Status Kondisi Sosial, Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Habitat Pesisir di Teluk Sawai Ignatia Dyahapsari, Fikri Firmansyah, Nara Wisesa WWF-Indonesia E-mail:
[email protected] Dipresentasikan dalam Simposium Nasional Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 9-10 Mei 2017
Latar Belakang • Minim data dasar kondisi umum habitat pesisir, sosial dan pemanfaatan sumber daya laut di area Teluk Sawai, Kabupaten Maluku Tengah.
Tujuan • Melengkapi data yang sudah ada sebelumnya untuk menyediakan resolusi yang lebih detil terkait kondisi di kawasan di WPP 715 khususnya di area Teluk Sawai, Kabupaten Maluku Tengah
Metode • Wawancara Informan Kunci (KII) • KII Tata Kelola dan Pemanfaatan SDA Laut • KII Profil Desa • KII Pemanfaatan Sumber Daya Laut: perikanan dan pariwisata • Diskusi Kelompok Terarah (FGD) • FGD Pemanfaatan Sumber Daya Laut • FGD Pemetaan
Lokasi pengambilan data • Survei cepat dilakukan di 10 desa pesisir Teluk Sawai
Hasil Kondisi Sosial • Struktur masyarakat yang erat dengan sistem kerajaan dan area petuanan. • Infrastruktur masih terbatas seperti transportasi, kesehatan dan pendidikan. • Pendidikan: beberapa desa hanya memiliki pendidikan hingga tingkat SMP • Kesehatan: fasilitas kesehatan paling tinggi adalah puskesmas. • transportasi: 5 dari 10 desa berjalan kaki, 5 desa lainnya mengunakan motor.
• Mata pencaharian masyarakat lebih banyak berkebun
Pemanfaatan Sumber Daya Laut • Perikanan tangkap • Perikanan budidaya • Pariwisata
Perikanan Tangkap • Secara umum hasil tangkapan berupa ikan demersal seperti kerapu, bubara, sikuda. • Ikan pelagis ditangkap oleh sebagian kecil desa sampel seperti tuna, cakalang, komo. • Alat tangkap yang pada umumnya digunakan adalah pancing hand line dan gill net. • Sekelompok kecil nelayan mulai mengambil ikan di lokasi yang jauh seperti di Halmahera, Papua dan Buru untuk menangkap ikan karang.
Perikanan Tangkap • Pemasaran ikan dilakukan untuk di dalam desa dan sebagian ke luar namun minimnya fasilitas membuat nelayan sulit untuk memasarkan lebih jauh karena membutuhkan listrik dan transportasi yang mudah.
Peta area tangkap spesies target perikanan
Peta sebaran penggunaan alat tangkap
Perikanan Budidaya • Tidak banyak kegiatan budidaya di area Teluk Sawai • Keramba Jaring Apung ditemukan di 1 desa karena adanya permintaan dari Ambon dan Hongkong akan ikan karang hidup. • Budidaya rumput laut berhenti dilakukan pada 2012 karena tidak ada peminatnya, pemasaran yang sulit, tidak bisa dilakukan pada musim barat dan banyak virus.
Pariwisata • Area yang berkembang untuk pariwisata adalah Pantai Ora dan Pulau Tujuh di Desa Pasanea. • Dua desa merupakan desa yang mengembangkan sektor pariwisata, sementara desa di sekitarnya sebagai desa pendukung pariwisata dalam hal transportasi dan konsumsi. • Fasilitas penunjang pariwisata masih terbatas terutama transportasi, akomodasi dan konsumsi.
Kondisi Habitat Pesisir • Degradasi kondisi habitat telah berdampak pada sektor perikanan dalam bentuk jumlah tangkapan ikan • Penggunaan bom dan sianida banyak dilakukan pada tahun 1990an yang menyebabkan kerusakan pada terumbu karang. • Restorasi habitat perlu dilakukan untuk memulihkan keadaan habitat dan juga sektor perikanan.
Peta sebaran habitat pesisir
Kesimpulan • Sumber daya laut yang masih berlimpah dan struktur masyarakat yang kuat merupakan potensi besar bagi kehidupan perikanan di Teluk Sawai. • Berkembangnya sektor pariwisata yang telah berlangsung cukup lama bisa terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang akan mendukung pelestarian habitat. • Melihat potensi dan ancaman sumber daya laut maka pengelolaan yang direkomendasikan berupa Kawasan Konservasi Maritim dengan mempertimbangkan kelembagaan adat di Teluk Sawai yang masih kuat
Acknowledgement • WWF-SEA Project: Candhika Yusuf, Dirga Daniel. • WWF-Indonesia: Estradivari, Barnabas Wurlianty, Ainun Silvia Jayanti, Andreas Hero Ohoiulun, Christian N. N. Handayani, Amkieltiela, Dirga Daniel, Adrian Damora, Taufik Abdillah. • Learning Center-EAFM UNPATTI: James Abrahamz, Janer Sangadji, Olivia Salawaney.