perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh: HAJAR DANARDONO A 121108018
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta )
TESIS Oleh HAJAR DANARDONO A 121108018 Telah disetujui oleh tim pembimbing Komisi Pembimbing
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto ....................... NIP 194911081976091001
.....
2013
Pembimbing II Prof. Dr. Kiyatno., dr., PFK., ...................... M.Or., AIFO NIP 194801181976031002
.....
2013
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal...........................2013
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Agus Kristiyanto., M.Pd NIP 196511281990031001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH TESIS Oleh HAJAR DANARDONO A 121108018 Tim Penguji Jabatan Ketua
Sekretaris
Nama Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
Tanggal
-------------------
---------------
-------------------
---------------
-------------------
---------------
-------------------
---------------
Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., AIFO
Anggota Penguji
Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Sugiyanto
2. Prof. Dr.Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
NIP. 196107171986011001
NIP 196511281990031001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISIONALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1.
Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan Maksimum terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau dari Indeks Massa Tubuh
adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
2013
Yang Membuat Pernyataan
Hajar Danardono NIM. A.121108018
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
KANTHI SUMARAH MARANG
KANG KAESTHI BAKAL DADI
(MEMAHAMI,
MENIRUKAN,
MENGEMBANGKAN)
commit to user v
DAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Kedua orangtuaku, yang telah mendidik dan selalu berdoa demi kesuksesan dan kebahagiaanku. Adik-adikku yang selalu memotivasi dan mengiringi langkah-langkahku setiap saat.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan maksimum Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau Dari Indeks Massa Tubuh Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : a. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas rekomendasi bapak sehingga penulis dapat kuliah di Pascasarjana UNS serta terimaksih atas bimbingan dan arahannya. d. Prof. Dr. Sugiyanto selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mencurahkan pikiran, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk proses bimbingan hingga terwujudnya penulisan ini. e. Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO. selaku pembimbing II yang telah mencurahkan pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai terselesaikannya tesis ini.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Drs. Margono, M.Pd. yang telah membantu terlaksananya penelitian ini (membantu mencarikan sampel dan meluangkan jam kuliah untuk penelitian saya) serta terimakasih atas rekomendasinya dulu sehingga penulis dapat melanjutkan studi S2 di UNS. g. Dr. Widiyanto, M.Kes. yang dengan senang hati dan sungguh-sungguh membantu dalam proses penelitian di lapangan (baik mencarikan sampel, pengukuran TB, BB, dan pengambilan darah) tidak lupa alat dan bahan penelitian yang telah dipinjami serta segala kebaikan yang tidak dapat disebutkan satu per satu karena terlalu banyak sekali membantu. h. Drs. Bambang Priyonoadi, M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menerima dan memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian. i. Yudik Prasetyo, S.Or, M.Kes. selaku Kapprodi Ilmu Keolahragaan (IKORA) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengijinkan mahasiswanya untuk menjadi subyek penelitian saya. j. Semua mahasiswa yang menjadi subyek penelitian yang dengan sungguhsungguh dan rela hati meluangkan waktu dan tenaga untuk mengikuti program penelitian ini. k. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2011 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini. l. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.
Surakarta,
commit to user viii
Penulis
2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv ABSTRAK .......................................................................................................
xv
ABSTRACT ....................................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
8
A. Kajian Teori .........................................................................................
8
1. Hubungan Sistema Kerja Fisik dengan Olahdaya (Metabolisme) Kadar Asam Laktat dan Sistem Energi............................................
8
a. Terbentuknya Asam Laktat dalam Otot ......................................
10
b. Sistem Energi ..............................................................................
11
c. Sumber Energi ............................................................................ 14 d. Penyediaan Energi ......................................................................
15
e. Sistem Anaerobik ........................................................................ 15 f. Sistem Aerobik ........................................................................... 18 g. Sistem Energi Predominan dalam Olahraga ...............................
commit to user ix
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
h. Sistem Energi Saat Istirahat dan Latihan .................................... 21 2. Latihan Fisik .................................................................................... 22 a. Ruang Lingkup Latihan ..............................................................
22
b. Pengertian Latihan ......................................................................
24
c. Ciri-ciri Latihan .......................................................................... 26 d. Tujuan dan Sasaran Latihan ........................................................ 27 e. Komponen-komponen Latihan ................................................... 29 f. Latihan maksimum .....................................................................
35
3. Kelelahan ......................................................................................... 36 a. Bentuk Kelelahan ........................................................................ 37 b. Fisiologi Kelelahan .....................................................................
37
c. Mekanisme Kelelahan................................................................. 40 d. Kemungkinan Tempat-tempat Kelelahan ................................... 42 4. Pemulihan (Recovery)......................................................................
43
a. Fisiologi Proses Recovery ........................................................... 44 b. Oksigen Pemulihan .....................................................................
45
c. Pengisian Kembali Cadangan-cadangan Energi ......................... 48 d. Penggusuran Asam Laktat dari Darah dan Otot ......................... 50 e. Pemulihan Cadangan-cadangan Oksigen .................................... 51 f. Recovery Aktif ............................................................................ 53 g. Recovery Corstability ................................................................. 54 h. Recovery Pasif.............................................................................
54
i. Penurunan Kadar Asam Laktat ................................................... 56 5. Indeks Massa Tubuh (IMT) .............................................................
57
a. IMT Kurang ................................................................................ 58 b. IMT Normal ................................................................................ 59 c. IMT Lebih ................................................................................... 60 6. Analisis IMT Berkaitan dengan Penurunan Kadar Asam Laktat .... 61 B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 62 C. Hipotesis ...............................................................................................
commit to user x
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 66 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
66
B. Jenis Penelitian .....................................................................................
66
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 68 D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................
69
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 72 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 76 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
84
A. Deskripsi Data ......................................................................................
85
B. Pengujian Hipotesis ..............................................................................
92
C. Pembahasan .......................................................................................... 95 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 102 A. Kesimpulan .......................................................................................... 102 B. Implikasi ............................................................................................... 104 C. Saran..................................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA . ..................................................................................
106
LAMPIRAN ..................................................................................................
110
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 2.1 Sistem Energi Utama pada Berbagai Cabang Olahraga................... 20 Tabel 2.2 Perbedaan Denyut Jantung Orang Terlatih dan Tidak Terlatih .......
32
Tabel 2.3 Mekanisme Terjadinya Kelelahan ................................................... 41 Tabel 2.4 Kategori IMT ................................................................................... 58 Tabel 3.1 Rancangan Faktorial 3 x 3 ...............................................................
67
Tabel 3.2 Satuan Harga untuk Uji Bartlet ........................................................ 78 Tabel 3.3 Analisis Variansi Dua Jalur .............................................................
79
Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Pengukuran Kadar Asam Laktat Darah pada Mahasiswa yang Memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang, Berdasarkan Jenis Recovery yaitu Recovery Aktif, Corstability, dan Pasif ..................................................................... 85 Tabel 4.2. Nilai Penurunan Kadar Asam Laktat Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)..................................................................... 88 Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.......................................... 90 Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data .......................................
91
Tabel 4.5. Ringkasan Nilai Rata-rata Kadar Asam Lakat Berdasarkan Kategori IMT dan Jenis Recovery . ................................................. 92 Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Perlakuan Recovery Aktif, Corstability dan Pasif (A1, A2, A3) ........................................ 93 Tabel 4.7. Ringkasan Analisis Variansi untuk Indeks Massa Tubuh (B1, B2 dan B3) ............................................................................................. 93 Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor ................................. 93
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar: 2.1. Pengetahuan pendukung dalam Proses Berlatih Melatih ........... 23 Gambar 2.2. Kerangka Hubungan Latihan dan Penampilan Atlet ................... 28 Gambar 2.3. Penurunan Heart rate pada Orang Tidak Terlatih dan Terlatih .. 31 Gambar 2.4. Pemulihan Setelah Latihan maksimum Versi MacKenzie .......... 48 Gambar 2.5.Pemulihan Setelah Latihan maksimum (Maksimal) Versi Mucshin Douwes ........................................................................ 48 Gambar 2.6. Pemulihan Fosfagen Sangat Cepat, Kemudian Agak Lambat, yakni 70% dalam waktu 30 detik, dan 100% dalam waktu 3 sampai 5 menit ............................................................................ 49 Gambar 2.7.Sirkulasi yang Utuh, Pemulihan PC pada Mulanya Sangat Cepat, Kemudian Jauh Lebih Lambat......................................... 50 Gambar 2.8. Oksigen yang dikonsumsi Selama RPP (Rapid-Recovery O2 Phase) .......................................................................................... 52 Gambar 3.1. Pengambilan Laktat ..................................................................... 73 Gambar 3.2. Pengukuran Tinggi Badan ........................................................... 74 Gambar 3.3. Pengukuran Berat Badan ............................................................. 76 Gambar 4.1.Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Penurunan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ................................................................... 87 Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Penurunan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Recovery dan Kategori Indeks Massa Tubuh ............................................................................... 89
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Permohonan Ijin Penelitian ......................................................... 111 Lampiran 2. Ijin Penelitian ............................................................................... 112 Lampiran 3. Hasil Analisis One Way Anava ................................................... 113 Lampiran 4. Hasil Analisis Univariate Analysis of Varian ............................. 116 Lampiran 5. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih ............ 121 Lampiran 6. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal ......... 122 Lampiran 7. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang ......... 123 Lampiran 8. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih .................................................................... 124 Lampiran 9. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal.................................................................. 125 Lampiran 10. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih .................................................................. 126 Lampiran 11. Foto Penelitian ........................................................................... 127
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hajar Danardono. 2013. Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan Maksimum Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau Dari Indeks Massa Tubuh. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II: Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO. Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana UNS Surakarta. ABSTRAK Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstabilty, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat, (2) Perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum, (3) Interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh (IMT) terhadap penurunan kadar asam laktat. Penelitian dilaksanakan di Stadion Atletik FIK UNY Yogyakarta selama 1 hari. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 3 x 3. Populasi penelitian adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang mempunyai kategori indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. Sampel penelitian berjumlah 45 mahasiswa laki-laki yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Variabel penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu variabel independen, variabel atributif dan variabel dependen. Rinciannya sebagai berikut: 1) Variabel independen yaitu recovery aktif, corstabilty, dan pasif, 2) Variabel atributif yaitu indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. 3) Variabel dependen yaitu penurunan kadar asam laktat. Seluruh data yang diperlukan diperoleh melalui laktat tes yang digunakan untuk mengukur ambang laktat, Timbangan untuk mengukur berat badan, stadiometer untuk mengukur tinggi badan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur dengan bantuan aplikasi computer menggunakan seri program SPSS for window versi 19 dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara jenis recovery aktif, corstabilty, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat, (Sig = 0.000 < 0.05) di mana jenis recovery aktif memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar dari pada recovery corstabilty, Dan Pasif. (2) Ada perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, (Sig = 0.000 < 0.05) di mana mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar dari pada mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, dan lebih. (3) tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori IMT terhadap penurunan kadar asam laktat, mahasiswa laki-laki Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, (Sig = 0.113 > 0.05). Kata Kunci : Recovery, Latihan maksimum, Kadar Asam Laktat, dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hajar Danardono. 2013. The Differences Effect of Type Active Recovery, Corstabilty, and Passive, After Weight Exercise Toward Decreased levels of lactic acids Seen From the Body Mass Index. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyanto, Supervisor II: Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO. Study Program of Sport Science, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. ABSTRACT The purpose of this study was to find out: (1) The difference effect between of type active recovery, corstabilty, and passive, after weight exercise toward decreased levels of lactic acid, (2) The difference changes of lactic acid levels between the students that have less than body mass index, normal, and more, after weight exercise, (3) The interaction between the type of recovery and categories of body mass index (BMI) toward decreased levels of lactic acids. The research was conduct at the Athletic Stadium FIK UNY Yogyakarta for 1 day. The research method that used was experiment method with the 3 x 3 factorial design. The research population was students of study program of sport Science, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, who have less body mass index categories, normal, and more. The number of research sample was 45 male students taken with the technique of purposive random sampling. This research variables include three variables, that is independent variable, attributive variable and dependent variable. Its detail as follows 1) Independent variable that is active recovery, corstabilty, and passive, 2) Attributive variable that is body mass index is less, normal, and more, 3) Dependent variable that is decreased levels of lactic acids. All data obtained through lactic necessary tests used to measurement the lactate threshold, Scales to measurement weight, stadiometer to measurement height. The technique of data analyzes that used in this research was two way ANAVA with the help of computer applications using serial SPSS for windows version 19 with a significance level of 5%. The result of research indicate: (1) There was significant difference effect between the type of active recovery, corstabilty, and passive, after weight Exercise toward decreased levels of lactic acid, (Sig = 0.000 <0.05), effect of type active recovery better than the recovery corstabilty, and passive toward lactic acid levels reduction/change. (2) There was significant difference of lactic acid levels reduction/change between the students that have body mass index less than, normal, and more, (Sig = 0.000 <0.05)), students group with normal body mass index category have larger lactic acid levels reduction/change than students group with body mass index less, and more. (3) There was no significant interaction between the type of recovery and BMI categories on decreased levels of lactic acid/reduction, male students of Study Program of Sport Science, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, (Sig = 0113> 0.05). Key Word : Recovery, Weight Exercise, Lactic Acid Levels, and Body Mass Index (BMI).
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien. Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan mereka: seperti olahraga untuk peningkatan prestasi, olahraga meningkatkan kinerja, ketahanan yang lebih baik, lemak tubuh kurang, tambah dan bahkan hanya merasa lebih baik. Dalam rangka mempertahankan latihan rutin sangat penting untuk pulih sepenuhnya setelah latihan. Pemulihan merupakan bagian penting dari latihan rutin. Hal ini memungkinkan atlet untuk melatih lebih sering dan melatih lebih keras sehingga atlet mendapatkan lebih banyak dari pelatihannya (Muhammad Arief Setiawan, 2012). Proses yang terjadi selama pemulihan dari suatu latihan fisik (exercise) sama pentingnya dengan proses selama latihan fisik itu sendiri. Pemulihan yang tidak sempurna antara latihan satu dengan latihan fisik lainnya atau antara satu pertandingan dengan pertandingan berikutnya pada akhirnya akan menurunkan kinerja fisik seseorang (Ilhamjaya, 2000). Pada kasus atlet, seringkali hanya istirahat sehari atau 2 hari antara satu perlombaan dengan perlombaan lainnya. Sebenarnya, bukan suatu hal yang
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
luar biasa bagi atlet untuk berpartisipasi pada beberapa perlombaan dalam seminggu atau beberapa pertunjukkan dalam sehari, khususnya selama waktu turnamen. Persoalannya adalah bagaimana para pelatih dapat memulihkan atlet-atlet mereka secara sempurna dan secepatnya dari satu kinerja ke kinerja berikutnya (Ilhamjaya, 2000). Konsep yang paling erat kaitanya dengan proses pemulihan dari suatu latihan fisik (exercise) adalah hutang oksigen (the oxygen debt). Selain itu, ada beberapa hal penting lainnya dalam proses pemulihan tersebut, yaitu: pemulihan cadangan fosfagen otot, pengisian mioglobin dengan oksigen, pengisian cadangan glikogen otot, dan pemusnahan asam laktat darah dan otot (Fox, Bower & Foss, 1993). Tubuh manusia secara normal mengalami metabolisme energi yang menjadi sumber pergerakan tubuh salah satunya berasal dari ATP yang digunakan antara lain untuk pergerakan otot (Guyton, 1986). Energi yang digunakan saat beraktivitas pada kondisi anaerob akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat. Asam laktat secara normal terdapat dalam tubuh dan menggambarkan kondisi glikolisis anaerob. Asam laktat berkaitan erat dengan kemampuan otot untuk berkontraksi. Tubuh memiliki keterbatasan dalam mentoleransi jumlah asam laktat dan tiap individu memiliki batas ambang asam laktat yang berbeda-beda. Kadar asam laktat akan meningkat saat beraktivitas dimana sumber energinya berasal dari sistem glikolisis anaerob (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana Herman, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Asam laktat yang terbentuk melalui glikolisis anaerobic ini akan menurunkan pH (meningkatkan keasaman) dalam otot maupun darah. Penurunan pH ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot tersebut sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan (Ilhamjaya, 2000). Adanya aktivitas tinggi tanpa memperhatikan waktu pemulihan yang cukup,
dapat
menyebabkan
penumpukan
asam
laktat
darah
yang
mengakibatkan terhalangnya asupan energi dari sistem aerob pada sel otot dan timbulnya rasa lelah (Guyton, 1986). Kondisi tersebut berakibat pada turunnya kinerja otot. Namun adanya asam laktat dalam tubuh juga penting karena asam laktat dapat diubah menjadi sumber energi. Asam laktat dalam kondisi cukup oksigen dapat diubah kembali menjadi asam piruvat dan selanjutnya mengalami sistem oksidatif untuk menghasilkan energi. Asam laktat merupakan indikator kelelahan, yaitu suatu hasil sampingan dari metabolisme
pembentukan energi. Di dalam tubuh kita,
terjadi proses kimia yang mengubah energi kimia dalam makanan menjadi energi mekanik yang membuat otot kita dapat berkontraksi. Energi mekanik yang menjadikan otot berkontraksi berasal dari molekul yang disebut ATP (Adenosin Tri Phosphate, merupakan gugus adenosine yang mengikat tiga gugus fosfat). Jika satu gugus fosfat lepas dari ATP, maka energi sebesar 30 kJ akan
dilepas. Salah
satu
penggunaan
energy
commit to user
tersebut,
yaitu
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
menggerakkan otot (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana Herman, 2009). Pada beberapa cabang olahraga, pertambahan berat badan berupa lemak tubuh justru dapat menghambat pergerakan atlet. Contoh atlet yang tidak membutuhkan berat badan adalah atlet lompat tinggi, lompat jauh, ballerina, gimnastik, pelari cepat dan marathon. Lemak tubuh hanya akan meningkatkan berat tubuh atlet tetapi tidak berkontribusi pada produksi energi. Jadi, lemak tubuh yang berlebihan akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh (Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang lebih lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena banyak kekurangan energy/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam aktivitas olahraga juga agak lama. Mekanisme pemulihan laktat dari otot dan darah dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan setelah aktivitas dengan intensitas maksimal. Hal ini akan mempengaruhi mekanisme keluarnya laktat dari otot ke darah, meningkatnya aliran darah, ambilan laktat oleh hati, jantung, dan otot rangka. Kecepatan pengeluaran laktat dari otot ke pembuluh darah akan mempengaruhi proses metabolisme berikutnya, sehingga laktat dapat segera dimetabolisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
kembali membentuk energy melalui siklus krebs (Widiyanto, 2012). Menurut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) proses aerobik merupakan salah satu cara menghilangkan zat kelelahan, karena selama proses aerobik aliran darah dapat dialirkan menuju otak dan jantung, proses respirasi berjalan lancer yang menyebabkan oksigen banyak masuk ketubuh sehingga cepat membentuk energy kembali. Optimalisasi masa recovery sejalan dengan kajian teoritik yang menyatakan bahwa pengkondisian fisiologis seseorang tidak hanya pada masa latihan tapi juga pada masa recovery latihan, masa pertandingan, dan masa recovery antar pertandingan. Optimalisasi jenis recovery penting untuk dilakukan mengingat kualitas recovery yang baik dapat menurunkan kelelahan baik secara objektif maupun subjektif, serta dapat mengurangi cedera (Widiyanto, 2012). Dalam kesempatan ini peneliti akan membandingkan teknik recovery aktif, corstability, dan pasif dengan Indeks Massa Tubuh yang harapannya dapat membantu meningkatkan penurunan kadar asam laktat. Dengan meningkatnya penurunan kadar asam laktat diharapkan mampu memberikan sumbangan pada efisiensi pemulihan dan dapat mengetahui ketahanan atlet selama training dan mempersiapkan kompetisi, bahkan juga saat proses kompetisinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
1. Adakah perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat? 2. Adakah perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum? 3. Adakah pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat. 2. Perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum. 3. Pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat? D. Manfaat Penelitian 1. Secara metodologis penelitian ini penting karena dapat memberi landasan yang tepat dan rasional pada semua orang tentang jenis recovery aktif, corstability, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat adanya kecenderungan bahwa masyarakat umum, pecinta olahraga, dan atlet, sering mengabaikan
recovery sehingga sering mengalami kelelahan yang
berlebihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan teori recovery, untuk mempertegas konsep, pemikiran, dan temuan yang telah dilakukan oleh para ahli terdahulu. 3. Teknik recovery menjadi peluang yang harus dikembangkan dalam menyusun program latihan sehingga dapat mengurangi kelelahan yang berlebihan karena antara latihan dan recovery seimbang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hubungan Sistema Kerja Fisik dengan Olahdaya (Metabolisme) Kadar Asam Laktat dan Sistem Energi Dalam kehidupan sehari-hari bila kita melakukan aktifitas fisik berat, misalnya olahraga berat, maka akan timbul kelelahan. Salah satu penyebab terjadinya
kelelahan
adalah
akibat
penumpukan
sampah
olahdaya
(metabolisme) misalnya yang berupa asam laktat. Sesungguhnya asam laktat di dalam sel otot bukan merupakan sampah akhir, namun bila jumlahnya berlebihan, dapat menggangu kinerja sel, sehingga oleh karena itu harus segera diangkut ke luar dari otot oleh sistem sirkulasi untuk didaur ulang kembali menjadi glikogen di hati dan jaringan otot lain yang tidak aktif. Oleh karena itu dengan semakin baiknya kemampuan seseorang untuk mengangkut sisa olahdaya tersebut keluar dari otot yang lelah ke dalam hati dan otot lain, maka semakin cepat pula seseorang pulih dari kelelahan (Astrand yang dipaparkan oleh Santosa Giriwijoyo, Neng Tine K, dan Lilis K, 2012). Perlu pula diingat kembali bahwa tertimbunnya asam laktat terjadi oleh karena pembentukan asam laktat lebih cepat daripada pembuangannya, dan hal ini berkaitan dengan tidak adekuatnya sistem sirkulasi dalam otot yang bersangkutan dan tidak adekuatnya pasokan O 2, baik secara absolut
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
maupun relatif. Pasokan O 2 yang secara absolut tidak adekuat disebabkan oleh rendahnya kapasitas aerobik yang dimilikinya, sedangkan pasokan O2 yang secara relatif tidak adekuat disebabkan oleh tingginya intensitas kerja/olahraga yang dilakukannya (olahraga dilakukan secara overload). Salah satu cara untuk pulih kembali dari kelelahan yaitu dengan pemulihan /Recovery (Santosa Giriwijoyo, Neng Tine K, dan Lilis K, 2012). Sebelum membahas pelatihan fisik perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan kondisi pelatihan. Untuk dapat memahami kondisi pelatihan harus dipahami tata hubungan olahdaya anaerobik dan aerobik. Fungsi olahdaya anaerobik adalah memasok daya untuk terjadinya gerak (kontraksi otot), sedang fungsi olahdaya aerobik ialah untuk memulihkan perubahan, termasuk menghilangkan sampah yang terjadi akibat adanya olahdaya anaerobik (lihat bagan dibawah ini). DAYA (ENERGI)
KERJA/OR
SAMPAH
KELELAHAN
ANAEROBIK (TANPA O2) OLAH DAYA AEROBIK (+ O2) PEMBUANGAN MELALUI PROSES OKSIDASI (+ PEMBUANGAN MELALUI SIRKULASI) Bagan: olahdaya untuk menghasilkan daya (energi) untuk kerja dan mekanisme pencegahan/pemulihan kelelahan (Santoso Giriwijoyo, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Kelelahan yang berlebihan setelah berolahraga umumnya sinyal bahwa Anda berolahraga terlalu keras. Cooper memiliki dua rekomendasi. Pertama, ia menulis bahwa Anda harus berjalan perlahan-lahan selama setidaknya lima menit setelah latihan maksimum karena berhenti tiba-tiba dapat menyebabkan aliran darah tidak memadai ke otak dan jantung. Kedua, ia menulis bahwa Anda harus memeriksa detak jantung Anda setelah periode pemulihan lima menit. Jika denyut jantung Anda di atas 120 detak jantung per menit dan Anda berada di bawah 50 tahun atau detak jantung Anda di atas 100 detak jantung per menit dan Anda lebih dari 50 tahun, latihan berikutnya Anda harus lebih pendek dan kurang berat. Pemantauan denyut jantung Anda terus-menerus dapat membantu Anda membuat penyesuaian secara cepat (Martin Zabell, 2011). a. Terbentuknya Asam Laktat dalam otot Perasaan tegang atau capek di badan adalah indikasi menumpuknya asam laktat atau asam susu di otot. Asam laktat ini timbul pada proses pembakaran di dalam otot yang aktif. Dalam kegiatan ini selain dihasilkan energi juga didapat sisa pembakaran, yaitu berupa asam laktat. Makin lama aktivitas dijalankan, energi yang dihasilkan semakin kecil sementara sisa pembakaran berupa asam laktat itu justru menumpuk. Penumpukan asam laktat inilah yang menyebabkan rasa lelah atau capek. Secara fisik, otot yang lelah terasa lebih kaku dan keras. Jika dipegang tidak terasa elastis dan tidak rileks. Otot yang tidak rileks akan mengganggu alat-alat tubuh, misalnya pembuluh darah vena atau arteri,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Juga pembuluh limpa dan persarafan, Bisa jadi pembuluh darah tertekan atau saraf-saraf terjepit akibatnya peredaran darah menjadi kurang lancar dan saraf menjadi kurang sensitive (thobib, 2012). Stephen M. Roth (2012) menjelaskan bahwa Sel-sel otot yang sedang bekerja dapat melanjutkan jenis produksi energi anaerobik pada tingkat tinggi selama satu sampai tiga menit, selama waktu itu laktat dapat mengakumulasi ke tingkat tinggi. Efek samping dari tingkat laktat yang tinggi adalah peningkatan keasaman sel-sel otot, bersamaan dengan gangguan
metabolit
lainnya.
Jalur
metabolisme
yang
sama
memungkinkan pemecahan glukosa menjadi energi berkinerja buruk dalam lingkungan asam. Di permukaan, tampaknya kontraproduktif bahwa otot bekerja akan menghasilkan sesuatu yang akan memperlambat kapasitasnya untuk bekerja lebih, Pada kenyataannya, ini adalah mekanisme pertahanan alami untuk tubuh mencegah kerusakan permanen saat beraktivitas ekstrim dengan memperlambat sistem kunci yang dibutuhkan untuk mempertahankan kontraksi otot. Setelah tubuh melambat, oksigen menjadi tersedia dan laktat kembali menjadi piruvat, sehingga metabolisme aerobik jalan terus dan energi untuk pemulihan tubuh dapat tersedia dari latihan maksimum. b. Sistem Energi Olahraga atau aktivitas fisik lainnya memerlukan energi. Kerja yang dihasilkan oleh aktivitas fisik merupakan hasil penerapan gaya oleh anggota gerak tubuh terhadap suatu massa pada suatu jarak. Gerakan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
gerakan yang dilakukan oleh anggota gerak tubuh merupakan hasil kontraksi-relaksasi otot rangka tubuh. Kontraksi-relaksasi otot rangka memerlukan energi. Energi yang digunakan oleh kontraksi-relaksasi otot dan proses-proses biologis lainnya dalam tubuh adalah energi yang dilepaskan oleh hidrólisis adenosine triphosphate (ATP). Energi tersebut merupakan energi kimia yang dibentuk melalui oksidasi bahan-bahan penghasil energi (karbohidrat, lemak, dan protein) (Ilhamjaya, 2000). Metabolisme energi dalam tubuh secara umum dapat dikelompokan menjadi dua yaitu metabolisme aerob dan anaerob. Metabolisme anaerob terdiri dari sistem fosfagen (sistem ATP-PC) yang menggunakan fosfat inorganik (Pi) hasil pemecahan ikatan phosphocreatine (PC) sebagai sumber pembentukan kembali ATP dan sistem glikolisis anaerob (sistem asam laktat) yang melibatkan pemecahan glukosa untuk membentuk ATP. Metabolisme aerob melibatkan oksigen dalam pemecahan sumber energi berupa karbohidrat, lemak atau protein untuk pembentukan kembali ATP. Dalam pelatihan dengan intensitas tinggi dengan waktu pelaksanaan yang singkat, sumber energi kontraksi sepenuhnya berasal dari metabolisme anaerob yakni melalui sistem fosfagen (ATP-PC) dan glikolisis anaerob. Sistem fosfagen (ATP-PC) merupakan sistem penghasil energi anaerob yang mempergunakan fosfat kreatin (PC) yang terdapat di dalam otot untuk resintesis ATP. Fosfat kreatin adalah suatu zat seperti ATP berisi ikatan fosfat energi tinggi. Tidak seperti pemecahan ATP, energi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
yang dihasilkan dari pemecahan fosfat kreatin tidak dapat digunakan secara langsung sebagai energi kontraksi otot. Namun energi yang dihasilkan berperan dalam mengganti ATP. Fosfat kreatin dihidrolisis menjadi kreatin dan fosat inorganik dengan melepaskan energi tinggi. Energi tersebut digunakan untuk membentuk kembali ATP dari ADP (Adenosine Diphosphate). Pada dasarnya dua macam sistem metabolisme energi yang diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia, yaitu dari metabolisme sistem energi anaerob dan sistem energi aerob tidak dapat dipisahpisahkan secara mutlak selama aktivitas kerja otot berlangsung. Oleh karena sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan kebutuhan tenaga yang secara terus menerus berkesinambungan dan saling silih berganti. Pada awal kerja memang diperlukan sistem ATPPC, tetapi jika kerja itu terus berlangsung maka diperlukan sistem energi lain yang akhirnya akan sampai pada sistem aerobik. Adapun letak perbedaan di antara kedua sistem energi tersebut adalah pada ada dan tidaknya bantuan oksigen (O2) selama proses pemenuhan kebutuhan energi berlangsung. Sistem anaerob selama proses pemenuhan energinya tidak memerlukan bantuan oksigen (O2), namun menggunakan energi yang telah tersimpan di dalam otot, yaitu ATP dan PC. Sebaliknya, sistem energi aerob dalam proses pemenuhan kebutuhan energi untuk bergerak memerlukan bantuan oksigen (O2) yang diperoleh dengan cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menghirup udara yang ada di sekitar dan di luar tubuh manusia melalui sistem pernafasan (Sukadiyanto, 2011). c. Sumber Energi Menurut Saryono (2011), kontraksi otot memerlukan sejumlah energi yang besar. Adenosin tri fosfat (ATP) menyediakan energi untuk kontraksi otot. Dalam proses kontraksi sel otot, ATP berguna untuk: Proses kontraksi, memompa kalsium ke retikulum dan mempertahankan gradient ion Na/K. Di dalam tubuh manusia banyak alternatif sumber ATP, sumber-sumber ATP tersebut adalah 1) Creatine phospate (CP) Creatine phospate merupakan cara yang paling cepat dalam menghasilkan ATP. 1 ATP dihasilkan untuk setiap penggunaan satu molekul kreatin fosfat. Energi ini merupakan energi simpanan di otot skelet. Kreatin disentesis di hepar (dari arginin, glisin, metionin) dan ditransport ke sel otot, kemudian akan difosforilasi oleh kreatin kinase (memerlukan ATP) menjadi kreatin fosfat. 2) Respirasi aerob (Siklus krebs/TCA cycle) Respirasi aerob merupakan metode yang paling efisien. Respirasi ini memerlukan oksigen, proses pemecahan glukosa dilakukan untuk menghasilkan ATP, CO2, dan H 2O. Proses respirasi aerob menghasilkan 36 ATP setiap satu molekul glukosa. Sumber untuk respirasi aerob adalah glukosa, asam lemak,dll. 3) Respirasi anaerob (Glikolisis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Respirasi ini terjadi tanpa adanya oksigen. Pada proses ini terjadi pemecahan glukosa menjadi ATP dan asam laktat. Glikolisis dan gikogenolisis terjadi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Glukosa dipecah menjadi asam piruvat untuk menghasilkan beberapa ATP. Asam piruvat dikonversi menjadi asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan menyebabkan kelelahan pada otot. 4) Rantai transport elektron Rantai ini merupakan rantai pemindahan elektron dari donor electron (seperti NADH) dengan elektronegativitas tinggi ke elektronegativitas yang rendah, dan diterimakan ke oksigen (akseptor electron). Pada saat melewati beberapa titik lintasan, akan dilepaskan fosfat berenergi tinggi (ATP). d. Penyediaan Energi Gerak yang terjadi pada olahraga karena adanya kontraksi otot. Otot dapat berkontraksi karena adanya pembebasan energi berupa ATP yang tersedia di dalam sel otot. ATP dalam sel otot jumlahnya terbatas dan dapat dipakai sebagai sumber energi hanya dalam waktu 1
2 detik.
Kontraksi otot akan tetap berlangsung apabila ATP yang telah berkurang dibentuk kembali. Pembentukan kembali ATP dapat berasal dari kreatin fosfat, glukosa, glikogen dan asam lemak (Dadang A. Primana, 2000). e. Sistem Anaerobik Pada sistem anaerobik, terdapat dua macam proses pemecahan ATP. Yang pertama adalah sistem ATP-PC (anaerobik alactacid atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
phosphagen sistem). Karena hanya sedikit jumlah ATP yang disimpan di dalam sel, maka pengurangan energi terjadi sangat cepat ketika pada awal aktivitas fisik yang berat dilakukan. Energi yang dapat disediakan kira-kira hanya sekitar 8-10 detik saja. Sistem energi ini biasanya digunakan pada cabang olahraga yang memerlukan gerakan cepat dan eksplosif power seperti diving, weight lifting, jumping dan nomor-nomor lempar pada cabang atletik. Pada latihan kekuatan yang waktu kerjanya pendek seperti pada latihan kekuatan maksimum dan power, juga menggunakan sistem energi ini. Setelah otot melakukan aktivitas yang menggunakan sistem energi ini, maka akan mengalami pemulihan energi kembali yang disebut dengan Restoration of Phosphagen, Proses ini terjadi sangat cepat. (Fox et all dalam Bompa, 1993) menyatakan pemulihan kembali phosphagen pada 30 detik pertama mencapai 70 % dan pada 3-5 menit akan mengalami pemulihan yang sempurna. Yang kedua adalah lactic acid sistem (glikolisis anaerobik). Pada even olahraga yang sedikit memerlukan waktu yang agak lama (40 detik), energi yang digunakan masih ATP-PC dan setelah 10-20 detik dilanjutkan lactic acid sistem (asam laktad). Proses ini masih terjadi di dalam sel otot, karena tidak menggunakan O2 selama pemecahan glikogen maka sebagai hasil yang ditampilkan adalah Lactic Acid (LA). Jika aktivitas dengan intensitas tinggi dilanjutkan untuk waktu yang lama, jumlah LA di dalam otot menjadi bertambah banyak dan akan menyebabkan kelelahan. Di dalam latihan maksimum sistem LA ini juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
digunakan, yaitu ketika akan mengembangkan M-E of short duration. Seperti pada sistem ATP-PC yang mengalami restorasi pospagen, maka pada sistem glikolisis anaerobik ini juga mengalami restorasi glikogen. Restorasi glikogen yang sempurna agak memerlukan waktu yang cukup panjang bahkan sampai berhari-hari. Sebagai contoh latihan maksimum yang menggunakan perbandingan kerja adalah 40 detik dan istirahat adalah 3 menit, pada 2 jam pertama restorasi hanya mencapai 40%, setelah 5 jam naik menjadi 55% dan pada 24 jam akan mengalami restorasi yang sempurna. Selama melakukan latihan maksimum, jumlah LA dalam darah akan semakin bertambah yang akan mengakibatkan kelelahan. Sebelum dikembalikan menjadi seimbang setelah tahap istirahat, LA telah dikeluarkan dari sistem ini. (Fox et al dalam Bompa, 1993) menjelaskan bahwa pada 10 menit terjadi pengeluaran mencapai 25%, 25 menit mengalami pengeluaran 50% dan pada watu 1 jam 15 menit akan mengalami pengeluaran 95%. Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang anaerobik, meliputi anaerobik alaktik dan laktik menurut (Sukadiyanto, 2011) adalah sebagai berikut: Ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktasid: 1) Intensitas kerja maksimal 2) Lama kerja kira-kira sampai 10 detik 3) Irama kerja eksplosif (cepat mendadak) 4) Aktivitas menghasilkan Adenosin diphospat (ADP) + energi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Ciri-ciri sistem energi anaerobik laktasid: 1) Intensitas kerja maksimal 2) Lama kerja antara 10 sampai 120 detik 3) Irama kerja eksplosif 4) Aktivitas menghasilkan asam laktat dan energi f. Sistem Aerobik Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme aerobik (oksigen) dan terjadi di dalam otot dengan pengaruh lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat. Sistem ini memerlukan kira-kira tiga menit untuk memulai memproduksi energi dalam mensintesa ATP dari ADP + P. Denyut jantung dan pernapasan harus ditingkatkan secara memadai untuk membawa sejumlah oksigen yang diperlukan sel otot, sehingga glikogen dapat dipecah melalui hadirnya oksigen. Sistem aerobik memecah glikogen bedasarkan hadirnya oksigen dan sekaligus sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan asam laktat, hal ini dapat memungkinkan seseorang untuk terus melakukan latihan lebih lama. Sistem aerobik merupakan sumber energi utama dalam aktivitas olahraga yang berjangka waktu 3 menit atau bahkan 2 sampai 3 jam. Kerja yang terlalu lama dan lebih dari 2
3 jam, akan mengakibatkan pemecahan
lemak dan protein untuk menggantikan cadangan adenosine triphospat (ATP), selama cadangan glikogen mendekati habis (Bompa, 1986).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang aerobik ditinjau dari intensitas, durasi, dan iramanya, menurut (Sukadiyanto, 2011) adalah sebagai berikut: Ciri-ciri sistem aerobik: 1) Intensitas kerja sedang 2) Lama kerja lebih dari 3 menit 3) Irama gerak (kerja) lancar dan terus menerus (kontinyu) 4) Selama aktivitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2+H2O) g. Sistem Energi Predominan dalam Olahraga Pada dasarnya setiap aktivitas olahraga tidak menggunakan salah satu sistem saja, yaitu aerobik atau anaerobik, melainkan menggunakan keduanya dengan proporsi yang berbeda-beda sesuai dengan tuntutan kerja cabang olahraga, atau dikenal dengan sistem energi predominan (energi utama) dalam olahraga. Menurut Fox yang di paparkan oleh Suharjana (2007) membagi penggunaan energi berdasarkan sistem penyediaan energi sebagai berikut: 1) Aktivitas
yang
membutuhkan
waktu
kurang
dari
30
detik,
menggunakan sistem energi utama ATP-PC, seperti nomor lempar, lompat, lari 100 meter. 2) Aktivitas yang membutuhkan waktu antara 30 detik sampai 90 detik, menggunakan energi utama dari sistem ATP-PC dan asam laktat. Seperti lari 200 meter, lari 400 meter, renang 100 meter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
3) Aktivitas yang membutuhkan waktu 90-180 detik, menggunakan energi utama melalui sistem asam laktat dan oksigen. Seperti lari 800 meter, lari 1500 meter, renang 400 meter. 4) Aktivitas
yang
membutuhkan
waktu
lebih
dari
180
detik,
menggunakan energi utama dari sistem energi aerobik. Seperti lari 3000 meter, marathon, jogging, dan sebagainya. Berikut ini dapat dilihat tabel tentang berbagai cabang olahraga, aktivitas dan sistem energi utama (predominant energi sistem). Tabel 2.1. Sistem Energi Utama pada Berbagai Cabang Olahraga (Fox, Bower & Foss, 1993) Sports or % Emphasis by Energi Sistem Sports Activity
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
ATP-PC and Lactic Acid- Oxygen
Baseball Basketball Fencing Field hockey Football Golf Gymnastics Ice hockey A. Forward, defense B. Goalie 9. La Crosse A. Goalie defense, attacker B. Midfielders, mandown 10. Rowing 11. Skiing A. Slalom, jumping B. Downhill C. Cross-country D. Recreational 12. Soccer A. Goalie, wings, strikers
Lactic Acid
Oxygen
80 60 90 50 90 95 80
15 20 10 20 10 5 15
5 20
60 90
20 5
20 5
50 60 20
20 20 30
30 20 50
80 50 5 20
15 30 10 40
5 20 85 40
60 60
30 20
10 20
98
2
commit to user
30
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Sports or
% Emphasis by Energi Sistem
Sports Activity
ATP-PC and Lactic Acid- Oxygen
B. Halfbacks or link men 13. Swimming and diving A. Diving B. 50 m C. 100 m D. 200 m E. 400 m F. 1500 m, 1650 yd 14. Tennis 15. Track and field A. 100, 200 m B. Field events C. 400 m D. 800 m E. 1500 m (mile) F. 3000 m (2 mile) G. 5000 m (3 mile) H. 10.000 m (6 mile) I. Marathon 16. Volleyball 17. Wrestling
Lactic Acid
Oxygen
90 80 30 20 10 70
5 15 65 40 20 20
5 5 5 40 70 10
95-98 95-98 80 30 20-30 10 10 5 negligible 80 90
2-5 2-5 15 65 20-30 20 20 15 5 5 5
5 5 40-60 70 70 80 95 15 5
h. Sistem Energi Saat Istirahat dan Latihan Pada
saat
istirahat
kebutuhan
energi
jauh
lebih
sedikit
dibandingkan pada saat latihan fisik. Pada saat istirahat, energi hanya diperlukan untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh, misalnya fungsi respirasi, peredaran darah, dan metabolisme. Keperluan pasokan oksigen saat istirahat sudah tercukupi sehingga sistem energi yang digunakan adalah sistem energi aerobik. Sedangkan pada saat latihan fisik energi yang
diperlukan
akan
bertambah,
karena
disamping
untuk
mempertahankan fungsi-fungsi tubuh juga diperlukan untuk tambahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
energi untuk latihan itu sendiri. Penambahan energi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sistem energi aerobik dan anaerobik (Widiyanto, 2012). 2. Latihan Fisik a. Ruang Lingkup Latihan Dalam dunia olahraga, prestasi terbaik adalah menjadi hasil dari latihan yang sudah dijalankan atau dilakukan. Atlet putra maupun putri menginginkan
menjadi
juara
dalam
kejuaraan-kejuaraan
yang
dihadapinya. Latihan-latihan dilakukan untk mempertajam prestasi yang sudah diraih sebelumnya. Peningkatan ketajaman prestasi biasanya sebagai hasil dari tingkat fitness atau kesegaran jasmani yang lebih tinggi. Kesegaran ini timbul sebagai akibat semakin baiknya pengertian pelatih dan atlet tentang latihan dan pengaruhnya. Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih. Dalam olahraga prestasi proses tersebut akan berhasil apabila ada kerjasama antara pelatih yang berpengalaman dan berpengetahuan dengan ilmuwan olahraga yang benar-benar menekuni bidang pelatihan. Untuk itu, idealnya
seorang
pelatih
diharapkan
memiliki
pengalaman
dan
pengetahuan pada cabang olahraga yang digelutinya. Selain itu, juga diharapkan memiliki latar belakang pendidikan yang menjadikannya sebagai seorang ilmuwan di bidang olahraga (Sukadiyanto, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Ruang lingkup latihan menyatukan semua informasi dari sumbersumber ilmiah dan sosial yang digunakan oleh para pelatih, bersama dengan pengetahuannya tentang atlet guna menghasilkan program latihan yang efektif.
Filsafat
Psikologi OR
Kecakapan mengajar Fisiologi
Biomekanika Sejarah
TEORI LATIHAN
Ilmu gizi Anatomi Kesehatan OR Pertumbuhan dan perkembangan Tes & Pengukuran Gambar: 2.1. Pengetahuan Pendukung dalam Proses Berlatih Melatih (Bompa, 1999). Dalam proses berlatih melatih diperlukan berbagai pengetahuan pendukung agar latihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan pendukung tersebut menurut Bompa (1999) seperti yang terlihat pada Gambar 1, antara lain tentang: anatomi, fisiologi, kedokteran
olahraga, biomekanika, statistik,
tes
dan pengukuran,
psikologi, pembelajaran motorik, ilmu pendidikan, ilmu gizi, sejarah, dansosiologi. Semua ilmu pendukung tersebut akan diperoleh secara lengkap dalam bangku perkuliahan di perguruan tinggi olahraga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Oleh karena itu, dalam dunia olahraga prestasi proses latihan yang dilakukan untuk meraihnya merupakan suatu pekerjaan yang sangat unik dan penuh dengan resiko. Pekerjaannya dikatakan unik karena obyek latihannya adalah manusia, dimana manusia merupakan satu totalitas sistem psiko-fisik yang kompleks. Artinya, keberadaan manusia sebagai anak latih dalam proses latihan tidak dapat diperlakukan seperti robot, yang harus menuruti setiap perintah dari pusat tombolnya. Namun, aktualisasi setiap aktivitas anak latih sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor perasaan, pikiran, emosi, dan kondisi fisiknya (Sukadiyanto, 2005). b. Pengertian Latihan Latihan fisik yang dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu metabolism, sistem syaraf dan otot maupun sistem hormonal. Perubahan yang terjadi pada saat latihan disebut respons, sedangkan perubahan akibat suatu periode latihan disebut adaptasi (Astrand dan Rodhal, 1984) Dalam kepelatihan olahraga juga dikenal dua istilah penting, yaitu exercise
training
Exercise merupakan unit dasar suatu sesi training unit
u tugas
dengan tujuan yang telah ditetapkan, seperti berlari 30 menit di atas treadmill, latihan beban selama 3 set. Sedangkan latihan atau training adalah
suatu
program
exercise
untuk
commit to user
mengembangkan
kinerja,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
meningkatkan kemampuan fisik atlet dalam rangka meningkatkan penampilan atau menghadapi kejuaraan tertentu (Suharjana, 2007). Menurut
Lamb
yang
dipaparkan
acute exercise
oleh
Suharjana
chronic exercise
(2007) acute
exercise adalah latihan dengan periode pemberian beban kerja dalam satu sesi, sedangkan chronic exercise adalah pemberian beban kerja yang terprogram dilakukan berulang-ulang dalam beberapa hari atau bulan. Dengan demikian acute exercise bisa diartikan sebagai exercise sedangkan chronic exercise serupa dengan istilah Menurut Sukadiyanto (2011) pengertian latihan yang berasal dari kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan gerakanya. Latihan exercise merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan. Menurut Nossek J (1982) latihan adalah suatu proses atau periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun hingga olahragawan mencapai puncak prestasi/penampilan yang tinggi. Menurut Rushall dan Pyke (1990) latihan merupakan suatu proses sistematis yang dirancang untuk meningkatkan kinerja olahraga, baik berupa kualitas fisik, teknik maupun psikis. Menurut Harsono (1996) latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis, dilakukan berulang-ulang dengan beban semakin bertambah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Pendapat lain menyatakan bahwa latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dilakukan dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan (Bompa, 1994). Latihan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh dalam menanggapi stress, bila tubuh diberi beban terlalu ringan maka tidak akan terjadi adaptasi (Sugiharto, 2003). Dari beberapa pendapat menunjukkan bahwa exercise adalah aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi atau satu kali tatap muka sedangkan training merupakan suatu latihan yang dilakukan secara berulang-ulang, teratur dan terprogram yang berlangsung dalam beberapa hari atau bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran seorang atlet sesuai dengan aktivitas yang dipilih. Hal ini merupakan suatu proses yang panjang dan semakin meningkat. c. Ciri-ciri Latihan Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif, dan efisien. Menurut Sukadiyanto (2011) proses latihan tersebut selalu bercirikan antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam berolahraga,yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat. 2) Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan (kontinyu). Sedang bersifat progresif maksudnya materi latihan diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih berat. 3) Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus memiliki tujuan dansasaran. 4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen. 5) Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang direncanakan
secara bertahap
dengan
memperhitungkan
faktor
kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan. d. Tujuan dan Sasaran Latihan Tujuan latihan secara umum adalah untuk membantu para Pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan secara konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkapkan
potensi
olahragawan
mencapai
puncak prestasi.
Sedangkan sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keseiapan olahragawan dalam mencapai puncak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
prestasi. Tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka panjang maupun pendek (Sukadiyanto, 2011). Menurut Bompa (1999) faktor dasar latihan meliputi persiapan fisik, tehnik, taktik, strategi, kejiwaan dan kesiapan teori akan selalu ada dalam setiap program latihan olahraga. Persiapan fisik dan tehnik merupakan dasar untuk membangun prestasi. Dengan dukungan fisik (kesegaran jasmani) yang baik latihan tehnik akan lebih baik, atlet lebih dapat melakukan latihan tehnik dengan benar. Persiapan taktik dan strategi diperlukan dalam menghadapi lawan. Bila semua faktor-faktor diatas sama-sama sudah dilatihkan, maka pemenang dalam pertandingan adalah atlet yang memiliki kesiapan kejiwaan yang lebih unggul. Bompa juga menyatakan bahwa latihan yang tujuan utama adalah persiapan fisik, maka berdasarkan bentuk dan latihannya dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu: 1. Latihan untuk mengembangkan fisik secara umum 2. Latihan khusus untuk mengembangkan biomotor 3. Latihan untuk olahraga pilihan LATIHAN
KONDISI FISIK
TEHNIK
TAKTIK
MENTAL
PENAMPILAN ATLET
Gambar 2.2. Kerangka hubungan Latihan dan Penampilan Atlet (Modifikasi Bompa, 1994).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Sedangkan menurut Sukadiyanto (2011) sasaran dan tujuan latihan secara garis besar adalah (1) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (2) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, (3) menambah dan menyempurnakan teknik, (4) Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola bermain, dan (5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding. e. Komponen-komponen Latihan 1) Intensitas adalah tinggi rendahnya beban (ambang rangsang) yang akan digunakan untuk latihan. Untuk menentukan besarnya ukuran intensitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut : a) 1 RM ( one repetition maximum) Cara mencari beban latihan dengan metode trial and error, mencoba mengangkat beban hingga tidak mampu mengangkat lagi (satu kali angkatan kuat kemudian yang kedua tidak kuat inilah yang dikatakan 1 RM). Metode ini tidak dianjurkan bagi mereka yang belum terlatih, hal ini disebabkan karena otot-otot mereka belum kuat/ belum biasa menerima beban berat sehingga dikawatirkan dapat mengalami cedera. b) Repetisi maksimum (repetition maximum) Cara menentukan beban yang dilakukan dengan mengetahui kemampuan
otot
untuk
melakukan
commit to user
pengulangan
(repetisi)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
maksimum dalam mengangkat beban yang akan digunakan untuk latihan. Contoh seorang atlet yang pengen mengembangkan daya tahan otot, atlet tersebut harus mengangkat dumbel (alat yang digunakan) sebanyak 12-20 kali. Hal ini dapat dilakukan dengan percobaan misalnya dengan dumbel 5 kg dapat di angkat sebanyak 16 kali, maka beban tersebut dapat di gunakan sebagai beban latihan (Suharjana, 2007). c) Denyut jantung Per menit Denyut jantung berasal dari kontraksi otot jantung dimulai oleh peristiwa listrik (action potensial) ke peristiwa mekanik, yang berasal dari jaringan khusus Sino atrial Node dan menjalar melalui cardiac conduction sistem ini keseluruh bagian myocardium. Struktur sistem tersebut adalah sino atrial node yang disebut juga dengan
pace
maker,
atrioventricular
node
(A
V
Node)
(Guyton,1996). Menurut Astrand (1986) denyut jantung adalah debaran suara jantung yang menjalar sampai keujung pembuluh darah arteri yang ditentukan oleh tahanan dan tekanan darah. Pengaturan denyut jantung dan kekuatannya diatur oleh syaraf simpatis dan parasimpatis, syaraf simpatis berfungsi untuk menambahkan kecepatan dan kekuatan kontraksi otot jantung. Sedangkan syaraf parasimpatis berfungsi untuk memperlambat kontraksi otot jantung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
i.
Denyut jantung maksimal Frekuensi denyut nadi maksimal merupakan denyut nadi maksimal pada waktu melakukan kerja maksimal. Bompa mengatakan, bahwa maksimum heart rate diartikan sebagai denyut nadi maksimum yang dicapai dalam penampilan atau performanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 200 Untrained 150
100 Trained
50 0 Rest
Maximum
Gambar 2.3. Perubahan Heart rate pada orang tidak terlatih dan terlatih (Brooks dan Fahey,1984). ii.
Frekuensi denyut jantung selama kerja fisik GIAM dan TEH (1992) mengutarakan bahwa aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara keseluruhan. Salah satu petunjuk kearah itu ialah denyut jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 denyut per menit) dari seseorang yang terlatih dengan baik, dibandingkan dengan seseorang yang tidak terlatih (yang denyut jantungnya rata-rata antara 70-90 denyut per menit). Tabel dibawah ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
membandingkan kecepatan denyut jantung dari seseorang yang tidak terlatih dan seorang yang terlatih dengan baik. Orang yang terlatih ini tiap harinya rata-rata berlatih satu jam dengan latihan sedang dimana denyut jantungnya mencapai 150 denyut per menit. Tabel 2.2. Perbedaan Denyut jantung orang terlatih dan tidak terlatih (Giam dan Teh, 1992) Jantung normal yang Jantung normal yang tidak terlatih (denyut terlatih (dengan denyut jantung pada waktu jantung pada waktu istirahat: 70 denyut per istirahat: 60 denyut per menit) menit) Denyut jantung perhari 100.800 86.400 waktu istirahat = 60 menit per jam X 24 jam perhari Tambahan untuk latihan 0 5.400 tiap hari Jumlah denyut per hari 100.800 91.800
Keterangan 1 jam latihan dengan denyut jantung 150 per menit = penambahan (150-60) atau 90 denyut per menit = 90 X 60 = 5.400 denyut per jam Perbedaan antara jumlah denyut jantung dari jantung yang tidak terlatih dengan jantung yang terlatih: = 100.800-91.800 = 9.000 denyut per hari = 270.000 denyut per bulan = 3.285.000 denyut per tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
= 164.250.000 denyut dalam 50 tahun (sama dengan penghematan kurang lebih 4,5 tahun dari jantung normal yang tidak terlatih) Dengan demikian perbedaan denyut jantung antara jantung yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang berarti (demikian juga dengan pengurangan kerja jantung) dalam satu hari, satu bulan, satu tahun atau 50 tahun (atau kira-kira seumur hidup). Ini tentu dapat berarti suatu jantung yang bekerja lebih efisien dan berumur lebih panjang, dengan demikian tentunya juga mengakibatkan umur yang lebih panjang. Prinsip yang sama dapat juga diterapkan pada organ-organ lain (misalnya paru-paru) dan fungsi-fungsi lain, termasuk tekanan darah dan kecepatan pernapasan. d) Kecepatan (waktu tempuh) Kecepatan merupakan kondisional yang memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan melakukan gerakan secepat mungkin dalam jarak tertentu (Nossek J dalam M. Furqon, 1995). Untuk menentukan intensitasnya dengan cara jarak tempuh dibagi dengan waktu tempuh. e) Jarak tempuh Jarak
tempuh
yaitu
kemampuan
seseorang
dalam
menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu. Sebagai contoh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
seorang berlari 15 menit minimal harus menempuh jarak 3200 meter. Dengan demikian jarak tempuh yang digunakan sebagai ukuran untuk mengukur intensitas atau kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas (Sukadiyanto, 2011). 2) Set Set adalah sejumlah repetisi (ulangan) latihan yang diikuti dengan interval istirahat. 3) Repetisi (Ulangan) Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan dalam mengangkat Beban. 4) Volume Volume adalah jumlah set X repetisi X beban. 5) Interval Interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar seri, sirkuit atau antar sesi per unit latihan 6) Seri atau sirkuit Seri
atau
sirkuit
adalah
ukuran
keberhasilan
dalam
menyelesaikan beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda, artinya dalam satu seri terdiri dari beberapa macam latihan yang semuanya harus diselesaikan dalam satu rangkaian (Sukadiyanto, 2011) 7) Durasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Durasi adalah lamanya latihan sampai beberapa hari, minggu atau beberapa bulan program tersebut berlangsung atau dijalankan sehingga atlet memperoleh kondisi yang diinginkan (Sajoto, 1995). 8) Frekuensi Frekuensi diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan waktu (dalam seminggu), pada umumnya periode yang digunakan untuk menghitung jumlah frekuensi adalah per minggu. contoh latihan untuk meningkatkan kebugaran pada kebanyakan orang dilakukan 3-5 kali perminggu (Djoko Pekik I, 2002). 9) Sesi atau unit Sesi atau unit latihan adalah rencana paling kecil dari beban kerja latihan. Satu unit latihan dapat berlangsung 2-5 jam (Nossek J yang dipaparkan M. Furqon H, 1995) f. Latihan maksimum Latihan maksimum adalah Suatu proses pemberian beban kerja maksimal (baik intensitas, kecepatan, waktu, kekuatan, dan power) dalam satu sesi latihan. Latihan maksimum pada penelitian ini dilakukan dengan cara lari sprint 400 meter (dengan catatan benar-benar dipantau baik intensitas, kecepatan, dan waktunya). Dengan adanya latihan maksimum, maka akan terjadi oksigen debt yang mengakibatkan penumpukan
asam
laktat
melalui
glikolisis
anaerob,
sehingga
mengakibatkan Ph menurun (meningkatkan keasaman). Perubahan Ph akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
terutama dalam sel otot sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan. 3. Kelelahan Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk mempertahankan tenaga yang diperlukan atau yang diharapkan (Junusul Hairy, 2007). Definisi lain menurut Ilham jaya (2000) kelelahan otot membatasi kinerja otot. Kelelahan otot dapat bersifat lokal maupun menyeluruh, dapat menyertai olahraga endurance maupun olahraga yang berintensitas tinggi yang berlangsung singkat. Kelelahan otot lokal (local muscular fatigue) mengikuti latihan fisik berintensitas tinggi dan berlangsung singkat disebabkan oleh akumulasi produksi asam laktat didalam otot dan darah. Sedangkan kelelahan yang menyertai olahraga endurance tidak disebabkan oleh karena akumulasi produksi laktat. Kelelahan ini disebabkan karena kelelahan otot dan juga factor diluar otot (komponen tubuh lainnya). Kelelahan karena otot/factor komponen local, disebabkan terkurasnya cadangan glikogen otot baik pada serabut otot FT maupun ST, sedangkan kelelahan karena komponen tubuh lainnya, mungkin disebabkan oleh: hipoglikemia, penipisan glikogen hati, dehidrasi, kehilangan elektrolit, hipertermia, kebosanan (psikologis). Jadi kelelahan yang menyertai olahraga endurance bersifat menyeluruh (Ilhamjaya, 2000).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
a. Bentuk Kelelahan Menurut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) Kelelahan dibagi dalam 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja mental. Kelelahan ini sering disebabkan oleh kejemuan sebab kurangnya minat, dan hal ini lebih merupakan masalah bagi para ahli psikologi, psikiatri, sosiolog, termasuk pula para ahli ilmu faal. Lebih lanjut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012), mengemukakan bahwa kelelahan fisik disebabkan oleh karena kerja fisik atau kerja otot, dan menjadi masalah yang sangat menarik minat para ahli ilmu faal. Perlu dipahami bahwa kelelahan fisik adalah kelelahan dari Ergosistema (ES-I) dan dari ES-I yang berfungsi secara aktif adalah sistema nervorum dan sistema muskular, gabungan dari keduanya lebih dikenal sebagai sistema neuro-muskular, sehingga kelelahan hakikatnya dapat terjadi pada salah satu dari padanya atau gabungan dari keduanya. Kesimpulan pada pembahasan saat ini adalah bahwa kelelahan dapat terjadi baik pada saraf maupun otot. b. Fisiologi Kelelahan Di dalam tubuh, otot atau sekelompok otot dapat mengalami kelelahan. Kelelahan tersebut terjadi karena kegagalan salah satu atau keseluruhan perbedaan mekanisme neuromuskuler yang terlibat didalam kontraksi otot (Junusul Hairy, 2007). Sebagai contoh, kegagalan otot untuk berkontraksi secara sadar, dapat terjadi karena :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
1) Syaraf motor yang mensyarafi serabut-serabut otot di dalam kesatuan motor
untuk
mengirimkan
rangsangan-rangsangan
persyarafan
(nervous impulses). 2) Persimpangan neuromuskuler (neuromuscular junction) memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan dari syaraf motorik ke serabutserabut otot. 3) Mekanisme kontraksi itu sendiri untuk menghasilkan tenaga. 4) Sistem syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan. Faktor-faktor Penyebab Kelelahan Penyebab pertama kelelahan fisik maupun mental haruslah berupa kegiatan yang menggunakan daya (energy), karena tidak akan terjadi kelelahan bila sama sekali tidak ada penggunaan daya (Santoso Giriwijoyo, 2012). Telah
diketahui
bahwa
kelelahan
otot
merupakan
ketidakmampuan otot untuk berkontraksi secara cepat dan kuat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah penyebab dari kelelahan otot tersebut : 1. Pengosongan ATP-PC ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa ATP secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu ada peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
konsentrasi
ion
H+
penumpukan asam
di
dalam
intraselular
yang
diakibatkan
laktat. Sebagaimana penyelidikan terhadap
manusia telah disimpulkan, bahwa kelelahan tidak berasal dari rendahnya konsentrasi fosfagen di dalam otot (Fox, E. L., yang dipaparkan Junusul Hairy , 2007). Suatu kesimpulan yang sama telah diperoleh dari hasil penelitian terhadap otot katak yang dipotong pada otot sartoriusnya. 2. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama (30 menit
4 jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat,
maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab kelelahan, antara lain rendahnya tingkat glukosa darah yang menyebabkan pengosongan glikogen hati, pengosongan cadangan glikogen otot yang menyebabkan kelelahan otot lokal, dehidrasi dan kurangnya elektrolit yang menyebabkan temperatur meningkat (Junusul Hairy, 2007). 3. Akumulasi Asam Laktat Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di pembuluh darah. Penumpukkan asam laktat dapat menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun. Ion H+ menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca 2+ yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat kegiatan fosfofruktokinase. c. Mekanisme Kelelahan Pada saat olahraga / aktivitas tinggi tanpa diiringi pasokan oksigen yang cukup dapat menyebabkan terjadinya oksigen debt. Oksigen debt ini mengakibatkan penumpukkan asam laktat melalui glikolisis anaerob, adanya asam laktat menyebabkan Ph menurun (meningkatkan keasaman). Perubahan Ph akan menghambat kerja enzimenzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan, otot yang lelah ini menyebabkan tidak bisa kontraksi lagi (Odingaminudin, 2009). Ada 2 teori mekanisme kelelahan, yaitu sebagai berikut : 1) Teori kimia Secara teori kimia, bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Menurut Saryono (2011) latihan yang berat menyebabkan perubahan dramatis pada kimia otot. Untuk kembali menuju kondisi istirahat, otot memerlukan : a) Cadangan oksigen yang harus diisi ulang b) Asam laktat harus dikonversi menjadi asam piruvat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
c) Glikogen simpanan harus diganti d) ATP dan keratin fosfat harus disintesis kembali Lebih lanjut Saryono (2011) mengungkapkan bahwa periode recovery dimulai segera setelah aktivitas berakhir. Oksigen debt (kelebihan oksigen yang dikonsumsi setelah aktivitas) : jumlah oksigen
yang
diperlukan
selama
periode
istirahat
untuk
mempertahankan otot kembali ke kondisi normal. Tabel 2.3. Mekanisme terjadinya kelelahan (Saryono, 2011) Types of fatigue Procces map Proposed mechanisms CNS Central fatigue
Somatic motor neuron Neuromuscular junction
Peripheral Fatigue
- Psychological effects - Protective reflexes
Excitation-contraction coupling
- Neurotransmitter release - receptor activation - Changes in muscle membrane potential - Ca2+ Release
2+
Ca Signal
Contraction-relaxation
- Ca2+ troponin interaction - Depletion theories : PC, ATP, Glikogen - Accumulation theoris: H+, Pi, lactate
2) Teori syaraf pusat Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan dihantarkannya rangsangan
syaraf
oleh
syaraf
sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal (Ilham jaya, 2000). Sedangkan Junusul Hairy (2007) mengungkapkan bahwa kelelahan otot, di perkirakan tempat terjadinya gangguan didalam dan sekitarnya, dengan mengembalikan sinyal/isyarat ke system syaraf pusat (otak) melalui syaraf sensoris. Dalam putaran ini otak mengirimkan sinyal penghambat ke sel-sel syaraf di dalam system motorik, dan menyebabkan menurunnnya kerja otot sehingga terjadilah kelelahan. Daerah yang di dalam mekanisme kontraktil ototnya terganggu, maka mulailah terjadi penumpukkan asam laktat, pengosongan ATP-PC dan glikogen otot dan itu merupakan factorfaktor penyebab terjadinya kelelahan atau menurunya performa otot. d. Kemungkinan Tempat-tempat Kelelahan Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) mengemukakan, ada 6 tempat yang mungkin menjadi tempat terjadinya kelelahan bila ditinjau dari anatomi sistema neuro-muskular, yaitu: 1) Serabut otot
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2) Keping ujung saraf motorik (motor nerve endplate) di dalam otot 3) Serabut saraf motorik itu sendiri 4) Synaps di dalam ganglion saraf dan di susunan saraf pusat 5) Badan sel saraf 6) Ujung saraf sensoris di dalam otot, atau dimanapun di dalam tubuh. 4. Pemulihan (Recovery) Pemulihan adalah proses memulihkan otot dan bagian tubuh lainnya ke kondisi sebelum latihan fisik. Selama pemulihan (termasuk pengisian cadangan energy yang terkuras dan penggusuran/perubahan asam laktat yang terkumpul selama latihan fisik) memerlukan energy yang berupa ATP (Fox, Bower & Foss, 1993).Dalam latihan apalagi pertandingan (turnamen) faktor pemulihan memegang peranan yang sangat penting. Setelah bertanding apalagi kalau pertandingan mengalami kelelahan yang berlebihan maka cadangan energi didalam tubuh akan terkuras habis. Kalau keesekon harinya harus bertanding lagi sedangkan pemulihannya kurang sempurna maka akan mengalami kelelahan dan tidak bisa tampil maksimal bahkan sampai kalah. Oleh sebab itu pemulihan harus dilakukan setelah pertandingan agar seseorang tidak mengalami kelelahan yang berlebihan dan dapat tampil maksimal pada pertandingan berikutnya. Asam laktat dalam darah pada tubuh atlet akan meningkat pada saat berlatih atau bertanding disebabkan karena saat berlatih dan bertanding mengeluarkan energi dari tubuh. Kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
melalui glikolisis. Berdasarkan ketersediaan oksigen dalam sel, glikolisis dapat terjadi secara aerob dan anaerob. Pada glikolisis anaerob terjadi dalam dua
jalan yaitu : secara anaerob alaktasit (sistem fosfagen) yang tidak
menghasilkan asam laktat dan anaerob laktasit (sistem asam laktat) yang memproduksi asam laktat pada tubuh. Saat anaerob alaktasit terjadi terjadi secara terus menerus maka ketegangan otot akan atau kontraksi semakin tinggi. Sehingga penganan asam laktat dalam darah yang terjadi pada atlet secara berlebihan akan menimbulkan cedera pada otot dan mengakibatkan peningkatan prestasi kurang maksimal (Bambang Priyonoadi, 2012). a. Fisiologi Proses Recovery Dua proses metabolik yang terjadi pada waktu istirahat adalah pembentukan kembali PC (phosphocreatine) dan bekerjanya sistem penyangga pada otot-otot aktif yang berperan penting dalam pemulihan pH otot dan pengangkutan laktat. Kedua proses tersebut membutuhkan waktu yang berbeda, yaitu resintesis PC lebih cepat (21-60 detik) dibandingkan pemulihan pH dan pembuangan laktat (6-10 menit). Waktu istirahat yang diberikan pada massa recovery sebaiknya mencukupi kebutuhan energi agar memenuhi massa pemulihan energi untuk aktivitas berikutnya (Widiyanto, 2012). Konsekuensi dari tidak terpenuhinya waktu istirahat yang cukup adalah pembentukan kembali ATP-PC yang habis digunakan tidak sempurna. Semakin sedikit waktu istirahat, maka ATP-PC yang dapat dihasilkan sebagai sumber energi untuk pengulangan latihan berikutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
juga sedikit. Bila kondisi tersebut terjadi, maka berjalanlah suatu mekanisme menghasilkan energi melalui sistem glikolisis anaerobik, sedangkan kita ketahui bahwa sistem energi ini menghasilkan asam laktat yang terakumulasi di otot, pada akhirnya akan menimbulkan rasa sakit dan kelelahan pada atlet. Berkurangnya persediaan PC dan glikogen mengakibatkan penurunan produksi energi anaerobik, oleh karena itu terdapat korelasi yang signifikan antara waktu istirahat untuk pemulihan otot dan pembentukan PC terhadap performa atlet saat melakukan latihan dengan intensitas yang tinggi (Haseler & Hogandalam Widiyanto, 2012). Selama waktu istirahat, komponen sumber energi otot ATP-PC yang telah digunakan tergantikan secara proporsional dengan lamanya waktu istirahat. Untuk menentukan lama waktu istirahat, yang perlu diperhatikan adalah setiap waktu istirahat 30 detik, hanya dapat mengembalikan 50% dari ATP-PC yang telah digunakan. b. Oksigen Pemulihan Selain glikogen, unsur utama yang sangat penting dalam menghasilkan ATP adalah oksigen. Saat olahraga intensitas tinggi, jumlah oksigen yang disediakan oleh tubuh dari proses pernafasan tidak dapat mengimbangi kebutuhan tubuh sehingga terbentuk "sampah" yang berupa asam laktat dan ion H+. Timbunan "sampah" tersebutlah yang menimbulkan kelelahan otot. "sampah" di dalam tubuh tersebut dapat di-"daur ulang". Salah satu unsur utama untuk dapat "mendaur ulang" sampah tersebut adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
oksigen. Semakin banyak asam laktat dan ion H+ dalam otot dan darah, maka semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk mendaur ulang. Dalam istilah fisiologi olahraga, kondisi tersebut dinamakan dengan "oxygen debt", atau disebut juga "hutang oksigen atau yang lebih recovery oxygen
Nanang, 2012).
Selama pemulihan, kebutuhan energi lebih sedikit, meskipun demikian, konsumsi oksigen berlanjut pada tingkat yang relative tinggi selama
fisik yang baru saja dilakukan (Fox, Bower & Foss, 1993) Banyaknya oksigen yang dikomsumsi selama pemulihan, biasanya dikonsumsi pada kondisi istirahat yang disebut
oksigen yang dikonsumsi diatas tingkat istirahat, terutama dilakukan untuk menyediakan energi bagi pemulihan tubuh kekondisi pra latihan (termasuk pengisian kembali simpanan energi yang terkuras dan menggusur asam laktat yang terkumpul selama latihan fisik) (Fox, Bower & Foss, 1993). Lebih lanjut Fox, Bower & Foss (1993) menyatakan bahwa banyak yang
menyalah
artikan
per-istilah oksigen yang dikonsumsi
kenyataannya selama latihan fisik maksimal pengurasan oksigen yang disimpan dalam otot (MgO2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
sebanyak 0,6 liter. Kadar-kadar oksigen pemulihan dilain pihak, ternyata hamper 30 kali lipat dari pada angka tersebut (pada para atlet setelah melakukan latihan fisik maksimal). Komponen utama pemulihan oksigen adalah: pemulihan cepat (alaktasid) dan pemulihan lambat (laktasid). Kebutuhan oksigen untuk
oksigen total yang dikonsumsi setelah berolahraga lebih dari tingkat dasar pra-latihan. Pemulihan setelah latihan maksimum (olahraga dengan intensitas tinggi) yang sering disertai dengan peningkatan kadar asam laktat dalam darah dan suhu tubuh naik, memerlukan waktu 24 jam atau lebih untuk kembali menetapkan pengambilan oksigen pra latihan. Jumlah waktu akan tergantung pada intensitas latihan dan durasi (MacKenzie, 2000). Alactacid oksigen debet (komponen cepat) adalah porsi oksigen yang dibutuhkan untuk mensintesis dan mengembalikan otot toko phosphagen (ATP dan PC). Sedangkan Lactacid oksigen debet (komponen lambat) adalah porsi oksigen yang dibutuhkan untuk menghilangkan asam laktat dari sel-sel otot dan darah (MacKenzie, 2000). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini : Gambar oksigen pemulihan, banyaknya oksigen yang dikonsumsi selama pemulihan pada kondisi istirahat dalam jangka-waktu yang sama disebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
oksigen pemulihan. Konsumsi oksigen pemulihan terdiri atas fase lambat dan fase cepat).
Gambar 2.4. Pemulihan setelah latihan maksimum (maksimal) versi (MacKenzie, 2000)
Gambar 2.5. Pemulihan setelah latihan maksimum (maksimal) versi (Fox, Bower & Foss, 1993) c. Pengisian Kembali Cadangan-cadangan Energi Ada 2 sumber energi yang dikuras selama latihan fisik yakni : Fosfagen
ATP dan PC yang disimpan dalam sel otot dan Glikogen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
yang disimpan dalam jumlah besar dalam otot & liver. Mengapa lemak tidak masuk dalam daftar itu? alasannya
karena lemak tidak diisi
kembali secara langsung tetapi dibangun kembali secara tidak langsung melalui pengisian kembali karbohidrat (glikogen dan glikosa). Menurut Fox, Bower & Foss, 1993) pengukuran langsung simpanan fosfagen dalam otot skelet manusia agak sulit dilakukan. Meskipun demikian, beberapa penelitian telah mengungkap bahwa sebagian besar ATP dan PC yang dikuras dari otot sewaktu melakukan latihan fisik dapat dipulihkan dengan cepat sekali, yakni dalam waktu beberapa menit sesudah latihan fisik. Hasil dari salah satu penelitian dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2.6. Pemulihan fosfagen sangat cepat, kemudian agak lambat, yakni 70% dalam waktu 30 detik, dan 100% dalam waktu 3 sampai 5 menit Fox, Bower & Foss, 1993) Dalam eksperimen
ergometer sepeda selama 10 menit. Sampel
jaringan otot diambil dari m.vastus lateralis dengan biopsy, sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
latihan dan beberapa waktu selama pemulihan. Sampel dianalisis untuk mengetahui konsentrasi ATP dan PC. Dengan sirkulasi yang utuh, pemulihan PC pada mulanya sangat cepat, kemudian jauh lebih lambat, Misalnya : sesudah 2 menit pemulihan, 84% dari PC yang dikuras selama latihan sudah dipulihkan, dan sesudah 4 menit pemulihan mencapai 89%; pada menit ke 8 mencapai 97%. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :
Gambar 2.7. Sirkulasi yang utuh, pemulihan PC pada mulanya sangat cepat, kemudian jauh lebih lambat. Fox, Bower & Foss, 1993) d. Penggusuran Asam Laktat dari Darah dan Otot Semakin bertambah berat latihan semakin bertambah pula kadar asam laktat dalam otot maupun darah. Dalam keadaan istirahatpun selalu didapatkan asam laktat dalam darah dan kadar ini bertambah berat pada latihan. Asam laktat juga menjadi sebab timbulnya kelelahan. Oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
karena itu, sedapat mungkin kadar asam laktat dikembalikan ke keadaan sebelum latihan, yaitu ke kadar yang rendah (Soekarman, 1991). Lebih lanjut Soekarman (1991), mengungkapkan
bahwa asam
laktat yang terdapat dalam tubuh setelah latihan sebagian laktat akan dibuang lewat keringat atau urine, dan sebagian kecil asam laktat dapat diubah kembali menjadi bentuk glikogen dalam hati. Perlu diungkapkan bahwa pembentukan glikogen dalam hati dari asam laktat tidak memegang peranan yang sangat penting dalam pengurangan kadar asam laktat. Pengurangan asam laktat yang terbanyak adalah dengan cara mengubah asam laktat. Hal ini dapat dilakukan oleh otot, otot jantung, ginjal maupn hati. Penurunan asam laktat lebih baik kalau seseorang berlatih secara kontinyu. Latihan kontinyu berfungsi lebih cepat menurunkan kadar laktat dalam darah. Perubahan asam laktat dalam darah dan otot terjadi 25 menit bila tanpa aktivitas. Penurunan asam laktat lebih cepat selama massa pemulihan dilakukan dengan aktivitas ringan seperti jalan dan jogging daripada tanpa aktivitas fisik. Jadi aktivitas fisik selama massa pemulihan yang paling cepat untuk perubahan (penurunan) asam laktat adalah dengan melakukan kerja fisik kontinyu daripada intermiten (Ilham Jaya, 2000). e. Pemulihan Cadangan-cadangan Oksigen Pemulihan Cadangan Oksigen adalah Penggunaan oksigen oleh tubuh untuk menciptakan energi. Pernapasan mendukung kehidupan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
manusia, Duduk, bekerja, dan tidur, semuanya didorong oleh setiap napas yang di ambil. Namun, latihan keras membutuhkan lebih banyak energi. Sebuah aktivitas berat, seperti berlari, dengan cepat akan membutuhkan oksigen banyak, sehingga terjadi utang oksigen (oksigen pemulihan). Ketika tubuh menggunakan semua oksigen, ia harus mendapatkan lebih banyak oksigen setelah latihan maksimum (Chitika, 2012). Darah sangat membutuhkan presentase udara yang mengandung oksigen kimia yang banyak. Sel darah mengambil oksigen dari jutaan alveoli
kecil
(gelembung
kecil)
yang
melapisi
paru-paru,
dan
menggunakannya untuk bahan bakar seluruh tubuh. Dalam kaitan dengan olahraga, oksigen bertanggung jawab untuk produksi ATP, suatu neurotransmitter yang memungkinkan otot-otot untuk berfungsi.
terutama di sediakan melalui sistem aerobik. Energi aerobik tersedia dari pengisian kembali fosfagen yang berasal dari penguraian karbohidrat dan lemak (dan mungkin juga sejumlah kecil asam laktat) menjadi CO 2 dan H2O lewat daur krebs dan ETS.
Gambar 2.8. Oksigen yang dikonsumsi selama RPP (Rapid-Recovery O2 Phase), (Fox, Bower & Foss, 1993).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Oksigen yang dikonsumsi selama RPP Menyediakan sebagian besar energi yang diperlukan untuk mengisi kembali simpanan-2 ATP dan PC dalam otot yang terkuras selama latihan fisik. Sebagian yang diresintesis langsung disimpan dalam otot, sedangkan yang sebagian lagi segera diurai untuk meresintesis PC yang kemudian disimpan dalam otot. Hal yang perlu diperhatikan bahwa glikolisis anaerobic mungkin juga menyediakan sebagian energy (ATP) untuk pemulihan fosfagen (Mucshin Douwes, 2011). Fox, Bower & Foss, 1993) f. Recovery Aktif Recovery aktif merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet tidak berdiam diri, tetapi tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sangat ringan (20% DNM) sampai ringan (50% DNM) seperti jogging dan berjalan. Contoh dalam kasus dilapangan, selama latihan interval atau pelatihan fartlek, Anda akan akan berlari untuk jarak tertentu kemudian berjalan untuk pulih. Pemulihan aktif ini membantu membersihkan otot-otot dari asam laktat dan enzim creatine kinase, yang menyebabkan rasa sakit dan kelelahan. Manfaat dari recovery aktif: 1) Bantuan nyeri otot Anda untuk pergi lebih cepat. 2) Membantu otot Anda memulihkan dan memperbaiki jaringan yang rusak. 3) Meningkatkan pemulihan psikologis / mental. 4) Meningkatkan relaksasi mental dan fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
g. Recovery Corstability Recovery Corstability merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet tidak berdiam diri, tetapi tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sangat ringan (20% DNM) sampai ringan (50% DNM) dengan diselingi dengan peregangan (stretching) seperti jogging dan berjalan kemudian diselingi peregangan, jogging/jalan lagi kemudian peregangan lagi (begitu seterusnya). Prinsip dari pemulihan corstability, yaitu hampir sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang
agar
seperti
semula,
menghilangkan
kadar
asam
laktat,menurunkan kadar enzim creatine kinase, serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear) h. Recovery Pasif Recovery Pasif yaitu latihan yang tidak melibatkan aktifitas/duduk diam (sat quietly exercise). Sedangkan menurut pendapat lain Recovery Pasif
yaitu
aktifitas
fisik
diam
(rest
physical
activity).
Recovery pasif yaitu aktifitas fisik diam/istirahat total (rest total physical activity). Recovery Pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas fisik. Recovery pasif yaitu istirahat/diam tanpa melakukan aktifitas apa-apa (sleep exercise). Recovery pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas fisik apapun (rest exercise). Jadi recovery pasif merupakan
bentuk
istirahat yang berarti atlet berdiam diri tanpa adanya aktifitas fisik apapun, seperti diam, istirahat total (duduk, terlentang, tiduran).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Pengaruh pemulihan pasif terhadap otot (kelelahan otot) adalah agar otot dapat pulih kembali seperti semula. Prinsip dari pemulihan pasif, yaitu hampir sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula, menghilangkan kadar asam laktat,menurunkan kadar enzim creatine kinase, serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear). Dari ketiga jenis recovery (aktif, corstability, dan pasif). Recovery aktif merupakan recovery yang paling bagus untuk menurunkan kadar asam laktat, hal ini disebabkab karena Oksidasi laktat secara aerobik merupakan bagian terbesar dalam proses perubahan/penurunan laktat. Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk dan beban pemulihan. Brooks dalam Widiyanto (2012) berpendapat bahwa berkaitan dengan laktat, aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerobik tidak akan terjadi penumpukan laktat yang berlebihan, karena produksi laktat dengan
oksidasi
berjalan
dengan
seimbang.
Di
samping
otot
menghasilkan laktat, otot juga mengonsumsi (menggunakan) laktat sebagai sumber energy melalui proses oksidasi aerobik, tetapi pada saat aktivitas fisik meningkat sampai pada ambang anaerobik terjadi ketidak seimbangan antara laktat yang dihasilkan dan laktat yang digunakan. Dijelaskan pula bahwa pada saat latihan di atas ambang anaerobic -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
(lactate shuttle) artinya laktat yang dihasilkan oleh salah satu otot akan dilepas dan ditangkap oleh otot yang lainnya tidak berjalan secara normal (terganggu), sehingga terjadi penumpukkan laktat di otot. Lactate shuttle akan kembali normal pada pemulihan atau penurunan intensitas aktivitas fisik Brooks dalam Widiyanto (2012). i. Perubahan kadar asam laktat Perubahan kadar asam laktat dalam darah dan otot selama massa pemulihan dari suatu latihan yang melelahkan dengan cara dioksidasi melalui sistem aerobik adalah sekitar 50% setelah 15 menit, 75% setelah 30 menit dan sekitar 95% setelah 60 menit (Bowers, 1992). Perubahan asam laktat lebih cepat bila pemulihan dilakukan secara aktif, yaitu dengan melakukan aktivitas ringan atau sedang. Bagi individu yang tidak terlatih, optimal bila dilakukan dengan aktivitas dengan intensitas antara 30% hingga 45% dari VO 2 maks, dan bagi atlet yang terlatih antara 50 hingga 65% dari VO2 maks (Ilham jaya, 2000). Lebih lanjut Ilham jaya (2000) menyatakan bahwa asam laktat yang terakumulasi dalam darah dan otot setelah suatu kerja yang melelahkan akan disingkirkan melalui beberapa cara, antara lain : dirubah menjadi glikogen hati, menjadi glukosa darah, menjadi protein, dioksidasi melalui sistem aerobik membentuk ATP, CO2, dan H2O. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar asam laktat dioksidasi melalui sistem aerobik (lebih 60%). Jaringan yang melakukan oksidasi tersebut antara lain : otot rangka, otot jantung, hati, dan ginjal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
5. Indeks massa tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang secara berkesinambungan. Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat Badan (Kg) IMT
= ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1 25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 2.4. Kategori IMT http://www.ilmukesehatan.com/pedoman-praktis. Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,4 Normal 18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 a. IMT Kurang Seseorang dikatakan memiliki IMT kurang (Kurus) bila indeks massa tubuhnya (IMT) kurang dari 18,4. Contoh seorang pria dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 45 kg Maka IMT-nya adalah : Berat Badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) IMT = 45 : (1,6)2 = 17,5 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT kurang (kurus). Penyebab utama terjadinya kekurangan berat badan adalah asupan makan (energi intake) lebih kecil dibandingkan energi yang dikeluarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi berat badan kurang adalah menambah berat badan secara aman dengan diet tinggi kalori dan zat gizi seimbang sehingga berat badan menjadi bertambah. Prinsip peningkatan berat badan adalah menambah massa otot (hipertropi) (Djoko Pekik I, 2007). Menambah BB = Menambah massa otot (energi input > energi output) b. IMT Normal Seseorang dikatakan memiliki IMT normal bila indeks massa tubuhnya (IMT) meliki nilai diantara 18,5
25,0. Contoh seorang pria
dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 55 kg Maka IMT-nya adalah Berat Badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) IMT = 55 : (1,6)2 = 21,5 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT normal. Penyebab utama terjadinya berat badan normal adalah asupan makan (energi intake) hampir sama atau bahkan mendekati sama dengan energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi berat badan normal adalah menjaga berat badan secara aman dengan zat gizi seimbang dan olahraga secara teratur sehingga berat badan tetap terjaga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Menjaga BB normal = aktivitas teratur dan terukur (energi input = energi output) c. IMT Lebih Seseorang dikatakan memiliki IMT lebih (overweight/gemuk) bila indeks massa tubuhnya (IMT) lebih dari 25,1. Contoh seorang pria dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 65 kg Maka IMT-nya adalah Berat Badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) IMT = 65 : (1,6)2 = 25,39 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT lebih (overweight/gemuk). Penyebab utama terjadinya kelebihan berat badan adalah asupan makan (energi intake) lebih besar dibandingkan energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi berat badan berlebih adalah menurunkan berat badan secara aman dengan diet rendah kalori dan zat gizi seimbang sehingga berat badan menjadi normal. Prinsip penurunan berat badan adalah mengurangi simpanan lemak tubuh pada jaringan dibawah kulit (Djoko Pekik I, 2007). Menurunkan BB = Mengurangi lemak tubuh (energi input < energi output)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
6. Analisis IMT Berkaitan dengan Perubahan kadar asam laktat Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk membedakan status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu IMT kurang, normal, dan lebih. Dimana ketiga jenis kategori ini mempunyai jumlah total lemak tubuh yang berbeda, semakin lemak tubuh banyak (berlebihan) akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh (Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang agak lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena banyak kekurangan energi/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam aktivitas olahraga juga agak lama. Berdasarkan uraian diatas, Indeks massa tubuh seseorang dapat mempengaruhi penurunan kadar asam laktat dengan cara recovery sesudah latihan maksimum. Harapannya dengan diketahuinya penurunan kadar asam laktat melalui recovery, dapat menghasilkan temuan penelitian berupa recovery yang paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang memiliki kategori Indeks massa tubuh lebih, recovery yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang memiliki kategori Indeks massa tubuh normal, dan recovery yang paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang memiliki kategori Indeks massa tubuh kurang. B. Kerangka Berpikir Sesuai dengan latar belakang masalah dan kajian teori, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut: 1. Perbedaan pengaruh antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap perubahan kadar asam laktat. Di dalam aktivitas olahraga, terutama untuk olahraga dengan intensitas tinggi menghasilkan produk samping berupa asam laktat. Asam laktat dihasilkan ketika penguraian glykogen otot (menjadi tiga molekul carbon pyruvic acid) melebihi kemampuan mitochondria untuk memproses metabolit ini. Jadi, asam pyruvic memungut hidrogen, menjadi asam laktat, dan mulai berakumulasi dalam otot dan darah. Laktat dapat digunakan oleh jantung dan otot sebagai sumber energi, dan dapat dioksidasikan dalam hati. Namun, bila produksinya melebihi pembersihan, kadar dalam otot meningkat. Meningkatnya kadar asam dalam otot mengurangi tenaga dengan mempengaruhi kontraksi otot, dan menurunkan daya tahan dengan mengurangi efisiensi enzim aerobik (Sharkey, 2011). Recovery merupakan hal utama yang harus dilakukan seseorang (baik atlet, pecinta olahraga, maupun masyarakat) setelah melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Pemulihan (recovery) yang tidak sempurna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
antara latihan satu dengan latihan fisik lainnya atau antara satu pertandingan dengan pertandingan berikutnya pada akhirnya akan menurunkan kinerja fisik seseorang. Pada penelitian ini menggunakan tiga macam jenis recovery yaitu recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif. Perlakuan pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint 400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba melakukan recovery aktif, corstability, dan pasif (sesuai dengan kelompok), hal ini dilakukan berulang-ulang selama 20 menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat atau tidak. Dari uraian diatas dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan pada masing-masing jenis recovery, maka dapat diduga bahwa antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif bisa memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perubahan kadar asam laktat. 2. Perbedaan Perubahan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki IMT kurang, normal, dan lebih. Untuk membedakan status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu IMT kurang, normal, dan lebih. Dimana ketiga jenis kategori ini mempunyai jumlah total lemak tubuh yang berbeda, semakin lemak tubuh banyak (berlebihan) akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo 2max tapi akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh (Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang agak lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena banyak kekurangan energi/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam aktivitas olahraga juga agak lama. Pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengetahui recovery yang paling efektif dari jenis recovery aktif, corstability, dan pasif pada orang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) kurang, normal dan lebih sesudah latihan maksimum terhadap perubahan kadar asam laktat. 3. Pengaruh interaksi antara recovery dan kategori IMT terhadap perubahan kadar asam laktat. Ada keterkaitan antara jenis Recovery dan Indeks Massa Tubuh terhadap perubahan kadar asam laktat. Ketiga jenis kategori Indeks Massa tubuh mempunyai status kebugaran (prediksi VO2 Max) yang berbeda, sehingga jika diberikan perlakuan yang berbeda yaitu dengan Recovery Aktif, Corstability, dan Pasif, kemungkinan akan mempengaruhi hasil perubahan kadar asam laktat yang akan didapat. Hal ini berdasar pada status kebugaran, semakin bugar seseorang maka laktat dalam tubuh sedikit (tidak mengalami kelelahan yang berlebihan), sedangkan semakin seseorang tidak bugar maka akan banyak laktat yang menumpuk karena aktivitas tubuh yang keras tanpa diiringi pasokan oksigen yang cukup sehingga otot mengambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
bahan bakar dari glukosa yang disimpan tubuh. Pemecahan glukosa oleh tubuh menimbulkan penumpukan asam laktat yang menimbulkan nyeri dan kelelahan. C. Hipotesis Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap perubahan kadar asam laktat. 2. Ada perbedaan perubahan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki Indeks Massa Tubuh kurang, normal, dan lebih. 3. Ada pengaruh interaksi antara recovery dan kategori Indeks Massa Tubuh terhadap perubahan kadar asam laktat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini seluruhnya dilakukan di Stadion Atletik Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, dari mulai pengambilan data tinggi badan, berat badan, pelaksanaan pretest-posttest pengambilan darah (untuk mengetahui laktat) dan sampai pelaksanaan (treatment) dengan recovery aktif, corstability, dan pasif. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dan dilakukan pagi hari mulai pukul 07.00 10.30 WIB. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah jenis penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah factorial design 3 x 3. Menurut Sudjana (2002) eksperiment factorial design adalah eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah factor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap factor lainnya yang ada dalam eksperimen. Dalam rancangan factorial 3 x 3 dijelaskan mengenai eksperimen factorial bahwa yang diukur tidak hanya pengaruh faktor utama dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat, tetapi juga pengaruh interaksi antar
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
variabel-variabel bebas. Rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1. Rancangan factorial 3 x 3 Variabel Atributif : Indeks Massa
Variabel Manipulatif : Recovery (B) Aktif (b1)
Corstability (b2)
Pasif (b3)
Lebih (a1)
a1 b1
a1 b2
a1 b3
Normal (a2)
a2 b1
a2 b2
a2 b3
Kurang (a3)
a3 b1
a3 b2
a3 b3
Tubuh (A)
Keterangan: a1 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi perlakuan recovery aktif. a2 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi perlakuan recovery aktif. a3 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi perlakuan recovery aktif. a1 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi perlakuan recovery Corstability. a2 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi perlakuan recovery Corstability. a3 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi perlakuan recovery Corstability.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
a1 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi perlakuan recovery pasif. a2 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi perlakuan recovery pasif. a3 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi perlakuan recovery pasif. untuk mendapatkan keyakinan bahwa penurunan kadar asam laktat merupakan hasil perlakuan dari recovery maka dapat digeneralisasikan ke dalam populasi yang ada. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang dimaksudkan untuk diteliti dan yang nantinya akan digeneralisasi (Ali Maksum, 2007). Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan terhadap kelompok individu atau objek yang lebih luas berdasarkan data yang diperoleh dari sekelompok individu atau objek yang lebih sedikit. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa (laki-laki) Prodi IKORA FIK UNY. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah himpunan bagian (sebagian) populasi yang diambil secara representatif dari populasi (Agung S & R. Syaifulloh, 2011). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random sampling. Menurut Sudjana (2002) teknik purposive random sampling yaitu dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus memenuhi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Sedang menurut Singh (2006) pemilihan sampel dengan teknik purposive random sampling adalah teknik memilih sampel penelitian tidak secara acak, namun didasarkan pada pertimbangan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel penelitian yang dipilih adalah mahasiswa IKORA FIK UNY yang memiliki Indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sehingga dengan teknik purposive random sampling diperoleh besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 mahasiswa putra. D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan atau semua simbol (ciri) yang menunjukkan variasi atau segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian (Sugiyono, 2010). variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent) dengan rincian sebagai berikut: 1. Variabel bebas (independent) a. Variabel bebas manipulatif yaitu Recovery yang terdiri dari 3 taraf yaitu 1) Recovery Aktif 2) Recovery Corstability 3) Recovery Pasif b. Variabel bebas atributif dalam penelitian ini adalah 1) Indeks massa tubuh lebih 2) Indeks massa tubuh normal 3) Indeks massa tubuh kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
2. Variabel terikat (dependent) Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu perubahan kadar asam laktat. Definisi Operasional Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Recovery Aktif Recovery Aktif adalah sebuah pemulihan (recovery) aktif dengan aktifitas olahraga ringan seperti jalan atau jogging untuk mengurangi kelelahan, mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery aktif pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint 400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba melakukan recovery aktif dengan jalan atau jogging selama 20 menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat atau tidak. 2. Recovery Corstability Recovery Corstability adalah sebuah pemulihan (recovery) dengan aktifitas olahraga ringan seperti jalan atau jogging kira-kira sejauh 10 m / dengan jarak 10 m, kemudian dilanjutkan dengan peregangan (stretching), setelah selesai peregangan orang coba melakukan jalan atau jogging 10 m,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
kemudian peregangan lagi (hal ini dilakukan berulang-ulang hingga 20 menit). Recovery corstability ini dilakukan untuk mengurangi kelelahan, mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery corstability pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint 400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba melakukan recovery corstability dengan jalan atau jogging sejauh 10 m, dilanjutkan dengan peregangan, hal ini dilakukan berulang-ulang selama 20 menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat atau tidak. 3. Recovery pasif Recovery pasif adalah sebuah pemulihan (recovery) pasif dengan langsung istirahat seperti duduk atau langsung berhenti tanpa aktifitas apapun, hal ini dilakukan untuk mengurangi kelelahan, mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery pasif pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint 400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba melakukan recovery pasif dengan duduk atau langsung berhenti tanpa aktifitas apapun selama 20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat atau tidak. 4. Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Pada penelitian ini indeks massa tubuh merupakan variabel atributif yang melekat dan menjadi sifat dari sampel yang diteliti. Pengukuran indeks massa tubuh digunakan untuk membedakan level indeks massa tubuh sampel, yang dibagi menjadi tiga level, yaitu indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. E. Teknik Pengumpulan Data Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laktat tes yang digunakan untuk mengukur ambang laktat, Timbangan untuk mengukur berat badan, stadiometer untuk mengukur tinggi badan, dan stadion atletik untuk pelaksanaan keseluruhan mulai dari pre tes dengan lari 400 m, treatmen dengan recovery. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes dan pengukuran beberapa variable penelitian:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
1. Data Laktat Data Laktat di dapat setelah orang coba melakukan lari 400 meter (pre test) dan setelah melakukan treatment berupa recovery (post test).
Sebuah jarum disterilkan pokes jari
Foto ini menunjukkan hasil yang sangat tinggi 13,8 setelah lari sprint 400 meter
Contoh mikro kecil darah
Analyzer mengambil sampel Gambar 3.1. Pengambilan Laktat 2. Data Tinggi Badan Tinggi badan adalah jarak maksimum dari lantai sampai tulang diatas kepala atau dari vertex ke telapak kaki, subyek diwajibkan menanggalkan
sepatu
ataupun
alas
kaki.
Subyek
berdiri
tegak
membelakangi batang pengukur vertikal (stadiometer). Kedua tumit rapat, punggung dan bagian kepala (occiput) menyentuh batang pengukur vertikal. Kepala sedikit mendongak ke atas sehingga bidang Frankfort harus betulbetul mendatar. Pengukuran dimulai dari vertex sampai dengan telapak kaki (permukaan lantai), kemudian dicatat dengan satuan centimeter atau inci (Tim Anatomi, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Petunjuk pelaksanaan Test dan Pengukuran Tinggi Badan Cara pengukuran: a) Subyek menanggalakan sepatu atau alas kaki. b) Subyek berdiri tegak membelakangi pengukur vertikal (stadiometer). c) Kedua tumit rapat, punggung dan bagian belakang kepala menyentuh batang pengukur vertical. d) Kepala sedikit mendongak ke atas. e) Pengukuran dimulai dari vertek sampai dengan telapak kaki (permukaan lantai), kemudian dicatat dengan satuan centimeter.
Gambar 3.2. Pengukuran tinggi badan (ISAK, 2001)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
3. Data Berat Badan Dalam penimbangan berat tubuh/badan dilakukan dengan pakaian seminim mungkin (subyek harus menanggalkan sepatu, jaket, mantel dan perhiasan-perhiasan lain yang berbobot) dan tubuh dalam keadaan tidak berkeringat. Subyek berdiri di atas timbangan tidak boleh berpegangan pada benda lain. Menggunakan alat timbang berat badan standar dengan ketelitian sampai 100 gram. (Djoko P, 2007). permasalahan tentang berat badan dapat dibedakan menjadi dua komponen pokok yaitu : Komponen lemak (fat component), kecenderungan orangnya gemuk atau berat. Mempunyai keuntungan mudah untuk mempertahankan keseimbangan.
Hal
ini
penting
bagi
olahraga
yang
memerlukan
mempertahankan keseimbangan, seperti gulat, judo, dan sejenisnya. Komponen bebas lemak (fat free component), komponen bebas lemak dari berat badan, sebagian terbentuk oleh berat otot dan tulang. Bila dibandingkan dengan komponen lemak pada, apabila yang lainya sama besar kecuali kandungan lemak dalam badan, komponen bebas lemak jauh lebih ringan sehingga akan menguntungkan bagi olahraga yang aktivitasnya bersifat daya tahan maupun akselerasi. Bobot mati adalah berat senmua bagian badan yang secara langsung tidak terlibat dalam memproduksi gerakan. Berat ini terdiri dari berat skeleton, kulit, alat dalam, darah dan terutama berat otot yang tidak aktif dan lemak badan. Berat Badan Cara pengukuran:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
a) Angka dalam timbangan benar-benar menunjukkan angka nol. b) Pakaian subyek seminim mungkin. c) Subyek
berdiri tegak di atas timbangan sampai jarum
angka
menunjukkan hasil berat.
Gambar 3.3. Pengukuran berat badan (ISAK, 2001) F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian (ANAVA) rancangan factorial 3 x 3 taraf memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (uji Kolmogorov - Smirnov) dan uji homogenitas varians (dengan uji bartlet) setelah itu dilanjutkan dengan uji hipotesis. Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun dan dianalisis secara statistik melalui proses sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
1. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan analisis populasi dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas (uji Kolmogorov - Smirnov) dan uji homogenitas varians (dengan uji bartlet). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogeny atau tidak. a. Uji normalitas Uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Uji normalitas ini di analisis dengan menggunakan bantuan program komputerisasi staistical product and service solution (SPSS) versi 19 Dalam proses analisis data karena menggunakan bantuan komputer maka (sig) lebih besar dari 0,05 disimpulkan normal. b. Uji homogenitas Untuk menaksir selisih rata-rata dan menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-rata perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua populasi mempunyai variansi yang sama. Populasi-populasi dengan dengan variansi yang sama besar dinamakan variansi yang homogen. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho adalah : F=
Variansi terbesar Variansi terkecil
(Sudjana, 1996) Uji homogenitas ini dilakukan dcngan menggunakan UJI BARTLETT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Rumus X2 =
2 ,303 (f log MSerror- fi log Si2) C
Hasilnya dibandingkan dengan tabel distribusi X2 dengan taraf signifikansi. H0 diterima bila X2hit < X2tab , yang berarti sampel-sampel berasal dari populasi yang homogen. Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji Bartlett akan lebih mudah dan lehih baik disusun ke dalam tabel sebagai berikut :
Sampel Dk Ke
Tabel 3.2. Satuan Harga untuk Uji Bartlet 1 Si2 Log Si2 (dk) log Si2 Dk
1
N1-1
1/( n1-1)
S 12
Log S12 ( n1-1) Log S12
2
N2-1
1/( n2-1)
S 22
Log S22 ( n2-1) Log S22
nk-1
1/( nk-1)
S k2
Log Sk2 ( nk-1) Log Sk2
. . . K Jumlah
(n11)
1 n1 1
-
-
(Sudjana, 1996) 2. Uji Hipotesis a. Analisis Statistik Anava
commit to user
(n1-1) Log S12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Data hasil pengukuran kadar asam laktat dianalisis dengan statistika anava dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 % Tabel 3.3. Analisis Variansi Dua Jalur Source of Variance
SS
df
MS
F
Between groups
SSB
dfB
MSB
FB
A
SS1
df1
MS 1
F1
B
SS2
df2
MS 2
F2
A*B
SS1x2
df1x2
MS1x2
F1x2
Within groups
SSW
dfW
MSW
Total
SST
dfT
Langkah-Langkah Perhitungan : 1) Sum of Square a) Total Sum of Square (SSr )
SS r
X
X
2
2
N
b) Between group sum of square (SSB)
SS B
X1
2
N1
X2
2
Xk
N2
2
X
Nk
N
c) Within group sum square (SSw) SSw = SSr - SSB d) Sum of square for factor 1 (SS1)
SS1
Sum of each column N in each column
2
e) Sum of square for factor 2 (SS2)
commit to user
X N
2
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Sum of each row 2 N in each row
SS 2
X
2
N
f) Sum of square for Interactions (SS1x2) SS1x2 = SSB SS1
SS2
2) Degrees of freedom a) Total Degrees of Freedom dfr = N
1
b) Degrees of Freedom Within Groups dfW = N
K
c) Degrees of Freedom for Factor 1 df1 = one less than the number of levels for factor 1 d) Degrees of Freedom for Factor 2 df1 = one less than the number of levels for factor 2 e) Degrees of Freedom for Interaction df1x2 = df1xdf2 f) Degrees of Freedom Between Groups dfB = k 1 3) Mean Square a) Mean Square Between Group (MSB) MS B
SS B df B
b) Mean Square within Group (MSW) MS W
SS W df W
c) Mean Square for factor 1 (MS1) MS B
SS 1 df 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
d) Mean Square for factor 2 (MS2) SS 2 df 2
MS B
e) Mean Square for interaction (MS1x2) MS 1x 2
SS 1x2 df 1x 2
4) F rations and tests of significance a) Effect of Between group (FB) F
MS B MS W
b) Effect of factor 1 (F1) F
MS 1 MS W
c) Effect of factor 2 (F2) F
MS 2 MS W
d) Effect of interaction (F 1x2) F
MS 1x2 MS W
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan: (1) observasi untuk masing-masing kelompok independen, (2) setiap kelompok perlakuan memiliki variansi yang sama (Homogen), (3) populasi berdistribusi normal. Selanjutnya untuk menguji perbedaan pengaruh perlakuan menggunakan Uji Newman-Keuls dengan langkah-langkah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dari yang paling kecil sampai kepada yang terbesar. 2) Dari rangkuman ANAVA, diambil harga RJKE disertai dk-nya. 3) Hitung Kekeliruan Baku Rata-Rata untuk tiap perlakuan dengan rumus
Sy
=
dibawah ini : RJK( k e ke liruan) n1
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA 4) Tentukan taraf signifikansi a, lalu gunakan Daftar Rentang Student. Daftar ini mengandung dk = v dalam kolom kiri dan p dalam baris atas. Untuk uji Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2, 3, .... k. Harga-harga yang didapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dan p supaya dicatat. 5) Kalikan harga-harga yang didapat di titik 8 di atas masing-masing dengan s1. Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan Rentang Signifikan Terkecil (RST). 6) Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil dengan RST untuk p = k, selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan ratarata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begini, semuanya akan ada Vt k (k-1) pasangan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar daripada RST-,nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara rata-rata perlakuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian telah dilakukan pada tiga kelompok sampel mahasiswa yang memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang, pada Program Studi Ilmu Keolahragaan (IKORA) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, masing-masing kelompok sebanyak lima belas mahasiswa. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran terhadap variabel independen atributif dari ketiga kelompok, yaitu kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih dari jumlah sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif. Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal dari jumlah sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif. Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang dari jumlah sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif. Ketiga kelompok tersebut dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu satu kali tes awal (pretest) dan satu kali tes akhir (posttest). Item tes pada pretest maupun posttest sama, yaitu kadar asam laktat darah. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisa statistik. Semua analisa statitik dikerjakan dengan aplikasi computer menggunakan seri program SPSS for windows versi 19 dengan taraf signifikansi 5%. Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kadar asam laktat darah. Berikut disajikan mengenai
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
deskripsi data, pengujian prasarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil pengukuran kadar asam laktat darah yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut: Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Pengukuran kadar asam laktat darah pada mahasiswa yang memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang Berdasarkan jenis recovery yaitu recovery aktif, corstability, dan pasif. Perlakuan
Indeks Massa Tubuh (IMT) Lebih
Recovery Aktif
Normal
Kurang
Lebih Recovery Corstability Normal
Kurang
Lebih Recovery Pasif
Normal
Statistik
Hasil Tes Awal
Hasil Tes Akhir
Perubahan kadar asam laktat
Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD
87.1 17.42 2.324 69.4 13.88 1.243 72.4 14.48 1.515 77.2 15.44 2.406 76.4 15.28 0.567 79.4 15.88 0.775 70.2 14.04 2.046 70.5 14.1 1.104
59.6 11.92 1.898 24.9 4.98 0.746 43.1 8.62 1.585 55.6 11.12 1.876 42.7 8.54 0.873 51.7 10.34 0.989 55.3 11.06 2.006 44.3 8.86 1.458
27.5 5.5 1.178 44.5 8.9 0.836 29.3 5.86 1.004 21.6 4.32 1.235 33.7 6.74 0.689 27.7 5.54 0.484 14.9 2.98 0.574 26.2 5.24 1.978
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Jumlah Rerata SD Hal-hal yang mendapat perhatian Kurang
76.8 50.9 25.9 15.36 10.18 5.18 0.943 1.148 0.904 dari nilai-nilai yang terdapat dalam
tabel di atas adalah sebagai berikut : 1. Pada kelompok perlakuan recovery aktif mempunyai rata-rata tes awal 15.26 dan tes akhir 8.50 dengan rata-rata perubahan kadar asam laktat 6.75. Pada kelompok perlakuan recovery corstability mempunyai rata-rata tes awal 15.53 dan tes akhir 10.00 dengan rata-rata perubahan kadar asam laktat 5.53. dan Pada kelompok perlakuan recovery pasif mempunyai ratarata tes awal 14.50 dan tes akhir 10.03 dengan rata-rata perubahan kadar asam laktat 4.46. Bila ketiga perlakuan itu dibandingkan maka rata-rata perubahan kadar asam laktat dengan perlakuan recovery aktif lebih baik dari pada perlakuan recovery corstability dan recovery pasif, kemudian perlakuan recovery corstability lebih baik dari pada recovery pasif. 2. Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh lebih mempunyai rata-rata tes awal 15.63 dan tes akhir 11.36 dengan perubahan kadar asam laktat 4.26. Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh normal mempunyai rata-rata tes awal 14.42 dan tes akhir 7.46 dengan perubahan kadar asam laktat 6.99. Dan Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh kurang mempunyai rata-rata tes awal 15.24 dan tes akhir 9.71 dengan perubahan kadar asam laktat 5.52. Bila ketiga perlakuan itu dibandingkan maka kelompok subyek yang mempunyai indeks massa tubuh normal mempunyai perubahan yang lebih baik dari pada subyek yang mempunyai indeks massa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
tubuh kurus dan lebih, kemudian subyek yang mempunyai indeks massa tubuh kurus lebih baik dari pada subyek yang mempunyai indeks massa tubuh lebih. 3. Untuk memperoleh gambaran yang lengkap dari nilai rata-rata perubahan kadar asam laktat untuk masing-masing faktor utama penelitian, perlu dibuat perbandingan-perbandingannya. Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki perubahan kadar asam laktat yang berbeda. Nilai ratarata perubahan kadar asam laktat yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram. Gambaran menyeluruh dari nilai ratarata persentase kadar asam laktat, maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
Gambar 4.1. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Perubahan kadar asam laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Indeks Massa Tubuh. RA
= Kelompok Recovery Aktif
RC
= Kelompok Recovery Corstability
RP
= Kelompok Recovery Pasif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Lebih
= Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih
Normal
= Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal
Kurang
= Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki perubahan kadar asam laktat yang berbeda. Nilai perubahan kadar asam laktat masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2. Nilai Perubahan Persentase Lemak Tubuh Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) Perlakuan
Indeks Massa Tubuh (IMT) Lebih
Recovery Aktif
Normal Kurang Lebih Recovery Normal Corstability Kurang Lebih Recovery Normal Pasif Kurang
Perubahan kadar asam laktat 5.5 8.9 5.86 4.32 6.74 5.54 2.98 5.24 5.18
Gambaran dari nilai perubahan kadar asam laktat pada masing-masing kelompok berdasarkan jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh dapat dilihat pada histogram sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Perubahan kadar asam laktat 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Recovery Aktif
Kurang
Normal
Lebih
Kurang
Normal
Lebih
Kurang
Normal
Lebih
Perubahan kadar asam laktat
Recovery Recovery Pasif Corstability
Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Perubahan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Recovery dan Kategori Indeks Massa Tubuh. Kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif memiliki perubahan/penurunan kadar asam laktat yang berbeda. Jika antara kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif dibandingkan, maka dapat diketahui
bahwa
kelompok
perlakuan
recovery
aktif
memiliki
perubahan/penurunan kadar asam laktat sebesar 6.75 yang lebih besar dari pada kelompok recovery corstability dan recovery pasif. Perbedaan kategori
indeks
massa tubuh (IMT) berpengaruh pada
perubahan/penurunan kadar asam laktat. Jika antara kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat sebesar 6.99 yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
lebih besar dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang dan lebih. Pengujian Prasarat Analisis Untuk memenuhi persyaratan analisa statistic terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan terhadap data penelitian. Uji persyaratan yang dimaksud meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas distribusi populasi dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data atau dengan kata lain untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh normal atau tidak. Jika diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari @ = 0,05 (p>0,05), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test laktat_darah N
45 a,b
Normal Parameters
Mean
5.5844
Std. Deviation
1.89124
Most Extreme
Absolute
.076
Differences
Positive
.076
Negative
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.507
Asymp. Sig. (2-tailed)
.959
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas variansi populasi dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
homogenitas kelompok sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang homogen, pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas variansi populasi antara kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3 adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi populasi Kelompok N Lower SD Upper Perlakuan KP1 5 3.8645 1.317 7.1355 KP2 5 7.7385 0.935 10.0615 KP3 5 4.4646 1.123 7.2554 KP4 5 2.6053 1.380 6.0347 KP5 5 5.7838 0.770 7.6962 KP6 5 4.8679 0.541 6.2121 KP7 5 2.1830 0.641 3.7770 KP8 5 2.4934 2.212 7.9866 KP9 5 3.9217 1.013 6.4383
KP1 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang Indeks massa tubuh lebih KP2 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang Indeks massa tubuh normal KP3 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang Indeks massa tubuh kurang KP4 = Kelompok
perlakuan recovery corstability pada orang yang
menyadang Indeks massa tubuh lebih KP5 = Kelompok
perlakuan recovery corstability pada orang yang
menyadang Indeks massa tubuh normal KP6 = Kelompok
perlakuan recovery corstability pada orang yang
menyadang Indeks massa tubuh kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
KP7 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang Indeks massa tubuh lebih KP8 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang Indeks massa tubuh normal KP9 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang Indeks massa tubuh kurang B. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 4.5. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kadar Asam Lakat Berdasarkan Kategori IMT dan Jenis Recovery A1 A2 A3 Jenis Recovery B1
Kategori IMT Hasil tes awal
B2
B3
B1
B2
B3
B1
17.42 13.88 14.48 15.44 15.28 15.88 14.04
B2
B3
14.1 15.36
Hasil tes akhir 11.92 4.98
8.62 11.12
8.54 10.34 11.06
8.86 10.18
Perubahan
5.86
6.74
5.24
5.5
8.9
4.32
Keterangan : A1 : Recovery Aktif A2 : Recovery Corstability
commit to user
5.54
2.98
5.18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
A3 : Recovery Pasif B1 : Indeks Massa Tubuh Lebih B2 : Indeks Massa Tubuh Normal B3 : Indeks Massa Tubuh Kurang Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk perlakuan recovery aktif, corstability dan pasif (A1, A2, A3) Sumber Variasi DF SS MS F Sig A 2 1457.851 485.950 336.479 0.000 Kekeliruan 36 51.992 1.444 Tabel 4.7. Ringkasan Analisis Variansi Untuk Indeks Massa Tubuh (B1, B2 dan B3) Sumber Variasi DF SS MS F Sig A 2 39.275 19.638 13.597 0.000 Kekeliruan 36 51.992 1.444 Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber DF SS MS F Variasi Rata-rata Perlakuan A B AB Kekeliruan Total
2 2 4 36 44
1457.851 39.275 11.632
485.950 19.638 1.444
Sig
336.479 13.597
0.000 0.000 0.113
1560.750
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis I Dari
hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
recovery
aktif
dapat
memberikan perubahan/penurunan kadar asam laktat yang berbeda dengan recovery corstability dan pasif. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig = 0.000 < 0.05. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
pengaruh yang signifikan antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat lebih besar dari pada perlakuan recovery corstability dan pasif, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 5.5, 8.9 dan 5.86. Perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery pasif dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 4.32, 6.74 dan 5.54. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 2.98, 5.24 dan 5.18. 2. Pengujian Hipotesis II Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang berbeda. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig = 0.000 < 0.05. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 8.9, 6.74, dan 5.24. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
indeks massa tubuh lebih, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masingmasing yaitu 5.86, 5.54, dan 5.18. Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan laktat yang paling sedikit, dengan rata-rata perubahan/penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 5.5, 4.32, dan 2.98. 3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis recovery dan kategori IMT tidak bermakna. Karena Sig = 0.113 > 0.05. dengan demikian hipotesis nol diterima yang berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori IMT terhadap penurunan kadar asam laktat. C. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b) tidak ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Perbedaan pengaruh antara perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap perubahan/penurunan kadar asam laktat. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa yang mendapatkan perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat. Pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
lebih besar dari pada perlakuan recovery corstability dan pasif. Perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery pasif. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit. Pada waktu pemulihan, otot akan mengeluarkan laktat ke sirkulasi darah untuk dibawa ke jaringan atau ke otot yang kurang aktif. Sebagian laktat otot akan dibersihkan melalui sirkulasi, sedangkan yang lain dikonversi kembali menjadi piruvat untuk membentuk glikogen kembali dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase. Sebagian piruvat akan dioksidasi menjadi karboksida dan air, sedang yang lain dirubah menjadi alanin (Widiyanto, 2012). Oksidasi laktat secara aerobik merupakan bagian terbesar dalam proses perubahan/penurunan laktat. Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk dan beban pemulihan. Brooks dalam Widiyanto (2012) berpendapat bahwa berkaitan dengan laktat, aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerobik tidak akan terjadi penumpukan laktat yang berlebihan, karena produksi laktat dengan oksidasi berjalan dengan seimbang. Di samping otot menghasilkan laktat, otot juga mengonsumsi (menggunakan) laktat sebagai sumber energy melalui proses oksidasi aerobik, tetapi pada saat aktivitas fisik meningkat sampai pada ambang anaerobik terjadi ketidak seimbangan antara laktat yang dihasilkan dan laktat yang digunakan. Dijelaskan pula bahwa pada saat latihan di atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
-
otot akan dilepas dan ditangkap oleh otot yang lainnya tidak berjalan secara normal (terganggu), sehingga terjadi penumpukkan laktat di otot. Lactate shuttle akan kembali normal pada pemulihan atau penurunan intensitas aktivitas fisik, (Brooks dalam Widiyanto, 2012). Oleh karena itulah perlakuan recovery aktif memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan recovery corstability dan pasif dalam menurunkan kadar asam laktat. Recovery aktif/olahraga ringan merupakan pemulihan yang sangat efektif menurunkan kadar asam laktat. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan oleh recovery aktif adalah 6.75 lebih besar dari pada dengan recovery corstability dan pasif. recovery corstability rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan adalah 5.53 lebih besar daripada recovery pasif. recovery pasif rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan adalah 4.46 atau yang paling sedikit. 2. Perbedaan perubahan/penurunan kadar asam laktat antara yang memiliki indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang. Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa dengan kategori indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang terhadap penurunan kadar asam laktat. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih. Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan laktat yang paling sedikit. Pertambahan berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total VO2 Max tapi akan meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh. Pertambahan berat badan berupa lemak tubuh justru dapat menghambat pergerakan seseorang, lemak tubuh hanya akan meningkatkan berat tubuh seseorang tetapi tidak berkontribusi pada produksi energy. Jadi lemak tubuh berlebihan akan mengganggu tubuh ketika bergerak (Fatmah, 2011). Sebaliknya pada orang yang kekurangan berat badan (gizi kurang), ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada
kemampuan
otot berkontraksi
dan daya
tahan
kardiovaskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik seseorang haruslah melakukan latihan olahraga yang cukup dan mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya (Fatmah, 2010). Pada kelompok mahasiswa dengan kategori indeks massa tubuh normal memiliki potensi yang lebih besar dari pada mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa dengan kategori indeks massa tubuh normal memiliki status kebugaran/VO2 Max
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
yang lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Status kebugaran/ VO2 Max yang lebih baik lebih memungkinkan memiliki perubahan/penurunan yang lebih besar, hal ini disebabkan karena peningkatan kapasitas respirasi paru dan denyut jantung dapat dicukupi pasokan oksigennya daripada orang yang memiliki status kebugaran/VO 2 Max kurang baik. Oleh karena itulah mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar, dari pada mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal 6.99 yang lebih besar dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang dan lebih. Rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang 5.52, lebih besar daripada indeks massa tubuh lebih. rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal 4.26, atau yang paling sedikit. 3. Pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh terhadap perubahan/penurunan kadar asam laktat. Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan tidak adanya interaksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
jenis recovery dan kategori IMT tidak bermakna. Hal ini dibuktikan dari nilai sig diterima
= 0,05. Ini dapat dibuktikan dengan hasil
perhitungan analisis varians 2 faktor yaitu Sig = 0.113 > 0.05. Kondisi demikian memberikan suatu gambaran bahwa perubahan kadar asam laktat pada kelompok Indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang mempunyai nilai yang sama (ketiganya paling baik bila diberi perlakuan recovery aktif). hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dicapai, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit.
b.
Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
c.
Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat. Pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat lebih besar dari pada perlakuan recovery corstability dan pasif. Perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery pasif. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit. 2. Ada perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh (IMT) lebih, normal dan kurang. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih. Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan laktat yang paling sedikit. 3. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat.
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
a. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif
namun bila
dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit. b. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit. c. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Dalam upaya menurunkan kadar asam laktat, recovery aktif dengan olahraga ringan seperti jalan atau jogging dengan intensitas ringan sampai dengan ringan sekali sangat dianjurkan, hal ini dilakukan agar seseorang baik olahragawan atau masyarakat awam tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atau bahkan hingga overtraining setelah melakukan olahraga atau bahkan latihan fisik untuk persiapan kompetisi. 2. Khusus bagi penyandang overweight atau berat badan lebih dan underweight atau berat badan kurang, karena kebanyakan dari mereka banyak yang kurang bugar, maka setelah melakukan aktifitas olahraga hendaknya
sebisa
mungkin
untuk
dipaksakan
melakukan
pemulihan/recovery aktif yang adekuat. Pemulihan yang tepat dapat menjaga homeostatis tubuh serta dapat menghindarkan lemah, letih dan lesu. 3. Kadar asam laktat yang tinggi bila tidak menurun segera akan berpengaruh terhadap produksi ATP, sebab enzim yang berperan dalam pembentukan ATP melalui glikolisis akan terhambat oleh keasaman dan akumulasi asam laktat, kemungkinan akan menyebabkan terbatasnya kemampuan anaerobik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
4. Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk dan beban pemulihan. C. Saran 1. Perlu penelitian yang serupa dengan membandingkan status kebugaran, VO 2 Max, jenis kelamin, usia, dan pengukuran yang bertahap. 2. Perlu penelitian serupa dengan menggunakan sampel setelah melakukan pertandingan (misal sepak bola, bola basket, tenis lapangan, dan bulu tangkis). 3. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, maka bagi peneliti yang akan datang bisa memperluas penelitian ini, misalnya dengan menambah variabel yang lain yang masih berkaitan dengan pengembangan kemampuan fisiologis atlet. 4. Demi kesempurnaan hasil penelitian ini, maka penelitian ini perlu di ujicobakan pada subjek cabang olahraga dengan melibatkan unsur fisik yang lain, sehingga penelitian ini memiliki implikasi yang bermakna pada cabang olahraga.
commit to user