STANDAR PELAYANAN MEDIS HIDROKEL
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/107
01
1/2
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Penumpukan cairan antara tunika vaginalis dan testis
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien hidrokel secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Benjolan kantung skrotum, kistik, transiluminasi(+) 2. Diagnosis - Anamnesis: a. Keluhan benjolan/massa kistik dan lunak di skrotum. b. Ukuran benjolan kecil pada pagi hari dan makin besar dan tegang pada malam hari, ini menunjukan adanya hubungan/komunikan pada tunika vaginalis. c. Tidak ada nyeri, kecuali ada keradangan akut epididimis. d. Biasanya pasien mengeluh karena adanya tumor yang besar dan berat. - Pemeriksaan fisis: a. Status umum b. Inspeksi: massa/benjolan pada skrotum, tidak hiperemia. c. Palpasi: tidak nyeri, massa kistik intraskrotal, tidak tegang. d. Hidrokel testis bila kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak dapat diraba e. Hidrokel funikulus bila kantong hidrokel berada di kranial dari testis f. Hidrokel kommunikans bila benjolan dapat membesar saat pasien diminta mengejan g. Massa dengan pemeriksaan transiluminasi positif. h. Jika hidrokel tertutup di dalam funikulus spermatikus maka akan tampak massa dalam kanalis inguinalis atau di atas skrotum. 3. Diagnosis banding: Hernia skrotalis, tumor testis, varikokel 4. Pemeriksaan penunjang Laboratorium: Darah lengkap (DL), faal hemostasis, faal hati, faal ginjal 5. Konsultasi : Spesialis Urologi 6. Perawatan RS : Dapat one day care (ODC)/rawat jalan ataupun rawat inap 7. T e r a p i : Jika usia kurang dari 1 tahun observasi kecuali jika terdapat hernia atau kondisi patologi pada testis, jika lebih dari 1 tahun dilakukan operasi hidrokelektomi (eksisi marsupiliasi atau extirpasi intoto) 8. Penyulit : Hematoma skrotum 9. Standar tenaga : PPDS Bedah Umum/Urologi yang kompeten di bawah supervise spesialis Urologi, spesialis Urologi 10. Lama perawatan : Jika rawat inap sekitar 1 – 3 hari
STANDAR PELAYANAN MEDIS HIDROKEL
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/107
01
2/2
11. Masa pemulihan : 5 – 7 hari Unit Terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 17, Chapter 127, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 688 – 689 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 140 – 142 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS TORSIO TESTIS
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien torsio testis secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua pasien yang datang dengan nyeri mendadak pada testis dan dari hasil eksplorasi didapatkan penyebabnya adalah terpluntirnya funikulus spermatikus 2. Diagnosis - Anamnesis : Keluhan berupa nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah, sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi: testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horisontal daripada testis sisi kontralateral. Palpasi: kadang-kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Phren sign dan reflek kremaster negatif 3. Diagnosis banding - orkidoepididimitis, hernia skortalis terinfeksi, hidrokel terinfeksi 4. Pemeriksaan penunjang: Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap. USG dopler abdomen jika didapatkan keraguan dalam diagnosis ( operasi tidak terganggu karena pemeriksaan ini) 5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS TORSIO TESTIS
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
7. Terapi
Operasi Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah yang benar dan setelah itu dinilai apakah testis yang mengalami torsio masih viable atau sudah nekrosis.Jika testis masih hidup, dikaukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral, pada testis yang sudah nekrosis dilakukan orkidektomi.
8. Penyulit : infeksi saluran kemih, urosepsis, nekrosis testis 9. Standar tenaga : PPDS Bedah umum minimal jaga 2, PPDS Urologi minimal jaga 1 bimbingan, Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : 2 hari 11. Masa pemulihan : 4 hari Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46, Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 – 320 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153-156 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS UNDESENSUS TESTIS
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Kondisi ketika testis tidak berada di dalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien undesensus testis secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Kondisi ketika testis tidak berada di dalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal 2. Diagnosis - Anamnesis : - Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya tidak menjumpai satu atau dua testis di kantong skrotum, sedangkan pasien dewasa mengeluh karena infertilitas. Kadang-kadang merasa ada benjolan di perut bagian bawah yang disebabkan testis maldesensus mengalami trauma, mengalami torsio, atau berubah menjadi tumor testis - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi,palpasi: untuk menentukan lokasi testis, apa testis masih dapat diraba atau tidak, jika testis tidak dapat terlihat dan teraba digunakan modalitas lain untuk menentukan lokasi testis 3. Diagnosis banding Testis retraktil , Anorkismus , Testis atrofi 4. Pemeriksaan penunjang USG abdomen jika diperlukan laboratorium darah lengkap, faal liver dan faal ginjal, faal hemostasis, untuk persiapan operasi 5. Konsultasi : Spesialis Urologi 6. Perawatan RS : Rawat inap 7. T e r a p i : Orkidopeksi yaitu meletakkan testis ke dalam skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantong sub dartos 8. Penyulit : Perdarahan, infeksi, torsio testis, trauma testis, degenerasi maligna 9. Standar tenaga : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : 4 hari 11. Masa pemulihan : 5 - 7 hari
STANDAR PELAYANAN MEDIS UNDESENSUS TESTIS
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/107
00
2/2
Unit Terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 17, Chapter 127, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 139-140 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS HIPOSPADIA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien hipospadia secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal. 2. Diagnosis - Anamnesis : - Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter oleh orang tuanya karena muara saluran kencing berada di bagian bawah penis, atau kebingungan orang tua akan jenis kelamin anaknya - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi,palpasi: untuk menentukan muara uretra berada di sebelah ventral proksimal atau distal penis, prepusium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral), terkadang didapatkan meatal stenosis dan undesensus testis 3. Diagnosis banding genetalia ambigua 4. Pemeriksaan penunjang: laboratorium darah lengkap, urine lengkap, kultur urine dan sensitivitas antibiotika, faal liver dan faal ginjal, faal hemostasis untuk persiapan operasi USG abdomen pada severe hypospadia (hipospadia proksimal dan atau disertai kordae yang parah, undesesnsus testis) dilakukan kariotyping dan pemeriksaan MRI 5. Konsultasi : Spesialis Urologi 6. Perawatan RS : Rawat inap 7. T e r a p i : Koreksi korde (ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis (uretroplasti), dan membuat glans, bisa satu tahap atau dalam dua tahap operasi rekonstruksi 8. Penyulit : Perdarahan, infeksi, fistula uretrokutan, divertikel uretra, meatal stenosis, re chordae 9. Standar tenaga : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : 6 hari 11. Masa pemulihan : 11 hari
STANDAR PELAYANAN MEDIS HIPOSPADIA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/107
00
2/2
Unit Terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 17, Chapter 127, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 152-153 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS VARIKOKEL
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/108
01
1/1
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Desember 2011
IRNA II SMF UROLOGI
DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Adalah pelebaran/dilatasi pleksus pamfiniformis sebagai akibat adanya aliran darah balik (retrograde) vena spermatika interna
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien varikokel secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Benjolan seperti cacing di kantong buah zakar (terutama sebelah kiri) dan kadang kala disertai nyeri tumpul 2. Diagnosis - Anamnesis : a. Rasa nyeri/kemeng di daerah inguino-skrotal atau buah zakar terasa berat b. Lama tidak mempunyai keturunan (biasanya dirujuk oleh ahli kandungan) c. Benjolan di kantung buah zakar - Pemeriksaan fisis: a. Status umum b. Inspeksi pada skrotum bagian atas tampak benjolan berupa saluran yang memanjang, melebar, dan berkelok-kelok. c. Palpasi teraba benjolan yang berupa saluran seperti sekumpulan cacing di dalam kantong yang berkelok-kelok dan menebal kadang disertai rasa kemeng bila ditekan, baik dengan valsava test maupun tidak. 3. Diagnosis banding : Hernia skrotalis, hidrokel funikuli 4. Pemeriksaan penunjang : Analisis semen bagi pasien yang sudah menikah, 5. Indikasi operasi : infertilitas, nyeri, kosmetik 6. Perawatan RS : Rawat jalan/one day care (ODC) atau rawat inap 7. T e r a p i : Vasoligasi tinggi (Palomo) 8. Penyulit : Perdarahan, infeksi 9. Standar tenaga : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : Jika rawat inap sekitar 1 - 3 hari 11. Masa pemulihan : 5 - 7 hari
Unit Terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 17, Chapter 127, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 688 – 689 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 140 – 142 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS HIPERPLASIA PROSTAT JINAK ATAU BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/109
01
1/2
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang mengenai kelenjar prostat, sehingga menyebabkan hambatan aliran urine dari buli-buli
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien benign proste hyperplasia (BPH) secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Retensi urine atau gejala kelainan berkemih (lower urinary tract symptoms), pada colok dubur atau rectal toucher (RT) teraba pembesaran prostat jinak 2. Diagnosis - Anamnesis : a. Ruang lingkup: semua pasien laki-laki berusia di atas 50 tahun yang datang dengan keluhan miksi atau lower urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas: 1. Storage symtomps Urgensi (sulit menahan miksi) , frekuensi (miksi lebih sering dari biasanya), disuria sampai akhirnya terjadi retensi urine. 2. Micturition symtomps Hesitansi (harus mengejan untuk memulai kencing), pancaran urine melemah atau mengecil, intermitensi 3. Post Micturition symptoms terminal dribling (menetes di akhir miksi), dan terasa ada sisa setelah selesai miksi. b. Keluhan utama dan lamanya keluhan c. skor IPSS - Pemeriksaan fisis: a. Inspeksi penonjolan suprapubik bila terjadi retensi urine dengan buli penuh b. Palpasi buli-buli teraba di atas simpisis pubis apabila terjadi retensi urine. c. Colok dubur (rectal toucher) prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal 3. Diagnosis banding : Karsinoma prostat, Prostatitis 4. Pemeriksaan penunjang Laboratorium, uroflowmetri pada pasien tanpa kateter, ultrasonografi (USG) transabdominal, USG transrektal dan PSA jika usia<70 tahun jika diperlukan Untuk persiapan operasi : laboratorium darah lengkap, faal ginjal, faal liver, urine lengkap pada pasien tanpa kateter, kultur urin dan sensitivitas antibiotik, ECG, foto thorax, gula darah,elektrolit
STANDAR PELAYANAN MEDIS HIPERPLASIA PROSTAT JINAK ATAU BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)
RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/109
01
2/2
5. Konsultasi : Spesialis Urologi 6. Perawatan RS : Rawat inap 7. T e r a p i a. Watchful waiting, diindikasikan pada pasien dengan keluhan ringan tanpa penyulit (IPSS <8) b. Medikamentosa, diindikasikan pada pasien : - BPH dengan keluhan sedang (IPSS 8-20), tanpa penyulit, BPH dengan indikasi terapi pembedahan, tetapi masih terdapat kontra indikasi Macam obat yang digunakan : - Golongan alpha blocker - Inhibitor enzym 5-α-reduktase (volume prostat >30cc) c. Operatif diindikasikan pada pasien : - BPH dengan komplikasi Retensi urin baik akut maupun kronis (residual urin >200 cc) Infeksi saluran kemih sampai dengan urosepsis Batu buli Hidronefrosis Hematuria Penurunan fungsi ginjal (pada yang disertai retensi urin kronis) - Terapi medikamentosa tidak berhasil - Flowmetri menunjukan pola obstruksi, yaitu flow maksimal < 10 ml/dtk, dengan voided volume 125-150 cc dan USG dengan IPP >1cm Operasi : 1. Transurethral resection of prostate (TURP) Suatu tindakan pengambilan (pembuangan) jaringan prostat secara endoskopik dengan menggunakan alat pemotong (resektoskop) 2. Retropubik transkapsular prostatektomi (Millin’s) Suatu tindakan pengambilan (pembuangan) jaringan prostat melalui retropubik infravesika dan membuka kapsul prostat. Tindakan ini dilakukan jika taksiran ukuran prostat > 80 gr 8. Penyulit : TUR sindrom, Perdarahan, Perforasi, Infeksi saluran kemih (ISK), retensi urin, inkontinensia, ejakulasi retrogade, disfungsi ereksi, striktur uretra 9. Standar tenaga : PPDS Bedah minimal jaga 2 (operasi terbuka), PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : Operasi terbuka selama 6–8 hari; TURP selama 4–5 hari 11. Masa pemulihan : 2 minggu
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 16, Chapter 86 – 88, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 399 – 406 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 69 – 85 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU BULI-BULI No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/110
01
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Batu buli-buli adalah batu yang berada di buli-buli
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien batu buli-buli secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua pasien yang datang dengan keluhan disuria, frequency dan hematuria, serta dalam pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu buli-buli. 2. Diagnosis - Anamnesis : a. Hematuria baik mikroskopik maupun makroskopik b. Disuria c. Demam atau menggigil d. Dapat tanpa keluhan (silent stone) - Pemeriksaan fisik : a. Status umum b. Inspeksi: suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi urine c. Palpasi: suprapubik menonjol/teraba keras bila batu sangat besar d. Colok dubur (rectal toucher): teraba batu bila batunya sangat besar 3. Diagnosis banding : Infeksi saluran kemih (ISK), tumor buli 4. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB), ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque, elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu Persiapan operasi : darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kutur urin, (Gula darah,foto thorax dan ECG jika diperlukan) 5. Konsultasi : Spesialis Urologi 6. Perawatan RS : Rawat inap 7. T e r a p i - Litotripsi tindakan penghancuran batu buli-buli secara endoskopik dengan litotriptor dengan ukuran batu maksimal 2,5 cm - Trokar Litotripsi tindakan pengeluaran batu buli-buli pada anak-anak yang besarnya < 10 mm, dengan kombinasi endoskopik dan trokar. - Vesikolitotomi tindakan pembeadahan, yakni mengeluarkan batu dari vesika urinaria pada batu multiple dan berukuran >2,5 cm 8. Penyulit : Urosepsis, perdarahan, gagal ginjal 9. Standar tenaga : PPDS bedah minimal jaga 1 dan PPDS Urologi minimal jaga 1 bimbingan (bedah terbuka), PPDS Urologi
minimal jaga 2 , Spesialis Urologi
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU BULI-BULI No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/110
01
2/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
10. Lama perawatan 11. Masa pemulihan
: Litotripsi : tiga hari Bedah terbuka : sebelas hari : 2 minggu
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 15, Chapter 84, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 313 – 314 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 66 – 67 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU GINJAL
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/111
01
1/2
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Semua batu baik opaque maupun non opaque yang berada di sistem pelvikalises ginjal.
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien batu ginjal secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua pasien yang datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, hematuria, dan disuria serta dalam pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu ginjal 2. Diagnosis - Anamnesis : a. Hematuria baik mikroskopik maupun makroskopik b. Disuria c. Demam atau menggigil d. Kolik ginjal ataupun nyeri pinggang e. Dapat juga tanpa keluhan (silent stone) - Pemeriksaan fisik : a. Status umum b. Inspeksi: didapatkan penonjolan pada daerah pinggang c. Palpasi: didapatkan massa pada daerah pinggang d. Perkusi: didapatkan nyeri ketuk pada daerah pinggang 3. Diagnosis banding - Infeksi saluran kemih (ISK), tumor traktus urogenitalia 4. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kultur urine, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika, kalsiumphospate-asam urat darah,ekskresi kalsium-phospate-asam urat dalam urine tampung 24 jam. b. Radiologis foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB), intravenous urography (IVU), ultrasonografi (USG) bila dicurigai batu non opaque c. Gula darah, Elektrokardiografi (EKG), foto thorax jika diperlukan 5. Konsultasi : Spesialis Urologi 6. Perawatan RS : Rawat inap 7. T e r a p i a. ESWL adalah alat untuk memecah batu ginjal dengan gelombang kejut dari luar tubuh pasien, dengan ukuran batu maksimal 2 cm b. Ureterorenoscopy (URS) Adalah mengambil/memecahkan batu ginjal dengan alat ureteronoskopi yang dimasukkan lewat muara meter dengan bantuan sistoskopi c. Percutaneus Nefrolitolapaxy (PNL)adalah mengambil dan menghancurkan baru melalui insisi kecil pada kulit
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU GINJAL
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/111
01
2/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
d.
Prosedur
Pielolitotomi/nefrolitotomi tindakan pembedahan, yakni untuk mengeluarkan batu dari pielum/kaliks ginjal.
e. Bivalve nefrolitotomi tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu baik dari pielum maupun kaliks dengan membelah ginjal menjadi dua sisi anterior dan posterior 8. Penyulit 9. Standar tenaga Urologi 10. Lama perawatan 11. Masa pemulihan
: Urosepsis, perdarahan, gagal ginjal : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis : 4 hari : 2 minggu
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 42 – 43, Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 – 329 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62 – 65 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU URETER
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
01
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Desember 2011
IRNA II SMF UROLOGI
DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Adanya batu di saluran ureter
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien batu ureter secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua pasien yang datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, hematuria, dan disuria serta dalam pemeriksaan pencitraan (rontgen atau ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu ureter 2. Diagnosis - Anamnesis : Keluhan utama dan lamanya keluhan nyeri pinggang kadang-kadang disertai muntah hilang timbul dan menjalar ke perut bawah atau kemaluan (testis, ujung penis, labium mayor) tergantung lokasi batu, pernah kencing keluar batu, kencing berdarah disertai nyeri pinggang, dan sering/pernah mengeluh nyeri serupa didaerah pinggang - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi: didapatkan penonjolan pada daerah pinggang Palpasi: didapatkan massa pada daerah pinggang Perkusi: didapatkan nyeri ketuk pada daerah pinggang (flank pain), nyeri ketok costo vertebrae angel (CVA), colok dubur (rectal toucher) 3. Diagnosis banding - ISK, tumor traktus urogenitalia 4. Pemeriksaan penunjang: Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika, kalsium-phospateasam urat darah, ekskresi kalsium-phospate-asam urat dalam urin tampung 24 jam.
intravenous urography (IVU), ultrasonografi (USG), Foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)retrograde pyelography (RPG), anterograde (APG), Foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB) pre operatif pada batu ureter opaq
Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika diperlukan
5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU URETER
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
01
2/2
7. Terapi a. Ureterorenoscopy (URS) Adalah mengambil/memecahkan batu ureter dengan alat ureteronoskopi yang dimasukkan lewat muara meter dengan bantuan sistoskopi. b. Nephrostomy Percutan (PNS) Adalah membuat lubang yang menghubungkan pelvis kaliks sistem dengan dunia luar. Tujuannya untuk diversi urin bila sumbatan ureter tidak dapat segera diatasi. c. Ureterolithotomi: operasi pembedahan untuk mengambil batu ureter. 8. Penyulit 9. Standar tenaga Urologi 10. Lama perawatan 11. Masa pemulihan
: Urosepsis , perdarahan atau gagal ginjal : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis : URS : 2-3 hari operasi terbuka : 5 hari : 1 minggu
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46, Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 – 320 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62 – 65 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU URETRA
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Desember 2011
IRNA II SMF UROLOGI
DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Adanya batu di saluran uretra
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien batu uretra secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua pasien yang datang dengan retensi urin akut dengan atau tanpa riwayat pernah terdiagnosa batu ginjal atau batu ureter sebelumnya dan dalam pemeriksaan fisik serta pencitraan (rontgen) diketahui penyebabnya adalah batu uretra 2. Diagnosis - Anamnesis : Tidak bisa kencing secara tiba-tiba (retensi urin) tanpa riwayat LUTS sebelumnya, biasanya didapatkan riwayat sakit pinggang hilang-timbul atau pernah terdiagnosa menderita batu ginjal atau batu ureter dan kadang mempunyai riwayat kencing batu secara spontan - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi: didapatkan penonjolan pada suprapubik karena retensi urin Palpasi: teraba batu pada uretra anterior atau uretra posterior pada colok dubur 3. Diagnosis banding - striktur uretra, BPH dengan retensi 4. Pemeriksaan penunjang: Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika, kalsium-phospateasam urat darah, ekskresi kalsium-phospate-asam urat dalam urin tampung 24 jam.
Foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB), intravenous urography (IVU), USG abdomen jika diperlukan
Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika diperlukan
5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat jalan (One day care), rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS BATU URETRA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
7. Terapi a. Dorsal meatotomi/meatoplasty : dilakukan incisi pada dorsal meatus uretra untuk mengambil batu kemudian dilakukan meatoplasty b. Lubrikasi anterior : memberikan lubrikan lidocaine gel melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu bisa keluar spontan melalui uretra anterior c. Lubrikasi posterior : memberikan lubrikan lidocaine gel melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu terdorong masuk buli untuk kemudian dilakukan prosedur panghancuran batu buli (litotripsi) atau dipasang kateter kemudian untuk segera dilakukan litotripsi. 8. Penyulit : Retensi urin, infeksi saluran kemih, urosepsis 9. Standar tenaga : PPDS Bedah minimal jaga 2, PPDS Urologi minimal jaga 1 bimbingan , Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : 1 hari 11. Masa pemulihan : 3 hari
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46, Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 – 320 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62 – 65 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS STRIKTUR URETRA
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Penyempitan atau penyumbatan lumen uretra karena pembentukan jaringan fibrotik (parut) pada uretra dan/atau daerah peri uretra
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien striktur uretra secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Retensi urine atau gejala kelainan berkemih (lower urinary tract symptoms) dan dalam pencitraan (uretrografi dan atau BVCUG) diketahui penyebabnya adalah striktur uretra 2. Diagnosis - Anamnesis : Keluhan yang muncul berupa sulit kencing (harus mengejan), pancaran bercabang, menetes, sampai retensi urine. Selain itu, bisa juga disertai pembengkakan/abses di daerah perineum dan skrotum, serta bila terjadi infeksi sistematik juga timbul panas badan, menggigil, dan kencing berwarna keruh, adanya riwayat uretritis, trauma dengan kerusakan pada panggul, straddle injury, instrumentasi pada uretra, penggunaan kateter uretra, kelainan sejak lahir - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi: meatus eksternus sempit,pembengkakan serta fistula di daerah penis,skrotum,perineum,suprapubik, kadang teraba benjolan suprapubik jika terdapat retensi urin Palpasi: teraba jaringan parut sepanjang perjalanan uretra anterior; pada bagian ventral penis, muara fistula bila dipijit mengeluarkan getah/nanah Rectal toucher (colok dubur) 3. Diagnosis banding - batu uretra, kelainan di prostat (BPH, prostatitis, kanker prostat) 4. Pemeriksaan penunjang: a. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika, uroflowmeter b. uretrografi, BVCUG (bipolar voiding cystouretrografi) c. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika diperlukan 5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS STRIKTUR URETRA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
7. Terapi -
Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan (false route).
-
Uretrotomi interna, yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis/Sachse. Otis dikerjakan bila belum terjadi striktur uretra total, sedangkan pada striktur yang lebih berat, pemotongan striktur dikerjakan secara visual dengan memakai pisau Sachse.
-
Uretrotomi eksterna, adalah tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di antara jaringan uretra yang masih sehat.
8. Penyulit : Retensi urin, infeksi saluran kemih, urosepsis 9. Standar tenaga : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi 10. Lama perawatan : Uretrotomi interna (sachse) : 3 hari Operasi terbuka : 5 hari Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930, Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 – 156 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS TUMOR TESTIS
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Keganasan pada testis
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien tumor testis secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua pembesaran dan perubahan konsistensi dari testis, dan dari hasil patologi didapatkan keganasan pada testis 2. Diagnosis - Anamnesis : Keluhan utama : pembesaran testis tanpa nyeri Keluhan akibat penyebaran :Nyeri belakang (back pain), Kolik ureter, Tumor abdomen, Ginekomasti, Batuk. - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi, palpasi: terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi, dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomasti 3. Diagnosis banding Orko-epididimitis, Hidrokel, Spermatokel 4. Pemeriksaan penunjang: a. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, Afa feto protein, Beta HCG b. Foto thorax, USG testis/abdomen, CT Scan, MRI jika diperlukan c. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, jika diperlukan 5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS TUMOR TESTIS
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
7. Terapi -
Radikal orkidektomi /inguinal orkidektomi dilanjutkan dengan :
-
Radiasi eksterna sebagai ajuvan terapi jika hasil patologi menunjukkan seminoma testis.
-
Pada non seminoma yang belum melewat stadium III dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal lymphnode disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran kelenjar paraaorta yang sangat besar didahului dengan pemberian sitostatika terlebih dahulu.
8. Penyulit 9. Standar tenaga 10. Lama perawatan 11. Masa pemulihan
: Perdarahan, Infeksi : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi : 4 hari : tergantung stadium
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 375-383 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 181-186 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS KARSINOMA BULI
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Karsinoma buli adalah keganasan berasal dari epitel (mukosa) buli-buli
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien karsinoma secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua penderita yang datang dengan keluhan painless hematuri disertai intermiten atau retensi karena bekuan darah dengan kecurigaan karsinoma buli-buli yaitu adanya masa suprasimfiser, bimanual palpasi dengan colok dubur teraba masa di buli-buli. Pemeriksaan IVP tampak adanya “ filling deffect buli-buli “ atau pada USG buli-buli tampak ada massa intra vesikal dan pada pemeriksaan sistoskopi adanya masa pada buli-buli serta dengan atau tidak adanya tanda-tanda keganasan lanjut serta dari hasil patologi menunjukkan adanya keganasan. 2. Diagnosis - Anamnesis : - Keluhan utama : hematuria dengan sifat : total gross (makroskopis) tanpa nyeri dan intermiten dapat terjadi (berulang serta retensi urin karena tersumbat bekuan darah) - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi, palpasi : Adanya masa suprasimfiser, tanda invasi organ terdekat, tanda-tanda metastase, masa daerah flank. Colok dubur : Adanya masa pada buli-buli dan prostat. 3. Diagnosis banding ISK, batu buli 4. Pemeriksaan penunjang: a. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika, sitologi urine b. Foto thorax, IVU, USG abdomen, CT Scan, MRI jika diperlukan c. Sitoskopi biopsi d. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, jika diperlukan 5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS KARSINOMA BULI
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
8. Terapi -
Reseksi Transuretra (TUR-Buli) Dengan resektoskop dilakukan reseksi transuretra dalam keadaan narkose baik sebagai monoterapi maupun dengan tujuan mereseksi masa tumor sampai bersih atau mengurangi masa tumor. Cara ini dilakukan dengan menggunakan peralatan endoskopi.
-
Sistektomi Partial Pengangkatan buli-buli secara parsial (sebagian buli-buli) sebatas daerah tumor. Adapun teknik operasi dengan cara pendekatan supra pubik, identifikasi buli-buli dan kelenjar getah bening daerah pelvis, ligasi arteri vesicalis superior, dilakukan limfadenektomi daerah pelvis dan wide eksisi tumor minimal 2 cm daerah bebas tumor.
-
Radikal Sistektomi Pengangkatan organ yang lebih luas / radikal. Pada laki-laki dilakukan pangangkatan buli-buli, peritoneum daerah pelvis, prostat, vesikula seminalis dengan cara sistoprostatektomi radikal, termasuk limfadenektomi daerah pelvis. Pada wanita pengangkatan buli-buli disertai organ sekitarnya termasuk peritoneum daerah pelvis, uretra, serviks, uterus sepertiga dinding depan vagina, ligamen maupun ovarium disertai limfadenektomi daerah pelvis. Diversi urin dikerjakan berdasarkan persetujuan dokter, penderita maupun kebiasaan operator, baik yang kontinen maupun yang inkontinen.
-
Radiasi Radiasi yang diberikan adalah eksternal radiasi dengan dosis 6000 – 7000 rad diberikan selama 5 - 8 minggu untuk tujuan kuratip dan 2000 rad untuk preoperatip (sistektomi).
-
Kemoterapi Kemoterapi diberikan baik secara topikal intravesikal oleh urolog atau intra vena oleh medical-onkolog
12. Penyulit 13. Standar tenaga 14. Lama perawatan 15. Masa pemulihan
: Klot retensi, Perdarahan, Infeksi : PPDS Urologi minimal jaga 2, Spesialis Urologi : TUR-Buli : 5 hari : tergantung stadium
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi, SMF Penyakit dalam devisi Hemato-Onkologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Tahun 2007, 1094 - 1140 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 353 - 371 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 181-186 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS TUMOR GINJAL (GRAWITZ)
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Tumor ginjal (Grawits) adalah tumor primer parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis ginjal
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien tumor ginjal (Grawits) secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua penderita dengan pembesaran ginjal dan atau disertai dengan nyeri pinggang dan hematuri dan dalam pemeriksaan patologi didapatkan tumor primer pada ginjal berupa Grawits tumor 2. Diagnosis - Anamnesis : Keluhan utama : nyeri pinggang, hematuria, dan massa pada pinggang, demam, kadang disertai hipertensi, pada stadium lanjut kadang disertai tanda-tanda penyebaran tumor seperti batuk, nyeri abdomen - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi, palpasi : Adanya masa daerah flank, tanda invasi organ terdekat, tanda-tanda metastase, anemia, kadang disertai munculnya varikokel 3. Diagnosis banding Hidronefrosis, Pionefrosis, tumor jinak ginjal (Hemartroma), kista ginjal 4. Pemeriksaan penunjang: a. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika b. Foto thorax, IVU, USG abdomen, CT Scan, MRI c. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, jika diperlukan 5. Konsultasi 6. Perawatan RS 7. Terapi
: Spesialis Urologi : Rawat inap
Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula Gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin untuk dilakukan operasi, masih dapat untuk dilakukan nefrektomi paliatif Khemoterapi pada kasus yang advanced oleh medical-onkolog
STANDAR PELAYANAN MEDIS TUMOR GINJAL (GRAWITZ)
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
Prosedur
8. Penyulit 9. Standar tenaga 10. Lama perawatan 11. Masa pemulihan
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi
Referensi
-
: Perdarahan, Infeksi : PPDS Urologi chief, Spesialis Urologi : 6 hari : tergantung stadium
Campbell’s Urology, 9th ed., Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 210-217 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
STANDAR PELAYANAN MEDIS TUMOR GINJAL (WILMS')
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
1/2
Ditetapkan tanggal, Desember 2011 Direktur,
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
Tanggal Terbit Desember 2011 DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Tumor ginjal (Wilms') adalah tumor primer parenkim ginjal yang berasal dari blastema metanefrik
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pasien tumor ginjal (Wilms') secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur
1. Kriteria diagnosis Semua penderita dengan pembesaran ginjal dan atau disertai dengan nyeri pinggang dan hematuri dan dalam pemeriksaan patologi didapatkan tumor primer pada ginjal berupa Wilms' tumor 2. Diagnosis - Anamnesis : Keluhan utama : asien dibawa ke dokter oleh orangtuanya karena perut membuncit, benjolan diperut atas, dan kadang disertai hematuri, dan hipertensi pada stadium lanjut kadang disertai tanda-tanda penyebaran tumor seperti batuk, nyeri abdomen - Pemeriksaan fisik : Status umum Inspeksi, palpasi : Adanya masa daerah flank sampai dengan abdomen, tanda invasi organ terdekat, tanda-tanda metastase, anemia, kadang disertai munculnya varikokel 3. Diagnosis banding Hidronefrosis, Pionefrosis, tumor jinak ginjal (Hemartroma), kista ginjal 4. Pemeriksaan penunjang: a. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, faal hemostasis, urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika b. Foto thorax, IVU, USG abdomen, CT Scan, MRI 5. Konsultasi 6. Perawatan RS
: Spesialis Urologi : Rawat inap
STANDAR PELAYANAN MEDIS TUMOR GINJAL
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur
(WILMS') No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/112
00
2/2
8. Terapi
Radikal Nefrektomi untuk tumor yang masih dalam stadium dini yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula Gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin untuk dilakukan operasi, masih dapat untuk dilakukan nefrektomi paliatif Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan atau beberapa seri setelah pembedahan Radiasi Eksterna. Radiasi diberikan sebelum atau setelah operasi dan kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika sebagai terapi sandwich.
12. Penyulit 13. Standar tenaga 14. Lama perawatan 15. Masa pemulihan
: Perdarahan, Infeksi : PPDS Urologi chief, Spesialis Urologi : 6 hari : tergantung stadium
Unit terkait
Laboratorium PK, Instalasi Radiologi, SMF urologi, SMF Ilmu Kesehatan Anak devisi Hemato-Onkologi
Referensi
-
Campbell’s Urology, 9th ed., Tahun 2007 Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 210-217 European Association of Urology Guideline, tahun 2011
SOP PEMASANGAN KATETER URETRA PADA PRIA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur Tetap IRNA II SMF UROLOGI
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/113
00
1/2
Tanggal Terbit Januari 2011
Ditetapkan tanggal Januari 2011 Direktur,
DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pemasangan kateter secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI
Prosedur a) Menjelaskan semua prosedur kateterisasi pada pasien dan
b) c) d) e) f) g) h) i) j)
k) l)
m) n) o)
meyakinkan pasien sehingga benar-benar mengerti serta mau memberikan persetujuan tindakan medik Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang dan meluruskan kaki Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun Memakai sarung tangan steril Membersihkan sekeliling penis dengan kasa steril yang dibasahi dengan antiseptik (povidone iodine 10%) Memasang kain steril sebagai pembatas tindakan. Memberikan lubrikan lidocaine gel kedalam uretra. Memegang penis dengan tangan kiri (bagi yang tidak kidal) dan menarik penis pasien dengan posisi hingga hamper ekstensi Memasukkan kateter ke uretra sampai urine mengalir keluar (sampai ke percabangan kateter) Mengisi balon kateter sesuai ukuran yang tertera (10 cc), apabila urine sudah mengalir keluar, menyambung kateter dengan saluran pembuangannya (urine bag) Menarik kateter keluar untuk untuk menilai kalau balon sudah terisi dan berfungsi sebagai fiksator kateter. Membersihkan gland penis dan mengembalikan preputium ke posisi semula. Kateter di fiksasi pada perut sebelah bawah atau paha sebelah atas. Mengukur dan mencatat jumlah dan warna urine . Memberikan nasehat kepada pasien tentang pemakain keteter dan rencana tindakan selanjutnya. Membuat laporan pelaksanaan prosedur tindakan.
SOP PEMASANGAN KATETER URETRA PADA PRIA
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/113
00
2/2
Unit Terkait
Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan
Referensi
– – –
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155 – 156 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 227 – 229
SOP PEMASANGAN KATETER URETRA PADA WANITA RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Prosedur Tetap
No. Dokumen
No Revisi
Halaman
1.2/1/113
00
1/2
Tanggal Terbit
IRNA II SMF UROLOGI
Januari 2011
Ditetapkan tanggal Januari 2011 Direktur,
DR. Dr. BASUKI B. PURNOMO, SpU NIP. 19540731 198201 1 002
Pengertian
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra
Tujuan
Melaksanakan pelayanan medis pemasangan kateter secara terstandar
Kebijakan
Sesuai dengan pedoman standar pelayanan medis Departemen Kesehatan RI a) Menjelaskan semua prosedur kateterisasi pada pasien dan meyakinkan pasien sehingga benar benar mengerti serta mau memberikan persetujuan tindakan medik b) Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang dan menekuk kedua lutut c) Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun d) Memakai sarung tangan steril e) Membersihkan sekeliling vagina dengan kasa steril yang dibasahi dengan antiseptik (povidone iodine 10%)
Prosedur
f)
g) Mengolesi ujung kateter dengan jelly. h) Membuka labia mayora dengan tangan kiri (bagi yang tidak kidal) i) Memasukkan kateter ke uretra sampai urine mengalir keluar (sampai ke percabangan kateter) j) Mengisi balon kateter sesuai ukuran yang tertera (10cc), apabila urine sudah mengalir keluar, menyambung kateter dengan saluran pembuangannya (urine bag) k) Menarik kateter keluar untuk menilai balon sudah terisi dan berfungsi sebagai fiksator kateter l) Membersihkan vagina dan sekitarnya. Kateter di fiksasi pada paha sebelah atas. m) Mengukur dan mencatat jumlah dan warna urine n) Memberikan nasehat kepada pasien tentang pemakain keteter dan rencana tindakan selanjutnya. o) Membuat laporan pelaksanaan prosedur tindakan Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan
Unit Terkait Referensi
Memasang kain steril sebagai pembatas tindakan.
– – –
Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun 2007 Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155 – 156 Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 227 – 229