THE COUNSELING INTERVIEW Setiap orang yang biasa dipanggil sebagai konselor, bertugas untuk membantu subjek memperoleh insight dan kemampuan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, finansial, akademis ataupun masalah pribadi. Di lapangan, tugas ini seringkali dipegang oleh orang-orang yang tidak terlatih atau yang memiliki sedikit kemampuan untuk melakukan konseling. Hal ini harus dihindari karena wawancara konseling ini merupakan bentuk wawancara yang paling sensitif. Hal ini disebabkan karena wawancara ini dilakukan pada saat subjek tidak dapat mengatasi masalahnya sendiri, atau jika konselor beranggapan bahwa subjek membutuhkan bantuan seorang ahli. Bagi subjek yang merasa membutuhkan bantuan seorang ahli, pastilah ia memiliki kepercayaan yang sangat besar pada konselor. Pada kondisi ini, konselor dipandang sebagai pihak yang tidak mengancam dan mau mendengarkan subjek. Masalah yang biasa ada dalam wawancara konseling bermacam-macam, antara lain : masalah pribadi, finansial, intimacy, stabilitas emosi, kesehatan fisik, penggunaan alkohol dan obat terlarang, perkawinan, moral, duka cita, performance kerja dll. Untuk itu dalam pelaksanaannya, dibutuhkan kepercayaan dan keterbukaan yang maksimal dari subjek sehingga pewawancara dapat memahami dan menentukan cara untuk mengatasi masalah subjek. Terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam melakukan wawancara konseling, yaitu : 1. Preparing for the counseling interview a. Analyzing the self : the interviewer Melakukan analisa terhadap diri sendiri tidak mudah, tetapi jika hal tersebut dilakukan maka akan mempermudah pewawancara untuk memahami dan menolong subjek. Selain itu pewawancara yang tidak memahami atau mengenali dirinya sendiri, akan mengalami kesulitan untuk mengetahui sedikit /bahkan tidak tahu sama sekali mengenai keadaan subjek dan situasi yang dialami oleh subjek. Analisis diri dapat dimulai dengan mengenali karakteristik pribadi pewawancara. Menurut hasil penelitian, kualitas intrinsik, kepribadian, sikap dan perilaku non verbal memegang peranan penting terhadap efektivitas konseling. Untuk itu yang dibutuhkan adalah sikap open minded, optimis, serius, yakin, santai dan sabar, tidak argumentatif ataupun defensif, serta merasa nyaman dan terbuka. Sikap tersebut akan mengantarkan pewawancara pada situasi wawancara yang penuh dengan keterbukaan dari subjek. Pewawancara diharapkan tidak mendominasi percakapan, memiliki niat yang tulus untuk membantu, people oriented (artinya : konselor tidak terfokus pada cara pemecahan masalah tetapi lebih sesitif pada kebutuhan subjek), adanya pemahaman dalam komunikasi yang terjadi, membuat subjek merasa nyaman, menenangkan, hangat dan
1
tentram. Untuk itu dibutuhkan empati yang menunjukkan bahwa konselor benar-benar memahami perasaan dan situasi subjek. Analisa terhadap diri juga perlu dilakukan pada aspek intelektual, komunikasi dan kekuatan profesionalitas. Yang dibutuhkan oleh konselor adalah kemampuan imajinatif, analisa dan organisasi, selain itu diperlukan pula kemampuan untuk belajar dengan cepat, serta mampu untuk mengingat kembali seluruh informasi yang telah diberikan subjek dengan lengkap dan akurat. Konselor harus mampu berkomunikasi dalam berbagai macam setting, yaitu dengan cara menjadi pendengar yang baik serta mampu berkomunikasi baik secara verbal dan non verbal. Konselor dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan subjek yang pemalu sekalipun atau subjek yang sangat sulit untuk diajak berkomunikasi. Konselor harus mampu membuat subjek tetap merasa nyaman terhadap masalah subjek dan terhadap apapun yang diungkapkan oleh subjek meskipun hal tersebut mungkin sangat memalukan. Sebaliknya konselor juga harus mampu merasa nyaman terhadap subjek yang melakukan ekspresi emosi yang sangat mendalam. Misalnya ekspresi kesedihan yang mendalam, marah, takut, benci, atau bahkan sampai berteriak/menangis. Konselor harus memiliki sudut pandang yang realistik terhadap skill yang dimiliki dan jangan pernah melakukan konseling jika tidak memiliki pengalaman ataupun latihan dasar. Subjek yang ada sebaiknya dirujuk pada ahli lain yang lebih kompeten. Persiapan untuk meningkatkan skill dapat dilakukan oleh konselor melalui kursus, membaca, atau mengikuti seminar konseling. Konselor pun harus berusaha untuk selalu memperbaharui referensi
konseling
yang
dimilikinya
dengan
cara
melakukan
riset,
mengikuti
perkembangan trend, dan melakukan perubahan-perubahan tertentu. b. Analyzing other : the interviewee Lakukan pengecekan dan pengenalan terhadap subjek yang meliputi : etnis, pendidikan, pengalaman kerja, laporan akademik, latar belakang keluarga, anggota dari suatu perkumpulan tertentu, sejarah kesehatan, kondisi psikologis, hasil tes, konseling yang pernah dilakukan sebelumnya dan segala informasi yang menyangkut masalah subjek dari masa lalu beserta solusinya. Jika dibutuhkan, cari informasi tersebut dari orang lain yang mengenal, tahu dan dekat dengan subjek. Tujuannya adalah untuk membantu konselor memahami subjek dan mencari tahu alasan mengapa subjek membutuhkan bantuan ahli. Hati-hati jangan sampai informasi yang konselor peroleh dapat mempengaruhi sikap dan interaksinya terhadap subjek. Ungkap pula mengenai masa lalu subjek yang berpengaruh terhadap kehidupan subjek, misalnya : kematian anggota keluarga, perceraian orangtua, kegagalan, kehilangan pekerjaan atau sakit. Selai itu ungkap pula mengenai masa depan seperti apa yang akan berpengaruh pada subjek, misalnya kelulusan, perkawinan, pencarian kerja dan pensiun.
2
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bentuk hubungan antara subjek dengan konselor. Hubungan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : apakah konselor sudah mengenal subjek sebelumnya, apakah ada kesamaan antara keduanya, apakah ada keterlibatan, afeksi, kendali dan kepercayaan antara keduanya. Jika hubungan antara dua pihak itu sudah jelas maka diharapkan konselor dapat bertindak secara efektif dan mampu melakukan antisipasi terhadap segala komentar dan pertanyaan yang muncul dalam proses konseling tersebut. Berikut ini adalah komentar yang sering diungkapkan subjek pada konselor : saya tidak butuh bantuan anda jika saya butuh bantuan anda akan saya beritahu saya dapat mengurusi diri saya sendiri pergi, jangan ganggu saya cepat kita selesaikan wawancara ini, supaya saya dapat kembali bekerja mengapa saya harus membicarakan masa pribadi saya pada anda anda tidak akan mengerti jangan beritahu ayah dan ibu saya katakan saja apa yang harus saya lakukan saya tidak akan membuang waktu saya anda belum pernah menikah, lantas bagaimana mungkin anda dapat membantu saya tidak ada satu orangpun yang tahu apa yang saya rasakan tidak ada orang yang peduli anda tidak tahu bagaimana rasanya jadi ……
untuk dapat menjawab/memahami respon tersebut, konselor perlu melakukan analisa terhadap subjek. hasil analisa nantinya dapat digunakan untuk mengetahui alasan subjek berperilaku demikian dan konselor dapat memberikan umpan balik yang efektif. Terkadang ada subjek yang meminta tolong dengan tiba-tiba, dan konselor harus dapat melayani. Yang dipentingkan dalam wawancara konseling adalah listen bukan talk dan jangan sampai konselor berasumsi bahwa ia seolah-olah mengetahui alasan subjek meminta bantuan pada konselor. Determining the interview approach Wawancara konseling dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu : a. Direktif Pada pendekatan ini, wawancara dikendalikan oleh konselor, yang meliputi : struktur wawancara, pokok masalah yang diungkap, pokok masalah yang dihindari, interaksi dan lamanya wawancara.
3
Konselor bertugas sebagai pengumpul dan pemberi informasi, memberikan definisi dan melakukan analisa terhadap masalah, memberikan saran dan evaluasi dari solusi yang ada dan membuat guide wawancara. Subjek berperan sebagai penerima. Asumsi dasarnya adalah pewawancara mengetahui lebih banyak mengenai masalah subjek dibandingkan subjek sendiri, sehingga pewawancara layak untuk melakukan analisa dan memberikan saran. b. Non direktif Pada pendekatan ini, wawancara dikendaikan oleh subjek yang meliputi : struktur wawancara,
penentuan
topik
yang
dibicarakan,
kapan
dan
bagaimana
mereka
akan
mendiskusikan masalah tersebut dan berapa lama serta bagaimana kecepatan wawancara yang dilakukan. Konselor berperan sebagai pihak yang pasif. Tugas konselor adalah membantu subjek untuk mengumpulkan informasi, memperoleh insight, mendefinisikan dan menganalisa masalah, serta menemukan dan melakukan evaluasi terhadap solusi yang ditemukan. Konselor juga bertugas sebagai pengamat, pendengar dan pemberi motivasi bagi subjek. Asumsi dasarnya adalah subjek dianggap sebagai pihak yang lebih mampu daripada konselor dalam melakukan analisa masalah, menemukan solusi dan membuat suatu keputusan yang tepat. c. Kombinasi Dalam wawancara konseling, terkadang membutuhkan pendekatan kombinasi yaitu pendekatan yang suatu waktu menggunakan direktif dan waktu lainnya menggunakan non direktif. Pergantian pendekatan antara direktif dan non direktif ini sangat tergantung dari situasi wawancara yang ada pada saat itu. 2. Structuring the interview Pada wawancara konseling biasanya memiliki tahapan sebagai berikut : Membangun rapport dan rasa percaya Mengungkap masalah subjek Menggali lebih dalam masalah subjek sampai terungkap pula perasaan subjek Merencanakan action atau penanganan Langkah-langkah ini tidak dapat dirubah atau bahkan dihilangkan pada tahap tertentu, kecuali untuk kasus-kasus khusus. Selain itu konselor juga jangan beranggapan bahwa langkah 1-4 ini akan tercapai dalam 1 kali wawancara. Bahkan dapat terjadi proses wawancara yang dilakukan mengikuti alur yang mundur ke belakang (dari tahap tinggi ke tahap yang rendah). Untuk itu konselor harus memiliki kesabaran. Tahapan wawancara konseling dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
4
Afektif (1)
Kognitif (2)
I. Membangun suasana helpful
II. Assessment of crisis
a.
melakukan kontak dengan subjek
a.
menerima informasi
b.
menentukan peran
b.
mendorong
c.
membangun hubungan
subjek
untuk
memberikan
informasi c.
mengemukakan
kembali
informasi
yang
diberikan subjek d.
bertanya untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap dan mendalam
III. Affect integration (3)
IV. Problem solving (4)
a.
menerima perasaan subjek
a.
b.
memberikan dorongan atas apa yang dirasakan subjek
atas masalahnya b.
c.
melakukan refleksi perasaan
d.
menanyakan mengapa subjek memiliki menghubungkan dirasakan
subjek
memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah
c.
perasaan tersebut e.
menawarkan pada subjek suatu penjelasan
menentukan
salah
satu
dari
alternatif
tersebut antara dengan
apa
yang
d.
konsekuensi
menggunakan sumber-sumber yang dapat membantu pencapaian pemecahan masalah
yang ada atau dengan masalah subjek
3. Creating an appropriate climate and tone Tujuan dari tahap ini adalah untuk membangun komunikasi dan adanya keterbukaan dari 2 pihak untuk memberikan informasi, perasaan, dan sikap. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah :
The setting Setting yang ideal untuk wawancara konseling adalah : tenang, nyaman, mendukung privasi, dan bebas dari gangguan. Untuk itu dapat dipertimbangkan agar konselor mencari tempat wawancara yang bersifat netral agar subjek tidak merasa terancam dan dapat menjadi lebih rileks. Lakukan pula pengaturan tempat duduk yang memudahkan bagi 2 pihak untuk berkomunikasi dan membangun suasana yang tidak menakutkan.
The opening
Beri salam pada subjek merupakan awal membuka wawancara. Lakukan dengan hangat, tulus dan tidak dibuat-buat. Hal ini menunjukkan pada subjek bahwa konselor ingin terlibat dan ingin membantu.
Jangan memberikan komentar yang dapat membuat subjek marah, takut atau tertekan.
Jika subjek tidak langsung membicarakan masalahnya, konselor hendaknya bersabar dan jangan memaksa subjek untuk menceritakan masalahnya.
Tunjukkan minat, perhatian dan mau mendengar serta mampu untuk menjaga rahasia dan jujur.
Tetap berusaha merasa nyaman meskipun topik yang dibicarakan sensitif, rahasia, ataupun memalukan untuk didengar, bahkan sampai pada topik-topik yang menyedihkan.
5
Adanya keterbukaan akan informasi, keyakinam sikap, perhatian dan perasaan akan menentukan kesuksesan wawancara konseling. Hal ini dapat tercapai sangat ditentukan olej menit pertama dalam melakukan interaksi dengan subjek. meskipun demikian, ada faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh konselor, misalnya jenis kelamin, dimana sikap terbuka lebih dimiliki oleh para pria daripada wanita. Pewawancara dapat mendorong subjek untuk terbuka dengan cara pewawancara lebih dahulu membuka perasaan, dan sikapnya. Atau dengan meyakinkan subjek bahwa rahasianya dapat terjaga. Selain itu untuk meredakan ketegangan yang dirasakan oleh subjek, pewawancara dapat menyelipkan humor-humor yang segar di sela wawancara. 4. Conducting the interview Wawancara dilakukan saat rapport sudah terbentuk dan tujuan wawancara telah ditetapkan. Langkah I biasanya adalah mengungkapkan masalah subjek dan mengapa subjek tidak dapat mengatasai masalahnya. Tetapi jangan mendesak subjek untuk bercerita dengan cepat. Juga jangan tergesa memberikan solusi. Lakukan observasi terhadap reaksi non verbal subjek. Mendengar, mengobservasi dan bertanya Mendengar Kemampuan mendengar yang harus dimiliki konselor untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh, untuk mampu berempati, untuk melakukan evaluasi, untuk mencapai pemecahan masalah. Caranya adalah dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh subjek melalui konsentrasi yang penuh. Jangan menyela atau mengambil alih percakapan. Lakukan sikap diam saat subjek sedang berbicara. Observasi Yang diamati adalah bagaiman subjek duduk, gesture, kegelisahan, dan kontak mata subjek. hal lain yang perlu diamati adalah suara subjek, misalnya keras/lembut, lambat/cepat, ada
ketegangan/tidak,
ada
perubahan
nada/tidak.
Tujuannya
adalah
untuk
melihat
serius/tidaknya masalah yang sedang dihadapi oleh subjek. Jika pewawancara ingin mencatat jawaban subjek maka pewawancara/konselor harus menjelaskan alasan mengapa ia perlu mencatat dan segera hentikan jika hal tersebut dirasakan mengganggu oleh subjek. Bertanya Bertanya adalah hal yang penting dalam wawancara konseling, tetapi terlalu banyak bertanya bukanlah wawancara yang baik, terlebih jika berakhir dengan sikap menutup diri yang muncul pada subjek. Gunakan pertanyaan terbuka untuk memancing subjek berbicara dan mengungkapkan ekspresi emosinya. Satu pertanyaan yang diajukan hendaknya berisi satu topik saja agar subjek tidak bingung. Hati-hati dengan pertanyaan yang mengandung makna tidak setuju, tidak senang atau tidak percaya.
6
Responding and informing Memberi respon ataupun informasi pada subjek membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis wawancara lainnya. Respon yang diberikan dapat dilakukan dalam bentuk : o
Highly non directive reactions and responses Contoh :
S : saya tidak tahu apa yang harus dilakukan P : (diam) S : Mungkin sebaiknya saya pertimbangkan lagi untuk sekolah di jurusan teknik
Selain respon diam, konselor dapat memberikan respon lainnya, misalnya : nudging probes, restatement probes atau mirror probes. o
Non directive reactions and responses Contoh :
S : Ok, apa yang harus saya lakukan sekarang? P : anda dapat mengakui kesalahan anda dan jelaskan situasinya atau anda tetap menutupi kesalahan anda itu
o
Directive reactions anf responses Contoh :
S : saya tidak dapat memberitahukan Jane bahwa saya telah mencontek pekerjaannya P : apakah anda tidak terpikirkan bahwa ia nantinya akan curiga pada anda ?
o
Highly directive reactions and responses Contoh :
S : saya tidak dapat menghentikan kebiasaan merokok saya. Saya terus melakukannya sepanjang hidup saya P : kalau begitu tidak ada lagi alasan untuk kita bertemu lagi. Anda harus berusaha atau mencoba menghentikannya S : bagaimana caranya ? P ; baik, ini yang harus anda lakukan. Batasi pengeluaran kartu kredit anda. Buat rencana keuangan bulanan dengan terencana dan teliti. Belilah baju hanya 1 kali dalam 1 tahun dan batasi penggunaan uang untuk mencari hiburan, maksimal 100.000,00 perminggu
5. Closing the interview Bagian ini merupakan bagian yang penting fan menentukan kesuksesan wawancara. Jangan sampai membuat subjek merasa bahwa dirinya dipaksa “pulang” atau dipaksa mengakhiri wawancara. Hal ini dapat mengganggu rapport yang telah terbentuk. Saat wawancara telah ditutup, konselor juga jangan berharap bahwa wawancara yang ditutup telah menghasilkan suatu solusi atas masalah yang dialami oleh subjek. 6. Evaluating the interview Evaluasi wawancara perlu dilakukan. Hal ini dapat membantu konselor untuk meningkatkan skill. Sikap realistik perlu dikembangkan oleh konselor karena ia berinteraksi
7
dengan manusia lain yang sangat kompleks sifatnya, sehingga dengan dasar ini, konselor tidak akan selalu berharap untuk selalu berhasil dalam wawancara yang ia lakukan.
8