SOLIDARITY 4 (1) (2015)
SOLIDARITY http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity
UPAYA PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KALANGAN PEREMPUAN LANSIA DENGAN METODE JURNALISME WARGA Sae Panggalih dan Nurul Fatimah
[email protected] Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
________________ Sejarah Artikel: Diterima April 2015 Disetujui Mei 2015 Dipublikasikan Juni 2015
________________ Keywords: citizen journalism method, eradication of Illiteracy, elderly woman. ____________________
Abstrak ___________________________________________________________________ Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan metode jurnalisme warga sebagai upaya pemberantasan buta aksara pada kalangan perempuan lansia di TBM Warung Pasinaon. Penelitian ini dilakukan di TBM Warung Pasinaon yang terletak di Desa Tegal Sari, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; wanita lansia di desa Tegal Sari lebih diprioritaskan dalam pemberantasan buta aksara karena para pria enggan untuk bergabung dalam kegiatan pembelajaran di TBM Warung Pasinaon dan lebih memilih untuk bekerja keras. Alasan yang melatarbelakangi para wanita lansia tertarik untuk bergabung menjadi anggota belajar di TBM Warung Pasinaon adalah dikarenakan mereka ingin mengubah hidup menjadi lebih baik dengan memahami baca tulis. Pemilihan metode jurnalisme warga di " Koran Pasinaon " lebih diutamakan di dalam memberantas buta aksara dikarenakan bahasa tulis yang tertuang dalam koran Pasinaon memiliki keunggulan di dalam menjaga kemampuan baca tulis warga belajar yang didominasi oleh perempuan lansia yang notabene baru " melek huruf " .
Abstract ___________________________________________________________________ This article aims to examine the use of citizen journalism as a method of eradicating illiteracy in the elderly women in the "Warung Pasinaon" public reading . This research was conducted in public reading of Pasinaon that located in the village of Tegal Sari, Bergas Lor, Semarang regency. The results showed that: the elderly woman in the village of Tegal Sari higher priority in literacy because the men are reluctant to join in learning activities in TBM point Pasinaon and prefer to work hard. The reason behind the elderly women are interested to become members in public reading of Pasinaon because they want to change lives for the better by understanding literacy. Selection methods of citizen journalism in the "Newspaper of Pasinaon" preferably in eradicating illiteracy because the written language has an advantage in maintaining literacy learning community that is dominated by elderly women are in fact new "literacy".
© 2015 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail:
[email protected]
ISSN 2252-7133
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
PENDAHULUAN Buta aksara adalah masalah yang sangat serius dalam dunia pendidikan nasional, karena apabila seseorang mengalami buta aksara maka mereka akan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan tidak memiliki kemampuan calistung ( baca, tulis, hitung ) yang baik . Padahal dalam UUD 1945 telah mengamanatkan kepada semua warga untuk memberantas buta aksara sesuai dengan tujuan negara yang tertuang didalam pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun dalam kenyataannya masih banyak warga Negara Indonesia yang tersebar di 33 provinsi mengalami masalah buta aksara yang dapat menghambat tujuan dari pengembangan kualitas pendidikan nasional agar lebih bermutu dan berkualitas . Berbicara mengenai masalah buta aksara di Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk memberantas masalah yang selalu membelenggu kehidupan masyarakat ini. Penelitian Djarto (2009) yang mengkaji tentang “Upaya Pemberantasan Buta Aksara dengan Keterampilan Kewirausahaan” menjelaskan bahwa ketrampilan kewirausahaan perlu diberikan kepada warga belajar yang telah memiliki ketrampilan keaksaraan agar mereka dapat mengasah kemampuan baca tulisnya sebagai bekal berwirausaha. Di daerah penelitian Djarto di Desa Pringgasela yang terletak di Kecamatan Pringgasela ( Provinsi Nusa Tenggara Barat ), Seluruh masyarakat telah memiliki keterampilan calistung ( baca tulis dan hitung) sejak beberapa tahun lalu. Lalu, untuk pemeliharaan keterampilan tersebut, PKBM Smumas menggalakkan KUM melalui kerajinan tenun. Para masyarakat yang notabene memiliki keterampilan menenun diberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan berwirausahanya. Cara tersebutlah yang dilakukan oleh Djarto untuk memelihara kemampuan calistung masyarakat di sekitarnya. Marwanti, Prapti Karomah, Muniya Alteza (2011) dalam “ Implementasi Model Pendidikan Keaksaraan Terintegrasi Dengan Life Skills Berbasis Potensi Pangan Lokal Sebagai Upaya Pemberantasan Buta Aksara Dan Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Gunung Kidul DIY ” menuturkan bahwa masalah buta huruf di wilayah Gunung Kidul dapat dituntaskan dengan program
pengembangan potensi panganan lokal yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi warga Gunung Kidul. Programnya diawali dengan mensosialisasikan kepada warga desa tentang potensi panganan unggulan asli daerah Gunung Kidul yang dapat mendatangkan uang. Setelah tertarik dengan program sosialisasi, secara otomatis warga akan menanyakan bagaimana cara mengikuti program pengolahan pangan itu. Sebagai peneliti yang ingin memberantas buta huruf, maka untuk menjawab pertanyaan warga itu, peneliti akan menjawab dengan alih-alih bahwa syarat utamanya adalah warga harus bisa membaca dan menulis dikarenakan kedua kemampuan tersebut akan sangat bermanfaat bagi kegiatan pemasaran produk pangan ke khalayak umum yang nantinya akan menjadi konsumen, tetapi untuk warga yang buta huruf tidak perlu khawatir, dikarenakan akan diadakan program pelatihan pembelajaran bagi warga untuk bisa membaca dan menulis agar bisa mengikuti program kewirausahaan menarik yang menghasilkan rupiah dan otomatis dapat mengentaskan kemiskinan di Gunung Kidul tersebut. Dengan penawaran program belajar tersebut, diharapkan akan banyak warga yang ikut dan bergabung. Sehingga di masa depan, angka buta huruf di Kawasan Gunung Kidul diharapkan dapat menurun melalui program pemberantasan buta huruf dengan metode yang unik ini, yaitu melalui program perekrutan anggota kewirausahaan pengembangan panganan lokal Gunung Kidul yang harus berasal dari kalangan masyarakat yang bisa atau mengenal baca tulis dengan dalih untuk tujuan pemasaran produk makanan. Penelitian tim mahasiswa UNY ( Universitas Negeri Yogyakarta) pada tahun 2008 yang mengkaji tentang “ Cara Kreatif menghapus buta huruf dengan Penggunaan Bahasa Daerah sebagai Model Pembelajaran Keaksaraan Fungsional ” menjelaskan bahwa dalam memberantas buta aksara, peran penggunaan bahasa daerah juga sangat penting dalam proses pembelajaran, karena bahasa daerah adalah bahasa ibu, bahasa yang pertama dipelajari di lingkungan keluarga. Bahasa daerah memainkan peran penting dalam proses pendidikan anak bangsa. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pembelajaran aksara untuk penyandang buta aksara.
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
Selain itu, tutor juga harus memperhatikan konteks lokal yakni pembelajaran berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman dan permasalahan lokal, karena warga belajar umumnya tinggal di pedesaan yang telah usia lanjut tidak mengerti jika penyampaian materi oleh tuturnya menggunakan bahasa Indonesia . Model pendekatan dengan bahasa ibu atau bahasa daerah dalam pembelajaran diakui sangat efektif dalam mempercepat pemahaman dan kemampuan warga belajar dalam menulis kalimat sederhana, membaca dan menghitung. Dengan penggunaan bahasa daerah, diharapkan dalam proses belajar mengajar bisa lebih berjalan lancar dengan resiko tentang pemahaman dalam tutor menyampaikan materi lebih bisa sedikit dikurangi. Tanpa adanya penggunaan bahasa daerah dalam proses pembelajaran, mungkin proses belajar mengajar kedalam program keaksaraan fungsional tidak akan berjalan lancar, karena untuk melaksanakan suatu program yang berbasis masyarakat seperti keaksaraan fungsional, haruslah melihat terlebih dahulu kondisi dan kebutuhan warga belajarnya. Dari semua penelitian-penelitian tedahulu mengenai upaya-upaya pemberantasan buta huruf di tiga daerah ( Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta ) lebih terlihat hanya memfokuskan penelitiannya pada upaya pemberantasan masalah buta aksara dengan metode beragam yang disertai dengan proses pelaksanaan pembelajarannya. Tetapi, ketiga penelitian diatas kurang menjelaskan mengenai keaktifan warga belajar selama mengikuti proses pembelajaran. Padahal, di dalam upaya pemberantasan buta aksara, keaktifan warga belajar di dalam mengikuti proses pembelajaran sangatlah menentukan kelanjutan program tersebut untuk masa mendatang. Karena terkesan percuma saja, apabila tingkat keaktifan warga terlihat sangat tinggi hanya pada awal-awal pelaksanaan program pemberantasan buta huruf di wilayah masing-masing. Penelitian yang akan ditulis oleh peneliti nanti bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai upaya pemberantasan buta aksara di desa Tegal Sari dengan metode Jurnalisme warga, Dalam penelitian ini tidak hanya menjelaskan bagaimana proses pembelajaran keaksaraan dikenalkan kepada warga
perempuan lansia yang baru melek huruf, melainkan juga akan mendeskripsikan mengenai kelebihan dari metode jurnalisme warga yang terlihat sangat efektif untuk meningkatkan tingkat keaktifan warga di dalam proses pembelajaran pengenalan calistung. Tujuan utama dari pengembangan kegiatan jurnalistik sederhana di TBM Pasinaon yang dipelopori oleh Ibu Tirta Nursari adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri kepada generasi perempuan lansia agar sanggup menyalurkan minatnya pada pengenalan dunia calistung dan diharapkan dapat pula menghapuskan image bahwa kaum sesepuh di desa selalu identik sebagai kaum yang enggan untuk mengenal dunia calistung ( baca, tulis, hitung ) dikarenakan diliputi rasa pesimis untuk belajar di usia senja . Penelitian ini menggunakan teori pembelajaran Andragogi yang dikemukakan oleh Malcom Knowles. Menurutnya, andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. Asumsi-asumsi yang dijadikan landasan dalam teori Andragogi diantaranya adalah : (1) Orang memilki konsep diri, (2) Orang dewasa mempunyai akumulasi pengalaman, (3) Orang dewasa mempunyai kesiapan untuk belajar, (4) Orang dewasa berharap dapat segera menerapkan perolehan belajarnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data yang berupa kata-kata dari para subjek dan informan baik dalam kata-kata tertulis ataupun lisan . Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk mendeskripsikan mengenai upaya
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
pemberantasan buta aksara di kalangan perempuan lansia dengan metode jurnalisme warga di Desa Tegal Sari, yang nantinya akan mengungkapkan secara detail mengenai pelaksanaan program tersebut. Sehingga akan diperoleh data yang lebih mendalam jika dengan pendekatan kualitatif. Dalam pelaksanaan wawancaranya, Penulis tidak menemui kendala yang berarti, dikarenakan sebelum melakukan perekaman wawancara dengan narasumber, biasanya penulis sudah terlebih dahulu menghubungi para narasumber yang ingin dikunjungi rumahnya agar mereka dapat meluangkan waktunya sejenak untuk diwawancarai oleh Penulis, dan kebanyakan dari mereka memiliki waktu sore hari untuk diwawancara. Kendala yang dihadapi, biasanya hanya berasal dari kondisi cuaca yang terkadang kurang mendukung. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai upaya pemberantasan buta aksara di kalangan perempuan lansia dengan metode jurnalisme warga . 1.
Pada awal pendiriannya di tahun 2007, Kegiatan pembelajaran di TBM Waroeng Pasinaon memang kurang diminati anak-anak dan hanya diikuti oleh 14 anak-anak hebat yang memiliki niat untuk belajar bersama dan ingin turut serta didalam meramaikan beranekaragam kegiatan positif lain yang dilaksanakan di lingkungan Taman Bacaan tersebut. Tetapi setelah didirikan selama sebulan , minat warga Desa untuk menitipkan anaknya di TBM Pasinaon semakin bertambah banyak dan jumlah murid yang belajar meningkat drastis menjadi 50-an anak dan hal ini sempat membuat Bu Tirta dan teman-temannya menjadi kewalahan dikarenakan tempat belajarnya waktu itu belum memadai dan hanya berlangsung di Musholla yang berukuran kecil. Maka dilatarbelakangi oleh alasan tersebutlah, yang pada akhirnya menyebabkan kegiatan pembelajaran dipindahkan ke garasi rumah tetangga .
Kemunculan Program Jurnalisme Warga di TBM Warung Pasinaon
Taman Bacaan Masyarakat “ Warung Pasinaon “ ini digagas keberadannya pada tanggal 3 Juni 2007 oleh Ibu Tirta Nursari yang sekaligus menjadi pengelola Taman Baca Masyarakat tersebut. Proses berdirinya Waroeng Pasinaon dilatar belakangi untuk memberikan jam tambahan belajar mandiri kepada anak-anak di sekitaran Desa Tegal Sari seusai pulang sekolah Gambar 2. Para perempuan lansia sedang mengikuti kegiatan Pembelajaran Membaca dan Menulis yang diampu langsung oleh Ibu Tirta Nursari selaku Tutor di TBM Warung Pasinaon. Sumber: Dokumentasi penelitian (Tahun 2015).
Gambar 1. Anak-anak di desa Tegal Sari mulai menyadari akan pentingnya membaca setelah TBM Warung Pasinaon berdiri pada tahun 2008. Sumber: Dokumentasi Penelitian ( Tahun 2015).
Menyadari bahwa jumlah murid yang ditampungnya semakin hari semakin bertambah banyak, Bu Tirta kemudian berinisiatif untuk mengajak orang tua para murid untuk menjadi anggota belajar dan mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran di TBM Pasinaon. Hal tersebut memang perlu untuk dilakukan karena kendati sudah diberikan kegiatan belajar di TBM , Ibu Tirta
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
tidak ingin murid-muridnya yang rata-rata masih berada pada usia sekolah hanya menggantungkan pelaksanaan kegiatan belajar pada pihak TBM saja, melainkan orang tua siswa juga harus berperan aktif agar proses belajar mengajar yang sudah diberikan di TBM bisa berlanjut di rumah dengan bimbingan orang tua siswa masing-masing . Pada saat Gelombang pertama pelaksanaannya, Ibu Tirta mengajak sekitar 40-an warga sekelurahan Bergas Lor yang gugup membaca dan menulis untuk bisa bergabung menjadi anggota belajar di TBM Waroeng Pasinaon . Lalu, agar proses belajar dan mengajar berlangsung menarik, Ibu Tirta mencoba untuk mencari media yang ampuh agar kemampuan baca dan tulis warga belajar binaannya dapat terpelihara.
Menurut Ibu Tirta, pembuatan majalah tersebut terinspirasi dari program “Koran Ibu” yang digagas Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia . 2. Perempuan Lansia dalam Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara di TBM Warung Pasinaon Menurut keterangan yang diungkapkan oleh ibu Tirta, ketertinggalan mutu pendidikan pada perempuan di desa Tegal Sari sangat dipengaruhi oleh anggapan orang tua jaman dahulu yang kerap berpendapat bahwa pendidikan hanya pantas diberikan untuk kalangan pria saja yang nantinya akan bertugas mencari nafkah untuk masa depannya, sedangkan perempuan tugas utamanya adalah mengurusi keluarga dan tidak membutuhkan fasiltas sekolah setinggi-tingginya. Selain itu beliau juga mengungkapkan bahwa pengaruh budaya patriarkhi pada masyarakat Desa Tegal Sari juga sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap kaum laki-laki yang dianggap sebagai pihak yang lebih utama daripada perempuan. Dalam relasi (kuasa), dia berkedudukan pada pihak yang berkuasa dan perempuan di pihak yang dikuasai.
Gambar 3. Kumpulan Majalah Pasinaon dari 12 edisi penerbitan. Sumber: Dokumentasi penelitian (Tahun 2015). Kemudian, pada tahun 2009 tercetus ide untuk dapat menggunakan metode jurnalisme warga yang bermuara pada penerbitan karya tulisan para
ibu
didalam
sebuah
karya
jurnalistik
berbentuk majalah “Pasinaon” yang diterbitkan
Gambar 4. Warga belajar di TBM Wapas
setiap bulan dan diharapkan dapat dibaca oleh
mayoritas didominasi oleh ibu-ibu lansia. Sumber: Dokumentasi penelitian (Tahun 2010).
semua
lapisan
masyarakat,
terutama
untuk
golongan masyarakat yang baru “melek huruf” agar mereka menjadi tersadar bahwa sesungguhnya kemampuan membaca dan menulis memang sangat dibutuhkan di era modernisasi seperti sekarang ini .
Jika menengok latar belakang kehidupan masa lalu para perempuan lansia yang menjadi anggota belajar di TBM Warung Pasinaon , Penulis juga dapat menemui bahwa kehidupan mereka di masa kecil, juga selalu diidentikkan dengan label sosial bahwa “ Wong Wadon kuwi ora usah sekolah
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
dhuwur-dhuwur , amarga mengkone malah dumadi keminter lan marai keblinger “ ( Perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena dikhawatirkan nantinya akan menjadi pribadi yang sok pinter dan akan menjadi pribadi yang keblinger hidupnya), Hal itulah yang kemudian menyebabkan mereka semua menjadi putus sekolah dan mengalami masalah buta aksara yang membelenggu kehidupannya. Jika kita kaitkan dengan pendidikan, ada beberapa faktor kendala kesertaan perempuan dalam pendidikan : a) Pertama, proses sosialisasi peran gender membuat perempuan merasa berkewajiban memenuhi harapan budaya dan tradisi: mengabdi pada keluarga, menjadi istri yang baik, kesadaran akan posisi subordinatnya menyebabkan perempuan seringkali menjadi submisif, membatasi, atau membendung aspirasinya dan enggan mendayagunakan potensi yang dimilikinya secara optimal b) Kedua, sistem nilai budaya dan pandangan keagamaan kurang kurang mendukung keikutsertaan perempuan dalam pendidikan. Pandangan stereotip beranggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena semakin tinggi sekolahnya semakin sulit untuk mendapatkan jodoh c) Ketiga, prioritas pendidikan masih diperuntukkan bagi laki-laki yang kelak akan menjadi pencari nafkah. Perempuan sedikit sekali dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan, sehingga kebijakan pendidikan yang dihasilkan cenderung bersifat andosentris, semata-mata berorientasi pada kepentingan murid laki-laki ( Astuti, 2006) .
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Di Desa Tegal Sari, ada beberapa alasan yang menyebabkan para perempuan lansia tertarik untuk mengikuti aktivitas pembelajaran di TBM Warung Pasinaon, beberapa diantaranya adalah : a) Faktor Ekonomi Dalam praktiknya di TBM Warung Pasinaon, faktor ekonomi ini lebih disebabkan oleh keinginan para ibu yang ingin memanfaatkan kehadiran Taman Baca Pasinaon sebagai wahana untuk mencari tambahan finansial bagi kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Rumini dan Ibu Asnawiyah yang bisa mendapatkan tambahan uang dapur semenjak bergabung menjadi anggota belajar di TBM Warung Pasinaon. Semenjak Ibu Rumini (57) bergabung di TBM Warung Pasinaon sejak tahun 2008, dirinya mengaku semakin percaya diri dengan lingkungan masyarakatnya, dikarenakan sudah bisa membaca dan menulis . Apalagi kini, beliau kerap disibukkan dengan aktivitas penulisan berita sederhana yang disertai sesi wawancara dengan narasumber tertentu untuk dipublikasikan di Majalah Pasinaon dan memproleh honor sebesar 15.000 rupiah untuk tiap minggunya yang dirasa sangat membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya yang hidup sederhana .
Dari penjabaran diatas, tentunya hal-hal itulah yang kemudian mengakibatkan angka buta aksara menjadi tinggi di kalangan perempuan dan oleh karenanya, Pengutamaan kaum wanita dalam upaya Gambar 5. Ibu Rumini sedang mewawancarai Ibu pemberantasan buta aksara memang perlu Linda Gumelar di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2010. dilakukan . Sumber: Dokumentasi penelitian (Tahun 2010). 3.
Mengungkap Alasan Para Perempuan Lain halnya dengan kisah Ibu Asnawiyah, (45) Lansia Tertarik Bergabung di TBM yang memperoleh manfaat finansial dari kehadiran Warung Pasinaon TBM Warung Pasinaon. Menurutnya, Ibu Tirta
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
mengajarkan kepadanya cara membuat kerajinan tangan berbahan dasar kain flanel dan perca untuk dapat diproduksi secara benar agar dapat dijual dipasaran
lama kelamaan ejekan dari tetangganya tersebut perlahan mulai berkurang dikarenakan kini kemampuan bacanya menjadi terasah kembali dan tidak terkesan "Mlegok-mlegok" lagi semenjak bergabung menjadi anggota belajar di TBM Warung Pasinaon. Apalagi, kini setelah beliau bergabung menjadi wartawan lapangan yang kerap mewawancarai narasumber dari berbagai lintas profesi, semakin membuat dirinya menjadi percaya diri dan tidak pernah malu apabila harus berhadapan dengan narasumber yang status pendidikannya lebih tinggi darinya .
Gambar 6. Hasil kerajinan tangan ibu Asnawiyah. Sumber: Dokumentasi Penelitian (Tahun 2015). Kini, Semenjak mahir membuat kerajinan tangan dan kerap menulis di rubrik kreasi ibu di majalah Pasinaon, orderan atau pesanan aksesoris dan bros dari kain flanel semakin banyak diterimanya dari banyak orang yang tertarik dengan karyanya yang tentunya sangat layak untuk dipasarkan dan dapat mendatangkan keuntungan ekonomis bagi Ibu Asnawiyah. b) Faktor Sosial Dalam praktiknya di TBM Warung Pasinaon, faktor sosial ini lebih disebabkan oleh keinginan para ibu yang ingin memanfaatkan kehadiran Taman Baca Pasinaon sebagai wahana untuk memperbaiki "citra dirinya" di lingkungan masyarakatnya agar mereka tidak lagi diremehkan dan dianggap sebagai orang yang tertinggal dalam segala hal . Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Suminah dan Mbah Sugimah yang bisa meningkatkan kepercayaan diri di lingkungan sosial masyarakatnya semenjak mereka bergabung di TBM Warung Pasinaon . Menurut Ibu Suminah (47), sebelum bergabung di TBM Warung Pasinaon pada tahun 2010, beberapa orang tetangganya yang usil kerap mengejek dirinya dikarenakan beliau memiliki kemampuan bacanya yang tergolong tidak lancar atau kerap disebutnya dengan istilah "MlegokMlegok" . Tapi kini semenjak bergabung di TBM ,
Gambar 7. Mbak Suminah sedang mewawancarai Ibu Tirta di TBM Pasinaon. Sumber: Dokumentasi Penelitian , Tahun 2015. Lain halnya, dengan kisah Mbah Sugimah (65) yang menuturkan bahwa keinginannya bergabung menjadi anggota belajar di TBM Warung Pasinaon dilatarbelakangi oleh alasan malu karena tidak bisa membaca nama jalan setiap Ia berpergian, bahkan beliau pernah ditertawai oleh tetangganya dikarenakan sempat kesasar mencari lokasi rumah anaknya sendiri di Semarang. Tetapi kini, dirinya mengaku sangat semangat sekali untuk belajar di TBM dikarenakan banyak temanteman sebayanya yang mengikuti jejak beliau untuk mengenal kegiatan keaksaraan bersama-sama. Selama mengikuti pembelajaran di Warung Pasinaon, Mbah Gimah pernah beberapa kali menorehkan prestasi di tingkat nasional yang tentunya sangat membanggakan untuk Bu Tirta. Beberapa prestasi mbah Gimah tersebut diantaranya adalah juara tiga tingkat nasional untuk lomba drama antar TBM se-Indonesia yang sempat
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
diadakan di Bandung dan Bogor beberapa tahun yang hanya sempat duduk di paruh pertama bangku yang lalu, dalam rangka memperingati program Sekolah Dasar atau hanya 6 bulan saja itu mengakui "Gempa Literasi Nasional" . bahwa di masa lalu sempat mengalami kesulitan didalam memahami bentuk-bentuk huruf dan angka dikarenakan terpaksa putus sekolah akibat keterbatasan dana.
Gambar 8. Mbah Gimah sedang mewawancarai narasumbernya di Ungaran. Sumber: Dokumentasi Penelitian , Tahun 2014. Gambar 9. Mak Rohmi sedang belajar membaca di tengah kesibukannya menjadi seorang petani. Selain rajin mengikuti pembelajaran mingguan Sumber: Dokumentasi penelitian, tahun 2015. di TBM, Mbah Gimah juga kerap kerap menjadi Tetapi kini, ketekunan beliau untuk belajar bagian dari wartawan Ibu yang bertugas untuk meliput berita di lingkungan sekitarnya, bahkan bersama di TBM telah membuahkan hasil yang beliau juga pernah berkesempatan untuk membanggakan , terbukti dari beberapa pengalaman mewawancarai orang terkenal di Jawa Tengah, berharga yang sempat beliau alami selama diantaranya Istri Bapak Ganjar Pranowo dan Bapak bergabung di TBM . Seperti halnya pengalaman Bibit Waluyo di Wisma Perdamaian . Menurutnya, membacakan isi surat yang Ia tulis tangan di Bapak Muhammad Nuh dan pertemuannnya dengan beberapa orang terkenal hadapan tersebut, membuat dirinya semakin percaya diri lagi berkesempatan pula mewawancarai Bapak Andy F dikarenakan dukungan yang diberikan oleh orang- Noya yang sempat berkunjung ke desanya pada orang sukses tersebut kepada Mbah Gimah, agar tahun 2012 untuk syuting program " Kick Andy beliau jangan malu untuk terus selalu belajar Hope ". Tentunya, manfaat praktis berupa keinginan beliau yang ingin bisa membaca dan walaupun telah memasuki usia senja . menulis sesegera mungkin kini telah tercapai dan c) Faktor Praktis Dalam praktiknya di TBM Warung Pasinaon, ada buktinya. faktor praktis ini lebih disebabkan oleh keinginan 4. Metode Jurnalisme Warga, Solusi Utama bagi TBM Warung Pasinaon untuk para ibu yang ingin memanfaatkan kehadiran Memberantas Buta Aksara di Kalangan Taman Baca Pasinaon sebagai wahana untuk Perempuan Lansia . memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat a) Kelebihan Metode Jurnalisme Warga di TBM dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu Warung Pasinaon segera . Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Hermanto (2008) menjelaskan bahwa Rohmiyati yang merasakan bisa memperoleh ilmu kelebihan dari Citizen Journalism adalah tidak perlu praktis dan bermanfaat bagi kehidupannya melalui "birokrasi" ketat untuk memuat berita hasil semenjak mereka bergabung di TBM Warung tulisan mereka. Tidak seperti di media arus utama, Pasinaon . di mana pemuatan berita harus melewati jalur Mak Rohmi (58), begitulah beliau disapa oleh birokrasi redaksi yang kadang rumit dan penuh ibu-ibu di TBM Warung Pasinaon. Wanita ulet
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
pertimbangan kepentingan pemilik media. Selain itu, meskipun kemasan beritanya tak sebaik media arus utama, jurnalisme warga seringkali justru lebih cepat. Secara spontan, pewarta warga bisa langsung merekam peristiwa-peristiwa yang mereka saksikan. Sedangkan, rumitnya tatacara peliputan media arus utama membuat keepatan meliput peristiwa momentum seringkali ketinggalan dengan pewartaan warga. Mereka tiba di lokasi 1-2 jam setelah kejadian, sehingga memerlukan data sekunder dari narasumber.
Gambar 10. Ibu-ibu sedang mengikuti kegiatan rapat redaksi Majalah Pasinaon. Sumber: Dokumentasi penelitian, tahun 2015. Sedangkan, Kelebihan metode jurnalisme warga yang diterapkan di TBM Warung dapat terlihat dari cara Bu Tirta memperlakukan para "wartawannya" dengan menggunakan pendekatan yang lebih bersifat human interest, dari hati ke hati, serta memberikan motivasi lebih kepada para warga belajar agar mereka lebih berani mencoba hal-hal yang baru. Pendekatan semacam itu sangat penting untuk dilakukan karena mayoritas warga belajarnya berasal dari kalangan ibu-ibu dengan latar belakang pendidikan yang sangat sederhana dan bahkan bisa dibilang nol . Dalam praktiknya di lapangan, pendekatan yang lebih bersifat human interest dapat terlihat dari penyusunan materi pembelajaran jurnalistiknya yang lebih melihat pada kebutuhan (need assestment) dari warga belajar. Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan pada proses penyusunan materi pembelajaran :
Penyelenggara (Ibu Tirta) menanyakan secara lisan kepada warga belajarnya mengenai apa saja kebutuhan dasar yang mereka butuhkan untuk menyambut program koran Ibu. Para ibu diberi kesempatan untuk mengusulkan pendapat mengenai "koran seperti apakah yang menjadi impian mereka?" Apakah semuanya harus murni tulisan mereka, ataukah harus ada yang ditulis ulang atau diketik ?" Pihak penyelenggara menanyakan kepada para anggota belajar terkait pemahaman mereka tentang „koran‟, agar dalam pembuatan medianya nanti tidak terjadi kesalahpahaman diantara warga belajar terkait konten-konten apa saja yang layak dimasukkan kedalam halaman media cetak sejenis majalah atau koran . Para ibu juga dimintai pendapatnya oleh pihak penyelenggara terkait informasi apa saja yang ingin mereka dapatkan dari media yang akan mereka buat sendiri . Pihak penyelenggara meminta dan mengharuskan kepada seluruh warga belajar untuk menuliskan secara sederhana mengenai impian mereka mengenai koran harapan mereka.
b) Penerapan Metode Jurnalisme Warga bagi Warga Belajar di TBM Warung Pasinaon Dalam Pelaksanaannya, ada beranekaragam strategi, metode dan materi pembelajaran terkait kegiatan jurnalisme warga yang diterapkan oleh Ibu Tirta Nursari terhadap para warga belajarnya dan tentunya sangat berbeda dengan metode atau panduan materi jurnalistik untuk wartawan atau jurnalis profesional. Beberapa metode dan materi tersebut diantaranya adalah : 1) Lima Metode Pembelajaran Jurnalistik sederhana di TBM Warung Pasinaon Metode tatap muka satu arah Metode ini lebih banyak digunakan dalam materi jurnalistik sederhana yang disampaikan oleh tutor atau narasumber, serta materi-materi pengayaan yang lain. Tutor sebaya
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
Metode ini dilakukan untuk memperlancar materi calistung, dimana antar teman dimungkinkan saling membantu. Diskusi bersama Ini adalah metode terpadu antara membaca dan menulis, serta berkomunikasi secara interaktif. Beberapa warga belajar, secara berkelompok, diberi satu bahasan materi tentang problema "A", dan kemudian mereka harus mencarikan jalan keluarnya. Selain berdiskusi, mereka juga harus mencari jawabannya melalui buku yang sudah disediakan. Rewrite Rewrite adalah menulis ulang. Dalam hal ini warga belajar diminta untuk membaca sebuah artikel sederhana, dan kemudian diminta untuk menuliskan kembali sesuai dengan bahasa dan kemampuan mereka. Terjemah ulang, baca dan coret Metode ini digunakan bagi warga belajar yang belum memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang memadai. Mereka diijinkan untuk menuliskan tulisan mereka dengan bahasa Jawa, namun pelan-pelan harus diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, dengan metode baca dan coret yang tidak perlu, sampai didapatkan hasil yang layak baca. SIMPULAN Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sejak awal pendiriannya, tidak pernah ada maksud dari pihak TBM Warung Pasinaon untuk membedakan status gender warga belajarnya, karena sejatinya kesempatan untuk belajar itu selalu ada untuk pria maupun wanita . Tetapi dalam realitanya selama ini, para pria di Desa Tegal Sari enggan untuk bergabung dalam kegiatan pembelajaran di TBM Warung Pasinaon dikarenakan lebih memilih untuk bekerja keras didalam dunia pekerjaan yang menghasilkan uang dibandingkan harus belajar baca tulis secara telaten. Hal demikian itu, yang kemudian menyebabkan seolah-olah pembelajaran di TBM Warung Pasinaon lebih diutamakan untuk wanita karena mayoritas warga belajarnya memang berasal dari kalanganibu-ibu. (2) Alasan yang melatarbelakangi para wanita lansia tertarik untuk bergabung menjadi
anggota belajar di TBM Warung Pasinaon adalah dikarenakan mereka ingin mengikuti jejak temanteman seusianya yang kini sudah bisa membaca dan menulis setelah mengikuti aktivitas pembelajaran di TBM milik Ibu Tirta. (3) Pemilihan metode jurnalisme warga yang bermuara pada hasil karya " Koran Pasinaon" lebih diutamakan didalam memberantas buta aksara di Desa Tegal Sari dikarenakan melalui karya jurnalistik yang mereka ciptakan dalam bentuk pelaporan berita maupun informasi umum , secara otomatis dapat mengasah kemampuan mereka didalam mengenal ragam huruf dan angka. Karena sejatinya, peristiwa yang menarik untuk diberitakan akan terjadi setiap hari dan tentunya akan diikuti pula oleh antusiasme warga belajar yang ingin melaporkan berita tersebut dalam karya tulis yang mereka tulis tangan sendiri. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan artikel ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segenap kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada Penulis untuk menyelesaikan studi strata satu di Universitas Negeri Semarang, Ibu Nurul Fatimah selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis, Ibu Tirta Nursari, selaku pemilik TBM Warung Pasinaon yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, dan seluruh Warga Belajar TBM Warung Pasinaon yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Djarto. 2009 . "Upaya Pemberantasan Buta Aksara dengan Keterampilan Kewirausahaan.” dalam Jurnal Andragogia Vol. 6 No. 21 Maret 2009, hal 78-91. Kusumaningati, Imam FR. 2012. Jadi Jurnalis Gampang: Serba-Serbi Citizen Journalism. Jakarta: Gramedia Elex Media Komputindo. Marwanti, Prapti dkk. 2011. “ Implementasi Model Pendidikan Keaksaraan Terintegrasi Dengan Life Skills Berbasis Potensi Pangan Lokal Sebagai Upaya Pemberantasan Buta Aksara Dan Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Gunung
Sae Panggalih dan Nurul Fatimah / Solidarity 4 (1) (2015)
Kidul DIY. ” dalam Jurnal Andragogia Vol.11 No.14 Mei 2011, hal 161-187. Mahasiswa UNY. 2008. “ Cara Kreatif menghapus buta huruf dengan Penggunaan Bahasa Daerah sebagai Model Pembelajaran Keaksaraan Fungsional. ” dalam Jurnal Prawira Vol.5 No.9 Januari 2008, hal 39-47. Nugraha, Pepih. 2012. Citizen Journalism. Jakarta: Kompas Media Nusantara.