah di ibu kota kabupaten yang me* rupakan tempat bercampumya sub-sub dialek yang ada di sebuah ''nagaii^' atau desa yang dipandang kira-kira dapat mewakili desa-desa lainnya, serta yang diasumsikan sedikit sekali terpengaruh oleh bentuk dan lagam subdialek lainnya. Kedua lokasi penelitian itu diasumsikan mempunyai dialek yang sama. Dengan demikian. ditetapkanlah lokasi penelitian ini di (l)kota Bang kinang(ibu kota kabupaten)dan(2)Air Tiris Cnagari"). 1.5.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini ialah empat orang penduduk asli dari tiap-tiap lokasi penelitian itu. Ketetapan ini diambil semata-mata berdasarkan pertimbangan praktis dan keperluan akan adanya variasi data sebagai pembanding. Berdasarkan jumlah yang telah ditentukan, terdapat dua orang lelaki dewasa untuk setiap lokasi, sedangkan yang lainnya merupakan wanita yang umumya sudah di atas 16 tahun. Sampel yang menjadi infoiman ini telah diseleksi sedemikian rupa sehingga yang dgadikan informan ialah mereka yang men^iabiskan sebagian besar hidupnya di kampung aslinya. Alasan yang demikian diambil supaya data yang diperoleh tidak akan banyak terpengaruh oleh unsur-unsur bahasa lainnya.
BABH FONOLOGI
Dalam bab ini dibicarakan fonem-fonem yang terdapat dalam bahasa
Minangkabau di Kabupaten Kampar. Fonem-fonem ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni fonem-fonem konsonan dan fonem-fonem vokal. Kemudian di samping kedua kelompok fonem itu dibicarakan pula hal-hal yang bertalian dengan diftong. Akhimya, laporan tentang fonologi bahasa Minan^abau di Kabupaten Kampar dilengkapi pula dengan ciri prosodi.
Untuk memperoleh kesimpulan teiitang jenis konsonan,data-data dikelom-
pokkan menurut kontras minimal, sedangl^ distribusinya dianalisis meMui tabel distribusi konsonan. Dalam distribusi konsonan dibicarakan satu per
satu kelompok konsonan, yang dimulai dari analisis labial, alveolar, palatal, velar, glotal. Selanjutnya dideskripsikan pula sistem pengelompokan konso nan dengan gugusaimya yang bertujuan untuk mendeskripsikan strukturstruktur fonemis bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar. Akhirnya, dibuatkan sebuah peta konsonan Analisis fonem-fonem vokal dimulai dari kontras minimal serta distribusi
dan tabel distribusinya. Fonem-fonem vokal ini akan dibicarakan satu per
satu, yang meliputi vokal depan tinggi, vokal belakang tengah,dan vokal belaWang tinggi Peta fonem vokal dibuatkan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang vokal-vokal yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar.
Diftong dibuatkan distribuanya dan tabel distribusinya. Untuk melihat ciri-ciri prosodi, dianalisis tekanan kata dasar, tekanan kata tuning,tekanan kata berulang,dan tekanan kata konpositum.
r^^'Fiirp"Js tajc a.a m rus^T rf:'T@!NAAN dam
I DEPARTEMEN Pr-'D'DiKAN D-' N KESni
11
2.1
Konsonan
Dalam pembicaxaan konsonan akan dibahas tentang kontras minimal, distribusi konsonan,dan guguskonscman. 2.1.1
Kontias Minimal
Untuk menentukan apakah bunyi-bunyi yang mirip secara fonetis merupakan fonem yang berbeda atau tidak, dipakai pasangan minimal. Pasangan minima]itu adalah sebagai berikut.
vs /b/ /parag/ 'petang' IpolamI 'mangga' Ipontawj 'ikan'
(1) IpI
(2) IpI
IboUan/ IbontawJ
'batang' 'burung' 'bundar'
vs /m/
ilipej ipoii lsope?l (3) jpi
/batag/
'lipas' 'pergi' 'ikan'
flimel Imoil /some?/
'limas'
pcowi/ /kawan/ /cawua?/
'dipan'
'mari'
'peniti'
vs M
('kopif
'kopi' jkapanj 'kapan' jcapua?! 'capuk'
(4) ft'l vs /d/ 'tepat' /tope?/
Icawan' 'nisak'
'tulang'
/dulcaj!
'dapat' 'dulang'
'botak'
jboda?/
'bedak'
(5) /t/ vs /c/ 'atap' /ato?/ /tomat/ 'tomat' 'tepat' /tope?/
/aco?/ Icomat/ /cope?!
'camat'
(6) /c/ vs /// fcari/ 'can' jud/ 'nenek Ikoaty?/ 'takut'
/jari/ /uji/ /kojuy?/
/tulatfl Ibota?/
ldope?l
'sering' 'cepat'
'jari' 'uji'
12
(7) /fc/ vs /g/ Tdlo' /kilo/ /karam/ Tcaram' /kiki?/ Tdkir' (8) /h/
/?»&>/ /garam/ /gigi?/
'garam' W
vs /?/
/golah/ 'galah' /tumbudh/ 'tumbxih' /togah/ larang' (9) Jm/ vs /n/ /domam/ 'demam' /mahm/ 'malam' /dalam/ 'dalam'
/gala?/ /tumbua?/ /toga?/
'tumbuk'
/doman/ /malm/ /dalm/
'demang' 'malang' 'gfla'
'tertawa' 'berdiri'
(10) /m/ vs /h/
/mandamuy?/ 'muram' /mandaniQ/?/ 'mendenyut' /bakanimuy?/ 'berbungkus' /bakarmuy?/ 'berkerut' /amtw/ 'aduk' /aniw/ anyir (11) /m/ vs /«/ 'semak' /soma?/ 'ibu' /arm?/ 'terkejut' /tagorrum/
/x>m?/ /am?/ /tagonm/
'keluarga' 'anak'
'tergenang'
(12) /«/
vs /«/ /bom?/ 'benak' 'banyak' /bom?/ /army?/ 'anut' /army?/ 'haayut' /manmkuy?/ 'menelungkup' /manmkuy?/ 'menyangkut'
(13) /«/
vs h! 'jalan' //dim/ 'rawan' /ramn/ /danaw/ 'danau'
(14) /n/ vs /»/ 'beri' /dno?/ /manolam/ 'menyelam' 'banyak' /bom?/
//ala^/ /rawm/ /dmaw/
'rawang' 'gubuk'
/orv>?/
'bodoh'
/mayolam/
'menghambat'
/bom?/
'tolol'
13
Berdasarkan pasangan-pasangan minimal di atas, temyata bahwa fonem bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar yang secara fonetis mirip adalah fonem-fonem yang berbeda. Fonem-fonem itu adalah jpj, Ibj, jml, Iwj,
hi. Hi, jcj, Hi, Ikl, Igl, Ihl, l?l, Inj, jr^l, dan /«/. 2.1.2
Distribusi Konsonan
Untuk melihat distribusi konsonan yang telah ditemukan di atas, berikut ini diturunkan bagan-bagan yang memperlihatkan distribusi konsonan-konsonan itu. 2.1.2.1
Labial
Berikut ini diturunkan bagan distribusi labial, yaitu labial hambat tak bersuara,labial hambat bersuara, labial nasal, dan labial sentral.
BAGAN 1
LABIAL HAMBAT TAK BERSUARA : /p/ Tengah
Awal
Akhir
'lapang' jpadusij 'perempuan' llapanj 'jsobapl 'sebab' jpanantenj 'pengantin' Ikapaloj 'kepala' , jkitapj 'buku' jpipi! 'pipi' Imampolayj 'mempelai' Ibacakapl 'berkata'
BAGAN 2
LABIAL HAMBAT BERSUARA : /Z?/ Awal
ibuja^l
'bujang'
Ibotif
'betis'
ibo^ij
'marah'
Tengah
Itabu/ iibo! jlabo!
Akhir
'tebu' 'hiba' Taba'
_
—
-
14
BAGAN 3
LABIAL NASAL : /m/ Tengah
Awal
Imaluj
'malu'
Imarppoj 'mengapa'
jmii^gul
'Minggu'
Akhir
/somboij/
'sombong'
Idimanol /urmi
'di mana' 'rumah'
lomml IdalamI litamj
'enam'
'dalam' 'hitam'
BAGAN 4
LABIAL SENTRAL:/wf Tengah
Awal
Iwaa^l
'kamu'
Iwalij /wasi?f
'wall' 'wasit'
2.1.2.2
Jkawanl lawa?j lawan/
Akhir
'teman' Tdta'
-
'awan'
Alveolar
Berikut ini diturunkan bagan distribusi alveolar, yaitu alveolar hambat tak bersuara, alveolar hambat bersuara, alveolar getar, alveolar nasal, alveolar frlkatif, dan alveolar lateral. BAGAN 5
ALVEOLAR HAMBAT TAK BERSUARA : /?/ Awal
Tengah
Akhir
jtumi?!
'tumit'
'telinga'
llutui?/ Iete?l
'lutut'
ltalir}ol Itadil
'tadi'
Ipotatfl
'petang'
'bibi'
-
15
BAGAN 6
ALVEOLAR HAMBAT BERSUARA ; jdj !
jdeyenj Idadoj
'saya' 'dada'
jdoso!
'dosa'
Akhir
Tengah
Awal
jmudol jdudua?! jladol
'muda' 'duduk' 'lada'
BAGAN 7
ALVEOLAR GETAR : /r/
Tengah
Awal
jraguj /risawl
'ragu' 'risau'
Irii^anj
'ringan'
j
lluruyl jtarompal
'lurus' 'sandal'
Ihoreij
'berat'
Akhir
Ibaharl Imotorj Isupirj
'Bahar' 'motor' 'sopir'
Sekalipun pada bagan di atas dijumpai juga jrj pada posisi akhir, tetapi terdapat tanda-tanda bahwa kehadiran /r/ itu hanyalah pada nama orang atau kata pungutan. Dengan kata lain, tidak dijumpai konsonan //•/ pada posisi akhir. BAGAN 8
alveolar nasal: /n/
Tengah
Awal
lm?l Inonej Inamol
'anak' 'nenas' 'nama'
|
Akhir
'penokok'
Ipyganj
/kontayl
'kentang'
liando]
'janda'
ItimbunI 'timbun' jeten] 'itu'
jpanoko?!
'piring'
16
BAGAN 9
ALVEOLAR FRIKATIF : /s/ Tengah
Awal
Isiapol Isompi?! jsobi?!
'siapa' Idisikol 'sempit' Ikorsij 'sabit' llosuar}!
'di sini' 'kursi'
'lesimg'
Akhir
llusj ItasI IkasI
los' 'tas' 'kas'
BAGAN 10
ALVEOLAR LATERAL : /// Tengah
Awal
llolo?l llumyl llimol
'tidur' 'lums' 'lima'
fbaselo! Ibalaril ImalamI
'bersila' 'berlari' 'malam'
Akhir
jrolj 'roT. jmambual! 'membual' Isandal/ 'sandal'
2.1.2.3 Paktal
Berikut ini diturunkan bagan distribusi palatal, yaitu palatal hambat tak bersuaia, palatal hambat bersuara, palatal nasal, dan palatal sentral.
BAGAN 11
PALATAL HAMBAT TAK BERSUARA : /c/ Tengah
Awal
lcie?l Icipuy?!
'satu' 'siput'
lcoi}kehl
'cengkih' Ikucia^l
Imonci?! Ipucuy?!
Akhir
'tikus'
'pucuk' 'kucing'
—
—
17
BAG AN 12
PALATAL HAMBATBERSUARA: /// Tengah
Awal
Ijambul jjaml Ijolehl
'j-ambu' Ipanjaul 'jam' Ibajul 'jelas' /sonjoj
'panjang' 'baju' 'senja'
Akhir
-
BAGAN 13
PALATAL NASAL : /«/ Tengah
Awal
lhamua?! Inaol Inatol
'nyamuk' lbana?l 'banyak' 'nyawa' ImmolamI 'menyelam' 'nyata' Imdhala?! 'menyalak'
Akhir
—
BAGAN 14
PALATAL SENTRAL: /y/ Awal
lyakinl lyol lyayal
'yakin' Isayaijl 'ya' Ipayuayl 'Yahya' Ikayul
Tengah
'saiang' 'payung'
Akhir
-
Icayu'
2.1.2.4 Velar
Berikut ini ditumnl^ bagan distribiKi velar, yaJtu velar hambat tak bersuara, velar hambat bersuara, dan velar nasal.
t8 BAGAN 15
VELAR HAMBATTAKBERSUARA : pel Tengah
Awal
/kami/ fkoniaijl jkutia?!
'kami' jmerekaj Tcening' jkakil Tcetiak' jbakatoj
Akhir
'mereka' Icaki'
—
Iserkata'
BAGAN 16
VELAR HAMBAT BERSUARA : jgi Tengah
Awal
igUoj Igolmjl jgodai}!
'gila' jtigoj 'gelang' Idaguj Tjesar' jlagani
Akhir
'tiga' 'dagu' "batu lada'
—
BAGAN 17
VELAR NASAL: jrfi Awal
Tengah
Akhir
ItjUuj jiyirayl
'ngilu' jtaijanj 'ngarai' jma^vjadai
'tangan' jtulcajl 'menengadah' jleiyi^l
jtyilcij
'ngalau' ja^mj
'angin'
jdagia^l
'tulang'
lengang' 'daging'
2.1.2.5 Glotal
Berikut ioi diturunkan bagan distribusi.glotal, yaitu glotal hambat tak bersuara dan glotal fiikatif.
19 BAGAN 18
GLOTALHAMBATTAKBERSUARA: I?I Tengah
Awal
lki^i?la^i?l —
—
lci?Me?l lba?apol
Akhir
'fengit-langit' lobm?l 'ayah Isuyuy?! 'kumis' 'tahi lalat' Hayguy?! 'jenggot' 'mengapa'
BAGAN 19
CLOTALFRIKATIF: /A/ Tengah
Awal
Akhir i
—
—
Irahmj jtahanl Imahel
'rahim' 'tahan' 'mahal'
i layahj lomahl /sapuahl
'ayah' 'kakak' 'sepuh'
Berdasarkan deskripsi distribusi konsonan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa konsonan-konsonan labial, seperti labial hambat tak bersuara jpj dan. labial nasal /m/ menempati posisi-posisi awal, tengah, dan akhir, sedangkan konsonan labial hambat bersuara jb/ dan labial sentral /w/ hanya menempati posisi-posisi awal dan tengah saja.
Konsonan-konsonan alveolar, seperti alveolar hambat tak bersuara /?/ dan alveolar hambat bersuara jdj hanya menempati posisi-posisi awal dan tengah saja, sedangkan alveolar getar /r/, alveolar nasal /«/, alveolar frikatif /s/, dan alveolar lateral /// menempati posisi-posisi awal, tengah, dan akhir. Konsonan-konsonan palatal seperti palatal hambat tak bersuara /c/, palatal hambat bersuara ///, palatal nasal /«/, dan palatal sentral /y/ hanya menem pati posisi-posisi awal dan tengah saja. Konsonan-konsonan velar, seperti velar hambat tak bersuara /k] dan velar hambat bersuara /g/ hanya menempati posisi-posisi awal dan tengah saja, se
dangkan velar hambat /^/ menempati posisi awal, tengah, dan akhir.
20
Konsonan-konsonan glotal, seperti glotal hambat tak bersuara /?/ dan glotal frikatif /h/ hanya menempati posisi-posisi tengah dan akhir saja. Untuk jelasnya di bawah ini dibuatkan bagan yang menggambarkan distribusi konsonan-konsonan itu. BAGAN 20
DISTRIBUSIKONSONAN Konsonan
iPi Ibl H M Itl Idl M M M m h! /// m M N Igl
b! I?l N
.
Awal
Tengah
Akhir
+
+
+
+
+
+
+
—
+
+
+
—
+
+
—
+
+
+
+
—
+
+
+
+
+
+
+ +
+
+
+
+
—
+
+
—
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
, +
—
—
—
—
+
+ +
2.1.3 Gugus Konsonan
Gugus konsonan dalam bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar adalah sebagai berikut:
1)
Impr
Itampuayl ll^dmpua^l
'tampung' Tcecimpung'
21
llampul lompe?l lampunj
2)
3)
4)
ImbI
IntI
Indl
joinbe?! lamhol IrmmbaxI /manumbua?! Imambuall
llantayl Imantimunl Imintuol IpintuI Ibontua?!
IncI
/«//
lantai'
'mentimun' 'mertua'
'pintu' iDentuk'
'dinding' 'pendek'
/oncu/ Iranca?!
'bendi' 'babi'
'adik perempuan itu' 'bagus'
Imuncua^l
'mulut'
Igonca^l
'guncang' nDahan pewama'
Ij'onj'i/ Imonjol
IgunjUqjl Itunjm?!
1^1
'membual'
'janda'
Ipanjar}!
7)
'memberi' 'menumbuk'
Idindiayl
Igincul
6)
Tiambat' Tiamba'
Ijandol jpanda?! Ibendil jkondia?!
5)
lampu' 'empat' 'ampun'
Imancorjko^l
Ipa^l Iraijkiw}! Iti^kulua?!
'janji' 'panjang' 'manja' 'gunjing' 'tunjuk' 'tungku' Ijeijongkok' 'pangkal' lumbung padi' 'selendang'
22
8)
Ipa^gatjl lrot}guy?l
liJgL
'bakar'
'renggut'
lmguy?l la^gua?!
'janggut' 'angguk' 'longgar'
Iloijgal
Berdasarkan data di alas ternyata bahwa fonem-fonem Imj, jnl, dan /n/ dapat menempati posisi pertama pada gugus konsonan, sedangkan posisi kedua ditempati oleh fonem-fonem jpj, jbl, jtj, jdj, Icj, jH, jkl, dan /g/. Secara formulatif gugusan itu dapat digambaikan sebagai berikut.
(P )
(1)
(m)
(2)
(n)
(3)
(9)
Konsonan-konsonan yang telah ditemukan dapat dilibat pada peta konso nan berikut ini. PETA KONSONAN
Malaran
Tak Malaran Hambat
Labial
p
b
Alveolar
t
d
Palatal Velar
c k
j g
Glotal
1
Getar
Nasal
r
n
Frikatif
Lateral
m
Sentral
w s
n
1 y
9 h
23
2.2
Vokal
Dalam pembicaraan vokal akan dibahas tentang kontras minimal, distribusi vokal,label distribusi vokal, dan peta vokal. 2.2.1
Kontras minimal
Untuk menentukan apakah vokal-vokal yang mirip secara fonetis adalah fonem-fonem yang berbeda atau tidak, vokal-vokal dianalisis melalui konti:as minimal. Kontras minimal itu adalah sebagai berikut.
(1) /i/vs lei Isatil lkuli?l lci?l
'sakti' Tculit' 'tahi'
Isatel fkulell lce?l
'sate' Tculat'
'cis'
(2) '/i/vs /«/
/Ml/ IgiTol Isikol (3) lei vs lol Itempel
'suami'
'gila' 'sini'
llakul Igulol Isukol
Taku'
'gula' 'suka'
'tempoh' 'napas' lembap'
'tempe' 'panas'
Itempol
lar}e?l llombe?l
'lambat'
lhmbo?l
Tcerat'
lkara?l ltapa?l lloba?l
'kerak'
Ibaol Ibondl Ibatol
"bawa'
lai)o?l
(4) lei ys lal
Ikarel ltape?l llobe?l (5) M vs lol Ibaul Ibundl IbatuI
'tepat' 'lebat'
Tjahu' Tjuncis' Tjatu'
'telapak' lobak'
"benci'
'bata'
(6) lul vs lei Ibml Ibukol Idorul
Tjahu' Tjerbuka'
'deru'
Ibael Ibekol Idorel
lempar' 'nanti'
'deras'
24
(7) /o/ .vs /a/ lotol Ibakal Ibantaf 2.2.2
'mobil' "bakar' Tiantal'
lotaI jbakol
'omong' Tceluarga ayah'
ibantoj
'nunput'
Distribusi Vokal
Untuk memperlihatkan distribusi vokal yang telah ditemukan di atas, berikut ini diturunkan bagan distribusi vokal-vokal itu. BAGAN 21
/i/ DEPAN TINGGI Awal
jiboj "hiba' jikoj 'ini' jitamj liitani'
jgiloi jsikoj
Tengah
Akhir
'gila' 'sini'
Ikandi-kandij 'pundi-pundi' ipagif 'pagi' ipangij 'perigi'
jdindiaqj 'dinding' BAGAN 22
/e/DEPAN TENGAH Tengah
Aviral
lelo?l 'bagus' jete?! 'etek' ienjoj 'tarik'
jkapeh! 'kapas' jsakete?! 'sedikit' jmqai 'mqa'
Akhir
Ikorej jlimobolej jcomel .
'keras" lima belas' 'cemas'
BAGAN 23
/a/ SENTRALBAWAH Tengah
Awal
jadia?! 'adik' iato?! 'atap' jabij 'alu'
fbapd?! jlolo?!
"bapak' 'tidur'
ibalayoj 'belanga'
Akhir
jdaraj jumal Itobaj
'darah' 'rumah' 'tebal'
25
BAGAN 24
/o/ BELAKANG TENGAH Tengah
Awal
lono?l Tjodoh' jotaj 'omong' loya?l 'hoyak'
Ikorico)! jtorca}!
Tcering^ 'terang'
IkelamI
'gelap'
Akhir
Itimbol llamoj jbuayol
'timba' Tama' T)uaya'
BAGAN 25
/u/ BELAKANG TINGGI Tengah
Awal
juo!
'kakak'
jule?! 'ulat' lusuahl 'sedih'
Akhir
Isumondol 'semenda' Ipadusil 'perempuan' lluruyhl 'lurus'
loncuj jdaguj Iragul
'adik ibu' 'dagu' 'ragu'
2.2.3 Bagan Distribusi Vokal Berikut ini dapat dilihat bagan distribusi vokal.
BAGAN 26
DISTRIBUSI VOKAL Awal
Tengah
i
+
+
+
e
+
+
+
+
Vokal
Akhir
a
+
+
0
+
+
+
u
'+
+
+
26 2.2.4
PetaVokal
Berikut ini dapat dilihat distribusi peta vokal. Depan Tinggi
Belakang
i
Tengah
u
e
Bawah
2.3
Sentral
0 a
Diftong
Sebegitu jauh telah ditemukan dua jenis diftong, yaitu diftong tengah (centring diphthong)dan diftong tertutup (closing diphthong), 2.3.1
Diftong Tengah
Diftong tengah terdiri dari /w/ dan luaj yang pemeriannya dikemukakan berikut ini.
(1) N Diftong ini terdapat pada posisi tengah seperti contoh berikut ini.
[ambia?!
'ambil'
Ikambiw}!
'kambing' 'tergiling'
Di samping menempati posisi tengah, diftong fiaj dijumpai juga pada posisi terakhir, seperti contoh berikut ini.
jsambial Ikapiaj Igalial
'sambil' Tcafir' 'galir'
(2) jua! Diftong(uaj dijumpai pada posisi tengah seperti contoh berikut ini.
ftunjua?!
'tunjuk'
fmasua?! Iborua?!
^masuk' 'beruk'
27
Selain itu, diftong ini dgumpai juga pada posisi akhir seperti contoh berikut ini.
Idapual Ikapml Ikondual
'dapur' Tapur' Tcendur'
2.3.2 Diftoi^ Trartutup
Dalam bahasa Minangkabau Kabupaten Kampar dijumpai lima macam dif tong tertutup, yakni /uy/, /oy/, /ary/, /nv/, dan /arw/. (1) M Diftong luyl ditemukan pada posisi tengah seperti contoh berikut ini.
Isujuy?!
'sigud'
pcabuy?! Irumptty?!
Tcabut' 'rumput'
Di samping itu, diftong ini juga digumpai pada posisi akhir seperti contoh ber ikut ini.
Ilubtyl jobuy! Ipotuyl
lolos' 'rebus' 'petir'
(2) loyi Diftong /oy/ dijumpai pada posisi tengah seperti contoh berikut ini.
/moy?/ /soy?/ /toy?/
'mayat' 'Said' Thaib'
Di samping itu,diftong /oy/ ini dqumpai pula pada posisi akhir seperti contoh berikut ini.
/oy/ /boy/
'seruan' 'Boi'
(3) /to?/ Seperti halnya dengan diftong-diftong sebelumnya, diftong /ay/ menem-
pati posisi akhir atau posisi tengah. Yang menempati poasi akhir d^umpai pada kata^ata seperti berikut ini.
28
Ipandayl Icorayl llonjayl
'pandai' 'cerai'
'tinggi kunis'
Diftong yang menempati posisi tengah dijumpai pada kata-kata seperti berikut ini.
IkapandayanI Ihuayanj IsampayanI
Tcepandaian' T^uaian' 'sampaikan'
(4) /rw/
Diftong Jiw! hanya dqumpai pada posisi akhir seperti halnya pada katakata berikut ini.
//iw/ Ikambiw/ IgambiwI
'leher'
Tcelapa' 'gambir'
(5) /aw/
Diftong /aw/ juga hanya dijumpai pada posisi akhir seperti halnya pada kata-kata berikut ini.
/pagaw/ /detaw/ /ijaw/
'destar'
Tiijau'
2.3.3 Bagan Distribusi Diftong
Berikut ini dapat dilihat bagan distribusi diftong bahasa Minan^abap di Kabupaten Kampar. Diftong
Awal
Tengah
Akhir
la
+
+
ua
+
+
uy
-
oy ay
iw aw
-
-
+
+
+
+
+ -
—
+ +
+
29
2.3.4 Peta Diftong
Berikut ini dapat dilihat peta diftong bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar.
2.4
Ciri-ciri Prosodi
Seperti telah dikemukakan pada permulaan bab ini, penganalisisan fonologi dititikberatkan pada fonem primer. Peranan ciri-ciri prosidi dalam bahasa yang diteliti ini hanya bersifat kualitatif karena itu bukan fonemik. Deskripsi yang menyangkut ciri-ciri prosodi ini hanyalah tertuju kepada tekanan kata yang cara pengucapannya tidak dihubungkan dengan pengaruh lagu kalimat. Tekanan kata bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar secara fonetis dapat dibedakan atas tekanan primer, tekanan sekunder dan tekanan lemah. Tekanan primer ditandai dengan /"/, tekanan sekunder ditandai dengan /V, sedangkan tekanan lemah tidak diberi tanda apa-apa. 2.4.1
Tekanan Kata Dasar
Kata dasar mendapat tekanan primer pada silabi kedua dari akhir, sedang kan silabi lainnya mendapat tekanan lemah. Contoh:
2.4.2
Iboniahl Imantimunl
'benih' 'mentimun'
Ihilimlmtiajjl
Icalimunting'
Tekanan Kata Tuninan
Tekanan kata tuiuinan dibedakan atas tekanan yang terdapat pada kata da sar berakhiian tekanan pada kata dasar berawalan serta berakhiran. Pada kata dasar berakhiran, tekanan primer jatuh pada silabi akhir, sedang kan silabi-silabi lainnya mendapat tekanan lemah.
30
Contoh:
ldudu?dnl IUajfko?il Iduridnl
'dudukkan' 'tan^apf 'durian'
Kata dasar berawalan dan befakhiran mendapat tekanan primer pada sflabi kedua dari akhir dan tekanan sekunder pada sflabi pertama. Sflabi-sflabi lainnya mendapat tekanan lemah. U
Contoh:
y
'
lditiJunkuy?anl Idipalakianj
'ditelengkupkan' Tcawinkan'
Idilocuyfanl
'dflecuti'
IbajauahanI
Tjeijauhan'
IbdparetOTjanI
'diperhitungkan'
2.43 Tekanan Kata Benilang
Tekanan kata berulang dibedakan atas tekanan kata berulang penuh, te kanan kata berulang berakhiran, serta tekanan kata berulang berawalan dan berakhiran.
.
Kata berulang penuh mendapat tekanan primer pada sflabi kedua dari akhir kata,sedan^an sflabi-silabi lainnya mendapat tekanan lemah. Contoh:
ldudm?dudua?l lsaki?mki?l ItigQtigol
'duduk-duduk' 'sakit-sakit' 'tiga-tiga'
Kata berulang berakhiran mendapat tekanan primer pada silabi kedua dari akhir dan tekanan sekunder pada sflabi akhir kata pertama. Silabi-sflabi lain nya mendapat tekanan lemah.
Contoh:
ljile?]'ile?il jkorekoreanl IbunibunianI •
'jflat-jflati' Tceras-keraskan' T>unyi-bunyian'
Kata benilang berawalan dan berakhiran mendapat tekanan primer pada silabi kedua dari akhir dan tekanan sekunder pada sflabi pertama dari awal. Sflabi lainnya mendapat tekanan lemah.
Contoh:
lb(^mpi?impi?anl
'berhimpit-himpitan'
ldiluna?Jum?il Isamahmnrnlamanl
'dflunak-lunakk^' 'semalam-malaman'
31
2.4.4 Tekanan Kata Kompositum
Tekanan kata kompositum dibedakan atas tekanan kata kompositum yang tidak berimbuhan dan tekanan kata kompositum yang berimbuhan.
Kata kompositum tanpa imbuhan mendapat tekanan primer pada silabi kedua dari akhir kata kedua. Silabi-silabi lainnya mendapat tekanan lemah. Contoh:
lci?]ale?l lliwbotol Imato kakij
'tahi lalat' 'leher' 'mata kaki'
lleijgay kaijkuayl
lenggang kangkimg'
Kata kompositum dengan imbuhan mendapat tekanan primer pada silabi kedua dari alto kata kedua dan tekanan sekunder pada silabi pertama kata pertama.
Contoh:
lbaci?ldle?l
Tjertahi Mat'
Ibdsuban amehj
"bersubang emas'
fbdsu^uy? kdwe?l
'berkumis kawat'
BAB ffl MORFOLOGI
3.1
Morfem
Dalam pembicaraan morfem akan dibahas tentang jenis morfem, proses morfologis, dan proses morfofonemis. 3.1.1
Jenis Morfem
Dalam bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar dijumpai dua macam morfem, yakni morfem bebas (free morpheme) dan morfem terikat (bound morpheme). Morfem bebas yang dapat muncul sendirian dan mengandimg arti(meaningful)(Wardaugh, 1972: 75; Langacker, 1973: 77)adalah morfem.
Misalnya, {batu} 'batu', [ladan} 'ladang', \paja?} 'lepau', dan {bore?} 'berat'. Morfem terikat, yakni morfem selain morfem bebas adalah morfem-
morfem, seperti {ba-} dalam /babuno/ 'berbunga', {ta-} dalam /taboli/ 'terbeli', {-an} dalam /durian/ 'durian',\'i} dalam /bai?i/ 'baiki' dan {-la} dalam /poila/ 'pergilah'. 3.1.1.1
Morfem Bebas
Dalam pembicaraan morfem bebas akan dibahas tentang struktur dan peran.
a. Struktur
Sebuah morfem bebas adakalanya muncul dalam satu fonem seperti halnya /a/ 'apa', satu diftong seperti joyj 'oi'(memanggil seseorang), gabungan satu vokal dan satu konsonan seperti halnya /am/ 'am'(nama panggilan), satu konsonan dan satu vokal seperti halnya /ka/'ke' dan kombinasi vokal-konsonan-vokal, seperti /ola/ 'telah'. Agaknya, yang paling banyak seperti halnya
32
33
yang diperlihalkan oleh data ialah morfem yang terdiri dari empat fonem atau lebih dengan stniktur beraneka ragam. Kenyataan ini terlihat pada contohcontoh berikut ini. cvcv vcvc cwc
CVGVC' cvcvcvc
Irajol jato?!
'raja' 'atap'
Ikaiil
'kait'
lboda?l jtarona?!
T^edak' 'temak'
b. Peran
Morfem bebas adakalanya beiperan sebagai unsur inti pada suatu benttikan gramatikal (grammatical structure), yang dimulai dari bentukan terkecil yang mengandung satu morfem sampai kepada bentukan yang di dalamnya terdapat sejumlah morfem.
Dalam /bakojo/ 'bekeqa', misalnya, morfem {kojo} 'keija' berperan seba gai inti. Demikian pula halnya pada /baluna?luna?/ 'berlunak-lunak' didapati morfem bebas sebagai intinya. Keadaan yang sama dibuktikan pula pada /nini?mama?/ "ninik mamak' (penghulu) yang di dalamnya terdapat morfem bebas{ninia?} dan {mama?} sebagai intinya. Kenyataan yang dikemukakan di atas terbukti pula pada bentukan grama tikal yang lebih luas, misalnya, pada frase nomina /ruma ko/ 'rumah ini' ter dapat morfem bebas {ruma} sebagai intinya. Frase verba /ka poi/'akan pergi' mengandung morfem -{poi} sebagai intinya. Selanjutnya, hal yang sama juga ditemui pada frase adjektiva seperti /burua? bona/ 'buruk benar'. Satu di antara kedua morfem bebas itu, yakni morfem {bunia?Y]u%2i berperan seba gai inti bentukan.
Ada fungsi gramatikal morfem bebas yang ketiga. Kehadiran suatu morfem
bebas pada suatu bentukan gramatikal dapat menjadi pertanda kemungkinan hadimya morfem bebas lainnya dengan identitas tertentu. Dalam struktur
/ruma batu/ 'rumah batu', misalnya, kehadiran morfem bebas {ruma} dapat dijadikan tanda kemungkinan hadirnya morfem bebas lainnya yang identitasnya sama dengan {batu}, yakni morfem bebas yang sekaligus sebagai kata yang masuk kelompok kata benda. Dengan demikian, dapat diprediksi ke mungkinan hadirnya morfem {kayu} atau {kaco} Icaca' dan morfem lainnya yang kategorinya masuk kata benda.
Selain penanda kehadiran morfem {batu} atau kata lainnya yang sama kelasnya dengan \ruma}, morfem bebas ini pun pada kesempatan lain dapat
34
pula menjadi pertanda akan kehadiran morfem bebas{bam\'baru' misalnya, atau kata lain yang teimasuk kategori kata sifat. Dengan demikian,dapat pula diperkirakan munculnya morfem, seperti \burua?} 'buruk* dan \godan\ 'besar'.
3.1.1.2 Moifem TerScat
Dalam pembicaraan morfem terikat akan dibahas tentang struktur serta poslsi dan fungsi. a. Struktur
Seperti halnya morfem bebas, morfem terikat adakalanya juga muncul da lam bentuk satu fonem, seperti halnya {-/]• dalam /barui/ Tjanii', Selain itu, dgumpai pula morfem terikat posesif yang hanya direalisasikan dalam bentuk
satu fonem, seperti halnya {-o} dalam A>ajuo/ T^ajunya', 'uangnya'dan {-e} dalam
dalam /pitii/
'adiknya'.
Sebuah morfem terikat adakalanya terdiri dari dua fonem seperti halnya morfem {-an} dalam /makanan/ 'makanan', {ba-} dalam /bab^u/ 'berbaju' dan {su-} dalam Issukml 'seekor'.
Sesuai dengan informasi yang dapat dikumpulkan,belum dijumpai morfem terikat yang terdiri dari empat fonem atau lebih. Namun, ditemui juga mor fem dalam konflks yang merupakan gabungan dua morfem terikat yang secara serentak muncul pada suatu bentukan gramatikal. Menurut Verhaar
(1979: 61)bentuk konfiks seperti ini ditemui pada /kepandayan/ Icepandaian' yang di dalaimya terdapat morfem terikat-[foz-} dan {-
Bentuk morfem terikat, seperti ini ditemui pula dalam
/pandakian/ 'pendakian' yang di dalamnya terdapat morfem bebas{daki} dan morfem terikat^an-...-ot}. b. Posisi dan Fungsi
Sesuai dengan data yang ada, ditemukan empat posisi yang ditempati oleh morfem terikat, yakni posisi depan, posisi tengah, posisi akhir, posiri depan akhir, dan posisi mana suka. Ini berarti bahwa morfem terikat tertentu hanya dapat menempati posisi tertentu pula dan tampaknya memang tidak ada di jumpai morfem yang secara altematif dapat menempati ketiga posisi itu. Kemudian sebelimi dilaporkan jenis-jenis morfem yang menempati posisi yang
35
dikatakan itu, perlu dgelaskan bahwa posisi itu dia^tSeaii dalain kedudnkan suatu morfem yang dihubungkan dengan morfem bebas dan bukan dengan morfem terikat lainnya.
(1) Posisi Depan
Ada beberapa jenis morfem terikat ^ang menempati posisi depan, yaitu {ba-},{di-},{kit-\,{maN-\,\paN-},{sa-},Am{ta-}. (a) ba
Morfem {ba-} ini perlu dibedakan dengan {baj^-}, {bay},{bay},dan {bay}, Morfem {bay} muncul di depan kata benda yang berfungsi sebagai pembentuk kata keija intransitif. Morfem ini ditemui, antara lain, dalam /baoko/ T^erwakaT, /baani/ 'berani'(memanggil Ani pada diri sendiri atati orang lain),
/barundia^/ 'berunding', /baoto/ 'mempunyai mobil', dan /bakarenui?/ T^erkeriput'.
Seperti halnya {baj-},{ba2'},juga berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Perbedaannya ialah bahwa {ba2-} ud secara infleksional membentuk kata keija pasif sehubungan dengan posisinya di depan kata keija. Beberapa contoh yang dapat dikemukakan ialah /baambia?/ 'diambil',/batukaw/'ditukar', dan /baboli/ 'dibeli'. Demikian juga halnya numeral di depan kata keija imperatif, seperti /sure?an/ 'tulisikan', /turunan/ 'turunkan', dan /naia?an/ 'naikkan' yang masing-masing membentuk /basure?an/ 'dituliskan', /baturunan/ 'diturunkan' dan /banaia?an/ 'dinaikkan'.
Morfem {bay\ dijumpai, antara Jain, dalam /badudua?/ atau di depan kata keija. Morfem {ba-} berfimgsi untuk membentuk kata keija baru dengan arti yang diperluas (ekstensiQ. Kata keija /badudua?/ masih mengandung makna {dudua?} 'duduk' seperti hahiya arti yang dikandung oleh {dudua?} itu sen diri. Namun, pengertian {dudua?} di sini sudah diperluas sehingga artinya tidak lagi semata-mata duduk yang tidak dinyatakan secara jelas tujuannya. Gabungan {ba-Y dengan {dudua?} membentuk makna baru, yakni duduk untuk tujuan merundingkan sesuatu.Kata ini muncul dalam kalimat ^ninia? mama? la badudual4- 'Ninik mamak (pemuka-pemuka adat) telah berunding'.
Morfem {ba/f-Y muncul di depan kata benda, jadi, sama halnya dengan {baj-Y^ Perbedaannya yang jelas ialah bahwa{ba^Y mi berfungsi membentuk kata keterangan, seperti yang ditemukan pada /baoto/ dalam kalimat
36
poi sakola baoto^ 'Dia pergi sekolah dengan mobfl'. Jadi,/baoto/ dalam kali-
mat Mino baotof^ 'Dia mempunyai mobil'. Morfem{b^-}juga muncul di de-
pan kata sifat. Contoh yang dijumpai, antara lain, dalam ^aIapan dado/ dan /basira muko/, masing-masing dengan arti 'berlapang dada' dan 'bermerah muka'. Contoh itu masing-masing dijumpai, misalnya, dalam kalimat :f:/bala-
pan daio la awa? barundianj4 'Berlapang dadalah kita berunding', ifkalian basira muko basisala?M'Kamu bertengkai bermerah muka'.
Morfem {has*]- diusulkan agar diumumkan sebagai {ba-saling} atas pertimbangan bahwa ba- di sini berfungsi untuk menyatakan saling, sedangkan tempatnya di depan kata sifat. Morfem {ba-saling} ini ditemukan, antara lain, da
lam /badake?/ 'saling bermekatan', /batiggi baronda/ 'saling tinggi dan rendah'dan /basompi?/ 'saling bersempitan'.
Morfem {bag-} muncul di depan kata bilangan. Fungsinya untuk menya takan banyak atau jumlah. Morfem ini, antara lain, dijumpai dalam /baribu/ 'ribuan' (beijumlah ribuan), /babole/ 'beijumlah belasan' dan /baduo/ 'berdua'.
Morfem {ba'7-} ini menempati posisi yang sama dengan morfem {ba2-} dan {ba3-}, yakni di depan kata keija. Satu hal yang secara morfologis mem-
bedakaimya dengan morfem {ba^-} ialah bahwa morfem {ba^-} ini hanya mimcul di depan kata keija yang menjadi morfem dasar yang inisialnya fonem vokal, sedangkan realisasinya muncul dalam bentuk {bar-}. Akan tetapi, ini tidaklah berarti bahwa setiap morfem dasar yang berinisial vokal didahului
oleh morfem {ba^-}. Untuk lebih jelasnya, terdapat kemungkinan bahwa
morfem dasar yang sama secara altematif didahului oleh morfem {ba2-}atau oleh morfem {bay-} ini. Pilihannya ditentukan oleh kondisi tertentu, yakni fungsi masing-masing morfem itu. Morfem dasar {^a} 'ajar', misalnya, ter-
buka kemungkinannya untuk didahului oleh {ba2-} sehingga ihenjadikan kata /baaja/ 'diajar', seperti dalam kalimat ffana? tu la baaja tadif^'Anak itu telah
diajar tadi', atau pun morfem {bay-} yang menjadikan kata /baraja/ 'belajar'. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diperoleh ialah bahwa kehadiran
morfem {bay-} itu terikat dengan persyaratan morfologisnya (morphologi
cally,cpnditioned). Persyaratan morfologisnya itu ialah bahwa morfem {bay-} mimcul untuk membentuk kata keqa aktif, seperti halnya pada kata /baraja/ 'belajar' dan /barara?/ 'beriringan' dan /barulag/ 'tidak menetap'(misalnya,
dalam kalimat ffdeyen barulan sapokan ko no^ 'Saya tidak menetap seminggu ini'.
37
Kasus /baradia?/ Tjeradik' tampaknya berada di luar uraian di atas. Kata /baradia?/ dan /baadia?/ adalah dua kata yang bervariasi bebas. Kedua kata itu mengandung arti yang bersamaan. Ini berarti bahwa kata /adia?/ 'adik'
secaia altematif dapat didahului oleh morfem {bay-}(dalam hal ini bar- di depan kata benda} atau oleh morfem {ba|-} yang berarti mempunyoL (b) dir
Jenis morfem terikat kedua ialah morfem {dj-}. Morfem ini menempati posisi di depan kata keija dan berfungsi sebagai pembentuk kata keija pasif. Beberapa contoh ditemukan dalam /dibue?/ 'dibuat',/dik^i/ 'dipertanyakan', /digigi?/ 'digipt', /dicaritoan/ 'diceritakan', /dimasua?an/'dimasukkan', dan /dgolean/'dgeladcan'. (c) ka-
Morfem jenis ketiga ialah morfem{ka-}. Morfem {ka-} ini perlu pula dibe-
dakan menjadi{kaj-},{ka2-},{kaj-},dan {ka4-}. Morfem {kaj-} berfungsi sebagai pembentuk pasif yang satu-satunya dijumpai dalam /katuju/ 'suka'. Kesimpulan ini diambil setelah mempertimbangkan munculnya /katuju/ dalam kalimat berikut ini.
Jjrwm tu katuju de? deyen# 'rumah itu disetujui oleh saya' 'Saya menyukai rumah itu'.
Morfem {ka-} diputuskan sebagai suatu morfem terikat atas dasar pertiinbangan bahwa bentuk /tuju/ adalah bentuk yang dapat muncul dalam paradigma /satuju/ 'setuju', /manuju/ 'menuju', /batuju/ 'dituju', dan /tujuan/ 'tujuan'. Berdasarkan paradigma ini disimpulkan bahwa /tuju/ memang merupakan suatu morfem bebas. Oleh karena itu,{ka-} dapat dinyatakan sebagai suatu morfem terikat.
Morfem {ka2-} muncul di depan {sodo} 'seluruh yang ada'sehingga membentuk /kasodo/ 'keselunihan yang ada'. Kehadiran {ka-} pada bentuk /kasodo/ rupanya berfungsi untuk mengintensitaskan arti yang telah dikandung oleh {sodo}. Oleh karena itu, ada alasan untuk mengatakan bahwa morfem{ka-} dalam.bentuk ini dapat disebut sebagai ka- intensitas.
Morfem {kaj-} dan {ka^-} masing-masrng muncul di depan kata bilangan. Namun, terlihat perbedaan dalam fungsi kedua morfem itu, seperti{ka-} da lam /kalimo/ "kelima' yang dijumpai dalam kalimat berikut ini.
38
f^kalimo.am?elakawmf^ Tcelima-anaknya-telah-kawin' 'Kelima anaknya telah kawin'.
Morfem {ka-} dalam kalimat di atas berfungsi untuk menyatakan keseluruhan
(inklusif) dan ini dinamakan^ka^-}. Akan tetapi,{ka-} dalam kata yang sama adakalanya berfungsi lain. Ini dijumpai dalam kalimat berikut ini.
§iko ana?e nan kalimof^ 'ini-anaknya-yang4celima' 'Ini anaknya yang kelima'.
Morfem "{ka-} di sini tidak lagi berfungsi inklusif, tetapi berfungsi ordinal. Oleh karena itu, diusulkan menamakan {ka-}* ini sebagai ka- ordinal atau
"[ka4->. (d) ma(N)-
Morfem jenis keempat ialah morfem -[ma(N)-}. Data-data memperlihatkan
bahwa jenis ini dapat dibedakan menjadi {ma(N)j-} dan -[ma(N)2-]- Keduanya adakalanya secara fonetis muncul dalam bentuk^[man-},'[mam-], dan [•••]-
Morfem •[ma(N)j-} muncul di depan kata benda yang berfimgsi sebagai
pembentuk atau penenda kata sifat. Morfem ini mengandung makna 'menjadi seperti' dan 'ditemukan', misalnya, dalam kata /mancandu/ 'mencandu', /mangaram/'menggaram', dan /mambatu/'membatu'.
Ada pula {ma(N)j-} yang membentuk kata sifat baru yang secara leksikal artinya berbeda dengan kata sifat asalnya. Beberapa contoh yang dapat di-
kemukakan di sini ialah {ma(N)2-}, seperti dalam /manira/ 'memerah', /mangodan/ 'membesar' dan /malowe/ 'meluas' yang secara berturut-turut berarti 'marah', 'an^uh', dan 'hambar'. Untuk lebih jelasnya, diturunkan kalimat-kalimat berikut ini.
(1) ffurafj tu la mmiraff 'orang-itu-telah-memerah' 'Orang itu telah marah'.
(2) ffana? tumangodanf^ 'anak-itu-membesar'
'Anak itu an^uh'.
(3) ffgulai kalian malowe e pariso off'gulai kamu sekalian-meluas-saja-rasanya' 'Gulai kamu sekalian hambar saja ras^ya'.
39
Morfem {ma(N)2-} mempunyai kesamaan dengan {ma(N)|-} dalam hal posisi yang ditempatinya, yakni sama-sama di depan kata benda. Namun, di antara kedua {ma(N)-} itu terdapat perbedaan yang besar sekali ditinjau dari
segi fiingsinya. Kalau '{ma(N)j4 berfimgsi sebagai penanda kata sifat, maka 4ma(N)2-} berfungsi sebagai pembentuk atau penanda kata keija. Oleh karena itu, sifatnya juga derivatif. Kata l^eija yang teijadi mengandung makna kegiatan yang akah menghasilkan morfem inti kata keija itu. Berdasarkan pertimbangan ini, diusulkan saja untuk menamakan morfem ini menjadi produktif Morfem mafN)- produktifim dijumpai, antara lain, dalam /manari/
'menari',/managi/ 'menangis', dan /maggamba/'menggambar'. Fun^ -[^a(N)2-} pada kata keija tampaknya berfungsi sebagai pemben tuk kata keija transitif. Contoh ini dapat ditemui dalam /mamboli/'membeli', /manjua/ 'menjual' dan /maimbaw/ 'memanggil'. Demikian juga halnya pada
kata keija imperatif /bugoan/ Tjungakan', /sobuy?an/ 'sebutkan', /si9ke?an/ ■singkatkan', /cie?an/ 'satukan' dan /iyoan/ 'iyakan' yang masing-masing bentuk /nambunoan/ 'membungakan', /manobuy?an/ 'menyebutkan', /ma-
niijke?an/ 'memendekan', /mancie?an/ 'menyatukan', dan /maiyoan/ 'mengiyakan'.
Morfem -[ma(N)2-} juga berfungsi sebagai pembentuk kata keija transitif seperti terlihat pada kata /manurun/ 'menurun' dan /manigga/ 'meninggal'.
Morfem -[ma(N)2-} juga menempati posisi di depan kata bilangan. Morfem ini membentuk kata keija dan kata bilangan. Oleh karena itu, sifatnya juga
derivatif. Dalam {ma(N)2-y terkandung makna memperingati sehingga dinamakan saja sebagai mafN)- memperingati, seperti yang dijumpai pada kata /maratuy/ dalam frase /maratuy ari/ 'memperingati serarus hari' (peringatan seratus hari kematian seseorang) dan kata /manujua/ dalam frase /manujua ari/'menujuh hari'. (e) palN)-
Jenis kelima ialah morfem {paCN)-}- yang dibedakan pula atas {paCN)^-},
{pa(N)2-}, 'lpa(N)3-}, dan {paCN)^-}. Seperti halnya perbedaan yang diberikan pada morfem homofon terdahulu, maka pembedaan -[paCN)-}- menjadi lima macan ini juga berdasarkan atas pertimbangan dan alasan yang sama.
Morfem {paCN)^-} menempati posisi depan kata keija yang sifatnya inflektif. Morfem '{pa(N)-}- dalam struktur ini mempunyai fungsi intensitoimperatif. Kata keija /bue?/ T>uat' yang sifatnya imperatif, seperti halnya dalam kalimat berikut ini.
40
ffbue? la rum katuju de? kaUanj^ 'buatlah-yang-senang-oleh-kamu sekalian' 'BuaHah apa yang kamu senangi'.
Kata keija bue? mengandung makna yang intensltasnya lebih tinggi bila kata keqa itu berubah menjadi Ipaibuell 'perbuat', seperti halnya jup dalam kalimat berikut ini.
I4pdbue? la nan katuju de? kalianjj 'perbuatlah-yang-senang-oleh-kamu sekalian' Terbuatlah apa yang kamu senangi'.
Morfem ■{pa(N)2-} dgumpai juga di depan kata keija imperatif seperti, /lu9gua?an/ 'kumpulkan' dan /lolo?an/ 'tidurkan' yang membentuk kata kerja intensito-imperatif /paiuijgua?an/ "kumpulkan' dan /palolo?an/ 'tidurkan'.
Morfem 'IpaCN)^-]' menempati pula posisi di depan kata sifat sehingga bersifat derivatif. Kata /paelo?/ 'perbaiki', misalnya, terdiri dari -[paCN)-} dan [elo?] dengan adanya -[pa(N)-} yang berubah menjadi kata keqa imperatif, seperti halnya yang dijumpai.dalam kalimat-kaliamt ini.
jjawa? paelo? la para^ay sai}ene?j4
'kamu-perbaikil^-kelakuan-sedikit' Terbaikilah kelakuaiunu sedikif.
Beberapa contoh lain yang dapat ditemukan, antara lain, /patiggi/ 'pertinggi', IptSatislj 'perkecil', dan /pagod^/ 'perbesar'.
Morfem '[pa(N)2-} jup berada di depan kata keija seperti halnya dalam struktur /pamboli/ 'pembeli'. Morfem ini bersifat derivatif. Kata keija /boli/ "beli' identitasnya bembah menjadi kata sifat dalam /pamboli/ 'suka membeli'. Bentuk ini ditemukan dalam kalimat berikut ini.
fjino tu pambolinoff 'dia-itu-pembeli-dia' 'Dia suka membeli apa saja'.
Contoh lain dapat ditemukan pada kata /palolo?/ 'penidur' dan /pandata^/ 'pehdatang* masingHaiasing dalam kdimat berikut ini.
jjttwa? gadi lai la palolo?# "kamu-gadis-lagi-telah-penidur' 'Kamu masih pdis, tetapi telah penidur'.
41
Upajaw tu urai)pandatarj namoo du^ 'mak-itu-orang-pendatang-namanya-itu' 'Anak itu namanya orang pendatang'.
Morfem '{pa(N)2-]' tidak hanya muncul di depan kata keija,tetapijuga di depan kata benda, kata sifat, dan kata bilangan. Morfem {pa(N)2-} di depan kata benda ditemukan, antara lain, dimuka kata /kua/ Icuah' yang menjadikan kata /pakua/ pekuah'(suka kuah),di muka kata /roko?/ yang menjadikan
kata /paroko?/ dan di muka kata /kopi/ Tcopi' yang menjadikan kata /pa^pi/ 'pengopi'.
Morfem -{pa(N)2-} di depan kaya sifat tidak mengubah identitas kata itu sehingga morfem terikat ini bersitat inflefctif. Namun, perubahan kata sifat secara inflektif ini menyebabkan terbentuknya kata sifat baru dengan arti
yang baru pula. Kata sifat yang diawali oleh morfem {pa(N)2-} ini mengandimg makna yang sifatnya mengacu kepa(h watak subjek yang dimodifikasi-
kannya, Oleh karena itu, diusulkan agar morfem {pa(N)2-} dinamai pc^N)watak. Morfem pa(N)- watak terdapat di depan kata /godan/ 'besar' =?
/paggodai^/ 'Pembesar'(berlagak seperti orang besar), di depan kata /jaua/ 'jauh' /panjaua/ 'penjauh' (suka menjauhkan diri, dan di depan kata /sompi?/'sempit'===#/panompi?/'penyempit'(emonional). Morfem ■{pa(N)2-]> ditemui juga di depan kata bilangan seperti halnya di muka kata /duo/ 'dua' dalam frase /duo ati/ 'dua hati'. Sebagai pembentuk kata sifat, morfem {pa(N)2-} juga memberi informasi tentang watak yang dimodifikasikannya bersama-sama dengan kata bilangan yang mengikutinya. /panduo ati/ 'pendua hati' (ragu-ragu) dalam ffmo panduo atij^ 'Dia pendua hati', merupakan kata sifat bentukan baru yang di dalamnya terdapat morfem {pa(N)2-} yang memberi informasi tentang watak /ino/ 'dia'. Morfem {pa(N)2-} ditemui juga dalam /panujua aii/ 'penujuh hari'. Frase /panujua aii/ ini yang muncul dalam kaliamt fjurcm siko panujua arij^ 'orang di sini penujuh hari' merupakan kata sifat majemuk yang memberikan infor
masi tentang sifat subjek yang diperkatakan dalam kalimat itu (/uraj siko/). Bersamaan dengan /panujua ari/ dijumpai juga /paratuy ari/ 'peratus hari'.
Morfem {pa(N)2-}- muncul di depan kata bflangan. Sebagai contoh terlihat pada kata /panujua/ 'penujuh' dalam /panujua ari/ 'penujuh hari'. Karena con
toh ini persis sama dengan contoh yang ditemui pada {pa(N)2-}, maka bentuk ini memerlukan sedikit uraian untuk mempeijelas maksudnya. Hal ini akan terlihat pada frase /panujua ari/ dalam kalimat berikut ini.
42
siko panujua ariff 'orang-di sini-penujuh-hari' 'Orang di sini penujuh hari'. 4tpiti ko ka panujua arif:^ 'uang-ini-akan-penujuh-hari' 'Uang ini untuk penujuh hari'.
Kedua kalimat di atas mempunyai fungsi gramatikal yang berbeda. Frase /panujua ari/ pada kalimat pertama,seperti yang telah diterangkan pada urai-
an tentang fungsi '[pa(N)2-} di atas, mempunyai fungsi penanda kualitatif. Dengan kata lain, memberikan infonnasi tentang sifat subjek kalimat yang diperkatakan. Fungsi seperti ini beiubah menjadi fungsi penanda instrumental dalam kalimat kedua. /panujua ari/ mengandung makna alat(instrumen) yang dipergunakan untuk keperluan peringatan tujuh hari. Dengan demikian,
'|pa(N)3-I berdasarkan pertimban^ fungsinya yang seperti itu diusulkan sebagai pc^N)• instrumental Morfem -{paCNj^-} ini juga dijumpai bersama kata keqa imperatif yang digunakan dalam berhitung, seperti halnya pada
kata keqa /bagi/ 'bagi', /kuraj(/ "kurang' dan /kali/ "kali", yang masing-masing membentuk kata benda /pambagi/ 'pembagi', /pejurai)/ 'pengurang',, dan /panali/ 'pengali'. Selain contoh-contoh itu dijumpai pula ■tpa(N>} dengan
kata keija imperatif lain yang bukan berhitung, seperti ^ariagan/ 'keiingkan', /tajaman/ 'tajamkan', dan /inda?an/ 'tidakkan' yang berturut-turut memben tuk kata benda instrumental /pagariagan/ 'pengeringkan', /panajaman/ 'penajaman', dan /painda?an/ 'penidakkan'.
Kata /parompe?/ mengandung morfem {pa(N>} dan kata /ompe?/ 'em-
pat'. Morfem {paC^)-} ini, sebaiknya dinamakan saja -{paCNj^-K yang mem punyai fungsi menyatakan fraksional. Contoh-contoh yang lain ialah /paduo/ 'perdua', /patigo/ 'pertiga', /palimo/ 'perlima' dan seterusnya. (f) &z-
Morfem keenam ialah morfem {sa-}- yang dibedakan atas {saj-}, •{sa2-}, dan{sa3-}. Morfem {saj-} muncul di depan kata benda dan berfungsi derivatif sebagai pembentuk kata sifat. Morfem {saj-} ini mengandung arti 'sama' sehingga dinamakan sebagai morfem sa- sama. Maka /sanasib/, misalnya, yang terdiri dari {sa-} dan {nasib} 'nasib' mengandung arti 'nasib yang sama'. Demikian pula halnya kata /saiyo/ 'seiya' (sama ya), /saiduy?/ 'sehidup', dan /samati/ 'semati'.
43
Mortem {sa2-} juga menempati posisi di depan kata benda dansecara derivatif membentuk kata tugas yang bermakna kuantitatif. Berdasarkan kata-
kata /sabatag/ 'sebatang' dan /sabugkuy/ 'sebungkus', mortem {sa-J- pada
setiap kata itu mengandung arti 'satu sehingga /sabatag/, /sata^ay/, dan /sabugkuy/ masing-masing bermakna satu batang, satu tangkai, dan satu bun^us. Fungsi kata bentukan yang bermorfem {sa-}- sebagai kuantifir ter-
lihat pada frasq, /sabatag kayu/ 'sebatang kayu', /satagkay padi/.'setangkai
padi, dan /sabu^fkuy nasi/'sebungkus nasf. Mortem sa- satu muncul juga di depan kata bilangan tertentu. Kata /saratuy/ 'seratus', /saribu/ 'seribu/,dan./salusin/ 'selusin', masing-masing mengan dung sa-sa/w.
Mortem {sa^-} ialah {sa-} yang muncul di depan kata sifat seperti {sa-) dalam /sagodag/ 'sebesar', /saitam/ 'sehitam', dan /samura/ 'semurah'. Mor
tem {sa3-} dan kata sifat serin^ali muncul dengan fungsi komparatif. Untuk lebih jelasnya,kenyataan ini terlihat pada kalimat berikut ini.
^pajaw tu gapua? sagodar} gaja^ 'anak-itu-gemuk-sebesar-gajah' 'Anak itu gemuk sebesar gajah'.
^pajaw itu saitam urai} kalianjf^ 'anak-itu-sehitam-orang-keling' 'Anak itu sehitam orang keling'.
fisamura ci? anjoij siko du no^ 'semurah-tahi-anjing-sini-hanya' 'Di sini hanya semurahtahi anjing'.
Fungsi komparatif berubah menjadi intensifir dalam bentukan yang dilengkapi oleh mortem ulang seperti halnya dalam /salowelowe/ 'paling luas' yang dijumpai dalam kalimat berikut ini.
^aladaijan si lie salowelowe e di noi^ 'peladangan-si-Iias-seluasnya-oleh-nya' 'Peladanpn si Lias sangat luas'.
Sebenamya bafiasa Minangkabau di Kabupaten Kampar mempunyai bermacam-macam mortem {sa-} yang lain, tetapi posisinya ditentukan oleh morrem tertentu (morphologically conditions), seperti halnya {sa-} yang masingmasing terdapat dalam /salain/ 'selain', /satibo/ 'setiba', /sacaro/ 'secara',
/sagene?/ 'sedikit', /saisua?/ 'dulu kala', dan/samantag/ 'sementang'. Analisis
44
tentang {sa-} pada setiap kata memerlukan pembicaraan tersendiri yang tidak dicakup oleh laporan ini. (g) ta-
Morfem yang ketujuh ialah morfem fta-}. Morfem ini perlu dibedakan
menjadi <{taj4,{taj-},{tag-},{ta44,dan {taj-}. Morfem {taj-} menempati posisi di depan kata benda dan berfungsi derivatif, yakni membentuk kata sifat. Di samping fungsinya yang demikian itu, morfem ini mengandung makna 'sampai' sehingga diusulkan untuk dinamak,^n
ta- sampai Morfem {ta-} inilah yang dijumpai pada kata-kata, seperti /tatula^/ 'tertulang',/takora?/'terkerak', dan /tadado/ 'terdada'. Morfem {ta2-} sebagaipembentukkatakeija pasif bersifat inflektifkarena
tempatnya di depan kata keqa.Kata-kata yang mengandung {ta2-} ini, antara lain, ialah /tatemba?/ 'tertembak'. Misalnya, dalam kalimat ffayam tu tatem-
ba? dideyenfi 'Ayam itu tertembak oleh saya'. Morfem {ta2-} ini mengan dung arti 'ketidaksengajaan (tidak intensional).
Morfem {tag-} munculjuga persis pada posisi yang linglungannya sama de-
ngan {ta2-} dan mengandung arti Tcemampuan'. Dengan demikian,{ta-} da lam /tatemba?/, misalnya, berisi dua kemungkinan maksud yang dikandung-' nya ialah tidak sengaja teijadinya perbuatan tembakan atau perbuatan tembakan itu disanggupi oleh subjek melaksanakannya. Biasanya kata Aai?/ 'ada'
atau /inda?/ 'tidak' sering mendahului {ta-} yang menunjukkan kemampuan itu, seperti halnya dalam kalimat berikut ini
f^lai tatemba? di deyen ayam tu^ 'ada tertembak-bagi-saya-ayam-itu' 'Dapat saya tembak ayam itu'. atau dalam kalimat:
ffinda? tatemba? di deyen ayam tu do^ 'tidak-tertembak-bagi-saya-ayam-itu' 'Tidak dapat,saya menembak ayam itu'.
Berdasarkan pertimbangan di atas, laporan ini cenderung berkesimpulan bahwa {ta-} dalam kata /tatemba?/ yang, antara lain, mengandung arti ke tidaksengajaan itu homofon dengan {ta-} dalam kata yang sama, tetapi me ngandung arti yang menunjukkan kemampuan. Implikasinya ialah bahwa
sebagai pembentuk kata keqa pasif ditemukan dua morfem yang berbeda. Morfem pertama ialah morfem pembentuk kata keija pasif yang mengandung
45
arti ketidaksengajaan, sedangkan yang kedua ialah morfem pembentuk kata keija pasif yang menunjukkan kemampuan. Untuk mudahnya kedua morfem
yang berbedaitu dinamakan ta- pasif tidak intensional (Itajl) kemampuan (Ita2'l).
ta- pasif
Beberapa contoh lainnya yang dapat dikemukakan ialah IUs&t2l1I 'terserak', /tatukua/ 'terpukul', dan /tamakan/ 'termakan'. Juga /takuahan/ 'terkuahkan', /taduoan/ 'terduakan', /taobean/ 'terurus', /tadalaman/ 'terdalamkan', dan /tajadian/ *teijadikan'.
Morfem {ta^-} ialah (ta-} yang muncul di depan kata.keija, tetapi bersifat derivatif dan berfungsi sebagai pembentuk kata sifat. Morfem ini dijumpai, antara lain, dalam kata /takantua?/ 'mengantuk', /tatolo?/ 'tertidur', dan /tapuji/ 'terpuji'.
Morfem {ta^-} menempati posisi di depan kata sifat. Morfem ini bersifat inflektif karena tidak mengubah kelas kata sifat yang didahuluinya. Fungsinya ialah membentuk kata sifat penunjuk komparatif-superlatif. Contohcontoh yang dapat dikemukakan cukup banyak, antara lain /takayo/ 'paling
kaya', /taburua?/ 'paling buruk', /tapanjan/ 'paling panjang', dan /tabana?/ 'paling banyak'.
Morfem (tag-} ialah morfem yang muncul di depan kata keija, seperti halnya morfem (ta^-}. Perbedaannya ialah bahwa morfem (tag-} ini tidak ber fungsi sebagai pembentuk kata keija pasif, tetapi membentuk kata keija ^tif
yang menghendaki objek (komplemen). Oleh karena itu, morfem {tag-} ini dapat dinamakan sebagai ta- transitif Morfem {tag-} ini, antara lain, dijumpai di depan kata /tamakan/ 'termakan',seperti dalam kalimat berikut ini. la tamakan di racunf^ 'dia-telah-termakan-racun' 'Dia telah termakan racun'.
Kata /tamakan/ yang transitif pada kalimat di atas mempunyai fungsi yang berbeda dibandingkan dengan kata yang sama yang muncul dalam kalimat se perti berikut ini.
^ino la tamakan di deyenff 'dia-telah-termakan-oleh-saya' 'Dia telah termakan oleh saya'.
Kata Itsmskml dalam kalimat di atas adalah kata keija pasif yang dibentuk
oleh taj pasif kemampuan, Oleh karena itu, morfem -{ta-} dalam /tamakan/ yang berfungsi sebagai pembentuk kata keqa aktif homofon dengan morfem
46
•[ta-]' dalam /tamakan/ yang fiingsinya sebagai pembentuk kata keija pasifkemampuan. Beberapa contoh kata keqa transitif dengan morfem {ta-} ini ialah /taminum/ 'terminum', /taboli/ 'terbeli', dan /tabao/ 'terbawa', masingmasing dalam kalimat beiikut ini.
/^pajaw tu taminum kopi pai?i^ 'anakdtu-terminum-kopi-pahit' 'Anak itu tenninum kopi pahit'.
f^cando taboli di kohaw batuntun^ 'serupa-terbeli-kerbau-bertuntun' 'Seperti terbeli kerbau yang ditutup matanya'. ^eyen tabao di puho urari^ 'saya-terbawa-punya-orang' 'Terbawa punya orang oleh saya'. (2) Posisi Tengah
Berdasarkan data yang terkumpul, telah dijumpai beberapa jenis morfem terikat yang menempati posisi.tengah yangjumlahnya sangat terbatas. Di sam-
ping yang sangat terbatas iiu,contoh-contoh untuk setiap morfem itu pun sa ngat sedikit pula. Sebegitu jauh ditemukan dua morfem, yakni {-am-} dan far-}. (a) -am- dan -ah
Morfem {-am-} dijumpai di dalam kata /kamunian/ "kemuning' yang ber-
asal dari kata /kuniag/ Icuning'. Dengan terbentuknya kata benda /kWuniag/ sebagai akibat munculnya morfem {-am-} di tengah kata sifat /kunia^/ dapat dikatakan bahwa morfem {-am-} ini berfungsi derivatif yang sekaligus membentuk kata benda yang sifat atau cirinya seperti kata sifat yang diisinya. Morfem lain yang menempati posisi tengah seperti halnya morfem {-am-} ini ialah morfem {-al-}. Morfem ini sebegitu jauh dijumpai pada kata /galom-
buan/ 'gelombang'. Kata /galombuaj/ mengandimg unsur morfem {-al-} dan morfem {gombuaij}.'gembung'. Ini berarti bahwa /galombuaj/ 'gelembung' mempakan kata benda yang bersifat atau berciri /gombuai^/'gembung'. Karena morfem ini juga berfungsi sebagai pembentuk kata benda yang ciri atau sifatnya seperti morfem asalnya, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mor
fem {-al-} ini sebenamya tidak lain mempakan alomorf dari {-am-} atau sebaliknya {-am-} mempakan alomorf dari{-al-}. Dengan kata lain, kedua bentuk itu mempakan varian dari morfem yang sama.
47
(b) -ar-
Morfem {-ar-} ditemui hanya pada kata /garigi/ 'gerigi' dan /taraK/ 'terali'. Morfem yang muncul dalam kata benda /gigi/ 'gigi' dan /tali/ 'tali' ini berfiingsi inflektif oleh karena kata yang dihasilkan morfem {-at-} dengan mojfem asalnya itu tidak berubah kelas katanya jika dibandin^an dengan kelas kata morfem asalnya. Di samping sifatnya yang inflektif, morfem {-ar-} berfimgsi sebagai pembentuk jamak /garigi/ dan /tarali/ yang maang-masing merupakan bentukjamak /gigi/ dan /tali/. (3) PoasiAkhir
Berdasarkan data yang dapat dikumpulkan, telah dijumpai tiga jenis mor fem yang realisasinya secara fonetis muncul dalam dua bentuk. Kedua bentuk
itu ialah {-an-} dan {-i}. Bentuk {-an} merupakan homofon dari dua morfem yang berbeda. Oleh karena itu, dikenal adanya dua morfem {-an}, yakni
{.-anj} dan {-an2}. Dengan demikian, terdapat tiga jenis morfem yang menempati posisi aldiir, yakni {-anj},{-an2},djm {-i}. (a) -a«2 Morfem {-anj} dapat menempati posisi akhir pada seluruh morfem yang berasal dari berbagai kelas kata. Morfem {-an} dijumpai bersama kata benda, seperti halnya pada /kuncian/ Tcuncikan', /gulayan/ 'gulaikan' dan /sure?an/ 'suratkan'. Morfem {-an} dijumpai juga bersama kata keija, seperti dalam kata
keqa /masua?/ 'masuk', /undaw/ 'tolak', dan /tano/ 'tanya' yanj masing-masing membentuk kata /masu?an/ 'masukkan', /undawan/ 'tdlakkan', dan
/tanoan/ 'tanyakan'. Morfem {-an} dijumpai bersama kata sifat, misalnya, /manian/ 'maniskan', /doke?an/ 'dekatkan', dan /dalaman/ 'dalamkan'. Selanjutnya ditemukan juga morfem {-an} bersama dengan kata bilangan, se perti halnya pada kata /tigoan/ 'tigakan',/ompe?an/'empatkan', dan /limoan/ 'limakan'. Akhimya, juga terdapat morfem {-an} pada kata tugas, seperti halnya yang dijumpai pada kata /iyoan/ 'iyakan', /inda?an/ 'tidakkan', dan /jadian/ jadikan'.
Berdasarkan semua data yang ditampflkan di atas, dapat ditarik kseimpulan bahwa morfem {-nj} berfungsi deiivatif, yakni membentuk kata keija imperatif apabila didahului oleh sekalian jenis kata kecuali kata keija. Mw-
fem {-an} dan kata keqa berfungsi infield yang mengubah identitas kata keija infinitif atau imperatif-intransitif menjadi kata keqa imperatif-transitif. Kata /masua?/, misalnya,sebagai kata kega infinitif atau kata keqa imperatifintransitif, seperti yang terdapat dalam kalima^i^maswa.''la^ 'masuklah' akan
48
berubah menjadi kata keija imperatif-transitif /masua?an/ 'masukkan' demikian pula halnya dalam kaliamt f^numa?an la tarona? tu/^ 'masukkanlah ternak itu'.
(b) -<012 Morfem {-an2} ini hanya menempati posisi akhir kata benda, seperti hal nya yang dijumpai pada kata /durian/ 'durian', /rambutan/ 'rambutan', dan /pagoran/ 'pagaran'. Berdasarkan contoh yang dikemukakan terlfliat bahwa {-an} tidaklah mengubah kelas kata kata asal yang ditempatinya. Oleh karena itu, morfem ini sifatnya inflektif. Secara struktural kelihatan bahwa {-an} berfungsi sebagai penanda jamak yang tertentu-hanya kepada morfem {duri} 'duri, {rambut} 'rambut' dan {pagaw} 'pagar' di atas. Kenyataannya memang /durian/, /rambutan/, dan /pagoran/ itu merupakan sesuatu yang masing-masing mempunyai banyak duri, rambut, dan pagar. Namun, secara fleksikal, morfem {-an} berfungsi sebagai morfem pembentuk kata baru yang asosiatif berkaitan dengan kata asal tempat menempelnya morfem itu. Kata /durian/, misalnya, adalah suatu leksem yang berbeda wujudnya dari /duri/. Namun,kedua kata itu mempu nyai ciri yang bersamaan atau secara asosiatif berkaitan. Demikian juga hal nya /rambutan/ dengan /rambut/ dan /pagoran/ dengan /pagar/.
Morfem {-an2} adakalanya tampak juga dapat bersifat derivatif seperti halnya pada kata /bagian/ ^bagian' yang di dalamnya terdapat kata keija /bagi/ ^bagi'. Secara derivatif, dari kata keija jtu terbentuk kata benda /bagi
an/'bagian' karena peran yang dimainkan {■an2}. Selain contoh yang dikemukakan di atas dijumpai juga morfem {-an2}. yang menempati posisi akhir kata sifat. Kata /manisan/ 'madu' merupakan realisasi pembentukan kata benda yang dibentuk oleh {-an} dari kata sifat /mani/
'manis'. Dengan demikian, {-an2} ini bersifat derivatif yang berbeda halnya
dengan {-an2} pada contoh-contoh terdahulu yang inflektif. Kata /lapaijan/ Tapangan' adalah kata lain yang kasusnya sama dengan kata /manisan/ itu. (c) -i
Morfem {-i} dapat menempati posisi akhir kata benda seperti halnya pada kata Igai2uml 'garami', /jalani/ 'jalani' dan /aso?i/ 'asapi'. Morfem {-i} dapat menempati posisi akhir kata sifat seperti halnya pada kata /barui/ 'barui',
/doke?i/ 'dekati', dan Aapagi/ Tapangi'. Morfem {-i} dapat menempati posisi akhir kata keqa seperti halnya pada kata /datay/ 'datangi'. (Contoh lain belum dijumpai)
49
Morfem {-i} yang menempati posisi akhir kata benda dan kata sifat secara derivatif membentuk kata keija imperatif-transitif, seperti halnya fungsi mor
fem {-aj}. Perbedaannya ialah bahwa objek yang mengikuti kata keija imperatif dan {-anj} akan berpindah tempat atau berubah posisi, seperti.halnya /pintu/ 'pintu' dalam kalimat 4^uncUa pintu tuff 'Kimcikanlah pintu itu\ Pintu yang pada semula tidak terkunci kemudian berubah menjadi terkunci.
Demikian pula halnya kata /gulayan/ pa^ kalimat ffgulayanla daun ubi twff" 'gulaikanlah daun ubi itu'. Daun ubi sebagai objek berpindah tempat ke tem pat gulaian. Kenyataan yang demikian ini tidaklah dialami oleh objek yang mengikuti kata keija dengan morfem {-i}. Kata /kan/ 'ikan' pada kalimat #garami ajola ikan nan baboli cako#.'Garami sajalah ikan yang dibeli tadi'. Tinggal diam — tidak bergerak atau berpindah akibat pekeijaan penggaraman — dan seakan-akan menunggu garam yang akan dibubuhkan kepadanya. Hal yang sama dijumpai pada kata /pajaw/'anak' yang berfungsi sebagai objek pada kalimat ^ffaso?i la nan kumanan pajaw nan saki? tuffj 'asapilah dengan kemenyan anak yang sakit itu'. Si pcgaw anak tinggal menunggu pengasapan yang dilakukan kepadanya. Jadi, si paqaw tidak bergerak. Kemudian perlu dilaporkan juga bahwa morfem {-kan} ditemukan dalam data. Kenyataan yang
dijumpai itu ialah bahwa morfem {-an^} tampaknya bervariasi bebas dengan morfem {-kan} itu, seperti yang dijumpai pada beberapa kasus. Misalnya,
kata /lolo?an/ 'tidurkan' sering juga bervariasi dengan /lolo?kan/, /godagan/ 'besarkan' dengan /godajkan/, /itaman/ Tiitamkan' dengan /itamkan/ dan /tigoan/ 'tigakan' dengan /tigokan/. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa morfem {-an^} dan morfem {-kan} adalah morfem yang sama karena berfungsi sebagai kata keija imperatif-transitif dengan ketentuan bahwa objek yang dikenai kata keija itu bergerak atau berpindah tempat. (4) Posisi Depan-Akhir
Yang dimaksudkan dengan posisi depan-akhir ini ialah posisi morfem terikat yang sekaligus (simultan) menempati posisi depan dan posisi akhir. De ngan demikian, seolah-olah terdapat dua morfem. Namun,keadaannya tidak lah demikian. Karena morfem yang kelihatannya terdiri dari dua jenis yang berbeda itu muncul secara simultan dan mempunyai satu arti, maka morfem
yang demikian itu dianggap sebagai satu morfem. Dengan kata lain, posisi depan-akhir itu ditempati oleh satu morfem secara serentak.
Ada beberapajenis morfem ini yang dijumpai.Jenisnya itu ialah-{ka-...-an^}, {ka-...-an2},{pa(N>...an|},{pa(N>...-an2}, dan.{pa(N>...-an3}.
50
(a) ka-.-.-arij
Morfem {ka-...-anj} muncul bersama kata benda seperti dalam /kalokuan/ Tcelakuan', atau bersama kata keqa seperti da^ /kadatajan/ Tredatangan'
(masmg-masing contoh merupakan satu-satunya yang dijumpai dalam data).
Fungsi morfem {ka-...-anj} secara inflektif membentuk kata benda baru dari /loku/ 'laku' menjadi /kalokuan/ Tcelakuan', seperti yang terlihat pada contoh yang terdahulu atau secara derivatif, seperti terlihat pada contoh lainnya, yakni membentuk kata benda dari kata keija (/data^/ ==^/kadata5an/ Tcedatangan').
(b) ka-...-an2 Morfem '{ka-...-an2]' muncul bersama kata benda,seperti halnya pada kata /kacanduan/ Tcecanduan',/kamalaman/ Tcemalaman',dan /kasiagan/ Tcesiangan', bersama kata keija seperti yang terdapat pada kata /kamasua?an/ Tcemasukan', Morfem {ka-...-an) pada setiap kata itu telah menjadikan kata itu berubah identitas kelasnya dari kata yang disertainya. Keseluruhan kata itu
telah menjadi kata sifat. Untuk mempeijelas uraian ini, di bawah ini diberikan beberapa contoh kalimat yang di dalamnya terdapat kata-kata yang dikemukakan di atas.
^e? mo kacanduan roko? tetjo? badanjf 'karena-dia-kecanduan-rokok-lihat-badan'
'Lihatlah badaimya kums kering karena kecanduan rokok'.
ffkami kamalaman dijalanj4 Tcami-kemalaman-di-jalan' 'Kami kemalaman di jalan'.
jjpajaw tu kamasua?an biUff 'anakdtu-kemasukan-iblis' 'Anak itu kemasukan iblis'.
Kata /kadatagan/ dapat menenqjati dua kelas kata yang berbeda. Dalam kalimat :ffhi tarimo kadatanan kamif^- 'apakah diterima kedatangan kami?',kata
/kadatanan/ menempati kelas kata benda,sedan^an pada ^eyen kadatanan tamu^ 's&yi kedatangan tamu', kata /kadatagan/ itu merupakan kata sifat. Ini dapat dijadikan alasan bahwa dalam kata /kadatagan/ yangberdiri sendiri terdapat dua morfem •{ka-...-an} yang berbeda, yakni morfem {ka-...-an|}
dan {ka-...-an2}.
51
(c) pafNJ-.^-arij Morfem ini hanya muncul bersama kata benda atau kata keija. Yang muncul bersama kata benda contohnya adalah kata-kata seperti /pasukuan/ 'persukuan', /parumaan/ 'perumahan', dan /pakayuan/ 'perkayuan'. Karena kata /suku/ 'suku', /ruma/ 'rumah', dan /kayu/ Tcayu' kelas katanya masingmasing sama dengan /pasukuan/, /parumaan/, dan /pakayuan/, maka morfem
{pa(N)-...-an2} dalam setiap kata itu bersifat inflektif. Dengan adanya mor fem itu teijadi perluasan arti. Kata /pasukuan/ berbeda dengan kata /suku/; dalam hal yang pertama kata itu mengacu kepada kumpulan,sedangkan yang kedua mengacu kepada unsur dari kumpulan itu (individual). Demikian pula halnya /parumaan/ yang berbeda dengan /ruma/ dalam pengertian bahwa /parumaan/ dimaksudkan sebagai kumpulan sejumlah rumah, sedangkan
/ruma/ sebagian dari /parumaan/ itu. Bandingkan /parumaan urag mudia?/ 'perumahan orang mudik'( kompleks tempat tinggal orang Bukittinggi
dan sekitamya) dan /ruma urag mudia?/'rumah orang mudik'. Hal yang sama terdapat pula pada kata /pakayuan/ dan /kajoi/. /pakayuan/ adalah sekalian kayu-kayu yang siap dipergunakan untuk bangunan rumah,sedangkan /kayu/ dapat diartikan sebagai benda yang dapat dibedakan dengan batu.
Akhimya, dapat disimpulkan bahwa morfem {pa(N)-...-an} dapat dijadikan sebagai pembentuk atau penanda kata benda kolektif.
(d) pa(N)',„'an2 Dalam kalimat
Kami sisua? dufj' 'perumahan kami dulu itu',
kata /parumaan/ berbeda maksudnya secara leksikal dari /parumaan urag mudia?/ 'perumahan orang mudik' seperti yang dikemukakan sebelumnya. Kalau dalam kalimat yang terakhir ini {pa(N)-...-an)' pada /parumaan/ berfungsi sebagai pembentuk kata benda kolektif, maka {pa(N)-...-an} pada /parumaan/ dalam kalimat yang pertama berfungsi sebagai pembentuk kata benda baru yang tidak mengandung arti kolektif, /parumaan/ di sini menunjukkan tempat berdirinya /ruma/ 'rumah'. Beberapa kata lain yang mengan
dung morfem -{pa(N)-...-an2} ini ialah /paladaijan/ 'perladangan', /parantawan/'perantauan' dan /padagawan/'perdangauan'(lokasi dangau). (e) palNj-^.-an^ Dalam contoh berikut ini diperlihatkan fimgsi lain morfem {pa(N)-...-an}. ifla kaliyan parumaan ana? kaliyan^ 'telah-kamu-kawinkan-anak-kamu' 'Telah kamu kawinkan anakmu'?
52
Kata /parumaan/ pada kalimat di atas dinamakan morfem {pa(N)-...-an2}-. Kata /panimaan/ yang berarti'menyunih kawinkan'itu merupakan kata keija imperatif yang semula berasal dari kata benda. Penibahan kelas kata teijadi
karena adanya penambahan •{pa(N)-...-an2}. Dengan demikian, morfem ini bersifat derivatif. Kata-kata lainnya yang di dalamnya terdapat morfem
-[pa(N)-.,.-an3} berubah menjadi kata keija imperatif, antara lain, ialah /pabinian/ 'kawinkan' (laki-laki), /palakian/.'kawinkan' (perempuan), dan /patitipan/'uangkan'(jadikan uang). (5) Posisi ManaSuka(Opsional)
Di samping morfem yang menempati posisi tertentu secara konstan seperti telah dijelaskan di atas, dijumpai pula jenis morfem lain yang posisinya kurang menentu karena adakalanya muncul di depan, di tengah, atau di akhir, Posisi yang demikian bergantung pada morfem bebas atau stem yang menjadi landasan morfem terikat itu (morphologically conditioned),
Maksudnya ialah bahwa bagi morfem yang bebas tertentu terbuka kemungkinan miinculnya morfem terikat jenis ini hanya pada posisi akhir atau pada salah.satu posisi akhir atau depan. Posisi macam inilah yang dinamakan.dengan posisi mana suka (opsional). Satu-satunya yang termasuk dalam kelompok morfem yang menempati posisi mana suka ini ialah morfem ulang (mil). Morfem itu disebut demikian karena bentuknya mirip sekali dengan atau seolah-olah mengulang morfem bebas yang menjadi landasannya. Sesuai dengan posisinya morfem ulang ini dapat pula dibedakan menjadi morfem ulang posisi depan (-mil)dan morfem ulang posisi akhir (-mil). Contoh :
1)Posisi awal
Isure? manure?! jtimpo batimpoj jlolo? balolo?anl lana?barana?l
'surat menyurat' 'timpa menimpa' 'tidur (karena) ditidurkan' 'anak beranak'
2)Posisi akhir
(sure? sure?!
'surat-surat'
!datai} data^!
'datang-datang'
!baolo?olo?!
'berolok-olok'
53
Ibalari hrian!
1)611311-1311311'
fsalamo lamoiw/
'sel3ni3-l3m3ny3'
3.1.2 Proses Morfologis
D3l3m pembic3r33n proses morfologis sksn dibahss tentsng proses efikS3si, proses klitisssi, proses modifik3si intern, proses reduplik3si, den proses kombinesi!
3.1.2.1 Proses Aflksesi
Sebegitu jeuh telah dijumpai empat jenis proses afiksasi, yakni (1) prefiksasi,(2)infiksasi,(3)sufiksasi, dan(4)konfiksasi. Morfem-morfem yang dipakai untuk proses prefiksasi ialah morfem
{baj-}, •[ba2-}, {ba3-}, dan seterusnya sampai dengan -[bay-}, {di-},4kaj-}' sampai dengan {ka^-},{ma(N)2-} dan ^ma(N)2-}, ■{pa(N)2-} sampai dengan
{pa(N)4-}, -[saj-} sampai dengan {sa3-},4ta2-} sampai dengan •(tag-}. Con-
toh-contoh untuk setiap proses dengan setiap preflksi di atas dapat dilihat kembali pada Subbab 3.1.1.2.b.
Morfem-morfem yang dipakai untuk proses infiksasi ialah infiks {-am} dan {-ar-}. Contoh-contohnya dapat dilihat pada uraian mengenai infiks itu. Morfem-morfem yang dipakai untuk proses sufiksasi ialah sufiksa
(•auj}, (-302} dan (-i}. Contoh-contohnya dapat dilihat pada uraian menge nai sufiks itu.
Selanjutnya dalam proses konfiksasi dipergunakan konfiks (ka-...-an|}, (ka-...-an2}, (pa(N>...-an2}, (pa(N>....an2}, dan (pa(N>...-an3}. Contohcontoh untuk setiap konfiksasi dapat dilihat kambali pada uraian masing-
masing. 3.1.2.2 Proses Klitisasi
Data-data memperlihatkan bahwa dalam bahasa yang ditehti ini terdapat satu macam proses klitisasi, yaitu khtik yang dijumpai pada posisi akhir
(enklitisasi). Di antara contoh-contoh itu ialah /poila/ 'pergDah', /barala/ "berapalah', dan/yola/'yalah'. 3.1.2.3 n-oses Modifikasi Intern
Modifikasi intem ini dialami oleh ketiga macam fonem (vokal, konsonan, dan figtong). Perubahan itu adakalanya teijadi pada satu atau dua vokal saja.
54
adakalanya pada satu atau dua kcnsonan, atau adakalanya pada diftong. Namun kenyataannya ialah bahwa modifikasi ini dijumpai pada proses reduplikasi.
Proses modiiikasi yang diaiaini oleh satu vokal, mis^ya dijumpai pada kata ./basobasi/ 'basabasi', dan /gara?gari?/ 'gerak-gerik'. Proses rnodifikasi
yang dialami oleh dua vckal ialah pada kata /bula?balia?/ 'bplak-balik',
/luntajlantua^' 'luinang-lantung\ dan /cumpagcampia^/^compang-camping'. Proses modifikasi yang di dalamnya terdapat perubahan konsonan dijum
pai pada kata /lapelale; lepas-leias' dan /solua?bolua?/ 'seluk-beluk*. Proses modifikasi yang di dalamnya terdapat perubahan lebih dari dua konsonan dijumpai. antara lain, pada kata /kolamkapito/ 'gelap gulita'. Selain perubabian yang dialami oleh vckal atau konsonan pada proses modifikasi seperti yang diperliliatkan di atas, juga ditemui penambaJian atau pengurangan fonem. Pengurangan inipun hanya dijumpai pada proses redu-
plil^i. Beberapa contoh di antaranya ialah /tiputepo?/ Hipu-tipu' (penam-
bahan konsonan glotal). dan .kencoyneo^/ 'tidak jujur'(pengurangan kon sonan In! dan /c/).
3.1.2.4 Proses Reduplikasi
Proses ini dapat dibagi menjadi proses reduplikasi penuh dan proses reduphkasi sebagian.
Reduplikasi penuh dibedakan pula antara reduplikasi penuh utuh dan re duplikasi penuh terbagi. Proses reduplikasi yang utuh adakalanya mengandung satu morfem atau lebih. Proses reduplikasi utuh yang mengandung satu
morfem, misalnya, dijumpai pada kata /dapawdajaw''dangau-dangau*. Aarllari/ lari-lari*. /pandaijpanda^/ 'panjang-panjang', /bilobilo/ 'kapan-kapan\ dan /ituitu/ 'itu-itu*. Kemudian proses reduplikasi utuh yang mengandung lebiii dari satu mor\'em dijumpai pada gabungan morfem bebas dan terikat,
seperti pada fK-akurarjankakurapan/ Icekurangan-kekurangan', /saparinduan-. sapaiinduan/ 'seketurunan-seketurunan', dan /bakapanjayanbakapanjagan/ 'berkepanjangan'.
Reduplikasi penuh-terbagi ditemukan pada kata-kata, seperti /tupa^ma-
nupa^- 'topang-menopang, /Tcajabakaja/ 'kejar-mengejaf, dan /tunjua?manujua?!/ Hunjuk-menunjuki'.
Selain itu, dijumpai juga reduplikasi penuh dengan penambahan atau perubahan fonem. Beberapa contohnya telah dikemukakan pada Subbab
55
Reduplikasi sebagian sedikit sekali dijumpai. Selama ini yang ditemuii ialah reduplikasi pada kata /papata/'pepatah' dan /patitiah/ 'petitih'. 3.1.2.5 Proses Kombinasi
Dalam proses kombinasi ini dijumpai gabimgan dua kata yang berasal dari kelas kata yang sama atau berlainan. Proses kombinasi yang pertama me-
rupakan gabungan dari dua kata benda, seperti halnya /ladai}padi/ ladang padi', /nina? mama?/ 'ninik mamak', /tali baja?/ 'tali baj^', dan /pisaw bawag/ 'pisau bawang*. Proses kombinasi yang kedua merupakan gabimgan kata benda dan kata keqa seperti halnya yang dijumpai pada /ruma makan/'rumah
makan', /da^aw rundo/ 'pondok ronda', dan /kapatoba^/ 'kapal terbang'. Proses kombinasi yang ketiga merupakan gabungan kata benda dan kata bilangan, seperti halnya pada kata /tola?tigo/ 'talak tiga', /puaso onam/'puasa enam', /badan duo/ "badan dua' (hamil), dan /cupa?cie?/ 'egoistis'. Proses kombinasi yang keempat merupakan gabungan kata keija dan kata benda seperti halnya pada kata /makan aid/ 'makan hati', /toga? tali/ lurus ke atas' (lurus), /jatua aso?/ 'jatuh asap' (beruntung), dan /naia? dara/ 'naik darah'. Proses kombinasi yang terakhir merupakan gabungan kata sifat dan kata ben
da yang ditemukan pada kata-kata seperti /putia ati/ 'putih hati' (tulus),
/panja^ lida/ 'panjang lidah', (ti9gi ati/ 'tinggi hati', dan /godan ota/ 'besar bicara'(pembual). 3.1.3 Proses Morfofonemis
Ada tiga macam jenis proses yang bertahan dengan proses morfofonemis dalam bahasa yang tengah diteliti ini. Ketiga macam proses itu ialah proses asimilasi, proses pengguguran, dan proses penambahan. 3.1.3.1 Proses Asimilasi
Proses asimilasi dijumpai pada proses afiksasi yang di dalamnya terdapat
prefiks {ma(N)-} atau (pa(N^}. Di samping itu, terdapat pula pada morfem (no} dan {-an}. Fonem /N/ pada morfem {ma(N)-} atau {pa(N)-} itu berasimilasi dengan konsonan yang menjadi inisial morfem yang mengikutinya. Asimilasi ini bersifat.sebagian karena perubahan yang teqadi hanya mengikuti tipe artikulasi konsonan yang mempengaruhinya itu. Proses asimilari yang demikian telah maigubah morfem (ma(N)-}.atau (pa(N)7} menjadi tiga macam alomorf, yakni(mem-},^man-},dan(man-}.
Morfem (ma(N>} berubah menjadi(mam-} apabila /N/ diikuti oleh fo nem bilabial /p/,/b/, dan /m/.
56
Contoh :
{ma(N)-} + {paguy?} 'pagut' •{ma(NH + {boU}"beli'
===^ Irmmpaguy?! ==^ Inuanbolil
{ma^)-} + {makan} 'makan' ===#► Imammakanl Basil proses asimilasi yang membentuk /mampaguy?/, dan /mammakan/ selanjutnya mengalami proses yang akan dibicarakan dalam proses pengguguran. Proses yang sama dialami juga oleh morfem {pa(N)-} yang secara alternatif berubah menjadi (pam-}-. ^pan-J v^lan {pan-}. Contoh:
{pa(N» + {paguy?} 'pagut' ===# Ipampaguy?! {pa(N)-} + {boll} 'beli' ====:^ Ipamboli/ {pa(N)-} + {makan} 'makan' ===^ /pammakan/
Seperti halnya /mampaguy?/ dan /mammakan/, bentuk /pampaguy?/ dan /mammakan/ maslh akan mengalami proses dan ini akan dibicarakan pula
pada bagian pengguguran di bawah. Morfem {ma(N)-} berubah menjadi [man-] apabfla /N/ diikuti oleh.fonem' alveolar /t/, /d/, dan /s/. Beberapa contoh ;
{ma(N)-} {pa(N>} {ma(N>} {pa (N>}
+ {tiru} + {tiru}
'tiru'
===^ /mantiru/ /pantiru/
+ {dayuan} 'dayung' ====# /numdayuai)/ + {dayuan} Ipandaym^/
{ma^)-} + {sabi?} {pa ^>} + {sabi?}
'sabit'
-==» ImansabitI ====:» /pansabit/
Bentukan /mantiru/, /pantiru/, /mansabi?/, dan /pansabi?/ akan mengalami
proses seperti yang terlihat pada uraian tentang pengguguran di bawah. Morfem {ma(l^-} juga berubah menjadi {man-} apabila /N/ diikuti oleh fonem alveopalatal /c/ dan /J/ seperti terlihat pada contfli berikut ini.
{ma(N)^} + {pa (N>} + {ma(N)-} + {pa (N>} +
{cari} ' {cari} {cibiw} {cibiw}
'cari' 'cibir'
===^ > ===#• ==:^
Immcmj Ipancml Immcibiwl Ipmcibtwl
57
Selanjutnya atan {pa^J)-J benibah masifig-fflasing maijadi {man-} atau {pan-} apabila /N/ dukuti oleh konscman selar /g/f /k/, atati /n/ seperti yang terlihat pada contoh berikut ini.
{ma(N>} + {gigi?> {pa(N>} + {gigi?} {ma(N)-} + {kirim}
Ipmg^l
ftncmk^ivnl
'kirim'
^a(N)-} + {kirim}
fptmkinmf
,{ma(N)-} + {imo} {pa(N)-} + {nano}
=#
Ipanye^j
/mankinni^ /pankirim/, ^anpa^o/, dan /pan^a^o/ akan mengalami proses lagi seperti yang diterangkan pada uraian berikutnya.
Asimiiasi yang sifatnya sebagian seperti yang dinrailBin di atas, tidak berlaku bagi fonem /N/ yang terdapat pada morfem {ma(N)-} atau {pa(N)-} apabila diikuti oleh konsonan alveopalatal
/rfl/, dan /r/.
Proses ashnilasiAya bersifat penuh./N/ seluruhnya berubah men}adi konsonan yang mengikutitiya. Dengan dendkian, /N/ berubah secara altersatif menjadi A/,/n/, atau /r/ apabila diikuti oteh salah satu konscnm itu. Contoh:
{ma(N>} + {pa(N)-} + {ma(N)-} + {pa(N)-} + {ma(N)-} + {pa(N>} +
{lawan} {lawan} {naia?an} {naia?w} {ragu} {ragu}
'lawan'
'naikkan' 'ragu'
==> ImalkwanI IpallawanI ~ > lnmmaia?anl ■ lpanmia?anl ==» Imarragul ==^ Iparragul
Bentukan hasd asimiiasi di atas seluruhnya akan mengalami proses lanjutan
yang akan dibkarakm pada proses pengguguran di baw:^. Proses asimflasi{ma(N}-} atau{p^N)>} dengan fonem vokal yang mmjadi misial morfem yang men^kutinya mjsntinta peneHtiaa yang lebih mendalam.
Beidasarkan data yang d^rcdeh, d^un^m bentuk /pag^aw/ 'pengigau', dan /magigsw/ 'mengigau*. hB-berartf bahwa /N/ berubah menjadi /g/ karena dipengaftdd oleh vokd /i/. Namun,perubrdi^ ssperti itju tidak d^umpai pada /N/ yang diikuti oteh yt^$ sama yang meigadi ui^al morfem {ikua}.
Fonem /N/ pada {ma(N>} atau {pa(N^} ys^ meodldiului fcuim /i) pada morfem {ikua} berub^ meigadi ^ (kosong} sehing^ haal proses morfofonemisnya merabentuk /maikua/'raengekor'.
58
Asimilasi yang teqadi ialah pembahan konsonan, dalam hal ini /N/, menjadi vokal karena dipengaruhi oleh vokal yang mengikutinya. Dengan demikian, kesimpulan yang diambfl ialah bahwa:
4ma(N>} + #-a... 4ma(N>} + #i .. 4ma(N>} + :# u.. -{ma(N)-} + # e .. ^ma(N)-} + ^ o..
==
ma(j)a maljH ma^ ma(j)e ma^o
Contoh :
{ma(N>} 4ma(N» {ma(N>]. 4ma(N>} 4ma(N>}
{ara}{ikua]{ukua} {eton} 4ota>
==#■ Imaara?! Imaikml Imaukual ==^ Imaetoi}!
'mengarak' 'mengekor' 'jnengukur' 'menghitung'
==^ Imaotal
'membual'
Proses morfofonemis seperti yang diperlihatkan oleh contoh-contoh di atas secara transformatif dapat diformulasikan sebagai berlkut.
59
' Imai-j
'■fPi...
Ipai-I #e...
Imae-I Ipae-I Imaa-I Ipaa-I
ma(N)
Imao-j Ipao-I # «...
ImaU'l Ipau-I
Imamp-I Ipamp-I #b...
Imamb-I Ipamb-I
U-m-..
Imamm-I Ipamm-I
j # A..
>
<
Irmnt-I
1 Ipant-I
1j Inumd-I 1
Ipand-I
j Imans-I
#^...
Ipans-I
#c...
Irmnc-I Ipanc-I Imanj-I Ipanj-I
#/...
^ pa(N)
Imang-I Ipang-I #^...
Imank-I Ipank'l
#/... .
Imall-I Ipaiy
4^n...
Imany-I Ipant}-!
J
Imarr-I Iparr-I
'l.
/
60
Morfem -{-no} 'nya' mempunyai sejumlah alomorf yang pembentuknya teijadi melalui proses asimilasi. Berdasaikan data-data yang ada dapat disimpulkan bahwa pembentukan alomorf itu dikendalikan dan dipengaruhi oleh vokal akhir morfem yang mendahului morfem {-ho} itu. Secara transformatif proses itu dapat digambarkan sebagai berikut. i e
e
<
a > [-no]
< a
o
o
u
u
Contob :
{pipi} {bore} {bua} [rogo} {buku}
'pipinya' 'berasnya' 'buahnya' 'harganya' 'bukunya'
+ {-ino} ===^ + + + +
{-ino} ===^ {-ino} {-ino} {-ino}
Morfem [-an] dalam realisasi fonemisnya juga muncul dalam bentuk beberapa alomorf. Alomorf morfem ini dibentuk setelah melalui proses asimilasi yang sama dengan pembentukan alomorf{-no} di atas. Maksudnya ialah bah wa realisasi {-an} dapat diprediksi dengan melihat vokal akhir dari morfem yang mendahului morfem {-an} itu. Realisasinya persis sama pula dengan vokal yang mendahuluinya. Formulasinya dapat digambarkan sebagai berikut. e
"N a
{-an}
1
-m
e
-en
a ^
-an ^ -on -un
Contoh :
{abi} {jole} {bia} {lupo} {biru}
+ {-an} + {-an} + {-an} + {-an} + {-an}
===^ ===^ =—=^ •» ¥
labiini Ijoleenj Ibiaanj jlupoonl IbiruunI
'habiskan'
'jplaskan' 'biaikan'
'lupakan' 'biruan'
61
3.1.3.2 Proses Pengguguran
Proses pengguguran ialah proses yang di dalamnya teijadi penghilangan fonem-fonem tertentu. Sebegitu jauh telah ditemukan empat macam bentuk penghilangan fonem ini, yakni:
(a) fonem hambat tak bersuara, (b) fonem nasal,
(c) fonem velar bersuara, dan (d) fonem vokal. a) Penghilangan Fonem Hambat tak Bersuara
Penghilangan fonem ini teijadi bila didahului oleh fonem nasal dan diikuti oleh fonem vokal.
Contoh ;
Imampaguy?! Imantaril
Imankirimj
==^
^
jmarmguy?! Imanaril
Tnemagut' 'menari'
Ima^irimj
'mengirim'
Proses penghilangan ini secara formulatif dapat digambarkan sebagai berikut. m
i n
:1
m
=2v
n>
n
b) Penghilangan Fonem Nasal Bila dua fonem nasal muncul berurutan dan kemudian disusul oleh sebuah
fonem vokal, maka fonem nasal yang muncul kemudian menjadi gugur. Contoh ;
IrmmmakanI Imannaiafml
Imarmkanj ImanaWanl
'menaikkan'
lma^ai}ol
'menganga'
'memakan'
Kaidah di atas secara formulatif dapat digambarkan sebagai berikut.
62
■"1 n >
l9j c) Pen^flangan Fonem Velar Bersuara
Fonem velar bersuara menjadi gugur bila diikuti oleh fonem vokal. Contoh;
Imaikml Imaetoi}! Inuua^a?! Imaotal jmaukual
jmaijikml jmaifetotfl Imatfora?! Imaifotal
ImoQukual
'mengekor'
'menghitung' 'mengarak' 'membual'
'mengukur'
Secara formulatif gambaran kaidah itu di atas adalah sebagai berikut.
9
d) Penghilangan Fonem Vokal Dua fonem vokal yang muncul secara berurutan mengalami proses peng
hilangan. Penghilangan teijadi pada fonem yang muncul lebih dahulu. Contoh:
jbaa ura^l jhaa awa?l Ibaagia?! /saisua?/
Ibura^l jbawa?! jbagia! /sisua/
Tjagaimana orang' 'bagaimana awak' 'diberi' 'dulu'
3.1.3.3 Proses Penambahan
Sedikit sekali dgumpai proses penambahan ini. Yang dijumpai hanyalah
penambahan fonem {r} pada proses morfofonemis yang tejadi pada morfem
61
3.1.3.2 Proses Pengguguran
Proses pengguguran ialah proses yang di dalamnya teijadi penghilangan fonem-fonem tertentu. Sebegitu jauh telah ditemukan empat macam bentuk pen^angan fonem ini, yakni: (a) fonem hambat tak bersuara, (b) fonem nasal,^
(c) fonem velar bersuara, dan (d) fonem vokal.
a) Penghilangan Fonem Hambat tak Bersuara
Penghilangan fonem ini teijadi bila didahului oleh fonem nasal dan diikuti oleh fonem vokal.
Contoh:
Imampaguy?! Imantaril /mankirim/
Imamaguy?! Imanaril
'menari'
jmaijinml
'mengirim'
TTiemagut'
Proses pen^angan ini secara formulatif dapat digambarkan sebagai berikut. m
m
^ n>
< n n
9
b)Penghilangan Fonem Nasal Bila dua fonem nasal muncul berurutan dan kemudian disusul oleh sebuah
fonem vokal, maka fonem nasal yang muncul kemudian menjadi gugur. Contoh:
ImammakanI Imannamfanl
> ^
Imamakml lmanaia?anl
'memakan' 'menaikkan'
Ima^m^ol
>
jma^ol
'menganga'
Kaidah di atas secara formulatif dapat digambarkan sebagai berikut.
62
""1 n
>
c) Penghilangan Fonem Velar Bcisuara Fonem velar bersuara menjadi gugur bila diikuti oleh fonem vokal. Contoh:
Imaikml Imaetoi}! Imaara?! /maotal Imaukual
Imarfikml jrmifetoyi lm(tt}ara?l fmat^otal
jmcyukual
'mengekor' 'menghitung' 'mengarak' 'membual'
'mengukur'
Secara foimulatif gambaran kaidah itu di atas adalah sebagai berikut.
d)Penghilangan Fonem Vokal Dua fonem vokal yang muncul secara berurutan mengalami proses peng
hilangan. Penghilangan terjadi pada fonem yang muncul lebih dahulu. Contoh :
Ibaa urco}! Ibaa awa?l Ibaagia?! /smua?/
— ? ■■ ' ■ —>r -~T- y
Ibura^j Ibawa?l Ibagiaj /sisua/
'bagaimana orang' 'bagaimana awak' 'diberi' 'dulu'
3.1.3.3 Proses Penambahan
Sedikit sekali dqumpai proses penamb^an ini. Yang dijumpai hanyalah
penambahan fonem {rj pada proses morfofonemis yang tejadi pada morfem
63
{ba-} dan morfem {aja} yang berubah menjadi /baraja/ 'belajar'. Tanpa penambahan fonem /r/ kata /baaja/ 'diajar' akan muncul suatu kata yang artinya berbeda daii kata /baiaja/.
Kata /bareton/ Tjerpertimbangan' juga merupakan penambahan fonem /r/ yang disisipkan antara ■{ba-} dan {etonj 'hitung'. Kata /baetoij/ yang di dalamnya tidak terdapat penambahan /r/ m'empunyai arti yang lain, yakni 'dihitung'.
Ada suatu kasus penambahan lainnya, yakni penambahan konsonan /s/ yang teijadi pada morfem /mani/ 'manis' dan morfem {-an}'. Penambahan pada morfem {mani} tanpa konsonan /s/ akan memunculkan kata /manian/ sebagai hasil proses morfofonemis. Akan tetapi, yang tejjadi ialah kata /manisan/ yang berarti 'madu'. 3.2
Kata
Dalam pembicaraan kata akan dibahas tentang jenis kata, yaitu kata benda, kata keija, kata sifat, fcata keterangan, dan kata tugas. 3.2.1
Jenis Kata
Deskripsi jenis kata ini bertalian dengan kata utama (content words) dan kata lain yang ada di luar kata utama itu yang dikenal sebagai kata tugas (function words). Kata utama yang dideskripsikan ialah kata benda, kata
keija, kata sifat, dan kata keterangan. Kata tugas akan membicarakan kata pewatas (modifier), proposisi, dan kata penghubung. 3.2.1.1 Kata Benda
Dalam pembicaraan kata benda akan dibahas tentang struktur, penanda, dan fiingsi. a. Struktur
Sebuah kata benda adakalanya terdiri dari hanya satu morfem bebas seperti
{ayiw} 'air', -{ikan} 'ikan, dan {kami} 'kami'. Di samping itu, dijumpai juga kata benda yang unsumya terdiri dari dua morfem bebas atau lebih. Kata benda yang mengandung dua morfem bebas merupakan kombinasi dua kata benda atau lebih atau kata benda dengan kata utama lainnya, seper
ti yang tersimpulkan pada formula di bawah ini.
64
KB KB
KB (i
KB
•>)
KB
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diberikan beberapa contoh kata benda yang mengikuti formula di atas. 1) KB KB
(penghulu adat)
Ininia? maka?! /ana? sakolaj
'murid sekolah'
2) KBKK Tcapal terbang' 'baju tiduf
/kopa tobanj jbaju lolo?/ 3) KBKS
'orang tua'
juran gae?/ jpa? tuoj 4)
(kakek dari ayah)
KB KBil 'talak tiga'
/tola? tigoj jroda duoj
'roda dua'
Selain struktur yang teiah dikemukakan di atas banyak juga dijumpai kata
benda yang unsur-unsumya terdiri dari morfem terikat dan morfem hebas. Sebagian kata benda mengandung morfem terikat pada posisi awal dan sebagian mengandung morfem terikat pada posisi akhir. Namun,kata benda yang mengandung morfem terikat pada posisi awal dan yang mengandung morfem terikat pada posisi akhir secara bersamaan ditemui juga. Dengan kata lain, struktur kata benda dapat digambarkan menurut formula ^perti berikut ini.
^ KB ^ KK
(pa(N)-KBil
KS
(mU)
63
{ba-} dan morfem {aja}- yang berubah menjadi /baraja/ 'belajar'. Tanpa penambahan fonem /r/ kata /baaja/ 'diajar' akan muncul suatu kata yang artinya berbeda dari kata /baraja/.
Kata /bareton/ 'berpertimbangan'juga merupakan penambahan fonem /r/ yang disisipkan antara ■{ba-} dan {etonj Tiitung'. Kata /baetoi^/ yang di dalamnya tidak terdapat penambahan /r/ m'empxmyai arti yang lain, yakni 'dihitung'.
Ada suatu kasus penambahan lainnya, yakni penambahan konsonan /s/ yang teqadi pada morfem /mani/ 'manis' dan morfem {-an>. Penambahan
pada morfem {mani} tanpa konsonan /s/ akan memunculkan kata /manian/
sebagai hasil proses morfofonemis. Akan tetapi, yang teijadi ialah kata /manisan/ yangberarti 'madu'. 3.2
Kata
Dalam pembicaraan kata akan dibahas tentang jenis kata, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata tugas. 3.2.1
Jenis Kata
Deskripsi jenis kata ini bertalian dengan kata utama (content words) dan kata lain yang ada di luar kata utama itu yang dikenal sebagai kata tugas (function words). Kata utama yang dideskripsikan ialah kata benda, kata
keija, kata sifat, dan kata keterangan. Kata tugas akan membicarakan kata pewatas (modifier), proposisi, dan kata penghubung. 3.2.1.1 Kata Benda
Dalam pembicaraan kata benda akan dibahas tentang struktur, penanda, dan fungsi. a. Struktur
Sebuah kata benda adakalanya terdiri dari hanya satu morfem bebas seperti
{ayiw} 'air', {ikan} 'ikan, dan {kami} 'kami'. Di samping itu, dijumpai juga kata benda yang unsumya terdiri dari dua morfem bebas atau lebih. Kata benda yang mengandung dua morfem bebas merupakan kombinasi dua kata benda atau lebih atau kata benda dengan kata utama lainnya, seper
ti yang tersimpulkan pada formula di bawah ini.
64
KB KB
KB (K
V) KB
KB
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diberikan beberapa contoh kata benda yang mengikuti formula di atas. 1) KB KB
Ininia? maka?! jana? mkolaj
(penghulu adat) 'murid sekolah'
2) KBKK Tcapal terbang' 'baju tiduf
Ikopa tobanj Ibaju lolo?! 3) KBKS
luran gae?l Ipa? tuo! 4)
'orang tua' (kakek dari ayah)
KB KBil
jtola? tigoj Irodaduol
'talak tiga' 'roda dua'
Selain struktur yang telah dikemukakan di atas banyak juga dijmnpai kata benda yang unsur-unsumya terdiri dari morfem terikat dan morfem hebas. Sebagian kata benda mengandung morfem terikat pada posisi awal dan sebagian mengandung morfem terikat pada posisi akhir. Namun,kata benda yang mengandung morfem terikat pada posisi awal dan yang mengandung morfem terikat pada posisi akhir secara bersamaan ditemui juga. Dengan kata lain, struktur kata benda dapat digambarkan menurut formula seperti berikut ini.
^ KB (pa(N>-
KK
KBU KS
(mU)
65
Aplikasi formula di atas tercermin pada contoh-contoh berikut ini. 1)KB
mU
-an
/bua
bua
an/
2) pa(N>
KB
-i
/pan
data
i/
3)pa(N>
KK
/pa 4)pa(N> /pa
5)KB /duri
6)KK /paka 7) KS /lapan
minum/
'buah-buahan'
'pendarahi'
'peminum'
KBfl
nujua/
'penujuh'
-an
an/
'durian'
-an
an/
'pakaiaii'
-an
an/
Tapangan'
b. Penanda
Beberapa kata benda dapat ditentukan dari penandanya. Penandanya ini terdapat di dalam kata itu sendiri atau di luamya. Penanda kata benda yang ada di luar ialah kata-kata lain yang dapat dijadikan sebagai perkiraan kehadiran kata benda,baik setelah kata penanda itu maupun sebelunmya.
Penanda yang terdapat di dalam kata benda itu sendiri ialah morfem terikat yang diperlihatkan pada struktur kata benda seperti yang terdapat pada pada halaman 64.
Hal ini tidaklah berarti bahwa setiap kata yang di dalamnya terdapat mor fem terikat termasuk kata benda. Morfem terikat yang seperti itu pun ada-
kalanya juga menjadi penanda kata utama lainnya. Namun, dapat dikatakan bahwa akan terbuka kemun^dnan untuk menyatakan suatu kata yang mem-
punyai penanda itu termasuk kata benda.
66
Penanda yang berada di luar kata benda itu sendiii dapat pula dijadikan sebagai bahan peitimbangan untuk kemungkinan kehadiran kata benda sesudah-
iQra atau sebelunmya. Penanda itu terdiri dari morfem bebas. Penanda yang muncul di depan kata benda ialah kata sandang,kata bilangan, dan preposisi. Dengan demikian, posisi penanda itu terlihat seperti pada pola berikut ini.
f KSd ^ < KBil I
KB
Untuk lebih jelasnya di bawah ini dibeiikan beberapa contoh. 1)
2)
KSd
KB
/si
bolan/
KBfl
KB
/duo
kobe?/
3) Prep /di
'si Belang'
'dua ikat'
KB
kampa/
'di Kampar'
Penanda yang muncul di belakang kata benda ialah kata ganti penunjuk, dan kata ganti kepunyaan. Contoh:
4) KB /roto
5) KB /luno
GP
ko/
'harta ini'
GK
ffo/
'kepunyaannya'
c. Fungsi
Kata benda dalam sebuah kata berimbuhan berfungsi sebagai aVar (root) kata itu seperti halnya kata /duri/ 'duri' dalam/duriyan/ 'durian'. Dalam
frase nomina kata benda berfungsi sebagai kata inti(headword)seperti halnya kata /roto/ Tiarta' dalam /roto ko/ liarta ini'.
67
Dalam kalimat, kata benda mempunyai fiingsi yang berbeda-beda. Adakalanya sebagai subjek seperti kata benda /ayam/ dalam kalimat /ayam makan/ 'ayam makan'. Kata benda mungkin juga berfungsi sebagai predikat se perti halnya kata benda /gum/ dalam kalimat /ino gum/ 'dia gum', atau seba gai objek seperti halnya kata benda /ikan/ dalam /ino manemba? ilan/ 'dia menembak ikan'.^ Di samping itu, kata benda juga berfungsi sebagai unsur frase preposisi seperti halnya kata benda /lopaw/ dalam frase /di lopaw/ 'di lepau'.
3.2.1.2 KataKeija
Dalam pembicaraan kata keija akan dibahas tentang stuktur, penanda, dan fungsi. a. Struktur
Seperti halnya kata benda, kata keija juga dapat dibedakan atas kata keija yang hanya terdiri dari satu morfem bebas atau lebih dan gabungan morfem bebas dan morfem terikat. Kata keija yang hanya terdiri dari satu morfem be bas ialah kata keija seperti {toban} 'terbang', {lolo?} 'tidur', dan -[makan} 'makan'. Kata keija yang terdiri dari dua morfem bebasialah kata keija seper
ti /pulajbalia?/ 'pulang pergi', /tutun naial?/ 'tumn naik, dan /jago lolo?/'bangun tidur'.
Kata keija yang mempakan gabungan morfem bebas dengan morfem ter ikat dijumpai dalam bentuk yang bervariasi sekali. Pola terikat dijumpai da lam bentuk yang bervariasi sekali. Pola di bawah ini memperlihatkan struktur kata keqa yang bervariasi itu. r
KB
ba-
KK
di-
(mU)<
> (pa(NH ta-
ma(N)-
KS
-an
(mU)
KBil KT
Berikut ini ditumnkan beberapa contoh kata keija yang mengikuti struktur di atas.
(I) KataKerjaden&mlntlKauiBenda ba-
di-
ma(N)-
ta-
pa(fQ ' KB
di
pa
jalan jatan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan jalan
di
pa
jalan
jalan
(U
pa
jalan jalan
jalan
pa
pa pa ta ta
ta
pa
ta
pa
ta
pa
man man man
pa
di
di di
di di
pa
ba ba
pa
ba ba
pa
ba ba
pa
ba
-an
pa
jalan jalan jalan jalan jalan jalan
-i
an
i
jalan jalan
an
i an
i
jalan
i an
i an
jalan jabm
an
i an
i an an
i
jalan jalan
an
i an
i an
i an
JdJutli
MA
jidaa
mU
1
an
i
jalan jalan
an
i an
i
69
(2) Kata Kerja dengan Inti Kata Kerja mU
ba-
di- ma(N)- ta-
pa(N)- KK
mU
-an
-i
dudua?
'duduk'
dudua? dudua? dudua? dudua?
an
dudua?
an
dudua? ta
dudua?
ta
dudua? dudua?
ma(N) ma(N) ma(N) ma(N)
i i
dudua?
an
dudua? dudua?
an
dudua?
i
dudua? dudua?
i
di
dudua?
an
di
dudua? dudua?
an
di
dudua?
i
ba
dudua?
ba
dudua? dudua?
ba
dudua?
an
ba
dudua? dudua?
an
ba
dudua?
i
i
ba
dudua? dudua?
dudua? ba
dudua? dudua?
an
dudua? ba
dudua?
an
dudua?
an
ma(N) ina(N)
dudua?
dudua?
dudua?
i
etog ta
ma(N) di ba
'hitung*
par
etog
an
par
etog etog etog etog
an an
par par par
an
an
70
(3) Kata Kerfa dengan Inti Kata Sifat mU
ba-
di-
ma(N)-
ta-
pa(N>
pa pa ta
ta ta
ma(N) ma(N)
pa pa pa
di di
di
pa
di
pa
ba ba
tingi tingi
ba
pa
ba
pa
ba
ma(N)
KS
tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi tiggi
mU
-an
an 'tinggikar
tiggi
an an
tiggi
an an
tiggi tiggi
an
an an
tiggi
an
tiggi
an
tiggi
an
tiggi
an
tiggi
an
an
an
an
an
an
(4) Kata Kerja dengan Inti Kata Bilangan mU
ba-
di-
ma(N)-
ta-
pa-
KBil
mU
-an
duo
an
duo
an
duo
an
duo
an
duo duo pa
duo
pa
duo
ta
duo
ta
duo
ta
pa
duo
ta
pa
duo
an
an
an
an
'duakan'
'perduakan' 'terduakan'
71
mli
• ba-
di-
marN)-
ta-
pa-
ma("N)
KBil
mU
-an
duo
'melakukan
•
kedua kalinya'
ma(N) ma(N)
duo duo
maCN)
pa
duo
mafN)
pa
duo
duo
an an
an 'inemperduakan'
dj di
duo duo duo duo
ba
ba ba
duo
duo
an
duo
an 'diduakan* an
duo duo
'berdua-dua' an 'djdua-duakan'
ba ba
pa pa
duo duo
ba
pa
duo
'dibagi dua' an 'diperduakan'
duo
an 'diperduaduakan'
QUO
ba
duo
'dua berdua'
(5) Kaia Kerja dengan Inri Kara Tugas mU
ba-
di-
ma(N>
ta-
pa-
KT
mU
-an
untual'
an
untua? untua" pa la
an
untua?
an
untua?
an
ta
pa
untua?
ta
pa
untua?
maCN)
pa
untua'?
ma(N)
pa
untua?
an
untua'^
'untukkarr
"peruntukkan"
'lerperuntukkan'
an
an
'memperantukkan'
di ba
untua?
an
. untua?
an
untua?
an
'diperuntukkan'
72
mU
ba- di-
ma(N)-
ta-
ba
pa pa
ba untu-?
pa
ba
KT
mU
-an
untua? an 'dipenmtukkan' untua? untua? an untua?
an
'saling diperuntukkan'
b. Penanda
Kata keqa pada umumnya mempunyai ciri-ciri tertentu. Penandanya adakalanya dapat dijumpai di dalam kata keqa itu sendiri atau ditentukan oleh kata lain yang muncul di depannya.
Penanda kata keqa yang dijumpai di dalam kata keqa itu sendiri ialah mor-
fem-morfem terikat yang jenisnya dapat dilihat pada struktur kata keqa yang telah dirumuskan di atas. Hanya saja perlu dijelaskan bahwa tanpa itu hanya merupakan penunjuk kemungkinan kata itu sebagai kata keqa. Dikatakan demikian sebab tanda yang sama juga dalam beberapa hal menjadi penanda kata benda seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kehadiian kata keqa kadang-kadang dapat diprediksi dengan melihat kata-
kata tertentu yang muncul di depaimya. Kata-kata yang muncul di depan kata keqa itu ialah kata-kata keqa bantu seperti kata aspek dan modal. Yang termasuk aspek ialah kata-kata,seperti /ka/ 'akan',/sadaj/'sedang', /ola/ 'telah', dan /baru/ 'baru'. Yang termasuk modal ialah kata-kata, seperti /dape?/ 'da
pat', /omua/ 'mau', /bulia/ 'boleh', /mupkin/ 'mungkin', dan /barapkali/ "barangkali'. Dengan kata lain, penanda itu dapat digambarkan seperti terlihat pada struktur berikut.
(aspek)
(modal)
KK
Berikut ini diberikan beberapa contoh: lola poi/ jkapoi!
jsadai} poi! Idape? poi/ lomua poi! /bulia poij
'telah pergi' 'akan pergi' 'sedang pergi' 'dapat pergi' 'mau pergi' 'boleh pergi'
73
3.2.1.3 KataSifat
Dalam pembicaraan kata sifat akan dibahas tentang stmktur, penanda, dan fungsi. a. Stmktur
Kebanyakan kata sifat terdiri dari hanya satu morfem, sedangkan yang lainnya terdiri dari dua morfem atau lebih. Kata sifat yang terdiri dari satu morfem ialah kata sifat yang pembentukannya berasal dari morfem bebas.
Yang termasuk dalam jenis ini ialah kata sifat, seperti {tingi} 'tinggi',{putia} 'putih',{aba?}'berani',
Kata sifat yang terdiri dari dua morfem atau lebih di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya satu morfem bebas bersama morfem bebas yang lain atau morfem terikat. Kata sifat yang di dalamnya terdapat dua morfem bebas,
antara lain, kata sifat /godag ota/ 'pembual', /busua ati/ 'dengki', /mani muluy?/ 'manis mulut'. Kata sifat ini berpolakan kata sifat kata benda. Di samping stmktur yang demikian itu, juga dijump.ai kata sifat yang berstruktur kata sifat kata-sifat seperti halnya kata sifat /kayo andia/ 'kaya tetapi
pandir', /codia? buma?/ 'cerdik tetapi bumk', dan /itam mani/ liitam ma nis'.
Kata sifat yang terdiri dari sebuah morfem bebas dan satu morfem terikat atau lebih dapat disimpulkan seperti yang terlihat pada stmktur di bawah ini. f
KB KK
ba-
(mU) < ta- ^ (pa(N)-) ma(N)-
KS
> (mU)
KBil KT
Struktur ini dapat dijelaskan dengan contoh-contoh berikut ini.
(1) Kata Sifat dengan Inti Kata Benda pa(N)
KB
pa(N) pa(N) pa(N) pa(N) pa(N)
kopi
'pengopi
sira
'pemarah'
sira sira
roko?
'sering marah' 'perokok'
roko? roko?
'suka merokok sesekali'
mU
-an
74
(2) Kata Sifat dengan Inti Kata Kega pa(N)-
KK
mU
pa(N) pa(N)
boli boli boli
-i 'suka membeli'
'suka membeli yang tidak perlu'
pa(N)
dataij
i
pa(N)
datag data^
i
'suka mendatangi' 'suka dan seiing mendatangi'
(3) Kata Sifat dengan Inti Kata Sifat ta- pa(N)
KS
mU
-an
pa(N) godap
pa(N) godag pa(N)
'berlagak' 'agak berlagak'
godag
kete?
'sering membuat sesuatu yang uku-
godag
'terbesar'
rannya kecil dari biasa'
ta-
(4) Kata Sifat dengan Inti Kata Bilangan pa(N>
KBil
pa(N) pa(N)
tujua ari • duo ati
'penujuh aii' 'pendua hati'
(5) Kata Sifat dengan Inti Kata Tugas pa(N)-
KT
mU
-an
pa(N) pa(N)
iyo inda?
iyo inda?
an an
'pengbenar-benarkan' 'penidak-nidakkan'
b. Penanda
Penanda kata sifat yang terdapat dalam kata itu sendiri adalah morfem-
morfem yang telah dijelaskan pada struktur di atas. Di samping penanda bentuk itu, dijumpaijuga penanda lain yang terdapat di luar kata sifat itu. Penan
da itu ialah kata-kata, seperti /aga?/ 'agak', /palig/ 'paling', dan /talampaw/ 'terlampau'. Contoh:
faga? kore!
'agak keras'
Ipalico} ti^l
'paling tinggi' 'terlampau lunak'
Italampaw luna?!
75
Penanda kata sifat ditemukan pula pada posisi sesudah kata sifat itu, seper-
ti halnya kata /bona/ 'benar', /sekali/ 'sekali', dan /yo bana/ Tjenai-benar. Ikoreboml
Tceras benar'
Iti^gi sakaUl
'tinggi sekaii'
lluna? yo banal
'benar-benar lunak'
c. Fungsi
Kata sifat berfiingsi sebagai inti kata benda, kata keija, dan kata sifat, seperti terlihat pada contoh-contoh di atas. Di samping itu, kata sifat jugaberfungsi sebagai kata induk pada frase adjektiva dan di dalam kalimat seringkali berfungsi sebagai predikat seperti pada kalimat berikut ini.
4lmo boi}ipl
'Dia marah'.
ilkuli?ho putiafi
'Kulitnya putih'.
3.2.1.4 Kata Keteranpn
Dalam pembicaraan kata keterangan akan dibahas tentang struktur dan pe nanda. a. Struktur
Secara morfologis tidak begitu mudah untuk menentukan struktur kata
keterangan. Kesukarannya ialah bahwa struktur yang dipunyai kata sifat dalam hal tertentu persis sama dengan struktur kata keterangan. Kata /cope? cope?/ 'cepat-cepat', boleh jadi dapat dikelompokkan ke dalam kata sifat atau ke dalam kata keterangan. Dalam /larino cope?cope?/ larinya «pat-cepat'
kata /cope?cope?/ yang berfungsi menerangkan kata benda /larino/ larinya' termasuk kata sifat. Akan tetapi, dalam kalimat /ino lari cope?cope?/ 'dia
lari cepat-cepat' kata yang sama tidak lagi termasuk kata sifat karena fungsinya menerangkan kata keija /lari/ sehingga termasuk kata keterangan. b. Penanda
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak mudah untuk menentukan struktur kata keterangan. Hal ini memberi dampak betapa sukamya menentukan pe nanda kata keteranigan itu. Yang dapat dilaporican ialah bentuk morfem ulang dapat dicalonkan sebagai penanda dari kata keterangan.
76
3.2.1.5 Kata Tugas
Kata tugas ialah sekalian kata yang belum termasuk ke dalam kategori kata yang telah dibicarakan di atas. Yang termasuk ke dalamnya ialah kata pre-
posisi, kata perangkai(coordinator), kata subordinator, dan kata ganti penunjuk.
Pada umumnya kata tugas terdiri dari morfem bebas dan morfem bebas itu hampir tidak pemah muncul bersama-sama dengan morfem terikat. Kata-kata seperti /di/, /ka/, /untua?/, hampir tidak pemah dijumpai muncul bersamasama dengan morfem -[an} atau {kan}. Contoh:
/di/ di,/ka/ ke ,/tapi/ 'tapi', /sobap/'sebab',/salai/ 'asal lagi'.
BAB IV SINTAKSIS
Diskripsi sintaksis bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar ini didasarkan kepada analisis kelompok-kelompok kata yang merupakan komponan kalimat. Oleh karena itu, pembicaraan akan dimulai dari frase sebagai konstituen terkecU. Setelah itu, dibicarakan pula konstituen yang lebih besai, yakni klausa. Pembicaraan yang terakhir ialah pembicaraan yang menyangkut kalimat.
4.1
Frase
Pada umumnya frase itu merupakan kelompok kata yang mempunyai satu kesatuan arti. Oleh karena itu, biasanya terdiri dari dua kata atau lebih. Frase yang demikian itu terdiri dari dua bagian dan masing-masing bagian mempu
nyai fungsi yang berlainan. Bagian yang pertama merupakan inti frase(head word), sedangkan kata-kata lainnya merupakan pewatas kata inti itu. Kata yang berfungsi sebagai inti adakalanya berasal dari kata benda, atau juga dari kata kerja, kadang-kadang juga kata sifat, atau kata bilangan. Kenyataan seperti ini dijadikan sebagai alasan untuk menyimpulkan bahwa frase babahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar dapat dibedakan menjadi frase nomina, frase verba, frase adjektiva, dan frase numeral. Di samping keempat
frase ini dijumpai lagi bentuk lain, yakni frase preposisi. Walaupun pada umumnya frase itu terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi pada prinsipnya satu kata pun dapat dianggap sebagai suatu frase. Ini teijadi apabila kata itu secara tunggal menempati posisi kata inti suatu frase dalam suatu kalimat. Dalam hal ini sebagai perbandingan dikemukakan contoh berikutini.
77
78
(1)
bobrf nan makim(^am tu mati^ 'si - belang - yang - makan - ayam - itu - mati' 'Si belang yang makan ayam itu mati'.
(2) ^ohB} '-belang'belang
matif^ -mati-' mati'
Kalimat pertama menampilkan sebuah frase nomina yang terdiri dari sekelom-
pok kata dengan kata /bola^/ sebagai kata mtinya. Namun, dalam kalimat kedua dijumpai pula sebuah frase nomina yang hanya Wdiii^satu kata, yakni kata A>oh9/Mengingat bahwa struktur frase yang terdiri dari dua kata atau lebih,lebih
rawet daripada yang hanya terdiri dari satu kata saja, maka analisis selanjutnya dipusatkan kepada bentuk frase yang pertama. 4.1.1
Frase Nomina
Frase nomina dengan kata benda sebagai inti dapat diperluas dengan satu
kata pewatas atau lebih. Kata pewatas ini adakalnya menempati posisi depan, mendahului kata inti, adakalanya menempati posisi akhir atau mengikuti kata inti. Pembicaraan selanjutnya akan berkisar antara struktur kata pewatas kata benda dan struktur kata benda kata pewatas. 4.1.1.1 Kata Pewatas Kata Benda
Sebegitu jauh telah ditemukan dua jenis kata pewatas dalam struktur ini. Jenis yang pertama ialah kata /si/ 'si', sedangkari jenis yang kedua ialah kata sapaan seperti /ka?/ 'Kak', /pak/ 'Pak', /ma?/ 'Ibu', dan /uci/ 'Nek'(kep'endekan dari nenek). Beberapa contoh frase yang di dalam struktumya terdapat kata pewatasjenis yang pertama ialah sebagai berikut.
Isibolaijl /si maUr^l /si upia?! /si ujat}!
'si Belang' 'si Malin' 'si gadis' 'si bujang'
Frase yang di dalam striiktumya terdapat kata pewatas jenis yang kedua terlihat pada contoh-contoh berikut ini.
/ka? im! Ima? cqi!
'Kak Inah' 'Bu Haji'
79
Ipa? ramm! lucij'anaf
'Pak Rahman' 'Nek Janah'
Munculnya kata pewatas jenis yang pertama(Pw^)atau kata pewatasjenis yang kedua (PW2) pada frase-frase yang diperliha&an pada contoh di atas sifatnya sebenamya opsional (mana suka). Namun,perlu ditambahkan bahwa sekalipun opsional, kehadiran keduanysr secara serentak pada frase yang sama tidak pemah dijumpai. Kesimpulan ini dapat diformulasikan sebagai berikut.
(Pwj)
(PW2)
KB
4.1.1.2 Kata Benda Kata Pewatas
Fungsi kata pewatas pada frase yang berstruktur kata benda kata pewatas ini dilakukan oleh setiap jenis kata, seperti kata benda,kata keija, kata sifat, kata bilangan, dan kata tugas serta oleh frase preposisi. Di samping itu, fungsi yang sama juga dapat dilaksanakan oleh suatu jenis klausa, yakni klausa man, Beberapa contoh berikut ini akan mempeijelas yang dimaksud. Kata Benda
Kata Benda
Ipemar^ku jromboTjan Ipatani
adae?! panjago/ ame/ riaw/
Kata Keija
Kata Keija
/urarf
Ipanduknj
'pemangku adat' 'rombongan penjaga' 'pendulang emas' 'petani Riau'
jayam Iruma /sawa
mandi/ manoke!
'orang mandi' 'ayam mengais'
taparfgap! bapogap!
'sawah dipinjam'
Kata Benda
Kata Sifat
Hondo Idetaw Imeja /sawa
mudoj kuniapl bule?l lowe/
Kata Benda
Kata Bilangan
ftola? Ipuaso Iroda
tigol omm/ duo!
'rumah terbakar'
'janda muda' 'destar kuning' 'meja bundar' 'sawah luas'
'talak tiga' 'puasa enam' 'roda dua'
80 Kata Benda
Kata Keterangan
/ana? tpajo
siapoj ko/
Kata Benda
Frase Preposisi
Idunsam? di Idatiia? di
rantaw/ mudia?l
Kata Benda
Klausa
'anak siapa' 'anak ini'
'saudaia di rantau' 'datuk di mudik'
Idatua? nan pamboT^il fpalimo nan baga?! Isawa nan runtual Icupak nan sarupo/
'datuk yang pemarah' 'panglima yang berani' 'sawah yang runtuh' 'cupak yang serupa'
Sekalipun pewatas-pewatas yang dikemukakan di atas dapat hadir apabila diperlukan (opsional), tetapi kehadiran seluruh jenisnya pada frase yang sama memerlukan suatu kaidah yang mengatur urutannya. Kaidahnya yaitu dapat diformulasikan sebagai beriknt. KB KK
KB
(FPrep)
(K1
nan)
KT
KS KBil Contoh:
(1) KB
KB
Fprep
/ana? aba? di mudia
K1
nan
nan kawin
KT
tuf
'anak - ayah - di - mudik -yamg - kawin - itu' 'Anak ayah di mudik yang kawin itu'
(2) KB
KK
KL
nan
nan .
kayo
tu/
'guru - mangaji: - _-yang- kaya'Guru mengaji yang kaya itu'
itu'
Igum ma^'i
(3) KB
KS
lurat} goda^
.
Fprep -
Fprep
-
K1
nan
KT
KT
nan di rantaw tu/
81
'orang besar — yang di rantau itu' 'orang besar yang di rantau itu'.
(4) KB
KBU
jpuaso onam
Fprep
di siko
K1
nan
KT
nan
duJu
tuj
'puasa - enam - di - sini - yang - dahulu - itu' 'puasa enam di sini yang dahulu itu' 4.1.2
FraseVerba
Seperti halnya frase nomina, frase verba yang di dalamnya terdapat kata keija sebagai kata inti dapat pula diperluas. Perluasan ini dilakukan dengan cara menambahkan satu kata pewatas atau lebih. Kata pewatas ini adakalanya juga dapat menempati posisi awal, yakni mendahului kata inti, atau posisi akhir, yakni mengikuti kata inti. Uraian selanjutnya berkisar pada kata pewatas kata keija dan kata keija kata pewatas. 4.1.2.1 Kata Pewatas Kata Keija Fungsi kata pewatas pada struktur ini dijalankan oleh kata tugas yang da pat dibedakan antara kata tugas aspek,kata tugas modal, dan kata tugas mud (mood). Yang termasuk ke dalam kata tugas aspek ialah kata-kata seperti
/baru/ 'baru', /sodap/ 'sedang', /ka/ 'akan', /la/ 'telah', /olun/ 'belum', dan /jolop/ 'baru'. Munculnya masing-masing kata itu dalam frase verba dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini. Kata Pewatas
Kata Keija
jbaru
datan!
'baru datang'
(sodaij
makanj
'sedang makan'
jka
mandi!
'akan mandi'
(olun Holop
samhayai}! main!
'belum sembahyang' 'baru main'
Kata tugas modal yang berfungsi sebagai kata pewatas pada frase ini menunjukkan kemampuan atau kebolehan, seperti /dope?/ 'dapat' dan /bulia/ Tjoleh'. Sementara itu, kata tugas mud yang fungsinya menunjukkan kemung-
kinan adalah kata-kata, seperti /mupkin/ 'mun^in', /aga?no/ 'agaknya', dan /rasoo/ 'rasanya', /parolu/ 'perlu, dan /musti/ 'mesti'. Penampilannya dalam frase dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini.
82
Kata Keija masua?/
Kata Pewatas
/dape? jbulia lmw}km laga?no jrasoo jparohi jmusti
poij tibo/ poi/ lolo?/ naia?/
'dapat masuk' 'boleh pergi' 'mungkin tiba' 'agaknya pergi' 'rasanya tidur' 'perlu naik'
minum
'mesti minum'
Kehadiran pewatas pada frase verba juga bersifat opsional. Pewatas ini secara serentak mempunyai kemungkinan muncul pada frase yang sama, tetapi posisinya mengikuti pula pola urutan tertentu seperti yang terlihatt pada for mula di bawah ini.
(mud)
(aspek)
(modal)
kata keija
Formula ini dapat dijelaskan dengan contoh-contoh berikut ini. mud
aspek
modal
kata keija
la
poi/ pergi'
(1) (pasti 'pasti
telah
dape? dapat
(2) lmur}kin
ohm
bulia
masua?/
belum
boleh
masuk'
'mungkin
Sekalipun kata pewatas di atas memang dapat muncul dengan urutan seperti yang dijelaskan, tetapi perlu diingatkan bahwa sebenarnya aspek /la/ atau /olun/ masing-masing pada frase (1)dan(2)tidaklah lagi berfungsi sebagai pewatas kata keija. Fungsinya sekarang berabah menjadi pewatas modal. Dalam hal ini, /la/ menjadi pewatas /dape?/,sedangkan /olun/ menjadi pewa tas /bulia/.
Formula seperti yang dikemukakan di atas adalah satu alternatif. Namun, kenyataannya ialah terdapatnya alternatif lain yang dapat pula dijadikan sebapi pola urutan kata pewatas dalam frase verba itu. Alternatif itu ialah sebagai berikut. (aspek)
(mud)
(modal)
KKK
Dengan demikian, frase (1) dan (2) di atas dapat muncul menjadi frase (3)
/la pasti dope? poi/ dan(4)/olun mupkin bulia masua?/.
83
Masalah yang timbul dengan pembahan posisi ini ialah bahwa aspek pada masing-masing frase itu tidaklah menjadi pewatas kata keija, tetapi fungsinya sekarang membatasi mud yang mengikutinya. Dengan demikian,satu hal penting yang dapat dikemukakan di sini ialah bahwa kata pewatas aspek tidak
hanya berfungsi sebagai pewatas kata keija, tetapi juga dapat menjadi pewa tas mud atau modal. Ini dapat ditentukan dengan melihat kata pehatas aspek itu sendiri. Kata pewatas aspek selalu menerangkan kata yang mengiringinya. Untuk lebih jelasnya, /la/ meneran^an /pasti/ dalam konstruksi /la pasti/, tetapi menerangkan /dape?/ dalam konstruksi /la dape?/, atau /poi/ dalam konstruksi /la poi/. 4.1.2.2 Kata Keija Kata Pewatas
Posisi kata pewatas dalam struktur kata keija kata pewatas ini dapat diisi oleh kata benda, kata keija, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, frase preposisi, atau kata tugas. Dengan demikian, pola frase ini menjadi (1) KK KB,(2) KK KK,(3)KK KS,(4)KK KKet,(5)KK KBil,(6)KK FPrep, (7)KKKT,dan(8)KKK1. a) Kata Kerja Kata Benda
Kata keija yang menjadi inti frase ini ialah kata keija transitif. Di bawah ini diberikan beberapa cpntoh sebagai berikut.
Imamboli ladoj
'membeli lada'
Imafjgadayan sawa/ Imaniru aba?nol Imaramba ladco)!
'menggadaikan sawah' 'meniru bapaknya' 'merambah ladang'
Kata benda dalam frase di atas jelas berfungsi sebagai objek yang dikenai oleh kegiatan yang dinyatakan oleh setiap kata keija. Namun, kenyataan memperlihatkan bahwa unsur kata benda pada frase ini juga dapat diisi oleh objek yang berfungsi tidak sebagai yang dikenai oleh tindakan yang dinyata kan oleh kata keija, tetapi sebagai pelaku kata keija itu sendiri. Ini dapat terjadi bila kata keija muncul dalam bentuk pasif. Congoh:
tdiciluy? urar}! lditGa}ko? rimawl Idigiria? kumbajj/
'dicuri orang' 'ditangkap harimau' 'digerek kumbang'
Iditundo aym/
'ditunda air'
84
c) Kata Kerja Kata Kerja
Kata keqa yang menjadi inti frase yang berstruktur kata keqa kata keqa ini biasanya kata keqa.instransitif, seperii yang terlihat pada contoh berikut ini.
Ipoisumbaya^l Idudm? maiso?l lloh? maeret}!
'pergi sembahyang' 'duduk merokokV 'tidur miring'
/togak nuajece?!
'berdiri berbicara'
c)Kata Kerja Kata Sifat
Seperti halnya kata keqa pada pola kata keija kata keija, kata yang men
jadi inti pola ini juga biasanya kata keija instransitif. Beberapa contoh antara lain sebagai berikut.
Imenjadi kayof Ibarajabaga?! Jbalaga? panday/
'menjadi kaya' "belajar berani' 'berlagak pandai'
fmaraso sonant
'merasa senang'
d)Kata Kerja Kata Keterangan
Secara sepintas akan terlihat bahwa pola ini tidak berbeda jika dibandingkan dengan pola kata keija sifat karena kelihatannya kata keterangan yang muncul dalam pola ini bentuknya sama dengan kata sifat itu sendiri. Namun, setelah diteUti ditemukan perbedaan yang mendasar antara kedua bentuk itu.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diperlihatkan analisis perbandingannya. (1) jjino manjadi kayojf 'Dia menjadi kaya'
(2) kino iolo? loma?^
'Dia tidur nyenyak'
Secara struktural atau fungsional, kedua kata kayo dan lomak dapat di-
lihat perbedaannya. Kata kayo dalam kalimat (1) langsung memberikan infoimasi tentang subjek inyo sehingga dapat muncul dalam frase inyo nan kayo 'dia yang kaya'..Kata lomak lain halnya, baik secara lanpung maupun ti
merupakan modifikator dalam frase kata keija hlok lomak 'tidur nyenyak', yang dinaTnalfgn kata keterangan. Beberapa contoh lain yang dapat dikemukakan ialah sebagai berikut.
85
/karojo korej lhajalm jauahj
'bekeija keras' 'beijalan jauh'
Imakan godco}! [bapiti ha^a?!
'makan besar'
'beniang banyak'
Pola kata keija kata keterangan ini akan lebih nyata kelihatannya bila kata keterangan itu muncul dalam bentuk berulang, seperti dalam contoh berikut ini.
thajalan kue?kue?l Imar^ece luna?luna?l Ibaretoij elo?elo?l
Imcajufla luna?lum?l
'beijalan cepat-cepat' 'berbicara pelan-pelan' 'bermusyawarah baik-baik' 'mengunyah lunak-lunak'
c) Kata Kerja Kata Bilangan
Beberapa contoh yang termasuk pola ini ialah sebagai berikut. Ibamato duoj
'bermata dua'
Ibabini ompe?! Ibagonjof} limo! Ibasogi tigo!
'beristri empat' 'bergonjong lima' 'bersegi tiga'
f) Kata Kerja Frase Praposisi
Kata keija dalam pola ini adakalanya kata keqa transitif atau intransitif.
Bila intransitif, posisi frase preposisi berada langsung setelah kata keija itu sendiri. Contoh:
/makankalopaw/ /lolo? di suraw/ Ima^aji salamo puaso/
'mengaji selama puasa'
/pula^ dari rantawj
'pulang dari rantau'
'makan ke lepau' 'tidur di surau'
g) Kata Kerja Kata Tugas
Beberapa kata tugas yang dapat menempati posisi pewatas pada frase ini, antara lain, terlihat pada contoh-contoh berikut ini.
/baduo ajoj
'berdua saja'
Ipulwj puloj
'pulang pula'
86
h)Kata Kerja Klausa
Klausa yang menempati posisi kata pewatas pada frase ini ditandai oleh
kata penghubung yang mendahuluinya. Beberapa kata pen^ubung itu ialah /sobab/ 'sebab', /de?/ Tcarena' dan beberapa kata lainnya yang dalam konstmksi kalimat tanya muncul sebagai kata tanya. Kata-kata itu ialah /bilo/ "bila', /kok/ Tcalau', /baa/ "bagaimana', /dima/ 'di mana', /jo a/'dengan apa', /a/ 'apa', dan /sia/ 'siapa'. Beberapa contoh yang dapat ditampilkan di sini ialah sebagai berikut.
Ipoisobab aba?no bonij
*
jtau bilo iito data^l Ibolian ko? ifio omua poi/ Ibaraja baa caro mambueTno/
'pergi sebab ayahnya marah' 'tahu bila dia datang' 'belikan kalau dia mau pergi' "belajar bagaimana cara membuatnya'
Sebehim uraian tentang pola frase verba ini diakhiri, penting juga laporan ini dflengkapi dengan kaidah yang mengatur urutan pewatas-pewatas yang dikemukakan di atas bila diperlukan kehadirannya secara serentak pada frase yang sama. Urutan itu mengikuti pola berikut ini. KS
(KKet)
KK (KK)
(FPrep)
(KT)
(Kl)
KBil
4.1.3 Frase Adjektiva
Sebuah kata sifat yang diperluas menjadi frase adjektiv berisikan kata
sifat itu sendiri sebagai inti frase, sedangjcan komponen-komponen lainnya berfungsi sebagai pewatas. Pewatas ini adakalanya menempati posisi awal, yakni mendahului kata sifat itu atau posisi akhir, yakni mengikuti kata sifat
itu. Oleh karena itu,struktur frase adjektiva ini dapat dibedakan menjadi kata pewatas kata sifat dan kata sifat kata pewatas. 4.1.3.1 Kata Pewatas Kata Sifat
Ada dua jenis kata pewatas yang dijumpai pada struktur frase bentuk ini.
Kata pewatas pertama berfungsi mengeraskan arti atau kualitas kata sifat yang diikutinya sehingga kata pewatas ini dinamakan saja sebagai pengeras (intensifier). Kata pewatas yang lainnya ditempati oleh aspek. Di bawah ini diberikan beberapa contoh frase dengan kata pewatas yang dimaksud.
87
Pengeras
Kata Sifat
jaga? jtalalu jtalampaw
lsar}e
korej ime?l cek / loboj
Aspek
Kata Sifat
jsoda^
bor^ij masa?! kompm!
»'belum masak'
godan!
'akan besar'
jolun lla jka
'agak keras' 'terlalu hemat' 'terlalu kikir'
'sangat loba'
'sedang marah' 'telah lunak'
Apabila kedua kata pewatas ini muneul secara bersama pada frase yang s ma,maka urutannya mengikuti pola berikut ini.(aspek)
(pengeras)
KS
4.13.2 Kata Sifat Kata Pewatas
Fungsi kata pewatas pada pola ini dilaksanakan oleh berbagai jenis kata. Pertama dijumpai kata tugas yang berfungsi sebagai pengeras, yakni kata /bona/'benar' dan /sakali/ 'sekali*. Cofitoh:
Ibego? bonaI Iburua? sakali!
'lamban benar'
'buruk sekali'
Kata pewatas yang kedua ialah kata benda,seperti yang dijumpai pada contoh berikut ini.
Kata Sifat
jrimbun daunj jgodar^ poruy?! jpanjai) taliwj
Kata Benda 'rimbun daun'
'besar perut' 'panjang leher'
Kata pewatas yang ketiga ialah kata keterangan, seperti pada contoh berikut ini.
Kata Sifat
jti^gi malombuanj jgodar^ malendoj jcodia? manimj
Kata Keterangan
'tinggi melambung' 'besar melanda' 'cerdik menjual'
88
Kata pewatas yang berikutnya ialah kata sifat lainnya, seperti pada contoh berikut.ini.
Kata Sifat
Kata Sifat
litam Iputia borosia/
hole?!
'hitam kelat' 'putih bersih'
/kayo andiaj
Tcaya pandir'
jcodia? burua?I
'cerdik buruk'
jkete? pade?I
'kecflpadat'
Kemudian kata pewatas yang dilakukan oleh frase preposisi, seperti terlihat pada contoh-contoh berikut ini. Kata Sifat
Frase Preposisi
Ipaya di Icome saja?
siko/ duluj
'payah di sini' 'cemas sejak duluV
/kayo suda porat}!
'kaya setelah perang'
lburua?kalual
'buruk keluar'.
Yang terakhir sekali ialah kata pewatas yang dilaksanakan oieh klausa, seperti terlihat pada contoh berikut ini. Kata Sifat
Klausa
jkete? salai sasuayj
'kecil asal sesuai'
jkayo katiko apa?no iduy?/ 'kaya ketika ayahnya hidup' jkuniy de? inda? makanj jtakuy? ko? basuo rimawj
'kurus karena tidak makan' 'takut jika bertemu dengan harimau'
Bila setiap jenis kata pewatas yang diuraikan di atas muncul pula serentak pada frase yang sama, maka berlaku kaidah urutan sebagai berikut.
(kb
KS (S KK ^) (pehgeras)
iFPrep)
(Kl)
KS
4.1.4
Frase Numeral
Frase numeral adalah frase yang menempati posisi predikat dalam kalimat.. Contoh:
j=layamno duo ikua bana?noj^
89
ayamnya - dua - ekor - banyaknya 'Ayamnya dua ekor banyaknya'
/duo ikdua bMa?no/ merupakan frase numeral. Frase numeral ini terdiri dari kata /duo/ 'dua' sebagai induknya, sedan^can kata-kata lain yang mengikutinya merupakan pewatas frase itu.
Setelah diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kata bilangan dalam frase numeral tidak meanpunyai kata pewatas yang muncul sebelum kata bilangan itu. Yang ditemukan hanya kata pewatas yang mengikutinya. Selanjutnya dqelaskan bahwa pola frase dengan kata pewatas yang mengikuti kata bilang an itu dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Posisi kata.pewatas hanya dapat ditempati oleh kata benda,seperti dalam contoh berikut ini.
Kata Bilangan
Kata Pewatas
jduo /tigo llimo lonam
ikua/ or}go?l pasatfl kobe?l
'dua ekor' 'tiga onggok', 'lima pasang' 'enam ikat'
(2) Selain kata benda di atas, fungsi pewatas dalam frase inijuga dapat dflakukan oleh kata benda lainnya, seperti contoh berikut ini.
lbana?fiol Irogonol
'banyaknya' Tiarganya'
Ipmja^nol
'panjangnya'
lloweitol
'luasnya'
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh berikut ini.
fduoikua bafia?nof /tigo rupia rogoKoi
'dua ekor banyaknya' 'tiga rupiah harganya'
/tu/ua kUopm/cayiol
'tujuh kilo panjangnya'
/limo mate bore?nol
lima inci beratnya'
Dengan demikian, pola frase numeral ini dapat digambarkan sebagai berikut. KBil
(KB)
(KB)
90
4.1.5 Frase Preposisi
Prase preposisi bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar ini terdiri dari dua unsur, yakni unsur preposisi dan unsur kata yang mengiringinya. Unsur kata yang mengiringinya ini ialah kata benda. Formula pola frase ini dapat digambarkan seperti berikut ini.
Prep
KB
Beberapa contoh frase ini ialah sebagai berikut. Preposisi
Kata Benda
Idari jka luntua? Isalamo
rantaw! pokan! kito! pusao!
'dari rantau'
'ke pasar' 'untuk kita'
'selama puasa'
Selain contoh-contoh frase di atas yang di dalamnya terdapat preposisi yang terdiri dari hanya satu kata, dijumpai juga preposisi yang terdiri lebih dari satu kata. Contoh:
Preposisi
Idari dalam jdi bawa jka suduy? jsampay di 4.2
Kata Benda
rimboj mejaj pora?! bate/
'dari dalam rimba'
'di bawah meja' 'ke sudut kebun'
'sampai di batas'
Klausa
Klausa diartikan sebagai suatu kumpulan kata yang lebih besar yang mengandung suatu kesatuan arti. Perbedaannya dengan frase ialah bahwa dalam
kelompok ini dijumpai kedua jenis frase yang masing-masing berfungsi sebagai subjek dan predikat. Menurut pengertian ini klausa bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar mempunyai pola yang bervariasi sebagai berikut. Subjek
Predikat
FN
FV
(1) Upajo 'Anak FN
tu
lolo?i^
itu
tidur'
Fa
91
(2) ffkobaw
kand
goda^jf
'Kerbau
kami
besar'
FN
FNum
(3) fjcyam
si deli
duo ikuai^^
'Ayam
si Deli
dua ekor'
FPrep
FN
(4) ^ama? 'Ibu
4.2.1
ka
sawaff-
ke
sawah'
Peran
Seba^ bagian terbesar dari kalimat,sebuah klausa dapat berperan sebagai klausa koordinat atau sebagai klausa subordinat. Sebagai koordinat,klausa itu merupakan klausa utama dan peranannya sama dengan peranan klausa utama dan peranannya sama dengan peranan klausa yang lain dalam kalimat itu. De ngan kaya lain, klausa yang satu tidaklah merupakan bagian klausa utama. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat contoh berikut ini.
(1) f4apa?no lai malinpf^ 'ayahnya—lagi—alim' ^Ayahnya alim, tapi
'tetapi'
^am?no kajoj'o?an urar^jf 'anaknya—kebencian—orang' 'Anaknya kebencian orang'.
(2) fideyen dudua? siko / mo lolo? situfj'saya-^duduk-di sini/dia—tidur—di situ' 'Saya duduk di sini dia tidur di situ".
(3) Udeyen ka datcaj /ato an ka manjalanii 'saya-akan—datang—atau-kamu-akan—menjelang' 'Saya akan datang atau kamu akan menjelang'.
Kedua Hausa pada kalimat (1)
^apa?fio Iain malinj^
dan ^ana?no
kajo]'o?an uran^ dihubungkan oleh kata pengHubung /tapi/ 'tetapi'. Pada kalimat (3) terdapat kata /ato/ yang berfungsi sebagai penghubung kedua
92
klausa ^deyen ka data^'M^ dan ka mary'alang^. Berbeda halnya dengan klausaklausa pada kalimat (1) dan (3)itu, klausa-klausa pada kalimat(2) tidaklah dihubungkan oleh suatu kata pen^ubung tertentu. Namun,dalam pengucapannya terdapat pertanda bahwa klausa-klausa yang terdapat dalam kalimat itu
merupakan klausa koordinat. Sesudah kata /siko/ pada klausa ffdeyen dudua? siko^ terdapat suara yang sedikit naik. Dengan demikian,terdapat gqala morfem suprasegmental yang menjadi pen^ubung kedua klausa dalam kalimat itu.
Klausa subordinat merupakan bagian dari klausa yang lain dalam suatu ka limat. Dengan kata lain, klausa ini muncul sebagai pewatas klausa utama yang bersifat bebas(tidak menjadi pewatas klausa lainnya). Contoh:
(1) -ffpajo tu mananti de? konay borfi de? aba?i^ 'anak-itu—menangis—karena—kena—marah—oleh—ayah' 'Anak itu menangis karena dimarahi ayah'.
(2) 4h^ra}} nan data?} tu dunsana? awa?juo# 'orang—yang—datang—itu—saudara—kita—juga' 'Orang yang datang itu saudara kita juga'.
(3) :l4den bariyan ka kaliyan bola tu balia?ff 'saya—berikan—kepada—sekalian—bqla—itu—balik' 'Saya berikan bola itu kepada kamu sekalian kembali'.
ka kaliyan uba laku kaliyan balia?i=f 'asal-akan—sekalian—ubah—laku—sekalian—balik'
'Asal kamu sekalian akan mengubah lakumu kembali'.
4.2.2
Posisi
Dalam pembicaraan posisi akan dibahas tentang klausa koordinat dan klau sa subordinat.
4.2.2.1 Klau^ Koordinat
Klausa koordinat dalam suatu kalimat dapat menempati posisi yang berubah-ubah. Maksudnya, posisi satu klausa koordinat dapat ditempati oleh klausa koordinat yang lain, sedangkan tempatnya digantikan oleh klausa yang terdahulu. Secara formulatif pemyataan ini digambarkan sebagai berikut.
93
atau
Contoh-contoh berikut ini dapat mempeijelas keterangan ini.
(1) plapaTho lai malin / tupi ana?no kejojo?an urayif atau
4fana?no kajoio?an uran / topi apa?nb lai malinff (2) ffdeyen dudua? siko / ino lolo? situ-f^ atau
^ino lolo? situ / deyen dudua? sikopf
(3) Udeyen kadatay / ato an kamanjalanpf atau
pfan kcananjalai} / ato deyen ka dataijppr 4.2.2.2 Klausa Subordinat
Ada beberapa posisi yang dapat ditempati oleh klausa subordinat, yaitu: a. posisi subjek,
b. posisi objek, c. posisi predikat, dan d. posisi pewatas.
a) Posisi Subjek
Klausa subordinat yang muncul pada posisi subjek berfungsi sebagai subjek kalimat atau sebagai pengganti subjek. Contoh:
(1) pjnan mambore?an ukunano 'yang—memberatkan—hukumannya' 'Yang memberatkan hukumaimya'.
mo inda? omua ma^ekuf! 'dia—tidak—mau—mengaku' 'dia tidak mau mengaku'.
94
(2) ffdima rumano /inda? suran fuo nan taufp 'di mana—nimahnya—tidak—seorang—juga—yang—tahu' 'Di mana rumahnya tidak seorang juga yang tahu'. b)Posisi Objek
Klausa subordinat dapat menempati posisi objek dalam fungsinya sebagai pengganti objek. Formulanya adalah sebagai beiikut.
S
Pred
° (Kls)
Contoh:
(1) :f^ado umy tau / baso 0o nan bmlaf^ 'semua-orang—tahu-bahwa—dia—yang-berbuat' 'Semua orang tahu bahwa dia yang berbuat'.
(2) -ffla den cubo manmoan J bora bolt tana tuff 'sudah-saya-coba-menanyakan-berapa-beli-tanah-itu' 'Sudah saya coba menanyakan berapa membeli tanah itu'. c)PomiPredikat
Predikat suatu kalimat adakalanya muncul dalam bentuk klausa seperti terlihat pada pola beiikut ini.. Pred
(1) i^ara balino / tqnoan ka deyenff"
'berapa—beiinya—tanyakan—kepada—saya' 'Berapa belinya tanyakan kepada saya'.
(2) ffjoa kami poi/fan ditanoan fuo
'dengan—apa—kami—pergi—jangan—ditanyakan—juga—lagi' 'Dengan apa kami pergijangan ditanyakan juga lagi'.
95
d)Posisi Pewatas
Ada beberapa posisi pewatas yang dapat ditempati oleh klausa subordinat. Di antaranya ialah posisi pewatas kata benda yang berfungsi sebagai inti pada frase nomina, posisi pewatas kata keija yang berfungsi sebagai inti frase verba, posisi pewatas kata sifat yang berfungsi sebagai inti frase adjektiva, dan.posisi pewatas kata bilangan yang berfungsi sebagai inti dalam frase numeral. 1)Pewatas Kata Benda Dalam frase nomina yang diperluas dijumpai klausa subordinat yang ber
fungsi sebagai pewatas kata benda yang menjadi induk frase itu. Klausa sub ordinat mengikuti kata benda itu. Kata benda ini ada yang berfungsi sebagai
subjek dan ada pula yang berfungsi sebagai objek. Formulanya adalah sebagai berikut.
KB
(Kl^)
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh klausa pewatas subjek.
(1) ffurar^ nan pulai) ka ana?no tu 'orang—yang—pulang-ke—anaknya-itu' 'Orang yang mengawini anaknya itu'.
boloan kamijuo tu noj4 'belahan-kami—juga-itu—hanya' 'Famili kamijuga'.
(2) jjkobaw nan lope tulinda? tontu urat) punono dop'kerbau—yang—lepas-itu-tidak—tentu—orang-punyanya' 'Kerbau yang lepas itu tidak tentu pemiliknya'.
(3) progo nan sabonanolkuratj obe de? kamip 'harga-yang-sebenaxnya-kurang-jelas—bagi-kami' 'Harga yang sebenamya kurang jelas bagi kami'. Contoh-contoh klausa pewatas objek.
(1) Ppalisi la tau umtj/nan mamagan para? ete? tup 'polisi-telah-tahu—orang—yang—membakar—kebun—bibi—itu' 'Polisi telah mengetahui orang yang membakar kebun bibi itu'.
(2) Pla kau bale sure'nan kaw tarima potaijP 'telah—kamu—balas—surat—yang—kamu—terima—petang' 'Telah kamu balas surat yang kamu terima kemarin'.
96
2)Pewatas Kata Kerja
Seperti talah dijelaskan pada 4.1.2.2, kata keija dapat dibatasi oleh klausa. Klausa ini berfungsi sebagai keterangan dan dapat mengisi posisi keterangan
waktu, tempat, dan cara. Formulanya dapat dinyatakan sebagai berikut.
KK
(Kl^)
Keterantan ini dapat dipeijelas dengan contoh-contoh sebagai berikut. (a) Klausa keterangan waktu
(1) ff-kami tibo 'kami—tiba 'Kami tiba
katiko mo barole? kawin^ ketika—dia-berhelat-kawin'
ketika pesta perkawinannya berlangsung'.
•
(2) jj^ayam kami manote / kotu art gompo tu bana jj'ayam—kami-menefas—ketika-hari—gempa—itu—benar' 'Ayam kami menetas ketika hari gempa itu benar'.
(b) Klausa keterangan tempat
(1) ^kaliym ken poi I ka ma kami poi^ 'kalian—bukanlah-pergi—ke-mana—kami—pergi' 'Kalian bukanlah pergi ke mana kami pergi'.
(2) ^ifio tu baraja baa nan katuju de? ino cpono 'dia—itu—belajar—bagaimana—yang—disetujui—oleh—hatinya—saja' 'Dia itu belajar bagaimana yang disukainya saja.' Apabila kedua atau ketiga jenis klausa keterangan di atas secara serentak muncul sebagai pewatas kata keija, maka urutannya sangat opsional. Dengan kata lain, yang satu boleh mendahului yang lain tergantung kepada keinginan si pembicara. Secara formulatif deskripsinya digambarkan sebagai berikut.
KK-. (unsur dalam
(KIJ
(Kl^j ■(
) ■■
(KIJ dapat berubah tempat)
97
Contoh:
/poi ka tm man katuj'u de? den jo apo sajo man den sukoi
bilo takona de? den fj:
atau
/poi jo apo sajo nan den sukoi kamu nan katuju de? den
bilo takona de? den jj:
atau
/poi bilo takona de? den
jo apo sajo nan den sukoi kama nan katuju de? den^ Keterangan :
^poi kama na katuju de? den 'pergj—ke—mana—yang—dituju-oleh—saya' 'Pergi ke mana yang saya sukai'.
fj^jo apo sajo nan den sukoifj 'dengan-apa-saja —yang—saya-stikai' 'Dengan apa saja yang saya sukai'. f' t^bilo takona de? den ^ 'bila—teringat—oleh—saya' 'Bila teringat oleh saya'. 4.2.3
Jenis
Di bawah ini diturunkan beberapa jenis klausa yang ditemui. 4.2.3.1
Klausa baso
Kata /baso/ 'bahwa' mendahului klausa jenis ini sehingga klausa yang mengikutinya dinamakan saja klausa baso. Contoh:
(1) 4frden inda? tau / baso ino la mambayiw 4^ 'saya^tidak—tahu—bahwa—dia—telah—membayar' 'Saya tidak tahu bahwa dia telah membayar'.
98
(2) :^baso iho kuran sie? I ado urai} maf}ece?an 'bahwa—dia—kurang—sehat—ada—orang—mengatakan' 'Bahwa dia kurang sehat, ada orang mengatakarmya'. 4.2.3.2 Klausa nan
Kata /nan/ 'yang' merupakan pertanda kehadiran. Contoh:
(1) -^uran nan mambolipara? awa? tu I la mati:^ 'orang-yang-membeli-kebun-kita—itu-telah-mati' 'Orang yang membeli kebun kita itu telah mati'.
(2) -ffkami ko la sarupo ayam / nan kailanai) indua?:l4=' 'kami-ini-telah-serupa-ayam-yang-kehilangan-induk' 'Kami telah serupa ayam yang kehilangan induk'. 4.2.3.3 Klausa a
Yang dimaksud dengan klausa a di sini ialah semua klausa yang di dalamnya atau di depannya terdapat kata tanya a 'apa'. Yang termasuk dalam klau sa ini ialah jenis /a/ yang berada di dalamnya atau berada di luar klausa, yakni yang mendahuluinya. Kata tanya lain yang termasuk ke dalam klausa ini
ialah /sia/ 'siapa', /ka ma/ 'ke mana', /bara/ 'berapa', /mana/ 'mengapa', dan sebagainya. Contoh:
(1) ^deyen tau ja nan taraga? di den 'saya-tahu-apa—yang—kepingin—bagi-saya' 'Saya tahu apa yang saya sukai'.
(2) ^cube tanoan dulu bilo / ino ka balia? 'coba—tanyakan-dahulu—bila—dia-akan—kembah' 'Coba tanyakan bila dia akan kembali'. 4.2.3.4 Klausa Kondisional
Klausa kondisional selalu didahului oleh kata /ko?/ 'jika', atau /salai/ 'asal'. Contoh:
(1) #ko? bapiti den kotu tu jden ambia? barar} tu#
99
Tcalau—beruang—saya—waktu—itu—saya—ambil—barang—itu' 'Kalau saya beruang waktu itu, saya ambil barang itu'.
(2)^jan picayo ka den nan ka datap / 'jangan—percaya—kepada—saya—yang—akan—datang— 'Jangan lagi percaya kepada saya di masa yang akan datang ko7 nda? batua nan den kece?an ko if jika—tidak—betul—yang—saya—katakan—ini' jika tidak betul yang saya katakan inf. 4.2.3.5 Klausa Perbandingan
Dua klausa atau lebih yang terdapat dalam suatu kalimat dapat dibandingkan. Klausa yang dibandingkan inUah yang dinamakan dalam laporan ini sebagai klausa perbandingan. Contoh:
(1) ifiKo bakoj'o inda? sacope? adiaTno bakojo ff 'dia—bekeija—tidak—secepat—adiknya—bekeija' 'Dia bekeqa tidak secepat adiknya bekeija'.
(2) a nan dikece?anno inda? sarupo jo / 'yang—dikatakannya—tidak—serupa—dengan 'Yang dikatakannya tidak serupa dengan
nandimakosuy?noii yang—dimaksudnya' Yang dimaksudkannya'. 4.2.3.6 Klausa Alasan
Klausa alasan biasanya didahului oleh kata /sobab/ 'sebab',/de?/ 'karena', atau /taga?/ 'sebab'. Contoh:
(1) a de? saki? la /den dataiy kiko ff 'karena—sakitlah-saya—datang—ke sini' 'Karena sakitlah saya datang ke sini'.
(2) a mo tu baraja / toga? tapaso cqo no tu^ 'dia—itu—belajar—karena—terpaksa—saja—dia—itu' 'Dia itu hanya belajar karena terpaksa saja'.
E. -
100
4.2.3.7
Klausa Perlawanan
Kata-kata seperti /ko? ... bona/ berfungsi sebagai klausa perlawanan. Contoh:
(1) ^ ko? kayo bona mo I 'sekalipun—kaya—benar—dia 'Sekalipun dia memang kaya, den inda? ka maminta? ka ino do
saya—tidak—akan—meminta-kepadanya' saya tidak akan meminta kepadanya'.
(2) if ko? poi bona ino ka situ / 'sekalipun—pergi—benar—dia-ke situ— 'Sekalipun dia pergi ke situ,
etonan tu inda?juo kasalosay do ffpersoalan-itu—tidak—juga-akan-selesai' persoalan itu tidak juga akan selesai'.
Selain kata /ko?/, kata-kata tanya yang diikuti /juo la/ 'jugalah'juga dapat berfungsi sebagai penanda klausa perlawanan. Kenyataan ini terlihat pada contoh-contoh berikut ini.
(3) -ffajuo la nan dikece?anno / 'apa-jugalah—yang-dikatakannya 'Apa jugalah yang dikatakannya deyen inda? kapicayo do if saya-tidak-akan—percaya' saya tidak akan mempercayainya'.
(4) a ka majuo at) can ino inda? kabasuo do 'ke mana—juga—engkau—cari—dia—tidak—akan—bersua' 'Ke mana juga engkau cari dia tidak akan beijumpa'.
(5)
bora juo la murano ikon tu / 'berapa—juga—lah-murahnya—ikan—itu 'Berapa jugalah murahnya ikan itu inda? ka den boli doff tidak—akan—saya—beli' tidak akan saya beli'.
101
Ada kata lain yang dapat dipakai dalam klausa perlawanan. Kata itu ialah
kata /samantaij/ atau/teantagmantag/ yang artinya meskipun. Klausa perla wanan dengan kata itu dapat pula dil&at pada contoh berikut ini.
(6) i^samantaij awa? kayo / 'sekalipun—kamu—kaya'Sekalipun kamu kaya,
inda? elo? maijece? baitu bomai^ tidak—elok—berkata—begitu—benar' tidak baik berbicara seperti itu benar'.
(7) 4t'^ntaiymantai} kami ko banse? / 'walaupun—kami—ini—miskin— Walaupun kami ini miskin, ati kami lai kayono hati—kami—lagi-kaya'
hati kami juga kaya'. 4.2.3.8 Klausa Tujuan
Klausa tujuan dinyatakan oleh kata /na?/ 'supaya' seperti terlihat pada contoh-contoh berikut ini.
(1) jj^na? sonafj bona atiarj,/ 'supaya—senang—benar—hati—kamu 'Supaya senang benar hatimu, bia la den baranja? dari ruma ko
biarlah—saya—beranjak—dari—rumah—ini' biarlah saya berangkat dari rumah ini'.
(2) ^tfbialakamibaasianasianandulu I 'biarlah—kami—bera^g-asingan-dahulu 'Biarlah kami diasingkan dulu
na? dope? pulo kami iduy? surat^ supaya—dapat—pula—kami—hidup—seorang' supaya dapat pula kami hidup sendirian'. 4.3
Kalimat
Bagian ini membicarakan stmktur kalimat dasar dan struktur kalimat
102
transformasi. Sasaran utama yang ingin dicapai ialah memberikan jawaban ter-
hadap pertanyaan sekitar struktur kedua jenis kalimat itu dalam bentuk kaidah-kaidah (rules). 4.3.1
Kalimat Dasar
Sebegitu jauh telah dijumpai lima jenis struktur kalimat dasar yakni sebagai berikut.
(1)
(2)
FN
FN
4(rmo
gurui=f^
'Dia
guru'.
FN
FV
#ino
makm ff"
'Dia
makan'. mambuae? hue
'Dia membuat kue.'
(3)
FN
FA
ff sawano
lowe if-
'Sawahnya luas'.
(4)
FN
FNum
a ana?no
tigo H
'Anaknya tiga'.
(5)
FN
FPrep
ifdeyen di
siko
'Saya di sini'.
Untuk menghasilkan kalimat-kalimat apa pun yang mengikuti pola kalimat di atas telah dapat diformulasikan kaidah-kaidah struktur frase sebagai ber ikut.
(1) K
—^ Kl, K1
(2) Kl
—^ (PraKl)
(3) fN
(Pwj)
FN
Pred
KB
(Pw2)
T03
FN FV
(4) Pred —-><
FA FNum
FPrep
(5) FV
^(KKb)
(6) FA
^ (Pgj)
]KK^ j FN
^
KS
(7) FNum
> KBfl
(8) FPrep
Prep
(9) Pra K1 .
>
(KKet)
(Pg2)
(KB) KB
(T)
(P) (M) (Md)
(10) KK^ » (As) (11) KB —^inyo.ruma, kakuraijan, panokok, ... (12) KKj -—^ lolok, makan, datang, ...
(13) KK^ —> mambuek, malolokan, manembak, (14) KS —>tinggi, putia, pangicua, paisok, ... (15) KKet —^ kore-kore, talambe?, dulu, kiko, ... (16) KBil —^duo, sapubia, lirmratuy, salusin,... (17) Prep —^di, ka, dari, untua?, diate, ... (18) Pwj —^si
(19) Pw2 —> ko, itu, no, ...
(20) Pgj —> agak, talampau, palian (21) Pg2 —-^bona, sakali (22) As
—^ka, sodang, ola,...
(23) Md
—^dare?, bulia, omua, parolu, ...
Legenda: As
FA
aspek frase adjektiva
M
mungkir
Md
modal
(FPrep)
104 FN FNum
frase nomina frase numeral
P
Fred
Fprep
frase preposisi
Prep
K
kalimat
KB
kata benda
KBil KKet
kata bilangan kata keija bantu kata keterangan
pgi Pg2
K1
klausa
KKb
4.3.2
Pw
1
PWn
perintah predikat preposisi
pengerasj pengeras2 pewatasj
pewatas2 tanya
Kalimat Transfonnasi
!l
Di.bawah ini diturunkan beberapa kaidah transformasi. Kaidah ini meliputi (1) kalimat tanya,(2) kalimat memungkiri (negatif),(3) kalimat perintah, li
(4)kalimat pasif, dan(5)kalimat majemuk. 4.3.2.1 Transfonnasi Kalimat Tanya a) Kalimat Tanya dengan Jawaban Ya atau Tidak
Kalimat tanya yang menghendaki ya atau tidak sebagaijawabannyamehgikuti kaidah transformasi seperti berikut ini. /
^
/
FN2 (Intr)
FN 1
FN2
FV
FV
< FA
fa
FNum
?
FNi
FNum
FPrep
FPrep
J
Is
J
Contoh:
(1) fi inogum^ ==# 'Dia guru'.
'Gurukah dia?'
(2) if apa?no mamboti otoff
yfi mamboli oto apa?noif
'Ayahnya membeh mobil'.
'Membeli mobUkah ayahnya?'
(3) a none pokanbaru muramura if- — ■ > 'Nenas Pekanbaru murah-murah'.
-# muramura none pokanbaru ff 'Murahkah nenas Pekanbaru?'
105
(4)# ana? ma? oj'i gina Umobolejt ~ 'Anak Ibu Haji Ginah lima belas'. limo bole am? ma? oji gim i4 'lima belaskah anak Ibu Haji Ginah?'
(5)# msi ko untua? urc^ saki? ^^ 'nasi ini untuk orang sakit'.
untua? uraj} saki? nasi ko H 'Untuk orang sakitkah nasi ini?' Catalan :
Inversi FNj FN2 menjadi FN2 FNj danberbagai inversi sejenis lainnya seperti terlihat pada kaidah transformasi subbab 4.3.2.1 diikuti oleh perubahan pola intonasi dari(2)23/3IJ'menjadi(2)22/32 . b)Kalimat Tanya dengan Kata Tanya
Kalimat tanya yang jawabannya tidak yang dapat diberikan dengan yar atau tidak merupakan hasil beberapa kaidah transformasi. Kaidah-kaidah itu antara lain sebagai berikut. /
\ KB / mana
KK
(Intr) (FN>
(KK^)
baa
(KK^)
KS KBil
bara
Prep
Prep Contoh:
(1)^ ino supir^ 'Dia sopir'.
(2)# ino guru M 'Dia guru'.
(3) if mo makan ft
aim II 'Apa dia?'
a sia ino if 'Siapa dia?'
'ff mayaino ff-
'Dia makan'.
'Mengapa dia?'
(4) 4f si ani ka pulaff ff =7^ff ka rnai}a si ani-ff 'Si Ani akan pulang'.
'Akan mengapa si Ani?'
(FN)
106
(5) it oyano saki? = 'a baa ayano ff: 'Ayahnya sakit'. 'Bagaimana ayahnya?'
(6) it am?no ka limo # =^it ka bora ana?no it 'Anaknya akan lima.' (7) it kito ka di siko#=
'Akan berapa anaknya?' ^tt ka dima kito it
'Kita akan di sini'.
'Akan di mana kita?'
(8) a iko untua? Itnun tf
*it untua? sia iko H
'Ini untnk Linun'.
'Dntuk siapa ini?'
(9) ttpdi ko untua pamboli bquti =
'tf- untuka? a piti ko -ft
'Uang ini untuk pembeli baju'.
'Untuk apa uang ini?'
4.3.2.2 Kalimat N^tif
Pembentukan kalimat negatif mengikuti kaidah transfonnasi seperti berikut ini. /
N
KB
KB
KK
KK
(ng) (FN) (KKj,) jKS
-> FN inda?
(KKb)
KBil
KS
KBil
[pPrep^
FPrep
Contoh:
(1) ffinoguruH
ino inda? guru ft
'Dia guru'.
'Dia bukan guru'.
(2) itdeyen ka poiff yff deyen inda? ka poi ff 'Saya akan pergi'. 'Saya tidak akan pergi'. (3) ifkaliyan ka nionc^ ff = =?if kaliyan inda? ka monar^ ff "Kamu akan menang'.
(4) tf ona? no ka duo ff 'Anaknya akan dua'.
'Kamu tidak akan menang'.
a ana?nb inda? ka duo ff 'Anaknya tidak akan dua'.
(5) aiko untua? deyen-ft - =^ii iko inda? untua? deyen-ft 'Ini untuk saya'. 'Ini bukan untuk saya'.
107
4.3.2.3 Kalimat Imperatif
Sebagaimana halnya kalimat negatif, kalimat imperatif terbentuk mengikuti kaidah transformasi tertentu, yakni sebagai berikut. f
[an (Imp)
KK
(Fprep) ==
kaw
KK
Fprep
Contoh:
(1) #£t« pof# 'Kamu pergi'.
(2) 4t-ar} poi kasitu^
poi# 'Pergi'.
==^
'Kamu pergi ke sana'.
(3) 4^kawjago = 'Kau bangun!'
(4)
'Ke sana'.
'Bangun'.
kaw datap ka mart^ ==^
ka marl^
'Kau datang kemari'.
'Kemari'.
4.3.2.4 Kalimat Pasif
Melalui kaidah transformasi tertentu kalimat aktif berubah menjadi kali mat pasif. Kaidah transformasi ini ialah sebagai berikut.
'^KKj(n) (deTPNi)"^ FNj (KKj,) KKg FN2 ==^ FN2(KKj,)
FNi KlCp2 /
KK, .3
ma(N)- + KKj + KKpi ===^ di+ KK^ + KKp2 KK^ KK^
= kata keija aktif
KKp = kata keqa pasif KKpj = kata kerja pasif tipe 1 KKp2 = kata keija pasif tipe 2
108
(X):ffino mamboli lado ~
7^ laio dibolmo:f4 'Lada dibelinya'.
'Dia membeli lada.'
(2)
rmnumdimadia? 'Ibu memandikan adik'.
•f^aida? dimandianno de? arm? 7^ 'Adik dimandikan ibu'.
(3) ^deyenmangulayikan^
>■4^ ikan deyen gulay 44 'Ecan kugulai'.
'Saya menggulai ikan'.
4.3.2.5 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk dibedakan atas (1) kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertin^at. a) Kalimat Majemuk Setara
Sekurang-kurangnya ada dua kalimat sederhana yang secara bersama-sama
membentuk kalimat majemuk. Pembentukan ini dimungkinkan sesuai dengan adanya kaidah transformasi ■ yang mengatur pembentukannya. Kaidahnya ialah sebagai berikut.
KI + KII ==#•
KI
KII
KII
KI
<
Contoh:
(1) ^ deyen lolok siko 44 + 44 ino lolo? situ 44 'Saya tidur di sini'.
'Dia tidur di sana',.
44deyen lolo? siko / iiw lolo? situ 44 'Saya tidur di sini dan dia tidur di sana'.
(2) H^tipct? a lai malin 44 + 44 ana? a k(dojo?an ura^ 44^^'Bapaknya alim'.
'Anaknya kebencian orang'.
44tpa? a lai malin topi ana? a kcdojo?an urar}44 'Bapaknya alim, tetapi anaknya kebencian orang'.
109
(3) i4deyen ka datap ^ 'Saya akan datang'.
ka manjala^^
>
'Kamu akan menjelang'.
■^deyen ka dataij ato at} ka manjalar} # 'Saya akan datang atau kamu akan menjelang*. h) Kaltmat Majemuk Bertingkat Beberapa kaidah transformasi yang bertalian dengan pembentukan kalimat majemuk bertingkat telali dapat diformulasikan sebagai berikut. (1) Transformasi Relatif nan FVo
FA2 FN2 FPrep2 FNum2
FV
FNum2 FV2 FA2 FN2
FV FV
FN2 FV2
FA
FNj < FNum ^ Prep
FN,
FA2 FNum2
FPrep2
. FPrep2 FN.
nan<
FNum2 FV^
FPrep <
FA2 FNo
FPrep2 FVi FA-i FNum <
FNum2 FPrep2
110
Contoh:
(1)
tu datat} #+•1:1'urea} tu dunsana? denj'uo# 'Orang itu datang'. 'Orang itu saudara saya juga'. —
■ff uraj} nan dataj} tu dunsana? den juos# 'Orang yang datang itu saudara saya juga'.
(2) # ana?no saki?
+ #ana?no bir^uco}#-
'Anaknya sakit'.
'Anaknya bodoh'.
#^ana?fio nan saki? birfucu} # 'Anaknya yang sakit bodoh'.
(3) -ffrumaduo # + #rumadibarua #- = 'Rumah dua'.
'Rumah di bawah'.
#ruma nan duo di baruaff 'Rumah yang dua di bawah'.
(2) Transformasi Koordinatif
Transformasi koordinatif membentuk kalimat majemuk bertingkat menurut kaidah transformasi seperti berikut.
FNi
FN| FVi FAi
(waktu)
FNum
(tempat)
FPrepj
(alasan)
(FN2) <'fA2
kotu
(FNj)
FVi diman
sobap j
FNum2 FPrep2 FN2 FV2
ko?
FNi
FN2 FV2
(kondisi)
<{ FA2 J» FNum2 FPrep2
Ill
(1) #i#w> poi# + ^(kondisi)# ino bapiti#===^ 'Diapergi'.
'Dia beruang'.
poi salai inb bapiti# 'Dia pergi asal dia beruang'.
(2)^ #im datmj# +-# (waktu)^^deyen poi:^'=P'Dia datang'.
'Saya pergi'.
ino dataj kotu deyen poi4t 'Dia datang ketika saya pregi'.
(3) :ffino inda?poii:f^+ (dlzsan).4^inb kaujian-^ 'Dia tidak pergi'.
'Dia akan beruji'.
4finb inda? poi sobab inb kabaujiit 'Dia tidak pergi sebab dia akan ujian!
^
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dalam Bab I telah dikeitiukakan bahwa penelitian ini beran^at dari masalah yang mempertanyakan bagaimana'struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar ditinjau dari aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam rangka usaha mencarikan jawaban masalah itu, telah dikumpulkan sejumlah data linguistik bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar. Kemudian setelah data itu dianalisis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Analisis dan ke simpulan yang dimaksud telah dideskripsikan pada Bab II, Bab III, dan Bab IV.
Secara umum dapatlah dikatakan bahwa masalah yang menjadi sasaran pe nelitian ini agaknya telah dapat dijawab seperlunya. Masalah fonem yang mencakup aspek struktumya, morfologi dengan sistemnya, dan sintaksis dengan kekhasannya telah digambarkan menurut apa adanya sekalipun sebenarnya masih sangat diperlukan pembahasan lanjutan yang lebih mendalam. Gambaran yang dimaksud dapat dirumuskan lagi sebagai berikut.
(1) Seperti halnya bahasa-bahasa lain, pada iimumnya, bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar mengandung berbagai bunyi yang distingtif yang dapat dikelompokkan menjadi 19 macam bunyi konsonan, 5 macam vokal, dan 9 mapam diftong. Bunyi-bunyi ini menempati posisi dan urutan tertentu (permissible sound sequences),
(2) Dari segi morfologi terdapat tanda-tanda bahwa bahasa Minan^abau di Kabupaten Kampar mempunyai bentuk-bentuk morfem tertentu, baik morfem bebas maupun morfem terikat. Sesuai dengan cirinya, morfem terikat ini hanya menempati posisi tertentu dalam proses pembentukan
112
113
kata. Bukti-bukti memperlihatkan bahwa sebagian morfem terikat dapat menempati posisi awal, posisi tengah, posisi akhir, posisi awal dan akhir, dan posisi mana suka (opsional).
(3) Secara sintaksis terlihat bahwa bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar juga mempunyai ciri khas yang membedakannya dari sintaksis baha sa lainnya. Berbagai kaidah transformasi yang dituninkan telah ikut memperkuat kesimpulan ini. 5.2
Saran
Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar telah dideskripsikan menurut apa adanya. Namun, masih tetap terbuka kemungkinan bahwa di sana-sini terdapat pemyimpangan sampai ke taraf tertentu sehingga akurasi yang disajikan kurang dapat dipertanggungjawabkan. Sejauh mana deviasi yang teijadi sudah barang tentu akan merupakan masalah yang tidak dapat ditutupi dan selama jawaban kebenaran hasil penelitian ini belum ditemukan sepenuhnya, selama itu pula kesangsian terhadap hasil penelitian ini tidak da pat dibendung.
Berdasarkan pertimbangan yang demikian ini, agaknya pada tempatnya pulalah saat ini disarankan untuk mempertimbangkan pentingnya suatu pene litian lanjutan yang lebih mendalam jangkauannya, seperti penelitian yang .mendeskripsikan berbagai jenis kata, baik kata benda, kata keija, kaya sifat maupun kata tugas.
Masalah apakah bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar dan bahasa Minangkabau yang dipakai di Sumatra Barat merupakan dua buah bahasa
yang berbeda atau hanya satu bahasa dengan dua dialek yang berbeda, me rupakan segi lain yang sangat penting dibicarakan dalam pemetaan bahasabahasa Nusantara. Oleh karena itu,suatu studi komparatif yang membandingkan kedua bahasa itu sangat perlu diadakan. Berdasarkan pokok pikiran seperti ini, agaknya perlu pula dipertimbangkan ide yang demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar.Mhd. 1971. An Introduction to Minangkabm Morphology. Skripsi, Malang: FKSSIKIP.
Arifin, Syamsir, dkk. 1979."Kata Tugas Bahasa Minangkabau". Jakarta; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Be Kim Hoa Nio, dkk. 1978. "Struktur Bahasa Minangkabau: Dialek lima Puluh Kota, Agam, Tanah Datar, dan Pesisir Selatan (Sintaksis)". Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. . 1979. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pu sat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bloch, Bernard and George L. Trager. 1942. Outline of Linguistic Analysis. Baltimore: Waverly Press, Inc.
Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. New York: The M.I.T. Press.
. 1972. Fundamental Analym of Language. New York: Harcourt Brace.
Dahlan, Saidat. 1977."Bahasa dan Dialek Melayu Kabupaten Kampar Bahagian Timur". Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Halim, Amran. 1974. Intonation: In Relation to Syntax in Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kantor Sensus dan Statistik Daerah Tingkat II Kabupaten Kampar Bangkinang. 191S.Kampar DalamAngka.
Keraf, Gorys. 1973. Tatabahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.
114
115
Langacker, Ronald W. 1973. Language and Its Structure,
York: Har-
court Brace.
Lenggang, Zainuddin H.R. 1967. "Some Transformations in Minangkabau". Skripsi. Malang: FKSSIKIP. Mansyoer,Dahlan,dkk. 1970,Sejarah Minangkabau, Jakarta: Bharata. Nida, Eugene A. 1949. Morphology: The Descriptive Analysis of Words, Ann Arbor: University of Michigan Publicator. I
Nikelas, Syahwin, dkk. 1978. "Struktur Bahasa Minangkabau Dialek Lima Puluh kota, Agam, Tanah Datar, dan Pesisir Selatan: Fonologi dan Morfologi". Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pike, Kenneth L. 1943. Phonemics: A Technique for Reducing Languages to Writing. Ann Arbor: University of Michigan Press. Ramlan, M. 1967.Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Yogya: UP Indonesia.
Robert,Paul. 1956.Patterns ofEnglish, New York: Harcourt Brace. Samarin, Williams J. 1967. Field Linguistics, London: Holt, Rinehart and Winston,
Samsuri. 1967. "Ikhtisar Analisa Bahasa: Pengantar Kepada Linguistik II (fonologi)." Malang: IKIP. . 1980,Analisa Bahasa, Jakarta: Eriangga. Syahrar, AS. 1980. "Struktur Masyarakat Minangkabau". Dalam Majalah Kebudayaan Minangkabau, No. 12. Hal. 9 - 12.
Wardaugh, Ronald. 1972. Introduction to Linguistics, New York: Mc^aw Hill Company.
LAMPIRAN 1
REKAMAN CERITA RAKYAT
DAN TERJEMAHANNYA CARTTO PALIMO KATI ?
#ado carito cie? de? apa? #kiniko cito palimo kati? ^wakotu kete? mana? no bond diifio sajo #jadi wakotu tu supayo dape? kamanakan ko dibunua/
dibao manjalo^ kiro-kiio ado batag didalam ayu tu //jadi dijalolah ^ko? lai
tasa^kui? disuruahla palimo kati? manolam •// jadi apobilo baliaw ko mano1am I ditimpokan batu godag ^ jadi kabatulan poi manjalola mama?iio tadi jadi tasankui? jalo palimo kati? tolon solam de? aj ^ iyola tua? disalamlah satalah ino manolan / ditua?an batu kirokiro bore?no sapikua # kirokiro supayo mati palimo kati?ko de? batu'tu tontu nda? dape? timbu
lay ^jadi kabatulan no tuhan manolop / palimo kati? iyo uraj kue?-// mako dijunjuanla batu tu ^kanapo batuko tua? katampe? mipih lado ko ataw ka-
mambue? sondi uma / bulia den bao# jadi bajki?^ takuy? datua? cako jadi kabatulan noolah tontu ino gendeap gendeag de? ino baso datua? ko jojo? di den
TERJEMAHAN
Ada suatu cerita buat Bapak. Ceriteranya tentang Panglima Khatib. Waktu dia kecil, hanya dialah yang dibenci oleh pamannya. Dalam usaha untuk
membunuhnya, kemenakannya itu dibawa pergi menjala ke sungai yang kirakira terdapat batang di dalamnya. Bila sudah terkait, Panglima Khatib disuruh menyelam. Pada saat penyelaman itu, sebuah batu besar akan ditimpakan kepadanya,
Demikianlah, mereka pergi. Tiada berapa lama kemudian jala Panglima
116
117
Khatib mulai terkait. Pamannyamenyumhnyamenyelam. Tengah dia menye1am, sebuah batu besar yang beratnya kira-kira satu pikul ditimpakan kepadanya. Tujuannya supaya Panglima Khatib meninggal dan karena itu dia tidak muncul-muncul lagi.
Untung sekali Tuhan menolong. Panglima Khatib dengan kekuatannya dapat menjunjung batu itu. Ditanyakannya tentang batu itu dan dimintanya supaya dibawa saja pulang untuk penggiling lada atau digunakan untuk sendi rumah.
Mendengar perkataan yang demikian timbul takut pamannya karena tampaknya kemenakannya telah memahami bahwa pamannya bend kepadanya.
LAMPIRAN 2
DAFTARKOSAKATA
M jaba?! labuj jadae?! ladia?! ladol laga?l
laga?f{ol Ma?l Mo! /akaw/ lalial jama?! lamayl lairtbe?! jambual lambuni lamel lampe?l Icanpuj lana?l landial IcmtamI lani
la^?l lar}inl
apa
'bapak' 'debu' 'adat' 'adik' 'ada'
'agaknya' 'ajak' 'saja' 'engkau' 'alih' 'ibu' 'ibu' Tiambat' Tiambur' 'embun' 'emas'
'empat' 'empu' 'anak'
T>odoh' Tiantam' 'kamu'
'panas' 'angin'
118
119
lanimi lanjuco}! lapa?ftot lapil lapol laratfl laril laria?! larimawl /asam/ laso?il latil lato?l jawa?l fawuyl layahj jayaml layiwj
N jbaal jbaaia?! Ibaambia?! Ibamil /baato?! Ibabajul Ibabinil jbabiya?! Ibabolel Ibdbotil fbabuno! jbaca?! Ibada?l Ibadoke?! Ibadc^l Ibadudua?! Ibaduol lbaga?l
'anjing' 'anjung' Tsapaknya' 'api' 'apa' 'arang' 'hari'
'hardik' 'harimau' 'asam'
'asapi' liati'
'atap' Icita' Tiaus'
'ayah' 'ayam' 'air'
'bagaimana' 'dibawa serta' 'diambil' 'ber Ani'
'beratap' 'berbaju' 'beristri' 'basah' 'belasan' 'berbeU'
'berbunga' 'bintik' Tjedak' 'dekat' 'badai'
Tjerkumpul' 'berdua'
'berani'
120
Ibagil
Ibagonjo^/
'bagi' 'bergonjong'
Ibaif lbaia?il Ibajalanj Ibajul Ibajuol
Tjeijalan' Tiaju' Tjajunya'
lbdkapanjat)anl
'terus-menerus'
Ibakaremuy?! Ibakojol /baladaul Ibaladiaijl Ibalaga?! Ibalapanj jbalaml
'kusut'
Ibalayoj
Tjeri' Tjaiki'
"bekeija' 'berladang' 'berlading' 'berlagak' 'lapang' 'burung' Tjelanga'
lbaluna?luna?l Ibamatol lbanaia?anl lbam?l lbam?nol
'otaknya'
Ibantiat}! Ibajil
'marah'
Ibaokoj fbaoto! jbapitil
jbapogaijl jbaraj jbaradia?! jbarajaj Ibarara?!
"berlunak-lunak' "bermata' 'dinaikkan' 'otak'
lembu'
'berwakaf 'beroto'
'beruang' 'dipegang' 'berapa' 'beradik'
'belajar' 'berarak'
jbaretoi}!
'berhitung'
/baribuj
'beribu'
Ibariiyinl
'beringin'
jbarole?! Ibarosial Ibaruj jbaruij
"berhelat' 'bersih' iDaru' ■barui'
121
Ibarulaijl Ibarundiat}! jbou! Ibasisala?! jbasoj jbasobasi/ fbasogil /basompi?! /basuol lbasuro?anl
jbata^l Ibata^gkawj [bate! IbatuI Ibatujul /batukawl /baul IbayamI (bendij IbibiwI
"berulang' 'berunding' Tjesi' TDcrkelahi' Tdose' "basa-basi'
'bersegi' 'bersempit' 'bertemu' 'disuratkan'
'pohon' Tjertengkai' Tjatas' •batu'
'dituju' 'bertukar' 'bahu'
"bayam' "bendi' Tjibir'
jbilalai}!
'belalang'
jbilia?! Ibilol
'kamar'
jbintapl
Tjintang'
Ibirul
'bini'
Ibisia?! /bisua?l Ibontua?!
'bisik'
jbore?! lbota?l /boti/ /botia?l /bua/ Ibual/ Ibuayol /bujani fbuki?/ IbulanI
'bda'
TDesok' 'bentuk' 'berat' TDOtak' Tjetis'
'pepaya' 'buah'
'omong' Tjuaya'
"bujang' Tjukit' "bulan'
122
jbule?! /buhlI Ibuncil Ibuntawl
Ibuijkua?!
■bulat' "bulu' iDuncis' Tjundar'
Ibuijol
Tjiingkuk' Tjunga'
(burua?!
"buruk'
Iburuat}!
'burung'
Ibusua?/
"busuk'
/buyua^l
"buyung'
Icl lcadia?f /caiw/ Icakapl
'cerdik' 'cair' Tcata'
Icaluaijl
'parang'
IcominI
'cermin'
jconcaijl jcai^kehl Icajjkuai}!
'cencang' 'cengkih' 'jongkok'
jcarij Icaritol jcie?! IcincinI jcipuy?! IcomatI jcuboda?!
'cari'
Idl jdaanl jdabu! jdadoj
Ida^da^l Idagua?! Idake?l IdalamI Idancwl
'cerita' 'satu' 'cincin'
'siput' 'camat'
'cempedak'
'dahan' 'debu' 'dada'
'daging' 'dagu' 'dekat' 'dalam'
'danau'
123
ldar}(iwl Idapual Idaral Idaril Idatua?! jdawun! Idetawl jdeyenj jdindiar}! ldope?l
/dotjkra?! /dudua?! /duiyan/ jdukuj Idukuahl fdulanl Iduwol M jelo?! jete?! jeten!
jetoryml
'dangau' 'dapur' 'darah' 'dari' 'datuk' 'daun' 'destar'
'saya' Minding' 'dapat' 'dongkrak' 'duduk' 'durian' 'duku'
"kalung' 'dulang' 'dua'
'elok' 'etek' 'itu'
'hitungan'
k!
Igodat}!
"besar'
Igadil lgara?gari?l IgaramI Igaramij Igargajil Igarigil
'gadis'
jgamndco}! Igeleai}! Igigil Igigiahl Igilol
Igolayl
'gerak-gerik' 'garam' 'garami' 'gergaji' 'gerigi' 'gerundang' 'geleng' 'gigi' 'gigih' 'gila' 'gelang'
124
jguliat}!
Igunua^l Igunjiai)!
'guling' 'gunung' 'gunjing'
Igurawl
'guru'
A'/ libol /ibul
'hiba'
jiduat}! lijawl /ijua?l likani /iko/ likua/ linda?anl linol litami jitia?! liyoanj m liae?l
Ijaguar^l
Ijalanj
'ibu'
'hidung' 'hijau' 'ijuk' 'ikan' 'ini' 'ekor' 'tindakan' 'dia' 'hitam' 'itik'
'iyakan'
'jahaf 'jagung' 'jalan' 'jambu'
Ijambul liami IjaminI liaual Hole! jjoleanl jjolon!
'mulai'
liot}guy?l liujayl
'jenggot' 'juyu'
ljumay?! liuol
'Jumat'
w M
jam
'jamin' 'jauh' 'jelas' 'jelaskan'
'juga'
Tee'
125
jkabu! jkabun! Ikabuy?! fkacanduwanl Ikacanj Ikacawl IkacimpuanI jkaco!
IkadataijanI
'pudar' 'kebun' Tcebut' 'kecanduan'
Tcacang' 'kacau'
Tcecimpung' Tcaca'
Tcedatangan'
Ikadayl Ikqa bakajawl Ikajaw/ lk(poioa?anl Ikajuy?! Ika?l jkakij
'kebencian'
Ikakura^anl
Tcekurangan'
Ikakuyhl fkalil /kaliyani Ikalimoj /kalokuwan/ Ikalua/
"kedai'
'berkejar-kejaran' Tcejar' Tcejut' Tcakak' 'kaki'
'kakus' 'kaU' Tcalian' Tcelima' 'kelakuan' Tceluar'
jkalua^l
"k along'
IkamalamanI lkamasua?anl Ikambial IkatnbianI Ikamil
'kemalaman'
Ikamuniaijl
'kemuning' 'uncang' 'kapak' "kepala' 'kepandaian' 'kapas' 'akan pergi'
/kandikandi/ /kapa?l Ikapaloj jkapandayan! Ikapeh! jkapoi! IkaramI Ikariatjcml
'kemasukan'
'kelapa' "kambing' "kami'
"karam'
'kegirangan'
126
Ikasadooj Ikasiahj lkata?l Ikatiaj /katidianj Ikatiko/ /katol Ikatuju/ fkaw/ /kawani /kawin/ Ikayol Ikayul jkete?! Ikiki?l Ikilo/ lkile?l Ikilol Ikincial Ikinil Ikitol Ikobawl jkobe?! Ikocia?! Ikojol lko?l Ikokml /kole?l jkomihl Ikompual
Ikondia?) Ikoniayl Ikontaijl Ikopil Ikorel fkore?! /korian/ /kosia?/
'seluruhnya' Tcasih' Tcatak'
'dipan' Tcetiding' Tcetika'
Tcata' 'suka'
'engkau' 'kawan' "kawin'
"kaya" "kayu" "kecil" "kikir" 'ke sini' "kilat" 'kilo' "kincir' "kini' Tdta' "kerbau' 'ikat'
"kecil'
"keija" 'jika' 'gelap' •kelat' 'Kamis' 'masak' 'babi'
"kening" "kentang' "kepi" "keras" "kerat'
"kering" 'pasir'
127
Ikotuj Ikual Ikualil lkuwe?l
'waktu'
jkucica^l
'kucing'
Ikudol IkukuJ lkuli?l Ikumban?!
Ikunicujl Ikopic^l Ikura^l Ikuridl IkutiakI Ikuyul
'kuah'
TcuaU' Tcuat' Taida' 'kuda' Tculit'
Tcumbang' 'kuning' 'topi' 'kurang' 'kursi' 'ketiak'
'kuyu'
m llal llabil
'sudah'
jladai}!
'sawah'
/lado! Ilaganj IMl
'batu lada'
llai}i?lapi?i
'langit-langit'
jlakilakil jMe?] jlama?! Ilamaril llamoj jlampul jlanda?! jlandayj flanse?!
'laki-laki'
Ilapar^l
llapayml
llapca^l (lapawl llawuy?l ilidaj
'lagi' 'lada' 'ada'
'lalat'
'enak' 'almari' lama'
lampu' landak' lantai'
'langsat' 'lapang' lapangan' lapangi' 'kedai' 'laut'
lidah'
128
lUmbayuai}! Ilimol IlimoanI llita?l IliwI lloba?l jlobahj
/lobe?)
lembayung' lima' 'limakan'
lapar' leher' lobak'
lebah' 'lebat'
Ilobol
loba'
llomaul
lemang'
/lombo?l flombuy?!
'lembab'
jloryiwl
lalat'
llolo?l llopel jlope?! Iloril lloteni llowanf lluna?lunal /lumyh/ llusi llutuy?! H IrmI lrm?l Imayl jmabua?! Imahel Imaimbawl /makani ImakdnanI malam/
lembut' 'tidur'
'lepas' 'lepat' lari'
loteng' lawan' 'lunak-lunak' lurus' los' lutut'
mana
'ibu' 'ibu' 'mabuk' 'mahal'
'memanggil' 'makan' 'makanan' 'malam'
Imalayl
'malang'
Imalendol jmalianl
'melanda'
Imalvjl
'alim'
'maling'
129
Imalomhuaijl Imalowej Imabil Imambatuj Imambolil lmambore?anl lmambue?no/
Imampolayl
Jmanatjanil Imananoanj /manarif lmancie?anl
jmayojil ImarfgadayanI
/ma^garam/ Imaijgoda^l
'melambung' 'meluas' 'malu'
'membatu' 'membeli' 'memberatkan'
'mebuatnya' 'mempelai' 'menangani' 'menanyakan' 'menari:
'menyatukan' 'mengaji' 'menggadaikan' 'menggaiam' 'membesar'
/rmnirjke?!
'mengunyah' 'menyelam' 'nieningkat'
fmaniraf
'memerah'
Imanjalat^l
'menjelang' 'menyebutkan' 'menyalak'
Imaijunal ImanolamI
lmanobuy?anl Imamla?! Imanotel jmaramba?! Imarasol /tmsa?! Imasua?!
'menetas' 'merambak' 'merasa'
'masak' 'masuk'
jmonci?!
'tikus'
jmonianl
'maniskan'
/montimuni Imeja/
'mentimun'
jmebaijunl
'meja' 'pelangi'
fmerekaf
'mereka'
jmereai}!
'miring'
Imini?l
'menit'
Imiijgul
'minggu'
/mudol
'muda'
130
jmuncuanl
'mulut'
/mu^kin/
'mungkin'
Imural Imusaji?/ /mustil jmutanl Imotorl
'murah'
Inl Inamol jmia?! Inanj Inasipl lnda?l jninia?! /nipih/ InimI /none/
'mesjid' 'mesti' 'rambutan' 'mobil'
nama
'naik'
'yang' 'nasib' 'tidak' 'nenek'
'tipis' 'niru'
'nenas'
/no^i/
'menangis'
/y /ijilu/ Ijjaray/
'ngdu' 'ngarai'
In/ /namm?/ /mo/ /nato/ /fiinia/
'nyamuk' 'nyawa' 'nyata' 'nyingkii'
/o/ /obu obu/ /obm?/ /omba?/ /ombuyh/ /ombun/ /ompe?/ /omm/
'abu-abu' 'rambut' 'ombak' Tiembus' 'embun'
'empat' 'enam'
131
lor}gua?l joijahl lor}o?l IpI Ipabiniyanl Ipabue?/ Ipada^awahl Ipadati/ Ipade?/ Ipadil Ipadusil Ipagawl Ipagil
Ipagodaijl Ipagu! IpahamI Ipail lpai?l lpainda?anl Ipajawj jpakayuwan! Ipakete?! Ipakul IpaladananI
IpalakiyanI IpalianI jpalito! Ipamabua?!
Ipatm^ku/ Ipembagil Ipambolil
lpambot}il Ipamjamanl IpandakiyanI Ipanda?!
Ipandula^l fpatpntua?!
'angguk' Tcakak' 'bodoh'
Tcawinkan'
'perbuat' 'perdagauan' 'pedati' 'padat' 'padi' 'perempuan' 'pagar' 'pagi' 'perbesar' 'pagu' 'paham' 'pergi' 'pahit' 'penindakan' 'anak'
'perkayuan' 'perkecil' 'paku' 'perladangan' 'kawinkan'
'paling' 'pelita' 'pemabuk' 'pemangku' 'pembagi' 'pembeli' 'pemarah' 'penajamkan' 'pendakian' 'pendek' 'pendulang' 'pengantuk'
132
lpar}ariat}anl lpat}odai}j Ipatjopij
Ipaijurai^l Ipanompi?!
jpanjai}! Ipanje?f Ipantayl
Ipantiatjl Ipanoko?! jpapataj
Iparayayl IparantawanI Iparatuyhl Iparisol Ipariyua?! Iparuy?! Ipatahl Ipatuahl
Ipayuar}!
Ipiaijga^l
IpipganI Ipirjgatjl Ipipil
Ipiriar)! Iphai}! Ipisawj jpitah! Ipitanahj Ipolam! Ipobiahl
Ipotjuahl Ipool Ipucua?! Ipulawl Iputiahl
Iputia?) Ipu^gua^l
pengeringan
'pembesar' 'pengopi' 'pengurang' 'penyempit' 'panjang' 'panjat' 'pantai' 'penting' 'penokok' 'pepatah' 'perangai' 'perantauan' 'peratus' 'perasaan' 'periuk' 'perut' 'petang' 'patuh' 'payung' 'pianggang' 'pinggan' 'pinggang' 'pipi' 'piring' 'pisang' 'pisau' 'fitrah'
Titnah'
'mangga' 'peluh' 'penuh' 'paha' 'pucuk' 'pulau' 'putih' 'putik' 'punggung'
133
M IracunI Iragul Irantianj jrandal jrato?!
racun
'ragu' 'ranting' 'rendah'
'fatap'
jraijkiai}! jritjanl
'renang' lumbung padi' 'ringan'
Irimbol jroko?!
'rokok'
jranai}!
jronar^l IrumpunI Irumal Inimakol N Isabolel jsakete?! Isala?l Isalasal IsambilanI fsapuluah Isaputananj jsaro?! jsayua! Isikol jsilam/ Isilarawl Isimpuahj /sinayan/ lsipa?l jsisunuy?! /situ/ /sobay?/
/sodai}/ /sodoaa/ /sogan/
'rimba'
'renang' 'rumpun' 'rum ah' 'rumah ini'
'sebelas' 'sedikit' 'salak' 'Selasa' 'sembilan'
'sepuluh' 'sapu tangan' 'sampah' 'sayur' 'sini' 'selam' 'selana'
'simpuh' 'Senin'
'sepak' 'kumis' 'sana' 'kawan'
'sedang' 'semuanya' 'segan'
'V—W-
134
jsombo^l
jsome?] jsonai}!
Isuba^l /sukoj Isumondol Isusul /susuduani jsurawj
'sombong' 'peniti' 'senang' 'subang' 'suka' 'semenda' 'susu'
'dangau' 'langgar'
jtaba!
'tebal'
jtada! jtadij
'tadah'
jtaliijol
'telinga' 'tampung'
jtampua^l jtanaj Itope?I Itarompal Itaruyhl Itigol /tikulua?/ Itimbol
Itirjadahl
'tadi'
'tan ah'
'tepat' 'sandal' 'terus'
'tiga' 'selendang' 'timba'
ltit)gil
'tengadah' 'tinggi'
jtitia?! jtobuj
'tebu'
'titik'
Itoga?I
'tegak'
Itomay?! jtona?!
'tomat' 'tanak'
jtorat}!
'terang'
jtua?!
'datuk'
ftuduai}! Jtulaijl
'tudung' 'tulang'
jtumbua?! /tumi?l jtunjua?!
'tumbuk'
Itut}gual
'tumit'
'tunjuk' 'tunggul'
135
Ituijkul
'tungku'
jtuwanj
'tuan'
M lubil jucH judarol Mi! Iule?l
luncai}!
lurarfl
■'ubi'
'kakek perempuan' 'udara'
'uji' 'ular'
'pundi-pundi' orang
jure?!
'urat'
jusai}!
'usang'
H Iwalij
'wali'
Iwaa^l
'kamu'
!
»■-
tyt lyakinj lyo!
'yakin' ya
> 1
k
w
Kecamatan Rambah
Tambusai
Kecamatan
LAMPIRAN3
/
-jO
y Kecama-
'
/
Kecamatan
Ampat Kain
t: Bengkinang
^ Kecamaian
Kampar Hilir
—
~
Oc«a Kampar
r
Kecamatan^
'——" Jirtiris
Kecamatan Siak Hulu
•**
Kabupaten Bencikaiis
PETA KABUPATEN KAMPAR
Kuras
Kecamatan
Sumatra
par
Kabuna-
Kecamatan Kuala Kampar
Cs3 O)
«; .
,f»- >,
■= i>'
'•? -c
O'"
r2:'
|(«4Si
r'-'■ ' ',,.■ =1a";.;. ■ ■•■. 1',^ • V^- .•'. '
■
.' Y^.' 'i
«.
j. ' _'b_
'i ru.ji».<. -I
ib .N . 'bVA
imUTAN
pcrpustakaan
PUS^T PFWRINAAN DAN F P.A'C E\13 A r;3\\j B /\ H AS A
DEI^ARTemeN PTRD'DIXAN i '' DAN KE3U")-.Y XAM ■t