Studi Industri Kerajinan Gerabah (Yuni Faridatul Fatimah) STUDI INDUSTRI KERAJINAN GERABAH KASONGAN DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL (THE STUDY OF THE CRAFT OF POTTERY KASONGAN IN VILLAGE BANGUNJIWO SUB DISTRICT KASIHAN DISTRICT BANTUL) oleh: yuni faridatul fatimah, program studi pendidikan geografi, fakultas ilmu sosial, universitas negeri yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Proses pembuatan gerabah Kasongan; 2) Macam-macam produk inovasi kerajinan gerabah Kasongan; 3) Peta pemasaran produk kerajinan gerabah Kasongan; 4) Hambatan yang ada dalam industri gerabah Kasongan; 5) Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada dalam industri gerabah Kasongan; 6) Hubungan modal dengan jumlah tenaga kerja dalam industri gerabah Kasongan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 582 pengrajin, teknik pengambilan sampel dengan Proportionate Stratified Random Sampling, menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10% maka jumlah sampel yang didapat adalah 85 pengrajin. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumetasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pembuatan gerabah meliputi tahap persiapan, pengolahan bahan, pembentukan badan gerabah, pengeringan, pembakaran, dan finishing. Teknik pembentukan badan gerabah dilakukan dengan dua macam cara yaitu a). Teknik putar dan b). Teknik cetak; 2) Macam-macam produk inovasi gerabah Kasongan berupa guci, souvenir, patung-patung besar, pot panjang, wuwung (hiasan pada atap rumah); 3) Pemasaran gerabah Kasongan meliputi pemasaran dalam dan luar negeri, pemasaran dalam negeri ke Yogyakarta, Jakarta, Solo, Boyolali, Semarang, Magelang, Cilacap, Wonosobo, Surabaya, Bandung, Bali, Makassar, Papua, Kalimantan Barat, Lampung, Sumatera Barat, dan Aceh. Pemasaran luar negeri ke Negara Malaysia, India, Australia, Amerika, Jepang, Kanada, Belanda, dan Eropa; omset penjualan gerabah tertinggi yaitu tahun 2008 dengan omset di dalam negeri sebesar 13,5 milyar dan di luar negeri sebesar 15,7 milyar; 4) Hambatan dalam industri kerajinan gerabah Kasongan meliputi: a). Hambatan fisik (alam) berupa hambatan musim, b). Hambatan dalam proses pembuatan berupa model yang sulit, c). Hambatan pemasaran berupa persaingan dengan produk lain, d). Hambatan produk yang mudah pecah; 5) Upaya mengatasi hambatan meliputi: a). Menggunakan mesin pengering gerabah, b). Berlatih membuat desain baru, c). Membuat media promosi dengan media cetak maupun elektronik, d). Melakukan proses pembakaran dengan sempurna; 6) Hubungan modal dan jumlah tenaga kerja memiliki hubungan positif karena semakin banyak jumlah tenaga kerja, semakin besar modal yang dikeluarkan oleh pengrajin.
Kata kunci: Industri Kerajinan, Gerabah
ABSTRACT This study aims to determine: 1) The process of making pottery Kasongan; 2) Various kinds of pottery Kasongan product innovation; 3) Map pottery Kasongan product marketing; 4) barriers that exist in the pottery industry Kasongan; 5) Efforts to overcome the barriers that exist in the pottery industry Kasongan; 6) The relationship of capital by the amount of labor in the pottery industry Kasongan. This research is descriptive. The population in this study was 582 artisans, the sampling technique with Proportionate Stratified Random Sampling, using Slovin formula with an error level of 10 %, the number of samples obtained were 85 craftsmen. Methods of data collection using observation, interviews, questionnaires, and documentation. Data were analyzed using descriptive quantitative analysis with frequency table. The results showed that: 1) The process of making pottery includes the preparation, processing materials, earthenware body formation, drying, firing, and finishing. Techniques earthenware body formation is done in two ways, namely a). Rotary techniques and b). Printing techniques; 2) Various product innovations such Kasongan earthenware jars, souvenirs, figurines large, long pot, wuwung (decoration on the roof of the house);
3) Marketing pottery Kasongan include marketing at home and abroad, domestic marketing to Yogyakarta, Jakarta, Solo, Boyolali, Semarang, Magelang, Cilacap, Wonosobo, Surabaya, Bandung, Bali, Makassar, Papua, West Kalimantan, Lampung, West Sumatra, and Aceh. Overseas marketing to Negara Malaysia, India, Australia, USA, Japan, Canada, the Netherlands, and Europe; pottery sales turnover in 2008 with the highest turnover in the country amounted to 13.5 billion and abroad of 15.7 billion; 4) Barriers in the pottery industry Kasongan include: a). Physical barriers (natural) form barriers season, b). Obstacles in the process of making a difficult form of the model, c). Marketing barriers in the form of competition with other products, d). Barriers fragile products; 5) Efforts to overcome barriers include: a). Using a dryer machine pottery, b). Practicing create new designs, c). Create a media campaign with print and electronic media, d). Perfect combustion process; 6) The relationship of capital and labor has a positive relationship because the more the number of labor, the greater capital issued by craftsmen. Keyword: Craft Industry, Pottery
Bangunjiwo adalah sebuah desa yang terletak di
PENDAHULUAN Industri
merupakan
salah
satu
kegiatan
perekonomian yang sangat berperan dalam peningkatan
pembangunan
di
Indonesia.
Kegiatan industri dapat menyerap banyak tenaga kerja
sehingga
akan
mengurangi
pengangguran.Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya,
termasuk
kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri (UU No. 5 Tahun 1984).
bagian Selatan Kecamatan Kasihan. Desa ini berjarak 7 km dari Kota Yogyakarta. Luas Desa Bangunjiwo adalah 15.43 km2dan memiliki jumlah
penduduk
27.154
Kependudukan
Desa
2013).Wilayah
industri
meliputi Dusun Goren,
Beton,
Sembungan,
jiwa.
(Data
Bangunjiwo
tahun
gerabah
Kasongan
Jerontabag, Jagan, Turen, Kasongan,
Gedongan,
Karangpule,
Kalongan,
Tirto,
Kalipucang, Gesik, Kajen, dan Sentanan. Jumlah pengrajin gerabah Kasongan adalah 582 orang (Unit Pelayanan Teknis/UPT Pengembangan Keramik Kasongan, data setelah bencana gempa
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota
bumi tahun 2006).
besar dengan kegiatan perekonomian yang tinggi karena banyak terdapat kegiatan industri. Salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki banyak industri yaitu Kabupaten Bantul meliputi industri gerabah, kulit, kipas, patung batu, bambu dan patung kayu primitif. Salah
satu
industri
yang
banyak
dikenal
masyarakat yaitu industri gerabah Kasongan terletak Kasihan.
di
Desa
Bangunjiwo
Kecamatan
Masalah yang dihadapi oleh para pengrajin gerabah yaitu sulitnya mendapatkan bahan baku untuk pembuatan gerabah. Para pengrajin sulit mendapatkan bahan baku berupa tanah liat karena
ketersediaannya
semakin
berkurang.
Hambatan yang dihadapi pengrajin selain bahan baku, yaitu modal. Modal yang dikeluarkan pengrajin cukup banyak hanya untuk membeli tanah liat (bahan baku). Harga bahan baku tanah
liat per coltnya adalah Rp 450.000,00 (UPT
sehingga menghambat pengembangan industri
Pengembangan Keramik Kasongan). Musim juga
ini. Tenaga kerja dalam industri ini didominasi
menjadi
produksi
oleh golongan orang yang sudah berumah
gerabah. Pada saat musim penghujan proses
tangga. Generasi muda yang berkerja menjadi
pengeringan gerabah memerlukan waktu yang
pengrajin gerabah hanya sedikit. Berdasarkan
lebih lama daripada saat musim kemarau. Proses
latar belakang masalah tersebut, maka penulis
pembuatan gerabah yang masih tradisional juga
tertarik
menjadi hambatan dalam industri kerajinan
penelitian
dengan
gerabah Kasongan. Peralatan produksi gerabah
Kerajinan
Gerabah
yang digunakan pengrajin masih tradisional.
Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten
Produk gerabah Kasongan kurang inovatif
Bantul”.
hambatan
sehingga
belum
dalam
bisa
proses
menguasai
ini
merupakan
penelitian
mengarah pada pengungkapan suatu masalah keadaan
sebagaimana
mengungkapkan
fakta-fakta
adanya
dan
yang
ada,
walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Moh. Pabundu Tika, 2005: 4). Penelitian
ini
kompleks
wilayah.
dalam
“Studi
Industri
judul
Kasongan
di
Desa
(Sugiyono, 2008: 91). Pengambilan sampel
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif lebih
atau
gagasannya
pasaran
METODE PENELITIAN Penelitian
menuangkan
menggunakan Pendekatan
pendekatan kompleks
dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10%. Metode pengumpulan data menggunakan: 1) observasi, 2) dokumentasi, 3) wawancara, dan 4) kuesioner.
Teknik
pengolahan
data
menggunakan: 1) editing, 2) koding, dan 3) tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
wilayah untuk mengkaji interaksi antara Desa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bangunjiwo dengan daerah lainnya dalam
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
pemenuhan kebutuhan sarana produksi berupa tanah liat. Pendekatan kompleks wilayah juga digunakan dalam mengkaji interaksi antara daerah penghasil dengan daerah lain dalam kegiatan pemasaran produk industri gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Proportionate Stratified
Random Sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
Secara
astronomis,
Kabupaten
Bantul
terletak antara 07o44’04’’ – 08o00’27’’LS dan 110o12’34’’
–
110o31’08’’BT.
Kecamatan
Kasihan berada di sebelah Utara dari Ibu Kota Kabupaten
Bantul.
Kecamatan
Kasihan
mempunyai luas wilayah 3.437,957 hektar. Wilayah
administratif
meliputi
Desa
Tirtonirmolo, administritif,
Kecamatan
Ngestiharjo, dan
Desa
Bangunjiwo,
Tamantirto. Bangunjiwo
Kasihan
Secara berbatasan
dengan wilayah lainnya, batas-batas wilayah
Warna tanah yang ada di Desa Bangunjiwo
Desa Bangunjiwo dengan wilayah lainnya
sebagian besar berwarna hitam, sehingga dapat
sebagai berikut ini:
disimpulkan bahwa tanah di Desa Bangunjiwo
Sebelah Utara
: Desa Ambarketawang dan
sangat subur karena banyak kandungan unsur
Tirtonirmolo
hara.
Sebelah Timur
: Desa Pendowoharjo
Bangunjiwo
Sebelah Selatan
: Desa Guwosari dan
Bangunjiwo dilalui oleh sebuah sungai besar
Sendangsari
yaitu Sungai Bedog. Sungai Bedog mengaliri
: Desa Triwidadi
daerah di sebelah Timur Desa Bangunjiwo.
Sebelah Barat
Tekstur
tanah
yang
berupa
ada
di
Desa
lempungan.Desa
Sungai ini selalu dialiri air pada musim penghujan maupun musim kemarau, dan volume air yang besar.Desa Bangunjiwo memiliki temperatur rata-rata harian 25,80
o
C. Curah
hujan rata-rata di Desa Bangunjiwo yaitu 11,69 mm per tahun dan kelembaban sebesar 0,80 serta jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan. Menurut Schmidt
dan
Ferguson
Desa
Bangunjiwo
memiliki tipe iklim D yaitu sedang. Gambar
1.
Peta
Administratif
Desa
Bangunjiwo
menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar
Desa Bangunjiwo merupakan salah satu desa yang ada di dalam wilayah administratif Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Tata guna lahan Desa Bangunjiwo tahun 2013
Yogyakarta.
Desa
Bangunjiwo
mempunyai luas wilayah 1.543,20 hektar, terdiri dari 733,26 hektar lahan permukiman, 180,62 hektar lahan persawahan, dan 629,32 hektar berupa lahan non pertanian yang dimanfaatkan untuk perkebunan, lahan kuburan, perkantoran dan lahan sarana dan prasarana umum. Topografi
di Desa Bangunjiwo adalah untuk lahan kering yaitu seluas 1.046,86 ha atau (67,84 %). Lahan kering tersebut digunakan untuk permukiman penduduk dan pekarangan. Panjang jalan aspal di Desa Bangunjiwo adalah sepanjang 75,22 km, jalan aspal yang memiliki kondisi baik yaitu 20,50 km dan jalan aspal yang mengalami kerusakan sepanjang 54,72 km. Jalan aspal yang mengalami kerusakan lebih banyak daripada jalan aspal yang masih dalam kondisi baik.
Desa Bangunjiwo paling banyak daerahnya berupa dataran tinggi sehingga sangat cocok
Jumlah penduduk di Desa Bangunjiwo yaitu
untuk membudidayakan perkebunan, khususnya
27.154 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
buah-buahan.
13.614 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 13.540 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak
dibandingkan
jumlah
penduduk
a. Tahap Persiapan
perempuan. Paling banyak penduduk di Desa
Dalam
Bangunjiwo berada pada usia sekolah, sehingga
pengrajin adalah mempersiapkan bahan
pelaku industri kerajinan gerabah Kasongan
baku tanah liat dan alat produksi.
lebih banyak generasi tua karena mendapat
tahapan
ini
yang
dilakukan
b. Tahap Pengolahan Bahan
keahlian warisan dari nenek moyangnya.Besar
Pada tahap ini bahan diolah sesuai
Sex Ratiodi Desa Bangunjiwo adalah 101,
dengan alat pengolahan bahan. Tanah liat
artinya setiap 100 jiwa penduduk perempuan
dicampur dengan pasir halus dan air
terdapat 101 jiwa penduduk laki-laki. Besar
sehingga membentuk bahan yang siap
Dependency Ratio di Desa Bangunjiwo adalah
dipakai untuk membentuk badan gerabah,
52, artinya setiap 100 penduduk usia produktif
c. Tahap Pembentukan Badan Gerabah
menanggung 52 penduduk usia belum produktif
Teknik pembentukan badan gerabah yang
dan penduduk usia tidak produkstif.
digunakan pengrajin yaitu teknik putar
Kepadatan penduduk di Desa Bangunjiwo
d. Tahap Pengeringan
adalah 1.760 jiwa/km2, artinyasetiap satu wilayah di Desa Bangunjiwo ditempati oleh 1.760
jiwa.Tingkat
pendidikan
di
Desa
Bangunjiwo paling banyak pendidikan penduduk masih rendah, hal ini dilihat dari jumlah penduduk yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) berjumlah
4.512
jiwa.
Penduduk
Desa
Bangunjiwo belum memiliki pola pikir bahwa pendidikan
penting
untuk
dan teknik cetak.
kelangsungan
Proses
dapat
dilakukan
dengan bantuan panas matahari. Gerabah yang dikeringkan dengan panas matahari dapat dilakukan sehari setelah proses pembentukan badan gerabah selesai. e. Tahap Pembakaran Proses pembakaran gerabah dilakukan satu kali selama 10 – 12 jam. Pembakaran gerabah
hidupnya.
pengeringan
dilakukan
dengan
tungku
pembakaran yang ditutup rapat agar B. Pembahasan Hasil Penelitian
pembakarannya
1. Proses Pembuatan Gerabah
sempurna.
Tungku
pembakaran dibuat dari tumpukan bata
Proses pembuatan gerabah yang dilakukan
yang disusun menyerupai ruangan yang
pengrajin
meliputi
dilekatkan dengan tanah liat agar mudah
pengolahan
bahan,
gerabah, finishing.
tahap
persiapan,
pembentukan
pengeringan,
pembakaran,
badan
dibongkar dan dipasang lagi. Pembakaran
dan
gerabah menggunakan kayu bakar dan sekam. f. Tahap Finishing Tahap finishing merupakan tahap akhir dalam pembuatan gerabah setelah proses
pembakaran.
Tahap
finishing
dapat
mudah dapat ditemukan guci dengan aksen
dilakukan dengan berbagai macam cara
yang lebih mewah dan modern. Salah satunya
misalnya mewarnai dengan cat warna,
menggunakan finishingmozaik atau potongan-
melukis, serta menempel dengan bahan
potongan keramik yang disusun sedemikian
lain seperti kaca.
rupa dan membentuk sebuah guci yang unik
Dalam proses pembuatan gerabah, pengrajin menggunakan
peralatan
yang
masih
tradisional. Peralatan yang digunakan untuk memproduksi
gerabah
yaitu:
alat
putar
(perbot), cetakan, mesin giling tanah, skuder, buser.
dan berbeda. Pengrajin melakukan pelatihan membuat desain atau model baru untuk menghasilkan pembaharuan produk Adanya pembaharuan
produk
gerabah
Kasongan
sangat diperlukan untuk menarik wisatawan agar produk gerabah tetap stabil dipasarkan. 3. Daerah Pemasaran dan Omset Penjualan
2. Produk Inovasi Gerabah Pada
awal
berdirinya
Gerabah Kasongan industri
gerabah
a. Daerah Pemasaran Gerabah
Kasongan, produk gerabahnya hanya terbatas
Produk gerabah Kasongan sudah terkenal
pada peralatan rumah tangga saja seperti
di
tungku, anglo, celengan, pot dll. Seiring
pemasarannya di Indonesia dan di luar
dengan berjalannya waktu, para pengrajin
negeri.
membuat produk inovasi lain untuk menarik
1) Daerah pemasaran gerabah di Indonesia
seluruh
penjuru
minat pembeli. Produk inovasi tersebut antara
meliputi daerah:
lain souvenir, guci, patung Loro Blonyo,
a) Pulau Jawa
dunia.
Daerah
patung budha, patung Punakawan, wuwung,
Pemasaran gerabah di Pulau Jawa
dan aneka produk keramik lainnya.
meliputi
daerah-daerah
Yogyakarta,
Jawa
Salah satu produk gerabah Kasongan
Barat,
di Jawa
yang banyak diminati wisatawan adalah
Tengah, dan Jawa Timur.
guci.Dulu guci hanya menggunakan finishing
(1) Daerah Istimewa Yogyakarta
alami
yaitu
menggunakan
cat
sebagai
Pemasaran
produk
gerabah
sentuhan akhirnya. Guci alami ini banyak
Kasongan juga dilakukan secara
diburu wisatawan karena banyak pilihan
lokal,
warna dan motif, guci dengan finishing alami
Yogyakarta seperti di Showroom
ini memunculkan citra asli dan orisinil serta
gerabah Kasongan yang ada di
benar-benar menunjukkan produk ciri khas
Desa Bangunjiwo, Malioboro,
Kasongan. Seiring berkembangnya jaman,
Pasar
guci di Kasongan juga mengalami banyak
Bantul,
penambahan jenis finishing. Saat ini dengan
Gunung Kidul.
yaitu
di
Bringharjo, Kulonprogo,
wilayah
Sleman, dan
(2) Jawa Barat
Pemasaran
Pemasaran
produk
gerabah
Kasongan di Jawa Barat meliputi daerah Bandung.
gerabah
Kasongan juga dilakukan di Papua. 2) Daerah pemasaran gerabah di luar negeri
(3) Jawa Tengah
Daerah pemasaran produk gerabah
Pemasaran
produk
Kasongan
produk
di
Jawa
gerabah
Kasongan
di
luar
negeri
meliputi
Tengah
Negara-negara
di
Asia,
Eropa,
meliputi daerah Solo, Semarang,
Australia, Malaysia, India, Amerika,
Magelang, Boyolali, Wonosobo,
Jepang, Kanada, dan Belanda. Produk
dan Cilacap.
gerabah Kasongan yang dipasarkan di
(4) Jawa Timur
luar
Pemasaran
produk
Kasongan
di
gerabah
Jawa
Timur
meliputi daerah Surabaya.
Kasongan meliputi
memiliki
beraneka
ragam.
dipasarkan
di
model
Gerabah
Australia
yang yang
cenderung
memiliki warna-warna yang mencolok
b) Pulau Sumatera Pemasaran
negeri
karena orang-orang di Australia suka produk
di
Pulau
daerah
gerabah
dengan warna-warna terang. Produk
Sumatera
gerabah Kasongan yang dikirim ke
Nangroe
Aceh
Amerika biasanya lebih berwarna klasik
Darussalam, Padang Sumatera Barat,
dan tidak mencolok. Produk yang
dan Lampung.
digemari di luar negeri yaitu arca, vas,
c) Pulau Bali
dan guci-guci. Pemasaran gerabah di
Pemasaran
produk
gerabah
Kasongan juga dilakukan di Pulau
luar negeri meliputi: a) Asia
Bali. Banyak wisatawan domestik
Pemasaran gerabah di Benua Asia
dan
meliputi Negara Malaysia, India, dan
mancanegara
yang
tertarik
dengan produk gerabah Kasongan. d) Pulau Kalimantan Pemasaran Kasongan
di
b) Eropa
produk
gerabah
Pulau
Kalimantan
meliputi daerah Kalimantan Barat. e) Pulau Sulawesi Pemasaran
Pemasaran gerabah di Benua Eropa meliputi Negara Belanda. c) Australia d) Amerika
produk
gerabah
Kasongan di Pulau Sulawesi meliputi daerah Makassar. f) Papua
Jepang.
Pemasaran
gerabah
di
Benua
Amerika meliputi Negara Kanada.
b. Omset Penjualan Gerabah Kasongan
di Indonesia dan di luar negeri berbeda. Omset pemasaran gerabah Kasongan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 27. Omset penjualan gerabah Kasongan di Indonesia
tertinggi
pada
tahun
2008
dengan jumlah 13,50 milyar, sedangkan
Omset Penjualan (M Rupiah)
Omset penjualan gerabah Kasongan
Diagram Omset Penjualan Gerabah Kasongan di Indonesia dan di Luar Negeri 20 15 10
15.7 13.5
9.910.54
13.64 11.55
5.946.32
5 0 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Indonesia
Luar Negeri
omset penjualan di luar negeri tertinggi pada tahun 2008 dengan jumlah 15,70
Gambar2. Diagram Omset Penjualan Gerabah
milyar. Omset jumlah penjualan gerabah
Kasongan
Kasongan di Indonesia adalah 40,89
Dari gambar 29, dapat disimpulkan bahwa
milyar,
penjualan
penjualan yang paling tinggi berada pada
gerabah Kasongan di luar negeri adalah
tahun 2008. Pada tahun 2007 hingga 2008
46,20 milyar. Omset pemasaran di luar
mengalami peningkatan penjualan sebesar
negeri lebih besar daripada penjualan di
3,6 milyar. Pada tahun 2009 penjualan
Indonesia
karena
gerabah
gerabah Kasongan mengalami penurunan
Kasongan
sudah
kualitasnya
sebesar 1,95 milyar. Tahun 2009 penjualan
daripada produk gerabah dari daerah lain
gerabah mengalami penurunan karena
seperti gerabah Desa Panjangrejo Daerah
sudah ada persaingan dengan berbagai
Istimewa
Desa
macam produk dari industri lain di
Banyumulek Pulau Lombok, gerabah Desa
Indonesia, termasuk industri gerabah dari
Plered Purwakarta, dan gerabah dari
daerah
daerah lain.
Panjangrejo Daerah Istimewa Yogyakarta,
dan
omset
jumlah
produk unggul
Yogyakarta,
gerabah
lain
seperti
gerabah
Desa
gerabah Desa Banyumulek Pulau Lombok, gerabah Desa Plered Purwakarta, dan Omset Penjualan (Milyar Rupiah) No. Tahun Luar Indonesia Negeri 1. 2006 05,94 06,32 2. 2007 09,90 10,54 3. 2008 13,50 15,70 4. 2009 11,55 13,64 Jumlah 40,89 46,20 Sumber: UPT Pengembangan Keramik Kasongan
gerabah dari daerah lain. Penjualan gerabah Kasongan di luar negeri paling tinggi adalah tahun 2008 dengan jumlah penjualan sebesar 15,7 milyar. Pada tahun 2006 sampai 2007 penjualan mengalami kenaikan sebesar 4,22 milyar. Pada tahun 2007 sampai 2008 penjualan mengalami kenaikan sebesar 5,16 milyar. Pada tahun 2008 sampai 2009
mengalami penurunan sebesar 2,06 milyar.
oleh pengrajin gerabah Kasongan yaitu
Penurunan omset pemasaran disebabkan
dalam hal musim. Saat musim penghujan,
oleh adanya persaingan dengan produk
gerabah keringnya lama sehingga akan
industri lain.
menghambat proses selanjutnya dalam pembuatan gerabah. b. Hambatan dalam Proses Pembuatan Gerabah Hambatan
dalam
pembuatan gerabah
proses
yang dihadapi
pengrajin yaitu sulitnya model yang dipesan
oleh
pembeli.
Terkadang
pembeli menginginkan model yang Gambar
3.
Peta
Pemasaran
Gerabah
Kasongan di Indonesia
berbeda dari gerabah-gerabah lain. c. Hambatan Pemasaran Hambatan gerabah
pemasaran
Kasongan
cukup
produk menjadi
hambatan yang perlu diperhatikan. Pada bulan-bulan tertentu, pemasaran gerabah Kasongan cukup sulit, seperti pada bulan April sampai September, pembeli cenderung sepi. Pada bulan Oktober sampai Maret produk gerabah Gambar
4.
Peta
Pemasaran
Gerabah
Kasongan di Luar Negeri 4.
Hambatan
laku
banyak
karena
bertepatan dengan liburan sekolah
dalam
Industri
Gerabah
menjalankan
industri
kerajinan
Kasongan Dalam
Kasongan
Persaingan dengan industri lain juga menjadi hambatan dalam pemasaran
gerabah Kasongan, para pengrajin/responden banyak mengalami hambatan. Hambatanhambatan yang ada di dalam industri gerabah Kasongan adalah sebagai berikut:
fisik
d. Hambatan Produk yang Mudah Pecah Hambatan lain yang dihadapi pengrajin yaitu produk gerabah yang mudah
a. Hambatan Fisik (Alam) Hambatan
produk gerabah Kasongan.
Kasongan dalam
hal
ini
merupakan hambatan yang datang dari faktor alam. Hambatan fisik yang dihadapi
pecah. yang
Produk mudah
gerabah pecah
menyebabkan pengrajin harus lebih berhati-hati dalam proses pembuatan, khususnya
dalam
proses
finishing.
Gerabah yang mudah pecah disebabkan
yang terletak di Unit Pelayanan Teknis
oleh
Kasongan
tidak
sempurnanya
proses
pembakaran.
(UPT).
Pameran
yang
diadakan bertujuan untuk menarik
5. Upaya Mengatasi Hambatan dalam
minat wisatawan yang berkunjung ke
Industri Gerabah Kasongan
Kasongan. Upaya mengatasi hambatan
Berbagai upaya yang dilakukan pengrajin
pemasaran yang dilakukan pengrajin
untuk
selain
mengatasi
hambatan-hambatan
dalam industri gerabah di antaranya:
mengadakan
pameran
juga
dilakukan berbagai promosi.
a. Upaya Mengatasi Hambatan Faktor
d. Upaya Memgatasi Hambatan Produk
Fisik (Alam)
yang Mudah Pecah
Upaya yang dilakukan pengrajin
Upaya yang dilakukan pengrajin
gerabah untuk mengatasi hambatan
untuk mengatasi hambatan ini yaitu
faktor fisik alam adalah dengan cara
peningkatan kualitas produk gerabah.
memasukkan dibentuk
gerabah
yang
sudah
Guna mendapatkan produk gerabah
dalam
alat
untuk
dengan kualitas yang baik, gerabah
ke
pengeringan.
Alat
pengeringan ini
harus
dibakar
dengan
suhu
600o
digunakan pengrajin pada saat musim
Celcius. Suhu 600o Celcius cocok
penghujan.
untuk pembakaran gerabah, sehingga
b. Upaya Mengatasi Hambatan dalam
tingkat kerekatan tanah liatnya lebih
Proses Pembuatan Produk Gerabah
tinggi. Pembakaran sempurna akan
Kasongan
menghasilkan produk gerabah yang
Upaya yang dilakukan pengrajin untuk
mengatasi
proses
hambatan
dalam
gerabah
yaitu
pembuatan
berlatih membuat desain-desain baru untuk menarik minat pembeli. Adanya inovasi
produk
gerabah
penting
dilakukan pengrajin agar produknya tetap laku dan diminati di pasaran. c. Upaya
Mengatasi
Hambatan
Pemasaran Pengrajin mengatasi pemasaran
gerabah
hambatan yaitu
Kasongan dalam
dengan
hal cara
mengadakan pameran di showroom
optimal dan pengrajin tidak merugi. 6.
Hubungan
Modal
dengan
Jumlah
Tenaga Kerja dalam Industri Kerajinan Gerabah Kasongan Semakin
banyak
modal
yang
dikeluarkan akan berhubungan dengan jumlah
tenaga
kerja
maka
dapat
disimpulkan bahwa modal dan jumlah tenaga kerja memiliki hubungan positif. Modal
dan
jumlah
tenaga
kerja
berhubungan dengan jenis industri di Desa Bangunjiwo. Industri kerajinan gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo menurut klasifikasi BPS sebagian besar termasuk
dalam golongan industri kecil karena
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
modal awal yang dikeluarkan pengrajin
industri kerajinan gerabah Kasongan adalah:
sedikit dan jumlah tenaga kerja dalam
a. Faktor fisik (alam) berupa musim
industri ini hanya berjumlah 5-19 orang.
b. Proses pembuatan gerabah berupa model yang sulit
KESIMPULAN
c. Pemasaran berupa persaingan dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
industri lain
pada bab IV, maka dapat disimpulkan: 1.
d. Produk yang mudah pecah
Proses pembuatan gerabah Proses pembuatan gerabah meliputi tahap persiapan, pengolahan bahan, pembentukan badan gerabah, pengeringan, pembakaran, dan finishing.
Teknik pembuatan badan
gerabah ada dua macam yaitu teknik putar dan teknik cetak. Peralatan yang digunakan untuk membuat gerabah meliputi perbot, cetakan, mesin giling tanah, skuder, dan
lain souvenir, guci, patung Loro Blonyo, patung Budha, patung Punakawan, wuwung modern, celengan hello kitty, meja kursi, wastafel, souvenir, dan guci dengan aneka
b. Proses pembuatan gerabah. Mengadakan seminar dan pelatihan membuat model-model gerabah yang lebih inovatif. c. Pemasaran
d. Produk yang mudah pecah Membakar gerabah dengan suhu 600o C agar tingkat kerekatan tanah liatnya lebih tinggi. 6. Hubungan modal dan jumlah tenaga kerja dalam industri kerajinan gerabah Kasongan:
hubungan positif karena semakin banyak modal
Pemasaran gerabah Kasongan Pemasaran gerabah Kasongan dilakukan di Indonesia dan luar negeri, mulai dari pemasaran
lokal
Yogyakarta,
Semarang, Surabaya,
Kalimantan
hingga
yaitu
oleh
pengrajin,
semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang dimiliki.
wilayah
Solo,
Boyolali,
DAFTAR PUSTAKA
Sulawesi,
Bintarto. (1991). Metode Analisa Geografi. Jakarta:
Bali, ke
yang dikeluarkan
di
luar
negeri.
Pemasaran gerabah di luar negeri meliputi Malaysia, India, Jepang, Belanda, Australia, dan Kanada. 4.
musim hujan.
Modal dan jumlah tenaga kerja memiliki
finishing.
Cilacap,
Menggunakan alat pengering gerabah pada saat
media cetak dan elektronik.
Produk inovasi gerabah Kasongan Produk inovasi gerabah Kasongan antara
3.
a. Faktor fisik (alam)
Mengadakan pameran dan promosi melalui
buser. 2.
5. Upaya mengatasi hambatan
Hambatan dalam industri kerajinan gerabah
LP3ES Data Kependudukan Desa Bangunjiwo tahun 2013
Hadi Sabari Yunus. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ida Bagus Mantra. (2003). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mohammad
Pabundu
Tika.
(2005).
Metode
Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Suharyono & Moch Amien. (2013). Pengantar Filsafat
Geografi.
Yogyakarta:Penerbit
Ombak Walkodri. (2009). Profil Sentra Industri Kajigelem (Kerajinan
Gerabah,Kerajinan
Bambu,
Kerajinan Kulit, dan Kerajinan Patung Batu). Yogyakarta: Pemerintah Kabupaten Bantul Dinas
Perindustrian,
Perdagangan,
dan
Koperasi Wiyoso
Yudoseputro,
Kerajinan
dkk.
Keramik
(1996).
Petunjuk
Desain Pelatihan
Keterampilan Industri Kerajinan Keramik Untuk SMIK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Pendidikan
Dasar
Direktorat Menengah
Pendidikan Menengah Kejuruan
Reviewer
Sriadi Setyowati, M.Si NIP. 19540108 198303 2 001
Jenderal Direktorat