The presence Study Island Terminal Type A Seven Merangin District Jambi by: Febria Silviani * Erna Juita** Elvi Zuriyani ** * Students of geography education STKIP PGRI West Sumatra **Lecturer in the department of geography STKIP PGRI West Sumatra
ABSTRACT
This study aimed to obtain information, describe the existence of Terminal Study Type A Merangin District Seven Island seen from Jambi: 1) The cause is not the operation of the Terminal Type A Seven Island, 2) does not impact the operation of the Terminal Type A Seven Island, 3) solution or alternative troubleshooting Terminal type A Seven Island. This research is qualitative, the subject of this study is the Department of Transportation, Planning Office UPTD Terminal Type A Seven Island, PO driver, and communities around the Terminal Type A Seven Island were taken by purposive sampling (designated). Based on the findings in the field and interview the results of this study are as follows: (1) Cause of operation is not maximally Terminal Type A Merangin District Seven Island due to low accessibility is no public transportation leading to the terminal, the terminal facility is still incomplete still constrained water and still permissibility of bus fleets up and down the outside of the passenger terminal, thus appears terminal shadows, such as at the intersection of New Market and the edge of the Strip Three (Jatilur). (2) The impact due to the operation of the maximum Terminal Type A Merangin District Seven Island is for local government revenue is reduced and the driver income is lowered. So many of the drivers are available on the terminal shadow to look for passengers. (3) The solution or appropriate alternative solutions so that the Terminal Type A Seven Island Merangin District operates optimally is one of many efforts by the government to make public transportation route that leads to the terminal and crack down on bus fleets that do not open counters in the terminal and complete the infrastructure is not yet complete in the terminal to improve and optimize the Terminal type A Merangin District Seven Island.
Keywords: Existence Terminal Study, Type A
Studi Keberadaan Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin Jambi Oleh: Febria Silviani *Erna Juita **Elvi Zuriyani ** *MahasiswapendidikangeografiSTKIPPGRISumateraBarat **DosendepartemengeografiSTKIPPGRISumateraBarat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi, mendeskripsikan mengenai Studi Keberadaan Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin Jambi dilihat dari : 1) Faktor penyebab tidak beroperasinya Terminal Tipe A Pulau Tujuh, 2) Dampak tidak beroperasinya Terminal Tipe A Pulau Tujuh, 3) Solusi atau alternative pemecahan masalah Terminal Tipe A Pulau Tujuh.Jenis penelitian ini adalah kualitatif, subjek penelitian ini adalah Dinas Perhubungan, BAPPEDA, UPTD Terminal Tipe A Pulau Tujuh, Sopir PO, dan masyarakat sekitar Terminal Tipe A Pulau Tujuh yang diambil secara purposive sampling (ditunjuk).Berdasarkan hasil temuan dilapangan dan wawancara maka hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Penyebab tidak beroperasinya secara maksimal Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin disebabkan aksesibilitas yang rendah yaitu belum ada angkutan kota yang menuju ke terminal, sarana terminal yang masih belum lengkap yaitu masih terkendala air bersih dan masih diperbolehkannya armadaarmada bus menaikkan dan menurunkan penumpang diluar terminal, sehingga muncul terminal bayangan, seperti di simpang Pasar Baru dan ditepi jalan Jalur Tiga (Jatilur). (2) Dampak yang ditimbulkan akibat tidak beroperasinya secara maksimal Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin yaitu bagi pemerintah daerah PAD menjadi berkurang dan pendapatan para sopir menjadi menurun. Sehingga banyak para sopir yang mangkal di terminal bayangan untuk mencari penumpang. (3) Solusi atau alternative pemecahan yang tepat sehingga Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin beroperasi secara maksimal yaitu dengan berbagai upaya salah satunya pemerintah segera membuat rute angkutan kota yang menuju ke terminal dan menindak tegas armada-armada bus yang tidak membuka loket didalam terminal dan melengkapi sarana dan prasarana yang belum lengkap di terminal untuk meningkatkan dan mengoptimalkan Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin.
Kata kunci: Studi Keberadaan Terminal, Tipe A
PENDAHULUAN Otonomi daerah memberi kesempatan pada daerah itu sendiri untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan ataupun tuntutan masyarakat. Kebijaksanaan tersebut telah lama ditunggu oleh pemerintah daerah dan masyarakat dengan harapan masyarakat dapat mandiri dan tidak selalu bergantung kepada pemerintah pusat, sehingga masyarakat bisa membuka usaha-usahanya sendiri yang bisa menambah pendapatanya untuk kehidupan sehari-hari. Dirjen perhubungan darat. (1995).
Kota Bangko sebagai ibu kota Kabupaten Merangin, berkembang sesuai dengan fungsinya, baik sebagai pusat pelayanan, pusat perhubungan antar daerah, antar provinsi maupun merupakan pusat perdaganggan masyarakat. Untuk mendukung fungsi dan peran tersebut perlu persiapan sarana dan prasarana perhubungan berupa terminal yang representativ yang bisa menjadi pusat sentral perhubungan serta mempermudahkan dalam perkembangan dan kelancaran perdagangan masyarakat. Salah satu misi Kota Bangko adalah meningkatkan, memelihara dan
membangun baru infrastruktur dan fasilitas dasar sosial ekonomi masyarakat. Untuk itu perhatian khusus dalam pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana kota, terutama terminal perlu diprioritaskan, termasuk yang lainnya serta peningkatan sarana mandi, tempa cuci, kakus (MCK), tempat ibadah, pasar, tempat sampah dan lain sebagainya. Sehingga fungsi strategis terminal yang representative sebagai pusat pengalihan serta distribusi aktifitas perekonomian Kota Bangko dapat terwujud dengan baik. Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Merangin dalam mengembangkan terminal yang repesentatif itu adalah dengan membangun terminal baru yaitu Terminal Tipe A Pulau Tujuh di Desa Langling Kabupaten Merangin yang lokasi terminalnya lebih jauh dari pusat kota sehingga tidak menggangu atktivis yang sedang terjadi dipusat kota. Hal ini disebabkan keberadaan Terminal Lintas Bangko tidak sesuai lagi dengan tingkat perkembangan dan kemajuan kota, khususnya dalam mengantisipasi perkembangan kebutuhan transportasi angkutan umum, penumpang dan kepadatan arus lalu lintas dipusat Kota Bangko, serta berdekatan dengan pasar, inilah yang mengakibatkan kemacetan dan kerawanan lalu lintas pada jalan utama di dalam Kota Bangko. Disamping itu, antrian bus yang datang dan berangkat silih berganti mengunakan ruas jalan sekitar terminal serta banyaknya angkutan kota dan ojek yang membawa penumpang juga semakin menembah intensitas kemacetan disekitar Terminal Lintas Bangko, sehingga tidak terjamin keselamatan pengguna kendaraan roda dua dan roda empat maupun yang berjalan kaki. Perpindahan terminal Lintas Bangko ke Terminal Pulau Tujuh ini sudah didukung dengan ketersediaan lahan yang memadai yang jauh dari lingkungan pasar sehingga tidak menganggu aktivitas yang sedang berlangsung, sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan No. SK 1170/AJ 106/DRJD/2002 tentang penetapan lokasi Terminal Tipe A Pulau Tujuh di Desa Langling, selain itu juga penentuan lokasi terminal mempertimbangkan beberapa persyaratan diantaranya : 1). Terminal mempunyai fungsi melayani penduduk, maka letak terminal harus dekat dengan pemukiman penduduk. 2). Luas terminal tidak hanya untuk kebutuhan masa sekarang,
melainkan juga untuk keebutuhan dimasa yang akan datang. 3). Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah setempat yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kenyataan Terminal Tipe A Pulau Tujuh yang telah boleh diselenggarakan keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No : SK 1661/AJ 106/DRJD/2006 dan telah diresmikan oleh Gubernur Jambi Mei 2007 lalu, ternyata hingga saat ini belum beroperasi maksimal, sesuai dengan pimpinan PO. Margo Masurai yaitu Bapak Amrin diketahui bahwa Terminal Tipe A Pulau Tujuh belum berfungsi dengan baik, hal ini disebabkan pemilik kendaraan atau PO tidak mau membuka loket didalam terminal, disebabkan bisa menggangu ketertiban yang telah ditetapkan oleh pihak terminal, Baik PO Angkutan Kota antar Provinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) maupun Angkutan Pedesaan (ANGDES) Terminal angkutan pedesan pada saat ini terletak dibagian bawah dan belakang Terminal Tipe A tersebut sama sekali belum pernah dilewati oleh angkutan pedesaan, karena angkutan pedesaan lebih banyak menurunkan dan menaikan penumpang dipasar bawah Bangko, pasar baru Bangko dikarenakan dan dipinggir jalan jalur tiga Bangko. Kebanyakan penumpang memilih naik kendaraan dipusat pasar dan dijalur tiga kota Bangko dari pada mereka harus pergi keterminal.. METODELOGI PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab terdahulu maka penelitian ini tergolong pada jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2005), metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisanya lebih kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang diamati oleh subjek peneliti, misalnya penyebab tidak beroperasinya terminal tipe A pulau tujuh kabupaten merangin. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, (Moleong 2010).
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk member informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010). Dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti. Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah objek yang akan diteliti atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian. Informan penelitian diambil secara purposive sampling (ditunjuk). Menurut Sudjana(2004) teknik purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil sampel atas tujuan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk memperoleh data tentang objek penelitian yang diteliti maka diperlukan informasi penelitian yaitu instansi terkait yaitu Kantor Dinas perhubungan, UPTD Terminal Tipe A Pulau Tujuh, Kantor BAPEDDA, Sopir PO dan masyarakat sekitar Terminal yang dapat memberikan informasi mengenai pembangunan Terminal Tipe Pulau Tujuh yang merupakan Kabupaten Merangin. Tahap-tahap Penelitian yang di lakukan adalah, Tahap Pra Lapangan, Tahap Pekerjaan Lapangan dan Tahap Analisis. Teknik Pengumpulan Data yang di gunakan adalah Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Sedangkan Jenis Data yang di gunuakan dalam penelitian ini adalah Data Primer dan Data Sekunder. Teknik Analisis Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah, Reduksi Data, Display Data, Pengambilan Kesimpulan (verifikasi). Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data adalah perpanjangan keikut sertaan, ketekunan pengamatan, dan Trianggulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dilapangan maka hasil tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam bentuk uraian, dalam pembahasan ini penulis akan membahas mengenai pembangunan Terminal Tipe A Pulau Tujuh, pembahasan tersebut adalah : Pertama: Latar belakang pindahnya Terminal Tipe A Pulau Tujuh dikarenakan pesatnya perkembangan Kota
Bangko sehingga keberadaan Terminal Lintas Bangko dianggap tidak memadai lagi berada ditengah kota, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas, meningkatkan tipe terminal dari tipe B ke tipe A, dalam upaya melakukan perluasan kota, untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pembangunan terminal merupakan hal yang penting karena terminal merupakan simpul dan system jaringan transportasi jalan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum yaitu tempat untuk naik dan turun penumpang atau bongkar muat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan kendaraan umum, dan sebagai tempat pemberhentian antar (arus) transportasi. Akan tetapi terminal yang dibangun di atas lahan seluas 3 hektar yang dikerjakan oleh konsultan : PT. Sidlacom Engineering Consultant, dan terminal ini belum beroperasi maksimal. Dari hasil penelitian diatas dapat dianalisis bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin dalam mengoptimalkan pemanfaatan Terminal menemui beberapa kendala yaitu keberadaan terminal bayangan di Simpang Pasar Baru, di Simpang Bank BRI, dan sepanjang Jalan Jalur Tiga, belum ada angkutan kota yang menuju ke Terminal Tipe A Pulau Tujuh, sarana dan fasilitas terminal yang belum lengkap, masih banyaknya armada-armada bus yang menaikan dan menurunkan penumpang di luar terminal, kurangnya kesadaran hukum masyarakat dalam pemanfaatan Terminal Tipe A Pulau Tujuh. Pengguna jasa angkutan dalam memanfaatkan Terminal Tipe A Pulau Tujuh menemui beberapa kendala yaitu lokasi terminal yang jauh dari pusat kota, keadaan terminal yang sepi, saran dan fasilitas yang belum lengkap, untuk mencapai ke terminal penumpang atau pengguna jasa angkutan harus naik ojek karena tidak ada angkutan kota yang menuju kesana sehingga ongkos menjadi mahal. Fasilitas Terminal Tipe A Pulau Tujuh juga masih ada kendala yaitu belum tersedianya air bersih untuk keperluan sopir dan para penumpang, dan juga saat ini tidak ada kios-kios makanan yang dibuka oleh pemiliknya, dan belum ada angkutan kota yang menuju ke terminal.
Dari uraian diaatas bisa dianalisis bahwa penyebab tidak beroperasinya Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin yaitu lokasi terminal yang jauh dari pusat kota, aksesibilitas yang rendah karena tidak ada angkutan kota yang menunju ke terminal sehingga muncul terminal bayangan di Simpang Pasar Baru, di Simpang Bank BRI dan di sepanjang Jalan Jalur Tiga, serta sarana dan fasilitas terminal yang belum memadai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak BD Kepala (UPTD Perhubungan Darat) Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin menyatakan bahwa saat ini Terminal Tipe A Pulau Tujuh masih terkendala oleh angkutan kota belum ada yang menuju kesana dan masih ada terkendala oleh air bersih. Berdasarkan teori lokasi terminal menurut Bakar (1996) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin termasuk teori lokasi terminal Model Nearside Terminating yaitu terminal yang terletak dipinggir kota. Dengan adanya pembangunan terminal ini membantu pengembangan kota dan pemekaran kota Bangko. Berdasarkan penuturan dari para sopir dapat diketahui bahwa lokasi Terminal Tipe A Pulau Tujuh saat ini sulit dijangkau oleh penumpang dikarenakan tidak ada angkutan kota yang menuju ke terminal jadi tidak ada penumpang yang naik dan turun di terminal. Penumpang lebih banyak yang naik di terminal bayangan sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan para sopir. Ini juga menimbulkan dampak dikalangan pemerintah yaitu Pendapatan Asli Daerah juga berkurang otomatis daerah menjadi rugi. Untuk itu diperlukan pengembangan terhadap prasarananya seperti membuat rute angkutan kota yang menuju ke terminal, sehingga memudahkan penumpang untuk menuju keterminal dan tidak lagi melalui terminal bayangan. Pemerintah juga sudah mengupayakan bagaimana agar prasarana cepat terealisasi, usaha pemerintah sudah mulai ada yaitu berupa pembuatan rute angkutan kota yang menuju ke terminal,
melengkapi sarana dan fasilitas terminal dan pemerintah khususnya Dinas Perhubungan akan menjalin kerjasama dengan PDAM Kabupaten Merangin mengenai air bersih untuk terminal. Kedua: Dilihat dari pengamatan dilapangan bahwa aktivitas yang ada disekitar kawasan Terminal Tipe A Pulau Tujuh masih sedikit sehingga belum mampu menimbulkan bangkitan lalu lintas menuju terminal. Akibat tidak beroperasinya Terminal Tipe A Pulau Tujuh ini menimbulkan dampak negatif bagi pemerintah Kabupaten Merangin yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi berkurang dan pemerintah daerah menjadi rugi. Namun sampai saat ini tidak adanya kegiatan didalam terminal itu sendiri, dan para sopir pun tidak mau keterminal itu karena para pengguna jasa angkutan/penumpang tidak ada yang naik dari terminal sehingga para sopir banyak yang mangkal diterminal bayangan untuk mencari penumpang, karena penumpang lebih banyak memilih berpergian melalui terminal bayangan. Namun adanya aktivitas di terminal bayangan disepanjang jalan jalur tiga itu juga bisa berdampak negatif bagi pengguna jalan lainnya, sehingga bisa berdampak terjadinya kemacetan lalu lintas. Ketiga: Dari pengamatan di lapangan dan hasil wawancara diketahui bahwa saat ini usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah belum berjalan dengan baik, sehingga Terminal Tipe A Pulau Tujuh yang menjadi kebanggaan masyarakat Merangin masih belum beroperasi maksimal, oleh karena itu perlu dilakukan usaha yang lebih intensif baik oleh pemerintah, sopir dan masyarakat. Pemerintah daerah secara bertahap melalui Dinas Perhubungan didukung oleh instansi terkait dan untuk meningkatkan atau mengoptimalkan Terminal Tipe A Pulau Tujuh dengan berbagai langkah yaitu melakukan kajian untuk membangun atau membuat rute angkutan kota yang menghubungkan lokasi pemukiman masyarakat, sekolah, pasar ke terminal. Melengkapi sarana dan prasarana terminal dan membuat peraturan yang tegas minimal peraturan Bupati atau Perda dalam penertiban armada-armada bus yang masih beroperasi diluar terminal. Karna belum lengkapnya fasilitas air bersih di Terminal Tipe A Pulau Tujuh,
maka Dinas Perhubungan menjalin kerja sama dengan PDAM Tirta Buana Merangin dalam memenuhi kebutuhan air bersih Terminal Tipe A Pulau Tujuh yaitu dengan berlangganan air bersih dua tangki dalam satu hari. Sehingga kebutuhan akan air bersih di terminal bisa teratasi dengan baik. Dalam pembangunan Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin membutuhkan dana yang besar dan juga waktu yang cukup lama. Maka diperlukan keterlibatan berbagai pihak untuk dapat berpartisipasi aktif dalam upaya mempercepat pembangunan Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin bisa beroperasi secara maksimal. Bentuk alternative pemecahan masalah dan solusi yang tepat agar Terminal Tipe A Pulau Tujuh beroperasi secara maksimal yaitu DPRD sebagai pengambil kebijakan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan segera membuat rute angkutan kota yang menuju ke Terminal dan menertibkan POPO yang tidak membuka loket di dalam terminal yaitu memberisanksi tegas berupa surat tilang, surat peringatan, serta mengundang direktur PO-PO untuk membuat surat pernyataan akan membuka loket di dalam Terminal Tipe A Pulau Tujuh dan jika tidak dipatuhi maka akan dilakukan pencabutan izin usaha. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor Penyebab tidak Beroperasinya Secara Maksimal Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin disebabkan lokasi terminal yang jauh dari pusat kota, aksesibilitas yang rendah yaitu belum ada angkutan kota yang menuju keterminal, sarana dan fasilitas terminal yang belum lengkap seperti masih terkendala oleh air bersih. Masih diperbolehkannya armada-armada bus menaikan dan menurunkan penumpang diluar terminal, sehingga munculnnya terminal bayangan. 2. Dampak yang ditimbulkan akibat tidak beroperasi secara maksimal Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin yaitu bagi pemerintah daerah PAD
menjadi berkurang dan tidak ada kegiatan di dalam terminal. Sehingga banyak para sopir yang mangkal diterminal bayangan untuk mencari penumpang dan penumpang lebih banyak berpergian melalui terminal bayangan. 3. Solusi dan alternatif pemecahan masalah yang tepat sehingga Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin beroperasi secara maksimal yaitu DPRD sebagai pengambil kebijakan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan segera membuat rute angkutan kota yang menuju ke terminal dan menertibkan PO-PO yang tidak membuka loket di dalam terminal yaitu memberisanksi tegas seperti membuat surat tilang. SARAN Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan saran serta masukan agar Terminal Tipe A Pulau Tujuh Kabupaten Merangin beroperasi dengan maksimal. 1. Kepada Pemerintah agar segera mengoptimalkan sarana angkutan kota yang menuju ke Terminal Tipe A Pulau Tujuh. 2. Melengkapi sarana dan prasarana di Terminal Tipe A Pulau Tujuh. 3. Pemerintah menerapkan peraturan yang tegas atau ketentuan terhadap pemanfaatan Terminal Tipe A Pulau Tujuh dengan baik dan didukung oleh fasilitas-fasilitas seperti angkutan kota sehingga terminal bayangan bisa ditekan. 4. Pemerintah secepat mungkin membangun kawasan disekitar lokasi terminal, sehingga menimbulkan minat masyarakat untuk beraktifitas dilokasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Andriani, Meri. (1998). Persepsi Masyarakat Tentang Pembangunan Jalan Lintas Sumatera di Kec. Kimkim Kab. Lahat Sumatera Selatan. UNP Arikunto,Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Bakar, Abu dan Iskandar. (1996). Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Yang Tertib. Jakarta: Perhubungan Darat
Dirjen
Dirjen Perhubungan Darat. (1995). Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya Dalam kota dan Antar Kota Dirjen Perhubungan Darat. Tentang Fungsi Terminal
(1990).
Dirjen Perhubungan Darat. (2002). Tentang Penetapan lokasi Terminal Keputusan Menteri Perhubungan Darat No.SK117/AJ/106/DRJD/2002.Tent ang Penetapan Lokasi Terminal Penumpang Sugiyono,(2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Miro,Fidel.(1997). Sistem Transportasi Kota. Bandung: Penerbit Transito Moleong,(2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Morlok, Edwar,k.(1995). Pengantar Teknik Perencanaan Transportasi (Terjemah). Jakarta : Erlangga Peraturan Pemerintah No. 30 Th 1995 Tentang Terminal Angkutan Penumpang Peraturan Pemerintah No. 43 Th 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Rosmiadi, Rinto. (2007). Persepsi Masyarakat dan Pemerintah Tentang Pemanfaatan Jalan Sebagai Lokasi Pesta di Kota Padang. UNP. Padang Sudjana, Nana dkk.(2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offiset Bandung UU No. 14.Tahun 1992. Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Wira,(2006). Terminal Regional Bingkuang Kota Padang. Padang: UNP