TAUBAT DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADIS Syarafuddin H.Z. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102 Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448
ABSTRAK
Islam menghendaki ummatnya untuk menjadikan hidupnya
bahagia, tentram, dan menyelamatkan. Salah satu ajaran Islam yang selalu dilakukam oleh Rasulullah SAW adalah kebiasaannya mengucapkan istighfar setelah habis shalat. Dalam tulisan ini penulis mengakaji tentang taubat dalam perspektif al-qur’an dan Hadist diambil kesimpulan Istighfar merupakan bentuk dzikir yang mempunyai keutamaan baik untuk memperoleh keutamaan duniawi maupun ukhrawi, untuk itu sebagian ulama mengatakan bahwa istighfar merupakan kunci terbukanya rizki dari langit baik bersifat material maupun spiritual. Selain itu istighfar juga dapat memberikan kebahagiaan, menjadi perisai dari gangguan setan, menjadi penangkal dari siksaan atau adzab Allah, menghilangkan rasa susah dan sedih, serta Allah akan memberi rizki kepada orang-orang yang beristighfar Kata Kunci: Taubat, spiritual,l
Pendahuluan Para ulama bersepakat tentang wajibnya bertaubat dari dosa kecil maupun dosa besar. Untuk itu Imam Ghazali mengatakan bahwa tidak ada dosa kecil kalau dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar bila
seseorang beristighfar (Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali, 1996: 306-307) Taubat erat kaitannya dengan istighfar (mohon ampunan) yaitu perlindungan, pertolongan serta ampunan dengan menundukkan jiwa, hati dan pikiran kepada Allah SWT, seraya mohon
162 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 162 - 169
ampun dari segala dosa. Taubat dan istighfar bukan hanya memohon ampunan dari dosa-dosa yang dilakukan manusia tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah (Ibrahim al Dasuki, 1986: 60). Kaitan antara taubat dan istighfar adalah tidak dapat dikatakan taubat jika tanpa istigfar, atau dengan kata lain istighfar adalah bagian dari taubat itu sendiri. Islam menyuruh setiap muslim agar sering melakukan istighfar kepada Allah dengan sungguh-sungguh menundukkan jiwa dan berharap akan memperoleh ampunan. Namun dalam masyarakat masih banyak yang belum mengerti tentang apa itu taubat, cara bertaubat dan apa hikmah dari taubat. Untuk itu tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan taubat dan permasalahannya dalam perspektif Al-Quran dan Hadis. Pengertian Taubat Kata Taubat berasal dari bahasa Arab at-taubah. Berasal dari kata kerja taaba-yatuubu” yang berarti ar ruju’ yang berarti kembali. Adapun kata taubat secara istilah berarti kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT (Lois ma’luf, 1986). Berdasarkan definisi tersebut diatas. Imam Al Juweni mengatakan bahwa taubat adalah meninggalkan keinginan, untuk kembali melakukan kejahatan seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya, karena kesadaran dalam dirinya untuk mengagungkan Allah dan
menjauhkan diri dari murka-Nya (Ensiklopedi Islam, 2000: 135). Taubat bukanlah sesuatu yang sulit atau tidak dapat dilakukan oleh seseorang. Apabila ada kesadaran dalam hati (jiwa) bahwa ia menyimpang dari jalan yang lurus dan memiliki kemauan yang kuat untuk kembali kejalan yang benar maka hal itu sudah dapat dikategorikan sebagai perbuatan taubat (Abdullah Khayat, 1971: 206). Barangsiapa menyadari kekeliruan dan kekhilafannya kemudian ia segera bertaubat dengan istighfar, dan ia kembali kepada jalan yang benar dengan melakukan amal sholeh untuk memperbaiki jiwanya dan menghadapkan kembali hatinya, maka hal itu juga merupakan taubat. Taubat atau istighfar mempunyai makna yang luas, yaitu selain meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa yang dikerjakan juga mengandung arti memohon perlindungan agar senantiasa mampu mencegah diri dan terhindarkan dari melakukan dosa besar, agar mereka tidak terkena dari kejahatan yang dilakukan oleh orang lain, dan memohon ampun dari dosa-dosa kecil yang telah mereka lakukan. Untuk itu seseorang memohon perlindungan atau pertolongan dari Allah agar ia tidak terjatuh kepada dosa-dosa kecil dan besar yang telah dilakukan. Perintah Taubat atau Istighfar dalam Al Quran dan Hadis. 1. Perintah Taubat dalam Al-Quran Kata taubat (taubah) dalam
Taubat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Syarafuddin H.Z.)
163
berbagai bentuknya baik itu mufrad, jamak, madhi, mudhorek, amr, disebutkan dalam Al Quran sebanyak 87 kali (Muhammadi Fuad Abdul Baqi’, 1983). Diantaranya adalah: a. Firman Allah SWT dalam Surat Annur ayat 31: šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$# tµ•ƒr& $·èŠÏΗsd «!$# ’n<Î) (#þθç/θè?ρu ∩⊂⊇∪ šχθßsÎ=øè? ÷/ä3ª=yès9
ô⎯tã sπt/öθ−G9$# ã≅t7ø)tƒ “Ï%©!$# uθèδuρ ãΝn=÷ètƒuρ ÏN$t↔Íh‹¡¡9$# Ç⎯tã (#θà÷ètƒuρ ⎯ÍνÏŠ$t7Ïã ∩⊄∈∪ šχθè=yèøs? $tΒ
Artinya: “Dan dialah yang menerima Taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahankesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Artinya: “Dan bertaubatlah kamu sekalian hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”
d. Firman Alah dalam surat Ali Imron ayat 135:
b. Firman Allah dalam Surat At Tahrim ayat 8
(#θþ ßϑn=sß ÷ρr& ºπt±Ås≈sù (#θè=yèsù #sŒÎ) š⎥⎪Ï%©!$#uρ
«!$# ’n<Î) (#þθç/θè? (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩∇∪... öΝä3š/u‘ 4©|¤tã %·nθÝÁ¯Ρ Zπt/öθs? Artinya:”Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nasuha (murni) mudah-mudahan Tuhan-mu akan menghapus kesalahanmu... “1 c. Firman Allah dalam Surat As Syuraa ayat 25:
(#ρãxøótGó™$$sù
©!$#
(#ρãx.sŒ
öΝæη|¡àΡr&
ª!$# ωÎ) šUθçΡ—%!$# ãÏøótƒ ⎯tΒuρ öΝÎγÎ/θçΡä‹Ï9 öΝèδuρ (#θè=yèsù $tΒ 4’n?tã (#ρ•ÅÇムöΝs9uρ ∩⊇⊂∈∪ šχθßϑn=ôètƒ Artinya: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
Menurut Yusuf Ali ayat Tersebut menunjukkan bahwa apapun dosa di masa silam, dengan melaksanakan amal baik dan meninggalkan keburukan dan sifat picik, Allah akan menghapusnya dan memberi balasan surga dan menyelamatkan kita dari segala bentuk kehinaan. Lih:Yusuf Ali, The Holy Quran (terj) Ali Audah, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1995)XXV, hlm: 1466 *
164 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 162 - 169
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mere-ka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Me-ngetahui. e. FirmanAllah dalam Surat Taha ayat 82:
Ÿ≅ÏΗxåuρ z⎯tΒ#u™uρ z>$s? ⎯yϑÏj9 Ö‘$¤tós9 ’ÎoΤÎ)uρ ∩∇⊄∪ 3“y‰tF÷δ$# §ΝèO $[sÎ=≈|¹ Artinya: “Dan Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, Kemudian tetap di jalan yang benar”. f. Firman Allah dalam surat Azzumar ayat 53:
#’n?tã (#θèùuó r& t⎦⎪Ï%©!$# y“ÏŠ$t7Ïè≈tƒ ö≅è% 4 «!$# ÏπuΗ÷q§‘ ⎯ÏΒ (#θäÜuΖø)s? Ÿω öΝÎγÅ¡àΡr& …絯ΡÎ) 4 $·è‹ÏΗsd z>θçΡ—%!$# ãÏøótƒ ©!$# ¨βÎ) ∩∈⊂∪ ãΛ⎧Ïm§9$# â‘θàtóø9$# uθèδ Artinya: Katakanlah: “Hai hambahamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semua-
nya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. 2. Perintah Taubat dalam Hadits Banyak sekalai hadis-hadis nabi yang memerintahkan untuk berbuat baik berupa perkataan maupun perbuatan yang menjadi suri tauladan bagi umat Islam. Adapun hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut: a. “Dari Ibnu Umar RA, kami menghitung ketika Rasulullah SAW dalam suatu majlis mengucapkan istighfar (ampunilah dosa-dosaku) 100 kali dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima Taubat dan Maha Pengasih”.(HR. Abu Daud dan Turmudzi) b. Dari Abu Hurairah RA Nabi SAW bersabda derni Allah yang nyawaku ditangan-Nya, andaikata engkau tidak bertaubat dari dosa-dosamu justru Allah akan membinasakanmu sekalian, kemudian Allah mengganti kalian dengan generasi lain yang berdosa kemudian beristighfar/ mohon ampun kepada Allah, kemudian Allah mengampuni dosadosa mereka”.(HR Muslim). c “Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata, barangsiapa yang mengucapkan astaghfirullah alladzi laailaahailla huwalkhayul qayyum waatuubu ilaihi, aku ampuni dosanya sekalipun dia lari dari medan perang. (HR Abu Daud, Turmudzi dan Hakim).
Taubat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Syarafuddin H.Z.)
165
d. Artinya:”Dari Aisyah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW sebelum meninggal dunia banyak mengucapkan Subhanallah waatuu builaih” (HR Bukhari dan Muslim). e. “Dari Anas RA ia berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda Allah SWT berfinnan: Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepadaKu, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau memohon ampun kepadaKu niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi namun engkau tidak menyekutukan dengan selain Aku, niscaya Aku akan dating kepadamu dengan memberi ampun sepenuh bumi pula”. (HR Turmudzi). Dari ayat dan Hadits-hadits diatas dapat disimpulkan bahwa taubat tidak hanya sebagai penghapus dosa tetapi juga sarana untuk mendekatikan diri kepada Allah. Oleh karena itu Rasulullah SAW sendiri sekalipun sudah terpelihara dari dosa tetap bertaubat dan meminta ampun (istighfar) kepada Allah SWT, sebagaimana sabdanya: “Dari Abu Hurairoh RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah sesungguhnya saya bertaubat dan minta ampun (istighfar) kepada Allah tidak kurang 70 kali sehari”
(HR. Bukhari) (Imam Nawawi, 1989: 390). Taubat baru dianggap sah dan dapat menghapus dosa, bilamana memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Oleh karena itu taubat yang dapat diterima oleh Allah adalah taubat yang memenuhi kroteria-kriteria sebagai berikut : 1. Menyesali dan meninggalkan dengan segera kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. 2. Menjauhi dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan dan perbuatanperbuatan dosa. 3. Mengikuti perbuatan-perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan baik, sebagaimana sabda Rasulullah: “Iringilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik, itu akan menghapus dosanya” (HR Turmudzi dari Abi Dzar) Tiga syarat diatas menyangkut dosa terhadap Allah SWT sedangkan untuk dosa kepada sesama manusia, ditambah lagi syarat yang keempat yaitu: kalau dosa itu menyangkut harta-benda harus dikembalikan kepada pemiliknya. Jika pemiliknya sudah tidak ada lagi maka hendaklah dikembalikan kepada ahli warisnya. Kalau dosa itu menyangkut kehormatan hendaklah meminta maaf. Demikian jika jika menyangkut ajaran yang salah yang pemah diberikannya kepada orang lain. Imam Al Ghazali membagi taubat menjadi tiga tingkatan yaitu (Ensiklopedi
166 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 162 - 169
Islam, 2000: 135): 1. Taubat yaitu kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan. 2. Firar yaitu lari dari kemaksiatan kepada ketaatan, dari yang baik kepada yang lebih baik lagi. 3. Inabat, yaitu bertaubat berulangkali meskipun tidak berdosa. Sedangkan menurut Zunnun Al Misri, seorang tokoh sufi yang terkenal membagi taubat menjadi dua macam; Pertama, taubat orang awam, yakni bertaubat dari dosa yang telah dilakukan. Kedua, Taubat orang khawas, yakni mukmin yang beramal hanya sematamata karena Allah Ta ‘ala. Taubat dalam pandangan kaum Sufi pada ummumnya adalah taubat yang sebenar-benarnya, yaitu taubat yang tidak akan melakukan dosa lagi. Untuk itu menurut kaum Sufi, taubat tidak akan dapat dicapai dengan hanya sekali saja bahkan hams dilakukan sampai 70 kali, dengan demikian baru akan mencapai tingkat taubat yang sebenar-benarnya. Hikmah Istighfar Apabila diperhatikan dalam Al Quran dan Hadits maka bacaan istighfar berkaitan erat dengan doa, karena di dalam istighfar mengandung harapan dan permintaan untuk memperoleh pengampunan dari Allah SWT sebagaimana dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: “Barang siapa yang dari kalian diberi izin berdoa niscaya akan dibukakan kepadanya pintu-pintu
Rahmat kepadanya. Dan Allah tidak meminta sedikitpun akan sesuatu yang lebih ia senangi daripada minta ampun dan kebajikan di dunia dan akhirat” (HR. Ahmad). Istighfar merupakan bentuk dzikir yang mempunyai keutamaan baik untuk memperoleh keutamaan duniawi maupun ukhrawi. Oleh karena itu Al Baha Khauli istighfar merupakan kunci drizki dari langit baik bersifat spiritual maupun material (Muhammad Shalihin, 2004: 255-256). Hal ini berdasarkan firman Allah:
ϵø‹s9Î) (#þθç/θè? §ΝèO ö/ä3−/u‘ (#ρãÏøótFó™$# Èβr&uρ 9≅y_r& #’n<Î) $·Ζ|¡ym $·è≈tG¨Β Νä3÷èÏnGyϑム9≅ôÒsù “ÏŒ ¨≅ä. ÏN÷σãƒuρ ‘wΚ|¡Β • ß∃%s{r& þ’ÎoΤÎ*sù (#öθ©9uθs? βÎ)uρ ( …ã&s#ôÒsù ∩⊂∪ AÎ6x. 5Θöθtƒ z>#x‹tã ö/ä3ø‹n=tæ Artinya: “ Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling,
Taubat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Syarafuddin H.Z.)
167
Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat” (Q.S. Hud: 3). Untuk itu Rasulullah SAW, selalu menasehati umatnya agar selalu memperbanyak istighfar karena istighfar dapat memberi kebahagiaan. Rasulullah SAW bersabda:”beruntunglah orang yang mendapati dalam kitab catatan amalnya dihari kiamat karena banyak beristighfar”. (HR Ibnu Majjah) Menurut Abdullah bin Muhammad al Shadan (1422 H: 13), istighfar dapat menjadi perisai dari gangguan Setan, karena sebagian besar orang yang mendapat gangguan dad Setan adalah orang yang banyak dosanya. Hal ini berdasarkan hadis Nabi yang artinya: “Barangsiapa yang mengucapkan Astaghfirullah wa atuubuilaihi, diampuni segala dosanya sekalipun ia lari dari medan perang “. (HR Turmudzi) Istighfar juga dapat menjadi penangkal dari siksaan (adzab) Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 33 yang artinya: “Dan Allah akan sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah pula Allah mengadzab sedang mereka minta ampun”. Istighfar juga dapat menghilangkan rasa susah atau sedih serta Allah akan memberi rizki kepada orang yang selalu beristighfar berupa hujan, harta, dan ketrentaman. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Nuh ayat 11-12 yang
artinya: “Maka aku katakan kepada mereka, mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia adalah maha pengampun, niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kepadamu kebun-kebun dan mengadakan pula didalamnya pula untukmu sungai-sungai”. Ayat-ayat diatas juga dikuatkan oleh sabda Nabi SAW, yang berbunyi: “Barangsiapa yang selalu beristighfar (bertaubat) maka Allah akan memberi kelapangan dari kesulitan (kesempitan), kesenangan dari kesusahan dan Allah akan memberi rizki yang tidak terduga-duga” (HR Tur-mudzi). Kesimpulan 1. Para ulama bersepakat tentang wajibnya bertaubat (istighfar) dari dosa-dosa kecil ataupun besar. Untuk itu Islam memerintahkan agar setiap individu muslim, untuk melakukan taubat (istighfar) kepada Allah dengan sungguh-sungguh dengan cara menundukkan jiwa sambil mengharapkan ampunan dari Allah SWT. Dalam Al Quran dan Hadits banyak ditemukan perintah untuk bertaubat atau beristighfar karena keduanya mengandung makna yang lebih luas yaitu senantiasa memohon perlindungan agar berhasil mencegah diri dari perbuatan-perbuatan dosa besar maupun kecil.
168 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 162 - 169
2. Istighfar merupakan bentuk dzikir yang mempunyai keutamaan baik untuk memperoleh keutamaan dunia-wi maupun ukhrawi, untuk itu seba-gian ulama mengatakan bahwa istigh-far merupakan kunci terbukanya rizki dari langit baik bersifat material maupun
spiritual. Selain itu istighfar juga dapat memberikan kebahagiaan, menjadi perisai dari gangguan setan, menjadi penangkal dari siksaan atau adzab Allah, menghilangkan rasa susah dan sedih, serta Allah akan memberi rizki kepada orang-orang yang beristighfar.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Khayat, Hatsu’ala Mubadaroh bi Taubah, dalam Al Khutubu fi Masjidil Haram, (Thaifal Muhammadi, 1971). Abdullah M.Sadhan, 1422H, al-Hisnul al-Wafi’, Riyadh :Maktabah Malik Fahd. Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali, 1996. Mukhtasyar Diya’ Ulumuddin, (terj) Irwan Kunyawan. Bandung:Mizan. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2000. Jakarta:PT Ikhtiar baru Van Hoeve. Ibrahim al Dasuki, 1986. al Taubah Tajdid Daim lil-Hayat dalam Khutabul al Jum’ati wa al-Idain. Kairo : Dar Al Maarif Imam an-Nawawi al-Syami, 1989, al-Muntaqi al-Mukhtasyar min Kitab alAdzkar, Damascus: Daar al Qalam Lois ma’luf, 1986. al-Munjid. Bairut: Dar al Masyria. Muhammadi Fuad Abdul Baqi’, 1983. Mu’jam Mufakhrash mim alfas al-Quran. Bairut:Daar al Fikr. Yusuf Ali, 1995. The Holy Quran (terj) Ali Audah, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Taubat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Syarafuddin H.Z.)
169