SKRIPSI SUPERVISI SARANA PENDIDIKAN SEBAGAI PENUNJANG KELANCARAN BELAJAR MENGAJAR DI SMU AL-HASRA DEPOK
Disusun oleh: DENDI SUHENDA 101018121030
PROGRAM STUDI SUPERVISI PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional.
Oleh
karena
itu
pembangunan
pendidikan
direncanakan dan dilaksanakan selaras dan seirama dengan pembangunan pada sektor-sektor yang lainnya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1 Untuk itu, maka pendidikan senantiasa diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dengan mempertimbangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena lembaga pendidikan harus dapat berfungsi: a. Fungsi Sosial. Dalam fungsi sosial bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia. 1
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 6
3
b. Untuk Menstransfer Ilmu dan Teknologi Dalam melakukan fungsi ini, lembaga pendidikan diharapkan mampu menciptakan lulusan yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang dapat memenuhi kebutuhan serta tuntunan pasar global yang terjadi dalam milenium ketiga, mengharuskan ada peningkatan ilmu yang memerlukan sarana dan sumber belajar sebagai daya dukung strategi dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dijelaskan pula bahwa: Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.2 Sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, sarana keterampilan dan pelatihan, media pengajaran, teknologi pendidikan,
serta
disebarluaskan
fasilitas
secara
merata
pendidikan untuk
jasmani
membantu
dikembangkan
dan
terselenggaranya
dan
meningkatnya kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan persyaratan pendidikan serta kebutuhan pendidikan. 2
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Ibid, h. 27
4
Dari pokok-pokok uraian tersebut di atas, menunjukan bahwa pemerintah terus berupaya melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sedemikian besar perhatian pemerintah terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang telah dilaksanakan setiap tahun anggaran, kesemuanya ini perlu diimbangi pula dengan pengawasan yang lebih intensif agar tujuan pendidikan dapat dicapai, dan seberapa jauh sarana tersebut dimanfaatkan dalam mencapai tujuan sekolah. Dengan asumsi ini penulis menilai bahwa pengawasan dalam mengelola sarana pendidikan ini sangat penting. Ini berarti bahwa kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mengadakan pengawasan dan pengelolaan sarana pendidikan yang ada di sekolahnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk memaparkan dalam tulisan ini dengan judul: “SUPERVISI SARANA PENDIDIKAN
SEBAGAI
PENUNJANG
KELANCARAN
BELAJAR
MENGAJAR DI SMU AL-HASRA DEPOK”. Judul yang dikemukakan tersebut di atas, karena masalah supervisi dalam bidang sarana pendidikan sangat penting dan merupakan satu keharusan, sebab tanpa adanya pengawasan yang intensif maka dapat menghambat tujuan pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
5
Sebelum penulis memberikan batasan dan perumusan masalah, maka terlebih dahulu penulis melakukan identifikasi masalah sebagai berikut: Sarana atau prasarana apa saja yang disupervisi oleh kepala sekolah untuk mendukung kelancaran belajar mengajar?
C. Pembatasan Masalah Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah sangat luas, seperti supervisi terhadap proses belajar mengajar, supervisi terhadap administrasi kesiswaan, supervisi terhadap administrasi keuangan, supervisi terhadap administrasi kepegawaian, supervisi terhadap hubungan masyarakat dan supervisi sarana pendidikan. Dalam penulisan ini, penulis hanya membatasi pembahasan yang berkaitan dengan supervisi sarana pendidikan yaitu dalam bentuk pemeriksaan, perbaikan, pengadaan, pemeliharaan dan perawatan terhadap fasilitas yang ada di sekolah.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana kepala sekolah melaksanakan supervisi dalam bidang sarana pendidikan di sekolah?
6
E. Manfaat Penelitian 1. Untuk mendapatkan cara terbaik sebagai kepala sekolah dalam melaksanakan kewajibannya sebagai supervisi dalam bidang sarana pendidikan di sekolah. 2. Memberikan informasi pada pemimpin lembaga pendidikan, calon kepala sekolah atau seseorang yang membutuhkan informasi tentang supervisi bidang sarana pendidikan di sekolah. F. Sistematika Penulisan Bab I
Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
Kerangka teori, tentang supervisi pendidikan dan sarana pendidikan. Supervisi pendidikan meliputi, pengertian supervisi pendidikan, fungsi supervisi pendidikan, teknik-teknik supervisi pendidikan. Dan sarana pendidikan meliputi, pengertian sarana pendidikan,
jenis-jenis
sarana
pendidikan,
fungsi
sarana
pendidikan, supervisi sarana pendidikan, kepala sekolah sebagai supervisor. Bab III
Metodologi penelitian meliputi, tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
7
Bab IV
Hasil penelitian meliputi, gambaran umum sekolah, deskripsi data, analisis data.
Bab V
Penutup meliputi, kesimpulan dan saran.
Adapun penulisan skripsi ini menggunakan pedoman buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Jakarta.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Sarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana Pendidikan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa “Sarana adalah segala Sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. “Sedangkan
Prasarana
adalah
Segala
yang
merupakan
penunjang
terselenggaranya suatu poses” Dalam buku Pedoman Pembakuan Pendidikan, Perabot Sekolah dan Media Pendidikan, yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan bahwa: “Sarana pendidikan adalah segala fasilitas baik bergerak maupun tidak yang menunjang proses belajar mengajar, hingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efesien”.3 Dari pengertian sarana pendidikan tersebut di atas, maka bagi seorang kepala sekolah termasuk guru-guru tidak dapat melepaskan tugas sebagai supervisor dalam hal sarana pendidikan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam supervisi pendidikan adalah kegiatan kooperatif dengan mengikutsertakan orang yang disupervisi, agar menyadari akan
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Pedoman Pembakuan Bangunan, Perabot Sekolah dan Media Pendidikan, (Jakarta: Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan, 1976), h.1
51
kekurangan dan kelemahan diri sendiri untuk kemudian berusaha memperbaiki baik dengan bantuan atau tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, orientasi terhadap fasilitas berupa penjelasan tentang fasilitas yang ada dan yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan efisiensi pekerjaan terutama yang berhubungan dengan tugas guru perlu mendapat perhatian khusus. Dalam buku Pembakuan Perabot yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tersebut juga menjelaskan tentang pengertian perabot sebagai berikut: “Perabot adalah sarana yang dapat dipindahkan dan dipergunakan secara tidak langsung dalam kegiatan belajar mengajar”.4 Perabot sekolah yang dimaksud seperti kursi dan meja guru atau siswa, papan tulis, almari, rak buku, alat-alat oleh raga, dan sebagainya. Perabot sekolah ini juga sangat menentukan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dengan pokok-pokok pengertian di atas, maka peranan sarana pendidikan yang berupa perabot sekolah perlu diupayakan selalu terawat dengan baik dan siap untuk dipergunakan guna meningkatkan mutu pendidikan. Demikian pula perawatan gedung sekolah, kebersihan dan penataan ruang yang tepat untuk setiap tempat yang digunakan untuk semua kegiatan
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pembakuan Perabot SLTP, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan menengah, 1997), h.2
52
harus teratur dan serasi, sehingga tidak terjadi kegaduhan atau tidak ketenangan dalam kegiatan belajar. Masalah lingkungan, perawatan, kebersihan dan sebagainya merupakan tugas semua guru dan kepala sekolah untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja, dalam upaya melaksanakan tugas sebagaimana tujuan pendidikan ialah meningkatkan kualitas manusia. 2. Jenis-Jenis Sarana Pendidikan a. Sarana pendidikan secara tidak langsung (prasarana) yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Sarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah, dan secara tidak langsung juga mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas misalnya tanah dan bangunan sekolah. Agar proses pendidikan berlangsung dengan baik, maka sarana pendidikan tersebut harus memenuhi syarat-syarat sesuai dengan prinsip pendidikan seperti: 1. Tanah Sekolah Yang dimaksud dengan tanah sekolah adalah sebidang tanah dimana bangunan sekolah berdiri dan tanah-tanah sekitarnya yang disediakan untuk kepentingan sekolah. Dengan demikian yang termasuk tanah sekolah adalah ladang sekolah, halaman sekolah, lapangan olah raga dan lain-lain. Diantara tanah sekolah yang mempunyai syarat aman dan nyaman ditempati, apabila tanah tersebut:
53
a) Cukup sinar matahari b) Tidak terlalu dekat dengan bangunan atau tempat-tempat keramaian dan keributan seperti pasar, pabrik, bioskop, dan lain-lain. c) Mudah dijangkau oleh anak-anak dan tidak jauh dari jalan raya. d) Memungkinkan untuk dapat diperluas di masa yang akan datang. 2. Bangunan Sekolah Bangunan sekolah yang didirikan untuk kepentingan sekolah, harus berbentuk atau berpola sekolah dan memiliki persyaratan seperti cukup ventilasi artinya tempat keluar masuk udara dan cahaya, mempunyai warna yang sesuai dengan standar ukuran sekolah yaitu tidak mencolok. Sedangkan ruang kelas yang disediakan: “Untuk tiap-tiap 40 murid harus berukuran 8m X 10m, sedangkan cahaya harus datang dari sebelah kiri agar pada waktu menulis tidak gelap”.5 Ruang-ruangan yang perlu disediakan selain ruang belajar, antara lain: a) Ruang Kepala Sekolah b) Ruang guru dan TV c) Ruang Laboratorium d) Ruang perpustakaan e) Musholla / tempat ibadah f) Kamar mandi / WC 5
Zarkowi Suzoeh, Pedoman Pengelolaan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Islam, Departemen Agama RI, 1989 / 1990), h.63
54
g) Lapangan upacara h) Dan lain-lain
3. Perabot Sekolah Perabot sekolah adalah perlengkapan-perlengkapan sekolah seperti meja dan kursi guru atau siswa, lemari buku, dan lain-lain. Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain jumlahnya mencukupi kebutuhan dan kualitasnya memadai. Ukuran perabot disesuaikan dengan tinggi murid, jarak antara daun meja dengan mata tidak boleh terlalu dekat / jauh agar mata tidak terganggu, kursi atau bangku siswa menggunakan standar termasuk kursi guru, dan bahan yang dipergunakan kayu tahan lama. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya untuk menunjang proses pendidikan adalah papan tulis. Papan tulis itu hendaknya memenuhi syarat: a) Tidak terlalu tinggi tempatnya, sehingga mudah dijangkau oleh murid b) Mudah dibersihkan dan dapat ditulis dengan baik c) Berwarna yang cocok, tidak kontras tajam dengan warna kapur (bagi sekolah yang menggunakan kapur) b. Sarana pendidikan secara langsung (sarana) dipergunakan dalam proses belajar mengajar Tersedianya sarana pendidikan yang secara langsung dipergunakan harus cukup memadai di tiap-tiap sekolah. Hal ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan belajar mengajar. Sarana pendidikan yang dimaksud meliputi:
55
1. Alat pengajaran yang harus mendapat perhatian sekolah ialah adanya buku pelajaran, baik buku guru atau murid. Adanya alat tulis dan alat praktek yang memadai 2. Alat peraga perlu dilengkapi dengan benda-benda yang dapat dipergunakan untuk memberikan pengertian kepada murid secara tepat dan mudah seperti: peta, gambar, dan lain-lain. 3. Media pendidikan juga perlu diperhatikan dari sekolah seperti adanya majalah dinding, surat kabar, dan lain-lain. 4. Alat kelengkapan sekolah yang sangat menunjang proses belajar mengajar seperti: a) Perpustakaan Sekolah Perpustakaan merupakan alat kelengkapan yang langsung berhubungan dengan mutu pendidikan dalam rangka mencapai tujuannya, karena mempengaruhi efesiensi proses belajar mengajar. Dengan perpustakaan memungkinkan guru, murid dan petugas lainnya memperoleh kesempatan memperluas dan memperdalam pengetahuan dan pandangan masingmasing. b) Laboratorium Sekolah Untuk memberikan kesempatan yang luas bagi guru dan murid mempelajari ilmu pengetahuan melalui pengalaman langsung yang dilakukan di laboratorim sekolah. Laboratorium memungkinkan proses belajar mengajar tidak sekedar berlangsung secara teoritis dan verbalis,
56
karena guru dan murid dapat melakukan percobaan, baik dalam rangka menguji kebenaran teori yang diketahuinya maupun untuk menemukan sendiri hal-hal yang baru. c) Usaha Kesehatan Sekolah. Keadaan kesehatan murid dan pegawai lainnya sangat besar pengaruhnya terhadap situasi belajar mengajar bagi guru atau gairah belajar bagi murid, akan tetapi juga akan mempengaruhi seluruh pertumbuhan dan perkembangan murid, baik fisik maupun psikis. Untuk itu perlu dibentuk suatu badan yang disebut Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang memikul tugas pokok antara lain penyelenggaraan dan pembinaan bidang studi olah raga dan kesehatan, baik yang bersumber dari kurikulum maupun berupa program sekolah yang bersifat ekstrakurikuler. Dapat pula pengadaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah yang sehat untuk menumbuhkan sikap hidup sehat dengan mengatur sarana seperti ruang belajar, kamar kecil, kerapihan taman, dan lain-lain secara bersih memenuhi prinsip-prinsip kesehatan. 3. Fungsi Sarana Pendidikan Pada dasarnya mutu pendidikan akan senantiasa ditentukan oleh berbagai komponen pendidikan antara lain: a. Adanya tujuan yang jelas dan dapat dicapai secara operasional b. Adanya materi pengajaran yang menunjang tercapainya tujuan c. Adanya alat dan fasilitas yang memadai
57
d. Adanya sistem evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai sampai seberapa jauh tujuan yang ditetapkan itu tercapai. Dari pokok-pokok uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa berbagai alat dan fasilitas untuk kepentingan pendidikan merupakan factor yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Pada umumnya di lingkungan semua lembaga pendidikan diperlukan sarana pendidikan baik langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian maka fungsi sarana pendidikan pada dasarnya sebagai alat Bantu dalam proses aktifitas belajar mengajar. Karena sebagai alat bantu, agar proses pendidikan berlangsung dengan baik, maka sarana pendidikan harus memenuhi syarat-syarat sesuai dengan prinsip pendidikan. Dilihat dari fungsi dan peranan alat dalam suatu kegiatan praktek, jenisjenis alat-alat dibedakan dengan penggolongan sebagai berikut: a) Alat Utama Alat utama adalah alat yang
mutlak harus ada dan dilibatkan
sepenuhnya dalam melakukan kegiatan praktek, tanpa alat ini maka proses belajar mengajar praktek tidak memperoleh keterampilan yang diharapkan. b) Alat Penunjang Alat penunjang adalah peralatan penunjang yang dipergunakan guna menunjang
kegiatan
proses
belajar
mengajar
karena
dapat
membantu proses berkarya/ praktek lebih mudah, efektif dan efisien.
58
4. Supervisi Sarana Pendidikan Nazir Nadin mengemukakan bahwa fungsi administrasi pendidikan adalah: “Mengatur dan menata seluruh input (berupa tenaga personil, murid, kurikulum, peralatan dan uang) sehingga setiap input benar terlihat dan berperan secara optimal dalam rangkaian kegiatan yang teratur dan integral.”6 Pendapat tersebut di atas, pada dasarnya berkaitan denagn fungsi administrasi yang dikemukakan oleh George R Terry yaitu: “Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.”7 Keempat fungsi dasar tersebut menurut George R. Terry sangat fundamental dalam setiap proses administrasi. Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan dalam fase pertama adalah perencanaan. Perancanaan adalah menetapkan apa yang harus dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi untuk menyelesaikan pekerjaan, dan juga ditetapkan oleh pimpinan bila dan bagaimana pekerjaan harus dilaksanakan. 2. Pengorganisasian adalah mendistribusikan atau mengalokasikan tugastugas kepada para anggota kelompok, mendelegasikan kekuasaan dan menetapkan hubungan anggota kerja kelompok.
6
Nazir Nadin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1989), h. 17
7
Sarwito, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 65
59
3. Pergerakan dalam arti pimpinan harus dapat menggerakkan kelompok sehingga organisasi berjalan. 4. Pengawasan yang dimaksud adalah pimpinan harus selalu mengadakan pengawasan atau pengendalian agar gerak atau jalannya organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik mengenai arahnya maupun mengenai caranya. Dengan rangkaian yang tercakup dalam empat fungsi dasar tersebut di atas (POAC) pimpinan dapat membawa organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hubungan dengan fungsi-fungsi administrasi, para sarjana mempunyai pendapat yang saling berbeda satu sama lainnya baik mengenai pengelompokannya, klasifikasinya, maupun istilah-istilah yang digunakan untuk menyebut fungsi-fungsi administrasi. Sebagai contoh rumusan Luther Gulick yang mengemukakan bahwa fungsi administrasi meliputi: planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting.8 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses kegiatan administrasi pendidikan melaksanakan fungsi administrasi, yaitu perencanaan, pengelompokan dan pengawasan terhadap segala komponen lembaga pendidikan. Untuk memperjelas perangkat komponen-komponen lembaga pendidikan Nazir nadin mengemukakan: 1. Administrasi siswa 2. Administrasi personalia pendidikan 8
Sarwito, Ibid., h.66
60
3. Administrasi akademik (program pendidikan) 4. Administrasi sarana dan perlengkapan 5. Administrasi keuangan.9 Pembidangan oleh Nazir Nadin memperjelas bahwa sarana pendidikan merupakan salah satu komponen dari suatu lembaga pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaannya. Tanpa sarana pendidikan yang baik, tidak akan menghasilkan output yang optimal. Menurut pendapat Supandi dan Rustana Adiwinarta bahwa yang dimaksud dengan
sarana
pendidikan
adalah:
“segala
hal
yang
diperlukan
untuk
menyelenggarakan proses pendidikan khususnya di sekolah-sekolah termasuk ke dalam sarana pendidikan ialah tanah, bangunan, perabot atau meubiler, perlengkapan dan perkakas pendidikan.”10 Tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan ini adalah upaya supervisor mengadakan suatu penilaian tentang kegiatan pengelolaan sekolah telah berjalan dengan baik atau belum. Untuk mengetahui apakah kegiatan pengelolaan sekolah mencapai sasaran atau tidak, perlu dilihat pada beberapa komponen pendidikan. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan meliputi: Administrasi sekolah, kelembagaan, ketenangan, pengajaran, siswa, sarana pendidikan dan situasi umum.
9
Tim Dosen Administrasi Pendidikan IKIP Jakarta, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1989), h. 19 10
Suspandi Rustana Adiwinata, Materi Pokok Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud dan UT, 1992), h. 155
61
Khususnya dalam supervisi sarana pendidikan, maka sasaran dan kriteria penilaian antara lain: 1. Kesesuaian luas ruangan kelas dengan jumlah murid apakah telah sesuai dengan standar. 2. Ruangan keterampilan/praktek/laboratorium/perpustakaan apakah semuanya ada, lengkap peralatannya, terpelihara dan berfungsi dengan baik. 3. Ruangan khusus kepala sekolah, apakah ukuran dan kualitas memenuhi syarat serta peralatan lengkap. 4. Ruangan khusus guru-guru dan tata usaha, apakah semuanya ada dan terpisah. Ukuran dan peralatan cukup baik menurut keperluan. 5. Kamar mandi/WC, apakah kamar mandi guru dan siswa jumlahnya sesuai dengan keperluan dan terpelihara dengan baik, termasuk air bersih untuk keperluan tersebut. 6. Perabot dan kelengkapan tiap ruangan kelas, apakah meja, kursi/bangku, lemari, papan tulis lengkap dan terpelihara dengan baik. 7. Keamanan sekolah, apakah penjaga telah sesuai dengan keperluan dan berfungsi dengan baik. Apakah pagar cukup kuat dan pintu ruangan dapat dikunci dengan baik. 8. Kebersihan sekolah, apakah tersedia air bersih, bak sampah sekolah sesuai dengan keperluan dan berfungsi, jumlah petugas kebersihan memenuhi keperluan dan berfungsi dan peralatan kebersihan tiap kelas memenuhi keperluan.
62
9. Ketertiban sekolah, apakah tata tertib sekolah dilaksanakan dengan baik melaksanakan upacara bendera dan senam pagi secara teratur. 10. Keindahan sekolah, apakah pekarangan sekolah, ruang kelas tampak bersih, indah dan serasi. Melaksanakan usaha penghijauan pekarangan sekolah dengan baik.
5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Sekolah sebagai lembaga pendidikan, memiliki sistem penjenjangan dan sistem mobilitas yang sejalan dengan keseluruhan program pendidikan nasional. Hal ini memberikan kesadaran bahwa sekolah dalam seluruh kegiatannya harus selalu berusaha melakukan perbaikan dan penyempurnaan, baik dalam program maupun pelaksanaannya. Upaya tersebut dimaksudkan agar tujuan pendidikan, baik tujuan institusional maupun tujuan nasional tercapai dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan sistem pengelolaan sekolah perlu mendapat perhatian. Dengan pengelolaan yang baik dan sempurna, diharapkan tercapai suatu kondisi belajar yang maksimal. Oleh karena itulah keterampilan seluruh unsur yang ada di sekolah sangat penting artinya. Program sekolah tidak akan berjalan baik, apabila setiap unsur atau salah satu unsur tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya, sesuai dengan maksud dan tujuan dari pengelolaan sekolah tersebut. Apalagi situasi dan kondisi sekolah pada
63
umumnya masih efektif. Adapun tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan sekolah adalah: a.
Agar kegiatan sekolah dapat dilakukan secara dinamis, artinya kegiatankegiatan yang dilakukan oleh sekolah tidak hanya sekedar sebagai pekerjaan rutin dari hari ke hari, atau dari tahun ke tahun, akan tetapi dilaksanakan dengan program-program sesuai dengan tuntutan dan harapan, baik dari sekolah maupun dari masyarakat yang semakin maju.
b.
Agar proses belajar mengajar pada sekolah dapat dilaksanakan secara optimal, dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c.
Agar pengelolaan pendidikan pada sekolah mencapai standar sebagai lembaga pendidikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan nasional.
Dari penjabaran tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan sekolah tersebut di atas, maka jelas bahwa tanggung jawab diletakkan sepenuhnya kepada kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, komponen-komponen dan aspek-aspek pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi oleh sekolah adalah: a. Pengelolaan organisasi sekolah b. Kegiatan administrasi pengajaran c. Kegiatan administrasi sekolah d. Hal-hal yang berkaitan dengan sarana pendidikan e. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian kegiatan sekolah
64
f. Hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sekolah. Dari pokok–pokok uraian tersebut di atas, maka jelas bahwa kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting baik dalam mengelola sekolah maupun kepala sekolah sebagai supervisor. Kegiatan kepala sekolah sebagai supervisor inilah yang akan dititikberatkan pada pembahasan ini. Baharudin Harahap mengemukakan bahwa: “Supervisor adalah orang yang menciptakan situasi belajar dan mengajar yang relevan dan atas dasar kelebihan dan kepemimpinan yang dimiliki mengadakan bimbingan atau pemeriksaan dalam situasi interaksional.”11 Dari uraian tersebut maka kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam membina, mengarahkan dan memotivasi. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah dapat digolongkan ke dalam kelompok supervisor yang mempunyai kelebihan dan kepemimpinan yang diharapkan dapat melaksanakan tujuan pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan. Menurut pendapat Kimball Young, pengertian kepemimpinan yang telah dikutip oleh Kartini Kartono, dijelaskan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan ekseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.”12 11
Baharudin Harahap, Supervisi yang Efektif Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1979), h. 29 12
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepimpinan, (Jakarta: CV. Rajawali, tth), h.40
65
Kepala sekolah yang merupakan supervisor yang diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin, coordinator, inspektur, peneliti, pelatih, pembimbing dan evaluator serta memiliki kepemimpinan sebagaimana yang dikemukakan oleh Kimball Young, maka kegiatan sekolah yang dipimpinnya dapat berjalan dengan lancar. Baharuddin Harahap, mensitir pendapat dari Elsbree dan Mc. Nelly, tentang tipe-tipe supervise sebagai berikut: a. Tipe inspeksi Yang menggambarkan supervisor yang memeriksa apakah peraturanperaturan dipakai dan dijalankan. b. Tipe coercive Yang menggambarkan supervisor yang melaksanakan kehendaknya sesuai atau tidak sesuai dengan peraturan. c. Tipe laissez-faire Yang menggambarkan supervisor yang tidak peduli apa-apa dan membiarkan bawahan-bawahan bekerja menurut kehendak mereka, salah satu atau betul. d. Tipe demokratik Yang menggambarkan supervisor yang bertindak sesuai dengan dasar hubungan antar subjek dan objek dan menjalankan pembicaraan berdasarkan kata hubungan itu.13 Tipe-tipe yang dikemukakan di atas, menurut pandangannya memang pernah terjadi. Tipe-tipe supervisor tersebut sangat berkaitan pula dengan fungsi-fungsi kepala sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Ngalim Purwanto, bahwa: “Fungsi kepala sekolah selaku pimpinan ialah membantu para guru menyumbangkan kesanggupan mereka secara maksimal dan menciptakan Suasana hidup sekolah yang sehat, yang mendorong guru-guru, pegawaipegawai tata usaha, murid-murid dan orang tua murid untuk mempersatukan
13
Baharuddin Harahap, Op, cit., h. 45
66
kehendak, pikiran dan tindakan dalam kegiatan-kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan sekolah.”14 Sebenarnya tugas kepala sekolah tidak hanya terbatas pada pokok-pokok yang telah dikemukakan di atas, akan tetapi juga menyangkut berbagai tugas supervisor. Hal ini diungkapkan oleh M. Ngalim Purwanto, bahwa: “Supervisi tidak hanya untuk memperbaiki cara mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu, pengetahuan dan keterampilan guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknis evaluasi pengajaran dan sebagainya.”15 Dengan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor perlu menerapkan teknik-teknik supervise yang tepat, dan di sisi lain adalah pengembangan diri sebagai pemimpin harus dapat mencerminkan sebagai supervisor yang mampu untuk memberikan dorongan, membina, mengarahkan semua kegiatan guru yang secara langsung dapat meningkatkan derajat pendidikan dan dapat menghasilkan orang-orang yang berkualitas. 6. Langkah-langkah Supervisor pada Sarana Pendidikan Salah satu tugas utama kepala sekolah dalam administrasi maupun supervisi sarana pengajaran ialah bersama-sama dengan Staf menyusun daftar kebutuhan mereka akan alat-alat sarana tersebut dan mempersiapkan perkiraan tahunan untuk diusahakan
penyediaannya.
Kemudian
menyimpan
dan
memelihara
serta
14
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara, 1979), h. 49-50
15
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1986), h. 153
67
mendistribusikan kepada guru-guru yang bersangkutan, dan menginventarisasi alatalat/sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh kepala sekolah dalam mensupervisi sarana maupun prasarana pengajaran adalah: a. Membuat jadwal/waktu pelaksanaan supervisi pada sarana pendidikan. b. Membuat daftar alat-alat yang diperlukan di sekolahnya sesuai dengan kebutuhannya dengan daftar alat yang distandarisasi dan menyusun daftar kebutuhan sekolah masing-masing. c. Mengikutsertakan semua guru dalam perencanaan seleksi, distribusi dan penggunaan serta pengawasan peralatan dan perlengkapan pada fasilitas yang ada di sekolah. d. Melakukan survei terhadap fasilitas yang ada di sekolah baik sarana maupun prasarana secara terus menerus. e. Melakukan pemeriksaan dan koreksi terhadap kondisi-kondisi sarana maupun prasarana secara terus menerus. f. Memelihara dan mengatur serta menjaga seluruh kondisi fasilitas yang ada di sekolah. g. Melakukan pengadaan, penambahan-penambahan dan perombakanperombakan pada sarana maupun prasarana yang ada di sekolah. h. Menindaklanjuti bila terjadi kerusakan-kerusakan dan kekurangan pada sarana maupun prasarana.
68
Dari langkah-langkah tersebut di atas tentunya perlu dilakukan secara intensif agar tujuan pendidikan dapat dicapai dan dapat pula bermanfaat dalam mencapai tujuan pengajaran sekolah.
69
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
bagaimana
pelaksanaan
supervisi
bidang
sarana
pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di SMU Al-Hasra Depok. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat hambatan dalam pelaksanaan supervisi sarana pendidikan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu tanggal 27 April -22 Mei 2006. Tempat penelitian dilakukan di SMU Al-Hasra Depok.
C. Populasi dan Sampel Penelitian lapangan dilakukan terhadap guru-guru di SMU Al-Hasra Depok berjumlah 17 orang yang terdiri dari 10 orang guru laki-laki dan 7 rang guru perempuan. Seluruhnya dijadikan subjek dan sampel penuh.
70
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain: 1. Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan data mengenai kondisi sarana dan prasarana. Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah, sarana dan prasarana serta keadaan guru dan siswa di SMU Al-Hasra Depok. 2. Interview yaitu: teknik pengumpulan data dengan mengadakan dialog yang di lakukan oleh pewawancara (interviewer) dalam hal ini penulis, untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) atau objek penelitian dalam hal ini kepala sekolah sebagai administrator pendidikan. 3. Angket (Kuisioner) yaitu : teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh angket tertutup yang diberikan kepada responden (siswa) tentang sarana dan prasarana yang ada di sekolah. 4. Studi Dokumentasi, ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar mengajar dengan mencatat indeks tiap kelas yang terdapat dalam buku raport kelas 1 dan 2.
E. Teknik Analisis Data
71
Pengelolaan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan data yang terkumpul yaitu, data kualitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif persentase distribusi frekuensi dengan rumus sebagai berikut16 :
P
: F x 100% N
Keterangan: P
: Tingkat Presentase
F
: Frekuensi dari hasil jawaban
N : Jumlah seluruh objek penelitian Dalam mengkorelasikan dua variabel penulis menggunakan rumus korelasi karena ada dua variabel yang perlu mendapat penjelasan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah dan kualitas hasil belajar mengajar. Maka rumus yang di gunakan mengkorelasikan kedua variabel tersebut adalah dengan menggunakan “r” product moment untuk data tunggal. N kurang dari 30 rumusnya yaitu:
rxy =
NΣXY − (ΣX ).(ΣY ) [( NΣX 2 − (ΣX ) 2 ].[ NΣY 2 − (ΣY ) 2 ]
16
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Rajawali Press, 2001), hal. 40.
72
Keterangan: rxy
= Angka Indeks korelasi “r” product moment
N
= Number of cases
ΣxY
= Jumlah perkalian antara skor X dengan skor Y
ΣX
= Jumlah seluruh skor X
ΣY
= Jumlah seluruh skor Y
73
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat Didirikan Sekolah SMP / SMU Al-Hasra Sekolah yayasan Al-Hasra berdiri tepatnya di desa Bojong Sari Kecamatan Sawangan, Depok. Al-Hasra adalah singkatan kata dari kata himpunan yang berdiri dengan tingkat pendidikannya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan tujuan yayasan ini adalah sebagai sarana untuk melakukan amal perbuatan secara ikhlas, terutama dalam menolong masyarakat yang kurang mampu.17 Yayasan ini berlokasi di Bojong Sari Kecamatan Sawangan Kabupaten Depok, Jawa Barat pada waktu didirikannya hanya menempati 1500 M tetapi sekarang sudah bertambah menjadi hampir satu hektar Menurut keterangan yang diperoleh yayasan ini didirikan dengan motivasi dan dilandasi keinginan untuk meningkatkan derajat masyarakat Bojong Sari dan sekitarnya yang kurang mampu dan usia anak sekolah pada umumnya.18 Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Yayasan Al-Hasra merupakan suatu lembaga pendidikan agama yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dengan tujuan untuk melakukan amal perbuatan secara ikhlas. 17
Observasi dan Wawancara dengan Dra. Hermidar, Kepala Sekolah SMU Al-Hasra tanggal 25 Mei 2006 18
Ibid.
74
Untuk pendidikan formal ini, yayasan menyediakan tempat bagi siswa yang kurang mampu khususnya anak-anak yatim piatu agar bisa ikut belajar bersama dengan yang lain, karena sesuai dengan tujuan semula Yayasan AlHasra adalah menolong atau membantu masyarakat mulai dari pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai SMU / SMK yang kurang mampu.
2. Keadaan Sarana dan Prasarana Dalam suatu lembaga pendidikan formal maupun non formal sarana dan prasarana sangat berperan sekali dalam proses belajar mengajar, karena sarana pra sarana merupakan kebutuhan primer bagi suatu lembaga pendidikan. Bahkan sarana dan prasarana merupakan salah satu dari komponen belajar mengajar, yang turut menentukan tercapai tidaknya tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, di sini dapat penulis kemukakan mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki yayasan Al-Hasra, dengan rincian sebagaimana pada tabel.
Tabel 1 Sarana dan Prasarana No
Jenis / Nama
Jumlah
1
Gedung Sekolah
2 Unit
2
Ruang Belajar
6 Ruang
3
Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
4
Ruang Guru
2 Ruang
75
5
Ruang TU
1 Ruang
6
Ruang Perpustakaan
1 Ruang
7
Ruang WC Guru
1 Ruang
8
Ruang WC Siswa
2 Ruang
9
Gudang
1 Ruang
Sumber: Buku laporan tahunan SMU AL-Hasra
3. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan a) Keadaan Guru Dalam proses pendidikan, faktor pendidik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pendidik harus bertanggung jawab terhadap siswa siswinya di dalam membimbing untuk mencapai tujuan secara optimal. Faktor dan cara guru mengajar sangat penting pula. Bagaimana sikap guru dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Umum (SMU) Al-Hasra ini berjumlah 17 orang, dengan rincian, 7 guru wanita dan 10 orang laki-laki, dengan berpendidikan terakhir yang bervariasi yaitu, lulusan sarjana sebanyak 15 orang, lulusan Diploma 2 sebanyak 1 orang, dan lulusan diploma 3 sebanyak 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini:
76
Tabel 2 Tenaga Pengajar di SMU AL-Hasra Nama
No
L/P Jabatan
Pendidikan Terakhir
Mengajar Bidang Studi
1
Dra. Helmidar
P
Kepala SMU
S1. IAIN
PPKN, Sejarah
2
Dra. Lismaili Amir
P
Guru
S1. IKIP
IPA (Kimia)
3
Andi Alfian, SP.
L
Wakasek. Ur.
S1. UNIV
Biologi, Antropologi
Kesiswaan 4
Drs. Wilmar Dewan
L
Sarana Prasarana
S1. IKIP
Olah Raga
5
Drs. Muhardi Khotib
L
Waki Kelas I.1
S1. IAIN
Tata Negara, Pen. Agama
6
Drs. Khairul Am
L
Guru
S1. IAIN
Ekonomi
7
Winaka
L
Guru
D2. IKIP
Matematika
Kangsadinata 8
Hanura Weldi, S.Ag
L
Wali Kelas 1.2
S1. IAIN
Bahasa Inggris
9
Eva Rahmi, S.Sos
P
Wali Kelas III. IPS
S1. UNIV
Sosiologi
10
Eni P, S.Pd
P
Wali Kelas III. IPA
S1. UNIV
Kimia
11
Antik H, S.Pd
P
Wali Kelas II
S1. UNIV
Biologi
12
Syaripudin, S.Pd
L
Guru
S1. UNIV
IPS (Sejarah)
13
Drs. Cik Hakim
L
Guru
S1. IAIN
Matematika
14
Izhar, S.Pd
L
Pembina OSIS
S1. UNIV
Pend. Seni
15
Kasih, S.Pd
P
Guru
S1. UNIV
Bahasa Indonesia
16
Sawitri
P
Guru
S1. IKIP
Bahasa Inggris
L
Guru
D3. ILKOM
Komputer
Retno
W,
S.Pd 17
Herman Suherman
Sumber : Buku tahunan SMU AL-HASRA /2005
77
b) Keadaan Siswa Tabel 3 Jumlah Siswa SMA Al-Hasra Tahun Pelajaran 2003 / 2004 s/d 2004 / 2006 Jumlah Siswa No Jurusan Tahun Ajaran 2003 / 2004 Tk. I Tk. II Tk. III 1 2
L 14 -
IPA IPS
P 08 -
Jml 22 -
L 34 -
P 20 -
Jml 54 -
L 15 26
P 16 04
Jml 31 30
Tahun Ajaran 2004 / 2005 Tk. I Tk. II Tk. III L 44 -
P 34 -
Jml 78 -
L 11 -
P 07 -
Jml 18 -
L 09 22
Sumber buku tahunan SMU Al-Hasar /2005
c) Keadaan Karyawan Keberadaan karyawan juga diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan karena dapat membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang baik. Seandainya tidak ada orang yang menangani masalah di luar pengajaran secara khusus, maka kegiatan pendidikan di suatu sekolah tidak akan berjalan dengan baik. Adapun jumlah karyawan di SMU Al-Hasra sebanyak 4 orang yang terdiri dibidang TU, Staf TU, Petugas perpustakaan, dan kebersihan.19
19
Ibid.
78
P 13 07
Jml 22 29
4. Struktur Organisasi Dimulai dari bagan paling atas yaitu kepala / ketua yayasan kemudian kepala SMU serta kebawahnya bagian-bagian lainnya.
KA. Yayasan Al- Hasra H. Maiyunis
KA. SMU Al-Hasra Dra. Helmidar
Wk. KA. SMU AlHasra
Sekretaris Farid Hamzen. Msi
KA. Pend. dan LItbang Drs. Zamah Sari, M.Ag
Dewan Guru
B. Deskripsi dan Analisis Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan penyebaran angket. Wawancara yang penulis lakukan adalah dalam rangka mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan supervisi bidang sarana pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah SMU Al-Hasra, bertempat di Desa Bojong Sari, Kecamatan Sawangan Depok. Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah (hasil wawancara
79
terlampir). Dan untuk mengetahui kondisi di sekolah baik guru, siswa terutama keadaan sarana dan prasarana, penulis melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat. Adapun angket yang penulis buat adalah angket tertutup sebanyak 10 buah, dan disebarkan kepada 10 sampel yaitu semua guru, semuanya berjumlah 20 item berbentuk pilihan ganda yang harus dijawab oleh guru dengan memberikan tanda (X). Kemudian seluruh angket yang telah dijawab oleh guru ditabulasikan dengan bentuk persentase, dan diolah kemudian dapat diperoleh kesimpulan, hal ini dapat dilihat dan jelaskan dalam analisis data secara keseluruhan. Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan pada guru diolah dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka setiap kolom dibuatkan suatu tabulasi yang disesuaikan dengan teknik analisis data. Sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel berikut:
80
Tabel 4 Kepala Sekolah Mensupervisi Sarana Pendidikan
No
Alternatif Jawaban
f
P%
1
Setahun sekali
-
-
2
Setiap tiga bulan sekali
9
90 %
3
Sebulan sekali
1
10 %
4
Tidak tentu
-
-
10
100 %
Jumlah
Pada tabel tersebut di atas, bahwa pengawasan kepala sekolah dalam bidang sarana pendidikan baik sarana maupun prasarana, dilakukan selama 3 bulan sekali, menurut pengamatan penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan yang telah dilakukannya sudah berjalan dengan sangat baik, karena dalam tiga bulan sudah banyak perubahan-perubahan yang dapat dilihat, baik terjadi pada sarana maupun prasarana yang ada di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari 90 % menyatakan 3 bulan sekali, dan menjawab sebulan sekali hanya menjawab 10 % dan yang menjawab setahun sekali dan tidak tentu tidak ada dari responden.
Tabel 5 Kepala Sekolah Memperhatikan Kesesuaian Luas Ruangan Kelas dengan Jumlah Siswa No 1
Alternatif Jawaban Sangat memperhatikan
81
f
P%
-
-
2
Sebagian
besar
3
memperhatikan
4
Sebagian
10
100 %
-
-
-
-
10
100 %
kecil
memperhatikan Tidak diperhatikan Jumlah
Pada tabel di atas, bahwa kepala sekolah sebagian besar memperhatikan kesesuaian luas ruangan dengan jumlah siswa, dapat dilihat dari 100 % menyatakan semua responden menjawab sebagian besar memperhatikan. Dapat disimpulkan menurut penulis bahwa pelaksanaan kepala sekolah sudah cukup baik, dalam menyesuaikan kondisi luas ruangan dengan jumlah siswa, terkadang penulis melihat kondisi di lapangan yang masih ada, walaupun tidak semua yaitu terdapat jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam suatu ruangan.
Tabel 6 Luas ruangan kelas dengan jumlah siswa yang sesuai dengan standar No
Alternatif Jawaban
F
P%
1
Seluruh kelas sesuai dengan standar
7
70%
2
Sebagian besar sesuai dengan standar
1
10%
3
Sebagian kecil sesuai dengan standar
2
20%
4
Seluruh kelas tidak sesuai dengan standar Jumlah
-
-
10
100 %
82
Pada tabel di atas, bahwa luas ruangan kelas sesuai dengan jumlah siswa, dapat dilihat dari 70% menyatakan seluruh kelas sesuai dengan standar, menjawab sebagian besar sesuai dengan standar hanya 10% dan menjawab sebagian kecil sesuai dengan standar hanya 20%. Dapat disimpulkan bahwa sudah baik kondisi luas ruangan dengan banyaknya jumlah siswa.
Tabel 7 Keberadaan ruang praktek, laboratorium, perpustakaan
Alternatif Jawaban
No
f
P%
1
Semua ada
-
-
2
Ada, tetapi ruang praktek tidak ada
-
-
3
Ada, tetapi ruang laboratorium tidak
10
100%
4
ada
-
-
10
100 %
ada, tetapi ruang perpustakaan tidak ada Jumlah
Pada tabel di atas, bahwa hanya ruang laboratorium saja yang tidak ada di sekolah, dapat dilihat 100% semua responden menjawab ruang laboratorium tidak ada. Hal ini menurut pengamatan penulis disebabkan kurangnya dana untuk membangun fasilitas tersebut.
83
Tabel 8 Kedisiplinan Guru No. Item 16
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F 20 2 3 25
% 80 % 8% 12 % 100 %
Mengenai kedisiplinan guru, dengan pernyataan mengenai kehadiran guru tepat pada waktunya, 80 % guru menyatakan selalu hadir tepat pada waktunya, 8 % menyatakan sering, dan 12 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 9 Persiapan guru sebelum Mengajar No. Item 17
No. Item 18
Membuat Satuan Pelajaran dan Rencana Pengajaran a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Membuat alat peraga a. b. c. d.
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
84
F
%
17 7 1 F
80 % 8% 12 % %
4 7 14 -
16 28 56 -
Pada tabel di atas, item nomor 17, dalam hal membuat satuan pelajaran dan rencana pengajaran, 68 % guru menyatakan selalu membuat satuan pelajaran dan rencana pengajaran, 28 % menyatakan sering, dan 4 % menyatakan kadang-kadang. Pada item nomor 18, guru menjawab 16 % selalu membuat alat peraga, 28 % menjawab sering, dan 56 % menjawab kadang-kadang.
Tabel 10 Kegiatan Guru Dalam Mengajar No. Item 19
No. Item 20
No. Item 21
No. Item 22
No. Item 23
Penggunaan Metode mengajar bervariasi a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Mengadakan Pre Tes a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Mengadakan Post Tes a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Ketepatan Alokasi Waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Kesesuaian materi pelajaran dengan TIK a. Selalu b. Sering
85
F
%
14 9 2 F 9 9 7 F
56 % 26 % 8% % 36 % 36 % 28 % %
9 10 6 F 16 5 4 -
36 % 40 % 24 % % 64 % 20 % 16 % -
F
%
21 3
84 % 12 %
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
1 -
4% -
Tabel di atas pada item nomor 19, guru menyatakan 56 % selalu menggunakan metode mengajar bervariasi, 36 % menyatakan sering, dan 8 % menyatakan kadang-kadang. Pada item nomor 20, dalam hal mengadakan pre tes kepada siswa 36 % guru menyatakan selalu, dalam jumlah yang sama pula (36 %) guru menyatakan sering, dan 28 % menyatakan kadang-kadang. Item nomor 21
mengenai ketepatan alokasi waktu, 65 % guru
menyatakan selalu, 20 % menyatakan sering, dan 16 % menyatakan kadangkadang. Item nomor 22 mengenai ketepatan alokasi waktu, 65 % guru menyatakan selalu, 20 % menyatakan sering, dan 16 % menyatakan kadangkadang. Selanjutnya, pada item nomor 23 mengenai kesesuaian materi pembelajaran dengan TIK, 84 % guru menjawab selalu, 12 % menjawab sering, dan 4 % menjawab kadang-kadang.
Tabel 11 Bimbingan guru terhadap siswa No. Item 24
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
86
F 16 6 3 -
% 64 % 24 % 12 % -
Jumlah
25
100
Tabel 12 Interaksi Personal (guru) Dengan Kepala Sekolah No. Item 3
No Item 4
Sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah a. Senang b. Cukup Senang c. Kurang Senang d. Tidak Senang Hubungan Antara Kepala Sekolah Dengan Bawahan Dan Staf a. Harmonis b. Cukup Harmonis c. Kurang Harmonis d. Tidak Harmonis
F
%
13 11 1 F
52 % 44 % 4% %
10 13 2 -
40 % 52 % 8% -
Pada tabel di atas item nomor 3, sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari 52 % guru menyatakan senang. 44 % menyatakan cukup senang, dan hanya 4 % yang menyatakan kurang senang. Selanjutnya, pada Item nomor 4 mengenai hubungan antara kepala sekolah dengan bawahannya dan staff, 40 % guru menyatakan harmonis, 52 % menyatakan cukup harmonis, dan 8 % menyatakan kurang harmonis. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan studinya bagi yang lulusan akademi dan bagi yang jurusannya bukan berasal dari pendidikan.
87
Tabel 13 Penghargaan Kepala Sekolah Terhadap Guru No. Item 15
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban Mengusahakan kenaikan pangkat Memberikan bonus Memberikan pujian Tidak memberikan apa-apa Jumlah
F 9
% 36 %
1 13 2 25
4% 52 % 8% 100
Pada tabel di atas mengenai penghargaan yang diberikan kepada guru, 36 % guru menyatakan bahwa kepala sekolah memberikan penghargaan dalam bentuk mengusahakan kenaikan pangkat, 4 % guru menyatakan penghargaan diberikan dalam bentuk bonus, 52 % penghargaan diberikan dalam bentuk pujian, dan 8 % menyatakan tidak memberikan apa-apa. Tabel di atas menunjukan, bahwa 64 % guru menyatakan selalu memberikan bimbingan kepada siswa, 24 % menjawab sering, dan 12 % menjawab kadang-kadang.
Tabel 14 Hasil Belajar Siswa No. Item 25
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban Sangat Baik Baik Cukup baik Kurang baik Jumlah
88
F 1 15 7 2 25
% 4% 60 % 28 % 8% 100
Pada tabel di atas mengenai hasil belajar siswa, 4 % guru menyatakan sangat baik, 60 % menyatakan baik, 28 % menyatakan cukup baik, dan 8 % menyatakan kurang baik.
Tabel 15 Komunikasi Antara Kepala Sekolah Dengan Bawahan No. Item 5
No. Item 7
Mengadakan musyawarah dengan bawahan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Menerima kritik dan saran dari bawahan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
F
%
12 8 5 F
48 % 32 % 20 % %
12 6 7 -
48 % 24 % 28 % -
Tabel di atas pada item nomor 5, guru menyatakan 48 % kepala sekolah selalu mengadakan musyawarah dengan bawahan, 32 % menyatakan sering, dan 20 % menyatakan kadang-kadang. Selanjutnya, dalam hal menerima kritik dan saran dari bawahan, pada item nomor 7, guru menjawab 48 % bahwa kepala sekolah selalu menerima kritik dan saran dari bawahan, 24 % menjawab sering, dan 28 % menjawab kadang-kadang.
89
Tabel 16 Mengikutsertakan Guru Dalam Pembuatan Program Kerja No. Item 6
Mengadakan musyawarah dengan bawahan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Jumlah
F
%
12 5 8 25
48 % 20 % 32 % 100 %
Pada tab el di atas menunjukan 48 % guru menyatakan bahwa kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam pembuatan program kerjanya, 20 % menyatakan sering, dan 32 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 17 Pemberian Bimbingan dan Bantuan Kepala Sekolah No. Item 8
No. Item 14
Membimbing guru dalam membuat satuan pembelajaran a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Membimbing guru dalam membuat satuan pembelajaran a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
F
%
11 7 7 F
44 % 28 % 28 % %
12 7 6 -
48 % 28 % 24 % -
Mengenai pemberian bimbingan dan bantuan kepala sekolah terhadap guru, item nomor 8, guru menyatakan 44 % bahwa kepala sekolah selalu
90
membimbing guru dalam membuat Satuan pelajaran, 28 % menyatakan sering, dan dalam jumlah yang sama (28 %) menyatakan kadang-kadang. Selanjutnya, pada item nomor 14, dalam hal membantu kesulitan guru dalam PBM, 48 % guru menyatakan bahwa kepala sekolah selalu membantu kesulitan guru dalam PMB, 28 % menyatakan selalu, dan 24 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 18 Kepala Sekolah melakukan kunjungan kelas
Alternatif Jawaban
No 11
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
F
P%
6 9 10 25
24 % 36 % 40 % 100 %
Tabel di atas menunjukan 24 % guru menyatakan bahwa kepala sekolah selalu melakukan kunjungan kelas (supervisi), 36 % menyatakan sering, dan 40 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 19 Kepala Sekolah mengikutsertakan guru dalam penataran
Alternatif Jawaban
No 13
a. Selalu b. Sering
91
F
P%
13 5
52 % 20 %
c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
7 25
28 % 100 %
Untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam mengajar, kepala sekolah selalu mengikutsertakan guru dalam penataran, hal ini terbukti dari tabel di atas 52 % guru selalu diikutsertakan dalam penataran, 20 % menyatakan sering, dan 28 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 20 Ketepatan waktu Dalam bertugas No 1
Alternatif Jawaban
f 22 3 25
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah Jumlah
P% 88% 12% 100 %
Mengenai masalah kedisiplinan kepala sekolah dengan pertanyaan mengenai kehadiran kepala sekolah tepat pada waktunya, sebagian besar guru menyatakan bahwa kepala sekolah selalu hadir tepat pada waktunya, pada tabel di atas menunjukan bahwa 88% guru menyatakan selalu dan sisanya 12% menyatakan sering hadir tepat pada waktunya.
Tabel 21 Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMU AL-HASRA No Responden 1 2 3 4
Nilai 57 43 44 48
92
46 58 39 48 45 39 42 55 39 56 58 56 58 48 55 34 55 48 36 48 42 1197
5 6 7 8 9 110 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah
Untuk mengetahui nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah, maka penulis menggunakan rumus:
Mx =
ΣX N
Mx = Mean
ΣX = Jumlah nilai variabel X N = NumberofCases Mx =
1197 = 47,9 25
93
Nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah SMU AL-HASRA adalah 47,9. sedangkan nilai tertinggi adalah 58. Tabel berikut mengenai nilai kualitas hasil belajar mengajar yang dipengaruhi aktivitas guru KBM.
Tabel 22 Aktivitas Guru dalam KBM No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 110 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah
Nilai 30 32 35 30 32 31 31 30 33 33 31 35 29 30 35 31 38 39 39 29 37 34 36 40 27 827
94
Data mengenai aktivitas guru dalam KBM dapat dilihat pada nilai tertinggi dan terendah rata-ratanya dengan menggunakan rumus:
My =
ΣY N
My = Mean
ΣY = Jumlah Nilai Variabel Y N = Number of Cases
My =
827 = 33,1 25
Nilai rata-rata aktivitas guru dalam KBM adalah 33,1. Nilai tertinggi adalah 40. Selanjutnya untuk melihat hubungan yang terjadi antara variabelvariabel dalam penelitian, teknik analisa menggunakan analisa kuantitatif melalui teknik analisa product moment, untuk mencari koefisien korelasi antara dua variabel yaitu: 1. Variabel independent (X) adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. 2. Variabel dependent (Y) adalah kualitas hasil belajar mengajar yang dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam KBM. Adapun langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:
95
Tabel 23 Uji Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan kualitas Hasil Belajar Mengajar. No Responde n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 N = 25
X
Y
X2
Y2
XY
57 43 44 48 46 58 39 48 45 39 42 55 39 56 58 56 58 48 55 34 55 48 36 48 42 ΣX = 1197
30 32 35 30 32 31 31 30 33 33 31 35 29 30 35 31 38 39 39 29 37 34 36 40 27 ΣY = 827
3249 1849 1936 2304 2116 3364 1521 2304 2025 1521 1764 3025 1521 3136 3364 3136 3364 2209 2025 1156 3025 2304 1296 2304 1764 ΣX2 = 57582
900 1024 1225 900 1024 961 961 900 1089 1089 961 1225 841 900 1225 961 1444 1521 1521 841 1369 1156 1296 1600 729 ΣY2 = 27663
1710 1376 1540 1440 1472 1798 1209 1440 1485 1287 1302 1925 1131 1680 2030 1736 2204 1872 2145 986 2035 1632 1296 1920 1134 ΣXY = 39785
Dari data tersebut, maka dapat dicari nilai koefisien korelasi:
96
rxy =
NΣXY − (ΣX ).(ΣY ) [( NΣX 2 − (ΣX ) 2 ].[ NΣY 2 − (ΣY ) 2 ]
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan yaitu, pelaksanaan supervisi pada bidang sarana pendidikan di SMU Al-Hasra telah dilaksanakan oleh kepala sekolah yaitu dalam waktu setiap catur wulan. Adapun langkah-langkah yang telah ditempuh dalam pelaksanaan supervisi sarana pendidikan adalah menindaklanjuti bila terjadi kerusakan-kerusakan atau kurangnya sarana atau prasarana di sekolah dengan memerintahkan kepada petugas khusus untuk memperbaikinya, kemudian langkah selanjutnya yaitu memperhatikan, mengatur, memelihara dan menjaga kondisi sarana maupun prasarana di sekolah dengan mengajak bekerja sama kepada guru, karyawan serta siswa.
B. Saran-saran 1. Penulis menyarankan kepada kepala sekolah agar tetap mempertahankan pelaksanaan supervisi terutama dalam bidang sarana pendidikan yang digunakan dalam peningkatan kegiatan belajar mengajar yang sudah berjalan baik dan sedapat mungkin lebih ditingkatkan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan lulusan yang lebih baik
98
2. Sarana adalah alat yang dapat membantu keberhasilan pendidikan, untuk itu pihak sekolah/yayasan hendaklah mencari alternatif untuk melengkapi sarana yang belum ada. 3. Permasalahan dana yang masih belum memadai, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah, maka tindakan yang harus dilakukan untuk penyelesaian kurangnya dana adalah membangun sebuah koperasi sekolah dan penyebaran proposal ke seluruh instansi pemerintahan maupun ke lembaga swasta.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinata, Supandi Rustani, Materi Pokok Administrasi Pendidikan, (Jakarta: DEPDIKBUD dan UT, 1992) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Pedoman Pembakuan Bangunan, Perabot Sekolah dan Media Pendidikan, (Jakarta: Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan, 1976) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pembakuan Perabot SLTP, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan menengah, 1997) Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN 1993-1998) Harahap, Baharudin, Supervisi yang Efektif Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1979) Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: CV. Rajawali, tth) Ketetapan-Ketetapan MPR – RI 1993 –1998 (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) Nadin, Nazir, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1989) Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Sarana Press, 1986) Purwanto, M, Ngalim, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara, 1979) _________________, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1986) Rifai, M. Moh, Supervisi Pendidikan 2, (Bandung: Jemmars, 1982) Sarwito, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) Sahertian, Piet. A, dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknis Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi aksara, 1994)
100
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar, Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1983) Suzoeh, Zarkowi, Pedoman Pengelolaan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Islam, Departemen Agama RI, 1989 / 1990) Tim Dosen Administrasi Pendidikan IKIP Jakarta, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: IKIP, 1989)
101
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,keluarga dan para sahabatnya hingga akhir zaman. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk memenuhi gelar sarjana fakultas tarbiyah (S1), penulis menyadari sepenuhnya terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dar dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: 1.Bapak prof. Dr. Dede Rosyada,MA, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN SyariF Hidayatullah jakarta yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 2.Ibu Dra.Yefnelti,Mpd ketua jurusan kependidikan yang telah memberikan petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3.Drs.Nurochim,Mpd,Dosen pembimbing Skripsi 4.Bapak dan ibu Dosen fakultas yeng telah memberikan bekal ilmu pegetahun bagi penulis selama perkuliahan berlangsung hingga selesainya skripsi ini. 5.Kepala beserta Staf perpustakaan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan
6.Dra.Manerah sebagai dosen penasehat akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis 7.Kepada ibunda tercinta yang telah mendukung penulis baik baik dari segi moril mapum materil dan tak pernah bosan-bosannya memberikan bimbingan dan mendengar segala keluhan penulis. 8.Kakak,teteh dan adik yang turut serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 9.Teman-teman yg tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang turut serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10.sahabatku Muis,salman terutama kepada Mozzha yang turut serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
102
11.Keluarga besar SMU AL-hasara sawangan -Depok yang telah membantu penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan. 12.Tetanggaku yang ikut serta memberikan semangat yang luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini. 13.Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini mudah-mudahan mendapat balasan dari Allah SWT. Saya sadar tulisan ini jauh dari sempurna,oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca merupakan salahsatu masukan untuk perbaikan tulisan ini. Jakarta 15 maret 2007 Penulis
Dendi suhenda
103
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yng berjudul “Supervisi sarana pendidikan sebagai penunjang kelancaran belajar mengajar di SMU Al-Hsara sawangan depok “;telah di di ujukan dalam sidang munaqasyah fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Syarifhidayatullah jakarta pada tanggal 5 Mei 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syrat untuk memperoleh gelar Sarjana program Strata 1 ( S1) pada jurusan kependidikan islam supervisi pendidikan Jakarta 2 mei 2007-07-2007 Sidang Munaqasyah Dekan/ Ketua merangkap Anggota
Pembantu Dekan 1/ Sekertaris merangkap anggota
Prof.Dr.Rosyada,MA Nip.150231356
Prof.Dr.H.Azis fahrurrozi,MA NIP 150202343 Anggota
Penguhi 1
Penguji 11
Dra.Yefnelty,Mpd
Drs.Rusdi jamil
104
105