KUALITAS TELUR TETAS AYAM PENGULANGAN
(The
Hatch
Produced
MERAWANG
INSEMINASI
BUATAN YANG
Characteristic by Different
DENGAN
of 'Merawa
Interval
WAKTU
BERBEDA
ng' Chicken
of Artificial
's Egg
Insemination
)
H.S. Iman-Rahayu, I. Suherlan, dan I. Supriatna*
Fakultas * Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor teran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
Kedok
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik tetas telur ayam Merawang yang dihasilkan dari proses inseminasi bualan dengan pengulangan waktu inseminasi buatan ( I B ) yang berbeda. Semen dikumpulkan dari 6 ekor ayam Merawang pejantan dan kemudian diencerkan dengan larutan NaCI Biologis. Inseminasi buatan dilakukan terhadap 60 ayam Merawang betina dengan 3 waktu interval: sekali setiap 4 hari, 7 hari dan 10 hari. Setelah pelaksanaan IB, telur dikumpulkan selama 30 hari, untuk kemudian ditetaskan selama 21 hari. Parameter yang diobservasi adalah selain fertilitas dan daya tetas telur. juga berat telur. berat badan anak ayam umur sehari, kebersihan telur, indekss telur (rasio luas: panjang) dan viabilitas anak ayam yang baru menetas. Hasil observasi menunjukkan bahwa interval IB 4 hari menghasilkan lertilitas yang lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan interval 7 dan 10 hari. Berat telur. berat badan anak ayam umur sehari, kebersihan telur, indekss telur. dan viabilitas anak ayam yang baru menetas tidak berbeda diantara perlakuan interval IB. Interval IB 4 hari direkomendasikan untuk telur tolas ayam Merawang.
Ka ta kunci
: telur tetas, inseminasi buatan, ayam Merawang ABSTRACT
The aim of this research was to evaluate the characteristic of hatch egg of 'Merawang' chicken produced by different interval of artificial insemination (Al). The methods were included of semen collection, semen dilution, and Al assembling. The semen were collcctcd from six males of Merawang chicken and diluted by 0.9% physiologic NaCI. The Al was implicated to 60 females of Merawang chicken at three treatments of AI interval : every four, seven and ten days. After treatments of Al, the eggs were collected for 30 days, then incubated for 21 days. Parameters observed were fertility, hatehability, and some supporting data : egg weight, DOC weight, egg hygienic, the egg index (wide/length ratio) and viability of the new birds, The completely randomized design was used for the research with three treatments of collected eggs. The result showed that the Al interval of four days was better (P<0.0l) than seven and ten days for fertility and hatehability. Egg weight, DOC weight, egg hygienic, the egg index and viability of the birds were not significantly affected by the treatments. The four days AI is recommended for hatch egg of Merawang' chicken.
Keywords
142
: hatch
artificial
insemiiuilion.
'Merawang' chicken
J. Indo.Trop.Anim.Agric. 30 (3) September 2005
PENDAHULUAN
yang rendah seperti semen beku dan semen yang telah disimpan .
Ayani Merawang merupakan salali sain
Pada unggas, teknik yang biasa
digunakan adalali intravagina, karena selain dapat
rumpun ayam lokal yang tclali diidentifikasi berasal
meningkatkan fertilitas, pelaksanaannya relatifmudah
dari Pnlau Bangka, Sumatera Selatan yang meniiliki
dan semen biasanya dalam bentuk segar, schin°ga
bulu berwarna kemerahan (Nataaniijaya, 2000). Ayani
niasih
Merawang meniiliki kaki berwarna kuning, knlit dan paruh berwarna kuning, pertumbulian bulu pada betina lebih cepat daripada jantan, bulu berwarna merali keemasan yang beragam. Selain itu, ayam Merawang akan bertelur untuk pcrtaina kali pada uniur 5,5 bulan pada bobot badan sekitar 1,6 kg; beral lelur sekitar 38 - 45 g/butir; dan bobot anak ayam uniur sehari sekitar 25 - 30 g (Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Tcmak Sembawa, 1999 dan 2002).
mempunyai tingkat niotilitas yang tinggi
(Smyth, 1968).
Menurut Tolilicrc (1993) bahwa IB
yang dilakukan pada waktu yang tcpat dengan dosis yang sesuai akan menghasilkan fertilitas teluryang tinggi. Waktu pelaksanaan IB pada ayam biasanya bcrpedoman pada s ik I us ovulasi dan oviposisi. Fertilitas yang optimal dalam pelaksanaan IB dapat dipcroleh dengan menipcrhatikan faklor dosis dan Interval IB. Keberhasilan IB dapat diukur dari nilai
Ayam ini sangat potensial untuk dikembangkan baik
fertilitas.
sebagai ayam lokal petelur maupun pedaging (Iman
memperliluilkan adanya perkenibangan cmbrio tanpa
Raliayu, 2003). Peningkatan perkenibangan populasi ayam Merawang dapat ditempuli dengan meningkatkan kualitas genetik dan DOC yang layak dipelihara. Sistem penetasan bualan dapat menghasilkan DOC dalam jumlali Icbili besar dan terjamin kontinuilasnya. Untuk kepcrluan ini, skala pemeliliaraan, teknik perolelian teluryang layak tetas perln diniantapkan. Pada skala sedang dan pcnelitian, pejantan hasil scleksi dapat ditingkatkan fungsinya sebagai tenia dengan teknik kawin suntik ( I B ) .
Teknik ini
niembutuhkan semen yangdikumpulkan dalam jumlali sperma yang cukup.
Fertilitas adalali pcrscntase lelur yang
niemperhatikan telur tcrscbut menetas atau (idak dari sejumlali lelur yang dieranikan (Nesheini ci al., 1979). Selanjutnyn,
North dan Bell 1(1990) menyatakan
bahwa nictode yang paling tepat untuk nienentukan telur yang tcitunas dan tidak adalali dengan cara meniecahkan
telur tersebut,
barn kemudian
mengujinya. Dewasa ini cara yang dilakukan untuk nienentukan
fertilitas
lelur
adalali
dengan
peneropongan atau candling (North dan Bell, 1990). Peneropongan telur tetas biasanya dilakukan pada liari kc-4 atau ke-7 dan ke-18 (scbelum telur dipindah ke Imichcr),
Untuk ayam ras, semen akan
Faklor yang niempengarulii fertilitas antara lain
meniiliki kualitas yang tinggi jika dikumpulkan dari
abnomialitas sperma, ransuni, produksi telur, uniur
ayam yang'berumur 6-9 bulan (Lake dan Steward.
ternak. teknik IB, ik I ini. cahaya, bangsa, sistem
1978). Mcnurut Sastrodiliardjo dan Resnawati (2002).
kandang, lingkai sosial ternak. gagalnva perkawinan,
ayam lokal yang berumurantara 10-20 bulan meniiliki
keturunan serta perbandingan
kualitas dan fertilitasyang baik. Karakteristik kualitas
yang kurangsesuai (JulI, 1951; Funk dan Irwin, 1955;.
jantan dan betina
semen segar sangat dipengarulii oleli beberapa faklor
Sudaryanli, 1985). Fertilitas telur ayam yang telah
diantarannya individu pejantan, bangsa/jenis ayani,
diinsem'iimsi sekitar 60-70% (Balir dan Bakst, 1987).
unuir, nutrisi/pakan, operator penampung/kolcktor.
Fertilitas yang I idak tinggi belum bcrarti bahwa
frekuensi penanipungan dan kontaminasi dengan
pengelolaan penetasan berhasil. Daya letas dan anak
cairan transparan (Smyth, 1968).
ayani yang layak jual mcrupakan ukurnn kelayakan
Faktor-faktor yang dapat niempengarulii
usaha. Daya tetas dipengarulii oleh penyimpanan
keberliasilan IB diantaranya : teknik dan waktu
lelur, I'aktor genetik, sulm dan kelembaban, musim,
pelaksanaan IB, dosis serta interval IB (Michcll dan
nomor indnk, kebcrsihan telur, ukuran telur dan
Buckland, 1976). IB sendiri dapat dilakukan melalui
nutrisi. Nisbah perbandingan jantan dan betina juga
dua cara, yaitu intravagina dan intrauterine. Teknik
niempengarulii daya telas (Sudaryanli, 1985; North
intrauterine sangat bennanfaat meningkatkan fertilitas
dan Bell, 1990). Kcmalian embrio tcrtinggi terdapat
semen yang mempunyai daya liidup spermatozoa
pada miiiggu pertama dan kctiga pada masa
The!laicluibility
of'
Merttwann' ('lickcn
x /..e.t; / W n m / hy Arulk-iul Inwrnhuiiiim (hium-lialuiyu el «!•)
143
pengeraman (North dan Bell, 1990), alau pada lima
laboratorium meliputi mikroskopelektrik, kamarliitung
hari pertama dan tiga hari terakhir masa pengeraman
haciiiocyloiiwler
(Bahrdan Bakst, 1987). Dengan keterbatasan informasi lentangayam Merawang, penelitian ini dirancang untuk mengkaji tingkat fertilitasdan daya tetas telurayam Merawang apabila semen dimnsukkan dengan selang hari inseminasi yang berbeda.
Maksimum hari dengan
tingkat fertilitas dan daya tetas yang tidak berubah dapat diduga tcrdapat keterkaitannya dengan konsentrasi dan kualitas sperma. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk memperoleh inlbrmasi lentang karakteristik tclur dan tclur tetas ayam Merawang, diantarnnya bobot telur, bobot tetas, indeks tclur (nisio lebar/panjang), kebcrsihan dan viabilitas anak ayam.
larutan
Ncubauer,
tabung crilrosit.
0,2% eosin
dan
Peralatan yang digunakan dalam
pcmeliharaan ayam meliputi kandang individu yang terbuat dari bambu berukuran 35 x 25 x 40 cm; tenipat pakan yang terbuat dari bambu dengan bentuk memanjang dan lempat milium yang terbuat dari plastik berbentuk mangkuk.
Peralatan yang
digunakan dalam penampungan semen, pelaksanann 113 tlan penanganan tclur tetas terdiri dari tabling erlcnmeyer. corong kaea. spuit I ml clan tissue. Alai >ang digunakan untuk koleksi dan penetasan telur adalah aniplas ukuran nol, timbangan, jangka sorong, rak telur dan niesin tetas dengan kapasitas 3.600 butir yang terdiri atas bagian setter dan hatcher. Balian yang digunakan untuk pengencer se-
M A T E R 1 DAN M E T O D E
men adalah NaCI Fisiologis, 0,9%; untuk fumigasi pada telur dan niesin tetas menggunakan K M n 0 4
Tcriuik dan Pnknn
clan Ibrmalin 40%.
Penelitian menggunakan ayam Merawang
Proscdur Penelitian
sebanyak 6 ekor ayam jantan dewasa dan 60 ekor
Penelitian
Pendahuluan.
Penelitian
ayam bctina yang berumur sekitar 14 bulan. Pakan
pendahuluan dilakukan untuk niengctahui kualitas
yang digunakan dalam penelitian nierupakan pakan
semen dari ayam jantan, meliputi pcngkoleksian se-
pcriodc layer clan memiliki kandungan /at makanan
men, perhiiungan jumlali sperma yang lerkatKlung
scperti tcrlihat pada 'label I.
dalam semen dan molilitas dari sperma yang dilihat
Selama penelitian vaksinasi dilakukan sebanyak satu kali, nierupakan vaksinasi N l ) ulangan
dengan menggunakan mikroskop dan hasilnya disajikan pada 'label 2.
dan dilakukan pada saat ayam berumur 15 bulan. Vi-
Pcmeliharaan. Ayam Merawang bctina vang
tamin yang diberikan lewat air milium ('Vita Stress')
lelah discleksi dipelihara di kandang individu clan diberi viiamin clan egg stimulant.
Tabel I. Kandungan Nulrisi I'akan IVneliiian* Xm Makanan
_
_Kandungaii
Knergi metaMis(kkal/kg)
2.510
Abu ( % )
IU.7.1
Protein Kasar ( % )
l.emak Kasar ( % ) Cn ( % )
I' ( % )
•Tlasil analisis.
untuk pengambilan semen.
Ayam tcrsebui dilelakkan dalam kandang berdekatan dengan bctina selama liga hari.
Pakan diberikan
15.SI
sebanvak 100 dan 120 g/ckor/hari untuk masing-
7.5') 1.29
ad lihiiinii
0.X2
pada saal adaptasi dengan pei'ubalian cuaea dan seielahvaksinasi. Pemacuproduksitclur('I;ggStimulanl') diberikan untuk niencegali penurunan produksi tclur yang sangat tajani akibat pindah kandang dan diberikan scbclum ayam mendapal perlakuan Alat dan lialian Alat yang digunakan dalam penelitian pen dn )i u J tin n untuk mcnieriksa semen seeara
144
disiapkan dan dilalih
Ayam jantan
masing ayam bctina dan jantan. A ir minum diberikan sesuai dengan kebululian ayam setiap
liarinya. Penampungan dan Penanganan Semen. Penampungan semen dilakukan dengan metodc pemijatan clan diiampung dalam tabling bcrskala untuk diencerkan.
Pengcnceran semen dilakukan
segera
penanipungan
setelali
dengan
cara
meneampiirkan satu bagian semen segar dan tiga bagian 0 . 9 % N a C I
lisiologis.
Semen hasil
pcnegenceran nierupakan semen cair yang akan digunakan untuk Ili. Pelaksanann II!. Inseminasi buatan penania
/ In,/HIi.
!RUF
.
limn
. I (,'/'/(' JO f.ij
.S\'(>!cinhcr
200
kali dilakukan secara sercntak pada ketiga kelompok perlakukan sebanyak60ekorbetina. Setiap ekorayam Merawang betina diinseminasi menggunakan semen cair sebanyak 0,1 ml. Koleksi dan Penetasan Telur. Koleksi telur dilakukan beberapa kali dalam sehari dimulai dua luu i
Viabilitas merupakan kemampuan anak ayam untuk dapat bertalian hidup setelah menetas, yang dapat dililiat nielalui pengamatan. Nilainya merupakan rasio dari anak yang sehat dibagi dengan jumlali anak ayam yang menetas pada saat itu. Rancangan Pci cobnnn
Telur yang dikoleksi,
Rancangan yang digunakan adalali rancangan
dibersihkan, diberi nomordan ditimbang. Telur-telur
acak lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu teluryang
tersebut kemudian disimpan dalam rak tclursebelum
diperoleh dari inter\'al pengulangan IB empat, tujuh
dimasukkan ke dalam mesin tetas dengan po.sisi
dan 10 hari sekali. Ulangan untuk masing-masing
bagian tumpul diletakkan di alas.
perlakuan, yaitu untuk ayam yang di IB empat hari
setelah IB dilaksanakan.
Setiap tujuh hari sehari telur yang dikoleksi dimasukkan ke dalam mesin tetas. Telur dimasukkan ke dalam setter sejak hari pertania sampai hari ke-18.
sekali sebanyak tujuh ulangan, tujuh hari sekali sebanyak empat ulangan dan untuk yang 10 hari sekali sebanyak tiga ulangan.
Peneropongan dilakukan pada hari ke-7 dan 18. Pengaturan suhu dan kelembaban udara
sera
pemutaran telur dilakukan secara otoinalis. Pada hari ke-18, pemutaran telur sudah tidak dilakukan lagi dan siap dipindahkan ke hatcher menetas.
untuk menunggu sat
Ayam yang telah menetas dihitung dan
Dala yang diperoleh dianalisis dengan program S A S ( S A S Institute, 1997) yang dilanjutkan dengan Uji Duncan apabila hasil yang diperoleh berbeda nyaia. Dala dalam pcrscn tliiranslbrinasikaii daliulu ke dalam arcsin sebeluni dianalisis.
ditimbang untuk mengetahui daya tetas, bobot tetas
H A S I L DAN P F M B A H A S A N
dan viabilitasnya. Pcubah yang Dianiati
Bobot Telurdan Bobot Tetas
Peubah yang dianiati meliputi fertilitas dan
Bobot telur dan bobot tetas yang diperoleh
daya tetas disertai dengan data pendukung mengenai
dari hasil penelitian dapat dililiat pada Tabel 3. Rataan
bobot telur, bobot tetas, indeks telur (rasio lebar/
bobot lelur dan bobot tetas dari kc-3 perlakuan lidak
panjang) kebersihan dan viabilitas.
Fertilitas
berbeda. Hasil tersebut sesuai dengan informasi dari
dinyatakan dalam pcrscn dengan membandingkan
Dalai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan
antara jumlali telur fertil terliadap jumlali telur tetas
Ternak Sembawa (1999 dan 2002) yang menyatakan
liasiI IB. Fertilitas 1 diperoleh dari hasiI candling
I.
sedangkan fertilitas II diperoleh dari liasi 1 candling 11 pada hari ke -18 saat penetasan. Pada hari ke-21 telur dalam mesin tetas, dilakukan pengliitungan terhadap telur yang menetas untuk mengetahui daya tetas dari telur-telur tersebut.
Angka daya ieta«
didapatkan dari rasio anak ayam menetas terhadap jumlali telur tetas awal, terhadap fertilitas I dan II. Bobot telur dan bobot tetas didapal dengan
bahwa bobot lelur ayam Merawang bcrkisar antara 38-45 g/bulir.
Data diatas niempctiihalkan bahwa
bobot telur ayam Merawang lebih besar dibanding ayam Kampung (42,15 g/butir) dan ayam Bangkok (4-1.37 g'butir), namun lebih kecil dibandingkan ayam Pelung (48,39 g/butir) (Mansjocr el ah. 1989) Bobot tetas yang diperoleh dari penelitian ini berkisar 29,24-30,17 g/ekor. Hasil ini sedikit lebih linggi dari bobot tetas
yang clilaporkan oleli
cara menimbang setiap butir telur yang diperoleh
B P T H M T S (1999 dan 2002), yaitu 25-30g/ekor. Salali
dan anak ayam yang menetas.
salu faklor yang niempengarulii bobot tetas adalali
Hubungan antara
bobot telur dan bobot tetas dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi linier(Steel dan Torrie, 1993).
bobot telur. Hubungan antara bobot telur dan bobot tetas dapat dililiat dari persamaan regresi berikut ini. Y= 1. 136 + 0.642X dimana, Y= Bobot tetas dan X=
Indeks telur merupakan perbandingan antara
Bobot telur. Persamaan regresi di atas menunjukkan
lebar dan panjang telur yang dapat diketaluii dengan
bahwa bobot telurdan bobot tolas meniiliki hubungan
cara inengukurnya menggunakan jangka sorong.
yang berbnding lurus. Semakin besar bobot telur
Nilai kebersihan diperoleh nielalui pengamatan.
dapat digunakan sebagai indikator untuk nienentukan
The Ilalcluihilily
of'Merawtutg
'Chicken x l-KK
I'rmhavtl
lrli/k-tu!
Iwnmttiioii
(Iman-liahayu
i't ah)
145
'label 2. Ilasil Uji Kualiias SemenSeaar Ayani Merawang Volume (ee) 0.4 0.3 0.3 0.5 0.3 0.35 II.-15 0.4
Sampel semen 1 ~>
3 4 5 6 7 X
Koiisenlrasi (x K)'1 spernia/ee) i i 2.9 1.74 1.74 1.74 1.74 1.74 1.74
Moliliias
<%) 90 90 90 90 90 90 90 9(1
Jumlali Spermatozoa (\ 10° sperma/ee) 2.00 2.61 1.57 1.57 1.57 1.57 1.571 1.57
Konsenlrasi Semen Cair (xl(>" spemia/ee) 100 1.10 52 52 52 52 52 52
besarnya bobot tetas. Telur yang lebili berat akan
dan kebersihan kandang.
Semakin sering telur
menghasilkan DOC yang lebih besar (Hadijah, 1987).
dikumpulkan, maka persentase kebersihiinnya juga
Nilai koefisien determinasi ( R J ) sebesar 0.60
akan semakin tinggi.
menunjukkan bahwa sekitar 60% bobot tetas ayam
dibersihkan akan nienyebabkan menumpuknya
Merawang ditentukan dari bobot telurnya.
kotoran, seliingga telur yang diproduksi menjadi
Indeks Telur
Kandang yang jarang
koior. Peruiukaan teluryang kotorakan nienyebabkan
Indeks telur tetas yang diperoleh lersaji pada
turunnya nilai fertilitas dan daya tetas, karena akan
Tabel 4, indeks telur tetas yang dihasilkan relatif
niengurangi penguapan cairan telur (Neneng, 1985;
seragam (77,02-78,09) dan sesuai dengan yang di
Iskandar cl nl.. 1993).
pcroleh Mermawan (2000) bahwa kisaran indeks lelur
Rataan kebersihan telur pada ketiga perlakuan
pada ayam Kampung yang baik untuk di letaskan
sebesar 70,42%. seliingga permukaan lelur yang kotor
yaitu 72-80.
Rataau indeks lelur ayam Merawang
sebesar 29.58%.
Pada telur yang kotor sebesar
(77,57) menunjukkan nilai yang lebih tinggi
29.58%. Pada telur yang kolorbanyak lerkontaminasi
dibandingkan indeks telur ayam Kampung (76.01).
oleli bahteri, sesuai yang ilinyatakan oleli Carter cv
ayam Celling (76,72) dan ayam Bangkok (74,55)
»/. (1973) dan Srigandono (1986) bahwa kerabang
(Prilajuarti, 1990). Hal tersebut berarli balnva telur
lelur sering terkoniaminasi bakleri yang lerdapal pada
ayam Merawang mempunyai benluk agak bulal
leses dan Hucr.
dibandingkan dengan telur ayam lainnya, karena
Fertilitas
semakin besar nilai indeks dari sebutir lelur
Fertilitas merupakan salali satu tolok ukur
nienandakan bahwa telur tersebut semakin bulat.
untuk nienentukan keberhasilan program IB yang
Iman-Rahayu (2001) mendapatkan indeks lelur
dilakukan. Fertilitas telur hasil penelitian dapat dililiat
konsumsi dari ayam Merawang sebesar 74.
pada Tabel 6. Fertilitas I diperoleh dengan melakukan
Kebersihsin Telur
perbandingan anlara jumlali lelur yang feriil pada hari
Teluryangdiperolehselama penelitian meniiliki
ke tujuh di dalam inesi:' letas dengan sejumlah telur
persentase kebersihan seperti disa[ikati pada 'label
yang dileiaskan dikalikan 100%. Berdasarkan tabel
5. Tabel 5 menggambarkan bahwa kebersihan lelur
di alas, fertilitas pada kelompok interval pengulangan
tidak dipengarulii oleli I'rekuensi pengulangan 113,
IB 4 hari menunjukkan hasil yang lebih tinggi (P<0,01)
tetapi dipengarulii oleli t'rekuensi pengambilan telur
jika dibandingkan dengan perlakuan ulangan IB 7
Tabel 3. Raman Bobot Telur clan Boboi Tetas A yam Merawaiiy Perlakuan ulangan IB (hari) 4 ' ' 7 j_0_ Rataaii "
Buhol Telur (L'/lnnir) "-i-l.7'l I ' . U X ' * -15.77 : -1.5.1 T U N -- _3.63 ~ TI.95 1 .TX5
' _
"" ~
30.17:1:3.22 " 3().I6± 2.75 29.24_i_3.02 2.99~
Angka-angka adalali rataniUSl)
146
./ hiiinii
Iniji
hum . tjy/i• M) (.U Sr/ncwhi-r
2HO>
dan 10 hari (85,02% vs 68,37% dan 68,69%). l-lal
ketahanan kapasitas lertilitas sperma. Oleli karena
tersebut disebabkan semakin pondek interval IB
im, nil ai lertilitas yang diperoleh selama penelitian
dilakukan, maka jumlah spermatozoa yang masih
mengalami penurunan karena banyaknya sperma
bertahan hidup dan dapat membuahi sel telur rclatif
yang mengalami kematian saat penampungan dan
lebih banyak, sehingga kemungkinan ovum yang
pelaksanan IB akibat tingginya suhu lingkungan
terbuahi akan semakin besar (Iskandar ci«/., 1993).
dibandingkan suhu ideal. Rendahnya nilai fertilitas
Perbedaan nilai fertilitasjuga disebabkan oleli
ayam Merawang dibandingkan dengan Rumadi (1990)
pengaruh lama dan sului penyimpanan telur sebeluni
kemungkinan
dimasukkan ke dalam mesin tetas.
Telur yang
Merawang yang rclatif tua (lebih dari satu tahun)
juga disebabkan umur induk ayam
diperoleh pada perlakuan ulangan IB tujuh dan 10
sehingga kcmampuan rcproduksinya sudah menurun.
hari saat dimasukkan ke dalam mcsin tetas sudah
Frertilitas II nierupakan perbandingan antara
berumur beberapa hari lebih lama dibandingkan telur
telur yang masih mengalami perkembangan embrio
Tabel 4. Rataan Indeks Telur Tetas A yam Merawang Perlakuan ulaiman II! (liari) 4 7 10
Indeks Telur 78,09 -i -IS I 77.60 ± 4.06 77.02 ± 3.XS 77.57 i- -1.25
Ralaan
Angka-angka adalah ralnaii±SI). Tabel 5. Ralaan Kebcrsihan Telur Tetas Ayam Meiauang
I'ei-laknai) Ulantjan 111 (liari) 4~" 7 10
liuleks Telur ("',',) 70.5,S V 22.63 70.96 ± IX.76 69.72:1: 13.KS _
Raiaan
~ 70.4 2 ± I 8,42*
Angka-angka adalah rataan±SD.
Tabel 6. Rataan I'ertilitas I clur Tetas A yam Merawang
las i ( % ) C 85.02 -J-. 26.96 68.37 ± 40.7 1 68,69 i 29.28
Perlakuan Ulaiman 111 (liari) 7 10 Angka-angka adalali ralaaniSD.
_Pcrtililas II ( % ) " 79,34" i 29.65 A~ 58,99 ± 40,97 A 57.35 ± 31.35
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama nienunjukkan hasiI sangal berbeda nyata (!'<().0 I).
pada perlakuan ulangan IB empat hari, sehingga akan
pada liari kc-18 di dalam mesin tetas (telur viabel)
menurunkan nilai lertilitas. Selama penelitian. sului
dengansejumlah telur y.ang ditctaskan, dinyatakan
di lokasi penelitian 27,7"C, sedangkan sului ideal agar
dalam satuan perscn. l-'ertilitas II yang diperoleh dari
embrio berada dalam keadaan dorman/tidak
basil penelitian nienunjukkan bahwa perlakuan
bcrkembang {physiological
zero)
ulangan IB empat hari (79, 34%) niemiliki nilai yang sebeluni ke proses
(Sudaryanti, 1985), 7,2-
lebih linggi (P< 0,01) dibandingkan dengan perlakuan
12,8°C (North dan Bell, 1990) atau 20"C (Decuypere
ulangan IB tujuh hari (58,99%)dan 10 hari (57,35%).
penetasan adalah 10-15
UC
saat
Besar kecilnya nilai fertilitas II dipengaruhi oleli
penampungan semen dan pelaksanann IB sebesar
jumlah embrio yang niati pada selang liari ke-7 sampai
29,63°C, sedangkan Toeliliere (1993) menyatakan
hari kc-18 saat proses penetasan berlangsung.
dan
Michels,
1992).
Sului
rata-rata
bahwa sului di atas 20"C saat penampungan dan pelaksanaan IB bersifat merugikan terhadap
The I lulchabilitv <>J 'Alerowtiii)> ('hicLen s /-.^.e I'rothiivil b\ h n/ici<
Kematian embrio ini dapat dipengaruhi oleli tas sperma yang berhasil membuahi ovum.
// lii .wiiiiihiiioii
(Imun-Kttlnivu
el til.) 147
Fertilitas II pada perlakuan ulangan IB empat liari lebih tinggi karena sperma yang berhasil membuahi ovum masih dalam keadaan segar, sehingga motililas
dinyalakan Balir dan Baksi (1987) serta North dan Bell (1990) bahwa kematian embrio tertinggi terdapat pada minggu pertania dan ketiga pada masa
Tabel 7. Rataan Daya Tetas Telur Ayam Merawang Perlakimii Ulangan IB
DasaTetasI
Daya Tetas II
" Daya Tetas III
(hari) (%) •••••••--_ _ _ J __ _ 4 67.44 ± 36.26 A 75.7o"i 36.9tP " ~ 79.27' j : "36.24 t 7 54.01 ± 39.53 " 62.09 ± 42.03 " 67.26 -.b 43.37 b 10 46.59 ±31.69" 60.82 ± 38.77 " 67.54 ± 40.90 " Angka-angka adalah rala;m±SI). SitporsUrip dengan luiruI'besar yang hcrbciln |iada kolom yani: saina mcnimjiikkan liasil sangal hcrlicda nyala (l'<0.01) dan humI" kccil liasil yang bcrbcda nyaln (l'<0,05). Tabel 8. Rataan Viabilitas Anak A vain Merawann Perlakuan Ulangan IB (liari) 4 7 10
•
Viabilitas ( % ) 83.93 x 34.22" 90.37 ± 23.63 90.63 ± 15..12
--••-
Rataan
88.3 I ± 24.39
Angka-angka adalah ralaaii-±-SI).
tinggi, sedangkan pada perlakuan ulangan IB tujuh
pengeraman, alau pada lima hari peruana dan tiga
dan 10 hari, sperma yang dapat membuahi ovum sudah
liari terakhir masa pengeraman.
terlalu lama berada di dalam organ reproduksi ayam
Viabilitas
betina
yang
menyebabkan
pergerakan
dan
Viabilitas nierupakan kemampuan anak ayam
molilitasnya menurun.
untuk dapat bertahan hidup selelali menetas dan
Daya Tetas
dalam keadaan seliat yang dapat dilihat melalui
Dalam mendapatkan nilai daya tetas dapat
pengamatan.
Ciri-ciri anak ayam yamg mcmiliki
diperoleh melalui beberapa eara, yaitu dengan
viabilitas yang baik antara lain aklif dan seliat, organ
membandingkan antara telur yang menetas dari
lubuh sempurna dan berkembang baik, mala bersinar,
sejumlah leluryang ditctaskan, tcluryang lertil I dan
bulu kering. warna bulu jelas dan seragam sesuai
II, dinyatakan dalam satuan persen. Daya tetas yang
dengan lipe bangsanya (Jull, 1931) Nilai viabilitas
diperoleh dari liasil pengamatan dapal dilihat pada
yang diperoleh dari liasil penelitian dapal dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 8.
Dari Tabel di alas lampak bahwa ulangan IB 4
Nilai viabilitas reiidah apabila angka kematian
hari mempunyai nilai daya tetas yang lebih tinggi
pada saat anak ayam baru menctas atau yang
daripada pengulangan IB 7 dan 10 hari, baik pada
mengalami kecacatan lisik cukup tinggi. Nilai ini di
nilai daya tetas I, II dan III. Nilai daya tetas yang
dapal dari rasio anak ayam seliat dibandingkan
bervariasi ini dipengaruhi oleli lamanya penyimpanan
dengan jumlah anak ayam yang menctas pada sekali
telur, suhu penyimpanan, kebcrsihan telur, serta
periode penetasan. Faklor-faklor yang menyebabkan
keseraganian bentuk dan besar telur (North dan Bell,
rendahnya nilai viabilitas atau lingginya morialitas
1990).
saal anak ayam menetas dan kecacatan diantaranya : Nilai daya tetas III menggambarkan adanya
kematian embrio yang terjadi pada hari kc-18 sampai
mctode
manajemcn
yang
salah,
lermasuk
pcikandangan yang lidak mcmadai, populasi yang
ke-21 telur-telurdi dalam niesin tetas. Kematian embrio
terlalu padat, saniiasi kurang baik dan pakan yang
pada hari ke-18 nierupakan kematian tertinggi telur-
lidak seimbang serta dikclola oleli orang yang
telur selama di dalam mesin tetas, sesuai dengan yang
berbeda (Jull, 1951).
148
J huhm 1 ro/>. hum . lyric
M) f.h September
200 .5
Dari pengamatan terhadap viabilitas anak ayam menunjukkan bahwa pengulangan interval IB tidak mempengaruhi nilai viabilitas ini. Pengulangan interval IB merupakan teknik dalam mendapatkan kualitas telur tetas sehingga pengaruhnya tidak nyata/langsung terhadap kondisi anak ayam saat menetas.
Dccuypere, E. and II. Michels.
1992.
Incubation
temperature as a management tool a review. World's Poultry Sci. 48:28-38. Funk, E.M. and M.R. Irwin. 1955. Hatchery Operation and Management. Jlion Wiley and Sons Inc., London.
KESIMPULAN
Hadijah, S. 1987. Hubungan antara bobot telur,
Data pendukung pada karakteristik telur tetas ayam Merawang yang nieliptiti : bobot telur, bobot tetas, indekss telur, kebersihan dan viabilitas tidak dipengaruhi oleh interval pengulangan IB.
Nilai
fertilitas dan daya tetas pada interval pengulangan IB 4 hari paling tinggi dibandingkan dengan interval 7 dan 10 hari. Persamaan regresi linier antara bobot telur (x) dan bobot tetas (y) yang diperoleh adalali V ~ I.I 36 + 0.642X, dengan nilai heretabiliias ( R : ) sebesar 0.6.
indekss telur dan fertilitas, daya tetas dan bobot
tetas
burung
Puyuh.
Fakultas
Peternakan. Institu! Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak diterbitkan). Iman-Rahayu, M.S. 2001.
Karakteristik Fisik dan
Nutrisi Telur Ayam Merawang.
Gadjali Mada, Yogyakana. Him ; 22-26. Iman-Rahayu. I I.S. 2003. Ayam Merawang, Ayam Kampung Pedaging dan Petelur.
UCAPANTERIMA KASIM
Bulctin
Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas
Pencbar
Swadaya. Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasili pada saudara Rahmat Slamet yang banyak membantu pelaksanaan IB dan AT3 Farm atas bantuan ayam dan telur yang dipergunakan pada penelitian ini.
Iskandar,S..S. Sastrodiharjo, E. Basuno, W. Sudrajat, Daman. A. Nugraha dan A. Rahmat.
Inseminasi buatan pada usalui pembibitan ayani Buras kelompok tani di Desa Gunung Cupu, Kabupaten Ciamis.
DAFTAR PUSTAKA
1993.
Prosiding
Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Peternakan di Pedesaan.
Bahr, J.M. and M. R. Bakst. 1987. Poultry.//;: Hafez,
27-27
Januari 1993, Ciamis, Jawa Barat.
E.S.E. (Ed). Reproduction in Fann Animal. The 5 l h Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Pp. 376398.
Jut I, M. A. 1951. Poultry Husbandry. The 3"'Ed. Mc Graww 1 lill Book Co.. Inc., New York.
Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan
Lake, P.E.. and J.M. Steward. 1978. Artilicial Insemi-
Ternak. 1999. BudidayaAyam Buras Bangka.
nation in Poultry. The I st Ed. I ler Majesty's
Dcpartemen pertanian, Direktorat Jenderal
Stationary Office. London. Ppl-35.
Peternakan,
Balai Pembibitan Ternak dan
Hijauan. Jakarta.
Mansjoer. I., S.S. Mansjoerdan D. Sajuthi. 1989. Studi
Carter, T.A, R.F. Gentry and G.O. Dressier. 1973. Bac-
banding sii'at-sifat biologis as am Kampung, ayam Pclung dan ayam Bangkok. Lembaga
terial contamination of hatching eggs and
Penelitian. Instiiut Pertanian Bogor. Bogor.
chicks produced by broiler breeders housed
(Tidak diterbitkan).
in littcrslat and sloping floor management sytems. Poultry Sci. 52:2226-2236.
7he IIcilclmhililv
of'S
/m/uim.i;
Miehell, R.L.. and R. B. Buekland. 1976. FeUilityof
' ('hii'ken
s I'l'otlucctl
hy. inijicitil
tiisi'iiiiiuiliini 149
(huun-li
frozen chicken semen after intravagina! and intraurine insemination using various concentrations
and
equilibration
times
of
dimethilsulfoxide and a range of freezing and thawing rates. I'outry Sci. 55:1295-1700.