PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH (STUDI SITUS DI GUGUS I SLAMET RIYADI UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA)
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Kepada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh:
PENI SESOTIJOWATI NIM Program Studi Konsentrasi
: Q. 100 130 101 : Magister Administrasi Pendidikan : Administrasi Pendidikan Dasar
SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i
ii
PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH (STUDI SITUS DI GUGUS I SLAMET RIYADI UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA) Peni Sestijowati, Bambang Sumardjoko, Tjipto Subadi ABSTRACT The objectives of the research are to describe: 1) the elementary schools’ cluster management as a strategy to improve the schools’ quality , covering planning, organizing, actuating, and controlling; and 2) the supporting and inhibiting factors of elementary schools cluster management in facilitating the teachers’ and the principals’ activities at the elementary schools cluster at Cluster I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan of Surakarta. The type of the research is a qualitative research. The design of the researh is ethnographical design. The research was undertaken at Cluster I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan of Surakarta. The data collecting method is done using observation, in-depth interview, and document techniques. The data analysis is done using interactive model consists of three main components, namely data reduction, data display, and verification. The research concludes that: 1) the elementary schools’ cluster management as a strategy to improve the schools’ quality , covering planning, organizing, actuating, and controlling. The cluster’s activities cover the activities for principals, teachers, and students. The activities for teachers were grouped into lower and higher classroom teachers. The controlling activities were done by the school supervisor; and 2) the inhibiting factor of the school cluster management in facilitating the teachers and principals activities cover the financial problem and the human resources quality’s inequality. The supprting factors of the school cluster management cover the teachers’ demand for achievement, leadership factor, and schools’ facilities
Keywords: the elementary schools, cluster management, the teachers empowerment.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sebagai strategi untuk meningkatkan mutu sekolah, yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian; dan 2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah etnografi. Penelitian dilakukan di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
1
2
menggunakan teknik observasi, wawancara, mendalam, dan dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif yang mencakup tiga komponen utama, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sebagai strategi peningkatan kualitas sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atau pengawasan. Pelaksanaan kegiatan gugus mencakup kegiatan untuk kepala sekolah, kegiatan untuk guru, dan kegiatan untuk siswa. Kegiatan untuk guru dikelompokkan ke dalam kegiatan guru kelas rendah dan guru kelas tinggi. Pengawasan kegiatan gugus dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang menjadi pembina gugus tersebut.; dan 2) Faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah adalah berupa faktor pembiayaan dan kurang meratanya kualitas SDM. Faktor pendukung pengelolaan Gugus terdiri dari adanya keinginan berprestasi, faktor kepemimpinan, dan sarana-prasarana yang memadai.
Kata kunci: Pengelolaan, gugus sekolah dasar, pemberdayaan guru
PENDAHULUAN Gugus sekolah dasar merupakan kumpulan dari beberapa sekolah (3-8 sekolah) yang berdekatan dimana guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat melakukan kegiatan-kegiatan secara bersama-sama untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan. Dimana kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang mereka temui selama melaksanakan tugas sebagai guru. Didalam wadah gugus sekolah terdapat kelompok yang aktif melakukan kegiatan pemberdayaan, yaitu kelompok kerja guru (KKG) dan kelompok kerja kepala sekolah (KKKS). Dalam mekanisme organisasi, gugus sekolah SD merupakan bentuk kerjasama kelompok, seperti yang dirumuskan oleh McDavid dan Harari (Pagewa, 2004:128), bahwa kelompok merupakan suatu sistem yang terorganisir terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya, dan mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3
Sistem pembinaan profesionalisme guru tersebut, menurut Bafadal (2006: 58), dijelaskan sebagai suatu sistem pembinaan yang diberikan kepada guru dengan menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan melalui berbagai wadah profesional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sebagai suatu sistem, pembinaan profesional di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan erat, sehingga apabila ada satu atau beberapa komponen yang tidak berperan sesuai fungsinya maka sistem itu sendiri tidak akan berjalan dengan baik. Peningkatan profesionalisme guru, khususnya pada pendidikan dasar, menurut Goodwin dan Kosnik (2013: 336) memerlukan pembinaan yang dilakukan oleh guruguru yang lebih berpengalaman. Hal ini dikarenakan bahwa untuk mengajar di jenjang pendidikan dasar merupakan sesuatu yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan yang khusus dan metode-metode yang profesional yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pembinaan. Hal ini dikemukakan oleh Goodwin dan Kosnik sebagai berikut: “learning to teach for P–12 is complex and requires the acquisition of specialized knowledge and professional methods through formal study and apprenticeship”. Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar merupakan satu bentuk sistem onservice training dengan pola utama dialogis yang dipandu oleh mitra kerja dari satuan pendidikan yang lebih tinggi atau guru SD senior, termasuk para guru yang memiliki latar belakang pendidikan melebihi standar guru SD. Dalam praktek operasional pada Gugus Sekolah yang diamati melalui kegiatan prasurvey ditemui berbagai fenomena yang diduga menghambat pelaksanaan Pembinaan Sistem Gugus SD secara efektif dan efisien. Berangkat dari gejala tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat kepermukaan, terutama mencari akar permasalahan serta memberikan solusi praktis berdasarkan kerangka teoritis yang relevan. Permasalahan yang hendak digali adalah berkaitan dengan efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang dilakukan di lingkungan Gugus Sekolah Dasar di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota
4
Surakarta. Dengan penelitian yang dilakukan tersebut, maka diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas pengelolaan gugus untuk dijadikan sebagai percontohan bagi gugus gugus sekolah lain. Penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan gugus Sekolah Dasar dan kaitannya dengan peningkatan kualitas guru dilakukan oleh Izumi (2009) dengan judul ”How to Develop Teacher Autonomy through Classroom Research”. Fokus kajian penelitian yang dilakukan Izumi adalah bagaimana mengembangkan kemandirian guru melalui penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 orang guru yang berpartisipasi dalam program pelatihan guru. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan longitudinal di mana subjek yang diteliti diamati secara terus menerus selama 2 tahun selama mereka mengikuti program pelatihan. Program pelatihan diberikan kepada para peserta untuk melakukan penelitian tindakan kelas terhadap pembelajaran yang mereka lakukan. Setelah diberi pelatihan, para peserta secara kontinyu menyerahkan data berupa dokumen perencanaan pembelajaran dan video pelaksanaan pembelajaran, serta hasil penelitian tindakan yang dilakukan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa subjek penelitian mampu meningkatkan kesadaran dan merubah sikap mereka dalam pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada peserta berlangsung dalam empat bidang, yaitu perubahan diri, adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran, peningkatan hubungan kerjasama antar guru, dan kemandirian guru. Penelitian lain dilakukan oleh Nodoushan (2009) dengan judul ”Improving learning and teaching through action research”. Fokus kajian dalam penelitian Nodoushan adalah pada peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan. Metode yang digunakan dalam penelitian Nodoushan adalah studi pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat terjadi karena guru lebih memahami apa yang terjadi dengan pembelajaran yang dilakukan sehingga ia dapat memperbaiki kelemahan yang ada.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Nilsen (2009) dengan judul ”Influence on Student Academic Behaviour through Motivation, Self-Efficacy and Value-Expectation: An Action Research Project to Improve Learning”. Fokus kajian Nilsen adalah peningkatan kualitas pembelajaran berupa perbaikan perilaku akademik siswa yang mencakup motivasi, efikasi diri, dan ekspektasi nilai-nilai melalui penelitian tindakan kelas. Metode yang digunakan oleh Nielsen adalah pendekatan longitudinal dengan desain tindakan kelas. Subjek penelitian adalah mahasiswa sejak mereka masuk kuliah hingga tahun ketiga mereka di akademi. Pengamatan dilakukan secara periodik setiap akhir tahun ajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan berdampak positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan makin meningkatnya motivasi belajar, efikasi diri, dan ekspektasi nilai-nilai pada sebagian besar subjek, yaitu 84% pada akhir tahun ketiga pengamatan yang dilakukan. Penelitian lain yang relavan dilakukan oleh Hoque, Alam, dan Abdullah (2011) dengan judul ”Impact of teachers’ professional development on school improvement— an analysis at Bangladesh standpoint”. Fokus penelitian yang dilakukan Hoque, dkk., adalah tentang peningkatan kualitas pembelajaran melalui aktivitas profesionalisme guru berupa penelitian tindakan. Penelitian Hoque, dkk., merupakan penelitian survei dengan desain korelasional untuk menguji keterkaitan antara perkembangan aktivitas profesional guru dengan peningkatan pembelajaran di sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru sekolah menengah di Kota Dhaka, Bangladesh. Jumlah populasi adalah 338 orang kepala sekolah dan 10.634 guru. Sampel dalam penelitian terdiri dari 127 kepala sekolah dan 697 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas profesional guru berkorelasi positif dengan peningkatan pembelajaran di sekolah. Penelitian
lain
dilakukan
oleh
Ferguson-Patrick
(2011)
yang berjudul
”Professional development of early career teachers: A pedagogical focus on cooperative learning”. Fokus dalam penelitian yang dilakukan oleh Ferguson-Patrick adalah peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Kualitas
6
pembelajaran dimanifestasikan dalam bentuk kemampuan pedagogik yang dimiliki oleh guru setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang guru, yaitu satu orang guru yang masih dalam tahap pengenalan atau tahun pertama menjadi guru dan satu orang guru yang sudah mengajar selama tiga tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang lebih lama mengajar, yaitu sudah tiga tahun mengajar, lebih menguasai pedagogi pembelajaran dengan baik dibandingkan dengan guru yang relatif baru, yaitu baru mengajar pada tahun pertama. Mengacu pada latar belakang permasalahan tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sebagai strategi untuk meningkatkan mutu sekolah, yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta; 2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. METODE PENELITIAN Mengacu pada tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan manajemen gugus Sekolah Dasar, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif, menurut Sutama (2012: 32) bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari perspektif partisipan. Desaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi. Pendekatan etnografi, menurut Sutopo (2006: 32) dikatakan sebagai suatu desain yang lebih berfokus pada subjek pokok yang diteliti. Adapun fokus yang dikaji dalam penelitian etnografi adalah mengenai bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, maka dalam studi etnografi tersebut peneliti berusaha untuk memahami bagaimana orang memandang dan merumuskan struktur di dunia kehidupannya sendiri sehari-hari dan budaya mereka. Etnografi menurut Malinowski (dalam Bungin, 2004: 118) dikatakan sebagai “to grasp the native point of view, his relation to life, to realize his vision of his world”.
7
Sedangkan menurut Spradley dikatakan bahwa etnografi adalah belajar dari masyarakat dan ingin mengetahui tentang bagaimana masyarakat itu sendiri memberi konsep tentang dunia yang sedang mereka jalani, tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan dalam merespons lingkungan di mana mereka hidup. Penelitian dilaksanakan di Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa gugus sekolah tersebut merupakan gugus sekolah yang berprestasi sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai percontohan bagi gugus-gugus SD lain yang ada di Kota Surakarta. Adapun penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu mulai bulan Mei 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumen (Sutopo, 2006: 44). Teknik observasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi penelitian. Selain observasi, teknik lain yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan analisis dokumen. Pemilihan rancangan analisis untuk penelitian dengan pendekatan kualitatif didasarkan pada tiga komponen utama (Sutopo, 2006: 112). Ketiga komponen pokok tersebut meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan keabsahan data. Cara-cara pengembangan keabsahan data menurut Sutopo (2006: 92) antara lain meliputi teknik trianggulasi, reviu informan kunci (key informant review) dan pengecekan dengan anggota (member check). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta sebagai strategi peningkatan mutu sekolah Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atau pengawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan
8
program gugus didasarkan pada enam aspek yang terdiri dari: lain : a) Azas : dari, oleh, dan untuk guru; b) Identifikasi/ analisis kebutuhan; c) Peta prioritas; d) Realistis dan dapat dilaksanakan e) Bermakna; dan f) Kebutuhan bersama. Program yang disusun mencakup program untuk Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas, serta siswa. Pelaksanaan kegiatan gugus di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta mencakup kegiatan untuk kepala sekolah, kegiatan untuk guru, dan kegiatan untuk siswa. Kegiatan untuk guru dikelompokkan ke dalam kegiatan guru kelas rendah dan guru kelas tinggi. Kegiatan dilaksanakan secara terpisah dan dilakukan satu bulan dua kali, yaitu hari Sabtu minggu ke I dan minggu ke III untuk guru kelas rendah (guru kelas I, II, dan III), sedangkan hari Sabtu minggu ke II dan minggu ke IV untuk guru kelas tinggi (guru kelas IV, V, dan VI). Kegiatan yang dilakukan berupa acara rutin dan kegiatan pengembangan. Pelaksanaan kegiatan gugus SD di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Kedua kegiatan KKG tersebut adalah KKG untuk guru kelas rendah (kelas I, II, dan III), dan KKG untuk guru kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI). Pengawasan kegiatan gugus SD di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang menjadi pembina gugus tersebut. Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar kegiatan gugus tidak menyimpang dari peraturan perundangan yang berlaku dan agar sesuai dengan perencanaan yang sudah dilakukan. Temuan bahwa pelaksanaan pengelolaan gugus berfokus pada pengembangan kompetensi guru yang pada gilirannya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferguson-Patrick (2011) yang berjudul ”Professional development of early career teachers: A pedagogical focus on cooperative learning”. Fokus dalam penelitian yang dilakukan oleh FergusonPatrick adalah peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Kualitas pembelajaran dimanifestasikan dalam bentuk kemampuan pedagogik yang
9
dimiliki oleh guru setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang guru, yaitu satu orang guru yang masih dalam tahap pengenalan atau tahun pertama menjadi guru dan satu orang guru yang sudah mengajar selama tiga tahun. Temuan ini juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nodoushan (2009) dengan judul ”Improving learning and teaching through action research” dan Nilsen (2009) dengan judul ”Influence on Student Academic Behaviour through Motivation, Self-Efficacy and Value-Expectation: An Action Research Project to Improve Learning”, serta Izumi (2009) dengan judul ”How to Develop Teacher Autonomy through Classroom Research”. Fokus kajian dalam penelitian Nodoushan adalah pada peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan. Metode yang digunakan dalam penelitian Nodoushan adalah studi pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat terjadi karena guru lebih memahami apa yang terjadi dengan pembelajaran yang dilakukan sehingga ia dapat memperbaiki kelemahan yang ada. Fokus kajian Nilsen adalah peningkatan kualitas pembelajaran berupa perbaikan perilaku akademik siswa yang mencakup motivasi, efikasi diri, dan ekspektasi nilai-nilai melalui penelitian tindakan kelas. Metode yang digunakan oleh Nielsen adalah pendekatan longitudinal dengan desain tindakan kelas. Subjek penelitian adalah mahasiswa sejak mereka masuk kuliah hingga tahun ketiga mereka di akademi. Pengamatan dilakukan secara periodik setiap akhir tahun ajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan berdampak positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan makin meningkatnya motivasi belajar, efikasi diri, dan ekspektasi nilai-nilai pada sebagian besar subjek, yaitu 84% pada akhir tahun ketiga pengamatan yang dilakukan. Fokus
kajian
penelitian
yang
dilakukan
Izumi
adalah
bagaimana
mengembangkan kemandirian guru melalui penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 orang guru yang berpartisipasi dalam program pelatihan guru. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan longitudinal di mana subjek yang
10
diteliti diamati secara terus menerus selama 2 tahun selama mereka mengikuti program pelatihan. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta serta solusi yang dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang menjadi penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah berupa faktor pembiayaan dan kurang meratanya kualitas SDM. Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan swadaya untuk mengatasi hambatan berupa pembiayaan dan memberikan motivasi kepada guru melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah kurang meratanya kualitas SDM guru. Faktor pendukung pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta terdiri dari adanya keinginan berprestasi, faktor kepemimpinan, dan sarana-prasarana yang memadai. Ketiga faktor tersebut saling bersinergi menjadi penentu dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Temuan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hoque, Alam, dan Abdullah (2011) dengan judul ”Impact of teachers’ professional development on school improvement—an analysis at Bangladesh standpoint”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas profesional guru berkorelasi positif dengan peningkatan pembelajaran di sekolah. PENUTUP Simpulan Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sebagai strategi peningkatan kualitas sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta mencakup
11
aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atau pengawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan program gugus didasarkan pada enam aspek yang terdiri dari: lain : a) Azas : dari, oleh, dan untuk guru;
b) Identifikasi/ analisis
kebutuhan; c) Peta prioritas; d) Realistis dan dapat dilaksanakan e) Bermakna; dan f) Kebutuhan bersama. Program yang disusun mencakup program untuk Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas, serta siswa. Pelaksanaan kegiatan gugus di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta mencakup kegiatan untuk kepala sekolah, kegiatan untuk guru, dan kegiatan untuk siswa. Kegiatan untuk guru dikelompokkan ke dalam kegiatan guru kelas rendah dan guru kelas tinggi. Kegiatan dilaksanakan secara terpisah dan dilakukan satu bulan dua kali, yaitu hari Sabtu minggu ke I dan minggu ke III untuk guru kelas rendah (guru kelas I, II, dan III), sedangkan hari Sabtu minggu ke II dan minggu ke IV untuk guru kelas tinggi (guru kelas IV, V, dan VI). Kegiatan yang dilakukan berupa acara rutin dan kegiatan pengembangan. Pengawasan kegiatan gugus SD di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang menjadi pembina gugus tersebut. Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar kegiatan gugus tidak menyimpang dari peraturan perundangan yang berlaku dan agar sesuai dengan perencanaan yang sudah dilakukan. Faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah adalah berupa faktor pembiayaan dan kurang meratanya kualitas SDM. Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan swadaya untuk mengatasi hambatan berupa pembiayaan dan memberikan motivasi kepada guru melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah kurang meratanya kualitas SDM guru. Faktor pendukung pengelolaan Gugus terdiri dari adanya keinginan berprestasi, faktor kepemimpinan, dan sarana-prasarana yang memadai. Ketiga faktor tersebut saling bersinergi menjadi penentu dalam
12
memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apabila organisasi gugus sekolah dikelola dengan baik, maka akan semakin baik pula kinerja yang dilakukan gugus sekolah tersebut. 2. Apabila pengelolaan organisasi gugus sekolah dilakukan secara optimal, maka akan semakin besar pula manfaat yang diperoleh guru sebagai anggota gugus sekolah. 3. Apabila pemberdayaan guru dilakukan dengan baik, maka guru akan semakin mampu mengembangkan kapasitas diri mereka secara optimal. Saran Bagi guru. Guru hendaknya lebih aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan organisasi profesi yang ada. Hal ini dimaksudkan agar standarisasi pembelajaran pada mata pelajaran yang diampu lebih mudah dilakukan. Bagi Kepala Sekolah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keberadaan Gugus Sekolah dapat menjadi wahana bagi kepala sekolah untuk berbagi pengalaman dalam pengelolaan sekolah. Untuk itu disarankan kepada kepala sekolah untuk terlibat secara lebih aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi gugus ataupun MKKS. Bagi Instansi Terkait. Dinas Pendidikan disarankan untuk memberikan pembinaan yang lebih intensif kepada gugus sekolah sehingga dapat menjadi wahana pemberdayaan guru dan kepala sekolah. DAFTAR PUSTAKA Arroyo, Agonaldo. 2010. ”Context based learning: A role for cinema in science education”. Science Education International Journal Vol.21, No.3, September 2010, 131-143, http://www.proquest.umi.com diakses pada 30 Maret 2015. Bafadal, I. 2006. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Bray, Mark. 1998. School Clusters in the Third World: Making Them Work. Paris: UNESCO International Institute for Educational Planning.
13
Ferguson-Patrick, Kate. 2011. “Professional development of early career teachers: A pedagogical focus on cooperative learning”. Issues in Educational Research Vol.21, No. 2, 2011, pp: 109 – 129, http://www.proquest.umi.com diakses pada 30 Maret 2015. Fraenkel, Jack. R., and Norman E. Wallen. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education 8th Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education. Giordano, Elizabeth A. 2008. School Clusters and Teacher Resources Centre. Paris: UNESCO International Institute for Educational Planning. Heyward, Mark., Robert A. Cannon., and Sarjono. 2011. “Implementing School-Based Management in Indonesia”. Research Report. New Colombia: RTI Press Hien, Tranh T T., 2009. “Why is action research suitable for education?”. VNU Journal of Science, Foreign Languages 25 (2009) 97-106, http://www.proquest.umi.com diakses pada 25 Pebruari 2015. Hoque, Kazi Enamul., Ghazi Mahabbul Alam., and Abdul Ghani K. Abdullah. 2011. “Impact of teachers’ professional development on school improvement—an analysis at Bangladesh standpoint” Asia Pacific Education Research Vol. 12, 2011, pp: 337-348, http://www.proquest.umi.com diakses pada 25 Pebruari 2015. Izumi, Emiko. 2009. “How to Develop Teacher Autonomy through Classroom Research”. Kenkyu Kiyo 114 (2009), 1-9, Hyogo Prefectural Educational Training Institute, http://www.proquest.umi.com diakses pada 25 Pebruari 2015. Julia, Ratna. 2008. “Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG)”. Makalah. Disampaikan dalam Forum Pengembangan Kelompok Kerja Guru di Padang, pada 2 Mei 2008. Miles, Matthew B., and A. Michael Huberman. 2009. Qualitative Data Analysis 8th Edition. London: Sage Publication. Muslim, Sri Banun. 2010. Supervisi Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Profesional Guru. Bandung: Alfa Beta. Pellini, Arnaldo & Kurt Bredenberg. 2014. “Basic Education Clusters in Cambodia: Looking at the Future while Learning from the Past”. Journal of Development in Practice Vol. 1 No. 1, pp: 1-26, http://www.proquest.umi.com diakses pada 25 Pebruari 2015. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Samino. 2009. Pengantar Manajemen Pendidikan. Surakarta: Fairuz Media. Suhardi, Tape & Bambang Irianto. 2010. Petunjuk Teknis: Implementasi Manajemen Sekolah, PAKEM, dan Peran Serta Masyarakat Melalui Gugus Sekolah. Jakarta: Ditjen Pembinaan TK & SD, Ditjen Mandikdasmen Depdiknas.
14
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media. Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Prakteik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyudin, Din. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka