Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-602-72658-1-3
Studi Etnomedisin Satwa Pada Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Di Desa Batu Majang Kab. Mahakam Ulu 1
Yakobus Usat1, Medi Hendra2, Nova Hariani3
Laboratorium Ekologi dan Sistematika Hewan Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Mulawarman 2,3 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman
Abstrak. Studi Etnomidisin Satwa yang Digunakan Sebagai Obat Oleh Masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Di Desa Batu Majang Kab. Mahakam Ulu. Dibimbing oleh Dr. MEDI HENDRA M.Si dan Dr. NOVA HARIANI M.Si. Salah satu kelompok Dayak Kenyah yaitu Lepoq Tukung di Desa Batu Majang Mahakam Ulu diketahui juga memiliki pengetahuan obat tradisional yang berasal dari hewan. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagian-bagian tubuh satwa, cara mengolah ramuan, dan mengetahui Status Konservasi satwa yang dijadikan bahan obat oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Desa Batu Majang Mahakam ulu, serta mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan satwa sebagai obat. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015-Januari 2016 di Desa Batu Majang Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu. dengan pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pengambilan data Sekunder, pengambilan data dokumentasi (foto) kepada informan kunci, serta dilakukan pengolahan data. Dari hasil penelitian ini terdapat 41 jenis satwa yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Satwa terbanyak yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah dari kelompok Mamalia (21 jenis), Avertebrata (7 jenis), Aves (4 jenis), Pisces (5 jenis), Reptilia (4 jenis satwa sedangkan pada kelompok Ampihbia terdapat (1 jenis ). Kata-kata kunci : Studi Etnomidisin Satwa Obat, Lepoq Tukung Di Desa Batu Majang Pendahuluan Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki keanekaragaman hayati dan sumberdaya alam yang sangat tinggi. Hal ini didukung dengan daerah yang di kelilingi oleh area hutan hujan tropis yang luas, perkebunan, tambang dan sumur minyak yang berperan sebagai sumber devisa negara. Kalimantan Timur merupakan habitat dari spesies tumbuhan dan hewan yang bersifat endemik di pulau Kalimantan, dimana terdiri dari sekitar 34% dari seluruh tumbuhan, 37 jenis burung (24 jenis endemik) dan 44 jenis mamalia daratan bersifat endemik, 13 jenis primata (Mackinnon et al., 2000). Kalimantan Timur dihuni oleh beberapa suku Dayak yang beragam yang menepati daerah aliran sungai (DAS) besar, hulu sungai, daratan tinggi hutan hujan tropis, di dalam hutan yang terpencil, perbatasan dan di daerah pantai (Effendi, 2013). Suku Dayak merupakan suku terbesar yang menempati daerah-daerah pedalaman Kalimantan Timur. Suku Dayak mendiami hulu sungai, hutan-hutan alam dan dataran rendah pedalaman dan berada di pingiran sungai. Mereka hidup berpindah dan ada juga menetap di daerah-daerah tertentu secara kelompok dan sebagian dari masyarakat Dayak mengutamakan
transportasi air untuk aktifitas meraka seharihari. Kelompok etnis ini bergantung pada sumber daya alam terutama dibidang pertanian. Mereka mempraktekkan perladangan berpindah untuk menanam padi di dataran tinggi, berburu dan mengumpulkan hasil hutan Selain merupakan budaya tradisional turun temurun dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat didaerah pedalaman, pemburuan satwa liar di hutan-hutan tropis juga merupakan kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat tradisional untuk mempertahankan hidup. Selain dari pada itu masyarakat Dayak juga memanfaatkan hasil alam berupa tumbuhan maupun hewan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai gejala penyakit. Pada dasarnya masyarakat Dayak terdiri dari beberapa etnis Dayak yang memiliki lingustis dan budaya yang berbeda-beda a (Anonim , 2012). Salah satunya adalah Masayarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung yang merupakan subsuku Dayak Kenyah yang menjadi objek pada penelitian ini. Salah satu kelompok Dayak Kenyah yaitu Lepoq Tukung di Desa Batu Majang Mahakam Ulu diketahui juga memiliki pengetahuan obat tradisional yang berasal dari hewan. Namun pada saat ini karena dergradasi hutan maka 424
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-602-72658-1-3 pengetahuan ini juga semakin berkurang terutama di kalangan anak-anak muda. Untuk mengungkapkan pengetahuan masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung dalam memanfaatkan satwa sebagai bahan obat tradisional maka dilakukan penelitian ini. Dengan demikian pengetahuan ini dapat didokumentasikan secara ilmiah sebelum tergerus oleh arus moderenisasi. Penelitian ini bertujuan Mengetahui bagian-bagian tubuh satwa yang digunakan sebagai ramuan atau bahan obat-obatan tradisional oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung di daerah Batu Majang Mahakam Ulu dan Mengetahui cara mengolah ramuan atau bahan obat tradisional yang berasal dari organ-organ hewan tersebut.
sekunder pengambil dari beberapa literatur tentang cara pengambilan (data) etnomedisin yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Hasil dan Pembahasan Pengobatan Tradisional Pengobatan tradisional dengan mengunakan satwa atau hewan sebagai obat oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang di kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu merupakan suatu aktivitas pengobatan yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat. Aktifitas pengobatan pada masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang merupakan hal yang penting dalam kehidupan mereka. Aktifitas pengobatan dilakukan bertujuan untuk mengobati dan mencegah adanya penyakit yang dapat menganggu kesehatan mereka. Aktivitas pengobatan secara tradisional menggunakan satwa atau hewan sebagai obat bagi masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang bukan dikategorikan sebagai pengobatan alternatif. Hal ini disebabkan oleh pandangan mereka bahwa pengobatan tradisional lebih efisien dan praktis mengunakan bahan yang tersedia dialam atau disekitar desa. Bahan-bahan tersebut masih lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan membeli obat modern yang aksesnya cukup jauh dari kampung. Hal ini dikarnakan keterbatasan jauhnya desa dengan kota. Dari hasil pengisian wawancara dengan pemanfaatan satwa atau hewan sebagai obat, masyarakat yang ada di sekitar hutan pedalaman dan masyarakat yang dipercaya mempunyai pengetahuan serta pengalaman tentang penggunaan satwa sebagai obat. Beberapa jenis hewan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional disajikan pada Tabel 4.1 berikut.,
Metode Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Batu Majang Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahakam Ulu pada bulan Oktober-November 2015 kemudian dilakukan Identifikasi dan pengolahan data di Laboratorium Ekologi dan Sistematika Hewan, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Mulawarman. peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sheet, kamera, buku identifikasi senter, Parang dan alat tulis. Metode yang digunakan ialah PEA (Participatif Ethnobotanical Appraisa) yang terdiri dari wawancara semi struktur, observasi partisipatif dan FGD (Focus Group Discussion). Selain itu juga dilakukan dokumentasi berupa foto untuk menunjang data yang di ambil. Data spesies yang diperoleh dari wawancara (informan kunci) mengenai fungsi dan bagian tubuh yang digunakan sebagai bahan obat tradisional, kemudian dicatat nama lokal, dan ditelusuri atau dicari nama ilmiah spesies terebut. Data
Tabel 4.1. Jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung di Desa Batu Majang Kab. Mahakam Ulu. No
Nama Lokal
Nama Indonesia
Spesies
Famili
1
Temedo
Badak Sumatra
Dicerorhinus sumatresis
Rhinocerotidae
2
Payau
Rusa sambar
Cervus unicolor
Cervidae
3
Babui
Babi jengot
Sus barbatus
Suidae
4
Buin
Babi Kandang
Sus sp.
Suidae
5
Ucaq
Kijang
Muntiacus atherodies
Cervidae
Nama Lokal
Nama Indonesia
Spesies
Famili
6
Pelanuk
Pelanduk kancil
Tragulus javanicus
Tragulidae
7
Buang
Beruang madu
Helarctos malayanus
Ursidae
No
425
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-602-72658-1-3 No Nama Lokal
Nama Indonesia
Spesies
Famili
8
Kule
Macan Dahan
Neofelis nobulosa
Felidae
9
Kitan
Binturung
Arctictis bintorong
Viverridae
10
Setung
Landak raya
Hystrix brachyura
Hystricidae
11
Bekia
Angkis ekor panjang
Trichys fasciculate
Hystricidae
12
Aam
Tringiling
Manis jawanica
Manidae
13
Kelabet
Owa kelawat
Hylobates muelleri
Hylobatidae
14
Bangat
Lutung bangat
Presbytis hosei
Cercopithecidae
15
Tutok
Lutung dahi putih
Presbytis fronata
Cercopithecidae
16
Duk Kelasi
Luntunh Merah
Presbytis rubiconda
Cercopithecidae
17
Belabau Kideng
Tupai bergaris
Tupaia dorsalis
Tupaiidae
18
Belabau Umaq
Tikus rumah
Rattus tanezami
Muridae
19
Manuk Ilang
Kacer
Copsychus saularis
Muscicapidae
20
Kerukep
Bubut
Centropus bengalensis
Cuculidae
21
Tekelit
Codot kelelawar
Cidhopterus brachyotis
Pteropodidae
22
Mawat
Kalong besar
Peteropus vampyros
Pteropodidae
23
Laking Kuyang
OrangUtan
Pongo pygmaneus
Hominidae
24
Tebun
Rangkong gading
Buceros bicurnis
Bucerotidae
25
Tebengang
Enggang badak
Buceros rhinocaros
Bucerotidae
26
Padek
Sapan merah
Tor tambroides
Cyprinidae
27
Tebelaq
Sapan putih
Tor tambra
Cyprinidae
28
Turai
Turai
Gyrinocheilus pustulosus
Gyrinochilidae
29
Atuk Mujuk
Ikan simancung
S. heterorhynchus
Cyprinidae
30
Kabuk
Biawak
Varanus salvator
Varanidae
31
Seq Buet
Siput
Sulcopira testudinaria
Pachychilidae
32
Penganen
Ualr Phyton
Python reticulatus
Pythonidae
33
Lati
Cacing tanah
Lumbricus Rubellus
Lumbricidae
34
Pong put asaq Likut
Undur-undur
Myrmeleon sp
Myrmeteontidae
35
Tiset
Kutu busuk
Cimex lectularius
Cimicidae
36
Layuk
Lebah Madu
Apis sp.
Apidae
37
Njung Ulai Sindok
Cobra
Naja sputatrix
Elapidae
38
Bekicot
Bekicot
Aenatina sp
Achatinidae
39
Atuk Udun
Ikan Gabus
Channa sp.
Channidae
40
Saai
Katak
Rana sp.
Ranaidae
41
Lesunga Lamut
Kumbang
Tenebrio molitor
Tenebrionidae
Dari Tabel 4.1 di atas menunjukan ditemukan 41 jenis satwa yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Satwa terbanyak yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah dari kelompok Mamalia (21 jenis), Avertebrata (7 jenis), Aves (4 jenis), Pisces (5 jenis), Reptilia (4 jenis satwa sedangkan pada kelompok Ampihbia terdapat (1 jenis ) yang disajikan pada Gambar 4.1 berikut. Jumlah
jenis dari masing-masing kelas yang termasuk dalam 41 jenis satwa yang digunakan sebagai obat ditampilkan pada Gambar 4.1 Hasil penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan hasil penelitian Kartikasari (2008) yang melaporkan tentang Keanekaragaman jenis dan Ekonomi Satwa Liar yang digunakan Sebagai obat tradisional Di Jawa Tengah. Yaitu didapat 426
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-602-72658-1-3 52 jenis satwa yang digunakan sebagai obat, terdapat jenis yang paling banyak yaitu pada kelompok reptilian sebanyak 21 jenis satwa sedangkan pada kelompok mamalia hanya didapat 11 jenis satwa. Namun penelitian ini mirip dengan penelitian Putra Y. AE, dkk 2008. melaporkan tentang Keanekaragaman Satwa Berkhasiat Obat di Taman Nasional Betung, Karihun, Kalimantan Barat Indonesia. yaitu didapat 39 jenis satwa yang digunakan sebagai obat tradisional, diantaranya yang paling banyak yaitu pada kelompok Mamalia sebanyak 19 jenis sedangkan pada kelompok reptilian terdapat 8 jenis satwa
Bagian yang Digunakan Sebagai Obat Dalam pemanfaatan satwa sebagai obat oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang. Bukan hanya jenis satwa yang beranekaragam melainkan bagian tubuh satwa yang digunakan juga beranekaragam. Satwa mempunyai bagian tertentu yang dipercaya paling berkhasiat dalam penyembuhan suatu penyakit dan masing-masing bagian tubuh satwa dipercaya mempunyai khasiat yang berbeda-beda dalam pengobatan teradisional, sehingga satu jenis satwa bisa digunakan untuk menyembuhkan beberapa macam penyakit. Ditinjau dari bagian tubuh satwa yang digunakan untuk bahan ramuan obat tradisional oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang, terdapat 18 macam bagian satwa yang digunakan sebagai obat tradisional yang memiliki manfaat yang berbeda-beda dalam penyembuhan penyakit.
Pemakaian Obat dari Bagian Tubuh Satwa Berdasarkan cara pengunaan satwa sebagai obat oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang dibedakan menjadi 5 macam yaitu: dimakan, diminum, ditelan, dioles, dan ditempel. Jumlah jenis satwa menurut jenis menurut cara pengunaannya dapat dilihat pada gambar 2. Pengunaan jenis satwa dengan cara dimakan merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang yaitu sebanyak 17 jenis Satwa, demikian juga dengan cara diminum yaitu sebanyak 11 jenis satwa, sedangkan pada cara pengunaan dengan cara dioles yaitu 3 jenis satwa dan pada cara pengunaan ditelan memiliki yaitu 4 jenis satwa, namun yang agak sedikit serta sangat jarang pengunaannya yaitu dengan cara di tempel. Dapat di lihat pada Tabel 4.4 berikut disajikan cara penggunaan bagian tubuh satwa sebagai obat.
Gambar 4.1 Jumlah jenis satwa yang digunakan sebagai obat pada masingmasing kelas. Pada Gambar 4,1 di atas memperlihatkan bahwa mamalia memiliki jenis satwa yang paling banyak digunakan sebagai obat yaitu 21 jenis. Berdasarkan informasi dan pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis satwa yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang, beruang (Helarctos malayanus) merupakan jenis satwa yang paling banyak dipercaya mempunyai khasiat obat dan juga paling sering digunakan sebagai obat. Demikian juga dengan Badak Sumatra (Temedo) yang dilindungi dinyatakan sudah punah habitatnya di Kalimantan namun pada pernah dilaporkan kembali masih telah ditemukan di Kalimantan. Sedangkan lokasi penemuan dirahasiakan dikarnakan untuk menjaga satwa agar tidak diburu oleh masyarakat yang ada disekitarnya daerah tersebut.
Tabel 4.4 Cara penggunaan bagian tubuh satwa sebagai obat 427
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-602-72658-1-3 No
Cara Penggunaan
1
Dimakan
2 3 4 5
Diminum Dioles Ditelan Ditempel
Bagian Tubuh,
Jumlah Jenis
Daging, Ekor, Isi Perut, Otak, Hati, Telur, 17 Darah, duri, Kuku, Batu satwa, Cula, Sisik, Kotoran, Tulang, madu. 11 Minyak, isi perut 3 Semua bagian, empedu, 4 Semua Bagian. 2 Ditemukan 41 jenis satwa yang digunakan oleh masyrakat Dayak Kenyah Lepoq Tukung Batu Majang sebagai obat
Berdasarkan cara penggunan bagian tubuh satwa yang dimanfaatkan sebagai obat juga ditampilkan pada Gambar 4.2
tradisional, dengan 18 macam bagian tubuh satwa tersebut yaitu: daging, empedu, batu satwa, semua bagian, isi perut, minyak,
otak, tulan, kotoran, sisik, madu, darah, duri, ekor, hati, kuku, telur dan cula. Ucapan Terima Kasih Dr. Medi Hendra, M.Si dan Dr. Nova Hariani, M.Si selaku dosen pembimbing I dan pembumbing II yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi sehigga dapat selesai dengan baik Teman-teman mahasiswa S1 prodi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam 2009 atas kebersamaan, kekompakan, bantuan, semangat dan ide-ide cemerlangnya selama kuliah bersama sama. Tak ada yang bisa terucap kecuali kata terimakasih buat kalian semua, kita pernah mengenal dan akan selalu kenal dimanapun kita berada
Gambar 4.2. Jumlah jenis satwa serta Cara penggunaan Pada Gambar 4.2 diatas penggunan satwa dengan cara dimakan mempunyai jumlah jenis satwa yang paling banyak digunakan juga berkaitan dengan banyaknya bagian satwa yang paling banyak digunakan yaitu daging. Daging biasanya dimasak terlebih dahulu dicampur dengan bumbu dan rempah-rempah dibuat menjadi masakan yang khas seperti ricarica, dibakar, oseng dan sebagainya. Cara pengolahan bagian tubuh satwa yang digunakan sebagai obat tradisioanl bermacam-macam sesuai dengan jenisnya. Seperti: dibakar (ditambahkan garam/tidak) dikeringkan dibawah sinar mata hari sampai kering lalu ditumbuk halus ,direbus sampai mendidih, dimakan mentah dengan bantuan pisang /kapsul atau ditelan langsung tanpa penambahan apapun.Ucapan Terima Kasih
Daftar Pustaka Anief, M. 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakolog, Gaja Mada University Press,Yogyakatra. Anonim, 2013 Antropologi Kesehatan Etnomedisin, http://mutmainnahbasri94.blogspot.co.id/ 2013/05/html Diakses Tanggal 27 September 2015. Pukul 09:00 Wita Di samarinda. a Anonim , 2012, Suku Dayak Kenyah.http://id.wikipdia.org/wiki/. Diakses tanggal 15 April 2015. Pukul 11:14 Wita Di Samarinda. Dewoto H.R 2007, Pengembangan Obat TRadisional Indonesia Menjadi
Kesimpulan
428
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-602-72658-1-3 Fitofarmaka. Thsis. Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta. Effendi S. 2008, Studi Etnozoologi JenisJenis Satwa Buruan Pada Masyarakat Lundayeh Di Aliran Sungai Mentarang Malinau. Universitas Mulawarman. Samarinda Universitas Mulawarman. Samarinda Gunaroso, P., Setyawati, T., Sunderland, T.C.H. dan Shackleton, C. 2009, Pengelolaan sumberdaya Hutan di Era Destralisasi: Pelajaran Yang Diperoleh dari Hutan, Kalimantan Timur, Indoneia. CIFOR. Bogor.Indonesia Hidayah, Z. 2015, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. kata pengantar J. Emmed M. Prioharyono; yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Kartikasari, D. 2008, Keanekaragaman Jenis dan Ekonomi Satwa Liar yang Digunakan Sebagai Obat Di Jawa Tengah. Thsis Sekolah Pasca Serjana Institut Pertanian Bogor. Bogor King V.T 1993, The Peoples Of Borneo. Borneo. Blackwill Publisher Oxford MacKinnon, K., Hatta, G., Halim, H,. dan Mangalik, A, 2000, Ekologi Kalimantan. Seri Ekologi Indonesia. Buku III. Penerbit PT. prenhallindo. Jakarta.
Noerdjito, M dan Maryanto. I, 2001, JenisJenis Hayati Dilindungi Perundangundangan Indonesia. Bidang Zologi (Museum Zoologi Bogorinense). Cetakan Kedua, Bogor. Pattiselenno, F dan Mantanan. G, 2010, Kearisan suku Dayak Maybrat dalam Perburuan Satwa sebagai penunjang pelestarian satwa. Laboratorium Produk Ternak Fakultas Perternakan Pertanian Dan Perikanan, dan Fakultas Sastra. Unifersitas Negeri Papua. Manokwari. Makara, Sosial Humaniora. Vol. 14, N0. 2, Desember 2010: 75-82. Hal. 75 Putra Y.AE, Masut B. Ulfa M. 2008, Keanekaragaman Satwa Berkhsiat Obat Di Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat Indonesia Media Konservasi (13) 1.8-15. Riwut, N. 2009, Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi Daerah Kal-Tim Http://www. maneser.Kelteng.net/index.php. Diakses Tanggal 17 Febuari 2015 pukul.18.00 Wita Di Samarinda. Riwut, T. 2007, Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. NR Publihing. Yogyakarta. Subagyo P.J 1991, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
429