PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN MOTIVASI BERPRESTASI ( Studi Kasus Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik Dinamik Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo Tahun Pelajaran 2008/2009 )
TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Oleh :
SUPRIYANTO S.831107126
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN MOTIVASI BERPRESTASI ( Studi Kasus Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik Dinamik Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo Tahun Pelajaran 2008/2009)
Disusun oleh :
SUPRIYANTO S.831107126
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Dra. Suparmi, M.A. Ph.D NIP. 19520915 197603 2 001
……………...
Pembimbing II
Drs. Haryono, M.Pd. NIP. 19520423 197603 1 002
……………...
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
ii
PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN MOTIVASI BERPRESTASI ( Studi Kasus Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik Dinamik Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo Tahun Pelajaran 2008/2009)
Disusun oleh :
SUPRIYANTO S.831107126 Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji pada tanggal…………….
Jabatan
Ketua
Nama
Tanda Tangan
: Prof. Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd
……………...
Sekretaris : Prof. Dr. H. Ashadi.
.………….......
Anggota
........................
: 1. Dra. Suparmi, M.A. Ph.D 2. Drs. Haryono, M.Pd.
........................
Surakarta............................ Mengetahui : Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : Supriyanto NIM
: S8311007126
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ” PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
EKSPERIMEN
DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN MOTIVASI BERPRESTASI” ( Studi Kasus Prestasi Belajar Fisika Materi Listrik Dinamik
Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2
Karangrejo Tahun Pelajaran 2008/2009 )” adalah betul-betul karya sendiri, HalHal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut
Surakarta, November 2009 Yang membuat pernyataan
Supriyanto
iii iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan karunia serta hidayah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis. Selama menyusun tesis ini banyak sekali bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka tesis dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D, selaku Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr.H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Pendidikan Sains, Program Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Suparmi, M.A.Ph.D. sebagai Pembimbing I telah berkenan memberikan bimbingan dan waktu dalam mengarahkan penyusunan tesis ini. 4. Drs. Haryono, M.Pd, sebagai Pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan waktu dalam mengarahkan penyusunan tesis ini. 5. Staf dosen pengajar dan karyawan Progran Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6.
Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak selalu penulis harapkan. Surakarta, November 2009 Penulis
v v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………..
ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………..
iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI……...……….…………………………………………….....
v
ABSTRAK…………………………………………………………………
vi
ABSTRACT…………………………………………………………………
vii
. BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A
Latar Belakang……………………………………………
1
B
Identifikasi Masalah……………………………………...
6
C
Pembatasan Masalah……………………………………..
7
D
Perumusan Masalah………………………………………
8
E
Tujuan Penelitian…………………………………………
9
F
Manfaat Penelitian……………………………………….
10
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A
Kajian Teori………………………………………………
12
1. Pengertian Belajar…………………………………........
12
2. Teori Belajar...............................…….............................
15
a. Teori Belajar Piaget (Psikologi Perkembangan)..........
15
b. Teori Belajar Ausubel .................................................
17
c. Teori Belajar Bruner ..................................................
18
vi
d. Teori Belajar Gagne ....................................................
19
3. Ketrampilan Proses ............ ...........................................
21
4. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri ..................................
23
a. Pengertian Inkuiri ......................................................
23
b. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri .. .................................
25
5. Metode Eksperimen .......................................................
26
6. Metode Demonstrasi .......................................................
29
7. Kemampuan Menggunakan Alat.....................................
31
a. Tata Tertib Praktikum ...............................................
34
b. Bahan dan alat Laboraturium ...................................
35
c. Menjaga Keselamatan Kerja ....................................
35
d. Peranan Laboraturium Fisika ..................................
36
e. Laboratorium Sebagai Metode Pembelajaran ..........
36
f. Laboraturium Sebagai Prasarana Pendidikan ...........
38
g. Menggunakan Alat-alat Laboraturium ......................
38
8. Motivasi Berprestasi ......................................................
44
a. Pengertian Motivasi ..................................................
44
b. Pernan Motivasi Pada Proses Belajar .......................
47
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi ..........
48
d. Motivasi Instrinsik dan ekstrisik .............................
49
e. Teknik Memotivasi Siswa .......................................
49
9. Prestasi Belajar ........................................................... .
53
a. Pengertian Prestasi Belajar ......................................
53
b. Fungsi Prestasi Belajar ............................................
56
vii
BAB III
BAB IV
BAB V
10. Listrik Dinamik ..........................................................
57
a. Arus Listrik ............................................................
57
b. Beda Potensial .......................................................
59
c. Hambatan ...............................................................
59
B
Penelitian Yang Relevan......................................................
60
C
Kerangka Berpikir...............................................................
61
D
Hipotesis..............................................................................
63
METODOLOGI PENELITIAN A
Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ...........................
65
B
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel........................
66
C
Metode Penelitian ..............................................................
66
D
Variabel Penelitian.............................................................
70
E
Teknik Pengumpulan Data.................................................
70
F
Instrumen Penelitian ..........................................................
71
G
Uji Coba Instrumen Pengambilan Data..............................
72
H
Teknik Analisis Data .........................................................
76
HASIL DAN PEMBAHASAN A
Deskripsi Data.....................................................................
87
B
Uji Prasyarat Analisis ........................................................
103
C
Uji Hipotesis .....................................................................
106
D
Pembahasan .....................................................................
117
E
Keterbatasan Penelitian ...................................................
125
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A
Kesimpulan..........................................................................
viii
128
B
Implikasi..............................................................................
131
C
Saran....................................................................................
133
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
137
ix
ABSTRAK Supriyanto S.831107126. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran fisika dengan eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur dan motivasi berprestasi (Sudi kasus prestasi belajar fisika materi listrik dinamik pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo tahun pelajaran 2008/2009) Tesis. Program Studi : Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2009. Penelitian ini bertujuan mengetahui : (1). Perbedaan antara pedekatan inkuiri dengan ekperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa (2) Perbedaan tingkat kemampuan menggunakan alat ukur tingi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa (3) Perbedaan tingkat motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa (4) Interaksi antara pendekatan inkuiri dengan ekperimen dan demonstrasi. ditinjau dari tingkat kemampuan menggunakan alat ukur tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (5) Interaksi antara pendekatan inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (6) Interaksi antara tingkat kemampuan menggunakan alat ukur tinggi dan rendah dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (7) Interaksi antara pendekatan inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat kemampuan menggunakan alat dan tingkat motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SMPN 2 Karangrejo dengan metode kuantitatif eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa SMPN 2 Karangrejo dan sampel diambil dengan menggunakan sistem random sampling dan terdiri dari 4 kelas. Dua kelas untuk Kelompok I yang diberikan pendekatan inkuiri melalui dengan eksperimen, Kelompok II yang diberikan pendekatan inkuiri dengan demonstrasi. Instrumen pengambilan data berupa tes pilihan ganda untuk mengukur prestasi siswa, observasi untuk mengukur kemampuan menggunakan alat ukur dan quesioner untuk mengetahui motivasi belajar. Data dianalisis digunakan ANOVA 2x2x2 dan dilanjutkan dengan comparasi ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa : (1). Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar fisika antara siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri eksperimen dengan inkuiri demonstrsi diperoleh Fhitung = 1123,783 > F tabel = 3,84. (2) Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar fisika antara siswa yang mmpunyai tingkat kemampuan menggunakan alat ukur tinggi dan rendah dengan hasil Fhitung = 213,57 > F tabel = 3,84. (3) Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar fisika antara siswa mempunyai tingkat motivasi tinggi dan rendah diperoleh Fhitung = 31,054 > F tabel = 3,84. (4)Terdapat perbedaan interaksi yang signifikan prestasi belajar fisika antara model pembelajaran dengan tingkat kemampuan menggunakan alat diperoleh F hitung = 13,369 > F 1,152:5% = 3,84. (5) Tidak terdapat perbedaan interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi diperoleh F hitung = 3,054 < F 1,152:5% = 3,84. (6) Terdapat perbedaan yang signifikan interaksi antara tingkat kemampuan menggunakan alat dan motivasi berprestasi diperoleh F hitung = 24,364 > F 1,152:5% = 3,84. (7) Terdapat perbedaan yang signifikan interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat kemampuan menggunakan alat dan motivasi berprestasi diperoleh F hitung = 9,707 > F 1,152:5% = 3,84.
x
ABSTRACT Supriyanto S.831107126. Teaching learning psysics using nine th Inquiry approach through experiment and demonstration consideret from measuring instrument usage ability and motivation of achievement to the student’s achievement (Case study of student achievement in electrical dynamic, 9th grade Student of SMP N 2 Karangrejo). Thesis. Science eduction department : Post graduate program. Surakarta Sebelas Maret. University, 2009. The research purpose are know: (1) The difference of student achievement that learn using Inquiry approach through ekperimen and demonstration methods. (2) the difference of student achievement that have high and lowr ability in using measuring instrument (3) the difference of student achievement that have high and lowr Student’s motivation of achievement (4) The interaction between ekperimen. and demonstration methods with the student’s ability inquiry using measuring instrument to student’s achievement(5) The Interaction between inquiry approach through ekperimen. and demonstration methods that have high and lowr Student’s with motivation achievement. (6) The interaction between the student’s ability using measuring instrument and motivation high and lowr to the student’s achievement. (7) The interaction between inquiry approach through ekperimen. and demonstration methods with the student’s ability inquiry using measuring instrument and motivation high and lowr to the student’s achievement.. The research was conducted at SMP N 2 Karangrejo the method of this research was eksperiment method. The population was all students in grade IX, and the sample was taken using claster random sampling and consisted of 4 classes, 2 classes for the first class experiment, and 2 classes for 2th classes demonstration. The instrument used in this research multiplechoice test for student achievement, observation sheet for student’s ability in using measuring instrument and questuonere for student’s motivation of achievement. The data was and lyzed using Anova 2x2x2 faktorial design and then continned by double coparation. The data analysis show that : (1). There student’s achievement differences which is achievement significant learn physics between student getting study of experiment inquiry with demonstration inquiry obtained by Fhitung = 1123,783 > Ftabel = 3,84. (2) There are difference which is achievement significant learn physics between student which is having mount ability use low and high measuring instrument with result of Fhitung = 213,57 > Ftabel = 3,84. (3) There are difference which is achievement significant learn physics between student have obtained by low and high motivational level of Fhitung = 31,054 > Ftabel= 3,84. (4) There are difference of interaction which is achievement significant learn physics between study model with ability level use appliance obtained by Fhitung = 13,369 > F 1,152:5 = 3,84. (5) Do not there are difference of interaction between study model with motivation have achievement to obtained by Fhitung = 3,054 < F 1,152:5 = 3,84. (6) There are difference which is interaction significant between ability level use motivation and appliance have achievement to obtained by Fhitung = 24,364 > F 1,152:5 = 3,84. (7) There are difference which is interaction significant between study model with ability level use motivation and appliance have achievement to obtained by Fhitung = 9,707 > F 1,152:5 = 3,84.
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
: Desain Faktorial ........................................................................
68
Tabel 3.2
: Kreteria Validitas soal ……………………………………….
73
Tabel 3.3
: Uji Reabilitas ......................................................................... ..
54
Tabel 3.4
: Desain Analisis Data .................................................................
78
Tabel 4.1
: Distribusi Frekuensi Kemampuan Menggunakan Alat .............
88
Tabel 4.2
: Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi ...............................
90
Tabel 4.3
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri ekparimen KMA
92
tinggi Motivasi tinggi Tabel 4.4
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri ekparimen KMA tinggi Motivasi rendah ............................................................
xii
93
Tabel 4.5
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri ekparimen KMA rendah Motivasi tinggi ..............................................................
Tabel 4.6
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri ekparimen KMA rendah Motivasi rendah
Tabel 4.7
.........................................................
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri demonstrasi KMA tinggi Motivasi tinggi
Tabel 4.8
98
.................................................
................................................
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri demonstrasi 101 KMA rendah Motivasi tinggi
Tabel 4.10
96
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri demonstrasi 100 KMA tinggi Motivasi rendah
Tabel 4.9
95
................................................
: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar inkuiri demonstrasi 103 KMA rendah Motivasi rendah
...............................................
Tabel 4.11
: Rangkuman hasil Anava Tiga jalan dengan sel tidak sama ....
106
Tabel 4.12
: Faktor pendekatan pembelajaran .............................................
108
Tabel 4.13
: Faktor Kemampuan menggunakan alat ...................................
109
Tabel 4.14
: Faktor Motivasi Berprestasi ………………………………….
110
Tabel 4.15
: Faktor Interaksi pendekatan pembelajaran dengan KMA ……. 111
Tabel 4.16
: Faktor interaksi pendekatan pembelajaran dengan motivasi ...
Tabel 4.17
: Uji Normalitas, faktor interaksi pendekatan pembelajaran, KMA dan motivasi berprestasi ..............................................
xiii
113
115
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.
:
Skema Pengelopokan Laboraturium................................
Gambar 2.2.
:
Basicmeter dan shun ....................................................... 38
Gambar 2.3.
:
Amperemeter ..................................................................
39
Gambar 2.4.
:
Rangkaian listrik dengan amperemeter ..........................
40
Gambar 2.5.
:
Basicmeter dan multiflier ..............................................
41
Gambar 2.6.
:
Voltmeter .......................................................................
41
Gambar 2.7.
:
Rangkaian dengan voltmeter ..........................................
42
Gambar 2.8.
:
Skema timbulnya motivasi...............................................
46
Gambar 3.1
:
Grafik komparasi ……..……………………………….
86
Gambar 4.1
:
Grafik histogram kemampuan menggunakan alat ukur ..
89
Gambar 4.2
:
Grafik motivasi berprestasi………………..............
90
Gambar 4.3
:
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode 92
xiv
38
eksperimen KMA tinggi, motivasi tinggi ……. .............. Gambar 4.4
:
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode 94 eksperimen KMA tinggi, motivasi rendah ......................
Gambar 4.5
:
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode 95 eksperimen KMA rendah, motivasi tinggi ....................
Gambar 4.6
:
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode 97 eksperimen KMA rendah, motivasi rendah ....................
Gambar 4.7
:
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode demonstrasi KMA tinggi, motivasi tinggi ……. .............
Gambar 4.8
:
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode demonstrasi KMA tinggi, motivasi rendah
Gambar 4.9
. ..............
100
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode demonstrasi KMA rendah, motivasi tinggi
Gambar 4.10
98
... ..............
101
Grafik prestasi belajar pendekatan inkuiri metode demonstrasi KMA rendah, motivasi rendah ... .............. 103
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Motivasi Berprestasi ................................................
139
Lampiran 2. Angket Motivasi Berprestasi .................................................
140
Lampiran 3. Instrumen Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik ......
151
Lampiran 4. Lembar Penilaian KMA .........................................................
152
Lampiran 5. Pedoman Penskoran KMA .....................................................
153
Lampiran 6. Rencana Proses Pembelajaran ...............................................
157
Lampiran 7. Lembar Kegiatan Siswa ........................................................
173
Lampiran 8. Soal – Soal Latihan ...............................................................
189
Lampiran 9. Soal Tes Prestasi....................................................................
191
Lampiran 10. Kunci Jawaban Soal Prestasi Belajar ..................................
197
Lampiran 11.Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Prestasi Belajar ...............................................
198
Lampiran 12. Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Kemampuan Menggunakan Alat Ukur ..............
199
Lampiran 13. Uji Validitas Variabel Motivasi Berprestasi ........................
200
Lampiran 14. Data Kemampuan Menggunakan Alat Ukur ......................
201
Lampiran 15. Data hasil interaksi pendekatan pembelajaran , KMA dan Motivasi Berprestasi ............................................................
206
Lampiran 16. Data Tingkat Kesukaran dan Daya Beda............................
211
xvi
Lampiran 17. Data Prestasi Belajar .........................................................
212
Lampiran 18. Data Motivasi Berprestasi .................................................
220
Lampiran 19. Data Validitas dan Reliabilitas ..........................................
223
Lampiran 20. Photo Siswa Saat Pembelajaran…………………………..
227
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi ini Indonesia dihadapkan pada tantangan masa depan yang tidak ringan, untuk menghadapi perkembangan ilmu dan teknologi, dibutuhkan manusia yang mempunyai kecakapan hidup hidup (life skill) yang tinggi agar menjadi bangsa yang mandiri dan berkemampuan. Ini semua dapat terwujud jika dunia pendidikan menggunakan metode yang tepat yang dapat menumbuh kembangkan kreatifitas peserta didik untuk menumbuhkan life skillnya, karena awal dari perkembangan suatu bangsa dimulai dari dunia pendidikan. Pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat menghantarkan suatu generasi yang mandiri dan mempunyai life skill yang tinggi, khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, yang mana merupakan ilmu dasar yang melatar belakangi perkembangan teknologi, harus menggunakan variasi-variasi pendekatan yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada peserta didik yang merupakan generasi penerus dalam membangun bangsa dan negara. Masih banyak pola pembelajaran yang diberikan secara konvensional, sehingga prestasi belajar para peserta didik masih rendah bahkan dalam penentuan KKM masih kurang dari 70, seperti yang terjadi di SMP Negeri 2 Karangrejo., Kabupaten Magetan .Penyebab rendahnya mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia menurut Sukardjo (2002: 5) adalah faktor guru, faktor sarana dan prasarana, faktor kependudukan dan lain-lain. Kenyataan yang ada memang masih banyak guru yang memberikan pembelajaran utamanya Ilmu Pengetahuan Alam megunakan cara konvensional sehingga kecenderungan siswa kurang aktif 1
2
dalam belajar dan malas karena menghafal catatan dari penjelasan guru maupun dari buku. Aktifitas peserta didik kurang optimal karena miskinnya sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru dan buku pegangan siswa, kurang melibatkan sumber belajar nyata dilapangan. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga kurang merangsang aktivitas belajar peserta didik secara optimal (Tabrani, 1999 : 169). Seperti yang terjadi disekolah yang digunakan penelitian oleh penulis yaitu di SMP Negeri 2 Karangrejo, kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur. Pada umumnya para guru Ilmu Pengetahuan Alam (fisika) masih mendominasi pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab, hanya kadangkadang menggunakan metode demonstrasi dan eksperimen. Alasan para guru tersebut takut waktunya tidak mencukupi bahkan malas mempersiapkan alat dan bahan, lebih payahnya lagi takut kalau alat-alat laboraturiumnya rusak. Menurut S.Karim (2002 : 7) penyajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) sering hanya diarahkan pada penguasaan konten, sehingga sangat sedikit menyentuh non konten, seperti menumbuhkan sikap ilmiah dan pengembangan life skill, penyajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) yang seharusnya tidak semata-mata diarahkan pada.penguasaan materi, tetapi juga harus menyentuh ranah psikomotor dan ranah attitude dalam wujud sikap dan nilai-nilai positif yang merupakan cerminan dari pengembangan kecakapan hidup. Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu adanya pengembangan berbagai pendekatan, strategi dan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan ketrampilan proses serta pengembangan kecakapan hidup disamping penguasaan konsep-konsep. Hal ini
3
sesuai dengan “Kompetensi yang dikembangkan di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang meliputi penguasaan konsep esensial peningkatan kemampuan bekerja ilmiah, termasuk ketrampilan proses, penumbuhan sikap ilmiah dan pengembangan ketrampilan berpikir”, (S. Karim, 2002 : 8 ). Menurut Sukardjo (2002 : 7) “kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang mencakup pengetahuan,
ketrampilan
dan
sikap
yang
dapat
ditampilkan
atau
didemonstrasikan sebagai hasil belajar, yang merupakan dari implementasi dari kecakapan hidup”. Kompetensi belajar dan kecakapan hidup dapat tumbuh melalui model pembelajaran Inkuiri dalam Tuti Sukamto (1997 : 91), menyatakan model inkuiri memiliki lima fase, yaitu menghadapi masalah, mencari dan mengkaji data eksperimen dan mengkaji data, mengorganisasikan dan merumuskan serta menganalisis proses eksperimen. Model inkuiri sangat dianjurkan didalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Model inkuiri mengharuskan siswa mengolah pesan, pengetahuan dan ketrampilan dan nilai-nilai di dalam model inkuiri, sehingga pembelajaran terpusat pada siswa, siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah (Dimyati, 1999 : 173). Selama kegiatan inkuiri, perlu ditumbuh kembangkan kemampuankemampuan menggunakan ketrampilan proses, seperti mengajukan pertanyaan, menduga jawaban, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengolah data menyimpulkan dan mekomunikasikan temuannya kepada orang lain dengan berbagai cara (Anonim, 2002 : 8). Model inkuiri diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang
4
diyakini sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai bukti baru yang lebih sepesifik melalui proses eksplorasi untuk menguji gagasan-gagasan baru. Pada saat melakukan inkuiri, akan melibatkan beragam sikap ilmiah, seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis jujur kreatif (Anonim, 2002 : 8). Tingkat pengembangan kompetensi belajar Sains (Fisika) yang dicapai melalui model pembelajaran inkuiri dapat diketahui melalui suatu penelitian dan eksperimen di dalam proses pembelajaran. Pendekatan ketrampilan proses melalui metode inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi sejalan dengan karakteristik pelajaran Sains (Fisika) karena dengan model inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi akan menumbuhkan sikap ilmiah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan mendapatkan produk pembelajaran yang meliputi produk, proses dan sikap ilmiah. Produk yaitu sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas konsep, prinsip, teori dan hukum. Proses yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh produk. Sedangkan sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan dalam melakukan proses. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di SMP merupakan salah satu ilmu eksata yang salah satu cirinya bersifat hirarkis, dalam arti konsepkonsep yang ada dalam Sains (fisika) saling terkait, misalnya pada materi Materi Listrik Dimanik, yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Dari sifatnya yang saling terkait maka pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika) akan sangat berhasil jika juga memperhatikan faktorfoktor yang lain untuk mendapatkan produk pembelajaran yang diinginkan. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam individu bisa juga berasal dari luar.
5
Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu peserta didik dapat berupa sesuatu keinginan untuk mewujudkan cita-cita, motivasi berprestasi dan sebagainya. Sedang faktor yang berasal dari luar individu terhadap berbagai peristiwa yang terjadi disekeliling kehidupannya, misalnya tanggapan terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, tanggapan terhadap berbagai perlakuan dari orang lain terhadap dirinya. Kedua faktor diatas mempunyai peran yang dominan dalam meningkatkan prestasi belajar individu. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Powell, yang mengungkapkan bahwa “Taraf motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki sumbangan yang tinggi terhadap kemampuan mengerjakan tugas yang diberikan” (Deese, 1958). Penelitian tersebut diperkuat oleh Wahyu Wardjana bahwa “Motivasi yang muncul di dalam individu memiliki peranan yang lebih baik dari pada motivasi yang muncul dari luar individu” (Wahyu Wardjana, 2001). Bruner dan Gagne mengungkapkan pentingnya motivasi dalam poses belajar mengajar: “Siswa dalam memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajari sesuatu yang baru sekiranya telah memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu” (Sugeng Pranoto, 2000). Oleh sebab itu agar pelajaran bermakna bagi siswa, maka pelajaran tersebut harus dihubungkan dengan apa yang dialami dan dihubungkan dengan kegunaan dimasa depan. Contoh seorang siswa yang ingin bekerja sebagai teknisi elektronika akan berusaha menguasai cara penggunaan alat ukur listrik.
B. Identifikasi masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
6
1. Pencapaian KKM yang rendah disebabkan dalam proses belajar mengajar guru masih mendominasi, kurang melibatkan siswa sehingga siswa cenderung pasif. 2. Pembelajaran fisika pada umumnya masih disajikan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) sehingga menjadi kurang menarik. 3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (fisika) masih lebih banyak mengembangkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan fakta, kurang mengembangkan ketrampilan proses. 4. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi tiga hal yaitu produk, proses dan sikap ilmiah belum dikembangkan secara maksimal. 5. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar 6. Tidak banyak guru yang menggunakan pendekatan inkuiri dalam kegiatan belajar mengajar. 7. Guru belum melibatkan secara optimal faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, seperti kemampuan menggunakan alat-alat laboraturium. 8. Guru belum memperhatikan motivasi berprestasi siswa yang berbeda.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan terarah pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Pendekatan yang digunakan adalah inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi.
7
2. Pembelajaran pada materi listrik dinamik pada kompetensi dasar alat ukur, kuat arus dan tegangan arus searah dan hambatan. 3. Penggunaan alat ukur listrik adalah tingkat kemampuan yang tinggi dan rendah. 4. Motivasi berprestasi adalah motivasi siswa yang tinggi dan rendah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika) pada materi listrik dinamik. 5. Prestasi belajar yang ditunjuk oleh parameter yang berupa tes hasil belajar Fisika pada ranah kerja ilmiah siswa kelas IX pada materi listrik dinamik.
D. Perumusan Masalah Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa model inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi . 2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa tingkat kemampuan menggunakan alat ukur yang tinggi dan rendah . 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah . 4. Apakah ada interaksi anatara penggunaan model inkuiri melalui eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat kemampuan penggunaan alat ukur tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa
8
5. Apakah ada interaksi anatara penggunaan model inkuiri melalui eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat motivasi berprestasi yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa 6. Apakah ada interaksi antara tingkat kemampuan menggunakan alat ukur yang tinggi dan rendah dan tingkat motivasi berpretasi yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 7. Apakah ada interaksi antara pendekatan inkuiri dengan eksperien dan demonstrasi , tingkat kemampuan penggunaan alat ukur tinggi dan rendah dan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dinyatakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang menggunakan model inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi. 2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat kemampuan menggunakan alat ukur yang tinggi dan rendah. 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah . 4. Apakah ada interaksi anatara penggunaan metode inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat kemampuan penggunaan alat ukur tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa
9
5. Apakah ada interaksi anatara penggunaan model inkuiri melalui eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat motivasi berprestasi yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa 6. Apakah ada interaksi antara tingkat kemampuan menggunakan alat yang tinggi dan rendah dan tingkat motivasi berpretasi yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 7. Apakah ada interaksi antara penggunaan pendekatan inkuiri melaui eksperien dan demonstrasi , tingkat kemampuan penggunaan alat tinggi dan rendah dan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian Apa bila hipotesis penelitian ini dapat menunjukkan asumsi yang sudah ditentukan maka manfaat yang dapat diambil adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan alam tentang penggunaan model inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi. b. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi peneliti selanjutnya. c. Sebagai bahan masukan bagi pengelola pendidikan memberikan dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang
pada
pembelajaran inkuiri. d. Sebagai bahan masukan bagi pengelola pendidikan meberikan dorongan kepada guru dalam menggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan menggunakan alat-alat laboraturium yang dimiliki oleh siswa.
10
e. Sebagai bahan masukan bagi pengelola pendidikan meberikan dorongan kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan motivasi berprestasi yang berbeda para siswanya. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi pra guru dalam mendesain model pembelajaran yang berorentasi pada guru sebagai fasilitator. b. Dapat meningkatkan prestasi belajar sesuai dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai. c. Sebagai bahan acuan bagi para guru dan pengelola pendidikan di SMP Negeri 2 Karangrejo, Magetan dalam mengembangkan model pembelajaran yang berorentasi pada pembelajaran inkuiri. d. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi guru Sains (Fisika) guna memperluas wawasan proses pembelajaran di Sekolah, khusus model inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi
11
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan kebutuhan hidup pada setiap orang dan yang dilakukan secara terus menerus sepanjang hidup manusia, sehingga belajar adalah memodifikasi
atau
memperteguh
perilaku
manusia melalui
pengalaman
(Witherington, 1982 ; 11). “Belajar sebagai kegiatan berproses dan merupakan unsur mendasar dalam setiap penyelenggaraan pendidikan”. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa di sekolah. lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. (Muhibbin Syah, 1999 : 89). Dimyati dan Mujiono (1994 : 295) menyatakan bahwa “belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar”. Dalam belajar individu menggunakan ranah kognitif , afektif dan psikomotor. Akibat belajar tersebut maka kemampuan kognitif, psikomotor bertambah baik. Pembelajaran merupakan proses yang rumit karena adanya suatu interaksi antar semua komponen lingkungan pembelajaran, tidak sekedar menyerap
12
informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar mengajar yang lebih baik, diperlukan pendekatan tertentu dalam belajar mengajar. Yang hakekatnya merupakan suatu upaya dalam mengembangkan metode belajar yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Belajar pada prinsipnya bertumpu pada kegiatan yang memberi pada kemungkinan kepada siswa agar terjadi proses yang efektif dan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan. Adanya perubahan dalam pola perilaku yang diinginkan menandakan telah tejadinya proses belajar. Semakin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, semakin banyak pula kemampuan yang dialami. Ada tiga macam kemampuan yang diperoleh dari belajar yaitu kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik dan motorik yang meliputi ketrampilan melakukan kegiatan . Perubahan akibat belajar tersebut akan bertambah lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang diperoleh, menjadi milik pribadi yang tidak hilang begitu saja. Para ahli merumuskan hasil belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Disebut relatif karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan dan diganti dengan hasil yang baru dan ada kemungkinan pula suatu hasil belajar akan terlupakan. Belajar merupakan kegiatan mental sehingga apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung. Hasil belajar seseorang tidak langsung terlihat apabila orang tersebut tidak menunjukkan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Maka berdasarkan perilaku yang ditunjukkan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Tidak sembarang lingkungan
13
dapat menjamin adanya proses belajar. Seseorang harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Kehadiran siswa dalam kelas belum tentu siswa sedang belajar, selama siswa tidak melibatkan diri. Agar terjadi proses belajar, seseorang dituntut untuk melibatkan diri atau harus ada interaksi secara aktif. Aktifitas belajar boleh berupa aktivitas mental yang tidak disertai gerak gerik jasmani atau aktivitas jasmani yang didalamnya seseorang terlibat.. Hasil
belajar
yang
diperoleh,
merupakan
kemampuan
baru
atau
penyempurnaan dan pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai perolehan perubahan suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama atau berupa efek sampingan. Perubahan sebagai hasil dari belajar tersebut meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, dan hal-hal yang bersikap eksternal seperti ketrampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing, yang bersifat internal tidak dapat langsung diamati, sedang yang bersifat eksternal dapat diamati. Ada kelompok psikolog belajar menitik beratkan perubahan internal karena perubahan dalam perilaku (yang diamati) dianggap hanya mencerminkan perubahan pribadi yang telah terjadi dalam bentuk suatu kemampuan internal. Sorotannya pada hal-hal seperti pengetahuan, pemahaman, maksud, sikap, harapan dan penafsiran sebagai wujud pikiran. Kelompok psikolog ini disebut para kognitivitas (cognitive psychologist), tokoh-tokoh ini antara lain piaget, bruner, Ausubel, Anderson dan Flaser. Para kognivitas menaruh perhatian khusus pada tata cara manusia memecahkan suatu problem, membentuk konsep atau pengertian, mengolah dan
14
menyimpan informasi, serta menyelesaikan banyak tugas mental yang serba kompleks. Pendapat lain menyatakan bahwa belajar telah mengutamakan perubahan dalam perilaku, karena perubahan semacam ini dapat diamati dan disaksikan. Proses yang berlangsung dalam batin dan pikiran seseorang tidak dapat diamati secara ilmiah. Kelompok ini disebut para bihavioris (Behavioral psychologis) yang saat ini ada yang berpandangan radikal. 2. Teori Belajar Ada berbagai macam teori belajar yang kita kenal antara lain: teori yang brdasarkan ilmu jiwa daya, teori belajar ilmu asosiasi, tanggapan, trial dan error, serta teori belajar Gestalt. Karena penelitian yang dilakukan berdasarkan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), maka teori belajar yang digunakan adalah sesuai dengan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), antara lain teori belajar Piaget, teori belajar Ausubel, teori belajar Bruner dan teori belajar Gagne. a. Teori belajar Piaget (Psikologi Perkembangan) Teori belajar Piaget merupakan teori dasar untuk konstruktivisme. Konstruktivisme
merupakan
teori
tentang
bagaimana
pembelajaran
mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman dan proses ini khas untuk setiap individu. Piaget membagi pengetahuan menjadi 3 type yaitu pengetahuan fisik, logika matematik dan aturan sosial. Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan mengenai ciri-ciri fisik dari suatu obyek. Pengetahuan ini diperoleh melalui kontak langsung dengan obyeknya. Pengetahuan logika matematik lebih bersifat abstrak, diperoleh dengan pemberian perlakuan pada obyek. Pengetahuan tentang aturan sosial merupakan pengetahuan yang dibuat bersama dengan masyarakat.
15
Belajar dalam pandangan konstruktivisme sebagai usaha siswa secara aktif untuk mencari arti tentang sesuatu bagi dirinya melalui interaksinya dengan lingkungan dengan membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dan pengetahuan yang sedang dipelajari. Menurut Piaget setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : Sensori motor (0-2 tahun), Pra operasional (2-7 tahun), Oprasional konkrit (7-11 tahun), Operasional Formal (11 tahun keatas). Menurut Ratna Wilis Dahar (1989 : 152) “Semua anak melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda”. Dengan demikian tingkat perkembangan intelektual akan selalu dilalui oleh setiap siswa. Siswa kelas IX SMP yang dijadikan obyek penelitian penulis menurut teori Pskologi Perkembangan Piaget termasuk pada tingkat operasi formal. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989 : 155) ”Anak pada tingkat operasi formal dalam berfikir tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, tetapi juga mempunyai kemampuan berpikir abstrak”. Walaupun demikian pada pembelajaran Sains/fisika, pada kasus-kasus tertentu misalnya bahan ajar yang tidak dapat diamati secara langsung, misal aliran elektron, perlu dilakukan eksperimen dengan media yang dapat memberi pemahaman, atau menggunakan alat bantu yang dapat mempercepat pemahaman konsep. Misal aliran listrik diukur dengan Ampere meter hingga yang diamati dampak dari aliran arus listrik yang dapat dilihat pada penunjukan jarum ampere meter. b. Teori Belajar Ausubel David Ausubel, seorang ahli Psikologi Pendidikan, memberikan penekanan terhadap belajar bermakna dan variable-variabel yang berhubungan dengan jenis
16
belajar ini. Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989, 110-111), belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: 1). Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan informasi, dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk final maupun belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diberikan. 2). Dimensi kedua berhubungan dengan cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru yang diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang terdapat dalam struktur kognitifnya. Siswa juga dapat menghafalkan informasi tersebut tanpa menghubungkannya dengan konsepkonsep atau pegetahuan yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Implementasi teori belajar Ausubel dalam penelitian yang penulis lakukan membawa implikasi terhadap proses pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode dan kondisi belajar yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Pendekatan melalui metode inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi diharapkan memberikan solusi bermakna, dimana siswa terlibat didalam memperoleh konsep. Sebagai contoh : dalam menggunakan alat ukur untuk mengukur kuat arus listrik (amperemeter) akan lebih bermakna jika diberikan secara teori atau hafalan namun anak mengalaminya sendiri, memasang alat, membaca pengukuran
17
kemudian membandingkanya dengan pengukuran dari temannya. Sehingga terjadi diskusi untuk mendapatkan pengalaman secara matang dari pengalamannya sendiri, disinilah terjadinya perkembangan dari kecakapan hidup seorang siswa melalui sikap ilmiahnya. Contoh diatas akan lebih memberikan kebermaknaan dalam belajar jika mengaitkan dari pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa. Pada awal semester gasal kelas IX siswa telah diajarkan bagaimana menggunakan alat ukur listrik (basicmeter) walau secara demonstrasi, ini akan bisa memberikan kebermaknaan bagi siswa untuk tidak cangung dalam menggunakan alat ukur listrik pada materi listrik dinamik. c. Teori Belajar Bruner Jerome S. Bruner (1915), seorang ahli Psikologi, menyatakan bahwa inti belajar
adalah
bagaimana
orang
memilih,
mempertahankan,
dan
mentrasformasikan informasi secara aktif. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia adalah pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Menurut Bruner dalam Paulina Panen (2004 : 3, 11), pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam proses belajar yaitu (1) proses perolehan informasi baru, 2) proses mentransformasi informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. d. Teori Belajar Gagne Gagne seorang ahli psikologi pendidikan, mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalamannya. Belajar memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan itu relatif tetap, sehingga perubahan yang
18
serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.. Didasarkan atas model pemrosesan informasi, Gagne mengemukakan bahwa satu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan satu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut antara lain (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 141-143) : 1). Fase motivasi, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat untuk belajar. 2). Fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-baguan yang relevan, yaitu aspek-aspek yang berubungan dengan materi pelajaran. 3). Fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bemakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. 4). Fase retensi, agar informasi yang diperoleh tidak mudah hilang, maka informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. 5). Fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut, siswa harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara mengelompokan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. 6). Fase generalisasi, fase ini fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya kedalam situasi-situasi yang sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan
19
ketrampilan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah-masalah nyata. 7). Fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. 8). Fase umpan balik, dengan memberikan respon, siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah dipelajari. Didasarkan pada analisis tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan
kejadian-kejadian
instruksi.
Kejadian-kejadian
instruksi
ini
ditujukan pada guru yang menyajikan materi pelajaran kepada siswa. Kejadiankejadian instruksi tersebut meliputi: (1) Mengaktifkan motivasi (activating motivation), (2) Memberitahu tujuan belajar, (3) Mengarahkan perhatian (directing
altention),
(4) Merangsang
ingatan
(stimulating recall),
(5)
Menyediakan bimbingan belajar, (6) Mengingatkan retensi (enhancing retention), (7) Melancarkan transfer belajar, dan (8) Mengeluarkan penampilan. Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil dari belajar disebut kemampuan (capabilities), Gagne mengemukakan, “lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi bersifat psikomotorik” (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 134). Kelima hasil belajar atau capabilities tersebut adalah “ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan ketrampialn motorik”. 3. Ketrampilan Proses Menurut Funk dalam Dimyati (1999 : 140), “ada dua kelompok ketrampilan di dalam ketrampilan proses, yaitu ketrampilan dasar (basic skills) dan ketrampilan teritegrasi (integrated skills)” . Ketrampilan dasar terdiri atas enam ketrampilan, yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,
20
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Ketrampilan terintegrasi terdiri atas mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Ketrampilan proses dasar menyediakan suatu landasan menuju ketrampilan terintegrasi yang lebih komplek. “Ketrampilan proses terintegrasi pada hakekatnya merupakan ketrampilan
yang
diperlukan untuk melakukan
penelitian” (Dimyati,
1999: 138-139). Karim (2002 : 13) menyatakan bahwa “ketrampilan proses merupakan kompetensi dasar Imu Pengetahuan Alam yang perlu dilatihkan selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam”. Ketrampilan proses tersebut antara lain ketrampilan mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan, meramalkan, mengukur, menyajikan hasil, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, menguji secara adil, merancang penelitian dan melaksakan penelitian. Menurut Moh. Amien (1981 : 22-27), “ketrampilan proses merupakan proses ilmiah untuk menyelidiki atau memecahkan problem”. Proses ilmiah meliputi merumuskan problem, membuat hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menginterprestasikan data, membuat sintesis teori, mendefinisikan, mengikuti peraturan-peraturan obyektivitas, mengukur, mengamati, menganalisis, menurunkan, meramalkan, ekstrapolasi, mengevaluasi, menggolongkan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan.
21
Ketrampilan proses fisika yang perlu dikembangkan adalah mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar, mengajukan pertanyaan (merumuskan problem), menggolongkan,, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasangagasan atau memecahkan masalah sehari-hari, mengukur, memprediksi, menganalisis, mensintesis, melakukan percobaan secara terstruktur (Anonim, 2003 : 1-4) Ketrampilan proses termasuk hasil belajar siswa ranah karsa (psikomotor), Menurut Muhibin Syah (1999 : 156), “cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar ranah karsa (psikomotor) adalah dengan lembar observasi”. Pengertian observasi disini adalah sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain dengan cara pengamatan langsung. Lembar observasi dapat berupa daftar cek (chek-list) atau skala penilaian (rating scale) (Djemari Mardapi, 2002 : 46). “Daftar cek dan skala penilaian berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian tindakan atau perbuatan, berupa indikator-indikator dari ketrampilan yang diukur”. Penilaian melakukan pengamatan terhadap aktivitas subyek dan memberi tanda cek untuk mencatat pemunculan indikator yang dimaksud dengan daftar cek atau memberikan skor pada skala penilaian. 4. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Inkuiri Menurut Tardif dalam Muhibin Syah (1997 :201), “model pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
22
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”. Metode pembelajaran dianggap konsep yang lebih luas daripada model atau strategi pembelajaran. Model atau strategi pembelajaran tersebut ada dan berlaku dalam kerangka metode pembelajaran. Metode pembelajaran identik dengan pendekatan didalam proses pembelajaran. Kuslan dan Stone dalam Momi Sahromi (1986 : 53) memberikan definisi “pengajaran Inkuiri merupakan pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan” . Richard Suchman dalam Momi Sahromi (1986 : 53) mengemukakan bahwa “pendekatan inkuiri merupakan proses yang fundamental dibawah pengawasan siswa sendiri yang dapat membantu pertumbuhan konseptual siswa”. Siswa membuat konsep dari persepsi yang diketahui dan dimengertinya. Siswa membentuk kembali struktur konseptualnya sehingga sesuai dengan peristiwa yang mereka amati. Definisi fungsional tentang inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin mengetahui sesuatu, ingin menggunakan simbolsimbol, ingin mengajukan ertanyaan-pertanyaan, ingin mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, menghubungkan dengan penemuan sutu dengan yang penemuan yang lain, membandingkan dengan yang ditemukan oleh anak-anak lain. Barlow dalam Muhibin Syah (1999 : 191) menyatakan bahwa ”inkuiri merupakan
proses
menggunakan
intelektual
siswa
dalam
memperoleh
pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep kedalam sebuah tatanan yang penting menurut siswa”. Momi Sahromi (1986 : 52)
23
menyatakan bahwa didalam pendekatan mengajar inkuiri, siswa disadarkan untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan sendiri. Prosedur ditemukan oleh siswa dalam mencapai hasil-hasil yang mereka tetukan, siswa sendiri yang mengontrol dan menentukan urutannya. Siswa sendiri yang menentukan pengumpulan data, pengumpulan informasi, menganalisa data, mengadakan eksperimen dalam mencapai tujuan yang ditentukan. b. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri Menurut Kaslan dan Stone dalam Momi Sahromi (1986 : 54). ”Proses belajar dengan metode inkuiri ditandai dengan ciri-ciri : menggunakan proses IPA, tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu”. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dahulu oleh siswa, iswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah, kata tanya yang sering dikemukakan didalam proses pembelajaran adalah ”mengapa” dan ”bagaimana”, suatu masalah dipersempit, sehingga terlihat ada kemungkinan dapat dipecahkan oleh siswa. Hipotesis rumuskan oleh siswa untuk membimbing penyelidikan, para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, pengamatan dan menggunakan sumber-sumber lain, semua usulan dinilai bersama, jika mungkin ditentukan pula asumsi-asumsi, keterbatasan dan kesukarannya pula, para siswa melakukan penelitian secara individu maupun kelompok, mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis, para siswa mengolah data, membuat kesimpilan sementara, dan diusahakan untuk memberikan uraian-uraian ilmiah. Menurut Moh. Amien (1981 : 42), “ciri-ciri belajar melalui inkuiri adalah : bertanya, tidak semata-mata mendengar dan menghafal; bertindak, tidak semata-mata melihat dan mendengarkan; mencari penyelesaian, tidak semata-mata mendapatkan; menemukan problem, tidak semata-mata
24
mempelajari fakta-fakta; menganalisis, tidak semata-mata mengamati; membuat sintesis, tidak semata-mata membuktikan; berpikir, tidak sematamata menggunakan; menghasilkan tidak semata-mata menggunakan; menyusun, tidak semata-mata mengumpulkan; menciptakan, tidak sematamata, memprodusir kembali; menerapkan, tidak semata-mata mengingatingat; mengeksperimenkan, tidak semata-mata membenarkan; mengkritik, tidak semata-mata menerima; merancang tidak semata-mata bereaksi; mengevaluasi dan menghubungkan, tidak semata-mata mengulangi”.
Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan model inkuiri, kegiatan berpusat pada siswa. Siswa secara aktif merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melaksanakan eksperimen serta membuat laporan hasil eksperimen. Sedangkan melalui metode demonstrasi siswa tidak terlatih untuh meumuskan masalah, merumuskan hiporesis serta membuat laporan. 5. Metode Eksperimen Untuk memberikan motivasi siswa dalam mempelajari fisika terutama untuk menarik minat siswa dalam mengembangkan konsep-konsep fisika, maka setiap siswa diperkenaalkan cara-cara para ilmuwan Ilmu Pengetahuan Alam bekerja untuk mendapatkan teori-teorinya. Cara kerja para ilmuwan ini dikenal sebagai metode ilmiah, yang meliputi langkah-langkah yang disebut ketrampilan proses IPA. Menurut proses IPA maka dapat disimpulkan bahwa penemuanpenemuan bersumber pada hasil pengamatan para ilmuwan melalui eksperimen atau percobaan yang dilakukan berdasarkan metode tersebut, oleh sebab itu IPA dapat berkembang secara terus menerus dengan tidak terputus-putus. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dan mencoba sendiri. Metode eksperimen memberi kesempatan para siswa untuk mengamati sendiri atau melakukan sendiri,
25
mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri. Mencari suatu kebenaran, atau mencoba mencari data baru yang diperlukan, mengolah sendiri, membuktikan suatu hukum atau detail dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu. Metode eksperimen akan menjadikan siswa dapat menemukan sendiri jawaban terhadap masalah yang dihadapi. Dalam menemukan jawaban ini siswa mendapatkan bimbingan guru pada tiap pemula. Semakin sering melakukan eksperimen, melalui berbagai topik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maka bimbingan guru sedikit demi sedikit dapat dikurangi sampai siswa dapat menemukan
sendiri
secara
mandiri.
Dengan
cara
ini
siswa
mampu
mengembangkan konsep-konsep yang telah dimilikinya. Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan, yaitu: a. Metode eksperimen dapat membuat siswa lebih banyak percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima informasi dari guru atau buku. b. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi ekplorasi tentang sains dan teknologi. c. Dengan metode eksperimen akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan, yang diharapkan dapat membawa manfaat bagi kesejahteraan manusia. Metode eksperimen didukung oleh asas-asas didaktik moderen, antara lain: 1). Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian. 2). Siswa terhindar dari Verbalisme. 3). Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis. 4). Mengembangkan sikap
26
berfikir ilmiah. 5). Hasil belajar akan terjadibdalam bentuk referensi dan internalisasi. Langkah-langkah dalam menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran, meliputi : 1) eksperimen,
Persiapan eksperimen: menentukan tujuan
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, mempersiapkan
tempat eksperimen, membagi kelompok dari siswa yang akan melakukan pembelajaran dengan mempertimbangkan pemerataan kemampuan . semua siswa melakukan percobaan secara bersama-sama, memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja, menghindari dan memperkecil resiko kecelakaan kerja, memperhatikan tata tertib laboraturium terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang digunakan, memberi penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahap-tahap yang harus dilakukan oleh siswa. 2) Pelaksanaan Eksperimen : Siswa
memulai
percobaan,
guru
memperhatikan
kegiatan
siswa
dan
memperingatkan jika ada kesalahan prosedur, guru memberikan bimbingan pada kelompok yang mengalami kesulitan. 3) Tindak Lanjut Eksperimen : Meminta siswa perwakilan dari kelompok untuk menyampaikan hasil percobaan dihadapan kelompok lainnya, mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen. menarik kesimpulan dari hasil percobaan yang dilakukan oleh siswa. memeriksa dan menyimpan kembali alat dan bahan yang digunakan siswa. 6. Metode Demonstrasi Teknik ini membuat siswa selalu memperhatikan pada satu titik perhatian, jika guru yang mendemonstrasikan maka guru seolah menjadi obyek, namun sebaliknya jika guru terampil dalam pengelolaan metode ini maka guru dapat menunjuk salah satu siswa yang melakukan demonstrasi tersebut. sedang siswa
27
yang lain tidak melakukan percobaan, hanya memperhatikan saja apa yang dikerjakan oleh temannya. Jadi metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses misalnya cara mengukur kuat arus listrik pada suatu rangkaian dengan memasang Ampere meter pada suatu titik yang tepat, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengarkan. Menurut Roestiyah N.K. dan Yuliati Suharto (1991:83) bahwa metode demostrasi adalah “cara mengajar dimana seorang instruktur atau guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses, sehingga siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengarkan, meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru”. Jadi metode demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan cara menunjukkan dan memperlihatkan benda atau suatu proses baik sebenarnya ataupun tiruan. Dengan demonstrasi, proses penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa saja yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya cara membaca skala Ampere Meter, Volt Meter hingga menghitung hasil pengukurannya. Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar. b. Harus dipertimbangkanlah baik-baik apakah teknik yang dilakukan
28
mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. c. Harus diperhatikan apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu metode demonstrasi yang berhasil, bila tidak harus mengambil kebijaksanan lain. d. Harus menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan. e. Harus tersedia waktu yang cukup, sehingga dapat memberi keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya. f. Selama demonstrasi belangsung guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya. g. Harus mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa diulang. Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi mengajar belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah: dengan demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahankesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibat selanjutnya memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan demonstrasi itu siswa dapat berpartisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya walaupun demikian kita masih melihat juga kelemahan teknik ini ialah: Bila alatnya terlalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat, menyebabkan demonstrasi itu tidak akan dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa. Dalam hal ini pula guru harus mampu menjelaskan proses berlangsungnya demonstrasi, dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap oleh siswa. Juga bila waktu tidak tersedia dengan cukup maka demonstrasi akan berlangsung terputus-putus, atau bernjalan dengan tergesa-gesa, sehingga hasilnya
29
tidak memuaskan. Dalam demonstrasi bila siswa tidak diikutsertakan, maka proses demonstrasi akan kurang dipahami oleh siswa, sehingga kurang berhasil adanya demonstrasi itu. Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar ini perlu menyertai dengan teknik yang lain, atau mengkombinasikan dengan yang lain, sehingga mampu mengatasi teknik inti yang sedang dimanfaatkan itu. 7. Kemampuan Menggunakan Alat Menurut Reber (1988) dalam Muhibbin Syah (2006 : 121), menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mncapai hasil tertentu. Dengan demikian keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif, sehingga gerakan tersebut bukanlah suatu kebetulan tetapi penuh kesadaran yang tinggi dan teliti. Proses pembelajaran sains (Fisika) dengan kegiatan
eksperimen
dilaboratorium tidak terlepas dari bahan dan alat laboratorium Fisika. Tercapainya keberhasilan kegiatan eksperimen di laboratorium sangat ditentukan oleh keterampilan para praktikan dalam menggunakan alat-alat laboratorium. Atau dengan kata lain saat melaksanakan kegiatan laboratorium siswa dituntut memiliki keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium sehingga diperoleh hasil yang akurat. Hal ini sesuai dengan pendapat Margono, “bahwa keberhasilan suatu percobaan atau eksperimen kerap kali tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat dengan tepat”, (1997 : 174). Keterampilan menggunakan alat meliputi keterampilan memilih alat-alat, mempersiapkan alat-alat, merangkai alat,
30
menggunakan alat untuk tujuan percobaan Kegiatan eksperimen di laboratorium dalam hal ini adalah kegiatan siswa melaksanakan praktikum Fisika. Adapun pengertian praktikum menurut kamus besar bahasa Indonesia. Praktikum adalah ”bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dikeadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori”. Sedangkan menurut bahan lokakarya peningkatan dan pengembangan pendidikan (applied approach), praktikum adalah ”bentuk pengajaran yang bersifat khusus dan istimewa yang dimanfaatkan seoptimal mungkin”. Berdasarkan hal tersebut diatas bahwa praktikum adalah suatu bentuk pengajaran bersifat unik yang dimanfaaatkan seoptimal mungkin dengan tujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan suatu proses dalam situasi yang nyata dari apa yang diperoleh pada teori. Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum banyak keterampilan-keterampilan yang dapat dilatih secara terpadu, antara lain : Merencanakan, Menggunakan alat dan bahan, Merangkai alat, Mengamati, Menafsirkan, Meramalkan, Menerapkan konsep, Komunikasikan. Keterampilan-keterampilan tersebut di atas diperinci dengan maksud untuk membuat setiap keterampilan itu operasional, sesuai dengan pengertian serta lingkup yang diberikan padanya. Kegiatan praktikum di laboratorium dapat mencakup aspek keterampilan kognitif, aspek keterampilan afektif maupun aspek keterampilan psikomotorik secara terpadu. Menurut Ambar Mudigdo (1990: 7–8), praktikum mempunyai tujuan sebagai berikut : 1).Keterampilan kognitif yang tinggi: (a) Melatih agar teoari dapat dimengerti. (b) Agar segi-segi yang berlainan dapat diintegrasikan. (c) Agar teaori dapat diterapkan pada keadaan yang nyata. (d) Keterampilan kerja ilmiah yang tinggi.
31
(e) Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri. (f) Belajar bekerja sama. (g) Belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya. (h) Belajar menghargai bidangnya. (i) Keterampilan psikomotorik yang tinggi. (j) Belajar menyiapkan alat-alat, memasang alat sehingga dapat dipakai. (k) Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu. Tidak disangsikan lagi bahwa praktikum merupakan salah satu kegiatan laboratorium sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Dengan kegiatan praktikum, siswa dapat mempelajari fisika melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya fisika. Selain itu juga dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Melakukan kegiatan praktikum di laboratorium dapat meningkatkan keterampilan kognitif dan kerja ilmiah secara serentak. Tujuan praktikum fisika adalah agar siswa memperoleh pengalaman dalam melakukan cara-cara eksperimen dan mengamati gejala-gejala kimia, terampil menggunakan alat-alat gelas, merangkai alat, keterampilan kerja, menggunakan alat dan ketelitian dalam mendapatkan hasil, dapat menganalisis data dan menulis laporan serta memperoleh motivasi dalam melakukan eksperimen. Praktikum fisika di laboratorium memiliki tujuan umum maupun tujuan khusus. Tujuan tersebut meliputi : a. Tata tertib Praktikum. 1) Tujuan Umum : Memenuhi peraturan-peraturan praktikum, yang menyangkut keberhasilan dalam praktikum dan memelihara keselamatan kerja. 2).
Tujuan
32
Khusus : Membacakan tata tertib sebelum memulai praktikum ; a) Menjaga keutuhan alat-alat praktikum. b) Menjaga kebersihan alat dan tempat praktikum. b) Menghemat bahan-bahan praktikum. c) Menjaga ketenangan selama praktikum. d) Melaksanakan tata tertib baik selama maupun setelah selesai praktikum.
b. Bahan dan Alat Laboratorium. 1) Tujuan Umum: a) Mengetahui bahan-bahan laboratorium fisika. b) Mengetahui alat-alat laboratorium fisika. 2)
Tujuan Khusus : a) Mengenal bermacam-macam bahan fisika. b) Mengenal
kualitas bahan fisika. c) Mengenal bahaya keracunan bahan fisika. d) Mengenal penggunaan bahan fisika di laboratorium. e) Mengenal macam-macam alat laboratorium fisika. f) Menganal cara penggunaan alat-alat laboratorium fisika. g) Terampil menggunakan alat-alat laboratorium fisika. c. Menjaga Keselamatan kerja Laboratorium. 1) Tujuan Umum : a) Mengetahui petunjuk penting kerja laboratorium fisika. b) Mengetahui cara menghindari serta mengatasi sementara kecelakaan kerja laboratorium fisika. 2) Tujuan Khusus : a) Mengambil bahan-bahan dengan cara yang tepat dan aman. b) Menggunakan alat dengan cara yang tepat dan aman. c) Melakukan percobaan dengan cara yang tepat dan aman. d) Melakukan pertolongan sementara bila ada kecelakaan kerja laboratorium.
33
Berdasarkan hal tersebut diharapkan dengan melaksanakan praktikum, praktikan terlibat secara aktif dalam proses dengan tetap melaksanakan serta mematuhi tata tertib dan menjaga keselamatan kerja. d.. Peranan Laboratorium Fisika Sesuai dengan hakekatnya bahwa sains (fisika) untuk memeperoleh kebenarannya secara empirik, oleh karena itu hendaknya fisika dipelajari oleh siswa dengan mengadakan kontak langsung dengan objek yang diselidiki. Dalam hal ini siswa melakukan pengamatan dan percobaan terhadap obyek yang dipelajari dengan menggunakan indera sendiri atau dengan pertolongan alat bantu belajar. Laboratorium fisika adalah salah satu sarana pendidikan fisika yaitu wadah yang dapat digunakan sebagai tempat berlatih siswa. Siswa dapat mengadakan kontak secara langsung dengan obyek yang dipelajari, baik melalui pengamatan maupun melalui percobaan. Dengan kegiatan laboratorium akan selalu
mengalir
informasi-informasi
ilmiah.Akivitas
laboratorium
harus
memberikan pemahaman yang dalam, pemikiran kreatif dan pemecahan masalah. Kegiatan laboratorium harus menekankan siswa pada keuntungan percobaan prediksi dan interpretasi independen dan bukan hanya sekedar latihan buku resep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyati Arifin (1995 : 110) yang mengungkapkan bahwa fungsi laboratorium tidak diartikan sebagai tempat untuk mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas. e. Laboratorium Sebagai Metode Pembelajaran. Ada dua metode penting dalam kegiatan laboratorium, yaitu metode pengamatan (observation method) dan metode percobaan (experimental method).
34
Dari dua metode ini produk fisika dikelompokkan, yakni yang kelompok pertama di sebut sains pengamatan (observation science) dan kelompok kedua disebut sains percobaan . Terkait dengan eratnya hubungan laboratorium fisika dengan proses pembelajaran fisika, maka peranan laboratorium fisika sebagai metode pembelajaran ini akan melengkapi siswa dalam aspek-aspek berikut : 1). Menumbuhkan
dan
mengembangkan
keterampilan
dalam
pengamatan,
kecermatan mencatat saat pengamatan dan tahap pengumpulan data. 2). Kemampuan dalam menyusun hasil-hasil pengamatan dan penganalisisan untuk menemukan keteraturan guna menafsirkan hasil pengamatannya. 3). Kemampuan dalam
menarik
kesimpulan
secara
logis
berdasarkan
petunjuk-petunjuk
eksperimental, mengembangkan model dan menyusun teori. 4). Kemampuan mengkomunikasikan secara jelas dan lengkap hasil-hasil percobaan. 5). Keterampilan dalam menyusun suatu percobaan, merancang urutan kerja dan kecekatan
dalam
melaksanakannya.
6).
Keterampilan
memilih
dan
mempersiapkan peralatan dan bahan, keterampilan menggunakan peralatan dan bahan, suatu kecekatan dalam menyusun peralatan untuk tujuan percobaan. 7). Ketaatan dalam mematuhi petunjuk dan tata tertib kerja untuk menghindarkan diri dari tindakan yang melanggar larangan kerja. Keterampilan menggunakan berbagai indera, khususnya indera penglihatan dan dengan bantuan tangan yang terampil dalam menerapkan metode ilmiah, tidak dapat digantikan oleh guru dengan menggunakan kapur dan papan tulis atau dengan ceramah.
35
f. Laboratorium Sebagai Prasarana Pendidikan. Laboratorium berfungsi sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah proses belajar mengajar. Ruang laboratorium dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk melakukan eksperimen. LABORATORIUM
Lab. Pendidikan
Lab. Pendidikan Tinggi - Kedokteran - Perkapalan - Farmasi - Pertanian
Lab Pendidikan Menengah
Lab Pend. Menengah Umum
Lab. Pendidikan IPA
Fisika
Kimia
Lab. Non Pendidikan
Lab. Pend. Menengah Kejuruan
Lab. Pendidikan Non IPA
Biologi
(Zamroni, 2004 : 5 – 6) Gambar 2. 1. Skema Pengelompokan Laboratorium g. Menggunakan alat-alat Laboratorium Untuk menumbuhkan sikap ilmiah dan mengembangkan kecakapan hidup siswa maka sarana laboratorium sangat perlu dilengkapi denngan alat-alat yang cara penggunaannya membutuhkan ketrampilan, ketelatenan dan kecermatan. Untuk alat ukur listrik yang digunakan untuk penelitian ini sengaja dipakai dari alat ukur dasar yang harus dilengkapi dengan alat lain dengan batas ukur yang bervariasi.
36
1) Ampere meter. Amperemeter merupakan alat ukur listrik yang digunakan untuk mengetahui besarnya kuat arus yang mengalir pada suatu rangkaian listrik. Ampere meter harus dihubungkan secara seri dengan komponen listrik yang akan diukur kuat arus listriknya pada suatu rangkaian listrik. Amperemeter merupakan gabungan dari dua macam alat yaitu basic meter dan hambatan depan shunt, seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2. Basicmeter dan shunt
Gambar 2.3. Amperemeter
Untuk memasang amperemeter pada suatu rangkaian listrik, arus listrik harus mengalir masuk ke kutub positif (diberi tanda “+” atau warna merah) dan meninggalkan amperemeter melalui kutub negatif (diberi tanda “-“ atau warna hitam). Jika dihubungkan dengan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang dalam arah terbalik (ke kiri). Ini dapat menyebabkan iarumpetunjuk membentur sisi nol (sisi yang akan menghentikan pergerakan jarum penunjuk jika amperemeter tidak dialiri arus listrik) dengan gaya yang cukup besar dapat merusak amperemeter. Yang perlu diperhatikan bahwa untuk memasang amperemeter seri dengan komponen yang akan diukur kuat arusnya, maka rangkaian harus dipotong kemudian disisikan amperemeter dalam rangkaian
37
dengan
menghubungkan
ujung-ujung
potongan
rangkaian
kekutub-kutub
amperemeter dengan polaritas yang benar (gambar 2.2)
Gambar 2.4. Rangkaian listrik dengan amperemeter 2) Voltmeter Alat ukur listrik yang digunakan untuk mengetahui tegangan listrik adalah voltmeter. Voltmeter merupakan gabungan duah macam alat yaitu basic meter dan hambatan depan multiflier. Gabungan tersebut seperti yang tampak pada gambar berikut :
38
Gambar 2.5. Basicmeter dan multiflier
Gambar 2.6.Voltmeter Voltmeter harus dipasang atau dihubungkan paralel dengan komponen listrik yang akan diukur tegangannya. Untuk memasang voltmeter dalam suatu rangkaian listrik, bahwa titik yang potensialnya lebih tinggi harus dihubungkan ke kutub positif (“+” atau warna merah) dan titik yang potensialnya rendah harus dihubungkan ke kutub negatif (“-“ atau warna hitam). Jika dihubungkan dengan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang sedikit ke kiri tanda nol. Rangkaian yang diukur tegangannya seperti tampak seperti gambar berikut:
39
Gambar 2.7. Rangkaian dengan voltmeter 3) Ohmmeter Alat untuk mengukur hambatan listrik adalah ohmmeter, cara menggunakan tidak perlu memperhatikan polaritas, karena alat ini dapat digunakan untuk mengukur hambatan listrik tanpa harus dihubungkan dengan sumber tegangan listrik. Seperti tampak pada gambar berikut :
Gambar 2.5. Ohmmeter yang digunakan untuk mengukur hambatan lampu 4) Membaca pengukuran alat ukur listrik.. Dalam membaca pengukuran amperemeter maupun voltmeter jika dirangkaikan dengan komponen alat listrik dalam suatu rangkaian listrik adalah sama. Ampremeter dan voltmeter merupakan gabungan dari dua alat, yaitu basicmeter dan hambatan depan. Untuk kedua alat ukur tersebut berbeda pada hambatan depan dan satuan untuk batas ukurnya sehingga pembacaan pengukuranpun berbeda. Ampere meter merupakan alat ukur listrik untuk mengukur besarnya kuat arus yang mengalir pada suatu rangkaian listrik. Ampere meter merupakan gabungan dari dua komponen yaitu Basic meter dan hambatan depan Shunt.Untuk
40
mengukur kuat arus yang mengalir pada suatu rangkaian listrik, ampere meter harus dirangkaikan secara seri dengan alat listrik yang ingin diketahui besarnya kuata arus yang mengalir. Cara membaca hasil pengukuran Ampere meter dengan menggunakan perhitungan, bahwa kuat arus yang terukur adalah skala jarum dibagi skala maksimum dikalikan dengan batas ukur Ampere meter. Besarnya kuat arus =
Skala yang ditunjuk jarum X Batas ukur Skala maximum
Volt meter merupakan alat ukur listrik untuk mengukur besarnya beda potensial listrik pada suatu rangkaian listrik. Volt meter merupakan gabungan dari dua komponen yaitu Basic meter dan hambatan depan Multiflier.Untuk mengukur beda potensial pada suatu rangkaian listrik, volt meter harus dirangkaikan secara paralel dengan alat listrik yang ingin diketahui besar beda potensialnya. Cara membaca hasil pengukuran Volt meter dengan menggunakan perhitungan, bahwa beda potensial yang terukur adalah skala jarum dibagi skala maksimum dikalikan dengan batas ukur Volt meter. Besarnya beda potensial = Skala yang ditunjuk jarum X Batas ukur Skala maximum Ohm meter merupakan alat untuk mengukur besarnya hambatan yang berada pada suatu rangkaian listrik. Besar hambatan dinyatakan dalam satuan Ohm, yang merupakan faktor-faktor penghambat aliran muatan listrik.Cara membaca Ohm meter yaitu skala yang ditunjuk jarum kali faktor pengalinya.Untuk mengukur hambatan listrik, Ohm meter harus dipasang secara paralel dengan komponen rangkaian listrik yang ingin diketahui besarnya hambatan yang dikandung dari pada alat listrik yang menjadi komponen rangkaian listrik tersebut. 8. Motivasi Berprestasi
41
a. Pengertian Motivasi Semua individu mempunyai needs (kebutuhan) dan wants (keinginan). Setiap kebutuhan atau keinginan perlu memperoleh pemenuhan. Dalam batas tertentu upaya pemenuhan itu seringkali merupakan tujuan. Jadi bila tujuan tercapai, maka kebutuhan atau keinginan tercapai. Sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan itu sendiri merupakan motivasi. Jadi motivasi adalah daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Searah dengan pendapat Cole (1997:109) yang menyatakan bahwa ”motivasi dihubungkan dengan energi seseorang yang ditujukan kepada pencapaian tujuan tertentu”. Dengan bahasa yang berbeda Elliot, et.all. (2000:332) menyatakan bahwa ”motivasi adalah suatu keadaan internal yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak, mendorong seseorang ke arah tertentu dan mengikatnya tetap terlibat dalam kegiatan tertentu”. Secara umum motivasi memiliki tiga komponen yang dapat diidentifikasi, yaitu komponen harapan (expectancy component), nilai (value component) dam emosi (emotion component). Komponen harapan meliputi kepercayaan siswa pada kemampuan mereka sendiri untuk mengerjakan tugas, seperti kemampuan menduga (perceived), kepercayaan pada diri sendiri, gaya atribusional dan persepsi kontrol. Semuanya merupakan dasar yang menjelaskan bahwa siswa akan melibatkan dirinya hanya pada apa yang mereka percaya bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas dengan derajat kesuksesan tertentu. Komponen nilai merujuk pada persepsi siswa tentang penghargaan dari tipe tujuan yang berbeda untuk menyelesaikan tugas, seperti berorientasi pada belajar, dibandingkan dengan berorientasi hasil dan sebagainya. Komponen ketiga
42
merujuk pada reaksi sikap atau emosi siswa pada tugas sekolah misalnya sikap siswa pada belajar sekolah dan kebosanan mereka pada tugas. ”Emosi adalah aktivitas psikis yang di dalamnya, subyek menghayati nilai-nilai dari suatu objek”, (Winkel, 1983:36). Dari sini tampak bahwa faktor motivasi sangat menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajarnya. Sedangkan emosi merupakan faktor psikis yang khusus berpengaruh terhadap semangat atau gairah belajar. Berdasarkan emosinya siswa, mengadakan penilaian yang bersifat spontan, misalnya perasaan senang, tidak senang, puas, tidak puas terhadap pengalamanpengalaman belajarnya di sekolah. Jika emosi positif (perasaan senang, puas) dibina akan menimbulkan "minat" yang oleh Winkel (Winkels, 1983: Deese, 1950) digambarkan menurut urutan psikologis sebagai berikut :
Emosi Positif
Sikap Positif
Minat
Motivasi
Gambar 2.8. Gambar timbulnya motivasi. Emosi positif yang diikuti dengan sifat positif mempunyai peranan besar dalam belajar, sebaliknya emosi yang negatif (perasaan tidak senang) akan menghambat dalam belajar, yang selanjutnya menyebabkan motivasi siswa sukar berkembang. Atau dengan kata lain untuk membangkitkan motivasi diperlukan suatu rangsangan yang dapat membuat siswa merasa senang terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Senada dengan pendapat Winkel diatas, adalah Murray (1983) mengatakan bahwa, ”motivasi siswa sangat dipengaruhi oleh taraf kesulitan materi yang
43
dipelajari”. Jadi motivasi yang optimal akan berkurang jika taraf kesulitan lebih tinggi. Tetapi hal ini dapat juga terjadi sebaliknya, bahwa taraf kesulitan justru bergantung pada motivasi siswa. Di sisi lain, anak ternyata lebih senang dengan kegiatan-kegiatan yang menghibur, seperti teka-teki atau permainan-permainan yang melibatkan pemikiran. ”Hal-hal yang bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi siswa”. (Murray, 1964: 35). Senada dengan pendapat Sagimun dalam Bimo Walgito (1983), bahwa untuk membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam permainanpermainan atau teka-teki dan cerita-cerita yang berkaitan dengan materi yang hendak diajarkan. Juga didukung oleh Merphy (Bimo Walgito, 1983:75) bahwa: ”siswa usia remaja lebih senang belajar hal-hal yang menyenangkan dan menghibur, dan hal-bal yang aneh”. Dari beberapa pendapat di atas, jelaslah bahwa untuk, menggali dan mengembangkan motivasi belajar siswa, khususnya agar pelajaran fisika disenangi dan diminati siswa adalah memperkenalkan kimia dengan pendekatan yang menyenangkan. b. Peranan Motivasi Pada Proses Belajar Martin Handoko (2002:43) menjelaskan bahwa motivasi dapat berperan dalam beberapa kegiatan manusia antara lain: 1) Berperan dalam proses pengamatan. Meskipun pengamatan seseorang banyak bergantung pada faktor fisiologis si pengamat dan faktor stimulus, namun pengaruh motivasi juga tidak kalah pentingnya. Pengamatan terhadap suatu objek yang sama akan menghasilkan hal yang berbeda pada setiap orang yang memiliki motivasi yang berbeda. 2). Berperan dalam proses perhatian. Bila seseorang dikuasai motif
44
tertentu, maka perhatiannya pun akan tertuju pada hal-hal yang sesuai dengan motif yang sedang meenguasainya. 3). Berperan dalam proses ingatan. Apa saja yang dianggap penting oleh seseorang pasti juga akan diingat terus dan sukar dilupakan. 4). Berperan dalam proses pikiran dan fantasi. Peranan motivasi di dalam berfikir terutama pada penggunaan informasi-informasi yang tersedia untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi. Apa yang difantasikan seseorang adalah cermin dari apa yang sedang menjadi harapannya, atau apa yang sedang menjadi kebutuhannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Elliot et.all, bahwa “motivasi merupakan konstruksi psikologi yang penting yang mempengaruhi sesorang paling tidak dalam empat cara, yaitu : 1) motivasi meningkatkan energi dan tingkat aktivitas individual. Hal ini akan mempengaruhi seseorang untuk terlibat pada kegiatan tertentu dengan sepenuh hati atau setengah, 2) motivasi mengarahkan individu pada tujuan tertentu, 3) motivasi membangkitkan kehendak untuk mengawali suatu aktivitas dan, tetap menjalankan aktivitas tersebut dan berusaha untuk mengatasi kesulitan yang ada, 4) motivasi, mempengaruhi strategi belajar dan proses kognitif yang digunakan oleh individu”, (2000:332).
Karena belajar melibatkan proses pengamatan, perhatian, ingatan, pikiran dan fantasi, maka jelaslah bahwa motivasi juga akan mempengaruhi proses belajar seseorang. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Elliot, et.all (2000:345) menyebutkan bahwa; “motivasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu 1) kecemasan (anxiety), kecemasan diartikan sebagai sensasi perasaan yang tidak mengenakkan yang selalu dialami sebagai rasa kekawatiran dan kebosanan yang ditandai dengan rasa lelah, letih dan berbagai gejala lain, 2) keingintahuan (curiosity) dan ketertarikan. Keingintahuan adalah emosi kognitif yang timbul saat siswa mengalami konflik antara apa yang mereka percaya benar dan kenyataan kebenaran yang mereka dapatkan, 3) locus of control. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan alasan yang mcndasari tindakan seseorang. Locus of control dibedakan menjadi dua berdasarkan asalnya yaitu eksternal dan internal, 4) kepercayaan atas kemampuan diri dan 5) lingkungan siswa”.
45
Beberapa faktor yang sangat penting bagi motivasi belajar, dijelaskan oleh Gagne (1989: 71) sebagai berikut: 1)
Perhatian. Rasa ingin tahu dan
ketertarikan siswa dapat dibangkitkan dengan memberikan stimulus yang menarik pada siswa dengan cara mengubah kondisi, memberikan sesuatu yang berbeda dan tidak biasa, 2) Relevansi. Pebelajar ditunjukkan bahwa belajar yang mereka lakukan memiliki nilai dan penting bagi mereka, 3) Kepercayaan diri. Pebelajar harus percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuan belajar dengan sukses. Kepercayaan pada kekuatan sendiri dibangun dari berbagai pengalaman belajar yang membimbing ke arah sukses, 4) Kepuasan. Kepuasan adalah perasaan yang menyertai proses penguatan (reinforcement). Proses ini terjadi saat pebelajar diberi informasi umpan balik tentang koreksi performa mereka, dan menerima hadiah dari apa yang mereka usahakan. d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik Motivasi instrinsik merujuk pada motivasi yang telah diinternalisasi dan menjadi penggerak untuk melakukan sesuatu untuk keuntungan mereka atau kebanggaan mereka sendiri. Motivasi instrinsik merujuk pada kebutuhan untuk menyelesaikan tugas atau menjalankan suatu aktivitas karena adanya dorongan atau hadiah yang berasal dari luar. Hampir semua siswa diaktitkan oleh baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. e. Teknik Memotivasi Siswa Teknik atau cara memotivasi siswa untuk belajar terutama melibatkan tiga komponen motivasi yang telah disebutkan diatas. Secara umum ada tiga hal yang dapat digunakan yaitu : 1).mempertahankan harapan pada kesuksesan : 1).Siswa tidak akan termotivasi untuk melakukan suatu tugas sampai mereka
46
berfikir bahwa mereka memiliki kesempatan yang baik untuk mencapai kesuksesan. Untuk menimbulkan harapan akan timbulnya kesuksesan maka guru harus memacu rasa percaya diri siswa pada kemampuan mereka dan melibatkan, persepsi kontrol personal mereka pada hasil (nilai) tugas. 2) memberikan pengalaman sukses dan keberartian pada mereka, Cara yang paling mudah untuk meyakinkan bahwa siswa memiliki harapan pada kesuksesan adalah dengan memberikan mereka rasa (pengalaman) sukses secara konstan. Siswa yang berhasil dalam suatu tugas biasanya akan bersemangat dalam melakukan tugas lain yang sejenis tetapi siswa yang merasa gagal sering enggan untuk mencoba tugas yang lama pada kesempatan yang lain. 3).Menjelaskan hubungan antara usaha dan strategi yang digunakan dengan basil yang didapatkan. Siswa biasanya termotivasi saat mereka mengetahui kesuksesan dan kegagalan yang disebabkan kontrol personal mereka sendiri daripada kemampuan yang terkait atau kekuatan dari luar yang tidak dalam kendali mereka. Siswa yang merasa bahwa kesuksesan di sekolah hanya sekedar keberuntungan tidak akan percaya bahwa kesuksesan itu akan terus bertahan dan tidak akan termotivasi untuk mengembangkan usaha yang lebih maksimal untuk mencapai tujuan belajar. Seperti juga siswa yang berfikir bahwa apa yang mereka peroleh di sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru juga tidak akan termotivasi untuk mencari kebebasan dalam belajar. Sebaliknya, bila siswa percaya bahwa kesuksesan dan kegagalan mereka tergantung pada usaha dan strategi mereka yang efektif akan menyadari bahwa mereka dapat mencapai kesuksesan bila mereka juga berusaha dan mengguakan strategi belajar yang tepat. f. Memberikan hadiah (incentives) ekstrinsik, memperbesar motivasi instrinsik
47
dan merangsang motivasi belajar. Penelitian menunjukkan bahwa penguatan ekstrinsik dapat menyebabkan meningkatkan motivasi instrinsik dan bukannya menurunkan. Untuk memotivasi siswa untuk belajar, guru tidak hanya meningkatkan motivasi instrinsik siswa tetapi juga memberikan motivasi ekstrinsik dan merangsang motivasi belajar siswa. 1) Memberikan motivasi ekstrinsik Beberapa cara untuk menguatkan motivasi ekstrinsik, yang dapat dilakukan dalam kelas antara lain diberikan oleh (Maltby, 1997:329) antara lain : a) Memilih penguatan yang tepat secara teliti yang didasarkan pada pengamatan dan pengetahuan tentang individu (pribadi) siswa. Temukan apa yang sepertinya dapat berhasil tetapi jangan terlalu sering menggunakan penguatan (reinforcement) yang spesifik. b)
Bila mungkin, gunakan aktivitas yang populer untuk menguatkan
aktivitas yang kurang popular. c)
Tahu
bahwa
penguatan
(reinforcement)
adalah suatu proses yang natural, hindari menggunakan berbagai prosedur yang terlihat tidak alami. d) Pusatkan perhatian pada usaha siswa dan produk yang mereka hasilkan. Gunakan penguatan verbal tapi hindari kata yang terlalu dibesarbesarkan. e). Gunakan jadual penguatan yang kontinyu pada awal pengajaran sesuatu yang baru dan semakin berkurang bila ketrampilan yang diinginkan sudah mulai dikuasai dengan baik. f). Gunakan metode penguatan kelompok terutama bila hasil diperoleh berasal dari kerja kelompok. 2) Memperkuat motivasi instrinsik Berikut ini adalah beberapa tipe aktivitas yang sering muncul yang termotivasi oleh sumber penguatan instrinsik : a). Rangsangan sensoris : melihat, mendengar,
48
mengapresiasikan. b). Gerakan fisik : gerakan yang tidak tertekan dan aktivitas tubuh yang santai. c). Menguikuti narasi : tertaik pada pengalaman orang lain yang dipaparkan dalam bacaan atau film. d) Prestasi
yang
didasarkan
pada
ketrampilan dan hasil yang kreatif. e). Pemahaman pengetahuan : keterlibatan secara penuh. f). Merangsang motivasi belajar siswa. g). Membiasakan bersikap positip. 3) Pengukuran Motivasi Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu : a). Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang. b). Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari motif tertentu (Martin Handoko, 2002:61). Salah satu cara yang paling tepat untuk mengetahui motif seseorang yang sebenarnya adalah mengamat-amati objek-objek yang menjadi pusat perhatiannya. Ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang dapat juga disimpulkan dari beberapa segi tingkah lakunya, misalnya; tenaga yang dikeluarkan, frekuensinya, kecepatan memberikan
respon,
tema
pembicaraannya,
fantasinya
dan
impiannya.
Pengetahuan tentang sikap dapat diungkap dengan suatu skala sikap (rating scale) sedangkan pengetahuan tentang pandangan dan reaksinya terhadap suatu permasalahan dapat diungkap dengan menggunakan check list. Pengukuran yang lebih valid dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur lebih dari satu. Menurut Hsrrocks dalam Parwinando Agus Pertiwi (2004), prestasi adalah kebutuhan psikologis untuk memperoleh, mencapai, menerima hadiah, menang dan sebagainya. Saifudi Aswar (1987 : 13) mendifinisikan prestasi sebagai hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Sekolah yang menerapkan kurikulum
49
berbasis kompetensi harus mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolah. Perilaku ingin berprestasi secara terus menerus harus menjadi kebiasaan hidup (habit) warga sekolah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Cleland berpendapat bahwa setiap orang memiliki tiga jenis kebutuhan dasar yaitu : (1) Kebutuhan akan kekuasaan, (2) Kebutuhan akan berafiliasi dan (3) Kebutuhan berprestasi. Kebutuhan akan kekuasaan terwujud dalam keinginan untuk mempengaruhi orang lain, kebutuhan berafiliasi tercemin dalam terwujudnya situasi bersahabat dengan orang lain. Kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Jadi motivasi berprestasi adalah dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan siswa untuk menacapi prestasi guna memenuhi kebutuhan psikologisnya. 9. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Pretasi merupakan suatu yang telah tercapai sehingga prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dalam belajar (Purwodarminto, 1986 : 56 ). Prestasi dinilai dan diukur dari segala usaha belajar yang dinyatakan dengan symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai anak didik dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 1984 : 26). Prestasi didefinisikan sebagai kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1993 : 3). “Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar” (Syaiful Aswar, 1987 :13) atau “bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai” (Wenkel, 1993 : 24). Pengertian prestasi diatas menekankan pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah
50
dikerjakan atau diciptakan dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu dan bersifat menyenangkan hati. Dalam kurikulum berbasis kopetensinterjadi pergeseran penekanan dari sisi apa yang tertuang ke kompetensi bagaimana harus berpikir, belajar dan melakukannya. Guru dan siswa diharapkan mengetahui apa yang harus dicapai. Pendapat tersebut dipertegas oleh Ashan (Syaiful Sagala, 2004:245) yang mengemukakan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu a) Penetapan kompetensi yang akan dicapai, b) Pengembangan strategi untuk mencapai kompetensi, c) Evaluasi terhadap kompetensi tersebut. Salah satu prinsip pengembangan kurikulum adalah landasan pengetahuan teknologi dan seni. Pendidikan merupakan usaha penyimpan subyek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. Perubahan masyarakat mencakut nilai yang disepakati oleh masyarakat dapat pula disebut sebagai budaya. Oleh karena itu budaya merupakan suatu konsep yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalh nilainilai yang bersumber pada perasaan atau estitika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubahan yang semakin pesaat. Termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang disingkat IPTEKS (Syaiful Sagala, 2004:25). Menurut Zainal (1996 : 2) ”Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia prestasi berarti hasil usaha”. Menurur Harjanto
51
(2006 : 278) ”prestasi belajar adalah nilai hasil belajar yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya, dalam jangka waktu tertentu”. Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Muhibbin Syah, 2005 : 51). Prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengertian, pengalaman, ketrampilan nilai sikap yang bersifat konstan dan berbekas (Winkel, 1999 : 51). Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau penyempurnaan sesuatu hal yang dimiliki atau dipelajari sebelumnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu kebutuhan psikologis yang dicapai oleh siswa setelah berjuang untuk memenuhinya dengan cara belajar dan membandingkanya hasil belajarnya dengan indikator yang telah ditentukan, singga mendapatkan pengakuan berhasil atau gagal. b. Fungsi Prestasi Belajar Menurut Harjanto (2006 : 277) ”Dalam proses belajar mengajar prestasi memiliki fungsi pokok yaitu mengukur kemajuan dan perkembangan, mengukur keberhasilan, sebagai bahan pertimbangan”, 1) untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu, 2) untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan, 3) Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikanproses belajar mengajar. Juga berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik dan membuat diagnosis mengenal kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik. Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai fungsi utama (Zainal, 1990 : 3), antara lain : 1). Prestasi belajar
52
sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahua yang telah dikuasai oleh siswa. 2). Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat igin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendentasi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. 3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4). Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu intuisi pendidikan. Indikator intern, dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu intitusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relefan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. 5). Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik, dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama, karena anak didiklah diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan kurikulum. Dari uraian fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa pentingnya kita mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok, sebab funsi prestasi tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas istitusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam
53
melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosa, bimbingan atau penempatan anak didik. 10. Listrik Dinamik a. Arus Listrik. Gerakan dari elektorn-elektron bebas pada sebuah penghantar, jika antara ujung-ujung penghantar diberi beda potensial disebut arus listrik. Jumlah muatan listrik yang mengalir persatuan waktu disebut kuat arus listrik. Jika ujungujung kawat penghantar dihubungkan dengan sebuah baterai maka sebuah medan listrik akan timbul pada setiap titik di dalam kawat tersebut. Jika perbedaan potensial dipertahankan maka medan listrik akan bertindak pada electron-elektron di dalam Elemen menyebabkan terjadi sebuah arus listrik (i); jika sebuah muatan listrik q lewat melalui penghantar selama waktu t, maka besarnya kuat arus listrik ditunjukan dengan persamaan: q I = _____ t satuan-satuan SI yang sesuai adalah kuat arus satuannya ampere (A), untuk muatan listrik satuannya coulomb (q), dan waktu satuannya detik (s). Jika banyaknya kuat arus yang mengalir persatuan waktu tidak konstan, maka arus akan berubah dengan waktu dan diberikan oleh limit diferensial yang ditujukan dengan persamaan : i = dq dt didalam bagian selanjutnya kita hanya meninjau arus-arus yang konstan. Arus i adalah sama untuk semua penampang penghantar, walau luas penampang mungkin berbeda pada titik-titik yang berbeda. Asal pada penghantar
54
yang tidak bercabang. Kita asumsikan seperti pada aliran air, banyaknya air yang mengalir persatuan waktu yang melewati pada setiap penampang pipa adalah sama walau jika penampang tersebut berubah. Air mengalir lebih cepat pada pipa yang penampangnya lebih kecil, dan mengalir lebih lambat pada pipa yang penampangnya lebih besar, sehingga untuk persatuan yang sama volume air untuk penampang yang sama adalah sama. Hal ini juga terjadi pada arus listrik, disetiap titik besarnya sama walau besarnya kabel berbeda. Untuk mengetahui besarnya kuat arus listrik yang mengalir persatuan waktu pada suatu rangkaian listrik adalah amperemeter. b. Beda Potensial listrik Beda Potensial listrik merupakan suatu bentuk energi yang dapat menggerakkan muatan-muatan listrik. Sumber tegangan listrik merupakan penyebab terjadinya beda potensial listrik. Sumber tegangan ada dua macam yaitu sumber tegangan arus searah (Accu, Baterai) dan arus bolak-balik (listrik dari PLN). Jika beda potensial dinyatakan suatu bentuk energi yang menggerakan muatan-muatan listrik, maka dinyatakan dengan persamaan : V= W Q W : jumlah energi dalam Joule Q : jumlah muatan listrik dalam Coulomb V : beda potensial dalam Volt c. Hambatan Pada suatu rangkaian listrik tertutup dengan sumber tegangan listrik nilai perbandingan beda potensial dengan kuat arus selalu konstan jika suhu tidak
55
berubah. Jika digambarkan dengan grafik maka akan terlukis garis hubungan antara beda potensial dengan kuat arus listrik, yang merupakan nilai hambatan listrik. V/i = R. V : Beda potensial I : Kuat arus R : Hambatan Secara umum, untuk kawat-kawat logam sebagai penghantar, besarnya hambatan dipengaruhi oleh suhu. Tetapi untuk kebanyakan logam paduan, misalnya konstanta, hambatanya hanya sedikit yang dipengaruhi oleh suhu. Selain suhu ada faktor lain yang mempengaruhi besarnya hambatan pada kawat penghantar. Yang mempengaruhi diantaranya: 1) Panjang kawat (l), 2) luas penampang kawat (A), (3) hambat jenis bahan kawat (ρ)
B. Penelitian Yang Relevan Sebagai bahan pertimbangan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, agar dapat memberikan gambaran yang jelas, diantaranya : 1. Penelitian dari Indah Slamet Budiarti tentang ” Pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal siswa dalam penggunaan alat ukur terhadap prestasi belajar siswa”. Pada penelitian tersebut hanya menggunakan kemampuan awal penggunaan alat ukur. Pada penilitian yang penulis lakukan selain ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur listrik juga motivasi berprestasi.
56
2. Penelitian dari Penelitian dari Tantyo Hatmono tentang ”Pengembangan kompetensi belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Inquiry”. Pada penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran guided inquiry dan free inquiry. Pada penelitian yang penulis lakukan adalah menggunakan pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. 3.
Penelitian dari Sigit Triyono tentang ”Pengaruh Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui metode Inkuiri Terbimbing dan demonstrasi ditinjau dari motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa”. Pada penelitian tersebut menggunakan desain faktorial 2 x 2. Pada penelitian yang penulis lakukan adalah menggunakan desain faktorial 2 x 2 x 2.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan penelitian yang relevan maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sains (fisika) perlu adanya inovasi model pembelajaran atau metode pembelajaran yang bervariasi, yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa. Di dalam proses pebelajaran sains (Ilmu Pengetahuan Alam), siswa harus dipandang sebagai subyek belajar. Peranan guru dalam proses pembelajaran harus dapat menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui seragkaian kegiatan yang mengeksplorasi lingkungan, akan terjadi pembentukan dan pengembangan sikap ilmiah pada diri siswa seperti halnya yang dimiliki oleh para ilmuwan. Beragam sikap ilmiah yang berkembang, seperti menghargai gagasan orang
57
lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, ingin tahu, tekun dan tidak mudah menyerah, tidak percaya tahayul, sulit menerima pendapat tanpa disertai bukti, kebiasaan merenung secara kritis, peka terhadap makluk hidup dan lingkungan, mau bekerja serta bekerja sama, saling menerima dan memberi 2
Perbedaan prestasi belajar siswa pada bidang studi sains (fisika) yang mendapatkan pembelajaran inkuiri eksperimen dan demonstrasi dengan cara : untuk kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dibagi atas kelompokkelompok yang jumlahnya lima siswa, dan melakukan kegiatan belajar setelah mendapatkan petunjuk dari guru.
3
Perbedaan prestasi belajar siswa pada bidang studi sains (fisika) yang mendapatkan pembelajaran inkuiri eksperimen dan demonstrasi dengan cara :untuk kelompok yang mendapatkan pembelajaran pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi , terbagi atas kelompok-kelompok yang terdiri lima siswa, melakukan diskusi setelah mendapat penjelasan dari guru maupun siswa lainnya yang ditunjuk untuk meragakan percobaan didepan kelas.
4. Semua kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen terdiri atas siswa-siswa yang hiterogen dalam tingkat kemampuan menggunakan alat maupun tingkat motivasi berprestasinya. 5. Semua kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi terdiri atas siswa-siswa yang hiterogen
58
dalam tingkat kemampuan menggunakan alat maupun tingkat motivasi berprestasinya. 6.
Setelah dilakukan tindakan diharapkan adanya perbedaan prestasi belajar antara yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri metode eksperimen dan metode demonstrasi, dari siswa yang mempunyai tingkat kemampuan penggunaan alat yang tinggi dan rendah.
7.
Setelah dilakukan tindakan diharapkan adanya perbedaan prestasi belajar antara yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri metode eksperimen dan metode demonstrasi, dari siswa yang mempunyai tingkat motivasi berprestasi yang tinggi dan rendah.
D. Hepotesis Berdasarkan kajian teori dan masalah yang diajukan, serta kerangka berpikir yang ada pada penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa
antara
yang diberi pelajaran
melalui pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi pada mata pelajaran fisika (Sains) materi listrik dinamik. 2. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai keterampilan menggunakan alat tinggi dengan rendah pada mata pelajaran fisika (Sains) materi listrik dinamik. 3. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi dengan berprestasi
(Sains) materi listrik dinamik.
rendah pada mata pelajaran fisika
59
4. Terdapat interaksi antara pendekatan inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat keterampilan menggunakan alat terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika (Sains) materi listrik dinamik. 5. Terdapat interaksi antara pendekatan inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika (Sains) materi listrik dinamik 6. Terdapat interaksi antara tingkat kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika (Sains) materi listrik dinamik. 7. Terdapat interaksi antara pendekatan inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi dengan tingkat keterampilan menggunakan alat dan tingkat motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika (Sains) materi listrik dinamik.
60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo tahun pelajaran 2008-2009, dari bulan September 2008 sampai dengan bulan November 2009. Tahun 2008 NO
Kegiatan
1
Pengajuan proposal
2
Seminar proposal
3
Penyusunan bab I,II,III
4
Penyusunan instrumen
5
Uji coba instrumen
6
Analisis hasil uji coba
7
Pelaksnaan penelitian
8
Olah data
9
Bimbingan bab IV,V
10
Ujian Tesis
9
10
2. Tempat Penelitian 65
11
Tahun 2009 12
1
2
3
5
10
11
61
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan semester I Kelas IX tahun pelajaran 2008-2009, dengan alamat Jln. Raya Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh subyek penelitian Suharsini Arikunto, (1998 : 115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Karangrejo, tahun pelajaran 2008-2009 yang terdiri enam kelas, masingmasing kelas 40 siswa. 6.
Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti Suharsini
Arikunto (1998 : 117). Sample dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA s/d IXD. Dari pertimbangan pemilihan sample empat kelas sudah sepadan, berada dalam satu tingkatan kelas.
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan dua perlakuan, yang melibatkan satu atau lebih kelompok eksperimen tanpa melibatkan kelompok control. Dalam metode penelitian ini terdapat dua kelompok eksperimen yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam memberikan perlakuan, perlakuan yang diberikan berbeda tapi
62
seimbang. Kelompok I diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode inkuiri dengan eksperimen, sedangkan kelompok II diperlakukan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode inkuiri dengan demonstrasi. Kedua kelompok tersebut di atas sebelum proses pembelajaran dimulai diberikan angket kemampuan menggunakan alat dan motivasi berprestasi dengan metode angket dan pengamatan langsung. Dari uji tersebut, kemudian dibagi menjadi dua
kategori yaitu tinggi dan rendah. Setelah proses
pembelajaran selesai diadakan penilaian / tes prestasi hasil belajar untuk ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Untuk mendapatkan data nilai kognitif diadakan uji kompetensi, untuk ranah psikomotor digunakan tes unjuk kerja / praktikum (performans test) dan untuk ranah afektif dilakukan melalui pengamatan. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk masingmasing ranah dengan menggunakan analisis variasi secara manual dengan bantuan komputer dan analisis variansi univariat (anava) desain faktorial penelitian ditunjukkan pada tabel 3.1.Rancangan Penelitian
1. Tabel 3.1. Desain Faktorial
Ekperimen (A1)
Metode Pembelajaran Inkuiri (A)
Kemampuan Menggunakan Alat (KMA) (B) Tinggi (B1) Rendah (B2) Motivasi Motivasi Tinggi (C1) Rendah (C2) Tinggi (C1) Rendah (C2) a1b1c1
a1b1c2
a1b2c1
a1b2c2
63
Demontrasi (A2)
a2b1c1
a2b1c2
a2b2c1
a2b2c2
Keterangan a1b1c1
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi tinggi dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui eksperimen pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
a1b1c2
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi rendah dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui eksperimen pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis..
a1b2c1
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi tinggi dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui eksperimen pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
a1b2c2
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi rendah dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui eksperimen pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
a2b1c1
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi tinggi dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui demonstrasi pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
64
a2b1c2
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi rendah dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui demonstrasi pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
a2b2c1
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi tinggi dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui demontrasi pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
a2b2c2
Kelompok siswa dengan keterampilan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi rendah dan yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri melalui demontrasi pada prestasi hasil belajar sains fisika materi listrik dinamis.
D.Variabel Penelitian Variable dalam penelitian ini dikelompokan menjadi tiga variable yaitu : 1. Variabel Bebas Variable bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran pendekatan ketrampilan proses dengan metode inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi. 2. Variabel Atribut Variable atribut pada penelitian ini adalah motivasi berprestasi yang meliputi, motivasi berprestasi tinggi, rendah; dan kemampuan menggunakan alat yang meliputi trampil dan tidak trampil.
65
3. Variabel Terikat Pada penelitian ini variable terikatnya adalah prestasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh parameter berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif dan kerja ilmiah.
E. Teknik Pengumpulan Data Agar diperoleh data penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan instrumen yang dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini ada dua metode pengumpulan data yaitu dengan tes dan angket.
F. Instrumen Penelitian 1. Metode Tes Pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang
kemampuan
intelektual
siswa
setelah
mengikuti
pembelajaran.”Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 1998). Tes yang digunakan dalam penelitian berupa soal obyektif tes. 2. Metode Angket Pengumpulan data menggunakan metode angket yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang motivasi berprestasi sebelum mengikuti pembelajaran.
66
3. Teknik pemberian skor yang digunakan: P= S x N
100
Keterangan: P = Prestasi belajar siswa S = Soal yang dijawab dengan benar N = Banyak soal tes 4. Instrumen Pembelajaran Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai dengan rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrument pembelajaran dalam penelitian ini ada 3 instrumen pembelajaran: a. Silabus, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standart kompetensi, kompetensi dasar, Materi pembelajaran, indicator penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menejemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standart isi yang dijabarkan dalam silabus. c. Lembar Kerja Siswa (LKS), adalah alat Bantu dalam kegiatan pembelajaran dan agar pelaksanaan belajar mengajar berjalan lancar dan efektif.
G. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valit apabila mampu
67
mengukur apa yang diinginkan. Untuk menguji validitas isi soal tes digunakan rumus korelasi product moment seperti pada persamaan (1.1) rxy
N å XY - (å X )(å Y )
{N å X
2
-
(å X ) }{N å Y - (å Y ) } 2
2
2
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi skor item dengan skor total N = Jumlah subyek x
= Skor item
y
= Skor total
Tabel 3.2 Kretiria validitas soal Koefisien korelasi
kualifikasi
0,91 - 1,00
Sangat tinggi
0,71 - 1,90
Tinggi
0,41 - 0,70
Cukup
0,21 - 0,40
Rendah
Negatif – 0,20
Sangat rendah
Hasil yang diperoeh dikonsultasikan dengan rtabel. Item soal dinyatakan valid jika r hitung > r 5%
.40
sedang jika r hitung < r 5%
.40
, item soal dinyatakan tidak
valid (invalid), jadi hasil validitas tes kemampuan menggunakan alat ukur listrik sebanyak 9 butir, soal motivasi berprestasi sebanyak 40 butir dan soal prestasi belajar siswa sebanyak 30 botir. Masing-masing r
hitung
> r
5%
.40,
kecuali soal
motivasi berprestasi nomor 12 dan 31. lebih lengkapnya data pada lampiran 11 halaman 196.
68
2. Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan suatu tes yang apabila diteskan dapat mengukur hasil yang sama untuk semua subyek yang mempunyai kemampuan tidak jauh berbeda. Persamaan yang digunakan adalah rumus Spearman Brown, yaitu : r11=
2rxy
(1 + r )
(3.2)
xy
dengan :
r11
= Reliabilitas instrument
rxy
= Indeks korelasi antara dua belahan instrument
Hasil Uji reliabilitas variabel prestasi fisika, kemampuan menggunakan alat, dan motivasi berprestasi siswa seperti tabel berikut : Tabel : 3.3 Uji realibilitas. No
Variabel
1
Prestasi Fisika
Nilai Keterangan Reliabilitas 0,90 Reliabel
2
Kemampuan Menggunakan Alat
0,779
Reliabel
3
Motivasi berprestasi
0,932
Reliabel
Dari hasil perhitungan validitas didapatkan rα > rtabel yaitu 0,90 ; 0,779; 0,932 yang semuanya lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga konstruk variabel penelitian ini adalah reliabel sehingga instrumen tersebut bisa digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian. 3 . Tingkat Kesulitan Instrumen pengambilan data (soal tes) yang baik adalah soal yang mempunyai indeks kesulitan (1) memadai dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal digunakan rumus :
69
I=
B N
(3.3)
Dengan :
I
: Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B
: banyaknya siswa yang menjawab benar
N
: jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesulitan sering dibuat klasifikasi sebagai berikut : 0,00 – 0,30
= kategori soal sukar
0,31 – 0,70
= kategori soal sedang
0,71 – 1,00
= kategori soal mudah (Nana Sudjana, 2006:137)
4. Daya Pembela (DP) Daya Pembela (DP) adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa dengan kategori pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing item soal digunakan rumus : DP =
B A BB JA JB
(3.4)
Dengan : DP : daya pembeda JA : banyaknya peserta JB : banyaknya peserta kelompok bawah BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB : banyaknya peserta kelompok bawah menjawab dengan benar. 5. Klasifikasi daya pembeda : 0,00 – 0,20 = jelek 0,21 – 0,40 = cukup
70
0,41 – 0,70 = baik 0,71 – 1,00 = baik sekali
H.Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian diambil dari populasi yang normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Liliefors yang prosedurnya sebagai berikut : a) Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi tidak normal H1 : sampel berasal dari populasi normal b) Statistik uji I
= Maks F ( z i ) - S ( z i ) dengan
F(zi)
= P(Z
Zi
= skor terstandar untuk Xi, Zi
Xi - X s
n å X 2 - (å X )
2
s
= deviasi standar =
S(zi)
= proporsi cacah z
n(n - 1)
c) Tingkatan signifikansi : a =0,05 d) Daerah kritik Dk = {L|L a
; n}
dengan n adalah ukuran sampel
e) Keputusan uji, H0 ditolak jika Î DK (Budiyono, 2004:170-171)
71
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai variasi yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett yang prosedurnya adalah sebagai berikut : a) Hipotesis
H 0 : s 1 ¹ s 2 (populasi-populasi tidak homogen) 2
2
H 1 : s 1 = s 2 (populasi-populasi homogen) 2
2
b) Statistik Uji X2=
(
2.203 2 f log RKG - å f j log s j c
Dengan : k
)
= banyaknya sampel
f
= derajat kebebasan untuk TKG = N-k
fj
= derajat kebebasan untuk sj2=nj-1
j
= 1,2
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) ni = banyaknya nilai (ukuran) sample ke-j=ukuran sample ke-j Sj =
c =1+
njå X
2 j
- (å X
n j (n j - 1)
æ 1 çå 1 3 (k - 1 ) çè fj
RKG = å
å
SS f
j
; SS
j
=
)
2
j
å
å
ö ÷ ÷ ø
1
X
f
j
2 j
j
c) Taraf signifikansi : a = 0,05
-
(å
X n
j
)
2
j
= (n
j
- 1 )s
j
72
d) Daerah Kritik , DK = {X2|X2<X2a;(k-1)} e) Keputusan Uji
H0 ditolak jika X2 Î DK (Budiyono, 2004:170-171)
2. Uji Hipotesis a. Uji Anava Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan Analisis Variansi manual dan Univariate Analysis of Variance (anova) tiga jalan dengan sel tak sama. Tabel : 3.4. Desain Analisis Data
Ekperimen Demontrasi (A1) (A2)
Metode Pembelajaran Inkuiri (A)
Kemampuan Menggunakan Alat (KMA) (B) Tinggi (B1) Rendah (B2) Motivasi Motivasi Tinggi (C1) Rendah (C2) Tinggi (C1) Rendah (C2) a1b1c1
a1b1c2
a1b2c1
a1b2c2
a2b1c1
a2b1c2
a2b2c1
a2b2c2
1). Model Xijkl = m + ai + bj + sk + abij + asik+ bsjk+ absijk + eijkl Keterangan Xijkl = pengamatan ke i dibawah faktor A (metode pembelajaran inkuiri) kategori i, faktor B (keterampilan menggunakan alat) kategori j dan faktor C (motivasi berprestasi) kategori k i
= 1, 2
j
= 1, 2
73
k
= 1, 2
l
= 1, 2, . . . , nijk
nijk
= Cacah observasi pada sel abc ijk
m
= rerata besar
ai
= efek faktor A Kategori i
bj
= efek faktor B Kategori j
sk
= efek faktor C Kategori k
abij
= Interaksi faktor A dan faktor B
asik
= Interaksi faktor A dan faktor C
bsjk
= Interaksi faktor B dan faktor C
absijk = Interaksi faktor A, B dan faktor C eijkl
= galat berdistribusi normal N(0, s2e)
2). Prasyarat Prasyarat dalam analisis variansi adalah: a.). Normalitas terpenuhi b). Homogenitas terpenuhi c). Sampel dipilih secara acak d).Variabel terikat berskala pengukuran interval e). Variabel bebas berskala pengukuran nominal 3). Prosedur a). Hipotesis (1). (Ho)1 : ai = 0 untuk semua i (H1)1 : ai > 0 untuk sekurang kurangnya satu i
74
(2). (Ho)2 : bj = 0 untuk semua j (H1)2 : bj > 0 untuk sekurang kurangnya satu j (3). (Ho)3 : sk = 0 untuk semua k (H1)3 : sk > 0 untuk sekurang kurangnya satu k (4). (Ho)4 : abij = 0 untuk semua pasang (i,j) (H1)4 : abij > 0 untuk sekurang kurangnya sepasang (i,j) (5). (Ho)5 : asik = 0 untuk semua pasang (i,k) (H1)5 : asik > 0 untuk sekurang kurangnya sepasang (i,k) (6). (Ho)6 : bsjk = 0 untuk semua pasang (j,k) (H1)6 : bsjk > 0 untuk sekurang kurangnya sepasang (j,k) (7). (Ho)7 : absijk = 0 untuk semua tripel (i,j,k) (H1)7 : absijk > 0 untuk sekurang kurangnya sepasang tripel (i,j,k) b). Statistik Uji Hipotesis 1 : Fa = Rk a / RKg Hipoteis 2 : Fb = Rk b / RKg Hipoteis 3 : Fc = Rk c / RKg Hipoteis 4 : Fab = Rk ab / RKg Hipoteis 5 : Fac = Rk ac / RKg Hipoteis 6 : Fbc = Rk bc / RKg Hipoteis 7 : Fabc = Rk abc / RKg (1). Jumlah Kuadrat (JK) (a). G 2 / pqr (b). å A2i /qr
75
(c). å B2j /pr (d). å C2k /pq (e). åå AB2ij /r (f). åå AC2ik /q (g). åå BC2jk /p (h). ååå ABC2ijk -
JKa
= nh {
(3) -(1)
}
JKb
= nh {
-(1)
}
JKc
= nh {
-(1)
}
JKab
= nh {
-(4) -(3) +(1)
}
JKac
= nh {
-(3) +(1)
}
JKac
= nh {
+(1)
}
JKabc
= nh { (9)
-(8) -(7) -(6) +(5) +(4) +(3) -(1)
}
JKg
= åååJKijk = -(åååABC2ijk) / n + åååX2ijkl
JKt
= nh {(9) – (1) + åååJKijk
-
(4)
-
(5)
-
(6)
-
(7)
-(5)
-
(8)
-(5) -(4)
-
-
-
Dengan nh = -
pqr 1
åå å n
ijk
2). Derajat kebebasan db a
= p-1
db b
= q-1
76
db c
= r-1
db ab
= (p-1)(q-1)
db ac
= (p-1)(r-1)
db bc
= (q-1)(r-1)
db abc
= (p-1)(q-1)(r-1)
db g
= N-pqr
3). Rata-rata Kuadrat (RK) RKa = JKa / dba RKb = JKb / db b RKc = JKc / db c RKab = JKab / db ab RKac = JKac / db ac RKbc = JKbc / db bc RKabc = JKabc / db abc 4). F hitung Fa = Rk a / RKg Fb = Rk b / RKg Fc = Rk c / RKg Fab = Rk ab / RKg Fac = Rk ac / RKg Fbc = Rk bc / RKg Fabc = Rk abc / RKg a). Daerah Kritik dan Keputusan Uji Fa = { Fa | Fa > Fa ; db a; N-pqr}
77
Fb = { Fb | Fb > Fb ; db b; N-pqr} Fc = { Fc | Fc > Fs ; db c; N-pqr} Fab = { Fab | Fab > Fab ; db ab; N-pqr} Fac = { Fac | Fac > Fas ; db ac; N-pqr} Fbc = { Fbc | Fbc > Fbs ; db bc; N-pqr} Fabc = { Fabc | Fabc > Fabs ; db abc; N-pqr} Taraf signifikansi a = 5% N= Cacah semua sampel Ho ditolak apabila Fhit Î DK
b. Uji Lanjut Anava Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi digunakan analisis beda rerata pasca anava yaitu dengan metode Scheffe. Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom, pasangan baris, dan setiap pasangan sel. Prosedur dalam menerapkan metode Scheffe adalah sebagai berikut: 1). Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rerata. 2). Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. 3). Mencari harga statistik Uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a). Untuk komparasi rerata antar baris ke -i dan ke-j 2
Fi..- j ..
æ ö ç X i.. - X j .. ÷ ø = è RK g (1 / ni.. + 1 / n j .. )
b). Untuk komparasi rerata antar kolom ke -i dan ke-j 2
F.i.-. j.
æ ö X X ç .i. . j. ÷ ø = è ( RK g 1 / n.i. + 1 / n. j . )
78
c). Untuk komparasi rerata antar sub kolom ke -i dan ke-j 2
F..i -.. j
æ ö ç X ..i - X .. j ÷ ø = è RK g (1 / n..i + 1 / n.. j )
d). Untuk komparasi rerata antar kolom ke - ij dan ke - ik 2
F.ij -..ik
æ ö ç X .ij - X .ik ÷ ø = è RK g (1 / n.ij + 1 / n.ik )
e).Untuk komparasi rerata antar kolom ke - ij dan ke - kj 2
F.ij -.kj
æ ö ç X .ij - X .kj ÷ ø = è RK g (1 / n.ij + 1 / n.kj )
f). Untuk komparasi rerata antar sel ke - ijk dan ke - ijl 2
Fijk -ijl
æ ö ç X ijk - X ijl ÷ ø = è ( RK g 1 / nijk + 1 / nijl )
g). Untuk komparasi rerata antar sel ke - ijk dan ke - ilk 2
Fijk -ijl
æ ö ç X ijk - X ilk ÷ ø = è RK g (1 / nijk + 1 / nilk )
h). Untuk komparasi rerata antar sel ke - ijk dan ke - ljk 2
Fijk -ljk
æ ö ç X ijk - X ljk ÷ ø = è RK g (1 / nijk + 1 / nljk )
i). Menentukan tingkat signifikansi a = 0,05 4). Menentukan daerah kritik dengan cara sebagai berikut: DK i.. - j.. = { F i.. - j.. | F i.. - j.. > (p-1) Fa ; p-1; N-pqr atau F i.. - j.. < (p-1)F1-a ; p-1; N-pqr }
79
DK.i. - .j. = { F .i. - .j. | F .i. - .j. > (q-1) Fa ; q-1; N-pqr atau F .i. - .j. < (q-1)F1-a ; q-1; N-pqr } DK
= { F ..i - ..j | F ..i - ..j > (r-1) Fa ; r-1; N-pqr
..i - ..j
atau F ..i - ..j < (r-1)F1-a ;
r-1; N-pqr }
DK .ij - .ik = { F ij - .ik | F ij - .ik > (qr-1) Fa ; qr-1; N-pqr atau F ij - .ik < (qr-1)F1-a ; qr-1; N-pqr } DK .ij - .kj = { F .ij - .kj | F .ij - .kj > (qr-1) Fa ; qr-1; N-pqr atau F .ij - .kj < (p-1)F1-a ; qr-1; N-pqr } DK
ijk - ijl
= { F ijk - ijl | F ijk - ijl > (pqr-1) Fa ; pqr-1; N-pqr
atau F ijk - ijl < (pqr-1) F1-a ; pqr-1; N-pqr } DK
ijk - ilk
= { F ijk - ilk | F ijk - ilk > (pqr-1) Fa ; pqr-1; N-pqr
atau F ijk - ilk < (pqr-1)F1-a ; pqr-1; N-pqr } DK ijk - ljk = { F ijk - ljk | F ijk - ljk > (pqr-1) Fa ; pqr-1; N-pqr atau F ijk - ljk < (pqr-1)F1-a ; pqr-1; N-pqr } 5). Menentukan keputusan uji untuk setiap pasang komparasi 6). Menyusun rangkuman komparasi
f(z)
F
0
F a,v1,v2
DK
80
Gambar 3.1 Grafik komparasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kemampuan menggunakan alat, motivasi berprestasi dan prestasi belajar fisika konsep listrik dinamik. Sampel yang diambil sebanyak 160 siswa yang terdiri dari 80 kelompok kontrol (metode inkuiri / eksperimen) dan 80 kelompok eksperimen (metode demontrasi). Sedang populasinya adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah 160 Siswa. Untuk memperoleh gambaran tiap data dapat dilihat masing-masing variabel sebagai berikut : 1. Kemampuan Menggunakan Alat Data kemampuan menggunakan alat diambil dengan menggunakan angket yang berupa lembar penilaian meliputi sembilan kriteria yaitu :1 keterampilan memilih alat ukur yang tepat utuk mengukur kuat arus listrik; 2. keterampilan merangkaikan alat ukur yang benar untuk mengukur kuat arus; 3. keterampilan menentukan batas ukur alat untuk kuat arus yang sesuai; 4. keterampilan membaca alat ukur dan menghitung besar pengukuran dengan tepat;
5.
keterampilan memilih alat ukur yang tepat untuk mengukur beda potensial; 6.
81
keterampilan merangkaikan alat ukur yang benar untuk mengukur beda potensial listrik; 7. keterampilan menentukan batas ukur untuk beda potensial yang tepat; 8. keterampilan membaca alat ukur dang menghitung besar pengukuran dengan tepat; 9. keterampilan menggunakan alat ukur untuk mengukur hambatan listrik. Sedangkan waktu pengambilan data penelitian dari awal hingga selesai diadakan penelitian. Skor angket siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat
rendah. Dari 160 siswa data kemampuan
menggunakan alat oleh siswa dapat mencerminkan
perilaku
data
secara
dibuat distribusi frekuensinya yang menyeluruh
tentang
kemampuan
menggunakan alat. Adapun nilai maksimum kemampuan menggunakan alat sebesar 88,9; nilai minimum sebesar 41,7 sehingga dapat diperoleh nilai range (jangkauan) sebesar 47,2. Dengan aturan sturgess diperoleh jumlah kelas k = 1 + 3,3 x log (160) = 8,3 ≈ 8 , sedangkan nilai interaval sebesar i = range/k = 47,2/8 = 5,9. Sehingga distribusi frekuensinya dapat disajikan sebagai berikut: Tabel .4.1 . Distribusi Frekuensi Kemampuan Menggunakan Alat Kelas Interval 41.7 47.6 47.7 53.6 53.7 59.6 59.7 65.6 65.7 71.6 71.7 77.6 77.7 83.6 83.7 89.6
f 5 14 16 45 42 18 15 5 160
F 5 19 35 80 122 140 155 160
% 3,1% 8,6% 10,0% 28,1% 26,4% 11,3% 9,4% 3,1% 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas maka pada dipahami bahwa siswa terbanyak berada pada rentang nilai 59,7 s.d 65,6 yaitu 45 siswa (28,1 %)
82
dan rentang nilai 65,7 s.d 71,6 42 siswa (26,4%) dari 160 siswa , penyebaran seperti Nampak pada gambar 4.1. 50 Jumlah Siswa
40 30 20 10 0
41.7
47.6
55.6
59.6
65.6 1
71.6
77.6
83.6
89.6
Nilai Kemampuan Menggunakan Alat
Gambar 4.1. Grafik histogram dari kemampuan menggunakan alat Dari distribusi frekuensi dan gambar histogram menunjukan bahwa data kemampuan menggunakan alat secara menyeluruh terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta 2. Motivasi Berprestasi Data motivasi berprestasi diambil menggunakan angket berupa pertanyaan kuesioner yang berjumlah empat puluh pertanyaan dikelompokkan menjadi tiga indikator yaitu (1) motivasi akan penguasaan, (2) motivasi akan berafiliasi dan (3) motivasi berprestasi. Dengan menggunakan skala likert 1 s/d 5 dapat dijumlah menjadi data atau nilai variabel motivasi berprestasi siswa. Bila nilai motivasi berprestasi
tersebut diatas rata-rata maka dikategorikan mempunyai motivasi
berprestasi tinggi, dan bila sebaliknya dibawah nilai rata-rata maka dikategorikan mempunyai motivasi berprestasi rendah. Dari data yang dianalisis ada 95 siswa dengan kategori motivasi berprestasi tinggi dan 65 siswa dengan kategori motivasi berprestasi rendah .Dari data motivasi berprestasi dibuat distribusi frekuensi yang mencerminkan perilaku data secara menyeluruh tentang motivasi berprestasi.
83
Adapun nilai maksimumnya sebesar 92,1; nilai minimum sebesar 50,5 , nilai range (jangkauan) sebesar 41,6. Dengan aturan sturgess diperoleh jumlah kelas k = 1 + 3,3 x log (160) = 8,3 ≈ 8 , dan nilai interval i = range/k = 41,6/8 = 5,2. Sehingga distribusi datanya : Tabel 4.2. Motivasi Berprestasi Kelas Interval 50.5 55.7 55.8 61.0 61.1 66.3 66.4 71.6 71.7 76.9 77.0 82.2 82.3 87.5 87.6 92.8
f F % 5 5 3.1% 15 20 9.4% 25 45 15.6% 31 76 19.4% 40 116 25.0% 25 141 15.6% 16 157 10.0% 3 160 1.9% 160 Dari tabel 4.2. tampak sebaran data nilai siswa sebagian besar mendapat nilai rentang 66,4 s.d 71,6 dan 71,7 s.d 76,9. histogram nilai motivasi
Jumlah Siswa
berprestasi seperti gambar 4.2. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
50.5
58.5
61.0
66.3
71 .6
76.9
82.2
87.5
92.8
Gambar 4.2Nilai Grafik Histogram Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi Gambar 4.2. Grafik histogram Motivasi berprestasi Dari distribusi frekuensi dan histogram menunjukan bahwa data motivasi berprestasi siswa secara menyeluruh terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta. 3. Prestasi Belajar
84
Data prestasi mata pelajaran fisika pokok bahasan / konsep listrik dinamik diambil dengan menggunakan soal pertanyaan yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, waktu pengambilan pada saat mengadakan penelitian. Skor angket siswa yang terdiri dari tiga puluh pertanyaan dengan jawaban benar (1) dan salah (0) kemudian dijumlahkan menjadi data atau nilai variabel prestasi siswa. Selanjutnya data yang sudah dijumlahkan ditransformasikan menjadi basis ratusan dengan cara total jawaban benar dibagi tiga puluh kemudian dikalikan seratus atau ditulis dalam bentuk rumus (
Jumlah..Jawaban..Benar x100 ). Selanjutnya 30
data dikelompokkan menjadi delapan kelompok sebagai berikut: a. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode eskperimen, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi belajar tinggi. Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 81,01 dengan maksimum = 90; nilai minimum = 70; jadi nilai range =20; cacah data (n) = 23; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (25) = 5,5 » 6; nilai interval (i) = R/K = 20 / 6 = 3,3. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dengan KMA tinggi dan motivasi tinggi.
Kelas Interval 70.0 73.3 73.4 76.8 76.9 80.2 80.3 83.6 83.7 87.1
f 1 3 8 7 3
F 1 4 12 19 22
% 4.3% 13.0% 34.8% 30.4% 13.0%
85
87.2
90.5
1 23
23
4.3% 100%
Dari grafik diatas maka penyebaran nilai dapat digambarakan seperti
Jumlah Siswa
gambar histogram nilai prestasi fisika materi listrik dinamik sebagai berikut 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
70.0
73.3
76.8
80.2 1
83.6
87.1
90.5
Prestasi Fisika
Gambar 4.3. Grafik histogram prestasi belajar kelompok metode eksperimen, KMA tinggi motivasi tinggi.
Dari distribusi frekuensi dan grafik histogram menunjukan bahwa data prestasi fisika materi listrik dinamik pada kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi berprestasi tinggi secara menyeluruh terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta. b. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode eskperimen, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi belajar rendah, Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 76,67 dengan maksimum = 83; nilai minimum = 70; jadi nilai range = 13,7; cacah data (n) = 13; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (13) = 4,7 » 5; nilai interval (i) = R/K = 13,7 / 5 = 2,7 Sehingga distribusi frekuensi
86
prestasi belajar pokok bahasan listrik dinamik pada kelompok ini dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 4.4. Distribusi prekuensi prestasi belajar.kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA tinggi dan motivasi rendah.
Kelas Interval 70.0 72.7 72.8 75.4 75.5 78.2 78.3 81.0 81.1 83.7
f 1 3 5 3 1 13 Sumber : Data diolah, tahun 2009
F 1 4 9 12 13
% 7.7% 23.1% 38.5% 23.1% 7.7%
Dari tabel diatas nampak penyebaran nilai prestasi fisika materi listrik dinamik, 23,1% siswa mendapat nilai dengan rentang 72,8 s.d 75,4 dan yang prosentasenya sama siswa yang mendapat nilai dengan rentang 78,3 s.d 81,0 sedang prosentase tertinggi diperoleh kelompok siswa debgan rentang nilai 75,5 s.d 78,2 yaitu 38,5%. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.
6
Jumlah Siswa
5 4 3 2 1 0
70.0
72.7
75.4 1
78.2
81.0
83.7
Nilai Prestasi Fisika
Gambar 4.4. Grafik histogram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA tinggi motivasi rendah.
87
Dari distribusi frekuensi dan grafik histogram menunjukan bahwa perilaku data kemampuan menggunakan alat oleh siswa secara menyeluruh terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta c. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat rendah, dan motivasi belajar tinggi. Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 71,2 dengan maksimum = 80; nilai minimum = 60; jadi nilai range = 20; cacah data (n) = 25; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (25) = 5,6 » 6; nilai interval (i) = R/K = 20 / 6 = 3,3. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika pokok bahasan listrik dinamik pada kelompok ini dapat ditabelkan berikut:
Tabel 4.5. Prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA rendah, motivasi tinggi.
Kelas Interval 60.0 63.3 63.4 66.8 66.9 70.2 70.3 73.6 73.7 77.1 77.2 80.5
f 2 3 7 8 3 2 25 Sumber : Data diolah, tahun 2009
F 2 5 12 20 23 25
% 8.0% 12.0% 28.0% 32.0% 12.0% 8.0%
Dari tabel diatas penyebaran siswa dengan kelompok nilai prestasi
lah Siswa
belajar dapat digambarkan dengan grafik histogram , seperti gambar 4.5.
9 8 7 6 5
88
Gambar
4.5. Grafik histigram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA rendah, motivasi tinggi.
Dan pengukuran
dapat digambarkan pada distribusi frekuensi dan grafik
histogram menunjukan bahwa data prestasi fisika pada kelompok metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi berprestasi tinggi terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta d. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode eskperimen, kemampuan menggunakan alat rendah, dan motivasi belajar rendah. Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 69,65 dengan maksimum = 76,7; nilai minimum = 60; jadi nilai range = 16,7; cacah data (n) = 19; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (19) = 5,2 » 5; nilai interval (i) = R/K = 16,7 / 5 = 3,3. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok ini dapat
ditabelkan sebagai berikut: Tabel 4.6. Prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA rendah, motivasi rendah.
Kelas Interval
f
F
%
89
60.0 63.4 66.9 70.3 73.7
63.3 66.8 70.2 73.6 77.1
1 4 10 3 1 19
1 5 15 18 19
5.3% 21.1% 52.6% 15.8% 5.3% 100%
Sumber: data diolah tahun 2009 Tabel prestasi belajar fisika kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur listrik rendah dan motivasi berprestasi rendah diatas dapat diperjelas dengan gambar histogram seperti gambar 4.6.
12
Jumlah Siswa
10 8 6 4 2 0
60.0
63.3
66.8 1
70.2
73.6
77.1
Nilai Prestasi Fisika
Gambar
4.6. Grafik histogram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA rendah, motivasi rendah.
Sedangkan grafik histogram dari nilai prestasi fisika materi listrik dinamik dapat digambarkan
sebagai berikut,
dari distribusi frekuensi dan grafik
histogram menunjukan bahwa data nilai prestasi fisika pada kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eskperimen, kemampuan menggunakan
90
alat rendah, dan motivasi belajar rendah terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta e. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi belajar tinggi Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 61,8 dengan maksimum = 70; nilai minimum = 50; jadi nilai range = 20; cacah data (n) = 24; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (24) = 5,6 » 6; nilai interval (i) = R/K = 20 / 6 = 3,3. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika materi listrik dinamik pada kelompok ini dapat ditabelkan
sebagai
berikut: Tabel 4.7. Distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi dengan KMA tinggi dan motivasi tinggi.
Kelas Interval 50.0 53.3 53.4 56.8 57.0 60.3 60.5 63.8 64.0 67.4 67.6 70.9
f 1 3 8 7 3 2 24 Sumber: data diolah tahun 2009
F 1 4 12 19 22 24
% 4.2% 12.5% 33.3% 29.2% 12.5% 8.3%
Dan grafik histogram nilai prestasi fisika materi listrik dinamik dapat
Jumlah Siswa
digambarkan grafik histogram gambar 4.7.sebagai berikut:
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
50.0
53.3
56.8
60.3 1
63.8
Nilai Prestasi Fisika
67.4
70.9
91
Gambar 4.7. Grafik histogram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, KMA tinggi motivasi tinggi.
dari distribusi frekuensi dan grafik histogram menunjukan bahwa data prestasi fisika pada kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi belajar tinggi terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta f. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi belajar rendah Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 50 dengan maksimum = 60; nilai minimum = 40; jadi nilai range = 20; cacah data (n) = 16; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (16) = 4,9 » 5; nilai interval (i) = R/K = 20/ 5 = 4. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika materi listrik dinamik pada kelompok ini dapat ditabelkan
sebagai
berikut: Tabel 4.8. Distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi dengan KMA tinggi dan motivasi rendah.
Kelas Interval 40 44.0 44.1 48.1 48.2 52.2 52.3 56.3 56.4 60.4
f 1 3 8 3 1 16 Sumber: data diolah tahun 2009
F 1 4 12 15 16
% 6.3% 18.8% 50.0% 18.8% 6.3%
92
Dari tabel distribusi frekuensi tentang nilai prestasi fisika materi listrik dinamik diatas untuk memperjelas dapat digambarkan dengan gambar
Jumlah Siswa
grafik histogram tampak seperti gambar 4.7 sebagai berikut :
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 40.0
44.0
48.1
1
52.2
56.3
60.4
Nilai prestasi Fisika
Gambar 4.8. Grafik histogram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, KMA tinggi motivasi rendah.
dari distribusi frekuensi dan grafik histogram menunjukan bahwa data prestasi fisika pada kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat tinggi, dan motivasi belajar rendah terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta g. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat rendah, dan motivasi belajar tinggi, Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 41,59 dengan maksimum = 53,3; nilai minimum = 30; jadi nilai range = 23,3;
93
cacah data (n) = 23; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (23) = 5,5 » 6; nilai interval (i) = R/K = 23,3/ 6 = 3,9. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok ini dapat
ditabelkan sebagai berikut: Tabel 4.9. Distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dengan KMA rendah dan motivasi tinggi.
Kelas Interval 30 33.9 34.0 37.9 38.0 41.9 42.0 45.9 46.0 49.8 49.9 53.8
f 2 3 6 7 3 2 23 Sumber: data diolah tahun 2009
F 2 5 11 18 21 23
% 8.7% 13.0% 26.1% 30.4% 13.0% 8.7%
Sedangkan grafik histogram dari nilai prestasi fisika materi listrik dinamik dapat ditunjukan pada gambar 4.8 sebagai berikut :
Jumlah Siswa
8 7 6 5 4 3 2 1 0
30.0
33.9
37.9
41.9 1
45.9
49.8
53.8
Nilai Prestasi Fisika
Gambar 4.9. Grafik histogram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, KMA rendah motivasi tinggi.
94
dari distribusi frekuensi dan grafik histogram menunjukan bahwa data prestasi fisika pada kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat rendah, dan motivasi belajar tinggi terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta h. Prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok pendekatan
inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat rendah, dan motivasi belajar rendah, Nilai rata-rata fisika dalam kelompok ini sebesar 42,16 dengan maksimum = 53,3; nilai minimum = 30; jadi nilai range = 23,3; cacah data (n) = 17; banyaknya kelas interval (k) =1 + 3,3 x log (17) = 5,1 » 5; nilai interval (i) = R/K = 23,3/ 5 = 4,7. Sehingga distribusi frekuensi prestasi belajar fisika materi listrik dinamik
pada kelompok ini dapat
ditabelkan sebagai berikut: Tabel 4.10. Distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi dengan KMA rendah dan motivasi rendah.
Kelas Interval 30 34.7 34.8 39.4 39.5 44.2 44.3 49.0 49.1 53.7
f 1 3 9 3 1 17 Sumber: data diolah tahun 2009
F 1 4 13 16 17
% 5.9% 17.6% 52.9% 17.6% 5.9%
Pada tabel diatas tampak bahwa nilai prestasi belajar denga pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi , terbanyak pada kelompok siswa dengan rentang nilai 44,3 s.d 49,0 dan digambarkan dengan grafik histogram seperti gambar 4.10 berikut :
95
10
Jumlah Siswa
8 6 4 2 0
30.0
34.7
39.4
1 44.2
49.0
53.7
Nilai Prestasi Fisika
Gambar 4.10. Grafik histogram prestasi belajar kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, KMA rendahi motivasi rendah.
Dari distribusi frekuensi dan grafik histogram menunjukan menunjukan bahwa data prestasi fisika pada kelompok pendekatan inkuiri dengan metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat rendah, dan motivasi belajar rendah terdistribusi secara normal terbukti grafiknya membentuk genta
B. Uji Prasyarat Analisis Sebelum pengujian hipotesis dilakukan , terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu apakah sample penelitian berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal dan variannya homogen. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan homogenitas. 1.
Uji Keseimbangan Dalam uji keseimbangan data yang digunakan adalah nilai tes prestasi siswa
kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Uji keseimbangan antara kelas metode inkuiri dengan eksperimen dan inkuiri dengan demonstrasi menggunakan uji-t. Dengan bantuan
96
program spss versi 15 diperoleh hasil t hitung = 0,086, ternyata -t tabel = -1,658 < t hitung
tabel
= 1,658 , maka
Ho tidak ditolak berarti kedua kelompok tersebut
seimbang. 2.
Uji Normalitas Uji normalitas nilai prestasi belajar fisika pokok bahasan listrik dinamik
mencakup uji untuk prestasi belajar dari : a. Kelompok inkuiri dengan metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi rendah b. Kelompok inkuiri dengan metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi tinggi c. Kelompok inkuiri dengan metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi rendah d. Kelompok inkuiri metode eksperimen, kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi tinggi e. Kelompok inkuiri metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi rendah f. Kelompok inkuiri metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi tinggi g. Kelompok inkuiri metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi rendah h. Kelompok inkuiri metode demonstrasi, kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi tinggi Perhitungan dengan program SPSS versi 15 tersebut selengkapnya disajikan pada lampiran. Dari hasil uji normalitas, ternyata semua data dalam masing-
97
masing kelompok berasal dari populasi normal, Hal ini dapat dilihat dari harga nilai sig pada kolmogorove smirnove lebih besar dari 0,05. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan metode Levene’s Test dan diperoleh harga statistik uji
F hitung = 1,110, sedangkan harga F tabel = 2,01 dengan taraf
signifikan (a=0,05). Dengan demikian F
hitung
=1,110 <
F
tabel
=2,01, sehingga
hipotesis nol ( Ho ) tidak ditolak. Hal ini berarti sampel berasal dari populasi yang homogen. Levene's Test of Equality of Error Variances
a
Dependent Variable: Prestasi Fisika F 1.110
df1
df2 7
152
Sig. .359
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: A+B+C+A * B+A * C+B * C+A * B * C
C. Uji Hipotesis 1.
Uji Anava Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang tertera pada tabel rangkuman analisis variansi diatas tampak bahwa Tabel 4. 11. Rangkuman hasil Anava Tiga Jalan dengan sel tidak sama.:
98
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Prestasi Fisika Source Model A B C A*B A*C B*C A*B*C Error Total
Type III Sum of Squares 647888.397a 25274.719 4803.347 698.430 300.678 68.691 547.966 218.321 3418.593 651306.990
df 8 1 1 1 1 1 1 1 152 160
Mean Square 80986.050 25274.719 4803.347 698.430 300.678 68.691 547.966 218.321 22.491
F 3600.861 1123.783 213.570 31.054 13.369 3.054 24.364 9.707
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .083 .000 .002
a. R Squared = .995 (Adjusted R Squared = .994)
Dari tabel tersebut dapat dijabarkan sesuai dengan : a. Pada efek utama A (Pendekatan Pembelajaran), harga statistik uji F 1123,783
> F
1,152;5%
= 3,84 maka
hitung
=
Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan inkuiri metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri metode demontrasi terhadap prestasi pelajaran fisika materi listrik dinamik pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. b. Pada efek B (kemampuan menggunakan alat), harga statistik uji F 213,57
> F
1,152;5%
hitung
=
= 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan
pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat rendah terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. c. Pada efek C (motivasi), harga statistik uji F hitung = 31,054 > F 1,152;5% = 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
99
siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. d. Pada interaksi efek AB (pendekatan
pembelajaran dengan kemampuan
menggunakan alat), harga statistik uji F
hitung
= 13,369 > F
1,152;5%
= 3,84,
maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. e. Pada interaksi efek AC (pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi), harga statistik uji F
hitung
= 3,054 < F
1,152;5%
= 3,84, maka Ho
diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatanpembelajaran dengan motivasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. f. Pada interaksi efek BC (kemampuan menggunakan alat dengan motivasi), harga statistik uji F hitung = 24,364 > F 1,152;5% = 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh interaksi yang signifikan antara kemampuan menggunakan alat dengan motivasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamis kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. g. Pada
interaksi
efek
ABC
(pendekatan
pembelajaran,
kemampuan
menggunakan alat, dan motivasi berprestasi), harga statistik uji F hitung = 9,707
100
> F
1,152;5%
= 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh
interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran, kemampuan menggunakan alat, dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. 2. Uji Tindak Lanjut Dari ketujuh hipotesis nol, semuanya ditolak. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjutan yaitu uji komparasi ganda terhadap ketujuh hipotesis tersebut. a. Faktor pendekatan pembelajaran Tabel 4. 12 Faktor pendekatan pembelajaran
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t Prestasi Fisika
Equal variances assumed Equal variances not assumed
df
Sig. (2-taile d)
Mean Difference
Std. Error Difference
18.869
158
.000
25.0812
1.3292
18.869
136
.000
25.0812
1.3292
Dari nilai signifikansi antara pembelajaran dengan pendekatan inkuiri metode eksperimen dengan metode demonstrasi sebesar 0,00 yang kurang dari tingkat kepercayaan 5 % atau 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan
prestasi belajar pelajaran fisika siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, Pada efek A (pendekatan pembelajaran), harga statistik uji t
hitung
= 18,869 > t
158;5%
=
101
3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang diberikan pembelajaran inkuiri metode eksperimen dan pembelajaran inkuiri metode demonstrasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamis siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. b. Kemampuan menggunakan alat Tabel 4. 13 Faktor Kemampuan menggunakan alat
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t Prestasi Fisika
Equal variances assumed Equal variances not assumed
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
4.824
158
.000
10.8105
2.2412
4.865
157.2
.000
10.8105
2.2221
Dari nilai signifikansi antara Kemampuan menggunakan alat kategori tinggi dengan Kemampuan menggunakan alat kategori rendah sebesar 0,00 yang kurang dari tingkat kepercayaan 5 % atau 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar pelajaran fisika siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, Pada efek B (kemampuan menggunakan alat ), harga statistik uji t
hitung
=
4,824 > t 158;5% = 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi dengan kemampuan menggunakan alat rendah terhadap prestasi belajar
102
fisika materi listrik dinamis siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. c. Motivasi Tabel 4. 14 Faktor Motivasi Berprestasi
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t Prestasi Fisika
Equal variances assumed Equal variances not assumed
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
2.078
158
.039
5.0033
2.4082
2.099
142.4
.038
5.0033
2.3839
Dari nilai signifikansi antara yang memiliki motivasi berperstasi tinggi dengan yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebesar 0,039 yang kurang dari tingkat kepercayaan 5 % atau 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar pelajaran fisika siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, Pada efek C (motivasi berprestasi), harga statistik uji t hitung = 2,078 > t 158;5% = 1,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. d. Faktor Interaksi model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat.
103
Tabel 4. 15 Faktor Interaksi pendekatan pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik.
Prestasi Fisika Interaksi Metode Pembelajaran dg Kemampuan Menggunakan Alat Duncana,b,cMP = Demonstrasi ; KMA = Rendah MP = Demonstrasi ; KMA = Tinggi MP = Eksperimen; KMA = Rendah MP = Eksperimen; KMA = Tinggi Sig.
Subset N 40 40 44 36
1 41.8
2
3
4
57.1 70.53 1.000
1.000
1.000
79.4 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 31.673. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 39.799. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Dari nilai signifikansi pada faktor Interaksi pendekatan pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat dari keempat sel memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan nilai subset yang berbeda pula, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, Pada efek AB (interaksi pendekatan pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat),
nilai prestasi yang tertinggi adalah pendekatan
pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi yaitu sebeasr 79,4 sedangkan nilai prestasi fisika yang terendah pada kelompok pendekatan pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik rendah sebesar 41,8. Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang diberi pendekatan pembelajaran inkuiri metode
104
eksperimen dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang diberi pendekatan dan kemampuan menggunakan alat yang lain terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. e. Faktor Interaksi model pembelajaran dengan motivasi berprestasi Tabel 4.15. Faktor Interaksi pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi Prestasi Fisika Interaksi Metode Pembelajaran dg Motivasi Duncan a,b,cMP = Demonstrasi ; Motivasi = Rendah MP = Demonstrasi ; Motivasi = Tinggi MP = Eksperimen; Motivasi = Rendah MP = Eksperimen; Motivasi = Tinggi Sig.
N 33 47 32 48
1 45.96
Subset 2
3
51.91
1.000
1.000
72.5 75.9 .066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 65.756. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 38.587. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Dari nilai signifikansi pada faktor interaksi pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi pada keempat sel memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan nilai subset yang berbeda pula, hal ini menunjukkan bahawa ada pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar pelajaran fisika siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, Pada efek AC (interaksi pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi,
nilai prestasi yang tertinggi adalah pendekatan pembelajaran
inkuiri metode eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi yaitu sebeasr 79,4 dan rendah sebesar 72,5 sedangkan pada sel yang lainnya lebih kecil.
105
Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada interaksi model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamis siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. f. Faktor Interaksi kemampuan menggunakan alat dengan motivasi Tabel 4. 16 Faktor Interaksi kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi Prestasi Fisika Interaksi Kemampuan Menggunakan Alat degnan Motivasi Duncan a,b,c KMA = Rendah ; Motivasi = Rendah KMA = Rendah ; Motivasi = Tinggi KMA = Tinggi ; Motivasi = Rendah KMA = Tinggi ; Motivasi = Tinggi Sig.
N 36 48 29 47
Subset 1 56.6667 57.0083 61.9552 .116
2
71.20 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 193.146. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 38.325. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Dari nilai signifikansi pada faktor interaksi kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi pada keempat sel memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan nilai subset yang berbeda pula, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar pelajaran fisika siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, Pada efek BC (interaksi kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi), nilai prestasi yang tertinggi adalah kemampuan menggunakan alat tinggi dengan motivasi berprestasi tinggi yaitu sebeasr 71,2 sedangkan pada kelompok sel yang lain berada dalam satu subset yaitu subset 1 dengan
106
nilai rata-rata antara 56,667 sampai dengan 61,95. Berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada interaksi kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinami siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. g.
Faktor Interaksi model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat. dan motivasi Tabel 4.17. Uji normalitas,. faktor interaksi pendekatan pembelajaran, kemampuan menggunakan alat. dan motivasi berprestasi. Prestasi Fisika Interaksi Metode Pembelajaran Kemampuan Menggunakan Alat, dan Duncana,b,cMotivasi MP = Demonstrasi ; KMA = Rendah ; Motivasi = Tinggi MP = Demonstrasi ; KMA = Rendah ; Motivasi = Rendah MP = Demonstrasi ; KMA = Tinggi ; Motivasi = Rendah MP = Demonstrasi; KMA = Tinggi ; Motivasi = Tinggi MP = Eksperimen ; KMA = Rendah ; Motivasi = Rendah MP = Eksperimen ; KMA = Rendah ; Motivasi = Tinggi MP = Eksperimen ; KMA = Tinggi ; Motivasi = Rendah MP = Eksperimen ; KMA = Tinggi ; Motivasi = Tinggi Sig.
N
1
23
41.59
17
42.15
16
2
Subset 3 4
5
6
50.0
24
61.8
19
69.7
25
71.2
13
76.7
23
81.0 .715
1.000
1.00
.316
1.000
1.00
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 22.491. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 19.070. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Dari nilai p yang lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh interaksi yang kuat antara pendekatan pembelajaran (pendekatan inkuiri dengan eksperimen, pendekatan inkuiri metode demonstrasi), kemampuan awal siswa (tinggi dan rendah), dan motivasi (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP
107
Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009.
D. Pembahasan 1. Faktor Pendekatan Pembelajaran Proses belajar mengajar diselenggarakan secara formal disekolah bertujuan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi oleh lingkungan salah satunya yaitu media pengajaran. Ismail (2003:3) menegaskan bahwa model pembelajaran mempunyai empat ciri yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu, yaitu :1). Rasional teoritik yang logis yang disusun penciptanya, 2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3) cara/ Strategi mengajar agar siswa
dapat melaksanakan dan berhasil,
4)
lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai secara optimal. Media pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu mangajar dalam menyalurkan informasi, tetapi juga berperan dalam memberikan motivasi dan rangsangan belajar kepada siswa . disamping itu penggunaan media pembelajaran juga turut mempengaruhi tingkat prestasi siswa. (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
108
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
Dilihat
dari
strateginya,
pembelajaran
dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
implementasinya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk efek utama A (model pembelajaran dengan metode inkuiri eksperimen dan metode demonstrasi) diperoleh F
hitung
= 1123,78 > F
tabel
= 3,84. Ini berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar fisika pokok bahasan listrik dinamik yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri metode eksperimen dan
109
metode demonstrasi Dari hasil komparasi ganda dengan diperoleh t hitung = 18,869 > t tabel= 1,96. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan rerata prestasi pelajaran fisika pokok bahasan listrik dinamis yang signifikan sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran yang berbeda. Rerata nilai prestasi belajar fisika pokok bahasan listrik dinamis pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri eksperimen sebesar 74,54 dan kelompok siswa yang menggunakan metode demonstrasi sebesar 49,45. Ini berarti menunjukkan bahwa prestasi belajar pelajaran fisika pokok bahasan listrik dinamik yang menggunakan metode inkuiri dengan metode eksperimen cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika pokok bahasan listrik dinamik yang menggunakan inkuiri dengan metode demonstrasi. Dari model yang diterapkan antara model pembelajaran inkuiri eksperimen dan inkuiri demonstrasi menunjukkan bahwa model inkuiri eksperimen
mempunayi nilai implikasi lebih terhadap prestasi
belajar fisika materi listrik dinamik, hal ini disebabkan dengan penggunaan media eksperimen
dapat memberi kemudahan bagi siswa dalam memahami dan
mengorganisasikan materi, juga memudahkan informasi untuk diterima siswa tidak hanya yang bersifat verbal saja,
tetapi dengan media eksperimen
memberikan gambaran tentang suatu proses, konsep, ataupun ketrampilan lainnya. Sehingga siswa lebih merasa senang dan gembira dalam mengikuti pelajaran fisika. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran dengan metode inkuiri eksperimen dan inkuiri demonstrasi terhadap prestasi belajar fisika pokok materik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009.
110
2. Faktor Kemampuan Menggunakan Alat ukur Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk efek utama B (keterampilan menggunakan alat) diperoleh F
hitung
= 213,57 > Ftabel =
3,84. Ini berarti terdapat perbedaan kemampuan menggunakan alat antara yang mempunyai kemampuan menggunakan alat rendah dan tinggi. komparasi ganda dengan menunjukkan bahwa t dari t
tabel
hitung
Dari hasil
= 4,824 yang lebih besar
= 1,645. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi pelajaran fisika materi
listrik dinamis siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009 yang signifikan sebagai akibat dari keterampilan menggunakan alat ukur listrik yang berbeda. Rerata nilai kemampuan menggunakan alat pada kelompok siswa yang mempunyai keterampilan rendah sebesar 56,86, dan keterampilan tinggi sebesar 67,67. Ini berarti menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan alat kategori tinggi cenderung memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menggunakan alat
rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Rebber dalam
Muhibbin Syah (2006: 121) yang mengatakan bahwa kemampuan menggunakan alat merupakan pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar gerakan motorik melainkan pengejewantahan pengetahuan yang bersifat kognitif, kerja ilmiah, juga mempunyai prestasi belajar yang tinggi. Sehingga apabila siswa dengan kemampuan menggunakan alat tinggi mencerminkan bahwa kemampuan menggunakan alat terhadap prestasi fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009
111
3. Faktor Motivasi Motivasi berprestasi merupakan semangat dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk menguasai obyek atau situasi yang relatif tetap (konsisten) dan disertai respon penilaian (menerima atau menolak) sehingga akan mempengaruhi perilaku seseorang. Motivasi terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan individu serta merupakan hasil belajar individu melalui interaksi sosial, dengan demikian motivasi dapat dibentuk dan diubah melalui pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membina sikap seseorang yang harus mampu mengubah sikap negatif menjadi positif dan meningkatkan sikap positif lebih positif. Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk efek utama C (motivasi berprestasi) diperoleh F hitung = 31,054 > F tabel = 3,84. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar fisika materi listrik dinamik antara siswa yang mempunyai motivasi rendah dan tinggi. Dari hasil komparasi ganda dengan menunjukkan bahwa t hitung = 2,078 yang lebih besar dari t tabel = 1,645. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi pelajaran fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009 yang signifikan sebagai akibat dari perbedaan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa .Rerata nilai prestasi fisika pada kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah sebesar 59,02, dan motivasi berprestasi
tinggi sebesar 64,02. Ini berarti siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. 4. Faktor Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur
112
Dari hasil statistik uji F hitung = 1123,78 > F 1,152;5% = 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik. Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk interaksi faktor AB (model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ) diperoleh F
hitung
= 1123,78 > F
1,152;5%
= 3,84. Ini berarti
terdapat perbedaan prestasi fisika materi listrik dinamis ditinjau dari interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat. Dari hasil komparasi ganda dengan metode Duncan menunjukkan bahwa siswa yang diberi pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dan memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi mempunyai rata-rata prestasi paling besar yaitu 78,837, sedangkan prestasi yang paling kecil diperoleh dari kelompok metode pembelajaran model demonstrasi dengan kemampuan menggunakan alat rendah yaitu sebesar 41,872. Ini berarti menunjukkan bahwa siswa yang diberi pendekatan pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen dengan kemampuan menggunakan alat tinggi cenderung memiliki prestasi fisika lebih unggul dibandingkan dengan yang lainnya. Kenyataan ini dapat dimengerti bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Dengan demikian keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif, sehingga gerakan tersebut bukanlah suatu kebetulan tetapi penuh kesadaran tinggi dan teliti. Keterampilan kemampuan menggunakan alat apabila
113
dikombinasikan pendekatan pembelajaran maka akan menimbulkan motivasi bagi siswa untuk berprestasi. 5. Faktor Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi Dari hasil statistik uji F hitung = 3,054 < F 1,152;5% = 3,84, maka Ho diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi terhadap prestasi belajar fisika materi listrik dinamik Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk interaksi faktor AC (pendekatan pembelajaran dengan motivasi ) diperoleh F hitung = 3,054
= 3,84. Ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi
fisika materi listrik dinamik ditinjau dari interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi. Ini berarti menunjukkan bahwa siswa yang diberi pendekatan pembelajaran apapun dengan motivasi apapun cenderung memiliki prestasi fisika yang sama. Kelebihan inkuiri dengan metode eksperimen terletak pada pelaksanaan kontrol relatif sempurna dan presisi hasil penelitian tinggi (akurat, tidak bisa ditafsirkan macam-macam dan varian galat makin kecil), kelemahan demonstrasi eksperimental)
meliputi kurangnya menyebabkan
kekuatan variabel bebas (efek manipulasi
kesemuan/
keartifisialan
situasi
penelitian
eksperimental sehingga validitas internal tinggi tetapi validitas eksternal rendah. Sedangkan pada eksperimen diperlukan kecermatan yang tinggi agar bisa menghilangkan bias-bias penelitian.. 6. Faktor Interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur dengan motivasi berprestasi
114
Dari hasil statistik uji F hitung = 24,364 > F 1,152;5% = 3,84, maka Ho ditolak. Berarti terdapat perbedaan pengaruh interaksi yang signifikan antara kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan listrik dinamik. Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk interaksi faktor BC (kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi) diperoleh F
hitung
= 24,364 > F
1,152;5%=
3,84. Ini
berarti terdapat perbedaan prestasi fisika 24,364 ditinjau dari interaksi antara kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi. Dari hasil komparasi ganda dengan metode Duncan menunjukkan bahwa
siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi tinggi dengan rerata prestasi paling besar yaitu 71,40, sedangkan prestasi yang paling kecil diperoleh dari kelompok kemampuan menggunakan alat rendah dan motivasi berprestasi rendah nilai rerata prestasi fisikanya sebesar 55,903. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi fisika lebih unggul dibandingkan dengan kelompok yang lainnya. 7. Faktor Interaksi antara pendekatan pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur dan motivasi berprestasi Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama untuk interaksi faktor ABC (model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat dan motivasi berprestasi ) diperoleh F
hitung
= 9,707 > F
1,152;5%
= 3,84. Ini berarti
terdapat perbedaan prestasi fisika materi listrik dinamik ditinjau dari interaksi antara model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat dan motivasi berprestasi. Dari hasil komparasi ganda dengan metode Duncan menunjukkan
115
bahwa siswa yang diberi metode inkuiri eksperimen dan memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi serta memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai rerata prestasi paling tinggi yaitu 81,004, untuk siswa yang diberi metode demonstrasi, dan memiliki kemampuan menggunakan alat rendah, serta motivasi berprestasi tinggi dan rendah prestasi fisika yang paling kecil yaitu 41,59 dan 42,15. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang diberi pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen, dan memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi serta memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi fisika lebih unggul dibandingkan dengan kelompok yang lainnya.
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini banyak faktor yang tidak diperhitungkan dan ini merupakan keterbatasan dalam penelitian, sehingga tidak terjadi persepsi yang salah dalam penggunaan hasilnya. Faktor-faktor yang dimaksud seperti subjek penelitian, waktu, metode, dan perangkat pembelajaran, penyelenggaraan kegiatan belajar dan evaluasi hasil belajar. Subyek penelitian terbatas pada satu sekolah yaitu siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009, masing-masing mewakili kelompok kontrol (inkuiri eksperimen dan inkuiri demonstrasi). Waktu pembelajaran terbatas pada pokok bahasan listrik dinamik, hanya diberikan penjelasan dalam beberapa pertemuan, hal ini merupakan keterbatasan waktu. Pendekatan pembelajaran dibatasi dua metode yaitu inkuiri metode eksperimen dan inkuiri metode demonstrasi. Perangkat pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran sangat baik dalam kelancaran proses pembelajaran. Diantaranya alat peraga, lembar kerja
116
siswa dan lembar tugas siswa, hal ini merupakan keterbatasan kelengkapan dan kualitas yang dimiliki oleh sekolah. Dalam penyelenggaraan pembelajaran sepenuhnya diserahkan pada guru yang menjadi tempat penelitian. Peran peneliti hanya terbatas pada pemberian arahan pada guru untuk mentaati aturan yang sudah
disepakati.
Kesepakatan
tersebut
meliputi
penggunaan
metode
pembelajaran beserta rencana pembelajaran, alat bantu eksperimen, lembar kerja siswa dan lembar tugas siswa yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Untuk menghindari terjadinya
bias dalam penelitian ini peran guru dituntut selalu
konsisten dan konsekwen dalam melaksanakan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar dilakukan sebagai teknik pengumpulan data tentang prestasi belajar pelajaran fisika listrik dinamik berupa tes tertulis bentuk pilihan ganda pada akhir pembelajaran juga merupakan keterbatasan penelitian. Seharusnya evaluasi ini dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Untuk menjaga kesetaraan perlakuan pada dua kelompok yang berbeda sulit dilakukan, sehingga hasil penelitian ini harus diterima dengan hati-hati. Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan masih ada siswa yang bekerja sama.
117
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara penerapan pembelajaran pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dengan metode demonstrasi pada pelajaran fisika materi listrik dinamik pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari Hasil uji komparasi ganda terlihat adanya perbedaan rerata prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik yang signifikan, ini sebagai akibat dari penerapan metode pembelajaran yang berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik pada kelompok siswa dengan perlakuan penerapan pembelajaran
118
inkuiri eksperimen cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik kelompok penerapan pembelajaran metode demonstrasi. 2. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa dengan kemampuan dalam menggunakan alat ukur listrik yang tinggi dan rendah pada pelajaran fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari hasil uji komparasi ganda menunjukkan terdapat perbedaan rerata prestasi belajar pelajaran fisika materi 128 listrik dinamik yang signifikan, ini sebagai akibat pengaruh perbedaan kemampuan menggunakan alat siswa kategori tinggi dan rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik. 3. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang bermotivasi tinggi dan rendah pada pelajaran fisika materi listrik dinamik pada siswa siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari hasil uji komparasi ganda menunjukkan terdapat perbedaan rerata prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik yang signifikan, ini sebagai akibat pengaruh perbedaan motivasi berprestasi
kategori tinggi dan rendah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik.
119
4. Terdapat interkasi antara Pendekatan pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari hasil uji komparasi ganda menunjukkan terdapat perbedaan rerata prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik yang signifikan, ini sebagai akibat pengaruh interkasi penerapaan metode pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang dididik dengan metode pembelajaran metode inkuiri eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik. 5. Terdapat interaksi interkasi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pelajaran fisika pokok bahasan listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari hasil uji komparasi ganda menunjukkan terdapat perbedaan rerata prestasi belajar pelajaran fisika pokok bahasan listrik dinamik yang signifikan, ini sebagai akibat pengaruh interkasi penerapaan metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang dididik dengan metode pembelajaran inkuiri eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik. 6. Terdapat
interaksi interkasi antara kemampuan menggunakan alat dengan
motivasi berperstasi terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik
120
dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari hasil uji komparasi ganda menunjukkan terdapat perbedaan rerata prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik yang signifikan, ini sebagai akibat pengaruh interaksi kemampuan menggunakan alat dengan motivasi berprestasi. Dari perhitungan uji komprasi ganda menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan alat tinggi dan motivasi berprestasi yang tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar pelajaran fisika konsep materi listrik dinamik. 7. Terdapat interaksi interaksi yang signifikan antara penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri (metode eksperimen, metode demonstrasi), kemampuan menggunakan alat, dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar pelajaran fisika materi listrik dinamik siswa kelas IX SMP Negeri 2 Karangrejo, Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2008/2009.
B. Implikasi Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut : 1. Secara empiris penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri melalui eksperimen dan demonstrasi, bahwa metode inkuiri eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan inkuiri demonstrasi terhadap prestasi belajar. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri melalui eksperimen mengarahkan pada proses berpikir dan penyelesaian masalah terutama yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran siswa dihadapkan pada berbagai masalah / issu yang bersumber dari kehidupan sehari-hari.
121
2. Ketrampilan Menggunakan Alat dan motivasi berprestasi siswa merupakan potensi/kemampuan yang dimiliki siswa sehingga apabila potensi ini mampu dikembangkan/diberdayakan oleh siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri. Sekolah atau guru khususnya harus memahami bahwa setiap siswa memiliki Sikap Ilmiah dan Ketrampilan Menggunakan Alat yang berbeda-beda sehingga di dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas guru dapat menggunakan berbagai pendekatan / metode pembelajaran. Guru tidak boleh berperan sebagai hakim akan tetapi harus berperan sebagai mediator atau sebagai fasilitator yang bertugas untuk menjembatani atau memberikan kemudahan bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya. 3. Mengingat motivasi berprestasi berpengaruh pada prestasi belajar, maka dalam pembelajaran sains fisika
diupayakan agar dapat menumbuhkan
motivasi berprestasi siswa. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dapat dilakukan mulai dari proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara nyata dan secara terus menerus. Guru yang mengajar juga harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pendekatan, metode, peralatan dan materi pembelajaran
inkuiri.
Konsep-konsep
sains
fisika
diperoleh
melalui
pengamatan terhadap gejala-gejala alam, sehingga lingkungan sekitar merupakan sumber belajar yang penting bagi siswa. Oleh karena itu, penggunaan bahan dan alat yang diperoleh dari lingkungan dimana siswa berada sangat mendukung terhadap proses pembelajaran. Penerapan pendekatan inkuiri di dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mendekatkan siswa sebagai subyek belajar dengan lingkungan sekitar sebagai sumber
122
belajar. Sehingga siswa merasa bahwa dalam kehidupan sehari-hari mereka merupakan bagian dari proses pembelajaran 4. Sarana laboratorium yang terbatas atau bahkan tidak memiliki hendaknya tidak dijadikan sebagai alasan guru tidak melaksanakan kegiatan praktikum padahal di dalam penilaian menuntut nilai psikomotor/praktis. Dalam keadaan seperti inilah guru dituntut untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat memberdayakan bahan dan alat di lingkungan yang sesuai sebagai pengganti alat dan bahan di laboratorium.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk perbaikan dan peningkatan proses pembalajaran inkuiri dengan eksperimen, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada pendidik / guru a. Karena terdapat perbedaan antara pembelajaran dengan pendekatan inkuiri eksperimen dan inkuiri demonstrasi pada standar kompetensi listrik dinamik, maka dalam proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri eksperimen dan demonstrasi hendaklah guru lebih mengefektifkan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen biarpun alat-alat dilaboraturium sangat terbatas , namun tidak terlalu tergantung dengan alat dan bahan laboratorium yang tersedia tetapi dapat pula menggunakan alat dan bahan dari lingkungan sekitar yang bisa diusahakan oleh siswa tapi memiliki nilai ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,
123
b. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi berjalan dengan efektif dan efisien perlu dibuat lembar kegiatan siswa yang tidak hanya sekedar siswa melakukan perintah akan tetapi berisi masalah-masalah/issu-issu untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan, c. Agar pelaksanaan kegiatan eksperimen optimal dengan memberdayakan semua anggota kelompok, sebaiknya pembagian tugas tiap anggota kelompok merata dan semua anggota merasa sebagai pelaksana kegiatan tidak berperan sebagai pengawas, d. Dalam merancang proses pembelajaran perlu memperhatikan aktivitas belajar siswa, dengan harapan siswa yang aktivitas belajar tinggi dan kreatif dapat belajar lebih optimal. 2. Kepada siswa a. Setiap siswa perlu meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan masyarakat yang terkait dengan pokok bahasan listrik dinamik, b. Setiap siswa menyadari bahwa hidup di dalam lingkungan masyarakat dengan segala keadaan alam (sains) dan teknologi yang dimiliki adalah bagian dari proses pembelajaran sekolah. Konsep yang dipelajari di sekolah memiliki hubungan dengan praktik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, c. Setiap siswa perlu menyadari bahwa kegiatan dalam eksperimen merupakan bagian proses pembelajaran sains fisika, tidak hanya sekedar mencocokkan
124
atau membuktikan dari teori yang sudah ada tetapi siswa perlu dapat menemukan konsep-konsep yang baru bagi siswa sendiri, d. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek.yang Hasil belajarnya akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah : 1) Pengetahuan, 2) Pengertian, 3) Kebiasaan, 4) Keterampilan, 5) Apresiasi, 6) Emosional, 7) Hubungan sosial, 8) Jasmani, 9) Etis atau budi pekerti, 10) Sikap. Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan terlihat terjadinya salah satu atau beberapa aspek perubahan tingkah laku diatas. Horword Kingsley membagi tiga macam aspek hasil belajar yaitu adalah : a). Keterampilan dan kebiasaan., b). Pengetahuan dan pengertian., c). Sikap dan cita-cita. 3. Kepada lembaga pendidikan Kegiatan eksperimen di laboratorium merupakan sarana untuk melatih siswa dalam melakukan latihan penemuan. Oleh karena itu, sekolah perlu meningkatkan fasilitas di dalamnya, dari sisi management sekolah hendaknya menyediakan tenaga laboran yang siap pakai, guru yang akan melaksanakan kegiatan praktikum alat dan bahan telah disediakan.
4. Kepada peneliti a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis dengan materi/konsep/standar kompetensi yang lain, b. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah atau mengganti variabel bebas kedua dengan variabel lain seperti kemampuan awal, kreativitas, minat,
125
c. Penelitian ini hanya menggunakan jam tatap muka sesuai dengan alokasi waktu pada program semester, bila dikehendaki dapat menggunakan waktu di luar jam pelajaran, sehingga siswa mempunyai waktu untuk mencoba seluruh.
126
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Berorientasi Pembelajaran, Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Arief S, Sadiman, 2003, Media Pendidikan, Jakarta : Pustikkom Dikbud dan PT. Raja Garfindo Persada. Budiyono, 2004, Statistik untuk Penelitian, Surakarta: Universitas sebelas maret. Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003-2004, Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), Jakarta. Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta. ………., 1999, Metodologi Pengajaran dan Pendidikan, Bandung : Jemmas. Haryono, 2004, Model-model Pembelajaran Diktat Kuliah, Program Pasca Sarjana Pendidikan Sains UNS. Karim Akarhami, S, 2002, Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Penerbit Erlangga. Mohammad Nur, 1996, Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Muhibbin Syah, 1999, Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya. ……….., 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya. Muslimin Ibrahim, dkk, 2004, Sains, Jakarta : Depdiknas. Paul Suparno, 1997, Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius. Poerwadarminto, W.J.S, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2002, Buku
127
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, Surakarta. Purwodarminto, 1994, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Ratna Wilis Dahar, 1989, Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga. Roestiyah, NK, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Rineka Cipta. ………., 1996, Strategi dan Pembelajaran, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sardiman A.M, 2001, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo. ……….., 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo. Sudjana, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfa Beta. Sugiono, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfa Beta. Suharsini Arikunto, 1993, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara. ……….., 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Sukardjo, 2002, Kecenderungan Pembelajaran IPA di SMU (Makalah sebagai kuliah tambahan). Sutrisno Hadi, 1983, Metodelogi Research Jilid III, Yogyakaeta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Syaiful Sagala, 2004, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfa Beta. Tabrani Rusyan, A, 1995, Pendekatan dan Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Winkel, WS, 1989, Psikologi Pengajaran, Jakarta : Gramedia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Berorientasi Pembelajaran, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
128
Arief S, Sadiman, 2003, Media Pendidikan, Jakarta : Pustikkom Dikbud dan PT. Raja Garfindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003-2004, Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), Jakarta. Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta. ………., 1999, Metodologi Pengajaran dan Pendidikan, Bandung : Jemmas. Haryono, 2004, Model-model Pembelajaran Diktat Kuliah, Program Pasca Sarjana Pendidikan Sains UNS. Karim Akarhami, S, 2002, Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Penerbit Erlangga. Mohammad Nur, 1996, Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Muhibbin Syah, 1999, Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya. ……….., 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya. Muslimin Ibrahim, dkk, 2004, Sains, Jakarta : Depdiknas. Paul Suparno, 1997, Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius. Poerwadarminto, W.J.S, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2002, Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, Surakarta. Purwodarminto, 1994, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Ratna Wilis Dahar, 1989, Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga. Roestiyah, NK, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Rineka Cipta. ………., 1996, Strategi dan Pembelajaran, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
129
Sardiman A.M, 2001, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo. ……….., 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo. Sudjana, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfa Beta. Sugiono, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfa Beta. Suharsini Arikunto, 1993, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara. ……….., 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Sukardjo, 2002, Kecenderungan Pembelajaran IPA di SMU (Makalah sebagai kuliah tambahan). Sutrisno Hadi, 1983, Metodelogi Research Jilid III, Yogyakaeta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Syaiful Sagala, 2004, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfa Beta. Tabrani Rusyan, A, 1995, Pendekatan dan Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Winkel, WS, 1989, Psikologi Pengajaran, Jakarta : Gramedia.