Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” TANTANGAN ISLAMISASI DAN WESTERNISASI TERHADAP SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Sigit Ardianto 1, Dwi Fathurohman 2 STKIP PGRI Jombang
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Perkembangan ilmu pengetahuan sangat progresif dan meningkatnya spesialisasi semua bidang ilmu pengetahuan telah melahirkan pandanganpandangan dunia dan interpretasi-interpretasi yang logis, intuitif, radikal dan rasional. Produk dari Masyarakat Ekonomi ASEAN telah membawa pada sekulerisasi dari produk sosial yang bersifat kapitalisme dan protestanisme dari pembentukan negara barat. Pendapat dari Darwin akan menyakinkan bahwa sains telah “menepikan” al-Khaliq dan menyakini bahwa proses alam ini terjadi tanpa pencipta, namun demikian belum terbukti karena Harrison Matthews berpendapat bahwa sains akan membutakan keyakinan untuk perlunya fakta empiris, sehingga sains akan terwujud, apabila Indonesia bisa membuktikan produk dan produktivitasnya melewati sains dan ilmu pengetahuan. Westernisasi dan islamisasi yang akan datang menjadi pertaruhan peradaban yang berkeadaban dan bisa saja tidak berperadaban, karena apabila sains dan ilmu pengetahuan tidak berjalan secara seimbang dan tidak akan terbukti fakta-fakta empiris, maka akan terjadi “ektrimisme” dalam hal menciptakan suasana religiusitas yang toleran antar umat beragama secara universal dan menyeluruh. Kata kunci : Westernisasi, Islamisasi, Masyarakat Ekonomi ASEAN A. Pendahuluan Ilmu dan agama merupakan dua instrumen penting bagi manusia untuk menata diri, berprilaku, bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta bagaimana manusia memaknai hidup dan kehidupan. Keduanya diperlukan dalam mendorong manusia untuk hidup secara benar. Sebagai makhluk berakal, manusia sangat menyadari kebutuhanya untuk memperoleh kepastian, baik pada tataran ilmiah maupun ideologi. Melalui sains, manusia berhubungan dengan realitas dalam memahami keberadaan diri dan lingkungannya, sedangkan agama menyadarkan manusia akan hubungan keagamaan realitas tersebut, untuk memperoleh derajat kepastian mutlak, yakni kesadaran akan kehadiran tuhan. Hidayat dan Nafis, lebih melihat peran dan fungsi ilmu dan agama dalam prespektif kekinian. Era globalisasi yang ditandai dengan tingkat kecanggihan teknologi, agama mulai terlihat kembali dibicarakan oleh banyak orang, karena memiliki kesempatan yang jauh lebih besar untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Umat manusia tentunya merasa bersyukur, mengingat pembicaraan agama berarti sebagai pertanda bahwa umat manusia mulai lagi membicarakan dan mencari tentang makna dan tujuan hidup.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” Sejak eropa mengalami renaisans hingga saat ini, perkembangan ilmu-ilmu rasional dalam semua bidang kajian sangat pesat dan hampir keseluruhannya dipelopori oleh ahli sains dan cendikiawan barat. Sudah tentunya ilmu yang di kembangkan ini di bentuk dari acuan pemikiran falsafah barat, yang di tuangkan dalam pemikiran yang paling berpengaruh yaitu sekularisme, utilitarianisme dan materialism. Pemikiran ini memengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Harvey cox mengungkapkan sekularisasi melibatkan tiga komponen terpadu, yaitu; 1) penolakan unsur transenden dalam alam semesta; 2) memisahkan agama dari politik; 3) nilai yang tidak mutlak atau relatif; bukan saja bertenangan dengan fitrah manusia yang merupakan worldview islam, tetapi juga memutuskan ilmu dari pondasinya dan mengalihkanya dari tujuanya yang hakiki. Peradaban dunia sekular, satu-satunya tempat bagi agama hanyalah berada dalam ruang atau relasi-relasi yang bersifat interpersonal daripada bersifat publik. Secara paradoks, „kematian‟ agama sebagai ikatan sosial menghubungkan semua aspek kehidupan manusia yang siap mengalami pembaruan pada dirinya sendiri. Tesis weber menegaskan bahwa di satu sisi, sekularisasi melibatkan pluralisme nilainilai yang saling bertentangan dan pengesampingan kelembagaan agama hanya menjadi pilihan-pilihan murni pribadi, dan di sisi lainya, seklarisasi merupakan produk sosial dari kapitalisme dan protestantisme. B.
Pembahasan 1. Westernisasi Ilmu Pengetahuan Pada zaman modern, filsafat Immanuel Kant sangat berpengaruh. Kant menjawab keraguan terhadap ilmu pengetahuan yang di munculkan oleh David Hume yang skeptik. Hume prihatin bahwa metafisika tradisional sangat kabur, tidak pasti, melebih-lebihkan akal manusia. Disamping itu metafisika juga tercampur dengan dogma-dogma katholik, jargon-jargon politis dan takhayultakhayul rakyat. Karena itu Hume ingin membersihkan filsafat dari simbolsimbol religius dan methafisis (sekularisasi). Menurut kant, pengetahuan adalah mungkin,namun metafisika adalah tidak mungkin, karena tidak bersandarkan kepada pancra indra .dalam pandangan kant ,di dalam metafisika tidak terdapat pernyataan –pernyataan sintetik apriori seperti yang ada dalam matematika, fisika dan ilmu –ilmu yang berdasarkan fakta empiris. kant menanamkan metafisika sebagai “ilusi transenden“. Menurut kant, pernyataan –pernyataan metafisis tidak memiliki nilai epistemologis. Epistomologi barat modern sekular semakin bergulir dengan munculnya filsafat dialektika hegel yang terpengaruh dengan kant.bagi hegel,pengetahuan adalah on going process,dimana apa yang diketahui dan “aku” yang mengetahui terus berkembang, tahap yang sudah tercapai “disangkal” atau “dinegasi” oleh tahap baru.bukan dalam arti bahwa tahap lama itu tidak berlaku lagi ,tetapi tahap lama itu ,dalam cahaya pengetahuan kemudian terlihat terbatas .jadi tahap lama itu tidak benar karena terbatas dan dengan demikian jangan dianggap kebenaran. Epistomologi barat modern sekular juga melahirkan paham ateisme .akibatnya ,paham ateisme menjadi fenomena umum dalam berbagai disiplin keilmuwan seperti filsafat ,sains,sosiologi,politik,ekonomi dan lain-lain.ludwig feuerbach ,murid hegel dan seorang teolog merupakan salah seorang pelopor faham ateisme diabad modern. Feuerbach ,menegaskan prinsip filsafat yang paling tinggi adalah manusia .sekalipun agama atau teologi menyangkal ,namun pada hakikatnya ,agamalah yang menyembah manusia (religion that worships man ).agama adalah mimpi akal manusia (religion is the dream of human mind).feuerbach , murid Hegel dan seorang teolog merupakan salah seorang
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” pelopor faham atheisme di abad modern, Feurbach, mengaskan prinsip filsafat yang paling tinggi adalah manusia. Sekalipun agama atau teology menyangkal, namun pada hakikatnya, agamalah yang menyembah manusia (religion that worships man). Agama adalah mimpi akal manusia (religion is dream of human mind). Feurbach menunjukan bahwa agama hanyalah aspek tentang ketersaingan manusia dari dirinya sendiri. Menurutnya, manusia harus mencapai suatu dari dirinya sendiri. Menurutnya, manusia harus mencapai suatu kesadaran bahwa semua sifat yang dimiliki oleh tuhan, pada dasarnya juga bisa bersifat manusiawi, presepktif ini menghasilkan pandangan “sebuah kritik yang kritis” (critical crticism) yang berusaha mempatkan kembali manusia sebagai subjek, bukan sebagai predikat dari suatu tindakan. Karena itu,mempercayai bahwa “tuhan menciptakan manusia” bisa berubah menjadi “manusia menciptakan tuhan“. Paham atheisme juga berkembang dalam disiplin ilmu sosiologi. Diantaranya aguste comte memandang kepercayaan kepada agama merupakan bentuk keterbelakangan masyarakat.dalam pandangan comte,masyarakat berkembang melalui tiga fase teoritis. Pertama, fase teologis atau fase fiktif, pada fase ini, akal manusia menganggap fenomena dihasilkan oleh kekuatan –kekuatan abstrak atau entitasentitas yang nyata yang menggantikan kekuatan ghaib .ketiga,fase saintifik atau fase positif ,pada fase ini akal manusia menyadari bahwa tidak mungkin mencapai kebenaran mutlak. Comte yang terkenal dengan filsafat positivisme ,mencoba menggambarkan bagaimana masyarakat industri diorganisasikan.menurutnya,para organisator dalam masyarakat industri adalah elite intelektual ,yakni para filsuf positivistik dan para ilmuwan.mereka ini dianggap sebagai pemilik pengtahuan sejati .peranan elite rohaniawan gereja dalam masyarakat positif digantikan oleh elite positivistik. artinya,mereka ini memegang peranan absolut sebagai organisator dan pengontrol masyarakat, sehingga imam-imam agung ilmu pengetahuan yang menggantikan posisi paus dan uskup dalam gereja. Kritik terhadap eksistensi tuhan juga bergema didalam filsafat. Nietzsche, mengungkapkan agama adalah “membuat lebih baik sesaat dan membiuskan “.keadaan manusia tanpa allah adalah kemerdekaan mutlak .meskipun demikian, ”kematian allah” juga membuat manusia kehilangan arah, sendirian,kesepian .inilah menurut Nietzsche disebut sebagai nihilisme .artinya suatu keadaan tanpa makna,hilangnya kepercayaan akan nilai-nilai yang berlaku dalam agama kristen akibat “kematian allah”. Hilangnya kepercayaan itu akhirnya juga menghilangkan kepercayaan manusia pada segala nilai. 2. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan modern yang diproyeksikan melalui pandangan – pandangan hidup dibangun diatas visi intelekual dan psikologis budaya dan peradaban barat .menurut Naquib al-Attas ,ada 5 faktor yang menjiwai budaya dan peradaban barat. a. Akal diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia, b. Bersikap dualistik terhadap –terhadap realitas dan kebenaran c. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular d. Membela doktrin humanisme e. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” Menurut Naquib al –Attas dalam safaat (2014: 43) islamisasi ialah pembebasan manusia,mulai dari magic,animisme dan tradisi kebudayaan kebangsaan dan kemudian dari penguasaan sekular atas akal dan bahasanya.Sedangkan Ismail Raji al-Faruqi dalam safaat(2014: 43) menjelaskan pengertian islamisasi ilmu sebagai usaha untuk mengacukan kembali ilmu yaitu,untuk mendefinisikan kembali,menyusun ulang data ,memikir kembali argumen dan rasionalisasi berhubung data itu ,menilai kembali kesimpulan dan tafsiran ,membentuk kembali tujuan dan melakukannya yang membolehkan disiplin iu memperkayakan visi dan perjuangan islam. 3. Gagasan Ilmiah 1: Tentang Pengaruh Islam Nusantara Terhadap Westernisasi, Sains dan Tekhnologi Istilah Islam Nusantara yang dikembangkan Nahdlatul Ulama saat ini juga menunjukkan bahwa Islam yang dikembangkan para ulama di Indonesia selalu bisa berdampingan dengan siapa pun secara damai. Bahkan, saat ini banyak ulama dari Timur Tengah yang datang ke Indonesia untuk belajar mengenai konsep Islam Nusantara Salah satu cabang dari revolusi mental adalah konsep “Islam Nusantara”. Konsep Islam Nusantara ini diluncurkan supaya masyarakat bisa memilah mana islam toleran dan mana islam radikal. Kemudian disusul program Hari Santri Nasional untuk merapatkan barisan para santri. Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy‟ari, fikih mazhab Syafi‟i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global. Westernisasi adalah sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik, sosial, budaya, dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan sehari-hari bangsa-bangsa dengan gaya Barat. Dengan banyak cara, westernisasi menggusur kepribadian suatu bangsa yang merdeka dan memiliki karakteristik yang unik. Kemudian bangsa tersebut dijadikan boneka yang meniru secara total peradaban Barat. Secara budaya penulis mengamati bahwa ada pertentangan paham antara islam dan budaya barat, dimana hubungan korelasi keduanya sering bertemu di negara yang menganut paham demokrasi, dari pada negara yang berpaham agama. Pertentangan ke duanya akan mempengaruhi dalam perkembangan ilmu dan teknologi, sementara dalam bidang pendidikan berdasarkan buku Anotasi Pemikiran Hukum yang di jadikan sebagai bahan rujukan penulis menganalisis bahwa perkembangan ilmu dan teknologi cenderung di kembangkan oleh filsuf-filsuf barat, yang mana lebih condong ke sains dan pemikiran barat dalam konsep keilmuan yang berbanding dengan ketuhanan. Islam nusantara diluncurkan supaya bangsa Indonesia bisa memilah mana islam toleran dan mana islam radikal, pandangan hidup dalam islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth). Realitas dan kebenaran dalam islam bukanlah semata-mata pikiran tentang alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik, mengenai dunia, yang dibatasi pada dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian metafisis terhadap dunia yang nampak dan tidak nampak. Jadi pandangan hidup islam mencangkup dunia dan akhirat, yang mana aspek dunia harus dihubungkan dengan cara yang sangat mendalam pada aspek akhirat dan aspek akhirat memiliki signifikasi yang terakhir dan final.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” Dari uraian tersebut penulis menganalisa bahwa islam nusantara adalah islam yang memiliki cakupan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, hubungan islam nusantara terhadap westernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah islam akan menjadi filter bagi bangsa indonesia dalam menyikapi arus westernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat indonesia yang masih menjaga penuh kaidah-kaidah islam diharapkan mampu memilah menjadikan agama sebagai filter masuknya budaya asing, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan belum adanya acuan untuk memilah pengaruh tersebut menjadikan islam nusantara mempunyai kontrol penuh terhadap pengaruh westernisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan islam yang kuat dan kokoh maka masyarakat indonesia akan tahu benar bahwa westernisasi itu akan membawa dampak yang sangat besar bagi bangsa indonesia apabila masyarakat indonesia mampu menyaring atau memilah westernisasi itu dengan baik dan benar maka akan membawa dampak yang positif bagi bangsa indonesia seperti akan bertambahnya ilmu pengetahuan yang sangat luas dan makin canggihnya teknologi yang didapat oleh bangsa indonesia melalui westernisasi tersebut. Ilmu-ilmu ke islaman diperlukan dalam menjawab tantangan islam menghadapi westernisasi,dan perkembangan ilmu dan teknologi, dikarenakan ilmu-ilmu tersebut berdasarkan atas al-quran dan assunnah.kedua sumber pokok dalam islam tersebut mengatur tata hubungan antara manusia dengan tuhan yang disebut juga dengan jiwa agama dan mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya.tata hubungan manusia dengan tuhan itu tidak akan berubah –ubah sebagaimana diteladankan oleh baginda Rasul.sementara tata hubungan manusia dengan manusia semenjak islam diturunkan selalu mengalami perubahan.tata hubungan ini adalah jiwa kebudayaan .prinsipprinsip kebudayaan itu bertahan tetap ,karena ditetapkan oleh islam itu sendiri ,tetapi pelaksanaannya selalu berubah. 4. Gagasan Ilmiah 2: Sains dan Teknologi Dalam Pembangunan Ekonomi Berlandaskan Iman Dan Taqwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sains dan teknologi telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih maju dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat. Pada era MEA sekarang ini penguasaan sains dan teknologi merupakan indikator signifikan dalam percepatan pertumbuhan/pembangunan suatu bangsa. Upaya mengejar ketertinggalan sains dan teknologi bangsa-bangsa yang sedang membangun terhadap bangsa-bangsa yang sudah maju bukanlah suatu hal yang mudah karena kondisinya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan masyarakat setempat. Sains sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang bersifat deskriptif mulai berkembang pada tahap ontologis.pada tahap tersebut ilmu pengetahuan tidak lagi berpaling pada perasaan (intuisi) melainkan kepada pikiran yang berdasarkan penalaran (rasio).teknologi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat preskriptif mulai berkembang pada tahap fungsional.pada tahap ini,pengetahuan yang didapat pada tahap ontologis mempunyai manfaat langsung kepada kehidupan manusia. Pembangunan ekonomi, dalam konteks dan lingkup kajian pembangunan ekonomi berkembang dua orientasi dan fokus yang berbeda ,yaitu pembangunan ekonomi lokal (Led :Local Economic Development) dan pembangunan ekonomi komunitas (CED :Community Economic Development), Menurut pedoman pelatihan yang diterbitkan oleh Un-Habitat (2003) ,pembangunan ekonomi lokal (local economic development,LED) adalah proses
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” partisipatori dimana semua pihak dari semua sektor dilokal tersebut bekerja bersama-sama untuk menstilmulasi aktivitas komersial sehingga tercipta kondisi ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan .LED sebagai sarana untuk membantu menciptakan lapangan kerja yang layak dan memperbaiki kualitas hidup seseorang. Jika dicermati ,perkembangan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua sistem konvensional yang saling berebut pengaruh untuk menguasai ekonomi dunia,yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis .sebut saja sistem ekonomi bermazhabkan ekonomi kapitalis ,dimana mazhab ini selalu mengarahkan sistem perekonomiannya kepada nilai-nilai material yang memberikan kebebasan kegiatan ekonomi kepada individu dan menafikan nilai-nilai sosial .sedangkan sistem ekonomi sosialis adalah mazhab ekonomi dunia yang mengarahkan kegiatan ekonominya terlepas dari nilai-nilai etika ,moral dan agama. Ilmu ekonomi adalah kajian yang berlandaskan al-qur‟an dan sunnah yang membahas kebutuhan manusia yang dibatasi dengan materi yang berbatas pula .semisal,seorang muslim kaya tidak diperkenankan untuk mengonsumsi dengan tanpa batasan ,namun demikian,didalam ekonomi konvensional manusia yang kaya diperkenankan dan seyogyanya mengkonsumsi materi sesuai dengan kekayaannya atau bahkan lebih. Indonesia menganut sistem ekonomi Pancasila. Ini berarti bahwa sistem perekonomian di Indonesia harus mengacu serta berdasarkan pada kelima sila dalam Pancasila. Sehingga secara normatif landasaan idiil sistem perekonomian di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Dimana aplikasi pelaksanaan sistem ekonomi di Indonesia tidak boleh menyimpang dari sila-sila pada Pancasila serta pasal-pasal yang terkandung dalam UUD 1945. Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah. Pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karenanya maka pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha, sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim tersebut dengan kegiatan yang nyata. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jika di kaitkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat memungkinkan terjadi, persaingan ekonomi di era MEA yang sedang berlangsung saat ini menjadikan kesatuan sistim ekonomi global yang terjadi di wilayah ASEAN, ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi bekal bangsa indonesia dalam menghadapi pasar ekonomi MEA dengan sistim ekonomi dari bangsa asia tenggara, sedangkan pancasila sebagai landasan ekonomi Indonesia hendaknya dijadikan landasan dan pegangan bangsa Indonesia. Ekonomi yang berlandaskan ketuhanan yang maha esa akan membentuk suatu tatanan ekonomi berdasarkan agama, kemanusiaan, sosial dan kemakmuran bersama sesuai harapan pasal 33 ayat 1 dan 4 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. 5. Gagasan Ilmiah 3 : Pendidikan Perdagangan yang Berorientasi Pada Pendekatan Sosio-Culture.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang majemuk. Ciri yang menandai sifat kemajemukan ini adalah adanya keragaman budaya yang terlihat dari perbedaan bahasa, sukubangsa (etnis) dan keyakinan. Agama serta kebiasaan-kebiasaan kultural lainnya pada satu sisi, kemajemukan budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada sisi yang lain keragaman kultural memiliki potensi bagi terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa. Pluralitas budaya ini seringkali dijadikan alat untuk memicu munculnya konflik suku bangsa, agama, ras dan antargolongan (SARA), meskipun sebenarnya faktor-faktor penyebab dari pertikaian tersebut lebih pada persoalan-persoalan politik, ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi. Keberadaan agama tidak lepas dari pengaruh realitas di sekelilingnya. Penyesuaian doktrin agama dengan lingkungan budaya menghasilkan praktik keagamaan. Perkembangan agama dalam wacana maupun praktik menunjukkan adanya konstruk manusia. Agama merupakan hubungan dialektika antara konstruksi Tuhan (Kitab suci) dengan konstruksi manusia (interpretasi kitab suci). Perbedaan dalam masyarakat adalah masalah interpretasi, sebagai gambaran pencarian bentuk pengamalan agama yang sesuai dengan konteks sosial-budaya manusia. Adaptasi agama (teks) dengan kebudayaan (konteks) menjadi bidang kajian Antropologi Hukum. Penjelasan antropologi berguna untuk mempelajari agama secara empirik, yaitu pemahaman terhadap konteks sosial yang melingkupi agama (manusia dan budaya) Kajian antropologi bersifat interpretatif, yaitu mencari makna (meaning) dalam praktik keberagamaan. Antropologi bertujuan untuk melihat keragaman pengaruh budaya dalam praktik agama. Hambatan Agama menyangkut persoalan keyakinan (believes) yang ukuran kebenarannya terletak pada keyakinan. Agama adalah sesuatu yang sakral, sehingga tabu untuk dipelajari. Keberadaan agama dalam sistem sosial budaya adalah objek yang menjadi perhatian utama dalam antropologi agama. Kehidupan beragama punya pengaruh terhadap aspek kebudayaan yang lain. Ekspresi religius ditemukan dalam budaya material, perilaku manusia, nilai moral, sistem keluarga, ekonomi, hukum, politik, pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan lain sebagaiya. Agama juga mengajarkan bahwa mencari rezeki adalah mencari karunia Tuhan atau melaksanakan perintah-Nya. Umat beragama diperintahkan untuk melakukan usaha produktif, seperti menanam pohon, membuka tanah mati, melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan jasa bagi oranglain ,seperti mengajar, bertukang dan lain-lain. Dalam menjalankan usaha tersebut harus diperhatikan norma halal dan haram. mengaitkan usaha mencari rizki dengan Tuhan diharapkan tambahan harapan dan optimisme karena Dialah yang Maha Kaya dan Pengasih kepada HambaNya. Kemudian ajaran agama juga sangat diperlukan untuk memacu semangat kewirausahaan, dan kemandirian. Dengan ajaran agama, etos kerja meningkat, hemat dan keikhlasan meningkatkan produktifitas. Pendidikan perdagangan yang berorientasi pada sosio culture dalam era MEA ini sangat diperlukan sebab dengan memperhatikan budaya dan agama di negara kawasan ekonomi ASEAN masyarakat akan di hadapkan dalam berbagai budaya yang di bawa oleh negara anggota ASEAN, ketidak samaan ini sangat memungkinkan menimbulkan perbedaan cara pandang dalam perdagangan. Pendidikan perdagangan di Indonesia yang bersistim ekonomi pancasila diharapkan menjadi bekal bagi bangsa indonesia dalam menghadapi pengaruh budaya yang dibawa oleh negara anggota ASEAN yang pada dasarnya budaya dan agamanya berbeda-beda , apabila semua itu tidak diperkuat kuat dengan
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” agama yang baik maka semua itu akan tidak berjalan dengan seimbang apabila pengaruh budaya luar itu tidak sama dengan budaya dinegara indonesia ,pengaruh budaya luar bagi bangsa indonesia itu sangat besar bagi sistem perdagangan di indonesia yang tentunya akan menyasar pada masyarakat indonesia ,masyarakat indonesia tentunya harus dibekali dengan ilmu dan pengetahuan yang luas dan diperkuat dengan agama dan budaya bangsa agar masyarakat mampu bersaing dan beradaptasi dibidang perdagangan di dalam era MEA ini.dengan penguatan pendidikan dan agama akan menjadi modal yang besar bagi bangsa indonesia untuk bersaing dengan negara kawasan ekonomi ASEAN diera MEA .dengan budaya indonesia yang kental seperti gotong royong akan menjadi sikap mempererat tali persaudaraan bagi masyarakat untuk bekerja sama dibidang perdagangan, dengan itu dalam persaingan perdagangan MEA ini bangsa indonesia telah mempunyai modal besar seperti kerja sama antar masyarakat yang tentunya mampu bersaing dengan mudah diera MEA,pendidikan perdagangan di indonesia ini akan menjadi tumpuan bagi bangsa karena dalam mengarumi era MEA yang begitu besar ini akan menjadi bekal bagi masyarakat indonesia,dan nilai agama akan menjadi tumpuan yang sangat besar bagi masyarakat agar penguatan agama ini masyarakat akan mampu memilah budaya luar mana yang baik dan mana yang tidak baik agar masyarakat indonesia tidak akan terjerumus kedalam masukan budaya luar,pendidikan perdagangan ini akan diperkuat dengan agama yang bertujuan untuk memperkuat sistem kerja sama masyarakat indonesia dibidang perdagangan yang tentunya aka bersaing dengan negara kawasan ekonomi ASEAN.dalam hal ini pemerintah harus berperan aktif dalam masalah ini dengan tujuan pemerintah harus mengendalikan seperti memberikan fasilitas yang mempuni guna menunjang keaktifan mayarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mengahadapi MEA ini . 6. Gagasan Ilmiah 4: Kajian Humanistik Islamisasi dan Westernisasi Di Indonesia dalam Pengaruh Mea. Seperti kita pahami sebagai motto Negara yang di angkat dari kakawin sutasoma karya mpu tantular pada jaman keprabonan majapahit(abad 14) secara harfiah Bhineka Tunggal Ika diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu atau although in pieces yet one.(wikipedia).Motto ini digunakan sebagai ilustrasi jati diri bangsa indonesia yang secara natural ,dan sosial -kultural dibangun diatas keanekaragaman.(etnis,bahasa,budaya dll).jika dikaji secara akademis ,bhinneka tunggal ika tersebut dapat dipahami dalam konteks konsep generik multiculturalism atau multikulturalisme. Secara historis kontemporer dalam masyarakat barat, multikulturalisme setidaknya menunjuk pada tiga hal.pertama,sebagai bagian dari pragmatism movement pada akhir abad ke 19 di eropa dan amerika serikat.kedua,sebagai political and cultural pluralism pada abad ke 20 yang merupakan bentuk respon terhadap imperialisme eropa di afrika dan imigrasi besar besaran orang eropa ke amerika serikat dan amerika latin.ketiga,sebagai official national policy yang dilakukan di canada pada 1971 dan di australia tahun 1973 dan berikutnya dibeberapa negara eropa.secara konseptual tampaknya dinamika pemikiran tentang multikulturalisme tersebut merupakan pergumulan antara pilihan menjadi monocultural nation-state yang didasarkan pada prinsip...each nation is entitled to its own souvereign state and to engender,protect and preserve its own unique culture and history ,atau menjadi multilingual and multi-ethnic empires yang dianggap sangat opresif ,seperti austro –hungarian empire dan ottoman empires.namun demikian dalam praksis kehidupan kenegaraan yang berbasis pemikiran monoculturalism ternyata ideology nation-state dengan prinsip unity
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” of religion tidak mudah diwujudkan.oleh karena itu dalam kondisi tidak dicapainya cultural diversity unity,karena dalam kenyataannya justru memiliki cultural diversity,negara melakukan berbagai kebijakan,yang salah satunya yang paling umum adalah melakukan cumpolsory primary education dalam satu bahasa.walaupun demikian hal tersebut potensial menimbulkan cultural conflict sebagai akibat dari pengabaian terhadap bahasa lokal atau daerah. Gagasan islamisasi, sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati dan menjadi great project bagi kalangan masyarakat Muslim. Gagasan ini muncul untuk merespons perkembangan pengetahuan modern yang didominasi peradaban Barat non-Islam. Dominasi peradaban sekuler menjadi faktor dominan dari kemunduran umat Islam. Padahal, dalam sejarah awal perkembangannya, umat Islam mampu membuktikan diri sebagai kampiun pertumbuhan peradaban dan ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam terus memudar seiring dengan merosotnya kekuasaan politik Islam. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Barat, secara tidak langsung, berimplikasi positif bagi dunia Islam. Paling tidak, dunia Islam sadar akan terbelakangnya peradaban dan ilmu pengetahuan di kalangan mereka. Sehingga, berangkat dari kesadaran dimaksud, pada awal abad kedua puluh Islam mengalami dinamika baru melalui reorientasi dan transformasi ajarannya. Kebangkitan Islam pada awal abad ini diidentifikasi sebagai upaya memandang modernisasi yang berkembang dalam bingkai Islam. Dalam bahasa Huntington, ia dipahami sebagai perwujudan dari penerimaan terhadap modernitas, penolakan terhadap kebudayaan Barat, dan re-komitmen terhadap Islam sebagai petunjuk hidup dalam dunia modern. Dari sini nyata bahwa kebangkitan Islam bukan berarti menolak kehidupan modern. Ia justru mendorong umatnya untuk menjalani arus kehidupan modern yang memang tak terbendung. Sehingga, Islam dapat mengartikulasikan ajarannya dalam semua sisi kehidupan modern. Respons terhadap modernisasi disikapi umat Islam dengan tetap bertopang pada ajaran Islam. Wujud nyata dari sikap umat adalah munculnya proses islamisasi kehidupan modern di kalangan masyarakat Islam. Maka, tidak berlebihan, bila sejak tahun 1970-an konsep islamisasi pengetahuan mulai dibumikan oleh alAttas. Kebangkitan Islam, yang secara massif dibarengi simbolisasi Islam dalam kehidupan masyarakat Muslim, semakin mendorong isu islamisasi. Sehingga, pada dekade tahun 1980–an yang merupakan titik awal gerakan al-Faruqi, isu islamisasi ini mengambil obyek ilmu pengetahuan. Di sini al-Faruqi berupaya memadukan nilai etis dan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Proses islamisasi ilmu pengetahuan tidak diarahkan untuk menolak pengetahuan yang ada. Kecuali itu, ia merupakan upaya holistik dalam upaya integrasi dua kajian, wahyu dan alam, untuk menemukan alternatif metode pengetahuan yang mampu mengeluarkan manusia modern dari krisis peradaban destruktif. Pelibatan aspek wahyu dalam metode pengetahuan, sebagai proses islamisasi, berbanding terbalik dengan metode yang berkembang di kalangan ilmuan Barat modern. Metode pengetahuan modern tidak lagi mempertimbangkan aspek nilai, apalagi wahyu, dan bahkan secara ekstrim ia tidak lagi memberikan tempat pada nilai-nilai manusiawi. Ini terlihat dari pernyataan Sardar bahwa desakan untuk menolak semua pertimbangan nilai dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan menyebabkan metode pengetahuan modern memperlakukan obyek penyelidikan, baik manusia maupun bukan manusia, sebagai benda mati yang bisa dieksploitasi, dimanipulasi dan dibedah atas nama sains. Menyadari kondisi demikian, ilmuan Muslim berupaya mengajukan metode pengetahuan dengan bertumpu pada ajaran Islam. Westernisasi Ilmu Pengetahuan Pada zaman modern, filsafat Immanuel Kant sangat berpengaruh. Kant menjawab
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” keraguan terhadap ilmu pengetahuan yang dimunculkan David Humme yang skeptik.Menurut Kant, pengetahuan adalah mungkin, namun metafisika adalah tidak mungkin, karena tidak bersandarkan kepada panca indera. Dalam pandangan Kant, di dalam metafisika, tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik – a priori seperti yang ada di dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Mengingat bahwa Islamisasi Ilmu Pengetahuan, yang populer di tahun 80-an, sejatinya telah dicanangkan kurang lebih dua dekade sebelumnya oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas, maka kajian mengenai substansi Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer akan lebih jelas jika merujuk kepada konsepkonsepnya. Selain itu, konsep-konsep yang diajukannya berdasarkan pernahaman yang mendalam terhadap pandangan hidup dan peradaban manusia Barat dan epistemologinya. MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ialah suatu realisasi dari tujuan akhir terhadap integrasi ekonomi yang telah dianut didalam ASEAN Visi 2020 yang berdasarkan atas konvergensi kepentingan para negara-negara anggota ASEAN untuk dapat memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi lewat inisiatif yang ada dan baru dengan memiliki batas waktu yang jelas. Didalammendirikan masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA, ASEAN mesti melakukan tidakan sesuai dengan pada prinsip-prinsip terbuka, berorientasi untuk mengarah ke luar, terbuka, dan mengarah pada pasar ekonomi yang teguh pendirian dengan peraturan multilateral serta patuh terhadap sistem untuk pelaksanaan dan kepatuhan komitmen ekonomi yang efektif berdasarkan aturan. MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan adanya mekanisme dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru yang berinisiatif ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada disektor-sektor prioritas; memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja memiliki bakat dan terampil; dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di ASEAn. Menjadi langkah awal dalam mewujudkan MEA atau MAsyarakat Ekonomi ASEAN. Di saat yang sama, MEA akan dapat mengatasi kesenjangan pada pembangunan dan melakukan percepatan integrasi kepada negara Laos, Myanmar, Vietnam dan Kamboja lewat Initiative for ASEAN integration dan inisiatif dari regional yang lainnya. C. Penutup Fenomena perkembangan teknologi dan berbagai masalah yang ditimbulkannya dari sebuah perspektif teoritik yang melihat teknologi sebagai hasil dari produksi dan reproduksi proses-proses sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Teknologi dalam peradabannya akan bersifat tidak netral dalam tataran nilai kemanfaatan. Westernisasi dan islamisasi yang akan datang menjadi pertaruhan peradaban yang berkeadaban dan bisa saja tidak berperadaban, karena apabila sains dan ilmu pengetahuan tidak berjalan secara seimbang dan tidak akan terbukti fakta-fakta empiris, maka akan terjadi “ektrimisme” dalam hal menciptakan suasana religiusitas yang toleran antar umat beragama secara universal dan menyeluruh.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Daftar Pustaka Adi Setia, Epistimologi Islam Menurut al-Attas, Jurnal Islamia thn. II No. 6 Juli 2005. Adi Setia, Kritik Sains Terhadap Teori Evolusi Darwin., Ju Jurnal Islamia thn. II No. 6 Juli 2004. Adnin Armas., 2003., Pengaruh Kristen Orientalis Terhadap Islam Liberal: Dialog Interaktif dengan Aktivis Jaringan Islam Liberal., Gema Insani Perss., Jakarta. Adnin Armas., Westernisasi dan Islamisasi Ilmu., Jurnal Islamia., Tahun II No. 6 Juli 2005 Alparsan., Holistic Approach to Scientific Traditions., Jurnal Islamic and Science 1, No. 1, 2003 Bartens, K., 1999., Sejarah Filsafat Yunani., Yogyakarta., Kanisius. Bryan S. Turner, 2005., Weber and Islam., disadari Mudhofir Abdullah, Menggugat Sosiologi Sekuler, Studi Analisis Atas Sosiologi Weber., Suluh Press., Yogyakarta. Budi Hardiman., 2011., Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (Dari Machiavelli sampai Nietzsche)., Erlangga, Jakarta. CA. van Peursen., 1980., Filsifische Orientatie alih bahasa Dick Hartoko., Orientasi di Alam Filsafat., Gramedia Jakarta. Frans magnis Suseno., 2001., Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Gramedia Pustaka Utama., Jakarta.