TIDAK ADANYA RASA PERSATUAN ANTAR SUPPORTER SEPAKBOLA
NAMA
: AGAM RIZKI WICAKSONO
NIM
: 11.12.6033
KELOMPOK
:I
PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI DOSEN
: M. IDRIS P,Drs,MM
ABSTRAK
Tentunya kita semua sudah tahu apa itu supporter,apalagi support sepakbola.Bahkan dalam sepakbola,tanpa supporte seperti halnya sayur tanpa garam.Tidak memandang usia tua muda,pria ataupun wanita,sepakbola mampu mengubah seseorang yang normal menjadi sangat antusias bahkan fanatic membela club-club sepakbola kesayangan masing-masing dengan selalu menonton pertandingan club kesayangan masing-masing,membeli
macam-macam
perlengkapan
supporter
seperti
kaos,terompet,shall,bendera dll . Antusias masyarakat Indonesia dalam bidang sepakbola sangat tinggi dan tidak diragukan lagi.Apalagi supporternya,sebagai cintoh Bonex mania,supporter persebaya Surabaya,tak peduli club yang mereka bertanding dimana mereka selalu ikut mendukung sebagai pemain keduabelas di pinggir lapangan,bahkan ketika persebaya bertanding di luar pulau jawa para bonex mania selalu setia menemani mereka bertanding .Jumlah para bonexpun terkadang melebihi jumlah supporter bola tuan rumah.tetapi antusias merekapun banyak yang di salah gunakan. Mari kita bicarakan beberapa ulah supporter yang tidak terpuji.Kerusuhan antar supporterpun tidak di ragukan lagi betapa parahnya di Indonesia.Tawuran antar supporter baik ketika pertandingan sepakbola berlangsung maupun setelah selesai bertanding,penjarahan yang di lakukan para supporter,perusakan sarana seperti stadion ketika tim kebannggaan mereka kalah dan pembunuhan pun berani mereka lakukan.Tidak usah jauh-jauh,PSS SLEMAN,PSIM JOGJA dan PERSIBA BANTUL adlah tim asal DAERAH ISTIMEWA JOGJA.Tetapi apakah kalau satu daerah terelakkan dengan kerusuhan?TIDAK!!! Bahkan kerusuhan supporter ke 3 tim tersebut malah sering terjadi,biasanya permasalahan timbul karena gengsi dan saling ejek di dalam lapangan Kita boleh fanatic dalam sepakbola,akan tetapi semuanya kembali pada pribadi masing-masing karena fanatic yang berlebihan dapat menimbulkan a narkis
LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia termasuk salah satu Negara yang antusiasnya tinggi dalam bidang sepakbola setelah Brazil dan Jepang .Banyak kalangan masyarakat yang menggemari olah raga ini,berbagai pertandingan bergengsi juga banyak,dan yang menjadi pertandingan besar di negara ini antara lain
kompetisi di bawah naungan
PSSI(Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yaitu ISL(Indonesia Super League) dan kompetisi d luar naungan PSSI yaitu LPI(Liga Premier Indonesia) yang baru di bentuk baru-baru ini.Puluhan tim dari berbagai daerah yang terpilih bertanding dalam kompetisi tersebut baik ISL maupun LPI.Supporternyapun juga banyak tentunya Contoh-contoh
supporter
yang
eksis
selalu
adalah
sebagai
berikut
:AREMA(Aremania),PERSEBAYA(Bonex),PERSIB BANDUNG(Bobotoh),PERSIJA(The Jack),PSS SLEMAN(Slemania),PSIM JOGJA(Brajamusti),PERSIBA BANTUL(Panser Bumi) dan masih banyak yang lainya Akan tetapi factor sarana selalu menjadi kambing hitam setiap pertandingan,buruknya kualitas stadion,lapangan,lampu lapangan selalu menjadi kendala dan menghambat pemain mengeluarkan kualitas tebaiknya dalam bermain.Lebih parah lagi ketika hujan turun,banyak lapangan yang tidak ada peresapan airnya,otomatis lapangan pun menjadi seperti kolam ikan saja,harga tiket yang kian naik seakan tidak ada hubungan timbal baliknya karena stadion masi tetap sama saja dari tahun ketahun,kerusuhan di setiap pertandingan,aksi perusakan stadion,tawuran menjadi makanan sehari-hari para supporter,itulah salah satu akibat dari fanatic yang berlebihan,gengsi ketika tim kebanggaan kalah di lampiaskan dengan perusakan stadion dan tawuran,seakan-akan hal positif atau fungsi supporter tidak ada lagi.Bahkan sekarang supporter sepakbola di fonis semakin nmemperburuk citra Negara di kancah dunia.Bukankah Negara ber asaskan BHINEKA TUNGGAL IKA ,akan tetapi kenapa malah perbedaan daerah juga menyebabkan terjadinya kerusuhan.rasa persatuanpun hilang di telan aksi anarkis
RUMUSAN MASALAH
a. Apa hubungan suporter dengan tim yang didukung? b. Perlukah sebuah tim memiliki kelompok suporter? c. Bagaimana perkembangan terkini suporter sepak bola di Indonesia? d. Mengapa suporter cenderung melakukan aksi anarkis yang dapat menimbulkan konflik antar suporter? e. Apakah konflik antar suporter melenceng dari kaidah-kaidah Pancasila? f. Apa solusi yang tepat untuk mengatasi konflik antar suporter di Indonesia?
PENDEKATAN HISTORIS
Peran suporter sebagai performer menemui lahan subur di era abad ke19, tepatnya diawali dengan berdirinya asosiasi sepak bola Inggris, yaitu Football Association (FA) pada tahun 1963. Munculnya fenomena suporter terorganisir (komunitas suporter) dipelopori oleh suporter negara-negara di benua biru yaitu Eropa, setelah inggris dengan Hooligans lalu mulai bermunculan beberapa suporter seperti di Italia yang biasa dikenal dengan suporter Ultras, kemudian menyebar ke Denmark dengan sebutan Rolligan, dan di Skotlandia dikenal sebagai kelompok suporter Tartan Army. Komunitas-komunitas suporter telah terbentuk di berbagai negara.bahkan setiap klub di dunia pasti mereka mempunyai komunitas suporter sendiri. Kita telah mengenal komunitas suporter klub-klub besar di benua Eropa seperti Inter Milan (Internisti), Juventus (Juventini), AC Milan (Milanisti), Liverpool (Liverpudlian). (Handoko, 2008:33-34). Kerusuhan yang terjadi di stadion Heysel, Brussel Belgia pada bulan Mei 1985 menjadi contoh dari kebrutalan suporter di Eropa dan dikenal dengan (tragedy Heysel) sampai sekarang. Partai final Liga Champions antara juara bertahan Juventus (Italia) vs Liverpool (Inggris) yang dimenangkan 1-0 oleh Juventus harus dibayar mahal dengan tewasnya 39 orang Juventini (suporter Juventus) 38 warga Italia dan 1 warga Belgia. Sebelum pertandingan dimulai terjadi bentrok di Heysel yang menewaskan 39 orang dan mencederai puluhan lainnya. Pemicu bentrok dimulai dari saling ejek kedua pendukung dan motif lain yaitu sebagai aksi balas dendam dari suporter Liverpool, ketika pada partai final Liga Champions tahun sebelumnya yakni antara Liverpool vs AS Roma, pertandingan tersebut dimenangkan oleh Liverpool dan suporter AS Roma (ultras gialorossi) yang sudah menerima kekalahan tersebut kemudian meneror fans Liverpool yang datang ke situ. Terror kepada suporter Liverpool, tidak hanya terjadi di dalam stadion saja bahkan di tempat-tempat mereka menginap di sweeping sampai perjalanan keluar kota Roma. Kerusuhan ini dianggap memicu sentiment anti Italia dan di bawa pada partai final Liga Champions tahun 1985 di
Heysel sebagai sarana balas dendam. Akibat dari kerusuhan tersebut Liverpool kemudian dilarang bertanding di kejuaraan internasional oleh UEFA selama 10 tahun dan larangan 5 tahun untuk klub-klub Inggris lainnya. (Suyatna, 2007:35-36)
SOSIOLOGIS
Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana kerumunan tersebut diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adakalanya tidak saling mengenal, dan memiliki sifat yang peka terhadap stimulus (rangsangan) yang datang dari luar.Suporter sepakbola meski menonton pertandingan sepakbola di tempat dan mendukung tim yang sama belum tentu mereka saling mengenal satu sama lain namun meski demikian mereka sangat peka terhadap stimulus yang datang dari luar seperti ketika tim mereka nyaris mencetak gol atau ketika gol tercipta secara tidak langsung tanpa dikordinir mereka langsung menunjukkan ekspresi yang sama yakni berteriak dan bersorak. Bahkan ketika terjadi kerusuhan pun meski tidak saling mengenal tapi atas nama solidaritas suporter pendukung kesebelasan yang sama, otomatis mereka langsung membantu rekan-rekannya ketika kerusuhan terjadi. Perilaku suporter sepakbola bisa dikatakan sebagai perilaku sosial di mana tingkah laku suporter yang berlangsung dalam lingkungan menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku berikutnya. Selain itu Geroge Homans (Sosiolog) juga menjelaskan bahwa perilaku sosial adalah di mana aktivitas yang dilakukan sekurangkurangnya dua orang bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku suporter baik itu perilaku yang bersifat negatif maupun positif tentunya berpengaruh terhadap lingkungannya dan perilaku suporter selanjutnya.
YURIDIS
Dalam
Piala AFF kemarin menghasilkan kontradiksi, arogansi dari PSSI. Suporter
dibelenggu kebebasan berekspresinya dengan kasar,ini jelas bertentangan dengan pasal 28 dan 28E ayat (3) kebebasan berekspresi dan pasal 28F. Dipaksa patuh pada satu orang, siapa lagi kalau bukan Nurdin Halid.Sang Ketua Umum PSSI secara de jure. Jadwal kompetisi yang amburadul, pembinaan pemain asal-asalan, dan buruknya kinerja organisasi merupakan wajah PSSI saat ini.bahkan, PSSI pun bisa dikendalikan dari balik bui sehingga sangat aneh dan ganjil. Dengan berbagai dalil, keadaan ini dipertahankan.Apa yang akhirnya terjadi pun menjelma juga, Indonesia miskin prestasi di kancah internasional. Kenangan Indonesia di era 1950-1980-an sebagai kekuatan dahsyat sepakbola Asia hanya jadi catatan saja.tak usah Asia, untuk ASEAN saja masih harus tertatih-tatih. Sungguh ironis.
PEMBAHASAN
Suporter adalah bagian penting dalam dunia sepakbola, karena fungsi utama suporter adalah sebagai penyemangat tim sepak bola dalam sebuah pertandingan. Suporter sering juga disebut sebagai pemain ke-12 dalam permainan sepak bola karena perannya sangat penting dalam sebuah pertandingan sepak bola, bayangkan saja dalam pertandingan sepak bola tidak dihadiri oleh para suporter, sepertinya ada yang kurang dalam pertandingan tersebut. Suporter biasanya memiliki kostum yang berkaitan dengan kostum tim sepak bola itu sendiri, baik motif, warna, atau bentuk kostum. Suporter memiliki tugas yang bisa dibilang hampir sama dengan tugas pemain yang bermain ± 90 menit dalam suatu pertandingan, dengan tugas menyanyi, menari, serta memukul alat musik yang berbau penyemangat seperti drumband. Tetapi dalam perkembangannya suporter yang tadinya sebagai penyemangat sebuah tim dan memeriahkan suatu pertandingan sepakbola sudah melenceng dari tujuannya. Suporter sangat penting bagi sebuah tim. Mereka bukan hanya sekedar penonton, yang hanya mengamati sebuah pertandingan saja, akan tetapi suporter memberikan yang lebih dari seorang penonton. Nilai lebih dari suporter adalah membeli tiket sebagai pemasukan dana tim yang berguna untuk mengelola stadion yang dimiliki oleh sebuah tim, tidak hanya sebagai penonton pasif atau penonton yang tujuannya hanya menonton saja melainkan sebagai penonton dan sebagai pendukung, pemeriah dalam suatu pertandingan dengan atribut, tarian, nyanyian dan tepuk tangan yang memberikan warna dalam pertandingan tersebut, dan sebagai teman untuk pemain-pemain yang ada di dalam tim tersebut. Perkembangan suporter di Indonesia saat ini sangat menggelisahkan, tidak hanya sebagai pendukung sebuah tim, tetapi juga sebagai pemicu kerusuhan. Kerusuhan antar suporter saat ini semakin menjadi-jadi, bukan hanya antar negara, melainkan antar kota, bahkan sempat terjadi kerusuhan suporter sepak bola antar SMA. Kerusuhan ini tidak hanya merusak sarana dan
prasarana umum saja, korban jiwa pun sudah menjadi hal yang biasa. Tidak sedikit pula suporter yang memiliki musuh dengan suporter lain, baik dalam satu kota maupun luar kota. Dalam pertandingan sepak bola saat ini menjadi adu gengsi antar suporter, siapa yang anarkis itu yang menang, Budaya yang sangat melenceng dilakukan oleh para suporter di Indonesia. Seringkali kerusuhan antar suporter dalam pertandingan dipicu oleh kekalahan tim yang didungkungnya oleh lawan mainnya, akan tetapi masih ada beberapa faktor yang memicu terjadinya kerusuhan tersebut, diantaranya, perseteruan abadi antar suporter sepak bola terkait masalah sejarah dengan memiliki sejarah yang selalu berseteru tiap kali bertemu dan ini dilestarikan oleh generasi penerusnya. Lalu, kurang adilnya pengawas pertandingan yang terkadang memicu emosi pemain dan suporter yang sering kali disebut oleh suporter sebagai pengawas pertandingan suapan. Kemudian, munculnya keberadaan suporter pengacau atau sering disebut dengan hooligans yang memang sengaja datang ke pertandingan untuk menciptakan suasana rusuh demi mencari keuntungan pribadi. Yang terakhir yaitu provokasi yang dilakukan antar suporter saat pertandingan berlangsung, seringkali dalam mendukung tim kesayangannya, para suporter menciptakan yelyel yang bernuansa provokatif dan menjelek-jelekan kesebelasan lawan. Hal-hal inilah yang juga menjadi pemicu terjadinya gesekan hingga menimbulkan kekerasan dan kerusuhan. Beberapa kasus kekerasan dan kerusuhan antar suporter dalam sepuluh tahun belakangan ini, pada tanggal 25 April 2005 kerusuhan terjadi antara kelompok suporter Persekabas Pasuruhan dengan kelompok suporter Arema Malang yang mengakibatkan pemukulan wasit, gawang dibakar dan stadion dirusak. Pada tanggal 8 Agustus 2005 kerusuhan terjadi antara kelompok suporter Persigo Gorontalo dengan pemain Persiwa Wamena yang mengakibatkan 18 pemain Persiwa Wamena mengalami lukaluka karena dikeroyok kelompok suporter dari Persigo Gorontalo. Pada tanggal 4 September 2006 kerusuhan terjadi antara kelompok suporter Persebaya Surabaya dengan kelompok suporter Arema Malang yang mengakibatkan Peralatan media dirusak sehingga PT Telkom memperoleh rugi sekitar 3,3 Miliar
Rupiah, tiga buah mobil termasuk anteve yang sedang meliput pertandingan pada waktu itu dibakar habis oleh para kelompok suporter Persebaya Surabaya, puluhan suporter luka-luka, 14 polisi dilaporkan luka-luka dan 25 panpel dianiaya oleh kelompok suporter Persebaya Surabaya. Pada tanggal 14 Maret 2007 kerusuhan terjadi antara kelompok suporter Persita Tangerang dengan kelompok suporter Persija Jakarta yang mengakibatkan dua mobil dan satu ambulan dibakar serta suporter dan aparat keamanan luka-luka. Masih banyak kasus kekerasan dan kerusuhan yang terjadi dalam persepakbolaan di Indonesia. (Suyatna, 2007: 6). Berbeda dengan dahulu, suporter sepak bola datang ke stadion untuk mendukung tim kesayangannya saja, akan tetapi suporter saat ini datang untuk membuat kerusuhan juga, apakah dengan dasar gengsi atau hanya sekedar melakukan aksi balas dendam, baik dengan suporter lawan maupun sesama suporter tim kesayangannya. Persatuan tidak dapat terjalin ketika dua kelompok suporter datang untuk melihat tim kesayangannya masing-masing dalam satu stadion. Hawa amarah dan emosi tak terkendalikan karena yel-yel yang sedikit mengejek atau kekalahan tim kesayangannya atas tim lawan, berujung dengan kerusuhan yang luar biasa, tidak ada kata damai, suporter yang kuat itulah suporter yang menang. Hal ini jelas menunjukan bahwa bangsa Indonesia saat ini tidak menjunjung tinggi kaidah pancasila, khususnya pancasila sila ke-3 yaitu “Persatuan Indonesia”.Dimana bangsa Indonesia saat ini tidak berpikir arti dari persatuan yang dimiliki bangsa Indonesia terdahulu yaitu, berfikir bahwa bangsa Indonesia dilahirkan dari satu nenek moyang, sehingga memiliki kesatuan darah.Memiliki suatu wilayah dimana kita dilahirkan, hidup bersama mencari sumber-sumber kehidupan.Memiliki kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia dibesarkan dibawah gemilangnya kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram dan sebagainya.Memiliki kesamaan nasib yaitu berada di dalam kesenangan dan kesusahan, dijajah Belanda, Jepang dan sebagainya.Memiliki satu ide, cita-cita satu kesatuan jiwa atau asas kerohanian, dan satu tekad untuk hidup bersama dalam suatu negara Republik Indonesia. Dengan kata lain bangsa Indonesia harus memiliki satu asas kerokhanian, satu pandangan hidup,
dan satu ideologi yaitu pancasila, yang ada dalam suatu negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (Notonagoro, 1975:15). Inilah masalah yang sedang dihadapi di negara Indonesia saat ini, dimana pemecahan masalah tidak hanya tergantung satu individu saja, tetapi masalah dapat dipecahkan dan diberikan solusi yang tepat dengan bantuan dari semua kalangan, baik dari lembaga penyelenggara kompetisi, masing-masing tim sepak bola, suporter dan peran dari pemerintah negara. Setiap masalah pasti ada jalan keluar walau banyak resiko yang harus dihadapi.Untuk solusi yang pertama, memperbaiki tatanan atau sistem liga yang berada di Indonesia. Saat ini sistem liga di Indonesia tidak stabil, dimana banyak divisi kompetisi yang membuat tim-tim sepak bola merasa dirugikan, seperti contoh tim sepak bola yang berada di divisi utama liga Indonesia, mereka berjuang keras untuk mendapat peringkat pertama agar masuk dalam kompetisi yang lebih bergengsi superliga Indonesia yaitu kompetisi nomor satu di Indonesia, akan tetapi setelah menerima kemenangan dan masuk dalam kompetisi superliga Indonesia, diisukan bahwa akan dibuat kompetisi yang lebih bergengsi dan lebih dari superliga Indonesia tersebut, yang membuat tim sepak bola di Indonesia patah semangat untuk menggeluti kompetisi dan menimbulkan rasa benci pada setiap suporter kepada persepakbolaan Indonesia sehingga mengakibatkan tindak anarkis oleh para suporter. Solusi yang kedua setelah tata lembaga persepakbolaan dibenahi adalah menciptakan peraturan yang tegas dan tepat, baik untuk tim sepak bola maupun suporter sepakbola. Peraturan ini tidak hanya dilakukan dengan lisan atau tulisan saja, akan tetapi juga dilakukan dengan suatu tindakan. Peraturan ini dapat berjalan dengan baik jika semua kalangan mematuhi peraturan tersebut, dan menjalankan peraturan itu dengan bersamasama, tidak berat sebelah yang artinya ketika suporter sudah mematuhi aturan yang berlaku akan tetapi lembaga persepakbolaan malah tidak mematuhi aturan tersebut, bukan hal yang tidak mungkin tindak anarkis suporter akan terjadi. Solusi yang ketiga adalah mempererat tali persaudaraan dan menghilangkan rasa balas dendam antar suporter yang mungkin sudah sejak dari generasi lama, dengan cara mempertemukan para suporter dalam satu acara berkumpul,
berpendapat, dan sharing hal-hal yang sekiranya memberikan solusi dari konflik antar suporter yang berkepanjangan ini, dengan tujuan menyadarkan dan membangun mental para suporter untuk menjadi lebih baik. Solusi yang terakhir dan yang utama tedapat dalam diri kita sebagai suporter, kesabaran dan keikhlasan dalam menerima kekalahan tidak sombong ketika menerima kemenangan adalah kunci utama. Budaya sopan santun yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia harus kita tanamkan kembali pada diri kita, bukan hal yang tidak mungkin akan terciptanya suatu perdamaian antar
suporter dalam
persepakbolaan di Indonesia. Satu hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh semua orang bahwa pertandingan timnas negara Indonesia
menjadi pemersatu seluruh suporter
sepak bola yang berada di tanah air Indonesia, dari sabang sampai merauke berkumpul menjadi satu di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, dengan memakai atribut berwarna merah dan putih, berbaur menjadi satu, bernyanyi bersama dan menari bersama tanpa adanya tindak anarkis antar suporter, dalam mendukung tim kesayangan seluruh bangsa Indonesia yaitu Tim Nasional Indonesia. Inilah satu hal yang mungkin bisa menjadi pemersatu suporter tim sepak bola di Indonesia.
KESIMPULAN Di Negara yang bersemboyan BHINEKA TUNGGAL IKA ini entah mengapa justru perbedaanlah penyebab utama terjadinya perpecahan.Suporter bola salah satu contohnya,malah semakin memperburuk citra Negara di kanca internasional karena tidak adanya rasa persatuan sesuai sila ke-3 Pancasila,banyak para supporter yang tidak paham betapa indahnya perbedaan,hanya terkekang dalam tindakan bodoh atau hanya mengandalkan tindakan anarkis saja. Memang sudah ada beberapa pihak yang turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini,akan tetapi justru malah seperti membumbui para supporter untuk lebih anarkis lagi.Persatuan mungkin saat ini hanya mimpi semata,karena memang sangat sulit untuk mengatasinya.Hanya kembali ke pribadi masing-masing yang harus sadar betapa pentingnya rasa persatuan itu.
REFERENSI
Handoko, Anung. 2008. Sepak Bola Tanpa Batas.Yogyakarta : Kanisius Ismaun. 1981. Pancasila dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Bandung : Carya Remaja Notonagoro. 1975. Pancasila secara Ilmiah Populer. Jakarta : Pantjuran Tudjuh Soeprapto, dkk.1995. Cita Negara Persatuan Indonesia.Jakarta : BP-7 Pusat Suyatna, Hempri. 2007. Indonesian Football supporter Without Anarchism, Will be?.Yogyakarta :Media Wacana