SNI 07-2052-2002
SNI Standar Nasional Indonesia
Baja Tulang beton
ICS 27.180
BSN
Badan Standardisasi Nasional
Daftar Isi Halaman Daftar Isi ..................................................................................................i Prakata .....................................................................................................ii 1....Ruang Lingkup ..................................................................................1 2
Acuan Normatif ................................................................................1
3
Istilah dan Definisi ............................................................................1
4
Jenis....................................................................................................2
5
Syarat Mutu .......................................................................................3
6
Cara Pengambilan Contoh ................................................................9
7
Cara Uji..............................................................................................10
8
Syarat Penandaan ..............................................................................11
9
Syarat lulus uji ..................................................................................12
10 Cara Pengemasan ..............................................................................13
Prakata Revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) 07-2052-1997, Baja tulangan beton dilaksanakan karena dalam upaya mempersempit peluang adanya produk Baja tulangan beton non standar yang kita kenal dengan istilah besi beton banci, adanya usulan dari produsen produk baja tulangan beton mengingat sejak tahun 1984 standar yang dimaksud belum pernah diadakan revisi. Standar ini disusun berdasarkan hasil pembahasan rapat-rapat teknis dan rapat prakonsensus dan terakhir dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 12 November 2001, yang dihadiri wakil-wakil oleh produsen, konsumen, lembaga uji dan instansi terkait lainnya. Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Industri Besi Baja dan Produk Baja – Pusat Standardisasi dan Akreditasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan ditulis sesuai dengan Pedoman BSN No. 8 tahun 2000, penulisan SNI.
Baja tulangan beton 1
Ruang lingkup
Standar ini meliputi acuan normatif, istlilah dan definisi, jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat lulus uji, dan cara pengemasan baja tulangan beton
2
Acuan normatif
SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam, SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan, JIS G 3112-91, Steel bar for concrete reinforcement, ASTM A615-99, Standard specification for deformed and plain,
3
Istilah dan definsi
3.1 baja tulangan beton baja berbentuk batang berpenampung bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dan bahan baku billet dengan cara canai panas (hot rolling) 3.2 bahan baku yang digunakan billet baja sesuai Standar Nasional Indonesia 3.3 ukuran nominal ukuran sesuai yang ditetapkan 3.4 toleransi besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal 3.5 diameter dalam ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan baton sirip 3.6 sirip melintang setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap susu batang baja tulangan beton 3.7 rusuk
setiap sirip atau celah memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu baja tulangan beton 3.8 gap (rib) lebar rusuk atau celah 3.9 ikat dua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara kuat, rapi dan harus memiliki ukuran jenis serta kelas baja yang sama 3.10 bundel dua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta kelas baja yang sama 3.11 lot dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok 3.12 karat ringan karat yang apabila digosok secara manual tidak meninggalkan cacat pada permukaan 3.13 cerna luka pada permukaan baja tulangan yang tejadi akibat dari proses canai
4
Jenis
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip. 4.1 Baja tulangan beton polos Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tapi tidak bersirip, disingkat BjTP. 4.2 Baja tulangan beton sirip Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk menigkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton, disingkat BjTS. 5
Syarat mutu
5.1
Sifat tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan 5.2
Bentuk
5.2.1 Baja tulangan beton polos Permukaan batang baja tulangan beton harus rata tidak bersirip 5.2.2 Baja tulangan beton sirip 5.2.2.1 Permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. 5.2.2.2 Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau huruf harus ditiadakan. 5.2.2.3 Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70° arah yang berlawanan tidak diperlukan. 5.3
Ukuran dan toleransi
5.3.1 Diameter, berat dan ukuran sirip Diameter dan berat per meter baja beton polos seperti tercantum pada Tabel 1. Diameter, ukuran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti tercantum pada Tabel 2.
Tabel 1 Ukuran baja tulangan beton polos No.
Penamaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
P6 P8 P 10 P 12 P 14 P 16 P 19 P 22 P 25 P 28 P 32
Diameter nominal ( mm ) 6 8 10 12 14 16 19 22 25 28 32
Luas penampang nominal ( cm2) 0,2827 0,5027 0,7854 1,131 1,539 2,011 2,835 3,801 4,909 6,158 8,042
Berat nominal ( kg/m ) 0,222 0,395 0,617 0,888 1,21 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31
Tabel 2 Ukuran baja tulangan beton sirip Dia-meter nominal No
Penamaan
Luas penam pang nominal
Diameter dalam nominal
(d) mm
2
cm
Tinggi sirip melintang min
(do) mm
mm
maks
Mm
Jarak sirip melintang
Lebar rusuk Meman-jang
(maks)
(maks)
Mm
mm
Berat nomimal Kg/m
1 S.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222 2 S.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395 3 S.10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617 4 S.13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04 5 S.16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 4,58 6 S.19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23 7 S.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98 8 S.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,2 19,7 3,85 9 S.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18 10 S.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31 11 S.36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99 12 S.40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88 13 S.50 50 19,64 48,0 2,5 5,0 38,0 39,3 17,4 CATATAN Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal dan ukuran sirip adalah sebagai berikut: a) Luas penampang nominal (L) L =
0,7854 x d 2 (cm 2 ) 100
dibulatkan sampai 4 angka berarti
b) Keliling nominal (K) K= 0,3142 x d (mm)
dibulatkan sampai 1 angka desimal
c) Berat = 0,785 x L (kg/m)
dibulatkan sampai 3 angka berarti
d) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
dibulatkan sampai 1 angka desimal
e) Tinggi sirip minimum = 0,05 d Tinggi sirip maksimum = 0,10 d
dibulatkan sampai 1 angka desimal dibulatkan sampai 1 angka desimal
f) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K
dibulatkan sampai 1 angka decimal
5.3.2 Toleransi diameter Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip seperti pada Tabel 3 Tabel 3 Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip
No
Diameter (d) (mm) 6 8 ≤ d ≤ 14 16 ≤ d ≤ 25 28 ≤ d ≤ 34 d > 346
Toleransi (mm) ± 0,3 ± 0,4 ± 0,5 ± 0,6 ± 0,8
Penyimpangan kebundaran (%) Maksimum 70 dari batas toleransi
1 2 3 4 5 CATATAN 1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum dan minimum dari hari pengukuran pada penampang yang sama dari baja tulangan beton 2. Untuk baja tulangan beton sirip, d = diameter dalam
Beberapa bentuk baja tulangan sirip beton seperti pada gambar berikut a) Jenis bambu (Bamboo type)
b) Jenis tulangan ikan ( Fish bone type )
c) Jenis sirip curam (Tor type)
Gambar B berapa jenis baja tulangan beton sirip a), b), dan c)
5.3.3 Panjang Panjang baja tulangan beton ditetapkan 6 m, 9 rn, dan 12 m 5.3.4 Toleransi panjang Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+70 mm). 5.3.5 Toleransi berat 5.3.5.1 Toleransi berat per batang Toleransi berat perbatang baja tulangan beton polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 4 Tabel 4 Toleransi berat per batang Diameter nominal (mm) 6≤d≤ 8 10 ≤ d < 16 16 ≤ d < 28 d2 ≥ 8
Toleransi (%) ±7 ±6 ±5 ±4
5.3.5.2 Toleransi berat per lot Toleransi berat per lot baja tulangan beton polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 5
Tabel 5 Toleransi berat per lot Diameter nominal (mm) 6 ≤ d ≤ 10 10 ≤ d < 14 16 ≤ d < 28 d2 ≥ 8
Toleransi (%) ±6 ±5 ±4 ± 3,5
5.4
Sifat mekanis
Sifat mekanis baja tulangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 6 Tabel 6 Sifat mekanis Kelas baja tulangan
Nomor batang uji
BjTP 24
Uji tarik
Uji lengkung
Batas ulur kgf/mm2 (N/mm2)
Kuat tarik kgf/mm2 (N/mm2)
Regang min. %
Sudut lengkung
Diameter pelengkung (mm)
No. 2
minimum 24
minimum 39
20
180°
3xd
(235)
BjTP 30
------No. 3 No. 2
(383) minimum 45
24 18
180°
d ≤ 16 = 3 x d
BjTS 30
------No. 3 No. 2
(441) minimum 45
20 16
180°
d > 16 = 4 x d d ≤ 16 = 3 x d
BjTS 35
------No. 3 No. 2
(441) minimum 50
18 18
180°
BjTS 40
------No. 3 No. 2
(491) minimum 57
20 16
180°
d > 16 = 4 x d d ≤ 16 = 3 x d 16 > d ≥ 40 = 4 xd d ≥ 50 = 5 x d 5xd
Bj TS 50
------No. 3 No. 2
(559) minimum 63
18 12
90°
d ≤ 25 = 5xd
minimum 24 (294) minimum 24 (294) minimum 24 (343) minimum 24 (392) minimum 24
(491) ------14 (618) No. 3 CATATAN 1 Hasil uji Lengkung tidak boleh retak pada sisi luar lengkungan.
d > 25 = 6 x d
CATATAN 2 Untuk baja tulangan sirip ≥ S 30 nilai rengang dikurangi 2 %. Untuk baja tulangan sirip S 40 dan S 50 dikurangi 4 % dari nilai pada tabel 6. CATATAN 3 1 N / mm2 = 981 kgf/ mm2
6.
Cara pengambilan contoh
6.1
Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang berwenang
6.2 Petugas pengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak produsen atau penjual untuk melakukan tugasnya 6.3
Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random)
6.4
Jumlah contoh uji
6.4.1 Setiap kelompok yang terdiri lebih dan situ nomor leburan yang sama diambil contoh 6.4.2 Setiap kelompok yang terdiri lebih dan situ nomor leburan (campuran) sari satu ukuran dan satu kelas baja yang sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25 (dua puluh lima) ton dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh 6.4.3 Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan kebutuhan masingmasing, maksimum 1,50 mm yang dipotong dari salah satu ujung batang baja tulangan beton dan tidak boleh dengan cara panas 7
Cara uji
7.1 Uji sifat tampak Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa adanya cacat-cacat seperti pada butir 5.1 7.2
Uji ukuran, berat dan bentuk
7.2.1
Baja tulangan beton polos
7.2.1.1 Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat diukur pada satu tempat untuk menentukan diameter minimum dan maksimum. 7.2.1.2 Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1 (satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya. 7.1.2.3 Penentuan berat ditetapkan berdasarkan diperhitungkan dengan panjang contoh uji.
berat
nyata
(aktual)
yang
7.2.2 Baja tulangan beton sirip Baja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, lebar rusuk, diameter dalam dan tulangan sudut sirip. 7.2.2.1 Jarak sirip Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak sirip yang berderek kemudian dihitung nilai rata-ratanya. 7.2.2.2 Tinggi sirip Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan dihitung nilai rata-ratanya. 7.2.2.3 Lebar rusuk Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan. 7.2.2.4 Diameter dalam
Diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang berbeda dalam jumlah contoh uji. 7.2.2.5 Sudut sirip melintang Pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat gambar yang diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar lempengan tersebut 7.3
Uji sifat mekanis
7.3.1 Batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai tidak boleh dikerjakan (dihilangkan) 7.3.2 Jumlah batang uji Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1(satu) kali percobaan dari masingmasing potongan contoh uji 7.4
Pelaksanaan uji
7.4.1 Uji tarik Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter ≥25 mm). untuk menghitung batas ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji. 7.4.2 Uji lengkung Uji lengkung dilakukan dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan.
8
Syarat Penandaan
8.1 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf timbul yang menunjukan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal 8.2
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas baja seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Tabel untuk tanda kelas baja tulangan beton Kelas BjTP 24 BjTP 30
BjTS 30 BjTS 35 BjTS 40 BjTS 50
Warna hitam biru merah kuning hijau
8.3
Setiap kemasan, harus diberi label dengan mencantumkan:
8.3.1
Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat
8.3.2
Ukuran (diameter dan panjang)
8.3.3
Kelas baja
8.3.4
Nomor lebaran (No. Heat )
8.3.5
Nomor seri produksi dan tanggal produksi
8.3.6
Nomor SNI
9
Syarat lulus uji
9.1 Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari kelompok tersebut memenuhi butir 5 (Syarat mutu) dan butir 8.1. 9.2 Apabila sebagian syarat-syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji yang pertama yang berasal dari kelompok yang sama. 9.3 Apabila hasil kedua uji ulang semua syarat-syarat tidak dipenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi. 10
Cara pengemasan
10.1 Baja tulangan beton yang ukuran, jenis, dan kelas baja yang sama, dibundel dan diikat secara kuat, rapi, dan kokoh. 10.2 Baja tulangan beton yang ditekuk dengan panjang yang sama harus diikat secara kuat, rapi dan kokoh.