DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAHULUAN Proyek pengolahan air limbah kawasan permukiman penduduk dengan system perpipaan air limbah merupakan proyek dari Pekerjaan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Pengelolaan Air Limbah dan Perencanaan Teknis Air Limbah Kabupaten Buru. Standar operasi dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi pegangan bagi para pengguna atau pelanggan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah kawasan permukiman penduduk yang ada. Maksud Standar Operasional dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah dimaksudkan untuk dijadikan acuan dan pengoperasian serta pemeliharaan dilapangan. Tujuan Standar operasi dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi panduan bagi para pelanggan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air limbah kawasan. Sistem Pengaliran dan Pengolahan Air Limbah Sistem pengaliran dan pengolahan air limbah (sistem jaringan perpipaan) berfungsi untuk menyalurkan air limbah rumah tangga atau air limbah domestic baik yang berasal dari closet (WC) maupun cuci dan kamar mandi yang terjadi di rumah hunian, untuk kemudian diolah pada unit pengolahan air limbah (IPAL Komunal). Air limbah yang sudah diolah tersebut, kemudian dialirkan ke badan air penerima. Pengaliran air limbah sejak dari sumber (KM & WC) sampai dengan di IPAL, dilakukan secara gravitasi, demikian pula pengaliran effluent dari IPAL ke badan air penerima. Cara Operasional Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pengolahan Air Limbah Sistem Jaringan Perpipaan Untuk menghasilkan sistem dan pengelolaan yang sempurna, maka diperlukan suatu pedoman yang harus diikuti, baik dalam mengoperasikan maupun cara pemeliharaan dan perawatan terhadap semua peralatan pada elemen sistem. Sistem Pengaliran Sistem sanitasi perpipaan ini berfungsi untuk menampung, mengalirkan dan mengolah air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, cuci dan closet (WC). Pengaliran dari
I-1
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
sumber air limbah ke perpipaan servis sampai dengan pengolahan air limbah (IPAL) dilakukan secara gravitasi. Air limbah yang diolah didalam IPAL kemudian dengan mempergunakan pipa dibuang/dialirkan ke badan air penerima. Elemen-elemen Sistem Sanitasi Perpipaan Secara garis besar elemen sistem pada sistem sanitasi perpipaan ini dapat dibagi menjadi : Instalasi rumah, berupa perpipaan yang berfungsi menampung air limbah yang terjadi di sumber air limbah : kamar mandi, closet (WC) dan tempat suci Sambungan rumah (SR), berupa bak control dan perpipaan mulai dari bak control tersebut sampai dengan di manhole pada jalur pipa tersier Pipa persil, berfungsi untuk menampung air limbah dari setiap rumah (SR) dan mengalirkannya ke unit pengolahan air limbah (IPAL). Perpipaan persil dilengkapi dengan manhole sebagai bak pengontrol, apabila terjadi penyumbatan, serta sebagai salah satu sarana pemeliharaan. Unit/Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berfungsi untuk mengolah air limbah IPAL di lokasi meliputi : Tangki septic dengan sistem pengolahan Anaerobic Buffle Reactor (ABR) Tangki/bak aerasi filter biologis yang disusun dari bioball dan semacam plate settler yang berfungsi untuk menurunkan kadar BOD5,diharapkan BOD yang turun pada bak ini mencapai 200 – 100 mg/lt Cara Operasi dan Pemeliharaan Elemen Sistem Secara singkat akan diuraikan operasi dan pemeliharaan pada elemen sistem yaitu : Pada perpipaan persil ,pipa induk aliran pada pipa persil maupun pipa induk dengan system gravitasi pada pipa induk dilengkapi dengan manhole yang berfungsi untuk membagi aliran air limbah dan untuk mengontrol apabila ada kendala atau masalah penyumbatan, manhole ini dipasang pada pertemuan pertemuan dan belokan.servis Pada instalasi pengolahan (IPAL) Pada instalasi pengolahan IPAL communal dipasang bar sceen (sebelum ke IPAL) bar sceen tersebut
diharapkan
akan
meminimalisir
penyumbatan
air
limbah
ke
kolam
ABR,pemeliharaan yang dilakukan harus mengontrol dan membersihkan dengan skala waktu tertentu apabila ada penyumbatan pada bar sceen tersebut.
I-2
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. Pada perpipaan Persil Cara Penggelontoran Air limbah rumah tangga ini dapat berupa air limbah dari kamar mandi/cuci berupa zat cair (grey water) dan air limbah dari kloset/WC berupa zat cair dan padat (black water). Kedua jenis air limbah ini, terutama pada siang dan malam hari, yaitu pada waktu-waktu kegiatan di rumah (mandi/buang air) berkurang, sehingga zat cairnya relative sedikit/kecil, dapat mengakibatkan zat padatnya tertinggal, tidak ikut teralirkan di dalam pipa. Kondisi ini dapat mengakibatkan pipa mampet. Mampetnya pipa dapat diketahui antara lain dari : - Tidak dapat mengalirnya air limbah yang terjadi di kamar mandi/tempat cuci serta WC (closet) walaupun sudah disiram/digelontor dengan air. Hal ini berarti terjadi mampet pada jalur pipa antara WC/kamar mandi/tempat cuci dengan bak control di instalasi rumah. - Meluapnya air pada bak control di sambungan rumah yang berarti aliran air dalam pipa dari bak control sampai dengan di pipa servis tidak lancar/mampet - Meluapnya air pada manhole. Keadaan ini menunjukan tidak lancarnya/mampetnya aliran air pada segmen pipa antara 2 (dua) manhole, yaitu dimulai dari manhole tempat meluapnya/naiknya air limbah sampai dengan perpipaan dan manhole sebelah hilirnya. - Tidak mengalirnya air limbah yang sudah diolah (effluent), yaitu aliran air pada pipa mulai dari lokasi pengolahan air limbah (IPAL) sampai dengan di outlet pada badan air penerima. Hal ini menandakan mampetnya pipa pada jalur pipa effluent Untuk mengatasi mampetnya pipa dapat dilakukan penggelontoran dengan cara : Penggelontoran bersamaan dari pengguna manfaat : masing-masing pengguna dari setiap rumah tangga, bersama-sama menuangkan air sebanyak 2 ember ke dalam masing-masing WC yang ada di dalam rumah. Waktu Penggelontoran Ada 2 (dua) waktu penggelontoran yang harus dilakukan untuk menghindarkan dan sekaligus menanggulangi kemungkinan terjadinya mampet/tidak lancarnya aliran air limbah di dalam perpipaan, yaitu : - Pada saat kondisi normal, yaitu bila aliran air dalam pipa lancer/tidak ada hambatan - Pada saat kondisi aliran air di dalam pipa tidak lancar/mampet. Yaitu pada bagian-bagian segmen pipa yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
I-3
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Secara singkat kedua kondisi/waktu penggelontoran dapat dijelaskan di bawah ini : 1. Kondisi Normal Penggelontoran pada saat kondisi normal dimaksudkan untuk pemeliharaan/perawatan system. Kondisi ini dapat diketahui dengan cara membuka tutup bak control/manhole dan melihat/mengamati aliran air pada dasar bak control/manhoke tersebut. Bila terlihat aliran lancar, berarti pengaliran air di dalam pipa tidak ada masalah. Pada kondisi ini penggelontoran dilakukan secara periodic dua hari sekali. Pemeriksaan awal bak control/manhole : Buka tutup bak control dan manhole Khususnya untuk manhole yang kedalamannya lebih dari 1 meter, cek dulu kondsi udara/gas yang ada di dalam manhole dengan memasukan lilin/lampu minyak yang sudah dinyalakan sampai didasar manhole. Bila nyala api tersebut padam, berarti diindikasikan adanya gas beracun di dalam manhole tersebut. Dalam kondisi ini, hindari/jauhi segera manhole tersebut sampai beberapa lama. Pengecekan dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas tadi secara berulang kali sampai nyala api tersebut tetap menyala ketika lilin/lampu minyak tersebut dimasukan kembali ke dalam manhole, dimana kondisi ini sudah tidak membahayakan lagi dan kegiatan penggelontoran dapat dilanjutkan. Periksa di dasar manhole. Apabila ternyata banyak endapan, endapan tersebut kemudian dicangkul dengan meggunakan cangkul/sekop dan dibuang ke tempat pembuangan. Sesudah semua endapan dikeluarkan, gelontorlah manhole tersebut dengan air secara manual. Penggelontoran pada kondisi normal dapat dilakukan dengan cara : Secara setempat, penggelontoran dapat dilakukan dengan menggunakan ember dan kereta dorong. Dalam hal ini, isilah beberapa ember (± 6 buah ember) dengan air dan muatkan pada kereta dorong. Kemudian dorong kereta tersebut dekat lokasi manhole yang akan digelontor. Curahkan air dari ember-ember tersebut tepat mengenai dasar manhole sehingga air segera dapat mengalir ke dalam pipa Lakukan penggelontoran berulang-ulang sehingga terlihat aliran air di dalam pipa menjadi lancar. Tutup kembali manhole/bak control
I-4
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
2. Kondisi Aliran Air Tidak Lancar/Mampet Aliran tridak lancar menandakan adanya pengendapan di dasar pipa/manhole yang cukup banyak sehingga menyebabkan pipa tersebut tersumbat. Dalam hal ini, penggelontoran harus dilakukan segera, tidak perlu menunggu sampai jadwal yang telah ditentukan secara periodic, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya . Prosedur penggelontoran pada saat aliran tidak lancer dapat dilakukan sebagai berikut : Secara setempat, penggelontoran dapat dilakuakn dengan menggunakan ember dan kereta dorong. Dalam hal ini, isilah beberapa ember (± 6 buah ember) dengan air dan muatkan pada kereta dorong. Kemudian dorong kereta tersebut ke dekat lokasi manhole yang akan digelontor. Curahkan air dari ember-ember tersebut tapat mengenai dasar manhole sehingga air segera dapat mengalir ke dalam pipa Ambil alat sogrok (dapat menggunakan belahan bambu panjang elastis yang pada bagian ujungnya dipasang ijuk) dan masukan atau tekan ke dalam pipa melalui manhole tersebut. Sambil menekan dan menarik alat sogrok tersebut yang dilakukan berulang-ulang, gelontor dengan air, baik secara langsung dari bak penampung air untuk manhole yang letaknya dekat, ,maupun dengan menuangkan air dari ember-ember yang ada di gerobak dorong untuk manhole yang letaknya jauh dari bak penggelontor. Pemakaian sogrok dan penggelontoran dengan air tersebut dilakukan berulang kali sampai aliran air di dalam pipa tersebut lancer kembali Ambil
dan
keluarkan
endapan
yang
terjadi/ada
di
dasar
manhole
(akibat
disogrok/digelontor tersebut) dan buang ke tempat pembuangan yang ditentukan Amati aliran air pada dasar manhole tempat air digelontor dan pada dasar manhole di bagian hilirnya. Bila aliran air pada dasar manhole tersebut lancar, berarti endapan penyebab mampetnya pipa tersebut sudah tidak ada. B. Pada Instalasi Pengoalahan (IPAL) Pengurasan Lumpur Tinja Karena terjadi proses pengendapan, pada dasar IPAL (Tangki Septik) akan terkumpul lumpur endapan/tinja. Volume lumpur tinja ini semakin lama akan semakin banyak, sehingga akan mengurangi daya tampung air limbah pada tangki tersebut. Untuk itu maka secara periodik. Lumpur ini harus dikeluarkan secara manual.
I-5
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Disaranakan perioda pengurasan dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali. Meskipun demikian pengecekan perlu dilakukan setiap bulan sekali, dengan cara memantau melalui lubang manhole di IPAL. Prosedur yang harus dilakukan oleh pengelola sistem adalah sebagai berikut : Periksa jadwal terakhir pengurasan lumpur. Bila sudah mencapai 2(satu) tahun, berarti sudah saatnya untuk dilakukan pengurasan lumpur Hubungi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Buru, untuk meminta jasa penyedotan lumpur tinja dengan menggunakan mobil truk tangki tinja Buka tutup manhole/lubang yang terpasang pada tangki septik/IPAL Masukan pipa penyedot dari mobil truk tangki tinja sampai mencapai dasar bak tangki septic sehingga lumpur yang terjadi/berada di dasar tangki septic dapat diambil keluar Setelah diperkirakan lumpur yang ada di dasar terambil, berarti proses pengurasan lumpur sudah selesai. Sebaiknya lumpur tinja tidak terambil seluruhnya, agar proses penguraian tinja berikutnya tidak terhambat akibat kurangnya mikroorganisme pengurai
OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN Sistem penyaluran air Iimbah merupakan bagian penting dari infrastruktur suatu daerah. sistem ini terdiri atas sistem perpipaan, saluran, rumah pompa, pipa bertekanan dan semua fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan air Iimbah dari daerah permukiman, industri dan komersial serta berbagai tempat yang membutuhkan penyaluran air Iimbah. Optimalisasi pengoperasian dan perawatan yang memadai terhadap system penyaluran limbah menjadi sangat penting untuk menghindari resiko gangguan kesehatan dan lingkungan akibat rendahnya kinerja dari sistem penyaluran sanitari. Oleh karena itu, Standar Operasional dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi pegangan bagi para pengguna dalam mengoperasionalkan dan memelihara sistem sanitasi yang ada. Program operasional dan pemeliharaan bertujuan untuk merawat dan memelihara fungsi dari bangunan yang sudah dirancang (kapasitas dan integritasnya) atau tetap menjaga fungsi normal dari komponenkomponen dalam suatu sistem pengaliran air Iimbah. Kemampuan untuk mengoperaskan secara efektif dan memelihara system pengumpulan air Iimbah sehingga dapat berfungsi sangat tergantung pada kondisi wilayah, design yang tepat (termasuk pemilihan material dan peralatan yang sesuai), pembangunan dan inspeksi, uji coba dan serah terima, serta system start-up.
I-6
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Tujuan utama dari pemeliharaan ini adalah untuk meminimalkan investasi pada pekerja, material dan uang serta peralatan sehingga dapat melakukan servis yang lebih baik pada pelanggan. Efektivitas dan keuntungan dari program ini adalah :
Memastikan ketersediaan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan
Menjaga rethilitas dari peralatan. Alat bekerja setiap hari selama 24 jam sehingga reabilitas merupakan ukuran yang sangat penting dalam pengoperasian dan pemeliharaan. Menjaga nilai investasi dari peralatan. Sistem penyaluran air Iimbah merupakan asset masyarakat, harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Jika tidak dikelola dengan benar, maka akan teriadi kerusakan pada sistem ini yang disebkan oleh umur alat yang s udah tua atau Pemakaian normal alat.
Menjaga penggunaan alat sehingga mampu bekerja dengan baik sepanjang masa berlakunya.
Mengumpulkan data data yang akurat dan merupakan dasar untuk mengambil keputusan pada pengoperasian dan pemeliharaan.
Biaya. Biaya dapat dibuat seefektif mungkin karena adanya perencanaan pemeliharaan dan perbaikan pipa yang dapat dilakukan dengan material yang tepat dan pada waktu kerja.
Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliputi petunjuk operasional dan pemeliharaan tangki septik, pipa aliran masuk (Inflow), Anaerobic Baffled Reactor (ABR), filter dan pipa aliran keluar (Outflow). 1. Tangki Septik Adapun petunjuk teknis operasional septik tank terdiri dari langkah -langkah sebagai berikut: a. L i m b a h b e r u p a k o t o r a n m a n u s i a ( t i n j a ) d a r i W a t e r C l o s e t ( W C ) m e n g a l i r m e n u j u bejana/tangki yang biasa disebut septik tank. b. Limbah tinja te rsebut a kan me ngendap dan te rpisa h anta ra air limba h denga n limba h padatnya yang berupa lumpur. c. Limbah padat mengendap di dasar tangki selama k urun waktu tertentu yang disesuaikan dengan volume septik tank yang telah direncanakan. Limbah padat yang berada di dasar tangki terse but dala m kea daan tanpa uda ra dan a kan diproses secara anae robik ole h bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya akan terurai. d. Setelah kurun waktu tertentu septik tank dengan volume yang telah direncanakan akan penuh lumpur, sehingga lumpur tersebut harus dikeluarkan. Pada umumnya, pengurasan ini dilakukan minimal 2 tahun sekali, namun disesuaikan dengan volume septik tan k
I-7
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
yang direncanakan. e. Air limbah yang berasal dari septik tank setelah terpisah dengan lumpurnya, karena di dalam cairan tersebut masih mengandung sejumlah mikroba, yang mungkin masih bersifat pathogen (dapat menyebebkan penyakit). Oleh karena itu, septik tank harus menggunakan resapan. f.
Air limbah dari septik tank (air limbah yang terpisah dari lumpur tinja) akan mengalir ke sumur resapan.
g. Air limbah tersebut akan melalui lapisan sumur resapan yang terdiri dari batu kerikil di ba wa h ta na h se hin gga a i r ya n g m e re s a p ma si h me nd a p a tk a n su pla i oksige n (a e ro bik ), sehingga mikroba patogen akan mati. Pemeliharaan tangki septik bertujuan mempertahankan fungsi dan efisiensi sistem agar tetap stabil dan menambah usia teknis. Beberapa contoh kegiatan pemeliharaan tangki septik
a) Menjaga kebersihan jamban dengan menyiram dengan air secukupnya. b) Tidak membuang bungkus sabun, bungkus odol dan tissue pada jamban. c) Memeriksa kelengkapan fasilitas MCK. d) Penyedotan lumpur tinja secara berkala.
Gambar 1 Menjaga Kebersihan jamban dan tidak membuang bungkus di kloset
I-8
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Gambar 2 Penyedotan Lumpur Tinja secara Berkala 2. Pipa Aliran Masuk (Inflow) Pemeliharaan pipa aliran masuk dilakukan dengan memeriksa kelancaran aliran masuk. Bila terjadi kemacetan, dilakukan penggelontoran dengan air tambahan secukupnya. Selain itu dapat dilakukan dengan :
a. Pembersihan dapat pula dilakukan dengan menggunakan auger secara manual b. Perbaikan segera dilakukan bila terjadi keretakan, pecah. c. Bersihkan dari kotoran dan serangga.
I-9
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Gambar 3 Cara Mengatasi Pipa yang Mampet
3. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Adapun petunjuk teknis operasional ABR terdiri dari langkah-Iangkah sebagai berikut: a. lan g k a h a w a l y a n g h a r e s d i l a k u k a n s e t e l a h p e m b a n g u n a n A B R a d a l a h m e l a k u k a n p embenihan mikroorganisme dengan cara memasukkan lumpur ke dalam reaktor sampai mencapai ketinggian 20% dari tinggi efektif reaktor, sedangkan sisanya diisi dengan air PDAM yang diberi nutrien tambahan yang terdiri dari campuran glukosa sebagai sumber karbon, pupuk urea sebagai sumber nitrogen dan pupuk NPK sebagai sumber phosphat. b. Pada tahap pembenihan dilakukan pemberian nutrien terlebih dahulu hingga bekteri dapat berkembang dengan bak, bare kemudian diganti dengan air limbah sebenamya pada tahap aktimatisasi. c. Pemberian nutrien menggunakan rasio C:N:P = 100:5:1 yakni 1,2 mg glukosa, 0,06 mg pupuk urea, dan 0,012 mg pupuk NPK yang dilarutkan dalam satu liter air yang dimasukkan dalam reaktor setiap hari. d. Campuran lumpur dan nutrien didiamkan secara batch selama tiga had dengan dilakukan pengamatan gas yang terbentuk untuk mengetahui adanya bakteri anaerobik yang hidup dan beraktivitas menghasikan gas methan.
I - 10
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Setelah
pe mbe niha n
selesai,
dilakuka n
aklimatisasi
pada
reaktor
ABR.
Aklimatisasi ini bertujuan untuk menumbuhkan lapisan film mikroorganisme (biofilm) yang akan menguraikan zat organik pada air Iimbah. Aklimatisasi dilakukan dengan mengalirkan air Iimbah dengan persentase yang bertahap hingga 100% pada reaktor ABR. f.
Setelah reaktor ABR mengalami aklimatisasi, maka reaktor diuji kebocoran dengan mengisi tangki ABR dengan air PDAM sampai penuh, sedangkan uji kebocoran gas dengan meniupkan udara dengan blower ke dalam reaktor dalam kondisi semua lubang tertutup rapat.
g. Setelah reaktor ABR lolos uji kebocoran, maka reaktor siap dioperasikan. h. Pada mulanya air Iimbah mengalir masuk melalui pipa inlet ke bak pengend4) awal untuk memisahkan air Iimbah dari padatan seperli lumpur, pasir, dan kotoran Iainnya. i.
Setelah itu, air Iimbah mengalir menuju kompartemen pertama reaktor (zona asidifikasi) dimana terjadi penurunan pH akibat adanya pembentukan volatile fatty acid dan selanjutnya akan naik karena meningkatnya kapasitas buffer.
j.
Setelah melalui kompartemen pertama (zona asidifikasi), air Iimbah mengalir ke kompartemen kedua (zona methanasi). Pada zona ini methanasi terjadi sehingga membentuk gas urethan.
k. Kemudian air Iimbah mengalir ke kompartemen ketiga (zona buffer). Adanya zone buffer ini digunakan untuk memepertahankan agar proses dalam reaktor dapat berjalan dengan baik. l . Lalu air Iimbah yang telah melalui proses di reaktor ABR tersebut dialirkan ke badan air melalui pipa outlet ABR.
Adapun pemeliharaan ABR terdiri dari: a. Melakukan pengurasan lumpur yang berlebihan karena dapat mengganggu proses selanjutnya yaitu menyumbat media filter. b. Pengurasan lumpur dengan cara penyedotan dan dibuang ke lokasi yang aman terhadap lingkungan misalnya instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). c. Pipa Keluaran (Outflow) Pemeliharaan pipa keluaran dilakukan dengan memeriksa kelancaran al iran keluar. Pemeliharaan dilakukan dengan cara : a. Mengamati aliran keluar melalui bak kontrol.
I - 11
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
b. Memeriksa Takah aliran berjalan dengan baik. c. Melakukan perbaikan bila trjadi kerusakan.
Gambar 4 Pemeliharaan Pipa Keluaran
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat merupakan upaya menjamin operasional banguan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan. faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan: 1. Pemeriksaan semua unit pengolahan dan memastikan bahwa semua unit yang ada sesuai dengan design yang direncanakan. 2. Seluruh operator yang bertugas harus melewati panataran training agar dapat melakukan operasi unit pengoiahan yang ada. 3. Semua operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah domestik tersebut harus mengerti fungsi unit pengolahan. 4. Semua
buku
petunjuk
pelaksanaan
(juknis)
harus
selalu
dibaca
sesuai
dengan
kepentingan/keperluan serta harus diletakkan pada tempat yang mudah ditemukan secara cepat. 5. Buku catatan/laporan harian hams dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan monitoring keadaan sehari-hari.
I - 12
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliput petunjuk operasional dan pemeliharaan untuk bak penampung, bak penangkap minyak dan lemak, Anaerobic Baffled Reactor (ABR), filter, reservoar, dan kolam. 1. Bak Penampung Diba wa h ini dijelask an tentang gam bar an sistem , car a m elak u kan start up, dan pemeliharaan dari bak penampung. 1. Gambaran sistem a. Sumber air yang dimanfaatkan berasal dari grey water (air Iimbah domestik). Air Iimbah domestik berasal dari kegiatan domestik (kamar mandi, cud, buangan dapur, dan resapan dari septic tank), tidak termasuk Iimbah padat dari WC (water closet) atau yang disebut black water. b. Pengoperasian reaktor
grey water menggunakan aliran gravitasi sejak
penyadapan air limbah domestik sampai sump well. Setelah air limbah terkumpul di sump well dalam volume tertentu, aliran air menuju bak penampung menggunakan pompa. Pompa akan mengalirkan air limbah menuju bak pembagi kemudian bak kontrol selanjutnya ke bak penampung. Aliran dari bak pembagi ke bak kontrol diatur menggunakan valve. c. Grey
water dialirkan
ke
bak
penampung,
yang
memiliki
fungsi
menghomogenkan karakterisasi dari air limbah dan juga berfungsi sebagai pengatur debit yang akan masuk ke dalam unit IPAL selanjutnya. 2. Start up a. Grey water yang terkumpul di sump well dialirkan ke bak penampung secara pemompaan, Oleh karena itu, kondisi pompa harus dalam keadaan bisa digunakan pada waktu pengoperasian. b. Sebelum menuju ke bak penampung terdapat bak kontrol. Bak kontrol ini berfungsi untuk mengecek apakah saluran inlet tersumbat oleh kotoran-kotoran yang berasal dari grey water. Setelah itu bare menuju ke bak penampung. 3. Pemeliharaan a. Pada bagian atas bak penampung terdapat manhole (tulip reaktor/bak) yang berfungsi sebagai tempat untuk mengontrol atau memeriksa apakah terjadi penyumbatan karena terdapat kotoran atau benda-benda asing yang ikut masuk, dan digunakan sebagai tempat pengurasan. b. Setiap 6 bulan sekali perlu dilakukan pen gurasan untuk menjaga agar kualitas dari air limbah yang terolah tetap terjaga.
I - 13
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
2. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) D i b a w a h i n i d i j e l a s k a n t e n t a n g g a m b a r a n s is t e m , c a r a m e la k u k a n s ta rt u p , d a n p e m eliharaan dari bak Anaerobic Baffled Reactor (ABR). 1. Gambaran sistem a. Sistem ABR terdiri dari 3 zona. Zona pertama yaitu zona asidogenesis, yang menyebabkan terjadinya penurunan pH akibat terbentuknya VFA (Volatile Fatty Acid). Pada kompartemen selanjutnya merupakan zona methanogenesis, yang merupakan zona terbentuknya gas m e t h a n . Z o n a t e r a k h i r m e r u p a k a n z o n a b u f f e r y a n g m e r u p a k a n z o n a u n t u k mempertahankan penurunan pH, pada zona tersebut pH naik kembali karena meningkatnya kapasitas buffer. b. Grey water yang akan diolah tidak boleh mengandung fenol (desinfektan) yang sebagian besar berasal dari pembersih lantai dan bleaching. Karena akan berakibat pada matinya mikroorganisme yang terdapat didalam reaktor ABR. Sehingga proses pengolahan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. c. Lumpur aktif yang akan digunakan sebagai mikroorganisme berasal dari activated sludge atau oxidation ditch. Lumpur aktif yang dimasukkan pada ABR sebanyak 20% dari volume efektif.
2. Start up a. Start up dimulai dengan memasukkan mikroorganisme yang berasal dari lumpur aktif sebelum proses pengoperasian dimulai. Caranya adalah dengan memasukkan grey water ke dalam bak, lalu dibiarkan selama kurang lebih 3 minggu, dimana aliran air limbah dioperasikan secara kontinyu. Lumpur aktif yang dimasukkan sebanyak 20% dari volume efektif. b. Apabila mikroorganisme telah tumbuh dengan baik, harus dijaga agar bak atau reaktor tidak terbuka (harus dalam keadaan tertutup) untuk menjaga dalam kondisi anaerobik. indikator bakteri telah tumbuh balk adalah apabila bebatuan dalam filter telah ditumbuhi oleh lapisan biofilm/slime/lendir yang berwama ke abu-abuan. Selanjutnya bak slap untuk dioperasikan, apabila effluent telah menunjukkan halhal berikut : pH normal (6 8), secara visual kualitas effluent telah jemih, tidak berbau dan terjadi penurunan COD sekitar 60% dari COD inffluent. c. Bak ini beroperasi dengan aliran ke atas (up flow), tanpa adanya pemompaan. Air yang masuk dari dasar mengalir ke atas. Air hasil olahan yang berasal dari bak penangkap minyak dan lemak mengalir menuju ke ABR secara gravitasi. d. Gas methan yang terbentuk selama proses pengolahan secara anaerobik I - 14
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
dikeluarkan melalui lubang ventilasi. Gas methan terbentuk jika limbah memiliki bahan organik yang tinggi, dimana 1 gr BOD dapat menghasilkan sekitar 0,05 m 3 biogas, Gas methan yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber biogas untuk kegiatan di dapur seperti memasak.
3. Pemeliharaan a. Pada sistem ABR terdapat tutup reaktor/bak (manhole) yang digunakan untuk melakukan pengurasan. b. Hindari api/merokok di daerah ini, karena gas methan yang dihasilkan sangat mudah terbakar. c. Dalam kurun waktu tertentu (sekitar 1 tahun sekali) sebagian lumpur yang telah tumbuh perlu untuk dikuras dengan cara membuka tutup reaktor (manhole) terlebih dahulu. Setelah pengurasan selesai, tutup reaktor (manhole) hams ditutup rapat untuk menjaga ABR dalam keadaan anaerobik (tidak ada udara keluar masuk). Sumber air yang dimanfaatkan berasal dari grey water (air limbah domestik). Air limbah domestik berasal dari kegiatan domestik (kamar mandi, cuci, buangan dapur, dan resapan dari septic tank), tidak termasuk limbah padat dari WC (water closet) atau yang disebut black water. Air limbah domestik (grey water) dialirkan secara gravitasi dari sumber menuju ke sump well dengan menggunakan perpipaan. Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliputi permasalahan operasi yang sering terjadi dan penanganannya. 1.
Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya
a. Permasalahan Hidrolis Air buangan biasanya mengandung lumpur yang dapat tertinggal pada dasar saluran. Hal ini dapat mengakibatkan kekasaran pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Altematif penanganan : -
Menjaga agar kotoran padat dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat saringan pada setiap inlet pemasukkan, misal pada bak kontrol pada tanah persil.
-
Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari teminal clear out sering dilakukan, serta sistem penggebntoran yang ada diefektifkan.
-
Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah di sekitamya, agar tidak terbenam oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa
I - 15
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
kotoran yang hanyut. -
Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat kasar yang berpontensi menyebabkan penyumbatan.
Program kerja pemeliharaan pencegahan melipufi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan, dari pen gawasan pendahuluan diperoleh metoda yang jenis pemeliharaan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan. Tanda-tanda pipa tersumbat dapat dilihat pada gambar 6 dan bila terjadi penyumbatan pada pipa servis, maka dapat dilakukan beberapa langkah penanganan seperti pada gambar 7.
Gambar 5 Tanda-Tanda Pipa Mampet/Tersumbat
Gambar 6 Penangan Bila Terjadi Penyumbatan Pada Pipa Servis
I - 16
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
b. Permasalahan Endapan dan Sampah Sistem drainase yang buruk, menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan suspensi diskrit padat dan sampah. Hai ini berpontensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran sehingga menghasikan gas R2S, CO2 dan metan. Permasalahannya adalah operas' pembersihan endepan tidak dapat dilakukan karena adanya CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala Iampu lilin atau lentera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas metan tinggi. Disarankan untuk perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Altematif penanganan: - Perbaikan sistem drainase. - Kebersihan jalan dijaga. - Manhole harus tertutup, sehingga tidak dapat diisi sampah. - Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar tidak membuang sampah ke dalam manhole. - Inspeksi run sistem penyaluran air limbah balk kinerja maupun peralatan dan perlengkapan. Air hujan dan air roof tidak boleh masuk ke dalam bak kontrol serta tidak diperbolehkan membuang sampah ke dalamnya (Gambar 3). Perawatan bak kontrol yang benar dapat dilihat seperti pada Gambar 4.
Gambar 7 Perawatan Bak Kontrol/ Manhole
I - 17
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
c. Permasalahan Akar Pohon Akar pepohonan di sekitar jalur perpipaan mepunyai potensi untuk : -
Merubah kedudukan perietakan pipa, yang dapat mengangkat atau menurunkan, menggeser dan mungkin mengakibatkan sambungan pipa lepas atau pipa patah.
-
Aka r se ra b ut ya ng ha lus, da pa t ma suk ke da la m c e la h -c e la h sa mb u nga n p ipa se hingga m e n g a k i b a t k a n k e b o c o r a n d a n m e n g g a n g g u j a l a n n y a a l i r a n y a n g b i s a m e n y e b a b k a n p enyumbatan.
Alternatif Penanganan : -
Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon berakar panjang dan berserabut
-
Pemeliharaan rutin. Bila terjadi, dilakukan pembersihan dengan alat (root cutting saw).
1. Cara – Cara Penggelontoran -
cara penggelontoran berkala dengan waktu tetap dipilih dalam kondisi debit minimum, dimana kedalaman air tidak cukup untuk berenang endapan. Biasanya dilakukan tengah malam.
-
Cara penggelontoran berkala dengan waktu insidentil melalui pipa di ujung dengan debit ±15 l/detik selama ± 5 s/d 15 menit.
-
Cara kontinyu dengan menggunakan air sungai/danau atau air yang cukup bersih.
3. Cara-Cara Pengawasan dan Pembersihan Saluran
Pengawasan saluran meliputi pengawasan mula, cara pengawasan, macam pengawasan, kerusakan-kerusakan, alat pendataan dan pekerjaan programing.
Pengawasan mula adalah inventarisasi seluruh bangunan dan hasil analisa untuk bagianbagian yang perlu pengawasan intensif. Kemudian disusun pengawasan bertingkat
Cara pengawasan Untuk saluran diameter besar dapat diperiksa melalui manhole dan masuk ke dalam saluran dengan mereliti apa mengandung gas beracun atau tidak dengan menggunakan lampu lilin. Untuk saluran kecil hanya dapat diperiksa melalui manhole.
Jenis pengawasan
I - 18
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pada lokasi manhole dan bagian-bagian dalam dari manhole seperti pipa terjunan, dinding manhole, dasar manhole. Sedangkan bagian dalam pipa seperti : dinding saluran, endapan-endapan, dan lokasi infiltrasi air tanah.
Kerusakan-kerusakan umumnya terjadi pada : -
Pipa besar : dinding retak, pipa terlun dan sambungan pipa lepas.
-
Pipa kecil umumnya sambungan lepas, perubahan label p0a, penetrasi akar tumbuh-tumbuhan, pipa buntu dan kebocoran pada pipa. Mat bantu untuk pendataan kerusakan diperlukan video tape, foto-foto dan lain-lain.
Program kerja secara keseluruhan meliputi :
Penggelontoran dan pembersihan saluran.
Normalisasi saluran dengan mengangkat endapan-endapan dari dalam saluran.
Pembersihan akar tumbuhan.
Perbaikan dan pemeliharan konstruksi.
Pembersihan saluran Pembersihan saluran harus dilakukan secara berkala dan dilakukan suatu penjadwalan dalam jangka waktu tertentu misalkan selama 1, 3 atau 5 tahun pipa telah dibersihkan diseluruh jaringan 100%. Pembersihan dapat dibeda kan atas pembersihan yang dilakukan terjadwal dan tidak terjadwal. Pembersihan terjadwal merupakan bagian dari kegiatan operasi rutin dan biasanya sesuai dengan hasil dan pengujian inspeksi teknis. Sedangkan pembersihan yang dilakukan tidak terjadwal biasanya digunakan untuk mengatasi kerusakan yang sudah terjadi atau penyumbatan pada pipa. Pembersihan seperti ini lidak akan menghasilkan kinerja sistem pennyaluran air limbah yang baik. Berbagai metoda yang digunakan untuk pembersihan antara lain: 1. Pembersihan manual menggunakan pipa bambu, yaitu menggunakan bambu dengan sikat kawat. 2. Alat angkat dengan gulungan tangan. Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan d a l a m s a te s e t y a n g t e r d i r i d a r i 2 u n it A l a t g u l u n g a n m e m p un y a i t a li kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa yang akan dibersihkan m e l a l u i m a n h o l e . S e b e l u m dimasukkan, pasang ember pada ujung kawat Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat.
I - 19
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Gambar 8. Metode Pembersihan Manual
3. Mesin pengangkut dengan ember penjepit (bucket machine). Mesin pengangkut ini adalah suatu mesin yang dilangkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dile ngkapi dengan suatu rangka dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
a. Bucket Cleaning Machine
b. Setup Bucket Cleaning Machine
Gambar 9 Bucket Cleaning Machine
I - 20
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
4. Mesin Pembersih Terdapat 2 tipe yaitu lipe manual dan tipe tenaga penggerak. Pembersih dipasang pada kepala tongkat (ma) yang dapat diputar dengan handle dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah.
Gambar 10 Metoda Pembersihan dengan Mesin Pembersih
5. Mesin Pembersih Berkecepatan Tinggi Tinggi Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi diengkapi dengan pompa dan tangki air. Dengan mengoperasikan pompa bertekanan Tnggi, mesin menekan air dalam tangki air sehingga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kgf/cm2 yang keluar dari nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole.
I - 21
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Gambar 11 Pembersih dengan Nozzle 6. Mobil Penghisap ini diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobil penghisap dengan tenaga tinggi.
Gambar 12 Vaccum Vehicle
4. Pemeliharaan dan Perbaikan Jenis perbaikan untuk semua saluran pada umumnya
I - 22
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Untuk yang terlalu dangkal sering pecah akibat beban bergerak.
Untuk yang terlalu dalam diperlukan mesin pompa dan drop manhole.
Perbaikan saluran sambungan rumah :
Pemeliharaan pelayanan untuk saluran persil jika sambungan buntu dan diperbaiki oleh petugas pengelola sampai normal kembali.
Pemakaian bahan untuk perbaikan disesuaikan dengan standar yang berlaku.
5. Peralatan Pemeliharan Peralatan pemeliharan terdiri dad
Root cutting saw (gergaji putar)
Spear Head
Auger
Sand cup & Auger
Lateral Locator
Blade Cutter
Large-Auger
Bucket-Cleaning-Machine
Culvert Scrapper
Procopine
Scraper
Jet cleaning nozzle
I - 23
DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Gambar 13 Peralatan Pemeliharaan
6. Pendataan dan Pelaporan Hal ini meliputi:
Laporan bulanan tentang sambungan.
Laporan harian seluruh sistem.
Laporan mingguan seluruh sistem.
Laporan bulanan seluruh sistem
I - 24