TARI TOPENG ENDEL DALAM PERKEMBANGAN DAN PELESTARIAN KESENIAN KHAS TEGAL (STUDI DI KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL)
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Indri Arum Fachriya NIM 3501403033
FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI 2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Totok Rochana M.A
Drs. M. S. Mustofa M.A
NIP. 19581128 198503 1 002
NIP.19630802 198803 1 001
Mengetahui : Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Drs. M. S. Mustofa M.A NIP. 19630802 198803 1 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
:
Penguji
Dra. Elly Kismini, M.Si NIP. 19620306 198601 2 001 Anggota I
Anggota II
Drs. Totok Rochana, M.A
Drs. M. S. Mustofa, M.A
NIP. 19581128 198503 1 002
NIP. 19630802 198803 1 001
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 198003 1 003 iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
2009
Indri Arum Fachriya NIM 3501403033
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO ”Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata "Ibu", dan panggilan paling indah adalah "Ibuku". Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati” ( Kahlil Gibran). “Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.” (Khalifah Ali).
PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan do’a dan kasih sayangnya kepadaku 2. Kakak-kakak dan adikku yang selalu memberikan kasih sayang dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketiga keponakanku Alin, Raihan, Faris yang selalu menjadi penghiburku disaat penat. 4. Sahabat-sahabatku Indah, Lia, Etha dan Bendol terima kasih atas persahabatan kita selama ini. v
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tari Topeng Endel (Studi Di
Dalam Perkembangan dan Pelestarian Kesenian Khas Tegal”
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal). Skripsi ini disusun
bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi pendidikan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa berkat bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu pada kesempatan ini maka penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan studi di Program studi Sosiologi dan Antropologi. 2. Drs. Subagyo, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 3. Drs. M. S. Mustofa, M.A, selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi dan Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
vi
4. Drs. Totok Rochana M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam penulisan skripsi ini. 5. Dra. Elly Kismini, M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam skripsi ini. 6. Para seniman tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru yang telah banyak memberikan informasi. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal baik bapak dan ibu serta teman-teman dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semarang,
Penulis
vii
2009
SARI
Fachriya, Indri Arum. 2009. “Tari Topeng Endel Dalam Perkembangan dan Pelestarian Kesenian Khas Tegal” (Studi Di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal). Sarjana pendidikan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Totok Rochana M.A dan Pembimbing II Drs. M. S. Mustofa M.A. 71 h. Kata Kunci : Tari, Endel, Perkembangan, Pelestarian , Kesenian Tari topeng Endel pada mulanya menggambarkan seorang pembantu yang tugasnya untuk menghibur ratu atau raja Brawijaya dan menyambut tamu sebelum adegan cerita satu malam dimulai. Dalam gerakan tari topeng Endel menyesuaikan gaya dan tingkah laku masyarakat Tegal yang dapat dilihat dalam logat bicaranya yang keras, cepat dan kasar namun memiliki sifat yang halus. Kesenian tari topeng Endel adalah seni tari yang menggunakan properti topeng berwarna putih dengan karakter genit dan cantik, yang memiliki ciri khas tertentu dari kebudayaan Jawa Tengah khususnya kabupaten Tegal. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengapa masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal masih melestarikan kesenian tari topeng Endel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab mengapa masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal masih melestarikan kesenian tari topeng Endel. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yang masih melestarikan tari topeng Endel. Informan dalam penelitian ini adalah Seniman, Kepala bidang kebudayaan Kabupaten Tegal, Ketua Dewan Kesenian Tingkat Kecamatan Dukuhwaru, Kantor Kecamatan Dukuhwaru, Penonton. Metode Pengumpulan Data menggunakan Observasi, Wawancara,Dokumentasi Hasil penelitian menerangkan: (1) Bahwa yang menjadi sebab masyarakat Kecamatan Dukuhwaru masih melestarikan kebudayaan tradisional terutama tari topeng Endel adalah Pelaku kesenian tari topeng Endel orang Kecamatan Dukuhwaru sehigga mereka memandang penting. (2) Penontonnya adalah golongan terpelajar dan kaum laki-laki. (3) Upaya-upaya yang dilakukan para seniman adalah meningkatkan kualitas dalam penampilan, menambah instrumen, menambah wilayah pertunjukan dan lain sebagainya. (4) Faktor-faktor pendorong kesenian tradisional tari topeng Endel dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor intern antara lain adanya kreativitas, adanya semangat dan keinginan dari para penari. Sedangkan faktor ekstern dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan pihak Keluarga dari para pelaku kesenian tari topeng Endel. (5) Faktor-faktor penghambat juga dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor Intern antara lain dana, banyak peralatan yang sudah dibeli para kolektor seni, Para keluarga pewaris tari topeng Endel jarang dilibatkan dalam acara-acara kesenian. Faktor Ekstern antara lain berubahnya pola pikir masyarakat yang tidak lagi terikat dengan kesenian viii
tradisional, Ada dua daerah yaitu Kabupaten Tegal dan KODIA Tegal yang samasama mengakui tari topeng Endel dan lima tari topeng lainnya sebagai ciri khas daerahnya Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ha-hal yang menyebabkan mengapa masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal masih melestarikan kesenian tari topeng Endel karena (1) Ada kelompok masyarakat yang menganggap tari topeng Endel itu penting. (2) Terdapat kelompok masyarakat pemerhati tari topeng Endel. (3) Ada upaya-upaya untuk melestarikan dengan cara meningkatkan kualitas dalam penampilan, menambah instrumen, menambah wilayah pertunjukan dan lain sebagainya. (4) Ada dukungan dari pemerintah dengan cara sering diikutkan dalam festival-festival kesenian baik ditingkat Propinsi maupun Nasional. (5) Faktor-faktor penghambat antara lain kurangnya dana, banyak peralatan yang sudah dibeli para kolektor seni, Para keluarga pewaris tari topeng Endel jarang dilibatkan dalam acara-acara kesenian, ada dua daerah yaitu Kabupaten Tegal dan KODIA Tegal yang samasama mengakui tari topeng Endel dan lima tari topeng lainnya sebagai ciri khas daerahnya Saran untuk perkembangan dan pelestarian tari tradisional topeng Endel adalah: (1)Bagi para seniman diharapkan lebih meningkatkan kualitas penampilan dengan cara mencampurkan kesenian modern tanpa mengurangi makna tari topeng Endel, (2) bagi Pemerintah Kabupaten Tegal untuk lebih memperhatikan perkembangan dibidang kesenian dan mengambil langkah-langkah yang tepat melalui pembinaan dan pelatihan agar tercipta kondisi yang nyaman, (3) bagi generasi penerus dan masyarakat pendukung di Kecamatan Dukuhwaru hendaknya dapat melestarikan kesenian tradisional yang dimiliki.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................
iii
PERNYATAAN...............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
PRAKATA .......................................................................................................
vi
SARI.................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah.............................
4
C. Permasalahan.................................................................................
5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
6
E. Penegasan Istilah ...........................................................................
8
F. Sistematika Skripsi ........................................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Pustaka ............................................................................
11
1. Tari Tradisional.......................................................................
11
x
2. Fungsi Tari ..............................................................................
13
3. Kesenian Tradisional dan Modernisasi .................................
14
4. Minat Masyarakat Pada Kesenian Tradisional .....................
15
5. Peranan
Pemerintah
dalam
Pelestarian
Kesenian
Tradisional .............................................................................
16
6. Perubahan sosial budaya .......................................................
17
B. Kerangka Berfikir .......................................................................
21
BAB III METODE PENELITIAN A. Dasar Penelitian ..........................................................................
24
B. Subyek Penelitian .......................................................................
24
C. Lokasi Penelitian.........................................................................
25
D. Fokus Penelitian .........................................................................
26
E. Sumber Data dan Jenis Data .......................................................
27
F. Metode Pengumpulan Data .........................................................
27
G. Metode Analisis Data..................................................................
28
H. Validitas Data .............................................................................
31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...........................................................................
33
1. Gambaran umum lokasi penelitian........................................
33
2. Sejarah Kesenian Tari Topeng Endel....................................
40
3. Kesenian Tradisional Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru .............................................................................
43
4. Fungsi seni pertunjukan Tari Topeng Endel .........................
54
xi
B. Pembahasan.................................................................................
55
1. Perkembangan Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru .......................................................................... 2.
Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional Tari Topeng Endel ....................................................................................
3.
Faktor-Faktor Tradisional
Pendorong
Tari
Topeng
Pelestarian Endel
di
Faktor-Faktor Tradisional
Penghambat
Tari
Topeng
Pelestarian Endel
di
57
Kesenian Kecamatan
Dukuhwaru .......................................................................... 4.
55
62
Kesenian Kecamatan
Dukuhwaru ..........................................................................
67
BAB V PENUTUP A. Simpulan .....................................................................................
72
B. Saran ...........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
75
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Komposisi Seniman pada tiap Desa/ Kelurahan Di Kecamatan Dukuhwaru 2. Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Banyaknya Jumlah Pekerjaan Di Kecamatan Dukuhwaru. 3. Tabel 3 Komposisi Seniman menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Dukuhwaru. 4. Tabel 4 Komposisi Pendidikan Seniman pada tiap Desa/ Kelurahan Di Kecamatan Dukuhwaru.
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Sikap Pada 2. Sikap Pada dengan menggunakan sampur 3. Sikap Giyul atau egolan 4. Sikap Jeglong 5. Sikap Lontang 6. Tempat Pentas Tari Topeng Endel di lapangan terbuka 7. Mekak, Ilatan dan Epek Timang 8. Busana 9. Gebyar tari topeng Endel peringatan hari jadi ke 407 kabupaten Tegal pada tahun 2008
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Observasi. 2. Pedoman Wawancara. 3. Surat-surat Izin Penelitian. 4. Data Informan. 5. Artikel Rekor Muri Pemakaian Topeng Endel dengan Peserta Terbanyak dan Sawitri Ingin Tari Topeng Dilestarikan. 6. Peta Administrasi Kecamatan Dukuhwaru
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesenian tidak pernah lepas dari masyarakat yang merupakan perserikatan manusia. Kesenian ada berkembang dan dilestarikan melalui tradisi-tradisi sosial suatu masyarakat yang beraneka ragam tingkat kebudayaannya. Hal ini sesuai dengan falsafah Bhineka Tunggal Ika yang dianut bangsa Indonesia. Kesenian merupakan salah satu dari unsur kebudayaan universal, sehingga dapat dilihat fungsinya. Sebagai pedoman yang secara khas digunakanya dalam melakukan aktivitas keseniannya. Isi dari kesenian adalah perangkat-perangkat model yang bertindak secara selektif digunakan masyarakat pendukungnya untuk berkreasi dan berapresiasi dalam rangka memenuhi kebutuhan estetikanya, betapapun sangat sederhana tuntutan akan keindahan tersebut (Rohidi, 2000:115). Seni dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, masyarakat yang sudah menyatu dalam beberapa hal, sangat tergantung pada seni sebagai ikatan dan pemberi kekuatan serta kepuasan tertentu. Masyarakat dan seni bersumber dari hubungan antara manusia dan lingkungan. Kesenian tradisional merupakan hasil wujud budaya yang nyata dalam kehidupan. Proses penciptaan seni tradisional terjadi suatu hubungan antara subjek pencipta dengan kondisi lingkungan sosial budaya. Seni tradisional 1
2
biasanya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sosial budaya masyarakat setempat. Kekhususan dan kekhasan yang ada pada seni tradisional biasanya dapat dijadikan sebagai identitas daerah. Tiap-tiap daerah menghasilkan kesenian yang mempunyai ciri-ciri khusus dan mencerminkan sifat-sifat etnik daerah. Kekhususan yang ada pada tiap-tiap kesenian di daerah itulah yang menjadi identitas. Namun demikian kesenian yang ada di daerah yang beraneka ragam itu merupakan kebanggaan milik bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dibina, dikembangkan dan dilestarikan sesuai dengan perkembangan zaman. Seni tari yang termasuk gerak merupakan alat ekspresi ataupun sarana komunikasi. Sebagai sarana ekspresi tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekitarnya. Melalui tari dapat juga disampaikan sebuah ungkapan, pernyataan dan ekspresi dalam gerak yang memuat komentar-komentar mengenai realita kehidupan yang bisa merasuk dibenak penikmatnya setelah pertunjukan selesai (Jazuli 1994:1). Sebagai sarana komunikasi tari melalui gerak-ruang-waktu dapat menyampaikan suatu misi atau pesan-pesan tertentu untuk dapat dipahami oleh penikmatnya. Sedangkan alat untuk berkomunikasi seorang penari adalah tubuhnya. Seni tari di Indonesia berkembang dengan mengalami proses perpaduan dari berbagai unsur seni, yang masing-masing mempunyai sifat kedaerahan. Dengan adanya program pemerintah mengadakan berbagai
3
festival kesenian rakyat, festival gelar tari rakyat pada tingkat Kabupaten, Propinsi dan Nasional sangat membantu dalam upaya melestarikan kebudayaan bangsa dan tetap tidak meninggalkan unsur-unsur keasliannya. Seni tari seperti tari Lengger dari daerah Banyumas, tari Dolalak dari daerah Purworejo, tari Jathilan dari daerah Yogyakarta, tari Gandrung dari daerah Banyuwangi, tari Remo dari Jawa Timur, serta tari topeng Endel dari daerah Tegal. Di daerah kabupaten Tegal juga mempunyai berbagai kesenian rakyat dengan ciri daerah Tegal. Kesenian yang merupakan khas daerah Tegal adalah wayang gaya Tegal, Gending Tegal asli seperti Ilo-Ilo Itek, Lutung Bingung, tari topeng Endel, tari topeng Kresna, tari topeng Panji, tari topeng Klana, kuntulan, dan lain-lain. Salah satu kesenian khas Tegal yang sampai saat ini keberadaannya masing berkembang dan dapat dilihat saat ini adalah tari topeng Endel yang berada di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, ditarikan oleh para penari wanita dengan gayanya yang lincah, genit dan gendhil. Tari topeng Endel juga memiliki kekhasan lain yang tidak dimiliki oleh jenis tarian lain, seperti iringan musiknya menggunakan gending Tegalan dan ragam gerak khas seperti giyul dan jeglong yang ada pada tari topeng Tegal. Tari topeng Endel ini menggambarkan seorang pembantu yang tugasnya untuk menghibur ratu atau raja Brawijaya dan menyambut tamu sebelum adegan cerita satu malam dimulai. Tari topeng Endel adalah jenis tari tunggal, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ditarikan berpasangan atau
4
secara massal. Dalam gerakan tari topeng Endel menyesuaikan gaya dan tingkah laku masyarakat Tegal yang dapat dilihat dalam logat bicaranya yang keras, cepat dan kasar namun memiliki sifat yang halus. Kesenian tari topeng Endel seni tari yang menggunakan properti topeng yang berwarna putih dengan karakter genit dan cantik, yang memiliki ciri khas tertentu dari kebudayaan Jawa Tengah khususnya kabupaten Tegal. Untuk perkembangan dan pelestarian kesenian daerah maka pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten Tegal, mengadakan sarasehan dan usaha meningkatkan seni daerah sebagai kesenian khas kabupaten Tegal yang diikuti oleh semua seniman dan para pencinta seni dengan harapan dapat membangkitkan kembali kesadaran masyarakat untuk mencintai dan melestarikan kesenian tersebut. Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian kesenian daerah Tegal supaya tetap utuh maka setiap tahun diadakan pembinaan karawitan khas Tegal dan lomba-lomba tari khas Tegal, khususnya tari topeng Endel yang dibiayai oleh Dinas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat II. Dengan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai “Tari Topeng Endel Dalam Perkembangan dan Pelestarian Kesenian Khas Tegal” (Studi Di Kabupaten Tegal).
Kecamatan Dukuhwaru
5
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas dalam penelitian ini ingin mengetahui berbagai masalah yang ada dalam kesenian tari topeng Endel khususnya kesenian tari topeng Endel dalam perkembangan dan pelestarian khas Tegal. Untuk memperjelas bahasan penelitian maka perlu dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk penyajian pertunjukan kesenian tradisional tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 2. Mengapa kesenian tradisional tari topeng Endel dapat berkembang di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 3. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pertunjukan kesenian tradisional tari topeng Endel? 4. Bagaimana cara seniman dalam mempertahankan kesenian tari topeng Endel agar tetap diminati oleh masyarakat? 5. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung pelestarian kesenian tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 6. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelestarian kesenian tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 7. Mengapa kesenian tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal perlu dilestarikan? 8. Bagaimanakah pemerintah Kabupaten Tegal dalam memberikan dukungan atau perhatian pada pengembangan dan pelestarian kesenian tari topeng Endel?
6
C. Permasalahan Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
yang
menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal masih melestarikan kesenian tari topeng Endel. Berdasarkan masalah tersebut dapat dirinci menjadi pertanyaan penelitian berikut : 1.
Siapa para pelaku seni tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
2.
Kelompok masyarakat mana yang mendukung kesenian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
3.
Upaya-upaya apa yang menyebabkan tari tradisional topeng Endel dapat dilestarikan di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
4.
Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong dilakukan pelestarian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
5.
Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelestarian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal masih melestarikan kesenian tari topeng Endel yang lebih di rinci lagi sebagai berikut :
7
a.
Untuk mengetahui para pelaku seni tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
b.
Untuk mengetahui kelompok masyarakat yang mendukung kesenian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
c.
Untuk mengetahui upaya-upaya yang menyebabkan tari tradisional topeng Endel dapat dilestarikan di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal
d.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong pelestarian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
e.
Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pelestarian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tersebut dapat terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. a. Manfaat Teoritis Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu antropologi tari terutama tentang tari topeng Endel sebagai salah satu kesenian tradisional khas Tegal. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Pengelola tari topeng Endel Dapat digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan mutu dan kemampuan dalam penguasaan materi tari topeng Endel
8
sehingga keberadaannya akan lebih diakui dan dikenal oleh masyarakat kabupaten Tegal dan masyarakat luas pada umumnya. 2) Bagi Masyarakat Dapat memberikan keterangan pada generasi muda sebagai penerus kelangsungan tari topeng Endel yang merupakan kekayaan daerah Kabupaten Tegal di bidang kesenian. 3) Bagi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Bagi dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Tegal hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wacana yang dapat dimasukkan sebagai bahan dokumentasi dalam memperkaya khasanah budaya daerah maupun nasional.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul skripsi, maka dipaparkan penegasan istilah atau batasan operasional sebagai berikut: 1. Kesenian Seni adalah salah satu hasil upaya budi manusia yang menumbuhkan keindahan (Bastomi 1988:1). Manusia didalam usahanya untuk menuju kearah penyempurnaan hidupnya memiliki dorongan dan keinginan untuk memperindah diri, memperindah benda-benda yang dimilikinya serta alam sekitarnya. Manusia dalam melakukan penyempurnaan dalam hidupnya untuk
menata
suatu
keinginan-keinginan,
perasaan-perasaan
dan
9
pemikiran- pemikirannya terwujud dalam bentuk bahasa, mitos, agama dan kesenian. 2. Tari Topeng Endel Tari topeng Endel adalah tari tradisional topeng khas daerah Tegal yang menceritakan seorang pembantu perempuan dengan gayanya yang lincah, genit, ladak dan ganjen. Pada zaman Majapahit tari topeng Endel dipertontonkan dan dipersembahkan kepada raja Brawijaya atau ratu pada saat beranjangsana ke daerah Tegal. Properti yang digunakan adalah topeng berwarna putih. 3. Pelestarian Pelestarian berasal dari kata dasar lestari yang mendapat imbuhan per-an. Pelestarian yang dimaksud dalam penelitan ini adalah perlindungan terhadap tari topeng Endel dari kemusnahan akibat tidak adanya generasi muda yang mau mempelajari tari topeng Endel, sehingga kelestariannya tetap perlu dijaga.
F. Sistematika Skripsi Sebagaimana sebuah laporan ilmiah, maka skripsi ini memiliki sistematika yang disebut sistematika skripsi. Tujuan dipergunakan sistematika yaitu memudahkan peneliti menyusun laporan yang sistematis sehingga diperoleh deskripsi yang jelas dan mendetail mengenai skripsi. Sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian awal skripsi yang berisi : (1) Judul skripsi, (2) Abstraksi, (3)
10
Pengesahan, (4) Motto dan persembahan, (5) Kata pengantar, (6) Daftar isi, (7) Daftar foto, (8) Daftar lampiran. 2. Bagian isi skripsi terdiri atas lima BAB, yaitu : BAB I
:
Pendahuluan
permasalahan,
yang tujuan
terdiri penelitian,
atas
latar
belakang,
manfaat
penelitian,
penegasan istilah dan sistematika skripsi. BAB II
: Kajian pustaka dan Kerangka berpikir
BAB III
: Metodologi penelitian menguraikan tentang pendekatan penelitian, subyek penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data dan analisis data
BAB IV
: Hasil penelitian dan pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasannya.
BAB V
: Penutup, mengemukakan simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.
3. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Pustaka 1. Tari Tradisional Seni tari merupakan salah satu cabang seni yang paling tua dan mungkin dapat juga dikatakan bahwa tari bisa disebut lebih tua dari pada seni itu sendiri (Royce 2007:2). Konsep dasar tari adalah gerak ritmis yang dilakukan untuk suatu maksud yang melewati kegunaanya (Royce 2007:4). Jadi dengan adanya konsep tersebut dapat menandakan bahwa kegiatan tari berbeda dengan kegiatan atau aktivitas manusia lainnya. Masunah dan Narawati (2003:153-154) berpendapat bahwa di Jawa (Jawa Tengah) sampai pada tahun 1945 boleh dikatakan ada kategori seni pertunjukan, yaitu seni pertunjukan istana dan seni pertunjukan rakyat. Namun sebagai adanya dampak dari tatanan politik yang berbentuk kerajaan serta hadirnya masyarakat urban di Jawa, maka sejak tahun 1895 terdapat tiga kategori pertunjukan, yaitu: (1) seni pertunjukan istana, yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan istana dan bangsawan; (2) seni pertunjukan rakyat, yang mampu menghibur masyarakat pedesaan yang sederhana; serta (3) seni pertunjukan komersial (profesional), khususnya bagi masyarakat urban yang bisa menikmatinya kapan saja asal bisa membeli karcis. Soedarsono dalam Harmonia (2001:59) mengkategorikan tari daerah di Indonesia menjadi tari klasik dan tari rakyat. Tari klasik yaitu tari yang 11
12
berasal dan berkembang di kraton sedangkan tari rakyat berasal dan berkembang dari kalangan rakyat biasa yang mempunyai bentuk sederhana pada elemen pertunjukannya. Sedyawati (2000:110) menggambarkan tari tradisional klasik sebagai berikut : a. Telah
mengalami
pengolahan
dan
penggarapan
gerak
secara
terkembang, dimana keindahan disalurkan melalui pola-pola yang telah ditentukan. b. Dalam kategori ini gerak telah dikembangkan secara sengaja melampaui kebutuhan minimal yang diperlukan oleh konteksnya artinya gerak ini dianggap sebagai seni yang mempunyai ukuran-ukurannya sendiri. c. Suatu ciri dari kategori tari tradisional klasik adalah bahwa ukuranukuran keindahannya telah terbukti melampui batas-batas daerah. Tari tradisional kerakyatan adalah jenis tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat. Ciri-ciri tradisional kerakyatan yang digambarkan oleh Sedyawati (2000:110-111) adalah sebagai tradisional folklorik yaitu : a. Tari-tari dimana perwujudan gerak sangat berkaitan dengan konteksnya peristiwa yang menjadi rangkanya, dengan tema yang ditetapkan sesuai dengan peristiwa. b. Perbendaharaan geraknya terbatas sekedar cukup untuk memberikan aksen kepada peristiwa-peristiwa dimana menjadi alasan dari eksistensi tari tersebut.
13
c. Penghayatan tari-tari tradisional folklorik terbatas pada wilayah adat yang mendasari. Berdasarkan beberapa uraian di atas jelas bahwa tradisi, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan adalah bagian yang sangat penting dari kebudayaan. 2. Fungsi Tari Donald.
R.
Brown
dalam
Eny
Kusumastuti
(1994:25-26)
mengemukakan bahwa fungsi tari ada dua yaitu : a.
Fungsi latent adalah fungsi yang tidak diketahui atau disadari masyarakat pendukungnya. Fungsi latent dibagi lagi menjadi tiga yaitu: 1) fungsi sebagai sarana untuk melestarikan norma-norma yang berlaku dalam suatu ikatan kekerabatan. 2) fungsi pendidikan, misalnya pendidikan mengenai keluwesan seorang perempuan dan kepahlawanan seorang pria. 3) fungsi sebagai arena yang menyediakan tempat dan kesempatan pergaulan antara anggota yang mempunyai kesamaan minat.
b.
Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari dan diketahui oleh
masyarakat pendukungnya. Fungsi ini terbagi menjadi tiga yaitu: 1) fungsi hiburan bagi si penari maupun penonton. 2) fungsi sebagai penyalur hobi. 3) fungsi sebagai untuk mencari nafkah si pelaku seni. Menurut Jazuli (1994:43) ada empat fungsi tari adalah untuk kepentingan upacara, untuk hiburan, sebagai seni pertunjukan, dan media pendidikan.
14
3. Kesenian Tradisional dan Modernisasi Kesenian tradisional merupakan seni yang telah mengalami perjalan waktu cukup lama yang selalu bertumpu pada pola-pola yang sudah ada. Seni merupakan salah satu aktivitas yang dalam pengungkapannya penuh dengan tindakan-tindakan simbolis, hal itu disebabkan karena tidak semua tindakan dan pergaulan manusia sehari-hari dapat diungkapkan secara benar (Bastomi 1995:89). Kesenian tradisional merupakan salah satu produk budaya yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat yang kemudian menjadi salah satu ciri khas atau identitas daerah. Manusia dalam kehidupanya memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya. Salah satunya adalah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa keindahan yang tumbuh dalam setiap diri manusia, sedangkan media yang digunakan adalah kesenian. Didalam wadah kesenian, manusia dapat mengungkapkan perasaan estetikanya, baik dalam bentuk
lagu,
gerak
maupun
lainnya.
Seperti
diungkapkan
oleh
Koentjaraningrat (1990:110-111) bahwa dalam diri manusia memiliki paling sedikit tujuh macam dorongan naluri. Salah satunya adalah dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. Beberapa ahli berpendapat bahwa dorongan naluri keindahan ini merupakan landasan dari suatu unsur penting dalam kebudayaan manusia yaitu kesenian. Menurut Koentjaraningrat dalam Bastomi (1988:56) persoalan
15
modernisasi dalam hubungannya dengan tradisi berdasarkan pengamatannya secara cermat terhadap kehidupan sehari-hari serta interaksi antar manusia dalam masyarakat pedesaan maupun perkotaan di Jawa memberi kesan bahwa orang Jawa memang sedang bergerak dengan laju dan cepat ke dalam arus peradaban dunia masa kini. 4. Minat Masyarakat Pada Kesenian Tradisional Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Masyarakat merupakan pemelihara, pendukung, pengembang dan mewariskan kebudayaan kepada generasi-generasi berikutnya. Pendukung dari kebudayaan adalah manusia itu sendiri sekalipun manusia itu mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan kepada keturunannya baik secara vertikal atau kepada anak cucu mereka maupun secara horisontal atau manusia yang bersatu dapat belajar dengan manusia yang lain melalui berbagai pengalamannya (Poerwanto 2000: 87-88). Minat masyarakat pada kesenian tradisional sangat minim terutama generasi-generasi muda lebih suka menonton kesenian modern (film, drama, konser musik) dari pada menonton kesenian tradisional (tari-tari tradisional, wayang), sedangkan generasi tua sebaliknya lebih suka menonton kesenian tradisional dari pada kesenian modern. Menurut Bastomi (1988:66-68) bahwa apresiasi kesenian masyarakat berdasarkan responden di Magelang, Surakarta dan Semarang, yaitu antara seniman, sarjana dan masyarakat terdidik lainnya. Satu hal yang menarik perhatian bahwa jumlah skor
16
kelompok seniman lebih kecil dari pada skor kelompok sarjana dan jumlah skor sarjana lebih kecil dari pada skor kelompok masyarakat terdidik lainnya. Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab bahwa apresiasi para seniman paling rendah adalah : a.
Seniman memandang bahwa kesenian tradisional bukan sebagai hal yang istimewa, tetapi sesuatu yang telah biasa.
b.
Seniman tidak mempedulikan tradisi atau bukan tradisi, seniman tidak suka banyak berteori, dan tidak mau berfikir apa itu modern.
c.
Seniman adalah manusia pembaharu, seniman selalu menampilkan yang terbaru, menghindar dari sifat foto copy. Kemungkinan yang lain karena pandangan seniman telah bergeser ke arah seni modern karena seniman adalah kelompok masyarakat yang peka terhadap pengaruh-pengaruh modern atau kesenian baru.
5. Peranan Pemerintah dalam Pelestarian Kesenian Tradisional a. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal setiap minggunya mengadakan sarasehan kesenian di pendopo Kabupaten Tegal. Sarasehan kesenian merupakan musyawarah dan wadah bagi
para seniman untuk
menyampaikan saran, kritik dan uneg-uneg untuk melestarikan kesenian tradisional di Kabupaten Tegal. Selain itu juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal setiap tahunnya mengadakan festival kesenian. Festival kesenian merupakan usaha pembinaan yang dilakukan
17
oleh pemerintah daerah Kabupaten Tegal dalam membina kesenian tradisional yang diikuti oleh 18 kecamatan.
b. Dari Kecamatan Dukuhwaru Di Kecamatan Dukuhwaru terdapat Dewan Kesenian tingkat Kecamatan, Dewan Kesenian mempunyai fungsi untuk melestarikan seni budaya khususnya budaya daerah yang berada di Kabupaten Tegal yang semuanya diwadahi dalam satu tempat yaitu Dewan Kesenian Daerah (DKD). 6. Perubahan sosial budaya Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990: 309-310). William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
18
terjadi
dalam
struktur
dan
fungsi
masyarakat
(http://www.g-
excess.com/id/pages/perubahan%11sosial.html). Menurut
Haviland
(1985:333-340)
karakteristik-karakteristik
kebudayaan ada tiga yaitu kebudayaan adalah milik bersama, kebudayaan adalah hasil belajar, kebudayaan didasarkan pada lambang. Kebudayaan adalah milik bersama yang berupa cita-cita, nilai, dan norma-norma perilaku, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat; kebudayaan adalah sebutan persamaan (common denominator) yang menyebabkan perbuatan
para individu dapat dipahami oleh kelompoknya. Karena
memiliki kebudayaan yang sama, orang yang satu dapat meramalkan perbuatan orang yang lain dalam situasi tertentu, dan mengambil tindakan yang sesuai. Kebudayaan adalah hasil belajar dan bukan warisan biologis. Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain disebut enkulturasi. Kebudayaan didasarkan pada lambang kemudian kebudayaan diteruskan melalui sebuah komunikasi, gagasan, emosi, dan keinginan yang diekspresikan melalui bahasa. Kebudayaan berkembang secara akumulatif dan semakin lama bertambah banyak serta kompleks. Agar suatu kebudayaan dapat merespon berbagai masalah kelangsungan hidup makhluk manusia dan tetap dipelajari oleh generasi berikutnya, serta tetap lestari, maka suatu kebudayaan harus mampu mengembangkan berbagai sarana yang dapat diandalkan untuk
19
memenuhi kebutuhan pokok para individu (Poerwanto, 2005:89). Semua kebudayaan pasti mengalami perubahan sebagai akibat masuknya orang luar atau karena nilai-nilai di dalam kebudayaan tersebut telah mengalami modifikasi. Akibat lain yang tidak terduga berupa digerogoti seluruh struktur masyarakat. (Haviland 1985:351). Haviland (1985:253) juga berpendapat bahwa perubahan kebudayaan dapat berjalan lamban, memakan waktu lama, atau dapat cepat, memakan waktu yang relatif singkat. Proses-proses atau mekanisme yang terlibat dalam perubahan kebudayaan itu adalah penemuan baru (invention), difusi, hilangnya unsur kebudayaan, dan akulturasi. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. (http://id.wikipedia.org/wiki/budaya) Perubahan sosial budaya yang dapat timbul akibat terjadinya perubahan lingkungan masyarakat. Penemuan baru dan kontak dengan kebudayaan lain. Selain itu proses masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, yang sering disebut juga dengan penetrasi kebudayaan. Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
20
a. Penetrasi damai (penetration pasifique) Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
b. Penetrasi kekerasan (penetration violante) Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangangoncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Perubahan yang terjadi pada tari topeng Endel adalah perubahan berdasarkan gerak, cara penggunan tari dalam masyarakat mengapa mau
21
mempertujukkannya. Seperti yang diungkapkan Kaeppler dalam Royce (2007:112) perubahan mungkin terjadi dalam tari itu sendiri dan perubahannya mungkin melibatkan gerak dan keseluruhan struktur tarinya atau bentuk tarinya. Perubahan juga bisa terjadi dalam cara penggunaan tari oleh masyarakatnya serta alasan untuk mempertunjukkannya atau fungsi dari tari itu.
B. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir atau kerangka konseptual merupakan dimensidimensi kajian, faktor-faktor kunci, dan hubungan antara dimensi-dimensi yang disusun dalam bentuk narasi atau grafik. Dengan kerangka berfikir ini diharapkan dapat memberikan gambaran faktor-faktor kunci yang nantinya akan dibahas dalam penelitian. Faktorfaktor kunci tersebut mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini menggunakan kerangka berfikir sebagai berikut :
22
Bagan Kerangka Berfikir Masyarakat
Perubahan sosial budaya
Kesenian tari topeng Endel
Seniman
Masyarakat pendukung
Pemerintah
Perkembangan dan Pelestarian tari topeng Endel Kerangka di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: Penelitian ini diawali dengan pemikiran adanya suatu masyarakat yang menghasilkan suatu kebudayaan. Masyarakat adalah sekumpulan dari individu yang hidup bersama, dalam waktu yang lama yang menghasilkan suatu kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil ciptaan dari manusia atau hasil karya dari masyarakat. Adapun peran kebudayaan tidak hanya berlaku untuk satu generasi atau generasi tertentu saja tetapi diwariskan secara turun-temurun
23
Kesenian yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat sesuai dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan. Kesenian tari Topeng Endel masih mampu bertahan di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal dibandingkan dengan kesenian tradisional lainnya yang sudah sulit ditemui pada saat ini seperti kesenian kuntulan, sintren, kuda lumping. Hal ini terlihat dari adanya penggunaan kesenian tari topeng Endel untuk menyambut
tamu-tamu
penting
atau
pejabat-pejabat
yang
sedang
berkunjung, perayaan hari ulang tahun kemerdekaan negara RI, dan wajib diajarkan pada anak- anak SD di Kabupaten Tegal. Kesenian tari topeng Endel akan tetap ada tentunya akan berhubungan antara seniman, masyarakat, pemerintah dan kesenian lainnya. Sehingga perlu ditanyakan pula mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang
dalam
kehidupan
masyarakat
Kecamatan
Dukuhwaru,
Kabupaten Tegal. Setelah diketahui mengapa suatu kesenian disuatu tempat dapat berkembang dan bertahan sedangkan ditempat lain tidak dapat bertahan, dan mengapa kesenian tradisional yang satu bisa tetap berkembang dan bertahan sedangkan yang lainnya tidak. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana tari topeng Endel dalam perkembangan dan pelestarian kesenian khas Tegal dalam rangka untuk mempertahankan dan memajukan kesenian tradisional yang dimiliki masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru,
Kabupaten
Tegal.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian Dalam
penelitian
mengenai
“
Tari
Topeng
Endel
dalam
Perkembangan dan Pelestarian Kesenian Khas Tegal (Studi Di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal)” merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berdasarkan kenyataan di lapangan yaitu berdasarkan kenyataan yang terjadi pada kesenian tari topeng Endel yang berada di Kecamatan Dukuhwaru. Berdasarkan realita yang ada di lapangan atas apa yang dialami, dirasakan dan digambarkan informan yang pada akhirnya dicari rujukan teorinya.
B. Subyek Penelitian Subyek penelitian merupakan keseluruhan badan atau elemen yag akan diteliti. Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal merupakan masyarakat yang masih melestarikan tari-tari tradisional terutama tari topeng Endel. Disini peneliti tidak mewawancarai seluruhnya tetapi hanya menggali informasi kepada beberapa warga untuk mengetahui tari topeng Endel. 24
25
Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 1. Seniman Seniman merupakan informan kunci dalam penelitian ini, seniman mengetahui mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, mengetahui juga tentang perkembangan dan pelestarian kesenian Khas Tegal. 2. Kepala bidang kebudayaan Kabupaten Tegal Kepala bidang kebudayaan mengetahui mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru. 3. Ketua Dewan Kesenian Tingkat Kecamatan Dukuhwaru Ketua dewan kesenian tingkat kecamatan Dukuhwaru mengetahui mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru. 4. Kantor Kecamatan Dukuhwaru Kantor kecamatan Dukuhwaru mengetahui mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru. 5. Penonton Penonton mengapa mau menonton pertunjukan tari topeng Endel.
C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian menunjukkan tempat di mana penelitian dilakukan.
26
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Peneliti memilih lokasi penelitian tersebut adalah 1. Merupakan tempat awal adanya tari topeng Endel dan tempat pewaris aslinya tingggal. 2. Kecamatan Dukuhwaru merupakan tempat yang masih melestarikan tari topeng Endel. 3. Tempat Kecamatan Dukuhwaru sangat jauh letaknya dari pusat Kabupaten Tegal sehingga dikhawatirkan akan hilang karena kurangnya generasi muda yang mau mempelajari tari topeng Endel
mereka lebih tertarik
dengan kesenian modern.
D. Fokus Penelitian Melihat banyaknya masyarakat yang kurang mengetahui adanya keberadaan tari topeng Endel maka peneliti menetapkan fokus penelitian pada masyarakat Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Berpedoman pada konsep diatas maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengapa masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal masih melestarikan kesenian tari topeng Endel yang lebih difokuskan lagi sebagai berikut 1) Siapa para pelaku seni tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. 2) Kelompok masyarakat mana yang mendukung kesenian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
27
3) Upaya-upaya apa yang menyebabkan tari tradisional topeng Endel dapat dilestarikan di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. 4) Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong pelestarian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. 5) Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelestarian tari tradisional topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
E. Sumber Data dan Jenis Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer merupakan data yang terutama diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data yang bersumber dari informasi dan keterangan langsung dari seniman tari topeng Endel yang mengembangkan dan melestarikan kesenian khas Tegal. 2. Data Sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, dalam hal ini buku-buku hasil penelitian, dokumen, dan sumber lain yang relevan dalam penelitian ini.
F. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dilakukan pada beberapa tempat, peneliti melakukan penelitian 23 Februari sampai dengan 31 Maret 2009 dan telah melakukan observasi. Observasi yang dilakukan pada beberapa tempat dan kegiatan yang diamati antara lain kegiatan pertunjukan tari topeng Endel.
28
2. Wawancara Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada para seniman tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru yang biasa menari berjumlah 4 (empat) orang dan pengrawit tari topeng Endel 3 (tiga) orang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam atau bertanya secara langsung kepada informan untuk memperoleh keterangan yang lebih rinci dan mendalam mengenai perkembangan dan pelestarian tari topeng Endel. 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang sebelumnya dan sebagai bukti dari adanya suatu penelitian di daerah yang diteliti. Dokumen-dokumen tersebut adalah foto pertunjukan tari topeng Endel, arsip-arsip mengenai letak geografis, mata pencaharian, daftar jumlah penduduk di Kecamatan Dukuhwaru.
G. Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif model interaktif. Analisis data kualitatif secara interaktif adalah suatu analisis terhadap data yang muncul berwujud katakata dan bukan rangkaian kata-kata. Analisis yang digunakan terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara berurutan yaitu :
29
1. Reduksi Data. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ’kasar’ yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga memudahkan penarikan simpulan. Dalam penelitian
ini
setelah
data
yang
diambil,
diseleksi
kemudian
dikelompokkan sesuai dengan fokus penelitian tentang mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan penggolongan dan membuat ringkasan singkat yang berkaitan dengan tempat atau latar tempat pertunjukan tari topeng Endel, waktu pelaksanaan, aktivitas atau gerakan tari, jumlah penari dan pengrawit, sejarah tari topeng Endel dan lain sebagainya. Kemudian penyatuan dan penyederhanaan dari semua data yang telah diperoleh. 2. Penyajian Data. Dalam penyajian data peneliti harus menyajikan data atau memberikan sekumpulan informasi yang tersusun secara rapi sehingga dapat menarik suatu kesimpulan. Data yang disajikan harus sesuai dengan apa yang diteliti maksudnya adalah penelitian dibatasi hanya pada
30
mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Data yang diperoleh peneliti antara lain perkembangan tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Data keadaan geografis dan lingkungan juga telah Kecamatan Dukuhwaru diperoleh peneliti, dan data ini dapat membantu untuk mengetahui seluk-beluk Kecamatan Dukuhwaru. 3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya. Pada proses ini peneliti melakukan upaya untuk mencari atau memahami makna dari data yang disimpulkan. Penarikan kesimpulan berasal dari data-data yang telah diungkapkan dalam hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan fokus permasalahan. Kemudian diverifikasi dengan melihat dan mempertanyakan kembali data atau catatan lapangan sehingga diperoleh pemahaman yang tepat, dengan tujuan agar data yang diperoleh dan penafsiran data memiliki validitas. Kesimpulan dari datadata yang terkumpul dijadikan bahan untuk pembahasan tentang mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Setelah itu proses menyeleksi data, dalam hal ini dilakukan
31
penyederhanaan keterangan yang ada dari data yang disederhanakan kemudian dikelompokan secara terpisah antara bagaimana seniman dalam mempertahankan kesenian tari tradisional topeng Endel dan bagaimana pandangan masyarakat tentang kesenian tari tradisional topeng Endel. Setelah proses pengelompokkan, data disajikan secara rapi dan tersusun sistematis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Untuk menarik kesimpulan data yang sudah tersusun rapi dan sistematis disajikan dalam bentuk kalimat yang difokuskan mengapa kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. H. Validitas Data Validitas data sangat mendukung dan menentukan hasil akhir suatu penelitian. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data. Untuk menjamin validitas data temuan yang diperoleh, peneliti melakukan upaya, yaitu menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi merupakan teknik pemeriksanaan data yang dimanfaatkan di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data itu. Teknik yang dipakai adalah Triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
32
Data-data yang diperoleh dari informan pendukung melalui metode wawancara yang dibandingkan dengan hasil pengamatan terhadap kehidupan sosial subjek penelitian sehingga peneliti dapat menyimpulkan data yang valid dan relevan yang berkaitan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini. Penulis menemukan bahwa antara hasil pengamatan dengan hasil wawancara sangat relevan. Contohnya peneliti melakukan pengamatan di tempat pertunjukan tari topeng Endel yang ditarikan oleh para penari, dimana dalam pengamatan tersebut dapat terlihat ada empat gerakan yang menjadi ciri khas tari topeng Endel yaitu Sikap Pada, Giyul ( egolan ), Jeglong, Lontang. 2. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat mengukur apakah data hasil penelitian sudah valid atau belum. Apakah sudah relevan dengan topik permasalahan penelitian, sehingga hasil yang didapatkan peneliti sudah yakin untuk memasukkan data yang benar-benar valid untuk menjawab berbagai permasalahan dalam penelitian ini. Dalam hal ini hasil wawancara yang relevan dengan dokumen yang berkaitan, contohnya peneliti menanyakan perkembangan tari topeng Endel di kecamatan Dukuhwaru dari periode awal hingga periode sekarang yang mengalami peningkatan dan penurunan baik dari segi jumlah penonton maupun para penarinya yang mulai berkurang, hal ini ternyata sesuai dengan data dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Kabupaten
Tegal.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian a. Kondisi Geografis 1) Letak dan Keadaan Alam Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan yang salah satunya adalah kecamatan Dukuhwaru yang terletak didataran rendah pada ketinggian 40 meter dari permukaan laut. Kecamatan Dukuhwaru secara geografis mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Adiwerna, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Slawi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lebaksiu, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jatibarang (Kabupaten Brebes). Kecamatan Dukuhwaru terletak pada jalur lintas Slawi-Kabupaten Brebes yang merupakan jalan alternatif. Kecamatan Dukuhwaru terdiri dari 10 Desa yaitu Desa Slarang Lor, Selapura, Blubuk, Bulak Pacing, Dukuhwaru, Gumayun, Sindang, Kalisoka, Pedagangan, Kabunan. Luas wilayah Kecamatan Dukuhwaru adalah 2630,13 Ha yang terdiri dari daratan 781,80 Ha dan sawah 1848,40 Ha. Kecamatan Dukuhwaru mempunyai potensi pertanian tanaman Padi dan Jagung serta peternakan ayam potong. 33
34
2) Kependudukan Jumlah penduduk di Kecamatan Dukuhwaru pada tahun 2007 sebanyak 62.816 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk Laki-laki 31.290 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 31.526 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun 2007 adalah 2424 jiwa/km2 dan jumlah rumah tangga sebanyak 16.762 KK. Jumlah penonton dan seniman paling banyak pada usia 9 - 48 tahun merupakan usia yang masih produktif untuk berkesenian, pada usia tersebut banyak memiliki waktu luang untuk berlatih dan menonton pertunjukan tari topeng Endel. Masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru yang menikmati kesenian tari topeng Endel adalah laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin juga dapat mendukung antara seniman dengan penonton misalnya seperti yang dikemukakan oleh Santoso seorang laki-laki yang menonton kesenian tari topeng Endel yang diantaranya dikarenakan pemainnya cantik-cantik. Hal ini dikemukakan oleh Santoso sebagai berikut ”Endel walaupun mukanya tertutup topeng tetep orangnya cantik.”(wawancara, 18 Mei 2009). Masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru yang menikmati kesenian tari topeng Endel menurut ibu Purwanti adalah Ini menurut pendapat saya, itu sebetulnya sebagian masih mendukung dan sebagian besar lagi sudah berkurang peminatnya alasannya karena banyak acara hiburan yang sudah menggunakan teknologi yang canggih sehingga kesenian tradisional banyak yang sudah berkurang sedikit demi sedikit....rata-rata kalau dari segi umur istilahnya dari yang anak-anak sampai yang tua juga ada, tergantung dari orang tersebut suka apa tidak. Tapi pada dasarnya kalau para remaja tidak suka melihat. Paling anak kecil
35
dan orang tua sedangkan para remaja jarang yang suka (wawancara, 1 Maret 2009).
Tabel 1. Komposisi Seniman pada tiap Desa/ Kelurahan di Kecamatan Dukuhwaru No Desa/ Kelurahan Jumlah Seniman Penari
Pengrawit
1
Slarang Lor
2
-
2
Selapura
1
-
3
Blubuk
-
-
4
Dukuhwaru
-
-
5
Gumayun
-
1
6
Kabunan
-
1
7
Pedagangan
1
1
8
Kalisoka
-
-
9
Sindang
-
-
10
Bulakpacing
-
-
Jumlah
4
3
Sumber : Hasil Penelitian tanggal 23 Februari sampai dengan 31 Maret 2009 Desa Slarang Lor merupakan tempat tinggal dari pewaris tari topeng Endel sehingga jumlah penarinya terbanyak yaitu dua orang penari. Di desa Pedagangan terdapat dua orang seniman yaitu pengrawit dan penari. Seniman tari topeng Endel rata-rata bermata pencaharian sebagai pedagang dua orang, PNS tiga orang, dan wiraswata dua orang. Bagi
36
sebagian besar seniman berpendapat bahwa pekerjaan sebagai seniman tari topeng Endel dianggap sebagai hobby atau kesenangan dan pekerjaan sampingan untuk penghasilan tambahan. b. Latar belakang sosial budaya 1) Mata Pencaharian Masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Banyaknya Jumlah Pekerjaan Di Kecamatan Dukuhwaru. No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1
Petani
2000
18,83
2
Buruh tani
1988
18,71
3
Buruh bangunan
1900
17,89
4
Pedagang
1500
14,12
5
Wiraswasta
1308
12,31
6
PNS
1254
11,81
7
Supir
150
1,41
8
Pengrajin
148
1,39
9
Tukang kayu
123
1,16
10
Penjahit
100
0,94
11
TNI/POLRI
45
0,42
12
Pensiunan
31
0,29
13
Montir
30
0,28
37
14
Tukang batu
25
0,24
15
Buruh industri
20
0,19
10622
100,00
Jumlah
Sumber : Kecamatan Dukuhwaru Dalam Angka 2007
No
Tabel 3. Komposisi Seniman menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Dukuhwaru Pekerjaan Seniman Penari
Pengrawit
1
PNS
3
-
2
Wiraswasta
-
2
3
Pedagang
2
-
5
2
Jumlah
Sumber : Hasil Penelitian tanggal 23 Februari sampai dengan 31 Maret 2009 Kecamatan Dukuhwaru merupakan Kecamatan yang cukup ramai karena dekat dengan lembaga-lembaga pendidikan, pembangunan prasarana yang memadai, sarana transportasi yang mudah dengan menggunakan becak, andong atau dokar, dan Angkudes sehingga memudahkan dalam berkembangnya perekonomian masyarakat. Kondisi masyarakatnya cukup makmur, dapat dilihat dari rumah-rumah mereka yang sebagian sudah permanen dan berdinding tembok. 2) Pendidikan Pada tahun 2007 di kecamatan Dukuhwaru terdapat sarana penunjang pendidikan antara lain Play group 1, TK swasta 6, SD Negeri 35, SLTP Negeri 2 dan swasta 1, SMU/SMK Negeri 1 dan swasta 3,
38
Akademi/Universitas swasta 2 dan 1 Sanggar tari. Tabel 4. Komposisi Pendidikan Seniman pada tiap Desa/ Kelurahan Di Kecamatan Dukuhwaru. No Desa/ Kelurahan Tingkat Pendidikan Seniman SD
SLTP
SLTA/
Pergurua
SMK
n Tinggi
1
Slarang Lor
1
1
-
-
2
Selapura
-
-
-
1
3
Blubuk
-
-
-
-
4
Dukuhwaru
-
-
-
-
5
Gumayun
-
1
-
-
6
Kabunan
-
-
-
1
7
Pedagangan
-
-
-
2
8
Kalisoka
-
-
-
-
9
Sindang
-
-
-
-
10
Bulakpacing
-
-
-
-
Jumlah
1
2
-
4
Sumber : Hasil Penelitian tanggal 23 Februari sampai dengan 31 Maret 2009 Pendidikan para seniman di Kecamatan Dukuhwaru sudah cukup tinggi hal ini dapat dilihat dari tabel diatas jumlah seniman yang tamatan perguruan tinggi ada empat orang. Sedangkan lainnya cuma berjenjang pendidikna SD satu orang dan dua orang hanya tamatan SLTP saja. Setiap SD sampai dengan SMU/SMK di Kabupaten Tegal minimal
39
ada satu orang siswa yang bisa menari topeng Endel, kecuali di Kecamatan Dukuhwaru yang mengharuskan minimal ada lima orang siswa yang bisa menari topeng Endel disetiap sekolahnya. Pada usia-usia sekolah merupakan usia yang masih banyak bermain dan belum bisa menentukan pilihan untuk jadi seniman. Sedangkan pendidikan para seniman mulai tingkat SD hingga tingkat perguruan tinggi. Namun dalam pertunjukan tari topeng Endel tidak memandang tingkat pendidikan, jadi latar belakang pendidikan tidak berpengaruh. 3) Kehidupan beragama Masyarakat Kecamatan Dukuhwaru pada tahun 2007 sebagian besar beragama Islam 62.715, Kristen Katolik 58, Kristen Protestan 35, Hindu 3,dan lain-lainnya 5. Untuk menunjang kegiatan keagamaan terdapat sarana-sarana ibadah seperti masjid 33, musholla 134. Dengan adanya tempat ibadah yang lumayan banyak dan sudah mencukupi bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah. Didalam pelaksanaan tari topeng Endel tidak membeda-bedakan
agama
yang
dianut
para
seniman
maupun
penontonnya. 4) Kegiatan Kesenian masyarakat Kecamatan Dukuhwaru Kecamatan Dukuhwaru memiliki potensi didalam bidang kesenian selain tari topeng Endel di Desa Slarang Lor, Selapura, Pedagangan, ada juga kesenian Lais dan wayang golek di Selapura, Rebana di desa
40
Pedagangan dan Slarang Lor, Kuntulan di desa Pedagangan, Kabunan dan Slarang Lor, Kuda Lumping di desa Dukuhwaru dan Pedagangan.
2. Sejarah Kesenian Tari Topeng Endel Kesenian tari topeng Endel yang berkembang di Kecamatan Dukuhwaru pada saat ini juga telah mengalami pengembangan gerak. Contohnya pada gerak penthangan yang bentuk aslinya tinggi dan kasar. Namun setelah resmi di pegang oleh Dinas Kebudayaan pada tahun 1980 dikemas lebih bagus oleh para pakar seni dan pamong seni kabupaten Tegal, gerak penthangan tari topeng Endel diturunkan dan diperhalus supaya mempunyai kesan lebih manis dan kenes, tetapi dengan tidak mengubah bentuk aslinya. Ibu Wuninggar mengatakan bahwa (Wawancara 4 Maret 2009): Tari topeng yang ada di Kecamatan Dukuhwaru merupakan peninggalan nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun. Pada sekitar tahun 1950-1960 tari topeng Endel mengalami masa puncak kejayaan, yang kemudian surut kembali. Pada tahun 1980 oleh Dinas Kebudayaan tari topeng Endel diangkat keberadaannya untuk lebih mudah diingat dan masih dapat dikaji lebih lanjut bentuk penyajiaannya. Pada tahun 1987 oleh kepala seksi kebudayaan kabupaten Tegal, para seniman dan seniwati diminta untuk mempelajari dan mengembangkan tari topeng Endel. Pada tahun 2004 oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Tegal dibuat iringan dan rekaman gambar yang dibuat dalam bentuk VCD berbagai tari topeng Tegal dan kemudian disahkan oleh bupati Tegal sebagai tarian khas kabupaten Tegal, salah satunya adalah tari topeng Endel yang merupakan kekayaan khasanah budaya nasional. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti sejarah kesenian tari topeng Endel yang pasti di kabupaten Tegal. Ada pula yang berpendapat bahwa Tari topeng Endel bearasal dari daerah Tegal berasal dari daerah
41
Cirebon dan ada pula sebagian berpendapat dari daerah Losari Kabupaten Brebes yang selanjutnya bercampur dengan budaya Kabupaten Tegal itu sendiri. Menurut sejarah babat Tegal, daerah Tegal termasuk dalam jajahan Majapahit. Pada masa itu Majapahit menjadi pusat segala kegiatan baik mengenai
pemerintahan,
hukum,
perundang-undangan,
pendidikan,
pertanian, pelayaran, keamanan, dan budaya. Kesenian yang berkembang pesat tersebar didaerah jajahan yang satu kedaerah jajahan yang lain bahkan sampai ke pelosok-pelosok daerah. Setiap ada penyelenggaraan perayaan yang terpusat di kerajaan Majapahit masing-masing dari setiap daerah jajahan mengirimkan duta kesenian yang paling terkenal di daerahnya. Bila raja sedang beranjangsana ke daerahdaerah maka akan diselenggarakan berbagai kesenian, dengan menampilkan penari-penari muda yang jelita sebagai penghormatan kepada rajanya. Tari topeng Tegal yang dikenal pada saat ini dan yang dapat ditarikan oleh ibu Sawitri sebagai pewaris dan pelatih tari topeng Tegal yaitu tari topeng Endel dengan warna topeng putih, berkarakter kenes dan menggunakan gendhing Ombak Banyu dan Ilo-ilo Itek, tari topeng Kresna dengan warna topeng merah, berkarakter gagah tapi branyak dengan gendhing Praliman, tari topeng Panji dengan warna topeng putih, karakter diam keras dengan gendhing gunung sari. Tari topeng Patih warna topeng merah, karakter gagah dengan gendhing Bendrong Tegal, tari topeng Klana warna merah, karakter gagah dengan gendhing Ganjing Truntung, tari
42
topeng Lanyapan Alus warna merah muda, karakter halus dengan gendhing Semarangan. Dalam pertunjukan pedalangan atau pewayangan Tegal sebelum masuk kejudul ceritera satu malam, muncul pementasan Endel dulu sebelum jejer atau awal suatu adegan Patih dan Ratu keluar. Endel menggambarkan seorang pembantu yang pekerjaannya menari untuk menghibur Ratu. Endel merupakan tari pembuka sebelum acara inti ditampilkan yaitu tampilnya Patih dan Ratu, yang akhirnya tercipta tari topeng Patih. Jadi dapat dijelaskan bahwa bentuk penciptaan gerak tari topeng Endel didasari dari penyajian wayang golek Tegal, yang sebelum pementasanya tersebut disajikan terlebih dahulu dengan diawali pembukaan menggunakan tari wayang golek Endel. Dalam penyajian gerak tari topeng Endel didasari dari bentuk gerak wayang golek Tegal yang terlihat pada gerakan pentangan yang tinggi, lurus dan patah-patah. Dari berbagai jenis tari topeng yang ada di Kecamatan Dukuhwaru merupakan peninggalan nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun. Pertunjukan tari topeng Endel asal mulanya penari atau ronggeng bernama ibu Darem yang diwariskan pada anaknya yang bernama ibu Warmi, kemudian diturunkan pada ibu Sawitri dan berikutnya ibu Purwanti. Keturunan yang masih ada dan aktif menari adalah ibu Sawitri dan ibu Purwanti yang masih berprofesi sebagai penari. Yang diungkapan dalam wawancara kepada ibu Purwanti, yang mengatakan bahwa ”Kulo niku keturunan sing kepinten nggih? saking buyut Darem terus mbah Warmi
43
terus ibu kulo (ibu Sawitri) terus kulo.” (saya itu keturunan yang keberapa ya? dari buyut Darem terus mbah Warmi terus ibu saya (ibu Sawitri) terus saya) (wawancara,1 maret 2009). Tari topeng Endel dulunya merupakan tarian yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga ibu Sawitri yang kemudian menjadi menjadi milik bersama masyarakat Tegal.
3. Kesenian Tradisional Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru a. Bentuk Pertunjukan kesenian tradisional tari topeng Endel Kesenian tari topeng Endel yang ada di Kecamatan Dukuhwaru merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang berakar pada adat istiadat dan merupakan kebiasaan yang turun temurun dari masyarakat, yang sampai sekarang masih banyak pendukungnya. Kesenian tari topeng Endel merupakan seni pertunjukan yang dapat dilihat atau ditonton oleh masyarakat yang memiliki rasa keindahandan tampak didalam elemen gerak ekspresif yang senantiasa membutuhkan gerak yang indah. Adapun bentuk kesenian tari topeng Endel ini merupakan perwujudan dari tiga unsur pendukung antara lain: pemain musik, penari dan wujud topeng Endel. Dalam struktur penyajian kesenian tradisional tari topeng Endel tidak pernah berubah. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Purwanti ( wawancara,1 Maret 2009)
44
Tari topeng Endel dalam pertunjukan bentuk penyajiane terus karakter lebih menarik gerakannya lebih mudah diingat maksudnya itu loh mba gerakane sederhana terus sering ulang-ulang, gerakane ajeg (tidak berubah). Dalam pertunjukan tari topeng Endel tidak mengandung makna tertentu namun unsur keindahan dalam gerak sangat diutamakan sehingga mampu membawakan keindahan, kedinamisan,dan kelincahan dalam menyajikan gerak tari topeng Endel. Contohnya pada gerak lontang, jeglong, egolan yang memberi arti Endel yang gendil dan lincah.
Pada pertunjukan tari topeng Endel dijajakan dengan cara babakan yaitu pertunjukan yang hanya menampilkan bagian-bagian atau babakbabak sebuah tarian tidak secara utuh. Babakan tari topeng Endel terdiri dari dua babak, yang pertama disebut kosongan yang mempunyai arti tarian biasa dengan gerakan spontan, tidak menggunakan topeng untuk mendatangkan penonton. Babak kedua adalah tarian yang disesuaikan dengan topeng yang dikenakan dengan permintaan pihak penyelenggara pesta. Ragam gerak tari topeng Endel yang menjadi ciri khas adalah sebagai berikut : 1. Sikap Pada Sikap Pada dengan tangan menentang lurus dengan tangan kiri menekuk nyiku, sikap topeng gedheg (menggelengkan kepala), dan kaki mendhak, tanjak kanan.
45
Gambar 1 Sikap Pada
(Gb: dokumentasi Indri 2009)
Gambar 2 Sikap Pada dengan menggunakan sampur
(Gb: dokumentasi Indri 2009) Sikap Pada dengan pentangan yang dulu sangat tinggi kemudian digubah oleh dinas pariwisata dan kebudayaan lebih diperhalus lagi dengan gerakan tangan dan kaki diturunkan agar lebih bagus dilihat. 2. Sikap Giyul ( egolan ) Sikap pantat egol atau goyang dengan sikap kaki jejer jenjeng, tangan kanan dan kiri lurus digerakan secara bergantian, sikap topeng
46
tolehan kekanan dan kekiri mengikuti gerakan tangan. Gambar 3 Sikap Giyul atau egolan
(Gb: dokumentasi Indri 2009) Gerakan yang paling banyak disukai oleh penonton adalah gerakan giyul atau egolan seperti yang diungkapkan oleh Rudi ” Saya paling suka gerakan yang menggoyangkan pinggul” (wawancara, 18 Mei 2009). 3. Sikap Jeglong Sikap jeglong yaitu sikap lutut menekuk, kaki tanjak kanan, tangan kiri menekuk dan tangan kanan trap sampur, sikap topeng gedheg mengikuti jeglong.
47
Gambar 4 Sikap Jeglong
(Gb: dokumentasi Indri 2009) 4. Sikap Lontang Sikap kedua tangan lambean didepan dada, sikap kepala tolehan, sikap kaki jalan di tempat dan sikap badan sebagai proses dari gerakan tangan dan kaki. Gambar 5 Sikap Lontang
(Gb: dokumentasi Indri 2009)
48
b. Perlengkapan Dalam
menyajikan
pertunjukan
tari
harus
mempersiapkan
perlengkapan yang mendukung adalah : 1) Pola lantai Pola lantai adalah garis yang dibuat dilantai pada saat menari. Pola lantai pada tari topeng Endel sangat sederhana dan tidak ada patokan yang baku. Pola lantai yang digunakan hanya bentuk lurus dan lengkung membentuk huruf V. 2) Waktu Pelaksanaan dan tempat pentas Kesenian tradisional tari topeng Endel ini biasanya ditampilkan pada acara
HUT RI, hari jadi Kabupaten Tegal, melepas nadzar
(janji), serta pada acara-acara tertentu seperti ulang tahun pada instansi-instansi tertentu, dan sebagai tari upacara penyambutan tamutamu. Dimana tempat pertunjukan biasanya di halaman yang luas, baik disuatu lapangan ataupun halaman dari pihak penyelenggara pesta, dengan menggunakan panggung jika penarinya ada tiga atau empat orang, namun jika ditarikan secara massal maka diadakan ditempat yang halamannya luas atau di lapangan. Penentuan waktu pertunjukan dapat dimainkan kapan saja, tergantung kemauan pihak penyelenggara pesta. Lamanya pertunjukan tidak terbatas, namun rata-rata mencapai 7 menit untuk satu tarian.
49
Gambar 6. Tempat Pentas Tari Topeng Endel di lapangan terbuka Kendang
Gong
Saron
Kenong
Bonang Waranggono
Pengrawit
Penonton
Penari
Penonton
Penonton 3) Tata Lampu dan Tata Suara Tata lampu dan tata suara merupakan alat yang sangat penting dalam sebuah pertunjukan karena merupakan salah satu perlengkapan untuk memberikan kenimatan dan kenyamanan bagi penontonnya. Penggunaan tata lampu tidaklah mutlak diperlukan dalam tari topeng Endel karena dalam pementasannya bisa siang hari dan malam hari. Tata suara digunakan menyesuaikan dengan tempat pertunjukan ditempat terbuka atau tertutup, maka dari itu iringan tari topeng Endel cenderung keras sehigga penggunaan tata lampu dan tata suara dalam
50
tari topeng Endel menyesuaikan tempat dan waktu pertunjukan. Tata lampu pada malam hari biasanya menggunakan listrik sedangkan tata suara biasanya menggunakan sound sistem yang terdiri dari speaker, salon, tape. 4) Tata Rias Tata rias dalam pertunjukan tari topeng Endel dibagi menjadi tiga yaitu : (a) Tata rias wajah Tata rias wajah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu tarian, karena penonton selalu melihat suatu tarian terlebih dahulu memperhatikan wajah penari untuk mengenali siapa penarinya dan peran apa yang dibawakan. Penari topeng Endel biasanya sering tampil tanpa rias, mereka berpedoman bahwa tampil dengan riasan atau tanpa riasan tidak ada bedanya dan tidak ada hubungannya dengan karakter topeng atau kedok yang digunakan.
Tata rias wajah berfungsi untuk mengubah karakter pribadi menjadi karater tarian atau tokoh yang sedang diperankan untuk lebih menarik perhatian penonton. Tata rias wajah dalam tari topeng Endel hanya untuk memperjelas garis hidung, mata, alis dan bibir supaya terlihat cantik dan tanpa tata rias wajah penokohan.
51
Tari topeng Endel juga menggunakan tata rias wajah penokohan yaitu menggunakan rias cantik karena mendukung penari sebelum memakai topeng atau sesudah menggunakan topeng. (b) Tata rias kostum atau busana Pada pertunjukan kesenian tradisional tari topeng Endel yang ada di kecamatan Dukuhwaru kostum atau busana yang digunakan sangat sederhana dengan tujuan untuk memperindah dan mendukung isi dari tarian. Adapun busana yang digunakan adalah sebagai berikut. 1) Mekak warna hitam yang menggambarkan perasaan hati dari pencipta tari topeng Endel yang hidup secara pas-pasan, dengan kain beludru digunakan untuk menutupi tubuh dilengkapi dengan ilatan yang dihiasi payet warna kuning. Mekak bertujuan untuk memperindah tubuh dengan batas kesopanan. 2) Epek Timang (sabuk) yang digunakan sebagai pelengkap setelah menggunakan mekak dengan tujuan supaya terkesan lebih indah.
52
Gambar 7 Mekak, Ilatan dan Epek Timang
(Gb: dokumentasi Indri 2009) 3) Kain atau Jarit motif Tegalan digunakan untuk menutupi tubuh bagian bawah dengan diwiru. Penggunaan jarit yang diwiru menunjukan suatu keelokan pada dirinya bahwa penari topeng Endel bisa lebih rajin dan cara berbusananya juga lebih sopan, walaupun dalam kehidupannya suka bekerja keras. 4) Sampur yang digunakan dalam tari topeng Endel ada dua yaitu satu sampur diikatkan pada pinggang dan satunya lagi dikalungkan pada bahu dengan warna sampur merah dan kuning. Kesan lebih menarik terlihat pada sampur yang berbeda.
53
Gambar 8 Busana Penari Topeng Endel
(Gb: dokumentasi Sri Handayani 2009) Sedangkan pemain musiknya atau pengrawitnya dahulu menggunakan pakaian seadanya, sekarang ada yang masih seadanya dan ada yang sudah memakai seragam. Untuk acara resmi seperti acara pertunjukan tari topeng Endel yang bertepatan dengan hari jadi kabupaten Tegal biasanya menggunakan pakaian adat Jawa. (c) Tata rias rambut Tata rias rambut merupakan kelengkapan aksesoris yang digunakan dalam tari topeng Endel antara lain sanggul, penutup, menthul, cunduk
jungkat atau sisir, giwang yang dikenakan
ditelinga, kalung yang dikenakan dileher dan gelang ditangan. Tata rias rambut dalam tari topeng Endel sebagai kelengkapan aksesoris yang membantu memperkuat karakter penari topeng Endel.
54
c. Musik Pengiring Dalam kesenian tari topeng Endel iringan musiknya sangat mendukung karena tanpa adanya iringan musik maka pertunjukan tidak dapat dilaksanakan. Ciri khas iringan atau gending tegalan yaitu menggunakan gending Ilo-ilo itek dan gending ombak banyu Alat musik kesenian tari topeng Endel mempunyai ciri khas Tegalan dengan menggunakan gending tegalan yang telah mengalami banyak perubahan. Dahulu kesenian tari topeng Endel hanya menggunakan empat alat musik saja yaitu kendang, bonang, saron, balongan dan peking. maka para seniman menjual jasanya dengan cara mengamen (mbarang) keliling desa pada saat upacara panen padi. Bunyinya cenderung membosankan, monoton maka banyak peralatan musik yang ditambahkan. Alat musik yang digunakan pada saat sekarang menggunakan seperangkat gamelan lengkap antara lain: 1) Bonang yaitu alat musik jawa yang berbentuk pencon yang dalam memukulnya menggunakan pemukul dengan dua tangan. 2) Saron yaitu alat musik Jawa yang berbentuk bilahan yang memukulnya mengikuti notasi musiknya. 3) Kendang yaitu alat musik yang terbuat dari kulit, dengan cara dipukul. 4) Demung yaitu alat musik Jawa berbentuk bilahan, cara memukulnya mengunakan alat pemukul dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya lagi memegang bilahan yang telah dipukul.
55
5) Kenong 6) Kethuk 7) Kempul 8) Gong Dalam iringan tari topeng Endel peralatan gamelan yang sangat dominan adalah kendang untuk mendukung sehingga nampak lebih dekat dalam suasana dan kelincahan agar nampak lebih dinamis.
4. Fungsi seni pertunjukan Tari Topeng Endel Keberadaan kesenian tari topeng Endel pada saat sekarang ini sebenarnya sangat memprihatinkan. Sedikit sekali penari topeng Endel, juga sedikit sekali guru SD dan SLTP yang bisa menari padahal ada anjuran dari bupati bahwa setiap SD dan SLTP harus ada satu orang anak yang bisa menari topeng Endel. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan ibu Soipah yang mengatakan bahwa (wawancara, 3 Maret 2009): Padahal ada anjuran dari bapak Agus (Bupati Tegal) bahwa setiap SD atau SLTP harus ada satu siswa yang bisa menari topeng Endel, namun banyak siswa yang tidak menari dikarenakan tidak ada guru seni tari kalaupun ada guru tari lebih banyak mengajarkan tari-tari dari kraton. Selain itu juga hanya ada satu sanggar karawitan yang ada di Kecamatan Dukuhwaru itu juga sudah jarang pentas. Bapak Subandi mengemukakan (wawancara, 5 Maret 2009): Pada saat ini di Kecamatan Dukuhwaru hanya ada satu sanggar karawitan yang masih ada, namun sudah jarang berlatih atau kalau ada yang mau menanggap saja baru latihan, setiap malam rabu para seniman khususnya pengrawit mengadakan sarasehan di rumah dinas wakil Bupati untuk membahas berbagai permasalahan tentang
56
karawitan.
B. Pembahasan 1. Perkembangan Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru Tari topeng Endel merupakan salah satu kesenian yang diciptakan oleh manusia yang dapat dilihat, maka kesenian tari topeng Endel bila dilihat berdasarkan pembagian yang dilakukan oleh koentjaraningrat dimasukkan kedalam wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia yang dapat dilihat, dan kesenian merupakan salah satu bagian dari tujuh unsur kebudayaan yang universal. Kesenian tari topeng Endel dapat berkembang dan bertahan di dalam masyarakat karena para seniman selalu melakukan perubahan dalam keseniannya, sehingga kesenian tari topeng Endel dapat berkembang, bertahan dan dapat tetap diminati masyarakat walaupun minat masyarakat terhadap kesenian tradisional tari topeng Endel sebagian sudah berkurang. Perubahan-perubahan yang dilakukan para seniman seperti yang telah dikemukakan dalam hasil penelitian merupakan usaha seniman dalam upaya mempertahankan kesenian tradisional tari topeng Endel. Kesenian tari topeng Endel dapat bertahan karena menambahkan berbagai peralatan karawitan yang dulunya hanya empat sekarang menjadi delapan. Namun untuk menyewa seperangkat gamelan lengkap. Namun untuk menyewa seperangkat gamelan lengkap membutuhkan biaya yang tidak sedikit maka pada saat sekarang ini lebih sering menggunakan kaset rekaman. Gerakan-gerakan tari topeng Endel banyak yang dirubah tanpa
57
mengurangi makna seperti gerak pentangan yang dulunya tinggi kemudian sedikit diturunkan agar terlihat lebih indah. Bila
dikaitkan
dengan
pendapat
Ihromi
mengenai
perubahan
kebudayaan maka kesenian tari topeng Endel hidup pada masyarakat yang memiliki ciri khasnya sendiri. Maka perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat tertentu di kecamatan Dukuhwaru, perubahan yang terjadi menggambarkan tentang perubahan kesenaian tari topeng Endel yang hanya ada di kecamatan Dukuhwaru. Kesenian tari topeng Endel bila dikaitkan dengan fungsi pertunjukan menurut Jazuli adalah tari topeng Endel sebagai hiburan dan tari sebagai seni pertunjukan atau tontonan saja. Jika dilihat dari fungsi pertunjukan menurut Donald. R. Brown maka tari topeng Endel berfungsi sebagai fungsi manifest yang terbagi lagi menjadi tiga yaitu berfungsi sebagai hiburan bagi si penari maupun penontonnya, berfungsi sebagai penyalur hobi dan berfungsi sebagai sarana pencari nafkah bagi seniman. Masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru merupakan masyarakat pedesaan yang masih mempunyai hubungan erat dan mendalam dengan masyarakat di desanya. Penduduk di Kecamatan Dukuhwaru sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Namun para seniman tari topeng Endel sebagian besar bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan pedagang, pekerjaan sebagai seniman tari topeng Endel tidak dijadikan sebagai pekerjaan tetap, tetapi dijadikan sebagai hobby atau kesenangan saja dan
58
usaha untuk mempertahankan kesenian tradisional tari topeng Endel.
2. Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional Tari Topeng Endel Untuk melestarikan salah satu unsur kebudayaan kesenian tradisional tari topeng Endel berarti harus menjaga kelangsungan dari pada kehidupan seni tari topeng Endel didalam masyarakat. Individu atau masyarakat pendukungnya juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian tari topeng Endel. Dalam mengembangkan seni pertunjukan tradisional yang diungkapkan oleh Bastomi berarti perlu diusahakan pula peningkatan dalam industri pariwisata karena dengan begitu akan terpelihara kesenian yang memiliki ciri khas tersendiri oleh tiap-tiap dari kesenian daerah yang menjadikan daya tarik bagi para wisatawan untuk mengunjungi dearah tersebut. Sedyawati mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan pertunjukan tradisional berarti harus memperbesar volume penyajianya, meluaskan wilayah pengenalannya dan menambah materi dalam pertunjukan. Seperti halnya dalam upaya pelestarian kesenian tradisional tari topeng Endel di kecamatan Dukuhwaru kabupaten Tegal. Upaya-upaya yang dilakukan dalam melestarikan kesenian tradisional tari topeng Endel diantaranya yaitu: a. Meningkatkan kualitas dalam penampilan Para seniman berusaha untuk menampilkan pertunjukan yang lebih berkualitas supaya menarik penonton yaitu melakukan perbaikan dalam
59
gerakan penthangan yang kasar kemudian diturunkan supaya lebih sopan dan kenes agar dapat diterima oleh masyarakat. b. Menambah instrumen Alat musik yang digunakan semakin bertambah yang dulunya hanya empat gamelan sekarang menjadi seperangkat gamelan lengkap dan seperangkat sound sistem. Dengan adanya penambahan alat-alat musik tersebut dapat memudahkan para seniman dalam menampilkan pertunjukan musik-musik yang ditampilkan dan diharapkan masyarakat akan lebih tertarik menonton pertunjukan tari topeng Endel. c. Menambah wilayah pertunjukan Kesenian tari topeng Endel berasal dari kecamatan Dukuhwaru, namun dalam pertunjukannya tidak ada batasan-batasan wilayah, dalam menampilkan pertunjukan kesenian tari topeng Endel bisa dilakukan dimana saja tidak harus di Kecamatan Dukuhwaru saja tetapi juga di Kecamatan-Kecamatan lain sesuai dengan permintan pihak yang punya pesta atau hajat yang akan menampilkan pertunjukan tari topeng Endel. Seperti yang dilakukan pada acara HUT Kabupaten Tegal di pendopo kabupaten Tegal yang masuk dalam wilayah kecamatan Slawi bahkan sampai ke Kodia Tegal. d. Adanya peran aktif dari masyarakat pendukungnya Masyarakat
mempunyai
peran
yang
sangat
penting
dalam
menentukan suatu kesenian akan terus berkembang dan lestari keberadaanya. Tari topeng Endel merupakan salah satu tarian rakyat
60
yang tumbuh dan berkembang di kecamatan Dukuhwaru, dimana keberadaannya
menjadi
tanggung
jawab
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan Kabupaten Tegal, seniman serta masyarakat pendukung tari topeng Endel. Peranan masyarakat pendukung dilihat dari banyaknya permintaan masyarakat untuk menampilkan tari topeng Endel pada acara-acara hajatan. Tari topeng Endel dan tari topeng lainnya mengalami masa kejayaan pada kurun waktu tahun 1950-1960 sangat terkenal dan hanya mengalami kesuksesan di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru. Pada waktu itu penonton kadangkala sampai sangat berjubel karena pertunjukan tari topeng Endel sangat jarang. Tari topeng Endel dan tari topeng lainnya dikenal masyarakat karena sering mbarang atau ngamen keliling dari satu desa ke desa lainnya untuk sekedar menjual jasa seninya. e. Peran pemerintah Tari topeng Endel dalam perkembangannya mengalami perubahan fungsi, tidak lagi sebagai sarana upacara atau hiburan melainkan sebagai tari pertunjukan atau penyambutan tamu, karena Dinas Pariwisata dan Kebudayaan banyak mengangkat dan melestarikan keberadaan tari topeng Endel, sesuai dengan perkembangan budaya sekarang. Pada tahun 1960-1970 tari topeng Endel mengalami masa surut karena seperangkat gamelan dan topeng yang digunakan sudah banyak yang berpindah pada kolektor dan sudah jarang yang diminati masyarakat karena tidak ada yang menaggap dan tersisih dengan adanya
61
budaya yang modern. Kemudian mulai tahun 1978 sampai dengan sekarang tari topeng Endel sudah dikemas bagus oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang dibantu oleh seniman pendukungnya untuk menyebar luaskan sampai ke tingkat Kabupaten lalu berkembang lagi sampai ke luar daerah bahkan sampai ke tingkat Propinsi. Penyebar luasan tari topeng Endel yang banyak mengalami perkembangan antara lain : 1) Tahun 1993 pertama kali di pentaskan besar-besaran pada acara peresmian STM Singkil Kabupaten Tegal sebagai tari penyambutan tamu. 2) Tahun 1995 mengikuti festival kesenian daerah se Jawa Tengah di Taman Budaya Surakarta. 3) Tahun 1997 mengikuti festival lagi se Jawa Tengah di Kabupaten Tegal dan kali ini mendapat penghargaan juara harapan pertama. 4) Tahun 1998 dipentaskan untuk dokumenter atau dokumentasi kesenian Daerah Tingkat I. 5) Tahun 1999 ditampilkan secara massal pada pesta Siaga Pramuka Jawa Tengah berada di Slawi Kabupaten Tegal. 6) Tahun 2004 dipentaskan untuk dokumenter atau dokumentasi kesenian Daerah Tingkat II Kabupaten Tegal oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 7) Tahun 2008 ditampilkan secara massal dengan peserta sekitar 1700 siswa-siswi SD se Kabupaten Tegal dalam rangka HUT Kabupaten
62
Tegal yang ke-407 dan berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia
dengan
piagam
penghargaan
sebagai
pemrakarsa
pemakaian topeng Endel dengan peserta terbanyak. Gambar 9 Gebyar tari topeng Endel peringatan hari jadi ke 407 kabupaten Tegal pada tahun 2008
( Gb : dokumentasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal 2008)
8) Tahun 2009 juga ditampilkan tari topeng Endel dalam rangka HUT Kabupaten Tegal yang ke-408 di pendopo Kabupaten Tegal. Tari topeng Endel tidak hanya ditarikan setiap festival saja, tetapi setiap acara-acara penting juga sering menyajikan tari topeng Endel sebagai kesenian khas Kabupaten Tegal. Seperti pada acara peringatan hari besar, penyambutan tamu, apresiasi seni dan acara lainnya. Jadi berdasarkan pendapat Sedyawati dan Bastomi dengan kenyataan di lapangan mengenai tari topeng Endel sudah sesuai namum perlu ditambahkan mengenai peran aktif masyarakat pendukung tari topeng Endel dan peran serta pemerintah.
63
3. Faktor-Faktor Pendorong Pelestarian Kesenian Tradisional Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru. Keberadaan kesenian tradisional tari topeng Endel yang paling ditentukan oleh seniman dan adanya kepedulian masyarakat sebagai pendukungnya. Keberadaan dari pada seniman tari topeng Endel pada saat ini kurang memperoleh perhatian dan dukungan dari masyarakat maupun pemerintah karena para seniman dianggap sebagai pekerjaan yang kurang dapat menjanjikan untuk masa depan seseorang. Para seniman rata-rata mempunyai darah seni atau keturunan dari keluarganya yang berkecimpung didalam dunia seni, tanpa ada bekal kesenian secara formal. Para seniman tari topeng Endel mempunyai peran dan pengaruh yang sangat penting dalam upaya pelestarian untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian tari topeng Endel. Para seniman harus dapat bersaing dengan segala jenis kesenian yang modern. Jika dilihat dari masyarakat pendukungnya, penonton kesenian tradisional tari topeng Endel mengalami masa pasang surut, dimana penontonnya semakin lama semakin sedikit. Hal ini disebabkan tari topeng Endel yang dulunya merupakan tari yang mempunyai nilai tradisi yang penting bagi masyarakat Tegal kemudian menjadi cair hanya bernilai hiburan dan sebagai upacara penyambutan tamu saja. Kesenian tradisional merupakan salah satu bagian dari kebutuhan manusia dalam mengungkapkan rasa kecintaanya terhadap keindahan. Keindahan tersebut sering diungkapan lewat bentuk kesenian, dalam hal
64
ini adalah kesenian tradisional tari topeng Endel. Supaya kesenian tari topeng Endel tetap berkembang didalam masyarakat maka diperlukan adanya upaya-upaya pelestarian kesenian tradisional tari topeng Endel. Dalam upaya pelestarian kesenian tradisional tari topeng Endel tidak lepas dari berbagai faktor pendorong di Kecamatan Dukuhwaru yang dapat dikelompokan menjadi faktor intern (dari pelaku kesenian) dan faktor ekstern (dari luar pelaku kesenian), yaitu: 1) Faktor Intern ( dari para pelaku seni) (a) Para pelaku kesenian tradisional tari topeng Endel menjadikan kesenian ini sebagai hoby atau kesenangan saja dan sebagai usaha untuk mempertahankan kesenian tari topeng Endel Pada umumnya para pelaku kesenian menjadikan kesenian tari topeng Endel bukan sebagai mata pencaharian pokok karena mata pencaharian pokok para pelaku seni ini adalah sebagai PNS dan pedagang. Selain dijadikan hoby atau kesenangan adalah ingin menguri-uri kesenian tradisional tari topeng Endel. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Soipah sebagai berikut ”karena saya seneng nari dan saya ingin menguri-uri ajalah biar enggak punah, selama saya masih bisa” (wawancara, 3 Maret 2009). (b) Adanya kreativitas Adanya kreativitas dari para penari topeng Endel dalam menciptakan pola lantai yang bervariasi sehingga dapat menarik dan menghibur masyarakat.
65
(c) Adanya semangat dan keinginan dari para penari Semangat dan keinginan dari para penari yang rajin dan berdisiplin dalam latihan yang dilaksanakan minimal dua kali dalam seminggu. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sri Handayani Lestari sebagai berikut ” saya itu minimal berlatih menari dua kali dalam seminggu” Frekuensi dalam latihan yang begitu besar walaupun para penari sudah hafal seluruh gerakan karena bagi para penari melakukan gerakan tari itu seperti melakukan gerakan senam. Seperti yang dikatakan ibu Purwanti sebagai berikut ”...,enjingenjing pengen luruh kringet yuh pada latihan nari dari pada senam laka sing pada bisa terus adoh neng kecamatan.” (..., pagi-pagi ingin cari keringat ayo pada latihan menari dari pada senam tidak ada yang bisa terus jauh di kecamatan) (wawancara, 1 Maret 2009). (d) Untuk memberikan penghargaan dari para seniman kepada para pejuang. Pada saat acara 17 Agustus biasanya para seniman diminta untuk mementaskan kesenian tradisional tari topeng Endel. Tari topeng Endel dipentaskan pada saat 17 Agustus menurut ibu Sawitri tujuannya adalah untuk memeriahkan dan menghormati 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sawitri sebagai berikut: misale niku mbak pas wonten acara tujuh belasan, kulo diken ngelatih nari Topeng lare SD, niku mawon kulo kadang-
66
kadang mboten dibayar, yen kulo piyambek sing nari paling separo ongkose saking desa separo saking kulo, medale gangsal atus ewu berarti mangke paroane kalih atus seketan ewu saking desa...niku carane kulo kangge ngormati lan ngerame kena acara tujuh belasa Agustusan. (misalnya itu mbak pas ada acara tujuh belasan, saya diminta untuk melatih nari topeng anak SD, itu aja saya kadangkadang tidak dibayar, kalau saya sendiri yang menari paling setengah ongkosnya dari desa setengah dari saya, keluarnya 500 ribu berarti nanti setengahnya 250 ribu dari desa...itu cara saya untuk menghormati dan meramaikan acara tujuh belas Agustusan) (wawancara, 1 Maret 2009).
2) Faktor Ekstern (a) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal setiap tahunnya
mengadakan
festival
kesenian,
festival
kesenian
merupakan salah satu usaha dari pembinaan pemerintah dalam kesenian di Kabupaten Tegal. Setiap satu tahun sekali dengan mengikutkan kesenian tradisional dari 18 Kecamatan yang setiap Kecamatan mengirimkan satu grup kesenian. Supaya tidak sama setiap kecamatan diminta untuk menampilkan kesenian yang berbeda dan biasanya sudah diatur oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, misalnya untuk Kecamatan Dukuhwaru biasanya diminta untuk menampilkan tari topeng Endel, untuk Kecamatan Lebaksiu menampilkan calung. Dana anggaran yang digunakan untuk suatu festival setiap tahunnya dibiayai oleh pemerintah Kabupaten Tegal melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) oleh Dinas
67
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal setiap malam minggu mengadakan sarasehan kesenian di pendopo kabupaten Tegal. Sarasehan kesenian ini merupakan musyawarah dan wadah bagi para pelaku seni untuk menyampaikan saran, kritik dan uneg-uneg untuk melestarikan berbagai kesenian tradisional yang ada di kabupaten Tegal. Selain itu juga setiap malam rabu juga diadakan sarasehan dan pembinaan bagi para pengrawit di rumah dinas wakil Bupati. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempunyai suatu misi kebudayaan untuk melestarikan kesenian dan memajukan kesenian. Dari segi parawisata, pendapatan kesenian tradisional tari topeng Endel dapat dijadikan sebegai daya tarik bagi wisatawan, tari topeng Endel juga biasanya dijadikan sebagai tari upacara penyambutan tamu, dan biasanya juga dipentaskan di tempattempat wisata seperti pemandian air panas Guci dan Pantai Purwahamba Indah untuk menarik para wisatawan. Kalau dari segi budaya merupakan suatu usaha untuk uri-uri agar kesenian tradisional tetap dikenal masyarakat yang akan datang. (b) Dewan Kesenian Daerah (DKD) Setiap kecamatan di Kabupaten Tegal mempunyai satu organisasi Dewan Kesenian Daerah yang mempunyai fungsi untuk melestarikan seni budaya daerah khususnya budaya daerah yang
68
ada di Kabupaten Tegal. Pada tahun 2008 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga (DIKPORA) dan Dewan Kesenian Daerah Kecamatan Dukuhwaru mengajukan usulan kepada Bupati Tegal untuk dibangunkan tugu selamat datang dengan bentuk patung seorang perempuan yang sedang menari topeng Endel yang merupakan ciri khas dari daerah Kecamatan Dukuhwaru namun sampai sekarang belum bisa direalalisasikan. (c) Pihak Keluarga dari para pelaku kesenian tari topeng Endel Pihak keluarga dari para pelaku kesenian tari topeng Endel yang sangat mendukung dan memberi motivasi untuk terus melestarikan kesenian tari topeng Endel yang merupakan budaya khas Tegal. Pihak keluarga sangat mendukung karena dengan uang yang didapat dari bekerja sebagai pelaku seni dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan. Hal ini seperti yang dikatakan ibu Soipah tentang bagaimana dukungan pihak keluarganya terhadap keseniannya ”untungnya suami dan anak-anak saya tidak pernah protes dan mendukung saya untuk terus menari karena dengan menari saya dapat penghasilan tambahan” (wawancara, 3 Maret 2009).
69
4. Faktor-Faktor Penghambat Pelestarian Kesenian Tradisional Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru. Dalam upaya pelestarian kesenian tradisional disetiap daerah pasti mempunyai permasalahan yang sama, yakni semakin berkurangnya masyarakat pendukung dan penikmatnya. Kesenian tradisional banyak ditinggalkan pendukungnya yang lebih memilih kesenian modern yang sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi. 1) Faktor Intern (a) Dana Dana dari para pelaku seni sangat minim, karena untuk menyewa seperangkat pakaian tari topeng Endel sangat mahal. Dana untuk menyewa seperangkat gamelan juga sangat mahal, karena dengan minimnya dana yang dimliki dan semakin melambungnya harga peralatan-peralatan dan penyewaan kostum yang dibutuhkan, maka dapat menghambat upaya pelestarian tari topeng Endel. Untuk satu kali pertunjukan tari topeng Endel para seniman dibayar dengan harga yang berbeda seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subandi pada wawancara, 5 Maret 2009 yang mengatakan sebagai berikut: Penghasilan satu orang penari topeng Endel sekitar 200-250 ribu sedangkan untuk pengrawitnya 150-200 ribu, satu kali pertunjukan dibayar lima-tujuh juta, dengan jumlah penari 4-5 orang dan pengrawit 10 orang, untuk sewa satu set peralatan gamelan lengkap dua juta rupiah dan lima ratus ribu rupiah untuk transportasi, itu belum untuk sewa busana para penarinya minimal 100 ribu rupiah untuk satu set pakaiannya. (b) Penggunaan pakaian atau busana mekak yang seperti kemben Para penari yang beranjak remaja sering merasa risih dan malu
70
apabila tampil dengan menggunakan mekak karena agak sedikit terbuka untuk pakaian bagian atasnya. (c) Keluarga para penari topeng Endel sudah tidak berkumpul dan merasa malu untuk menjual jasa Keluarga sudah tidak berkumpul lagi karena pernikahan dan bekerja sebab tari topeng Endel merupakan tari milik keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Para penari khususnya keturunan asli setelah generasi dari ibu Sawitri merasa malu untuk menjual jasa menari secara berkeliling atau mbarang. (d) Banyak peralatan yang sudah dibeli para kolektor seni Tidak adanya seperangkat gamelan yang lengkap dan topeng yang mendukung karena benda-benda tersebut banyak yang sudah dijual kepada kolektor seni untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. (e) Kurangnya para penari dan pengrawit tari topeng Endel muda Para penari dan pengrawit tari topeng Endel muda masih relatif kurang, karena banyak generasi penerus yang lebih tertarik acara musik dangdut. Sehingga para generasi penerus tari topeng Endel ini kurang begitu tertarik untuk mempelajari kesenaian tradisional tari topeng Endel. (f) Tari topeng Endel belum mempunyai paguyuban Tidak seperti tari kuda kepang atau Ebeg di Kabupaten Banjarnegara dan Temanggung yang setiap tahunnya diadakan
71
festival yang khusus menampilkan pertunjukan tersebut dengan menampilkan beberapa group Ebeg terbaik setiap Kecamatan, festival tari topeng Endel baru diadakan sekali pada tahun 2008 yang dikuti oleh para siswa-siswi SD di Kabupaten Tegal, namun pada tahun 2009 tidak diadakan festival seperti itu lagi, tari topeng Endel hanya digunakan untuk upacara penyambutan tamu saja. (g) Para keluarga pewaris tari topeng Endel jarang dilibatkan dalam acara-acara kesenian. Para keluarga dari pewaris tari topeng Endel mulai jarang dilibatkan dalam acara-acara seperti hari jadi kabupaten Tegal maupun dalam upacara-upacara penyambutan tamu agung di kabupaten Tegal. 2) Faktor Ekstern (a) Berubahnya pola pikir masyarakat yang tidak lagi terikat dengan kesenian tradisional Dengan adanya pola pikir masyarakat sekarang yang semakin maju, maka masyarakat sekarang ini kurang begitu antusias terhadap pertunjukan kesenian tradisional tari topeng Endel. (b) Munculnya jenis hiburan baru yang lebih menarik perhatian masyarakat Pada jaman sekarang muncul berbagai jenis hiburan-hiburan baru yang lebih modern dengan harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat, sehingga dapat menggeser jenis hiburan yang masih
72
bersifat tradisional khusus para generasi muda, sehingga dapat menghambat upaya pelestarian kesenian tradisional tari topeng Endel di kecamatan Dukuhwaru. Yang diungkap dalam wawancara, 1 Maret 2009 kepada ibu Purwanti, yang mengatakan bahwa ”saiki yen bade nanggap tari topeng paling sekedik gangsal juta sampe pitung juta tapi yen bade nyewa orkes dangdut tiga juta pun angsal”. (sekarang kalau mau menanggap tari topeng paling sedikit 5 juta sampai 7 juta tapi kalau mau sewa orkes dangdut 3 juta sudah dapat). (c) Ada dua daerah yang sama-sama mengakui tari topeng Endel dan lima tari topeng lainnya sebagai ciri khas daerahnya Selain di Kabupaten Tegal tari topeng Endel dan lima tari topeng lainnya juga diakui sebagai milik Kodia Tegal, sehingga akan menyulitkan masyarakat untuk mengetahui tari topeng Tegalan, karena Kodia Tegal merupakan daerah yang terlebih dahulu memperkenalkan tari topeng Tegalan kepada masyarakat diluar Kodia
Tegal
maupun
Kabupaten
Tegal.
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Tari topeng Endel merupakan salah satu tarian rakyat yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Dukuhwaru, Para pelaku kesenian tradisional tari topeng Endel adalah orang Kecamatan Dukuhwaru yang masih menganggap penting dan mau menjaga supaya tari topeng Endel tidak punah terutama para seniman tari (penari) dan para seniman musik gamelan (pengrawit). 2. Kesenian tradisional tari topeng Endel pada saat sekarang ini lebih sering diajarkan di sekolah-sekolah terutama dari tingkat SD sampai dengan SLTA. Tari topeng Endel tiga fungsi yaitu sebagai berfungsi sebagai tari upacara penyambutan tamu atau hiburan bagi si penari maupun penontonnya, berfungsi sebagai penyalur hobi dan berfungsi sebagai sarana pencari nafkah bagi seniman. Kelompok masyarakat pemerhati tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru adalah dari golongan terpelajar dan kaum laki-laki. 3. Ada upaya-upaya untuk melestarikan unsur budaya kesenian tradisional tari topeng Endel dengan cara meningkatkan kualitas dalam penampilan, menambah instrumen, menambah wilayah pertunjukan, dan lain sebagainya. 73
74
4. Faktor-faktor pendorong pelestarian kesenian tradisional tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yaitu adanya dukungan dari pemerintah Kabupaten Tegal dengan cara sering diikutkan dalam festivalfestival kesenian baik itu ditingkat Propinsi maupun Nasional. Di setiap acara-acara penting juga sering menyajikan tari topeng Endel sebagai kesenian khas Kabupaten Tegal. Seperti pada acara peringatan hari besar, penyambutan tamu, apresiasi seni dan acara lainnya. 5. Faktor-faktor penghambat pelestarian kesenian tradisional tari topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru seperti kurangnya dana, banyak peralatan yang sudah dibeli para kolektor seni, kurangnya para penari dan pengrawit tari topeng Endel muda, para keluarga pewaris tari topeng Endel jarang dilibatkan dalam acara-acara tertentu, munculnya jenis hiburan baru yang lebih menarik perhatian masyarakat, Kabupaten Tegal dan Kodia Tegal sama-sama mengakui tari topeng Endel dan lima tari topeng lainnya sebagai ciri khas daerahnya
B.
Saran Dalam hal ini ada beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu: 1. Bagi para seniman Hendaknya tetap meningkatkan kemampuan dirinya dengan memodifikasi penampilan pertunjukan dengan tetap tidak meninggalkan nilai-nilai tradisi yang ada, sehingga dapat mengembangkan kesenian tari topeng Endel, para pelaku seni tari topeng Endel harus selalu menjaga kelestarian
75
tari topeng Endel dengan cara mewariskan kegenerasi penerusnya dengan cara melalui latihan-latihan dan pembinaan sehingga diharapkan dapat diterima generasi penerusnya. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Tegal melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Untuk lebih memperhatikan
perkembangan di bidang kesenian dan
mengambil langkah-langkah melalui program atau pembinaan dan pelatihan agar tercipta kondisi yang nyaman, selain itu juga diharapkan lebih sering melibatkan para keluarga seniman pewaris asli seni tari topeng Tegalan dalam berbagai kegiatan seni tari topeng Tegalan baik itu sebagai penari maupun sebagai juri dalam berbagai lomba tari topeng Tegalan. Juga diharapkan pihak pemerintah dapat memberikan bantuan baik materi maupun imaterial sehingga kesenian tari topeng Endel dapat terus dilestarikan dan dapat terus berkembang. 3. Bagi generasi penerus dan masyarakat pendukung Hendaknya generasi penerus dan masyarakat pendukung di Kecamatan Dukuhwaru dapat melestarikan kesenian tradisional yang dimiliki, yaitu dengan cara belajar dari pertunjukan yang ditampilkan dan mempunyai rasa tanggung jawab yang dapat diharapkan dan lebih memahami pentingnya keberadaan seni serta nilai-nilai budaya seni tradisional tari topeng Endel yang lahir ditengah-tengah Dukuhwaru.
masyarakat kecamatan
76
DAFTAR PUSTAKA
Bastomi, Suwaji. 1995. Seni dan Budaya Jawa. Semarang :IKIP Semarang press. ------. 1988. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang :IKIP Semarang press. Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta : Pustaka. Haviland, William. 1985. Antropologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. ------. 1985. Antropologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hartono. 1993. Perkembangan Beksan Topeng Yogyakarta. Semarang :IKIP Semarang Press. Indriyanto. 2001. ’Kebangkitan Tari Rakyat di Daerah Banyumas. Dalam Harmonia. Vol. 2 No 2/ Mei Agustus 2001. Hal. 59. Jazuli, M. 1994. Telaah Teoretis Seni Tari. Semarang :IKIP Semarang Press. ------. 2001. Diktat Teori Kebudayaan. Semarang: FBS Universitas Negeri Semarang. Koentjaraningrat. 1974. Bunga Rampai Kebudyaan, Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia.
Mentalitet
dan
-----. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka cipta. Kusumastuti, Eny. 1994. Latar Belakang dan Perkembangan Tari Gambyong. Semarang : IKIP Semarang Press. Masunah, Juju dan Tati Narawati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni (Sebuah Bunga Rampai). Bandung : P4ST UPI. Miles, Matthew. B & Huberman, A. Michael.1992. Analisis Data Kualitatif ( Buku Sumber tentang Metode-metode Baru). Jakarta : UI Press. Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Poerwanto, Hari. 2006. Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan.
77
Bandung : STISI Bandung Press. Royce, Anya Peterson. 2007. Antropologi Tari. Bandung: Sunan Ambu Press Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan -----. 2000. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. -----. 2006. Budaya Indonesia : Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Soekanto,Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Supardjan, N. 1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta :CV Sandang Mas. Tim Lembaga Reseach Kebudayaan Nasional (LRKN)-LIPI.1984. Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung : PT. Alumni. Tutoli, Nani,dkk. 2003. Dialog Budaya, Wahana Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Bangsa. Jakarta : Proyek Pelestarian dan Pengembangan Tradisi dan Kebudayaan. Wardhana, Wisnoe. 1990. Pendidikan Seni Tari. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Widaryanto, F.X. 2004. Kritik Tari Gaya, Struktur, dan Makna. Bandung : Kelir Http://id.wikipedia.org/wiki/budaya. (23 Januari 2009) 7.Http://www.g-excess.com/id/pages/perubahan%11sosial.html. ( 23 Januari 2009)
78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
79
DATA INFORMAN 1. Nama Umur
: Sawitri : 60 tahun
Pendidikan : SD Pekerjaan : Pedagang dan penari Agama
: Islam
Alamat
: Desa Slarang Lor RT 01/RW 02
2. Nama Umur
: Sri Purwanti (anak dari Ibu Sawitri) : 41 tahun
Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu rumah tangga, sinden dan penari Agama
: Islam
Alamat
: Desa Slarang Lor RT 01/RW 02
3. Nama Umur
: Soipah : 55 tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru SDN Selapura 01 Agama
: Islam
Alamat
: Desa Selapura
4. Nama Umur
: Sri Handayani Lestari : 47 tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru SD
80
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Pedagangan
5. Nama Umur
: Dra. Wuninggar : 40 tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Kepala bidang kebudayaan Agama
: Islam
Alamat
: Desa Slawi Kulon, Kecamatan Slawi
6. Nama
: Afifudin
Umur
: 48 tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Kepala Camat Dukuhwaru Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Raya Dukuhwaru No.39, Kecamatan Dukuhwaru
7. Nama
: Subandi
Umur
: 54 tahun
Pendidikan : D2 Akademik Tehnik Pekerjaan : Pengrawit dan Ketua Dewan Kesenian Kecamatan Dukuhwaru Agama
: Islam
Alamat
: Desa Pedagangan
8. Nama Umur
: Junaedi : 56 tahun
Pendidikan : S1
81
Pekerjaan : Guru SD Agama
: Islam
Alamat
: Desa Kabunan
9. Nama Umur
: Jumadi : 53 tahun
Pendidikan : D2 PGSD Pekerjaan : Penilik PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal) Alamat
10. Nama Umur
: Jl. Waringin 2 No. 104 Griya Pangkah Indah, Desa Pangkah, Kecamatan Pangkah : Santoso ( penonton ) : 15 tahun
Pendidikan : SLTP Pekerjaan : Pelajar Agama
: Islam
Alamat
: Dukuhwaru
11. Nama Umur
: Rudi ( penonton ) : 25 tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS Agama
: Islam
Alamat
: Slawi
82
http://muri.rekor.blogspot.com/2008_05_01_archive.html Pemakaian Topeng Endel dengan Peserta Terbanyak Rekoris : Bupati Tegal (H. Agus Riyanto, S.Sos.MM) dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Ket : Dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Tegal yang ke-407, Pemerintah Kabupaten Tegal bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal menyelenggarakan kegiatan yang sangat spektakuler yaitu Menari dengan memakai topeng endel (khas Tegal) dengan peserta terbanyak, 1.700 peserta dari siswa-siswi SD se-Kabupaten Tegal. Kegiatan berlangsung di Halaman Pemda Tegal pada 18 Mei 2008
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/09/71562/Sawitri.Ingin .Tari.Topeng.Dilestarikan Hiburan & Seni 09 Juli 2009 Sawitri Ingin Tari Topeng Dilestarikan USIA tua tak menghalangi penari topeng Sawitri (60) untuk terus berkarya dan berbagi ilmu kepada anggota keluarga maupun masyarakat Kabupaten Tegal. Warga asal Desa Slarang Lor RT 01/ RW II Kecamatan Dukuhwaru tersebut tetap semangat membicarakan tari topeng Endel yang selama ini cukup dikenal. Tak hanya di Kabupaten dan Kota Tegal tapi juga dikenal di hampir seluruh wilayah nusantara. Kecintaannya terhadap dunia seni menjadikan ingatannya tentang tari-tarian tak lekang ditelan zaman. Ya, Sawitri yang merupakan salah satu pewaris enam tarian topeng di Kabupaten Tegal ini memiliki keinginan agar kesenian tari tersebut dapat dibudidayakan dan dilestarikan oleh masyarakat. Kapan dan di manapun diberi tugas untuk menari maupun melatih, istri (alm) Sunarjo itu mengaku sanggup memenuhinya. Tari topeng Endel merupakan jenis tarian tradisional khas Tegal yang ada sejak ratusan tahun silam. Kesenian tari tradisional itu diciptakan (alm) Darem (nenek Sawitri-Red). Selain Endel, lima tari topeng lain yang telah diwariskan kini berkembang pesat di Kabupaten dan Kota Tegal. Kelima tarian itu adalah topeng Kresna, Panji, Kelana, Ponggawa, dan Lanyapan Alus. Sejak 1 Februari 2005 melalui SK Bupati Tegal, tari topeng kini ditetapkan sebagai tari khas kabupaten itu. Sejak satu tahun lalu, tarian tersebut diajarkan
83
dalam kegiatan ekstrakurikuler di hampir semua sekolah, mulai dari tingkat SD hingga SLTA. Sambut Tamu Tari topeng biasanya digunakan untuk menyambut kedatangan tamu. Seperti namanya, penari wajib mengenakan topeng. Adapun ciri-ciri tarian itu adalah memiliki gerakan lincah, dinamis, dan genit. Bersama dengan ibunya, Warmi (100), Sawitri merupakan perwaris yang masih hidup. Sejauh ini, nenek delapan orang cucu tersebut sudah merasa bahagia sebab tari topeng kini semakin dikenal oleh masyarakat. Di sekolah-sekolah, tarian itu juga sudah menjadi tradisi dalam acara perpisahan. ”Tak sulit bagi seseorang untuk bisa menari topeng. Asalkan tekun dan mau bekerja keras, tarian ini tidak sulit untuk dipelajari,” katanya. Tak hanya di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Tegal, ia juga diminta untuk menularkan keahliannya kepada masyarakat di kecamatan-kecamatan. Sawitri kini menetap di rumah sederhana yang berdekatan dengan tempat tinggal anaknya, Tri Purwanti (40). Jika dilihat pengorbanan dan jasa besarnya yang telah diberikan untuk Kabupaten Tegal, rasanya penghargaan untuk pencipta maupun pewaris tari topeng ini masih kurang. Diakuinya, ia masih berkeinginan untuk membeli pakaian tari topeng Krisna, namun hingga kini masih belum kesampaian. Untuk membeli pakaian tari tersebut, dirinya mengaku terkendala dana. Pernah, beberapa tahun silam ketika bertemu dengan Bupati Tegal H Agus Riyanto SSos MM, ia meminta pakaian tari topeng itu. Tetapi hingga kini, permintaannya belum dipenuhi. (Royce Wijaya SP-45)
84
PEDOMAN OBSERVASI TARI TOPENG ENDEL DALAM PERKEMBANGAN DAN PELESTARIAN KESENIAN KHAS TEGAL (STUDI DI KECAMATAN DUKUH WARU KABUPATEN TEGAL).
a. Obyek penelitian 1) Kondisi geografis Kecamatan Dukuh Waru, Kabupaten Tegal 2) Kehidupan kesenin di Kecamatan Dukuh Waru, Kabupaten Tegal 3) Kehidupan keagamaan masyarakat di Kecamatan Dukuh Waru, Kabupaten Tegal b. Tari Topeng Endel Dalam Perkembangan Dan Pelestarian Kesenian Khas Tegal 1) Kegiatan Sanggar Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuh Waru, Kabupaten Tegal 2) Sarana dan prasarana dalam Sanggar Tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuh Waru, Kabupaten Tegal 3) Penampilan Tari Topeng Endel.
85
Pedoman wawancara
TARI TOPENG ENDEL DALAM PERKEMBANGAN DAN PELESTARIAN KESENIAN KHAS TEGAL (STUDI DI KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL) A. Identitas Informan Nama
:
Umur
:
Pendidikan : Pekerjaan
:
Agama
:
Alamat
:
B. Informan 1. Pemimpin sanggar tari Topeng khas Tegal 2. Penari Topeng Endel 3. Pemain musik tari Topeng Endel 4. Penonton 5. Tokoh masyarakat 6. Camat Dukuh Waru 7. Dewan Kesenian Tingkat Kecamatan Dukuh Waru 8. Dinas Pariwisata Kabupaten Tegal C. Permasalahan Mengapa kesenian tari Topeng Endel dapat berkembang dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
86
Berdasarkan masalah tersebut dapat dirinci menjadi pertanyaan penelitian berikut : a. Informan dari pemimpin sanggar tari Topeng khas Tegal 1) Bagimana tanggapan anda tentang adanya tari Topeng Endel 2) Bagaimana perkembangan tari Topeng Endel dari periode awal sampai saat ini di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 3) Sanggar tari yang anda pimpin ada atau berdiri sejak kapan? 4) Bagaimana bentuk pertunjukan tari Topeng Endel? 5) Apa yang membedakan tari Topeng Endel dengan tari Topeng lain yang ada di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 6) Siapa sajakah yang terlibat dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 7) Siapa yang meminta kesenian ini dipentaskan? 8) Dalam acara apa saja tari Topeng Endel dipentaskan? 9) Berapa kali dalam sebulan frekuensi pementasan tari Topeng Endel? 10) Berapa kali dalam seminggu melakukan latihan tari Topeng Endel? 11) Apa saja yang menjadi faktor-faktor pendorong pelestarian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 12) Apa saja yang menjadi Faktor-faktor penghambat pelestarian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 13) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan dalam upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
87
b. Informan dari penari Topeng Endel 1) Siapakah pencipta tari Topeng Endel? 2) Bagimana tanggapan anda tentang adanya tari Topeng Endel? 3) Bagaimana perkembangan tari Topeng Endel dari periode awal sampai saat ini di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 4) Apa yang membedakan tari Topeng Endel dengan tari Topeng lain yang ada di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 5) Sejak kapan anda menjadi penari Topeng Endel? 6) Anda mempunyai keahlian menari Topeng Endel dari mana? 7) Apakah saudara sering melakukan latihan-latihan tari Topeng Endel, sebarapa sering? 8) Busana apa yang anda pakai pada saat menari Topeng Endel? 9) Bagaimana bentuk tata rias saat pertunjukan tari Topeng Endel? 10) Apa yang mendorong anda untuk menjadi penari Topeng Endel? 11) Apa saja yang menjadi faktor-faktor pendorong pelestarian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 12) Apa saja yang menjadi Faktor-faktor penghambat pelestarian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 13) Hal-hal apa saja yang mendukung upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel? 14) Hal-hal apa saja yang menghambat upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel?
88
15) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan dalam upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? c. Informan dari pemain musik 1) Bagimana tanggapan anda tentang adanya tari Topeng Endel 2) Apa yang mendorong saudara menjadi pemain musik tari Topeng Endel? 3) Bagaimana perkembangan tari Topeng Endel dari periode awal sampai saat ini di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 4) Sejak kapan anda menjadi pemain musik tari Topeng Endel? 5) Anda mempunyai keahlian memainkan alat musik tari Topeng Endel dari mana? 6) Apakah saudara sering melakukan latihan memainkan alat musik, seberapa sering? 7) Ada berapa banyak pemain musik dalam satu kali pertunjukan tari Topeng Endel? 8) Peralatan musik apa saja yang digunakan dalam kesenian tari Topeng Endel? 9) Bagaimana bentuk syair dalam gendhing? 10) Dalam masyarakat ada kesenian yang menggunakan alat musik modern, apakah saudara merasa bahwa kesenian modern menghambat kesenian tradisional? 11) Kalau menghambat, hambatan itu berupa apa?
89
12) Kalau mendukung, dukungan itu berupa apa? 13) Bagaimana usaha yang dilakukan anda agar iringan atau gendhing yang digunakan tidak kalah menarik dengan pertunjukan yang lebih modern? 14) Biasanya gendhing apa saja yang dimainkan dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 15) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan dalam upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? d. Informan dari penonton 1) Apa yang anda ketahui tentang tari Topeng Endel? 2) Seberapa sering anda menonton tari Topeng Endel? 3) Bagian mana yang paling anda sukai dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 4) Bagian mana yang paling anda tidak sukai dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 5) Bagaimana tanggapan anda tentang tari Topeng Endel? e. Informan dari tokoh masyarakat 1) Apa agama anda? 2) Apa yang anda ketahui tentang tari Topeng Endel? 3) Seberapa sering anda menonton tari Topeng Endel? 4) Bagian mana yang paling anda sukai dalam pertunjukan tari Topeng Endel?
90
5) Bagian mana yang paling anda tidak sukai dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 6) Bagaimana tanggapan anda tentang tari Topeng Endel? f. Informan dari Guru 1) Apa pendidikan anda? 2) Apa yang anda ketahui tentang tari Topeng Endel? 3) Seberapa sering anda menonton pertunjukan tari Topeng Endel? 4) Bagian mana yang paling anda sukai dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 5) Bagian mana yang paling anda tidak sukai dalam pertunjukan tari Topeng Endel? 6) Bagaimana tanggapan anda tentang tari Topeng Endel? g. Informan dari Camat Dukuhwaru 1) Bagimana tanggapan anda tentang adanya tari Topeng Endel, tanggapan menurut pribadi dan menurut profesi sebagai camat Dukuhwaru? 2) Apakah anda memotivasi keberadaan tari Topeng Endel? 3) Bagaimana anda memotivasi keberadaan tari Topeng Endel? 4) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan dalam upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal?
91
h. Informan dari Dewan Kesenian Daerah 1) Bagimana tanggapan anda tentang adanya tari Topeng Endel, tanggapan menurut pribadi dan menurut profesi sebagai Dewan Kesenian Daerah? 2) Apakah dampak positif yang diperoleh Dinas Kesenian Daerah dengan adanya tari Topeng Endel? 3) Bagaimana cara mempublikasikan tari Topeng Endel kepada masyarakat di Kabupaten Tegal maupun yang berada di luar Kabupaten Tegal? 4) Bagaimana perkembangan tari Topeng Endel dari periode awal sampai saat ini di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? 5) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan dalam upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal? i. Informan dari Dinas Pariwisata 1) Bagimana tanggapan anda tentang adanya tari Topeng Endel, tanggapan menurut pribadi dan menurut profesi kepala Dinas Pariwisata? 2) Apakah dampak positif yang diperoleh Dinas Pariwisata dengan adanya tari Topeng Endel? 3) Bagaimana cara mempublikasikan tari Topeng Endel kepada masyarakat di Kabupaten Tegal maupun yang berada di luar Kabupaten Tegal? 4) Usaha-usaha apa saja yang dilakukan dalam upaya perkembangan kesenian tari Topeng Endel di Kabupaten Tegal?