i
SUBSTITUSI BUNGKIL KELAPA DENGAN MINYAK JAGUNG DALAM RANSUM DOMBADAN PENGARUHNYA TERHADAP KECERNAAN ZAT MAKANAN
ERMANA SUSRAMDINI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Substitusi Bungkil Kelapa dengan Minyak Jagung dalam Ransum Domba dan Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Zat makanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Ermana Susramdini NIM D240803
iv
ABSTRAK ERMANA SUSRAMDINI. Substitusi Bungkil Kelapa dengan Minyak Jagung dalam Ransum Domba dan Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Zat Makanan. Dibimbing olehKUKUH BUDI SATOTO danLILIS KHOTIJAH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kecernaan zat makanan pakan dengan pemberian level minyak jagung yang berbeda (0%, 1.5%, 3%, 4,5%) sebagai pengganti bungkil kelapa pada domba jantan muda lepas sapih. Penelitian ini dilakukan di kandang B, laboratorium PAU, Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan. Penelitian ini dilakukan dari Agustus 2011 sampai dengan November 2011, dan analisis kecernaan dilakukan pada Desember 2011. Ternak yang digunakan adalah dua belasdomba lokal jantan lepas sapih usia ± 2 bulan, dengan berat badan awal 9.467 ± 2.189 kg. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah dengan 1 perlakuan yang terdiri dari 4 macam ransum dan 3 ulangan.Pengelompokanberdasarkan pada berat badan kecil (7.35 ± 0.91 kg), sedang(9.05 ± 1.28 kg), dan besar (12.00 ± 0.588 kg). Empat perlakuan yang diuji adalah MJ0 = 0% minyak jagung (pakan kontrol), MJ1.5 = pakan kontrol + 1,5% minyak jagung, MJ3 = pakan kontrol + 3% minyak jagung, MJ4.5 = pakan kontrol + 4.5% minyak jagung . Hasil penelitian menunjukkan bahwa MJ0, MJ1.5, MJ3, MJ4.5 tidak berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan TDN tetapi secara signifikan mempengaruhi daya cerna BETN . Disimpulkan bahwa suplementasi minyak jagung hingga 4,5% pada ransum domba lokal jantan lepas sapih tidak mempengaruhi kecernaan ransum. Kata kunci: domba lokal, minyak jagung, kecernaan nutrien
ABSTRACT ERMANA SUSRAMDINI. Substitutions of Coconut Meal with Corn Oil in Young Local Males Sheep and Effect on Nutrient Digestibility. Guided by KUKUH BUDI SATOTO andLILIS KHOTIJAH. The aim of this research was to assess digestibility of ratio with different levels of corn oil (0%, 1.5%, 3%, 4.5%) as substitute to coconut mael the post weaning local male sheep. The research was conducted in stable B, PAU laboratory, Department of Nutrition and Feed Technology. The research was conducted from Augst 2011 until November 2011, and the digestability analysis was carried out in December 2011. The animals used were twelve post weaning male local sheeps aged of ±2 months, with initial body weight of 9.467±2.189 kg. The experiment design used in this study were block design with four treatments and three replications. The block was based on body weight of small (7.35±0.91 kg), medium (9.05±1.28 kg), and large (12.00±0.588 kg). Four levels of substitution were tested. They were MJ0 = 0% corn oil (control diet), MJ1.5= control diet + 1.5% corn oil, MJ3= control diet + 3% corn oil, MJ4.5= control diet + 4.5% corn oil. The results showed that MJ0, MJ1,5, MJ3, MJ4.5 didn’t affect to digestibility of dry matter, organic matter, crude protein, crude fat, crude fiber and TDN but significant influenced digestibility BETN. It was concluded that supplementation up to 4.5% of corn iol in post weaning local male sheep ration didn’t influence the ration digestibility. Key words: Local sheep, corn oil, digestibility nutrient
v
SUBSTITUSI BUNGKIL KELAPA DENGANMINYAK JAGUNG DALAM RANSUM DOMBA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KECERNAAN ZAT MAKANAN
ERMANA SUSRAMDINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
vii
Judul Skripsi : Substitusi Bungkil Kelapa dengan Minyak Jagung dalam Ransum Domba dan Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Zat Makanan. Nama : Ermana Susramdini NIM : D24080369
Disetujui oleh
Ir. Kukuh Budi Satoto, MS Pembimbing I
Dr. Ir. Lilis Khotijah, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, M.Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus (
)
viii
ix
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa Ta’alaatas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 – Maret 2012 dengan judulSubstitusi Bungkil Kelapa dengan Minyak Jagung dalam Ransum Domba dan Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Zat Makanan. Minyak jagung dipilih sebagai substitusi bungkil kelapa dalam penelitian ini karena minyak jagung digunakan sebagai sumber lemak dan asam lemak tak jenuh dalam ransum. Kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak jagung berperan sebagai sumber asam lemak esensial yang berhubungan dengan kecernaan nutrien. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran, danmasukanyang bersifatmembangunsangat penulis harapkan demi penyempurnaan dimasa mendatang. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalamdunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembacadan penulis khususnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
Ermana Susramdini
x
xi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE Ternak Percobaan Kandang dan peralatan Lokasi dan Waktu Ransum Prosedur Penelitian dan Pemeliharaan Koleksi feses Peubah yang diamati Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat makanan Konsumsi bahan kering ransum Konsumsi bahan organik Konsumsi protein ransum Konsumsi lemak kasar ransum Konsumsi serat kasar ransum Konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen ransum Kecernaan Zat Makanan dan Total Digestible Nutrien (TDN) Kecernaan bahan kering Kecernaan bahan organik Kecernaan protein kasar Kecernaan lemak kasar Kecernaan serat kasar Kecernaan bahan ekstrak tanpa niitrogen Total Digestible Nutrien(TDN) SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
viii viii 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 5 5 6 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 10 11 13 15 15 15
xii
DAFTAR TABEL Komposisi bahan pakan perlakuan Kandungan nutrien ransum perlakuan Rataan konsumsi zat makanan domba jantan lepas sapih Rasio asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dalam ransum 5. Rataan kecernaan zat makanan dan TDN 1. 2. 3. 4.
2 3 4 4 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Sidik ragam(ANOVA) dan uji lanjut polinomual ortohogonal kecernaan bahan kering Sidik ragam(ANOVA) kecernaan bahan organik Sidik ragam(ANOVA) kecernaan lemak kasar Sidik ragam(ANOVA) kecernaan protein kasar Sidik ragam(ANOVA) kecernaan serat kasar Sidik ragam(ANOVA) kecernaan BETA-N Sidik ragam(ANOVA) TDN
13 13 13 13 14 14 14
1
PENDAHULUAN Bungkil kelapa merupakan produk sampingan dari pengolahan minyak kelapa baik secara tradisional maupun dengan menggunakan teknologi pengolahan minyak kelapa. Bungkil kelapa mengandung protein yang cukup tinggi yang baik untuk pakan ternak. Menurut SNI (1996), protein kasar yang terkandung dalam bungkil kelapa sebesar 18%, namun selain itu juga bungkil kelapa mengandung asam lemak jenuh seperti Laurat yang cukup tinggi yaitu sekitar 46.9% (Santoso et al. 2006). Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengkaji kecernaan pakan dengan sumber karbohidrat berbeda (jagung dan onggok) pada domba lokal jantan lepas sapih fase pertumbuhan oleh Suci et al. (2011) yang menyatakan bahwa ransum dengan sumber energi onggok dapat menggantikan ransum dengan sumber energi jagung dan tidak memberikan pengaruh terhadap kecernaan bahan kering, lemak kasar, serat kasar, dan protein kasar domba lokal jantan lepas sapih. Perbaikan ransum pada penelitian sebelumnya perlu dilakukan untuk menghasilkan produktivitas, performa dan kecernaan pakan yang maksimal pada domba muda. Menurut Suci et al. (2011), pemberian pakan dengan onggok dan bungkil kelapa mampu menghasilkan kecernaan bahan kering bahan pakan sebesar 441 g ekor-1 hari-1. Meskipun tidak terlalu tinggi, nilai tersebut masih dalam kisaran normal. Sebab, kebutuhan bahan kering normal pada ternak domba dengan bobot badan 10-20 kg adalah 98.33-196 gekor-1 hari-1(NRC 1985). Peningkatan terhadap kualitas ransum dengan menggunakan onggok dan bungkil kelapa tersebut masih dapat dilakukan dengan penambahan sumber energi yang disuplai dari bahan pakan berupa minyak, seperti minyak jagung. Penambahan minyak ke dalam ransum memiliki beberapa manfaat, seperti meningkatkan energi ransum, meningkatkan efisiensi penggunaan energi melalui penghambatan metanogenesis, sebagai agen defaunasi, dan sumber asam lemak tak jenuh esensial seperti linoleat, linolenat dan arachidonat. Minyak jagung memiliki nilai gizi yang tinggi yaitu sekitar 25.000 kkal g-1 , selain itu minyak jagung juga mengandung sitosterol yang dapat mencegah gejala atherosclerosis (endapan pada pembuluh darah) yaitu terjadinya pembentukan kompleks antara sitosterol dan Ca++ dalam darah. Dalam minyak jagung terdapat banyak asam lemak esensial yang dibutuhkan pada pertumbuhan sel. Menurut Ketaren (1986) minyak jagung mengandung 56.3% asam lemak linoleat yang merupakan sumber asam lemak tidak jenuh selain sebagai sumber energi asam lemak tak jenuh yang ada di minyak jagung juga diharapkan dapat mengurangi kandungan asam lemak jenuh yang terdapat pada bungkil kelapa, yaitu asam lemak laurat sebesar 46.9% (Santosoet al. 2006) yang nantinya akan memperbaiki kualitas daging domba. Kandungan nutrisi suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan zat-zat gizi di dalamnya, kemampuan degradasi dan adaptasi mikroba rumen yang pada akhirnya akan mempengaruhi kecernaan pakan. Kandungan energi yang tinggi dari penambahan minyak jagung pada ransum tersebut akan membuat nutrisi pakan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang pertumbuhan domba lokal jantan muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecernaan zat makanan pakan dengan pemberian level minyak jagung yang berbeda pada domba jantan lokal muda.
2
METODE Materi Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak daging dan Kerja Blok B,Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, serta Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor selama satu minggu. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah 12 ekor domba lokal jantan umur ± 2 bulan bulan dengan bobot awal bobot badan besar (12.00±0.59 kg), sedang (9.05±1.28 kg), dan kecil (7.35±0.91 kg). Ternak domba dikandangkan secara individu dan ternak sudah dipelihara dan diberi pakan perlakuan selama 5 bulan. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah 12 kandang individu. Masingmasing kandang berukuran 125cm x 55cm x 110cm. Peralatan yang digunakan antara lain timbangan digital, baki pakan, ember, plastik penampung feses dan sisa pakan, alumunium foil, dan label. Ransum Ransum penelitian terdiri dari rumput lapang dan konsentrat dengan perbandingan 30 : 70 serta air diberikan secara ad libitum. Komposisi bahan pakan perlakuan disajikan pada Tabel 1 serta kandungan zat makanan konsentrat perlakuan dan rumput disajikan pada Tabel 2. Tabel 1Komposisi bahan pakanperlakuan Bahan pakan Rumput Onggok Bungkil kelapa CaCO3 Garam Premix Urea Minyak jagung
MJ0 30.00 17.00 50.50 1.30 0.25 0.15 0.80 0.00
Ransum penelitian MJ1.5 MJ3 -------%BK------30.00 30.00 17.00 17.00 49.00 47.50 1.30 1.30 0.25 0.25 0.15 0.15 0.80 0.80 1.50 3.00
MJ4.5 30.00 17.00 46.00 1.0 0.25 0.15 0.80 4.50
Keterangan: MJ0: Ransum tanpa minyak jagung (ransum kontrol); MJ1,5: Ransum dengan 1.5% minyak jagung; MJ3: Ransum dengan 3% minyak jagung; MJ4,5: Ransum dengan 4.5% minyak jagung; BK: Bahan Kering; PK: Protein Kasar; LK: Lemak Kasar; SK: Serat Kasar; Beta-N: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total Digestible Nutrien.
Prosedur penelitian Pemeliharaan Pemeliharaan domba dilakukan selama 4 bulan dengan masa adaptasi 1 bulan dalam kandang individu.Pakan konsentrat diberikan sekali sehari pada pagi hari dan pakan hijauan (rumput) diberikan 2 kali sehari, yakni setiap pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan 3-4 % dari bobot badan hidup dengan perbandingan hijauan :
3
konsentrat yaitu 30 : 70, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Pengukuran kecernaan dilakuakan setelah pemeliharaan selama 5 hari. Tabel 2 Kandungan nutrien ransum perlakuan berdasarkan bahan kering Zat makanan Bahan kering Abu Protein kasar Lemak kasar Serat kasar Beta-N TDN**
MJ0 68.03 8.49 16.60 4.53 23.60 46.77 71,89
Ransum penelitian MJ1.5 MJ3 ------- % BK ------66.28 67.78 7.92 7.83 17.93 19.25 6.79 6.47 24.77 27.42 42.59 39.03 70.68 69.47
MJ4.5 68.04 7.84 17.30 5.99 28.17 40.7 68.26
Keterangan: MJ0: Ransum tanpa minyak jagung (ransum kontrol); MJ1,5: Ransum dengan 1.5% minyak jagung; MJ3: Ransum dengan 3% minyak jagung; MJ4,5: Ransum dengan 4.5% minyak jagung; BK: Bahan Kering; PK: Protein Kasar; LK: Lemak Kasar; SK: Serat Kasar; Beta-N: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total Digestible Nutrien. ** Perhitungan Total Digestible Nutrient(TDN) menurut Wardeh (1981)
Koleksi feses. Pengumpulan (koleksi) feses dilakukan selama lima hari berturut-turut dan koleksi feses diambil selama 24 jam. Feses yang baru keluar segera ditampung agar tidak tercampur dengan urin. Feses yang terkumpul selama 24 jam ditimbang sebagai bobot feses segar, kemudian sampel feses dikeringkan matahari untuk mendapatkan berat feses kering matahari. Sampel yang sudah kering matahari langsung dimasukkan dalam oven 60ºC, kemudian sampel dihaluskan dan dikomposit. Sampel yang sudah dikomposit selanjutnya diambil 10% dari setiap perlakuan dan ulangan, lalu dilakukan analisa proksimat untuk mengetahui kandungan zat makanan. Analisa proksimat sampel feses, sisa pakan dan ransum dilakukan untuk melihat kecernaan zat makanannya. Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah dengan 1 perlakuan yang terdiri dari 4 macam ransum dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah: MJ0= 0% minyak jagung (ransum kontrol) MJ1.5= pemberian minyak Jagung 1.5% MJ3 = pemberian minyak Jagung 3% MJ4.5= pemberian minyak jagung 4.5% Dengan Model matematik dari rancangan adalah sebagai berikut : Xij = + i +βj + ij Keterangan : = Rataan umum pengamatan i= Pengaruh pemberian ransum (i = 1, 2, 3,4) Β j = Pengaruh kelompok ke-j ij= Pengaruh galat ransum ke-i dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3,) Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah konsumsi dan kecernaan bahan kering (BK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), Serat kasar (SK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), Total Digestible nutrient (TDN).Data yang diperoleh dari
4
penelitian dianalisis menggunakan analisa ragam Analyses of Variance (ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan Uji Polinomial Ortogonal (Steel dan Torrie 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Zat makanan Konsumsi ransum akan mempengaruhi jumlah berbagai zat makanan yang masuk dan dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Konsumsi zat makanan yang terdiri dari konsumsi bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan Total Digestible Nutrien (TDN) domba jantan lepas sapih dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 3 dan rasio asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dalam ransum berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 Rataaan konsumsi bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan Total Digestible Nutriendomba dengan ransum perlakuan. Peubah Konsumsi bahan kering Konsumsi bahan organik Konsumsi protein kasar Konsumsi lemak kasar Konsumsi serat kasar Konsumsi Beta-N Konsumsi TDN
MJ0 577.29 ± 167.76 494.24 ± 145.55 97.22 ± 28.25 26.65 ± 7.74 135.53 ± 39.39 268.54 ± 78.03 418.58 ± 153.25
Perlakuan MJ1.5 MJ3 -1 -1 --------gekor hari -------480.2 ± 110.21 422.56 ± 96.52 87.06 ± 19.98 33.11 ± 7.60 118.64 ± 27.23 203.22 ± 46.64 327.17 ± 101.77
511.73 ± 150.65 448.21 ± 131.41 99.99 ± 29.44 33.80 ± 9.95 140.26 ± 41.29 197.41 ± 58.11 363.17 ± 148.57
MJ4.5 446.78 ± 164.13 407.96 ± 142.97 81.90 ± 28.80 28.50 ± 10.02 131.55 ± 46.26 131.55 ± 66.13 321.38 ± 150.30
Keterangan: MJ0: Ransum tanpa minyak jagung (ransum kontrol); MJ1,5: Ransum dengan 1.5% minyak jagung; MJ3: Ransum dengan 3% minyak jagung; MJ4,5: Ransum dengan 4.5% minyak jagung; BK: Bahan Kering; PK: Protein Kasar; LK: Lemak Kasar; SK: Serat Kasar; Beta-N: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total Digestible Nutrien. SEM (Standard Error Mean): Standar eror rataan; ** : sangat berbeda nyata pada P<0.01; * : berbeda nyata pada P<0.05; ns: tidak berbeda nyata pada P>0.05.
Tabel 4Rasio asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam ransum berdasarkan perhitungan Perlakuan MJ0 MJ1.5 MJ3 MJ4.5
Asam lemak jenuh : asam lemak tidak jenuh 7.17 : 1 5.90 : 1 5.16 : 1 4.29 : 1
Keterangan: MJ0: Ransum tanpa minyak jagung (ransum kontrol); MJ1.5: Ransum dengan 1.5% minyak jagung; MJ3: Ransum dengan 3% minyak jagung; MJ4.5: Ransum dengan 4.5% minyak jagung.
5
Konsumsi Bahan Kering Ransum Konsumsi bahan kering ransum sangat berbeda nyata (P<0.01) antar perlakuan (Tabel 3). Rataan konsumsi bahan kering ransum MJ0 lebih tinggi daripada MJ3, dan ransum MJ3 lebih tinggi daripada ransum MJ1.5 dan MJ4.5. Hal ini dikarenakan kandungan lemak pakan yang di minyak jagung (MJ1.5, MJ3, MJ4.5) lebih tinggi daripada pakan tanpa diberi minyak jagung (MJ0). Kebutuhan bahan kering normal pada ternak domba bobot badan 15-20 kg dengan pertambahan bobot badan 50-100 g hari-1yaitu 530-560 gekor-1 hari-1 (Kearl1982), hal tersebut menandakan bahwa konsumsi bahan kering pada penelitian ini masih dibawah standar pada perlakuan MJ1.5 dan MJ4.5. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Suci et al. (2011) yang menggunakan bungkil kelapa dan onggok memiliki konsumsi BK lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian ini yaitu sebesar 679.11 ± 207.40gekor-1 hari-1. Konsumsi bahan kering pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, macam ransum, umur dan kondisi ternak. Kandungan lemak dan energi dalam ransum dapat mempengaruhi konsumsi ransum. Semakin tinggi kandungan lemak dan energi dalam ransum maka konsumsi cenderung berkurang. (Sudarman et al. 2008) Penurunan konsumsi bahan kering ransum juga sejalan dengan penurunan rasio asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam ransum (Tabel 4). Penurunan rasio asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh ransum dapat mempengaruhi pola fermentasi dalam rumen yang menyebabkan peningkatan produksi asam propionat (Baldwin dan Allinson1983), peningkatan asam propionat tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia. Asam lemak tidak jenuh ransum juga berperan sebagai sumber asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh yang akan mempengaruhi pertumbuhan ternak melalui pemeliharaan integritas membran sel (Sardesai 1992). Konsumsi Bahan Organik Rata-rata konsumsi bahan organik berturut-turut dari MJ0, MJ1.5, MJ3 dan MJ4.5 adalah 494.24; 422.56; 448.21; dan 407.96gekor-1 hari-1. Konsumsi bahan organik ransum tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan (Tabel 3)Keadaan ini mengindikasikan bahwa besarnya bahan organikberbanding lurus dengan besarnya bahan kering. Zat-zat nutrien yang terkandungdalam bahan organik merupakan komponen penyusun bahan kering. Hal inisesuai dengan pendapat Kamal (1994) yang menyatakan bahwa konsumsi bahankering memiliki korelasi positif terhadap konsumsi bahan organiknya. Menurut Tillman et al (1991), bahwa bahan organik merupakan bahan yanghilang pada saat pembakaran. Nutrien yang terkandung dalam bahan organikmerupakan komponen penyusun bahan kering. Komposisi bahan organik terdiridari lemak, protein kasar, serat kasar, dan BETN. Bahan kering, mempunyaikomposisi kimia yang sama dengan bahan organik ditambah abu.Akibatnya jumlah konsumsi bahan kering akan berpengaruh terhadap jumlahkonsumsi bahan organik. Banyaknya konsumsi bahan kering akan mempengaruhibesarnya nutrien yang dikonsumsi sehingga jika konsumsi bahan organikmeningkat maka akan meningkatkan konsumsi nutrien.
6
Konsumsi Protein Kasar Ransum Konsumsi protein kasar ransum sangat nyata (P<0.01) menurun seiring dengan peningkatanlevel minyak jagung dalam ransum (Tabel 3). Konsumsi protein kasar dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering ransum, dimana konsumsi bahan kering tersebut sangat dipengaruhi oleh peningkatan kandungan lemak dan kandungan energi ransum. Hal ini sesuai dengan Haddad dan Younis (2004) yang menyatakan bahwa konsumsi protein ransum secara tidak langsung dipengaruhi oleh peningkatan kandungan lemak ransum yang dapat menurunkan konsumsi bahan kering ransum dan konsumsi protein sangat dipengaruhi oleh jumlah bahan kering yang dikonsumsi ternak. Konsumsi protein kasar penelitian ini berkisar 81.90-99.99 gekor-1 hari-1atau setara dengan 7.62-9.78 g/kg BB0,75. Konsumsi protein penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi protein menurut standar NRC (1985)sebesar 127 gekor-1 hari-1atau setara dengan 22.58 g/kg BB0,75. Konsumsi protein kasar penelitian ini juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan konsumsi protein kasar pada penelitian Mathius (1998) dan Sudarman et al. (2008). Konsumsi protein kasar pada penelitian Mathius (1998) adalah 95.99gekor-1 hari-1 atau setara dengan 8,64 g/kg BB0,75 pada domba muda BB 24.79 kg yang diberi pakan dasar rumput gajah ditambah jagung giling halus dan mineral-mixdan konsumsi protein penelitian Sudarman et al. (2008) berkisar 58.57-85.04gekor-1 hari-1pada domba jantan muda BB 16.91 kg yang diberi pakan yang disuplementasi1.5%-4.5% sabun kalsium dari minyak lemuru Konsumsi Lemak Kasar Ransum Konsumsi lemak kasar ransum tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan peningkatan level minyak jagung dalam ransum (Tabel 6) tetapi konsumsi lemak kasar ransum berdasarkan bobot badan metabolis sangat berbeda nyata (P<0.01) meningkat seiring peningkatan level minyak jagung dalam ransum. Hal ini diduga karena konsumsi lemak per BB metabolis sangat dipengaruhi bobot badan domba sedangkan konsumsi lemak total tidak hanya dipengaruhi bobot badan tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat produksi. Hasil ini sesuai dengan Yuwono et al. (2000) yang menyatakan bahwa jumlah lemak yang dikonsumsi dipengaruhi oleh perubahan bobot badan domba setiap minggu. Peningkatan konsumsi lemak dikarenakan kandungan lemak ransum yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan level minyak jagung dalam ransum sehingga lemak yang terkonsumsi juga semakin tinggi. Konsumsi lemak kasar penelitian ini berkisar 26.65-33.80 gekor-1 hari-1 atau setara dengan 4.12-6.66 g/kg BB0,75. Konsumsi lemak kasar penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi lemak penelitian Haddad dan Younis (2004) sebesar 59-67 gekor-1 hari-1 atau setara dengan 6.15-6.98 g/kg BB0,75 pada domba Awassi BB 20.4 kg yang diberi ransum dengan suplementasi 2.5%-5% lemak terproteksi. Perbedaan nilai konsumsi lemak kasar dikarenakan perbedaan kandungan lemak ransum penelitian.
7
Konsumsi Serat Kasar Ransum Konsumsi serat kasar ransum sangat nyata (P<0.01) menurun seiring dengan peningkatan level minyak jagung dalam ransum (Tabel 6). Konsumsi serat kasar berhubungan dengan konsumsi bahan kering ransum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haddad dan Younis (2004) yang menyatakan bahwa konsumsi serat dipengaruhi oleh besarnya konsumsi bahan kering ransum, semakin rendah konsumsi bahan kering menyebabkan konsumsi serat ransum yang rendah pula. Konsumsi serat kasar juga dipengaruhi oleh kebutuhan serat dalam tubuh dan kandungan serat dalam ransum (Parakkasi 1999). Konsumsi Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Ransum Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Beta-N) merupakan fraksi karbohidrat selain serat kasar yang umumnya mudah dicerna, seperti pati dan gula. Konsumsi Beta-N sangat nyata (P<0.01) menurun seiring dengan peningkatan level minyak jagung dalam ransum (Tabel 6). Konsumsi Beta-N dipengaruhi oleh kandungan Beta-N ransum, kandungan Beta-N dalam ransum perlakuan semakin menurun dengan peningkatan level minyak jagung dalam ransum (Tabel 5). Penurunan kandungan Beta-N dalam ransum tersebut dipengaruhi oleh kandungan serat kasar yang semakin meningkat. Konsumsi Beta-N penelitian ini berkisar 197.41-268.54 gekor-1 hari-1 dan konsumsi Beta-N berdasarkan bobot badan metabolis berkisar 32.17-41.63 g/kg BB0,75. Kecernaan Zat Makanan dan Total Digestible Nutrien (TDN) Tabel 5 Rataaan kecernaan bahan kering, protein kasar, lemak kasar,serat kasar, dan Total Digestible Nutrien(TDN) . Peubah Kecernaan BK (gekor-1 hari-1) (%) Kecernaan BO (gekor-1 hari-1) (%) Kecernaan PK (gekor-1 hari-1) (%) Kecernaan LK (gekor-1 hari-1) (%) Kecernaan SK (gekor-1 hari-1) (%) Kecernaan Beta-N (gekor-1 hari-1) (%) TDN (%)
Perlakuan MJ0
MJ1.5
MJ3
MJ4.5
404.53 ± 160.39 68.53 ± 8.08
302.34 ±104.05 61.81 ± 7.57
337.36 ± 143.48 64.00 ± 9.96
308.49 ± 138.92 64.44 ± 7.06*
351.76 ± 138.59 69.68 ± 7.72
269.96 ± 91.15 62.77 ± 7.34
299.45 ± 125.71 64.93 ± 9.75
273.37 ± 121.97 65.40 ± 6.92
73.75 ± 25.84 74.87 ± 5.74
60.25 ± 16.37 68.73 ± 3.23
71.47 ± 30.84 69.21 ± 12.66
53.00 ± 21.57 61.78 ± 12.67
24.49 ± 7.47 91.60 ± 1.58
30.63 ± 6.62 92.74 ± 2.18
31.44 ± 10.11 92.44 ± 3.06
26.08 ± 9.60 91.14 ± 1,66
103.17 ± 36.50 75.10 ± 5.38
81.52 ± 27.30 67.56 ± 7.56
107.00 ± 41.93 74.54 ± 10.19
93.37 ± 44.73 68.60 ± 10.18
186.56 ± 74.13 67.93 ± 8.06
116.98 ± 43.20 59.75 ± 8.98
113.98 ± 54.10 55.61 ± 11.01
116.33 ± 56.44 59.75 ± 8.98**
71.36 ± 6.11
67.37 ± 5.64
69.14 ± 9.47
66.77 ± 8.91
Keterangan: MJ0: Ransum tanpa minyak jagung (ransum kontrol); MJ1.5: Ransum dengan 1.5% minyak jagung; MJ3: Ransum dengan 3% minyak jagung; MJ4.5: Ransum dengan 4.5% minyak jagung.Standar eror rataan; ** : sangat berbeda nyata pada P<0.01; * : berbeda nyata pada P<0.05; ns: tidak berbeda nyata pada P>0.05. Pengukuran TDN menggunakan data kecernaan zat makanan menurut NRC (1985), dengan rumus : TDN = PK tercerna + (2,25 x LK tercerna) + SK tercerna + BETN tercerna.
8
Kecernaan Bahan Kering (BK) Substitusi sebagian bungkil kelapa dengan pemberian berbagai level minyak jagung menghasilkan Koefisien cerna bahan kering ransum tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan (Tabel 5), hal tersebut mengindikasikan bahwa kapasitas saluran pencernaan ternak percobaan masih mampu mencerna dengan baik seluruh pakan yang diberikan. Hal tersebut dimungkinkan persentase pemberian pakan pada penelitian ini masih lebih rendah (3.5%) dibandingkan dengan persentase yang pernah dilaporkan oleh Lestari et al. (2003) bahwa kapasitas saluran ternak domba mampu menampung dan mencerna BK pakan sampai 4.5% dari bobot badannya. Hasil konsumsi dan koefisien cerna BK penelitian ini pada perlakuan MJ1.5, MJ3 dan MJ4.5 lebih rendahdibandingkan dengan penelitian Suci et al. (2011) dengan pakan bungkil kelapa ditambah onggok menghasilkan kecernaan BK sebesar 65.20% dari konsumsi BK sebesar 697 gekor-1 hari-1, namun kecernaan BK lebih rendah daripada perlakuan kontrol (MJ0) yaitu sebesar 68.53%. Koefisien cerna pada penelitian ini meningkat sejalan dengan konsumsi BK sebab tinggi rendahnya kecernaan BK terkait oleh tingkat konsumsi BK. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1998) bahwa peningkatan konsumsi dapat menurunkan kecernaan, terkait dengan laju alir pakan dalam saluran pencernaan yang semakin cepat, akibatnya lama waktu tinggal digesta dalam rumen berkurang sehingga proses pencernaan tidak optimal. Kecernaan Bahan Organik (BO) Nilai kecernaan bahan organik menunjukkan jumlah zat – zat makanan seperti lemak, karbohidrat, protein yang dapat dicerna oleh ternak. Koefisien cerna BO dan BO tercerna tidak berbeda nyata (P>0.05) (Tabel 5). Perbedaan yang tidak nyata ini berkaitan dengan kecernaan bahan kering yaitu apabila perlakuan tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering maka perlakuan tersebut tidak mempengaruhi kecernaan bahan organik. Menurut Tillman et al.(1991) kecernaan bahan kering dapat mempengaruhi kecernaan bahan organik dimana kecernaan bahan organik menggambarkan ketersediaan nutrien dari pakan dan menunjukkan nutrien yang dapat dimanfaatkan ternak. Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Adawiyah (2006) yang menggunakan minyak jagung 1.5% pada ransum memiliki kecernaan BO sebesar 73.0±0 % yaitu lebih tinggi dari perlakuan MJ1.5 sebesar 62.77±7.34%. Kecernaan Protein Kasar (PK) Koefisien cerna PK pakan dengan pemberian berbagai level minyak jagung tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan, namun berbeda nyata pada PK tercerna (P<0.05) (tabel 5). kecernaan PK terkait oleh tingkat konsumsi PK (Tillman etal. 1998). Konsumsi PK yang tinggi pada MJ0 yaitu 97.22 gekor-1 hari-1dan MJ3 yaitu 99.99 gekor-1 hari-1membuat PK tercerna MJ0= 73.75±25.84 gr dan MJ3= 71.47±30.84 gr menjadi lebih tinggi dibanding MJ1.5= 60.25±16.37 gr dan MJ4.5= 53.00±21.57 gr .Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Suci et al (2011) yang menggunakan bungkil kelapa dan onggok memiliki kecernaan PK lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang diberi minyak jagung pada penelitian ini yaitu sebesar 72.55 ± 6.97% dan penelitian Adawiyah (2006) yang menggunakan minyak jagung 1.5% pada ransum, memiliki kecernaan PK sebesar 70.4±1.4 % yaitu lebih tinggi dari perlakuan MJ1.5 sebesar 60.25±16.37 %. menurut Anggorodi (1994) kecernaan protein bahan makanan terhantung pada kandungan protein ransum, bahan makanan yang rendah kandungan proteinnya mempunyai kecernaan protein yang lebih rendah, begitu pula sebaliknya.
9
Kecernaan Lemak Kasar (LK) Berdasarkan penelitian ini, semakin tinggi pemberian level minyak jagung pada pakan mampu meningkatkan konsumsi LK (Tabel 4), hal ini diduga karena kandungan LK yang semakin tinggi pada ransum.Substitusi sebagian bungkil kelapa dengan pemberian berbagai level minyak jagung tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap kecernaan LK antar perlakuan, (Tabel 5). Perlakuan MJ4.5 memiliki konsumsi LK paling tinggi dan kecernaan LK paling tinggi pula yaitu 94.86 ± 0.96%, menurut Manso (2006), kecernaan lemak maningkat seiring dengan penambahan jumlah lemak dalam pakan. Kecernaan LK pada penelitian ini berkisar antara 91%-94%, Menurut Pond et al. (2005) menyatakan bahwa daya cerna sejati lemak yaitu melebihi 80%. Hal ini menunjukkan bahwa keempat pakan perlakuan mempunyai nilai kecernaan lemak kasar tinggi.. Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh oleh Suci et al. (2011) yang menggunakan bungkil kelapa dan onggok memiliki kecernaan LK lebih rendah sebesar 80.18 ± 4.26% dan penelitian Adawiyah (2006) yang menggunakan minyak jagung 1.5% pada ransum, memiliki kecernaan LK sebesar 80.80±2.00 % yaitu lebih rendah dari perlakuan MJ1.5 sebesar 92.52 ± 2.25%. Perlakuan pemberian level minyak jagung yang semakin tinggi memperlihatkan kecernaan LK yang tinggi pula dibandingkan dengan ransum control (MJ0) hal ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1999), lemak dan minyak dapat meningkatkan kecernnan karbohidrat mudah tercerna dan lemak itu sendiri.
Kecernaan Serat Kasar (SK) Substitusi sebagian bungkil kelapa dengan pemberian berbagai level minyak jagung menghasilkan koefisien cerna SK tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan, (Tabel 5). Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh oleh Suci et al, (2011) yang menggunakan bungkil kelapa dan onggok memiliki kecernaan SK lebih rendah sebesar 65.89% dan penelitian Adawiyah (2006) yang menggunakan minyak jagung 1.5% pada ransum, memiliki kecernaan SK sebesar 63.90±8.00 % yaitu lebih tinggi dari perlakuan MJ1.5 sebesar 67.56±7.56%. Menurut Nurhajah (2007), besarnya kecernaan SK salah satunya dipengaruhi oleh konsumsi BK ransum, semakin tinggi konsumsi bahan kering pakan maka semakin tinggi pula konsumsi serat kasar pakan dan komposisi kimia bahan pakan. Komposisi kimia onggok mengandung hemiselulosa 23.10% dan lignin 4.20% (Rokhmani2005). Hemiselulosa mempunyai berat molekul lebih kecil dibandingkan selulosa dengan cabang rantai pendek terdiri dari gula yang berbeda (Perez et al. 2002) sehingga mudah dihidrolisis (Hendriks & Zeeman 2009). Selain itu, Kecernaan serat cenderung menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah lemak dalam ransum (Tanuwiria2004a). Kecernaan serat juga tergantung pada komposisi asam lemak yang terkandung dalam lemak. Kecernaan serat menurun lebih banyak jika yang ditambahkan adalah lemak yang kaya asam lemak tidak jenuh, asam lemak tak jenuh minyak jagung sebesar 86% (Ketaren1986).
10
Kecernaan Beta-N Kecernaan Beta-N suatu bahan pakan tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar.Beta-N merupakan fraksi karbohidrat selain serat kasar yang umumnya mudah dicerna, seperti pati dan gula. Koefisen cerna Beta-N dan Beta-N tercerna antar perlakuan sangat berbeda nyata (P<0.01) antar perlakuan (Tabel 4). Koefisien cerna MJ0 lebih tinggi daripada MJ1.5, MJ3, dan MJ4.5 karena penambahan minyak jagung terhadap ransum akan menurunkan konsumsi pakan. Pada dasarnya Koefisien cerna Beta-N semakin menurun seiring dengan penambahan minyak jagung. Hal ini sesuai dengan konsumsi Beta-N dalam ransum perlakuan yang semakin menurun seiring dengan penambahan minyak jagung. Akan tetapi pada penelitian ini koefisien cerna tertinggi pada ransum kontrol MJ0=67.93% , terendah pada MJ3 =55.61%. Total Digestible Nutrien(TDN) Kebutuhan TDN pada ternak domba bobot badan 15-20 kg dengan pertambahan bobot badan 50-100 ghari-1 yaitu 290-380gekor-1 hari-1 (Kearl1982), hal tersebut menandakan bahwa konsumsi TDN pada penelitian ini masih dalam kisaran normal, yaitu sekitar 321.38-363.17 gekor-1 hari-1 namun pada perlakuan MJ0 masih lebih tinggi dari kisaran normal yaitu 418.50 gekor-1 hari-1. Koefisien cerna TDN antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) (Tabel 4), hal ini menunjukan bahwa subtitusi sebagian bungkil kelapa dengan pemberian berbagai level minyak jagung hingga 4.5% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap koefisien cerna TDN antar perlakuan. Menurut Perry et al. (2003), nilai TDN dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecernaan bahan kering dan jumlah lemak dalam bahan kering yang dapat dicerna. Nilai TDN yang diperoleh pada penelitian ini cukup tinggi diduga jugakarena kecernaan bahan kering yang tinggi pada masing-masing perlakuan.
11
SIMPULAN Substitusi sebangian bungkil kelapa dengan pemberian berbagai level minyak jagung pada ransum domba jantan lokal muda tidak memberikan pengaruh terhadap kecernaan zat makanan yang meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan TDN , namun sangat berpengaruh terhadap kecernaan Beta-N. DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. Adawiah, T. Sutardi., T. Toharmat, W. Manalu., dan N. Ramli. Respon seplementasi sabun mineral dan Mineral Organik Serta Kacang Kedelai Sangria PadaKecernaanNutrient Pakan dan Lemak Serum Domba. JIndonTropAnimAgric. 31 [4] Baldwin, R. L., M. J. Alinson. 1983. Rumen Metabolism. J Anim Sci. 57:461-475 Ensminger, M.E. 2002. Sheep and Goat Science. Interstate Publishers, Inc., Illinois. Hendriks, AT.W.M, and G, Zeeman. 2009. Pretreatments to enhance the digestibility of lignocellulosic biomas. Bioresour Technol 100 : 10-18 Haddad, S. G., H. M. Younis. @004. The effect of adding ruminally protected fat in fattening diets on nutrient intake, digestibility and growth performance of awassi lambs. J Anim Sci. Technol. 113:61-69 Kearl,L.C.1982. Nutrient Requirement of Ruminanis in Developing Countries. International Feedstuff Utah Agricultural Experiment Station. 1st ed. Utah state University, Logan (US): Pearson Education Inc. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak pangan. Jakarta. (ID):UIPress. Manso, T., T. Castro A. R. Mantecon, V. Jimeno. 2006. Effect of palm Oil and Calcium Soaps of Palm Oil Fatty Acids in Fattening Diets on Digestibility, Performance and Chemical Body Copisition of Lambs. J. Anim. Feed Sci. Technol. 127:175-186 National Research Council (NRC). 1985. Nutrien Requirements of Sheep. 6th Edition Washington, DC (US) . National Academy Press. Nurhajah, S. 2007. Produk metabolism rumen pada domba jantan. J Animal Production. 9:1:9-13 Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak ruminansia. Jakarta. (ID):Penerbit Universitas Indonesia. Perez, J,, J, Munoz-Dorado., T, de la Rubia., & J, Martinez. 2002. Biodegradation and biological treatments of cellulose, hemicelluloses, and lignin : anoverview. Int Microbiol 5:53-63. Perry, T. W., A. E. Cullison, & R. S. Lowrey. 2003. Feeds & Feeding. 6th Edition.New Jersey.(US) Pearson Education Inc. Pond, W.G., D.C. Church, K.R. Pond and P.A. Schoknecht. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th Ed. John Wiley and Sons, Inc. United States.(US): 91-109.
12
Riyadi, Slamet., S. Rahayu, M. Baihaqi. 2008. Sifat Fisik dan Asam lemak Daging Domba yang diberi Pakan Ransum Komplit dan hijauan dengan Persentase yang Berbeda. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Santoso, U. Kazuhiro, K. Toru, O. Tadahiro, T and Akio, M. 2006. Nutrien composition of kopyor coconuts (Cocos niftera L). Food Chemistry,51 (2) 299304. Sardesai, V. M. 1992. Nutrional role of polyunsaturated fatty acids. J Nutr Biochem. 3:154162 Standar Nasional Indonesia 01-2904-1996. Bungkil Kelapa/bahan baku Pakan. Jakarta (ID) Dewan standarisasi Nasional. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Jakarta. (ID):PT. Gramedia, Pustaka Utama. Suci, A.A., K.G. Wiryawan, R. Mutia. 2011. Analisis kecernaan pakan dengan sumber energy berbeda pada domba local jantan lepas sapih. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut PertanianBogor. Sudarman, A., K.G. Wiryawan, dan H. Markhamah. 2008. Penambahan sabunkalsium dari minyak ikan lemuru dalam ransum: 1. Pengaruhnya terhadap tampilan produksi domba. J Med Pet. 31(3):166-171. Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta. (ID): Gadjah Mada University Press. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-5. Yogyakarta. (ID): Gadjah Mada University Press. Wardeh, M. F. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for frrd. [Ph. D. dissertasion], Logan (US): Utah State Univ
13
Lampiran 1 Sidik ragam(ANOVA) dan uji lanjut polinomual ortohogonal kecernaanbahan kering. SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 614.025 55.820 22.518 242.983 6083.317 Perlakuan 3 70.809 23.603 9.522 215.707 5403.352 * Linier 1 1.695 1.695 0.684 161.448 4052.181 Kuadratik 1 4.279 4.279 1.726 161.448 4052.181 Kubik 1 1.894 1.894 0.764 161.448 4052.181 Kelompok 2 528.343 264.172 106.568 199.500 4999.500 Galat 6 14.873 2.479 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah Lampiran 2 Sidik ragam(ANOVA) kecernaan bahan organik SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 588 53.469 22.198 4.027 7.790 Perlakuan 3 75 25.076 10.410 4.757 9.780
TS
Kelompok 2 498 249.241 103.475 5.143 10.925 Galat 6 14 2.409 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah Lampiran 3 Analisa sidik Ragam(ANOVA) kecernaan lemak kasar SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 43.744 3.976 0.831 4.027 2.919 TS Perlakuan 3 4.941 1.647 0.344 4.757 3.288 Kelompok 2 10.112 5.056 1.057 5.143 3.463 Galat 6 28.691 4.781 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah Lampiran 4 Sidik ragam(ANOVA) kecernaan protein kasar SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 986.839 89.713 3.548 4.027 7.012 TS Perlakuan 3 258.637 86.212 3.410 4.757 7.342 Kelompok 2 576.505 288.253 11.401 5.143 11.259 Galat 6 151.697 25.283 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah Lampiran 5 Sidik ragam(ANOVA) kecernaan serat kasar SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 725.442 65.949 6.675 4.027 7.027 Perlakuan 3 138.506 46.169 4.673 4.757 9.780 TS Kelompok 2 527.653 263.827 26.702 5.143 10.108 Galat 6 59.283 9.880 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah
14
Lampiran 6 Sidik ragam(ANOVA) kecernaan BETA-N SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 73 86.803 29.774 4.027 7.790 Perlakuan 3 287 95.747 32.842 4.757 9.780 ** Linier 1 2 1.899 0.789 5.987 13.745 Kuadratik 1 5 4.523 1.878 5.987 13.745 Kubik 1 2 1.936 0.804 5.987 13.745 Kelompok 2 650 325.050 111.494 5.143 10.925 Galat 6 17 2.915 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah
Lampiran 7 Sidik Ragam(ANOVA) TDN SK DB JK KT Fhit F(0.05) F(0.01) Total 11 513.917 46.720 9.658 4.027 7.790 Perlakuan 3 37.724 12.575 2.600 4.757 9.780 TS Kelompok 2 447.170 223.585 46.221 5.143 10.925 Galat 6 29.024 4.837 SK: Sumber keragaman, db: derajat Bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: Kuadrat Tengah
15
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak petama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sukarnodan Ibu Erlina. Awal pendidikan dasar penulis ditempuh pada tahun 1996 di SDN Taman Pagelaran Bogor dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan menengah pertama dilanjutkan di SMPN 6 Bogor dan diselesaikan pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6Bogordan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama masa pendidikan, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan dalam kampus. Anggota aktif sebagai UKM MAX!! , kepanitiaan IAC 2011 Institut Pertanian Bogor dan menjadi peserta OMI 2010 dan 2011 kategori senam aerobic. Penulis juga menjadi juara 1 kategori vocal group 2011. Penulis mengikuti kepanitiaanMeet Cowboy 47 tahun 2011. Selain itu penulis juga aktif mengisi acara di IPB bersama tim vocal group INTP 45 dan penulis juga aktif mengikuti keorganisasian luar kampus.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Kukuh Budi Satoto. danDr. Ir. Lilis Khotijah M.si selaku pembimbing. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga untuk keluarga dan orang orang terpenting dalam hidup saya yaitu ibunda tercintaIbu Erlina, ayahanda Bapak Sukaro, adik-adik tercinta Teguh Dwi pambudi, Dian Aysri dan Diva Septiana Sukarno Putri yang selalu memberikan dukungan moril, materil, segala doa, kesabaran dan kasih sayang yang tiada hentinya. Terima kasih untuk sahabat terdekat, Denbeti, Selviana Yustika Moechry S.Pt, Biastika Febbyancha, Teman-teman satu penelitian Baby Sheep Indari ici, Ponam Lesianti, Indri Nopita, Dara O sari dan Andrew Darmawandan teman teman Genetic 45 (INTP 45) yang selalu memberikan dukungan semangat dan bantuan dengan tali kasih persahabatan yang begitu indah.