PERAN KOMUNIKASI DI DALAM KELUARGA DAN DI SEKOLAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA LAMPUNG (STUDI PADA SISWA-SISWI SD NEGERI 1 WANA, SD NEGERI 3 WANA DAN SMP NEGERI 1 MELINTING KECAMATAN MELINTING KABUPATEN LAMPUNG TIMUR) (Skripsi)
Oleh WAHYU EKA SAFITRI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
ABSTRAK PERAN KOMUNIKASI DI DALAM KELUARGA DAN DI SEKOLAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA LAMPUNG (Studi pada Siswa-siswa SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting, Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur)
Oleh
WAHYU EKA SAFITRI
Melestarikan bahasa Lampung dapat dilakukan dengan cara mensosialisasikan bahasa Lampung kepada anak-anak. Saat ini bahasa Lampung merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa-siswi di seluruh daerah Lampung. Namun, sebelumnyaanak mendapat sosialisasi dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh peran komunikasi didalam keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung. Penelitian dilakukan dengan metode survei yang dilakukan pada 3 sekolah dengan 104 siswa sebagai responden. Dari hasil uji hipotesis adanya signifikasi terhadap dua variabel independent dan satu variabel dependent yang diteliti. Hasilnya (a) besar pengaruh komunikasi didalam keluarga dan di sekolah sebesar 68,9%. Sedangkan sisanya sebesar 31,1% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti. (b) secara bersama-sama peran komunikasi di dalam keluarga dan disekolah mengalami peningkatan, sehingga terjadi peningkatan dalam kemampuan berbahasa Lampung pada siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran komunikasi di keluarga dan di sekolah mempengaruhi kemampuan berbahasa Lampung yang tinggi. Kata Kunci : Peran di Keluarga, Peran di Sekolah, Kemampuan
ABSTRACT Communication Role in Family and School Against The Capability of Use Lampung Language (The Research on the students of SDN 1 Wana, SDN 3 Wana and SMP N1 Melinting)
By
WAHYU EKA SAFITRI
Keep Lampung language everlasting can be done by giving a few socializations to childrens. These days, Lampung language is a compulsory subject which is taught to students all over Lampung district. But, before the students get some socializations from school, they get some socializations first from family. This research aimed to explain the influence of communication role in family and school about the capability of use Lampung language. The research was done by Survey Method that was done to three schools with 104 students as the respondents. By the hypothesis result, there is a signification to two independent variables and one dependent variable which are observed. The result shows (a) the amount of communication influence in family and school is 68,9%. Whereas, the rest amounts 31,1% is the influence of another variable which is not observed (b) in together, the role of communication in the family and in school has increased, so there is increasing in Lampung language ability in students. Because of that, it can be concluded that the communication role in family and school affect the capability of use Lampung language is high. Keywords: Family Role, School Role, Ability
PERAN KOMUNIKASI DI DALAM KELUARGA DAN DI SEKOLAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA LAMPUNG (STUDI PADA SISWA-SISWI SD NEGERI 1 WANA, SD NEGERI 3 WANA DAN SMP NEGERI 1 MELINTING KECAMATAN MELINTING KABUPATEN LAMPUNG TIMUR)
Oleh WAHYU EKA SAFITRI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Wahyu Eka Safitri. Lahir di Lampung Timur, pada tanggal 02 April 1994, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Rukamto S. Pd dan Ibu Sugiyanti. Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Waringin Jaya yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Sribhawonopada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Sribhawono diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Melalui Jalur SNPTN (Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri) Undangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) pada Januari 2014 di Desa Wonorejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Kemudian pada September 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Sosial Provinsi Lampungselama 30 hari kerja.
MOTTO
“Katakan yang salah itu salah dan katakan yang benar itu benar, selama kita berkata kejujuran semua akan menjadi benar”
“Ketika sabar diterima menggunakan hati, bukan hanya menggunakan pikiran”
Persembahan Alhamdullilahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat, kemudahan dan karunia yang engkau berikan. Karya kecilku ini untuk orangorang terkasih didalam hidupku. Bapak dan Ibu tercinta Sebagai hadiah kecil atas perjuangan mereka yang telah membesarkan ku, merawatku dan mendidikku dengan penuh kasih dan sayang. Terimakasih atas do’a dan segalanya yang telah diberikan kepadaku. Semoga dengan ini dapat menjadi langkah awal untuk dapat membahagiakan mereka. Adikku Sebagai rasa penyemangatku, terimakasih adik yang selalu ceria memberi semangat untuk saya dan semoga adikku kelak bisa lebih dari saya. Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji Syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapaat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Komunikasi di dalam Keluarga dan di Sekolah Terhadap Kemampuan Berbahasa Lampung (Studi pada Siswa-Siswi SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur). Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, kuasa, ridho dan petunjuk serta kesehatan yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW, atas cahaya kebenaran yang disampaikan kepada kami. 2. Kepada Bapakku tercinta Bapak Rukamto S. Pd, pahlawan terhebat yang saya miliki yang senantiasa mendoakan bagi kesuksesan disetiap langkah
putra-putrinya, Terimakasih memberi semangat saat saya mulai lelah dan meyakinkan bahwa ketakuatan tidak akan membuat kita maju. 3. Terimakasih malaikat tak bersayapku, Ibu Sugiyanti tersayang yang tiada henti mencurahkan kasih dan sayangnya. Mendoakan keberhasilan putraputrinya, serta selalu mengajarkan kesabaran, kesederhanaan dan kekuatan dalam mengahadapi apapun. Terima kasih ya Allah karena telah memberikan kedua orang tua yang sangat hebat dan sangat luar biasa dalam hidupku, yang selalu berkorban segala sesuatunya kepada keluarga terlebih kepadaku, dan selalu mendukung harapan serta keinginan anakanaknya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat aku cintai. Amin 4. Kepada Adiku Muhammad Arkan Fauzi. Jadilah adik yang selalu menjadi kebanggaan keluarga. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan, kesehatan dan berkah dalam hidup. Terima kasih atas doa dan dukunganya sayang. Semoga kita bisa membahagiakan orang tua kita. Aamiin 5. Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 6. Ibu Dhanik S.Sos, M.Comn and Media St, selakau Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 7. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom. M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 8. Bapak Cahyono Eko Sugiharto, selaku dosen Dosen Pembimbing Akademik.
9. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikran dan juga memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingan yang sangat berharga, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih banyak ibu Nina. 10. Bapak Drs. Abdulsyani, M.IP selaku dosen pembahas. Terimakasih nasehat, motivasi, saran dan masukannya untuk saya. Insyallah saya akan menerapkan didalam kehidupan saya, sekali lagi terimakasih banyak pak. 11. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung terutama pada Jurusan Ilmu Komunikasi antara lain, Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, Pak Sarwoko, Pak Firman, Pak Agung, Pak Andy Chorry, Pak Rudi, Pak Riza, Ibu Ida, Ibu Tina, Ibu Bangun, Ibu Nanda, Ibu Ana, Ibu Andi Windah, Ibu Ibu Hestin yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis kelak dalam menghadapi dunia kerja. 12. Bapak Ariswanto selaku kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi sebagai responden dari SD Negeri 1 Wana. 13. Bapak Marjuki selaku kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi sebagai responden dari SD Negeri 3 Wana. 14. Bapak Wasis Andriyono selaku kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi sebagai responden dari SMP Negeri 1 Melinting. 15. Terimakasih Agung yang menjadi penyemangat hati serta tiada hentinya mendoakan yang terbaik untukku, memberikan motivasi agar selalu semangat, serta mengajarkanku bahwa kesabaran diterima menggunakan hati, karena yang bisa mengerti datangnya sabar adalah dari hati.
16. Sahabatku tercinta, tersayang Issa Juliana Pratiwi, Ninik Tri Ambarwati dan Yessy Tathyana. Aku sayang sama kalian, walau saat ini waktu bertemu kita mulai terbatas namun rasa sayangku kepada kalian insyallah tidak akan berkurang. Semoga kedepan kita semua bisa menjadi orangorang yang sukses, menggilanya dikurangi. “Persahabatan merupakan seleksi alam, siapa yang tidak kuat ia akan pergi”, kata ini yang selalu aku ingat. Terima kasih atas bantuan, saran, kritikan, dorongan dan motivasi kalian untuku selama ini. 17. Sahabatku Prita, Mifta, Rizka, Theresia, Linda, Nita, Wiwin dan Ricky. Terimakasih banyak atas bantuannya dan semoga kedepannya kita bisa menjadi lebih baik lagi. Semoga kita semua sukses kedepannya. Amin. 18. Teman-teman Komsebelas, Jaya selaku bapaknya anak-anak komunikasi 2011, Rizal, Imam, Sade, Aji Bagus, Manda, Calvien, Novian, Fajri, Aji Cahya, Riksa,Metal, Satya, Bobi, Dimas, Nanang, Sahid, Memeng, Ade, Fikri, Reza, Peppy, Ridho, Arif, Arief, Teddy, Prayoga, Sigit, Arya, Adiguna, Sakti, Fahri, Gusti, Gigih, Hestu, Arta, Duta, Dede, Akbar, Irwin, Ilman, Bowo, Riski, Bayu, Yazid, Fajar, Gunawan, Eko, Hamham, Alif, Amoy, Imel, Hana, Aprika, Meta, Shaela, Inka, Hilda, Ivona, Zee, Widya, Ani, Risky, Venta, Anggi, Okta, Dian Ertha, Fitri, Herdiani, Arum, Cita, Fadhila, Sartika, Adel, Uwi, Vio, Uti, Ageta, Amel, Ida Putri, Hesti, Dian Ayu, Ayu Tia, Pipit, Mayang, Fajriati, Linda, Devi, Wiwin, Nita centil, Hafifah, Nita, Noviatusa’adiah.
Mizani, Pije, Ami, Lidya, Malani, Khairunisa,
19. Teman-teman Asrama Menara Biru, Yessa Liliana, Vidya Ayu, Eri Rosalia, Oktarai KN, Rahma, Rani, Mira dan Devi. Terimakasih yang selalu mengibur dengan kegilaannya dan seketika heningpun hilang. 20. Kakak tingkat dan adik tingkat yang sudah memberikan saran dan masukan serta bantuan selama perkuliahan dan penyusunan skripsi, terima kasih. 21. Seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Ilmu Komunikasi terimakasih atas arahan dan bantuannya selama ini. 22. Semua pihak yang telah mendoakan saya dan memberikan arahan, pelajaran berharga baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan untuk semua apresiasinya terhadap saya, untuk simpatinya kepada saya siapapun itu saya ucapkan terima kasih banyak. Seluruh pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah SWT membalas seluruh ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi saya ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 29 Maret 2016 Penulis,
Wahyu Eka Safitri
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ..............................................................................
v
DAFTARGAMBAR...........................................................................
vii
I. PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang ......................................................................... Rumusan Masalah .................................................................. Tujuan Penelitian .................................................................... Kegunaan Penelitian.................................................................
1 8 8 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
11
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................ B. Tinjauan Tentang Komunikasi................................................. 1. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi.................................... 2. Tujuan Tentang Komunikasi Kelompok............................ 3. Tinjauan Tentang Komunikasi Dua Arah .......................... C. Tinjauan Tentang Komunikasi di dalam Keluarga .................. 1. Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga .................... 2. Komunikasi Kelompok di dalam Keluarga........................ 3. Tinjauan Komunikasi Informal .......................................... 4. Bentuk-bentuk Keluarga .................................................... D. Tinjauan Tentang Komunikasi di Sekolah............................... 1. Komunikasi Antarpribadi di Sekolah................................. 2. Komunikasi Kelompok di Sekolah .................................... 3. Komunikasi Formal............................................................ E. Tinjaua Tentang Sosialisasi Berbahasa Lampung.................... 1. Tinjauan Tentang Peran Keluarga ....................................... 2. Tinjauan Tentang Peran Sekolah......................................... F. Tinjauan Tentang Kemampuan Berbahasa Lampung .............. G. Tinjauan Tentang Teori............................................................ 1. Tinjauan Tentang Teori Fakta Sosial ................................. 2. Tinjauan Tentang Teori Akomodasi ..................................
10 11 11 12 12 13 14 14 15 16 18 18 19 20 22 22 23 25 26 26 28
H. Kerangka Pikir ......................................................................... I. Pengajuan Hipotesis .................................................................
35 41
III.METODELOGI PENELITIAN .................................................
42
A. B. C. D. E.
Tipe Penelitian ........................................................................ Metode Penelitian .................................................................... Definisi Konseptual.................................................................. Definisi Operasional ................................................................ Populasi dan Sampel ............................................................... 1. Populasi ............................................................................. 2. Sampel ............................................................................... Sumber Data ............................................................................ Teknik Pengumpulan Data ...................................................... Teknik Pengolahan Data ......................................................... Teknik Pemberian Skor ........................................................... Teknik Pengujian Instrumen ................................................... 1. Uji Validitas Kuesioner ..................................................... 2. Uji Reliabilitas Kuesioner ................................................. Teknik Analisis Data ............................................................... 1. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 2. Uji Normalitas.................................................................... Uji Hipotesis ........................................................................... 1. Pengujian Parsial (uji t)...................................................... 2. Uji Simultan (F) .................................................................
42 42 43 45 49 49 49 50 50 51 52 53 53 57 59 59 60 61 61 62
IV. GAMBARAN UMUM .................................................................
64
A. Sekolah Dasar Negeri 1 Wana ................................................. 1. Profil Sekolah.................................................................... 2. Bagan Struktur Organisasi Sekolah................................... B. Sekolah Dasar Negeri 3 Wana ................................................. 1. Profil Sekolah ..................................................................... 2. Bagan Struktur Organisasi Sekolah.................................... C. Sekolah Menengah Pertama ..................................................... 1. Profil Sekolah ..................................................................... 2. Bagan Struktur Organisasi .................................................
64 64 65 66 66 67 68 68 69
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
70
F. G. H. I. J.
K.
L.
A. B. C. D. E. F. G. H.
Hasil Penelitian ........................................................................ Karakteristik Responden Berdasarkan Identitas Responden.... Uji Validitas dan Relibialitas Instrumen .................................. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel X1................. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel X2................. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Y................... Analisis Data Berdasarkan Variabel......................................... Teknik Analisis Data ................................................................
70 70 74 79 85 88 98 104
I. J.
Uji Regresi Linier Berganda..................................................... Pembahasan ..............................................................................
108 115
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................119 A. Kesimpulam ............................................................................ 119 B. Saran ....................................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tinjauan Terdahulu .............................................................. Tabel 2.2 Jumlah Sampel ..................................................................... Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................ Tabel 3.2 Uji validitas variabel X1 ...................................................... Tabel 3.3 Uji validitas variabel X2 ...................................................... Tabel 3.4 Uji validitas variabel Y ........................................................ Tabel 4.1 Jumlah peserta didik SDN 1 Wana ...................................... Tabel 4.2 Jumlah peserta didik SDN 3 Wana ...................................... Tabel 4.3 Jumlah peserta didik SMPN1 Melinting.............................. Tabel 5.1 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin.................... Tabel 5.2 Identitas responden berdasarkan usia................................... Tabel 5.3 Orang tua beretnik Lampung ............................................... Tabel 5.4 Frekuensi penggunaan bahasa Lampung pada anggota keluaga Tabel 5.5 Uji validitas variabel X1 ...................................................... Tabel 5.6 Uji validitas variabel X2 ...................................................... Tabel 5.7 Uji validitas variabel Y ........................................................ Tabel 5.8 Uji reliabilitas....................................................................... Tabel 5.9 Pengajaran bahasa Lampung ayah dan ibu di dalam keluarga Tabel 5.10 Frekuensi penggunaan bahasa Lampung antara orang tua dengan anak ......................................................................... Tabel 5.11 Frekuensi penggunaan bahasa Lampung dalam kegiatan sehari-hari.......................................................................... Tabel 5.12 Penggunaan bahasa Lampung dalam keluarga batih ......... Tabel 5.13 Komunikasi guru dan teman menggunakan bahasa Lampung Tabel 5.14 Penggunaan bahasa Lampung di sekolah dalam komunikasi kelompok ....................................................... Tabel 5.15 Respon penggunaan bahasa Lampung dengan orangtua.... Tabel 5.16 Respon keinginan untuk mampu berbicara menggunakan bahasa Lampung................................................................ Tabel 5.17 Respon pernyataan paham isi percakapan dengan orangtua menggunakan bahasa Lampung ........................................ Tabel 5.18 Respon pernyataan paham isi percakapan dengan guru menggunakan bahasa Lampung ........................................ Tabel 5.19 Respon ketertarikan isi percakapan yang dilakukan antara siswa kepada Ayah, Ibu dan Guru..................................... Tabel 5.20 Respon antusias terhadap isi percakapan yang dilakukan dengan orangtua menggunakan bahasa Lampung ............
10 39 46 55 56 56 64 66 68 71 71 72 73 75 76 76 78 79 81 82 83 85 87 88 89 90 91 92 94
Tabel 5.21 Respon Timbulnya pembicaraan baru dalam percakapan.. Tabel 5.22 Respon frekuensi waktu orang tua didalam rumah ............ Tabel 5.23 Distribusi frekuensi jumlah skor variabel X1 .................... Tabel 5.24 Distribusi frekuensi jumlah skor variabel X2 .................... Tabel 5.25 Distribusi frekuensi jumlah skor variabel Y ...................... Tabel 5.26 Uji regresi linier berganda ................................................. Tabel 5.27 Koefisien Determinasi........................................................ Tabel 5.28 Hasil statistik uji T ............................................................. Tabel 5.29 Hasil statistik uji F .............................................................
95 96 99 101 103 108 111 113 114
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 4.1 4.2 4.3 5.1 5.2 5.3
Bagan Kerangka Pikir ...................................................................... Bagan Struktur Organisasi SDN 1 Wana .......................................... Bagan Struktur Organisasi SDN 3 Wana .......................................... Bagan Struktur Organisasi SMP N1 Melinting................................. Gambar Uji Normalitas X1-Y........................................................... Gambar Uji Normalitas X2-Y........................................................... Gambar Uji Normalitas X1,X2-Y .....................................................
Halaman 40 65 67 69 105 106 107
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi, dengan bahasa kita dapat mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Setiap etnik akan memiliki pemaknaan bahasa yang berbeda-beda. Pemaknaan bahasa yang berbeda akan menyebabkan misscommunication antara komunikator dan komunikan saat melakukan proses komunikasi. Di provinsi Lampung saat ini bahasa daerah Lampung belum menjadi bahasa utama dalam berkomunikasi sehari-hari, karena di daerah Lampung memiliki multi etnik. Selain etnik Lampung terdapat etnik Jawa, Bali, Sunda, Batak dan lain-lain, etnik Lampung saat ini menjadi minoritas sedangkan etnik Jawa menjadi mayoritas. Etnik Jawa memang cukup dominan di daerah Lampung namun hal tersebut tidak membuat budaya Jawa mendominasi etnik lain di daerah Lampung. Dengan beragamnya etnik yang ada di provinsi Lampung bahasa yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah Lampung menjadi bias bagi mereka. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung saat ini telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung nomor 8 Tahun 2008 tentang pemeliharaan Budayaan
2
Lampung. Perda tersebut menyebutkan bahwa bahasa dan aksara Lampung sebagai unsur kekayaan budaya wajib dikembangkan. Lampost.co/berita/dprdsegera-undang-disdik-bicarakan-mapel-bahasa-lampung. 22 September 2015 Maka bahasa Lampung dimasukan dalam pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah di Lampung. Pengenalan dan pembelajaran bahasa dan aksara Lampung dimulai dari sekolah dasar dan sekolah menengah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan yang dilakukan di daerah. Tidak hanya untuk siswa yang beretnis Lampung saja yang mempelajari bahasa daerah Lampung namun juga yang beretnis lain untuk belajar bahasa Lampung. Melestarikan bahasa daerah Lampung dapat dilakukan melalui proses pendidikan kepada siswa-siswi. Melalui sekolah akan memberikan pengaruh yang besar kepada anak sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Peraturan sekolah, otoritas guru, cara belajar, kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntunan sekolah yang cukup ketat akan memberikan segi-segi keindahan dan kesenangan belajar pada anak (Kartono, 2007:134). Proses pendidikan tersebut merupakan bentuk sosialisasi,sebelum siswa mendapat sosialisasi bahasa Lampung dari peran sekolah mereka terlebih dahulu mendapat sosialisasi dari peran keluarga. Proses sosialisasi didalam keluarga merupakan pendidikan pertama yang didapat oleh siswa. Peran keluarga terutama orang tua begitu penting untuk memberikan pengetahuan siswa terhadap bahasa daerah Lampung. Komunikasi yang dilakukan orang tua kepada siswa dapat dilakukan dengan menggunakan proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok.
3
Proses komunikasi antarpribadi antara orang tua dengan orang tua, orang tua dengan anak, dan antara anak dengan anak. Saat berkomunikasi sehari-hari di dalam keluarga dapat menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah Lampung maupun bahasa lainnya untuk saling berinteraksi. Sebagai orang tua memiliki peran penting dalam mendidik anak,seharusnya orang tua mengajarkan anakanaknya mengenai bahasa Lampung dengan baik agar dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Lampung. Komunikasi di dalam keluarga bersifat informal, informal disini adalah komunikasi yang dilakukan mengalir di luar rantai perintah formal lembaga. Selain peran dari keluarga, siswa memerlukan satu lingkungan sosial yang lebih luas berupa sekolah untuk dapat menambah pengetahuan dan potensi dari dalam diri siswa.Berbeda dengan peran komunikasi di dalam keluarga, di sekolah terdapat mata pelajaran bahasa Lampung dimasukan kedalam mata pelajaran muatan lokal untuk menambah pengetahuan dan kemampuan berbahasa Lampung melalui pendidikan. Mata pelajaran Bahasa Lampung diwajibkan untuk sekolah dasar hingga menengah, maka peran guru untuk menyampaikan materi kepada siswa-siswinya sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa daerah Lampung dan guru memegang kendali untuk mengatur siswa-siswi saat proses pembelajaran baik sebagai komunikator maupun komunikan. Terdapat peran komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dalam proses pembelajaran. Di kelas seorang guru menyampaikan pesan berupa materi pembelajaran kepada siswa, proses komunikasi tersebut akan efektif apabila guru dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa kemudian siswa tersebut dapat menerima pesan dan kemudian dapat mengungkapkan kembali pesan yang
4
telah diberikan oleh guru. Komunikasi antarpribadi antara guru dengan siswa dan antar siswa di dalam kelas. Komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang yang efektif dilakukan didalam kelas, karena antara komunikator dan komunikan dapat menerima umpan balik secara langsung. Selain perankomunikasi antarpribadi, terdapat komunikasi kelompok di dalam kelas yaitu seorang guru sebagai komunikator yang akan memberikan pesan berupa mata pelajaran bahasa Lampung kepada siswa memiliki peran penting untuk mengendalikan situasi di dalam kelas agar siswa dapat menerima pelajaran bahasa Lampung dan dapat menambah pengetahuan siswa terhadap bahasa Lampung. Siswa berperan sebagai komunikan di dalam kelas saat proses pembelajaran, komunikan dapat bersifat aktif dan bersifat pasif. Komunikan yang aktif apabila siswa yang dapat berkomunikasi secara langsung kepada guru menyampaikan maksud dan tujuan yang ingin ia sampaikan, siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru dan siswa dapat mensnyakan pertanyaan kepada gurunya. Proses komunikasi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dan antar siswa di dalam kelas,komunikasi yang terjadi bersifat formal yaitu dilakukan dalam lembaga formal, dilakukan dalam lingkup lembaga resmi, melalui jalur garis perintah, berdasarkan struktur lembaga, oleh pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas
lembaga
dengan
status
masing-masing,
dengan
tujuan
untuk
menyampaikan pesan yang berkaitan dengan kepentingan dinas dan dengan bentuk resmi yang berlaku pada lembaga resmi pada umumnya (Harjana, 2003:29).
5
Oleh karena itu penelitian ini guna mengetahui seberapa besar pengaruh dari peran komunikasi di dalam keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fakta sosial dan teori akomodasi. Teori Akomodasi yang disusun oleh Howard Giles, menjelaskan bagaimana dan mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita dengan perilaku komunikasi orang lain. Giles menyebut perilaku meniru ini dengan sebutan “konvergensi” atau menjadi satu, sedangkan lawannya adalah “divergensi” atau menjauh/terpisah yang terjadi jika pembicaraan mulai memperkuat perbedaan mereka. Selain
konvergensi
dan
divergensi
terdapat
akomodasi
berlebih
(overaccomodation) yaitu lebel yang diberikan kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan (Richard dan Turner, 2010:227). Cara beradaptasi baik konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebih dapat terjadi pada semua percakapan. Teori akomodasi komunikasi menyatakan bahwa persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat di dalam semua percakapan. Disini jelas bahwa dalam teori akomodasi menjelaskan bagaimana dan mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi, dari semua perilaku komunikasi melalui percakapan dapat menyebabkan konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebih. Baik komunikasi di dalam keluarga maupun komunikasi di sekolah yang mengajarkan bahasa Lampung kepada siswa akan memberikan pengaruh kepada siswa dan siswa akan menyesuaikan perilaku komunikasinya atau konvergensi.
6
Jika terjadi konvergensi antara orang tua dengan siswa atau guru dengan siswa maka akan dapat mendukung kemampuan berbahasa Lampung siswa. Teori Fakta Sosial menurut Marcel Mauce dan P. Fanconnet, pranata sosial mencangkup cara-cara bertingkahlaku dan bersikap yang tidak terbentuk dan yang telah ditemukan oleh individu di dalam pergaulan hidup dimana ia kemudian menjadi bagian daripadanya, sehingga, cara-cara bertingkahlaku dan bersikap yang
ditemukannya
itu
memaksanya
untuk
menurutinya
dan
untuk
mempertahankannya. Pernyataan Marcel Mauce ini mengandung arti bahwa fakta sosial itu bersifat eksternal terhadap individu.
Di keluarga dan di sekolah akan terdapat fakta penggunaan bahasa Lampung yang digunakan oleh komunikator dan komunikan, fakta penggunaan bahasa Lampung dalam kegiatan sehari-hari. Dari fakta yang ada di keluarga dan di sekolah maka ada peran komunikasi keluarga untuk menambah kemampuan berbahasa Lampung.
Peneliti memilih Sekolah Dasar Negeri hingga Sekolah Menengah Pertama dengan alasan bahwa di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertamasiswa mulai memandang semua peristiwa dengan obyektif. Fikiran siswa usia Sekolah Dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Siswa betul-betul ada dalam stadium belajar. Minat siswa pada periode Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertamatercurah pada segala sesuatu yang dinamis bergerak (Kartono, 2007:137-128). Siswa pada usia 10-14 tahun merupakan fase realisme kritis dan fase subyektif yaitu pengamatan anak bersifat realitas dan kritis dan
7
unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya (Kartono,2007:137). Didalam sekolah siswa akan mendapat pelajaran bahasa Lampung untuk dapat menambah kemampuan siswa berbahasa Lampung. Usia siswa 10-14 tahun ini mayoritas telah menduduki kelas 5 Sekolah Dasar hingga kelas 7 Sekolah Menengah Pertama. Populasi yang diambil adalah siswa-siswi SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting dengan jumlah 881 siswa. Adapun alasan pemilihan lokasi sampel didasarkan pada pertimbangan bahwa Kecamatan Melinting masyarakatnya heterogen terdapat etnik Lampung, Jawa Sunda, Banten dan lain-lain. Pada tahun 1990-an Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan Desa tradisional Wana sebagai salah satu objek pariwisata budaya. Daerah kecamatan Melinting merupakan daerah pedesaan yang masyarakatnya hidup berkelompok menurut etnik mereka. Berbeda dengan daerah perkotaan masyarakatnya terdiri berbagai macam etnik, kehidupan mereka yang individual dan menjujung tinggi kepentingan masing-masing. Kemudian karna masyarakat perkotaan terdiri dari berbagai macam etnik kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari dan bahasa daerah kususnya bahasa Lampung menjadi bias bagi mereka.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan diteliti yaitu “Seberapa besar pengaruh peran komunikasi di keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui besarnya pengaruh peran komunikasi di dalam keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur?
D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi atau acuan untuk mengembangkan penelitian sebelumnya serta menambah kajian pemikiran khususnya bagi pengembangan ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. 2. Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada tingkat strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.
9
2. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta perluasan pemahaman tentang pengaruh komunikasi didalam keluarga dan disekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung siswa-siswi Sekolah Dasar.
11
B.
Tinjauan Tentang Komunikasi
1.
Tujuan komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situs tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secra terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Everett M. Rogers (dalam Wiryanto, 35:2004) mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers adalah sebagai berikut: a) Arus pesan cenderung dua arah; b) Konteks komunikasinya dua arah; c) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi d) Kemampuan
mengatasi
tingkat
selektivitas,
terutama
selektivitas
keterpaan tinggi; e) Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat; f) Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. Komunikasi antarpribadi ini peling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Wiryanto, 36:2004).
12
Terkait dengan proses komunikasi di dalam keluarga terhadap kemampuan berbahasa daerah Lampung, tujuan dari komunikasi antarpribadi secara umum adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku komunikan sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator. Ketika komunikator yaitu orang tua memberikan pesan berupa pemahaman bahasa daerah Lampung kepada anak, maka saat anak dapat
menambah
kemampuan berbahasa
Lampungnya, sehingga
proses
komunikasi antarpribadi yang dilakukan orang tua dan anak dapat memberikan efek kognitif, efektif, dan konatif yang berkaitan dengan bahasa daerah Lampung.
2.
Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok
Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi diantara anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok ada sense of belong yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain (Rakhmat, 2012:139).
3.
Tinjauan Tentang Komunikasi Dua Arah
Menurut Supratiknya (2013: 38), salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita kirimkan benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana kita maksudkan adalah dengan mendapat umpan balik tentang akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh pesan tersebut dalam diri penerima. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang pengirim mengetahui bagaimana pesan yang
13
dikirimnya telah didekodifikasikan dan ditangkap oleh si penerima. Tanggapan penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk pesannya, supaya komunikasi menjadi lebih tepat. Komunikasi dua arah berlangsung, apabila pengirim cukup leluasa mendapatkan umpan balik tentang cara penerima menangkap pesan yang telah dikirimnya. Komunikasi dua arah yang terbuka semacam ini akan memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya sangat menolong mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerjasama yang efektif.
C. Tinjauan Tentang Komunikasi di Keluarga
Galvin dan Bromel (dalam Suciati, 2015:98), keluarga merupakan sekelompok manusia yang memiliki hubungan yang akrab yang mengembangkan rasa berumah tangga dan identitas kelompok, lengkap dengan ikatan yang kuat mengenai kesetiaan dan emosi, mengalami sejarah dan menatap masa depan. Komunikasi keluarga adalah proses komunikasi yang terjadi didalam keluarga untuk menciptakan hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Dengan proses komunikasi didalam keluarga, seorang anak belajar mengembangkan segala kemampuannya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak dalam menghadapi kehidupan pada tahapan pertamanya. Melalui pemahaman nilai kehidupan yang ditanamkan orang tua, kemampuan persepsi anak akan diarahkan secara khusus ke dalam bidang-bidang tertentu.
14
1.
Komunikasi Antarpribadi di Keluarga
Keluarga terdiri dari anggota-anggota keluarga yang saling berkomunikasi dalam hubungan intim. Oleh karenanya keluarga ini termasuk dalam kajian hubungan interpersonal atau antarpribadi karena melibatkan hubungan yang intens dalam pola komunikasinya (Suciati, 2015:98). Pesan yang disampaikan dalam komunikasi antarpribadi bersifat dua arah, sehingga komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang efektif dalam merubah pandangan, sikap dan perilaku komunikan. Komunikasi antarpribadi dalam keluarga dapat menciptakan hubungan yang baik antara anggota keluarga, orang tua dengan orang tua, orang tua dengan anak, dan anak dengan anak.
Penelitian ini menggunakan bentuk komunikasi antarpribadi karena di dalam keluarga
saat
anggota
keluarga
berinteraksi
menggunakan
komunikasi
antarpribadi baik antara orang tua dengan orang tua, orang tua dengan anak dan anak dengan anak. Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang sering terjadi di dalam keluarga. Proses komunikasi antarpribadi dapat dilakukan baik menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal. Penelitian ini melibatkan peran keluarga untuk menambah kemampuan berbahasa Lampung anak.
2.
Komunikasi Kelompok di Keluarga
Suapaya agregat menjadi kelompok, diperlukan kesadaran pada anggotaanggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi diantara anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai
15
dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok ada sense of belong yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain (Rakhmat, 2012:139).
3.
Komunikasi Informal
Komunikasi informal adalah komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya yang mengalir di luar rantai perintah formal lembaga. Komunikasi ke bawah disini maksudnya adalah komunikasi yang mengalir dari bagian atas lembaga ke bagian bawah lembaga yang dilakukan oleh pejabat atas (atasan) ke petugas bawah (bawahan), melalui rantai perintah resmi lembaga dari mata rantai paling atas dan mata rantai paling bawah. Sedangkan komunikasi ke atas adalah komunikasi dari bagian bawah, atau petugas bawah ke bagian atas lembaga atau pejabat atas yang dilakukan bawahan dan disampaikan ke atasan melalui rantai perintah resmi lembaga dari bawah ke atas (Harjana, 2003:35). Komunikasi itu tidak dilakukan orang secara resmi sebagai petugas berdasarkan jabatan yang dipegang, pangkat yang dipunyai, dan status dalam lembaga, tetapi sebagai manusia yang bekerja dalam lembaga. Bentuk yang diambil dalam komunikasi itu tidak tesmi yang berlaku dalam lembaga resmi dan cara-cara resmi.
Penelitian ini sosialisasi yang dilakukan orangtua kepada anak yang mengajarkan bahasa daerah Lampung di dalam keluarga merupakan bentuk komunikasi informal karena didalam proses komunikasi orangtua menyampaikan pesanberupa
16
pembelajaran bahasa Lampung kepada anaknya diluar rantai perintah formal lembaga. Komunikasi tidak dilakukan orang tua secara resmi sebagai petugas berdasarkan jabatan yang dipegang namun komunikasi dilakukan sebagai orangtua dan anak.
4.
Bentuk-bentuk Keluarga
Bentuk keluarga dapat dilihat dari jumlah anggota keluarga, yaitu keluarga batih dan keluarga luar dilihat dari sistem yang digunakan yaitu: keluarga pangkal dan keluarga gabungan. Sedangkan dilihat dari segi status individu dalam keluarga yaitu keluarga prokreasi dan keluarga orientasi (Wahyu dan Suhendi, 2000:5661), yaitu: a.
Keluarga Batih (Nuclear Family)
Keluarga batih adalah kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknyayang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga sendiri. Disebut keluarga conjugal yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. b.
Keluarga Luas (Extended Family)
Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan kata lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Sebutan keluarga yang diperluas digunakan bagi sistem yang masyarakatnya menginginkan generasi yang hidup dalam satu rumah tangga.
17
c.
Keluarga Pangkal (Steam Family)
Keluarga pangkal adalah jenis keluarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak paling tua. Keluarga pangkal ini banyak terdapat di Eropa zaman feodal pada tersebut anak-anak yang paling tua bertanggungjawab pada adik-adiknya yang perempuan sampai menikah begitu juga terhadap anak laki-laki yang lain dengan demikian pada keluarga ini memusatkan kekayaan pada satu orang. d.
Keluarga Gabungan (Joint Family)
Keluarga gabungan adalah keluarga yang terdiri dari orang-orang yang berhak atas milik keluarga, disini tekanannya pada keluarga laki-laki walau saudara lakilaki itu terpisah, mereka menganggap sebagai satu keluarga gabungan dan tetap menghormati kewajiban besarnya.
e.
Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi
Keluarga prokerasi adalah keluarga yang individunya merupakan orang tua. Adapun orientasi keluarga yang individunya merupakan dasar bagi terbentuknya suatu keturunan. Ikatan perkawinan merupakan dasar bagi terbentuknya suatu keluarga baru keluarga prokerasi sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Namun demikian, perkawinan ini tidak dengan sendirinya menjadi sarana bagi penerimaan anggota dalam keluarga asal orientasi. Peneliti melihat bahwa disetiap keluarga memilik bentuk keluarga yang berbedabeda, bentuk keluarga yang berbeda tersebut akan mempengaruhi sedikit banyak informasi yang didapat oleh anak. Bentuk keluarga yang efektif untuk
18
memberikan pembelajaran berbahasa Lampung terhadap kemampuan berbahasa Lampung di lingkup keluarga adalah keluarga batin, karena intensitas lebih dekat antara orangtua dan anaknya.
D. Tinjauan Tentang Komunikasi di Sekolah
Pengertian sekolah menurut Kamus Besar Indonesia, yaitu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatnya, ada sekolah dasar, sekolah lanjutan, dan sekolah tinggi). Sedangkan komunikasi menurut Everett M. Rogers (dalam Cangara, 2009:20) adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud mengubah tingkah laku mereka. Jadi, komunikasi di sekolah adalah proses pertukaran ide dialihkan dari sumber kepada satu atau lebih penerima, dengan maksud mengubah tngkah laku mereka, yang menjadi sumber adalah seorang guru dan penerima adalah siswa-siswi yang menerima pelajaran di dalam sekolah.
1.
Tinjauan Komunikasi Antarpribadi di Sekolah
Komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka, maka terjadilah kontak pribadi, pribadi anda menyentuh pribadi komunikan anda. Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika. Komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan. Komunikasi
antarpribadi
memiliki
keampuhan
dalam
mengubah
sikap,
kepercayaan, opini, dan perilaku komunikasi itulah, maka bentuk komunikasi
19
antarpribadi acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif (Effendy, 2003: 62). Kegiatan proses pembelajaran bahasa daerah Lampung di sekolah menggunakan pendekatan komunikasi antarpribadi merupakan salah satu keharusan yang dilakukan guru kepada siswanya, karena agar terjadi hubungan yang harmonis antara guru dan siswanya. Menggunakan komunikasi antarpribadi akan mendapat umpan balik secara langsung, maka akan terlihat kemapuan belajar yang didapat oleh anak selama proses pembelajaran bahasa Lampung. Siswa yang aktif apabila siswa tersebut dapat mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan dan dapat menjawab pertanyaan di dalam kelas. Peran guru sebagai komunikator menyampaikan pesan berupa mata pelajaran bahasa daerah Lampung kepada siswa akan mendapat umpan balik secara langsung, kemudian saat guru mengajarkan bahasa daerah Lampung guna menambah kemampuan berbahasa Lampung pada anak didalam kelas peneliti melihat guru menggunakan bentuk komunikasi antarpribadi berupa percakapan, dialog, sharing pengalaman hidup, wawancara, dan konseling saat proses pembelajaran.Selain komunikas antarpribadi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, terdapat komunikasi antarpribadi yang dilakukan sesama siswa.
2.
Tinjauan Komunikasi Kelompok di dalam Sekolah
Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Komunikasi kelompok (grop communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan komunikan yang jumlahnya lebih dari dua orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit,
20
bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil. Jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar (Effendy, 2000:75). Proses pembelajaran di dalam kelas, guru sebagai komunikator yang menyampaikan pesan berupa mata pelajaran bahasa Lampung kepada siswa sebagai komunikan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Guru didalam kelas dapat berperan sebagai komunikator maupun komunikan, namun guru memiliki wewenang memegang kendali didalam kelas. Penelitian ini termasuk komunikasi kelompok dikarenakan jumlah siswa didalam kelas terdiri lebih dari dua orang. Proses pertukaran informasi dilakukan secara tatap muka dan mendapatkan umpan balik secara langsung. Komunikasi terjadi secara dua arah yaitu dari komunikator kepada komunikan.
3.
Tinjauan Komunikasi Formal
Komunikasi formal dilakukan dalam lembaga formal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang dilakukan dalam lingkup lembaga resmi, melalui jalur garis perintah, berdasarkan struktur lembaga, oleh pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas
lembaga
dengan
status
masing-masing,
dengan
tujuan
untuk
menyampaikan pesan yang berkaitan dengan kepentingan dinas dan dengan bentuk resmi yang berlaku pada lembaga resmi pada umumnya (Harjana, 2003:29).
21
Sekolah merupakan lembaga resmi yang memiliki struktur lembaga, sekolah juga merupakan tempat dimana anak didik mendapatkan ilmu pengetahuan. Guru bahasa Lampung yang memiliki tugas untuk mengajarkan bahasa Lampung kepada anak untuk menambah kemampuan berbahasa Lampung. Penyampaian pesan guru kepada anak tersebut berupa mata pelajaran berkaitan dengan kepentingan dinas dan berbentuk resmi. Proses komunikasi yang berlangsung didalam kelas guru yang memegang kendali dalam proses komunikasi tersebut. Dengan pembelajaran disekolah anak disiapkan mampu melaksanakan tugas kewajiban yang baru. Untuk itu diperlukan bimbingan dan tuntunan formal (pendidikan). Penelitian melihat bahwa didalam sekolah komunikasi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas menggunakan komunikasi formal, karena sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan resmi yang memiliki struktur didalamnya. Guru mata pelajaran bahasa Lampung memiliki tugas untuk mengajarkan bahasa Lampung kepada siswa untuk menambah kemampuan berbahasa Lampung anak.
22
E. Tinjauan Tentang Sosialisasi Bahasa Lampung
Ritcher (1987 : 139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan,keterampilan dan sikap yang diperlakukannya agar dapatberfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagaipemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat.
1.
Tinjauan Tentang Peran Keluarga
Interaksi sosial yang berlangsung dalam keluarga tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena ada tujuan atau kebutuhan bersama antara ibu, ayah, dan anak. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai atau kebutuhan yang berbeda menyebabkan mereka sering berhubungan dan berinteraksi. Keinginan untuk berhubungan dan berinteraksi tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antara orang tua dan anak. Karena itulah komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti berlangsung dalam kehidupan keluarga sampai kapanpun.
Komunikasi keluarga harus memperhatikan etika komunikasi, sebab hanya dengan memperhatikan etika komunikasi itulah yang harmonis dapat dibangun dalam rangka mendidik anak dalam keluarga (Djamarah, 2004:4). Sosialisasi pertama kali yang didapat oleh anak adalah komunikasi di dalam keluarga, peran orang tua dalam mendidik anak akan mempengaruhi banyak sedikitnya informasi yang didapat oleh anak.
23
2.
Tinjauan Tentang Peran Sekolah
Perkembangan anak yang amat pesat pada usia sekolah, dan mengingan bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak, terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern, maka anak memerlukan suatu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas berupa sekolahan untuk mengembangkan semua potensinya. Disekolah hasil-hasil kebudayaan bangsa dan zamannya akan di transformasikan ataupun di transmisikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya, diharapkan agar anak bisa memberikan produk-produk kultural bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah (Kartono, 2007:133-135). Dengan pengajaran disekolah anak dipersiapkan mampu melaksanakan tugas kewajiban yang baru, khususnya dipersiapkan untuk tugas-tugas hidup yang cukup berat pada usia dewasa. Lembaga-lembaga persekolahan yang terutama sekali memikul tugas memberikan pendidikan formal kepada anak-anak. Sebab semua pendidikan dan pengajaran di sekolah ditujukan pada pemberian fasilitas bagi pengembangan segenap fungsi jasmani dan rohani anak-didik (Kartono, 2007:135). Terdapat teori Oswald Kroh (dalam Kartono, 2007:136) menyatakan adanya 4 periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak yaitu: 1. Periode sintese-fantastis, 7-8 tahun. Artinya segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan
24
fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali pada dongeng-dongeng, legenda, kisah-kisah, dan ceritera khayalan. 2. Periode relisme naif, 8-10 tahun. Anak
sudah
bisa
membedakan
bagian/onderdil,
tetapi
belum
mampu
menghubung-hubungkan satu dengan lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan konkrit. 3. Periode realisme-kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/ wawasan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa menghubungkan bagianbagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur. 4. Fase subyektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya. Masa ini dibatasi oleh gejala pubertas kedua (Trotzalter kedua, masa menentang kedua). Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung nomor 8 Tahun 2008 tentang pemeliharaan Budayaan Lampung. Perda tersebut menyebutkan bahwa bahasa dan aksara Lampung sebagai unsur kekayaan budaya wajib dikembangkan. Maka bahasa Lampung dimasukan dalam pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah di Lampung. Pengenalan dan pembelajaran bahasa dan aksara Lampung mulai jenjang kanak-kanak, sekolah
25
dasar dan sekolah menengah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan yang dilakukan di daerah. Peneliti memilih siswa-siswi dengan usia 10 tahun – 14 tahun dikarenakan Pengamatannya bersifat realistis dan kritis, unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dan kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya.
F. Tinjauan Tentang Kemampuan Berbahasa Lampung
Menurut Asshiddiqie (dalam Tubiyono 2010) bahasa lokal merupakan salah satu sarana pembentuk kekayaan budaya bangsa yang plural (majemuk) disamping kekayaan keragaman cara berpikir, keragaman adat, daan keragaman sistem hukum adat. Menurut Nasution, dkk Bahasa Lampung adalah bahasa daerah dan sebagai bahasa ibu bagi masyarakat di Provinsi Lampung. Bahasa Lampung dibagi menjadi dua yaitu Pepadun dan Saibatin. Perbedaan bahasa Lampung pada letak geografis. Bahasa Lampung dengan Dialek Nyo (Pepadun) adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Lampung di wilayah non pesisir. Adapun Bahasa Lampung Dialek Api (Saibatin) adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat pesisir.
26
G. Tinjauan Tentang Teori
1.
Tinjauan Tentang Teori Fakta Sosial
Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Barang besuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data rill diluar pemikiran manusia. Arti penting pernyataan Durkheim ini terletak pada usahanya untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melalui intropeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata sebagaimana orang berbicara barang sesuatu lainnya (Ritzer, 2010:14). Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam: 1) Dalam bentuk material. Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata (external world). Contohnya arsitektur dan norma hukum. 2) Dalam bentuk non material. Yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang bersifat internal subjective yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contohnya adalah egoisme, altruisme dan opini. Durkheim tidak menyatakan bahwa fakta sosial itu selalu berbentuk barang sesuatu yang nyata (material thing). Sebagian merupakan sesuatu yang dianggap sebagai barang sesuatu. Beberapa fakta sosial seperti arsitektur dan norma hukum
27
adalah merupakan barang sesuatu yang berbentuk materia. Alasannya karena dapat disimak dan diobservasi. Sedangkan fakta sosial yang lain seperti opini orang hanya dapat dinyatakan sebagai barang sesuatu, tidak dapat diraba. Adanya dalam kesadaran manusia. Kedua macam faktor sosial itu adalah sama-sama nyata (external) bagi individu dan berpengaruh terhadap mereka. Fakta sosial yang berbentuk material mudah dipahami. Norma hukum misalnya jelas merupakan barang sesuatu yang nyata ada dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. Begitu pula arsitektur, jelas dirancang oleh manusia, nyata baginya dan dapat dipengaruhinya. Istilah “nyata dan berpengaruh” (external and coercive) mempunyai makna yang berbeda tatkala Durkheim membicarakan fakta sosial non material. Istilah external and coercive itu mendapatkan makna yang lain daripada ketika ia membicarakan fakta sosial yang material. Fakta sosial non material diartikan sebagai barang sesuatu yang nyata dan berpengaruh. Dalam Ritzer (2010:18), secara garis besar fakta sosial terdiri dari dua tipe. Masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri dari atas: kelompk, kesatuan masyarakat tertentu (societis), sistem sosial, posisi, peran nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Menurut Marcel Mauce dan P. Fanconnet, pranata sosial mencangkup cara-cara bertingkahlaku dan bersikap yang tidak terbentuk dan yang telah ditemukan oleh individu di dalam pergaulan hidup dimana ia kemudian menjadi bagian daripadanya, sehingga, cara-cara bertingkahlaku dan bersikap yang ditemukannya itu memaksanya untuk menurutinya dan untuk mempertahankannya. Pernyataan Marcel Mauce ini mengandung arti bahwa fakta sosial itu bersifat eksternal
28
terhadap individu. Merupakan barang sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan adanya itu terpisah dari individu, serta mempengaruhinya (external and coercive) (Ritzer,2010:19).
Hubungan Teori dengan Penelitian Pernyataaan Marcel Mauce bahwa fakta sosial itu bersifat eksternal terhadap individu. Merupakan barang sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan adanya itu terpisah dari individu, serta mempengaruhinya. Di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah terdapat fakta penggunaan bahasa Lampung yang bisa mempengaruhi kemampuan berbahasa Lampung pada anak. Terdapat fakta orang tua menggunakan bahasa Lampung di dalam keluarga setiap melakukan komunikasi, di sekolah terdapat fakta penggunaan bahasa Lampung yang dilakukan saat pelajara bahasa Lampung, karena bahasa Lampung saat ini diwajibkan dan masuk pada mata pelajaran Muatan Lokal. Fakta-fakta yang ada akan mempengaruhi terhadap kemampuan berbahasa Lampung.
2.
Tinjuan Tentang Teori Akomodasi
Teori Akomomodasi Komunikasi (Communication Accommodation Theory) yang dikembangkan oleh Howard Giles. Sebelumnya dikenal sebagai Teori Akomodasi Wicara (Speech Accommodation Theory), tetapi kemudian konseptualisasikan secara lebih luas untuk mencangkup perilaku nonverbal). Teori Akomodasi Komunikasi berpijak pada premis bahwa kita pembicara berinteraksi, mereka menyesuikan pembicaraan, pola vokal, dan/atau tindak-tinduk mereka untuk mengakomodasi orang lain. Teori Akomodasi Komunikasi berawal pada tahun
29
1973, ketika Giles pertama kali memperkenalkan pemikiran mengenai model “mobilitas aksen,” yang didasarkan pada berbagai aksen yang dapat didngar dalam situasi wawancara. Banyak dari teori dan penelitian yang mengikuti tetap peka terhadap berbagai akomodasi komunikasi yang dilakukan di dalam percakapan di antara kelompok budaya yang beragam, termasuk orang lanjut usia,orang kulit berwarna, dan tunanetra. Teori ini dibahas dengan memperhatikan keberagaman budaya. Akomodassi
(accommodation)
didefinisikan
sebagai
kemampuan
untuk
menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur perilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain. Akomodasi biasanya dilakukan secara tidak sadar (Richard dan Turner, 2008: 217). Asumsi Teori Akomodasi Komunikasi Giles dan pendukungnya Teori Akmodasi Komunikasi lainnya akan tertarik dengan akomodasi yang terjadi, akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadaan personal, situasional dan budaya, beberapa asumsi dari Teori Akomodasi Komunikasi sebagai berikut: 1. Persamaan dan perbadaan berbicara dan perilaku terdapat didalam semua percakapan. 2. Cara dimana kita memersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana kita mengevalusai sebuah percakapan. 3. Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan keanggotaan kelompok.
30
4. Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian, dan norma mengarahkan proses akomodasi. Pertama, banyak prinsip Teori Akomodasi Komunikasi berpijak pada keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan diantara para komunikator dalam sebuah percakapan. Pengalaman-pengalaman dan latar belakang yang bervariasi akan menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain. Semakin mirip sikap dan keyakinan kita dengan orang lain, makin kita tertarik kepada dan mengakomodasi orang lain tersebut. persepsi
maupun
evaluasi.
Asumsi yang kedua, terletak baik pada
Akomodasi
Komunikasi
adalah
teori
yang
mementingkan bagaimana orang memersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan. Persepsi (perception) adalah proses memerhatikan dan menginterpretasikan pesan, sedangkan evaluasi (evaluation) merupakan proses menilai percakapan. Asumsi ketiga berkaitan dengan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Secara khusu bahasa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok diantara para komunikator dalam sebuah percakapan. Bahasa yang digunakan dalam percakapan, karenanya akan cenderung merefleksikan individu dengan status sosial yang lebih tinggi. Selain itu keanggotaan kelompok menjadi hal yang penting, karena sebagaimana dapat ditarik dari kutipan ini terdapat keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok yang dominan. Asumsi keempat, berfokus pada norma dan isu mengenai kepantasan sosial. Akomodasi dapat bervariasi dalam hal kepantasan sosial. Tentu saja, terdapat saat-saat mengakomodasi tidaklah pantas. Misalnya,
31
Melanie Booth-Butterfiled dan Felicia Jordan menemukan bahwa orang dari budaya yang termaginalisasi biasanya mengharapkan untuk mengadaptasi (mengakomodasi) orang lain. Teori Akomodasi Komunikasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan. Mereka mungkin menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama, mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, atau mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini diberi label konvergensi, divergensi, akomodasi berlebih. Proses pertama yang dihubungkan dengan Teori Akomodasi Komunikasi disebut konvergens. Giles, Nikolas Coupland dalam Richard dan Turner, mendefinisikan konvergensi (convergensi) sebagai “strategi dimana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain”. Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan berbicara, jeda, senyuman, tatapan mata, dan perilaku verbal dan nonverbal lainnya. Konvergensi merupakan proses yang selektif , kita tidak selalu memilih untuk menggunakan strategi konvergen dengan orang lain. Teori akomodasi komunikasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan. Mereka mungkin menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama, mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, atau mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini diberi lebel konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebihan.
32
1.
Konvergensi (Melebur Pandangan)
Gils, Nikolas Coupland, dan Justine Coupland dalam Richard dan Turner (2008:222), mendefinisikan konvergensi sebagai “strategi dimana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain”. Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan berbicara, jeda, senyuman, tatapan mata, dan prilaku verbal dan nonverbal lainnya. Konvergensi merupakan proses yang selektif, kita tidak selalu memilih untuk menggunakan strategi konvergen dengan orang lain. Ketika orang melakukan konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturan atau prilaku orang lainnya. Selain persepsi mengenai komunikasi orang lain, konvergensi juga didasarkan pada ketertarikan. Biasanya, ketika komunikator saling tertarik, mereka akan melakukan konvergensi dalam percakapan. Giles dan Smith (dalam Richard dan Turner, 2008: 223), percaya bahwa beberapa faktor memengaruhi lain,misalnya
kemungkinanakan
ketertarikan kita terhadap
interaksi
berikutnya
dengan
orang
pendengar,
kemampuan berbicara untuk berkomunikasi, dan perbedaan status antara kedua komunikator. 2.
Divergensi (Perbedaan)
Menurut Giles (dalam Richard dan Turner, 2008: 225), percaya bahwa pembicara pembicara menonjolkan perbedaan verbal dan nonverbal diantara diri mereka dan orang lain. Ia menyebut hal ini sebagai divergensi. Divergensi sangat berbeda dengan konvergensi dalam hal bahwa ini merupakan proses disosiasi. Divergensi adalah ketika tidak terdapat usaha untuk menunjukan ersamaan antara para
33
pembicara. Alasan-alasan divergensi dapat bervariasi. Pertama, divergensi merupakan satu cara bagi para anggota komunitas budaya yang berbeda untuk mempertahankan identitas sosial. Alasan kedua, kekuasaan dan perbedaan peranan dalam percakapan. Divergensi sering kali terjadi dalam percakapan ketika terdapat perbedaan kekuasaan diantara para komunikator dan ketika terdapat perbedaan peranan yang jelas dalam percakapan (dokter-pasien, orangtua-anak, dan seterusnya). Terakhir, divergensi cenderung terjadi karena lawan bicara dalam percakapan dipandang sebagai “anggota dari kelompok yang tidak diinginkan, dianggap memiliki sikap-sikap yang tidak menyenangkan, atau menunjukan penampilan yang jelek. 3.
Akomodasi Berlebihan
Menurut Zuengler dalam Richard dan Turner (2008: 227), akomodasi berlebih adalah label yang diberikan kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan. Istilah ini diberikan kepada orang yang walaupun bertindak berdasarkan niat yang baik, malah dianggap merendahkan. Akomodasi berlebih dapat terjadi dalam tiga bentuk: pertama, akomodasi berlebihan sensoris terjadi ketika seseorang pembicara beradaptasi secara berlebihan pada lawan bicaranya yang dianggap terbatas dalam hal tertentu. Batasan dalam hal ini merujuk pada keterbatasan linguistik atau fisik. Yaitu, pembicara mungkin yakin bahwa ia peka terhadap ketidakmampuan berbahasa seseorang atau terhadap kekurangan fisik seseorang tetapi terlalu berlebihan dalam melakukan akomodasi. Jenis akomodasi berlebihan yang kedua, akomodasi berlebihan ketergantungan yang terjadi ketika seseorang pembicara secara sadar atau tidak sadar
34
menempatkan pendengar dalam peranan status yang lebih rendah, dan pendengar dibuat tampak tergantung pada pembicara. Pendengar juga percaya bahwa pembicara mengendalikan percakapan untuk menunjukan status yang lebih tinggi. Akomodasi berlebih yang ketiga disebut akomodasi berllebih intergrup. Hal ini melibatkan para pembicara yang menempatkan pendengar kedalam kelompok tertentu, dan gagal untuk memperlakukan tiap orang sebagai seorang individu. Inti dari akomodasi berlebihan jenis ini adalah stereotip, dan dapat muncul dampak yang sangat parah. Walaupun mempertahankan identitas ras dan etnik merupakan hal yang penting, identitas individual juga sama pentingnya.
Hubungan teori akomodasi dengan penelitian
Teori Akomodasi Komunikasi yang menurut Giles dan pendukungnya tertarik dengan akomodasi yang terjadi, akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadaan peronal, situasional dan budaya, salah satu asumsinya bahawa “Persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat didalam semua percakapan”.Teori akomodasi komunikasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan. Mereka mungkin menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama, mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, atau mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini diberi lebel konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebihan.
Orang tua dan guru pengajar memberikan pelajaran bahasa Lampung untuk menambah kemampuan berbahasa Lampung pada siswa. Saat melakukan interaksi
35
orang tua dan guru menggunakan bahasa Lampung dalam percakapan dengan siswa akan terjadi proses konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebih. Jika terjadi konvergensi maka penggunaan dan pengajaran bahasa Lampung yang dilakukan oleh anggota keluarga dengan guru akan memiliki pengaruh terhadap kemampuan berbahasa Lampung, karenan siswa beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain.
H. Kerangka Pikir
Di provinsi Lampung saat ini bahasa daerah Lampung belum menjadi bahasa utama dalam berkomunikasi sehari-hari, karena di daerah Lampung memiliki multi etnik. Selain etnik Lampung terdapat etnik Jawa, Bali, Sunda, Batak dan lain-lain, etnik Lampung saat ini menjadi minoritas sedangkan etnik Jawa menjadi mayoritas. Etnik Jawa memang cukup dominan di daerah Lampung namun hal tersebut tidak membuat budaya Jawa mendominasi etnik lain di daerah Lampung. Dengan beragamnya etnik yang ada di provinsi Lampung bahasa yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah Lampung menjadi bias bagi mereka. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung saat ini telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung nomor 8 Tahun 2008 tentang pemeliharaan Budayaan Lampung. Perda tersebut menyebutkan bahwa bahasa dan aksara Lampung sebagai
unsur
kekayaan
budaya
wajib
dikembangkan
http://lampost.co/berita/dprd-segera-undang-disdik-bicarakan-mapel-bahasa-
.
36
lampung 22 September 2015. Maka bahasa Lampung dimasukkan dalam pelajaran Muatan Lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah di Lampung.
Melestarikan bahasa daerah Lampung dapat dilakukan melalui proses pendidikan kepada siswa-siswi. Melalui sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Proses pendidikan tersebut merupakan bentuk sosialisasi, maka dibutuhkan peran komunikasi di dalam keluarga dan peran komunikasi di sekolah. Proses sosialisasi didalam keluarga merupakan pendidikan pertama yang didapat oleh siswa. Komunikasi yang dilakukan orang tua kepada siswa dapat dilakukan dengan menggunakan proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dapat menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah Lampung dan bahasa non Lampung. Komunikasi yang dilakukan orang tua dengan anak bersifat informal, informal disini adalah komunikasi yang dilakukan mengalir di luar rantai perintah formal lembaga. Berbeda dengan peran komunikasi di dalam keluarga yang bersifat informal, di sekolah komunikasi yang terjadi bersifat formal yaitu dilakukan dalam lembaga formal, guru memegang kendali untuk mengatur siswa-siswi saat proses pembelajaran baik sebagai komunikator maupun komunikan. Pendidikan di sekolah diadakan mata pelajaran Bahasa Lampung dimasukan kedalam mata pelajaran muatan lokal untuk menambah pengetahuan dan kemampuan berbahasa Lampung melalui pendidikan. Mata pelajaran Bahasa Lampung diwajibkan untuk sekolah dasar hingga menengah, maka peran guru untuk menyampaikan materi
37
kepada siswa-siswinya sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa daerah Lampung. Di dalam proses pembelajaran terdapat komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan antarsiswa. Sedangkan komunikasi kelompok seorang guru yang menjadi komunikator menyampaikan pesan berupa materi bahasa Lampung dan siswa menjadi komunikan saat proses pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil prariset yang dilakukan oleh peneliti, bahwa terdapat peran komunikasi di dalam sekolah saat proses belajar mengajar. Terdapat proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dan antar siswa. Pembelajaran bahasa Lampung di sekolah menggunakan proses komunikasi antarpribadi saat pelajaran menjadikan pelajaran bahasa Lampung yang efektif, maksudnya adalah antara komunikator dan komunikan dapat mengetahui feedbacksecara langsung, apakah komunikan memahami pesan yang disampaikan komunikator dari percakapan yang dilakukan. Terdapat peran komunikasi kelompok saat proses pembelajaran bahasa Lampung, seorang guru berperan sebagai komunikator yang menyampaikan materi pelajaran kepada siswa-siswi yang jumlahnya lebih dari tiga orang yang sudah dapat disebut sebagai kelompok. Oleh karena itu penelitian ini guna mengetahui seberapa besar pengaruh dari peran komunikasi di dalam keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fakta sosialdan teori akomodasi. Teori fakta siosial menurut Marcel Mauce dan P. Fanconnet, pranata sosial mencangkup cara-cara bertingkahlaku dan
38
bersikap yang tidak terbentuk dan yang telah ditemukan oleh individu di dalam pergaulan hidup dimana ia kemudian menjadi bagian daripadanya, sehingga caracara bertingkahlaku dan bersikap yang ditemukannya itu memaksanya untuk menurutinya dan untuk mempertahankannya. Pernyataan Marcel Mauce ini mengandung arti bahwa fakta sosial itu bersifat eksternal terhadap individu. Merupakan barang sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan adanya itu terpisah dari individu, serta mempengaruhinya (external and coercive). Sedangkan teori akomodasi menjelaskan bagaimana dan mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi, dari semua perilaku komunikasi melalui percakapan dapat menyebabkan konvergensi, divergensi atau akomodasi berlebihan.Baik komunikasi di dalam keluarga maupun komunikasi di sekolah yang mengajarkan bahasa Lampung kepada siswa akan memberikan pengaruh kepada siswa dan siswa akan menyesuaikan perilaku komunikasinya atau konvergensi. Jika terjadi konvergensi antara orang tua dengan siswa atau guru dengan siswa maka akan dapat mendukung kemampuan berbahasa Lampung siswa. Peneliti memilih Sekolah Dasar dengan alasan bahwa di Sekolah Dasar siswa mulai memandang semua peristiwa dengan obyektif. Fikiran siswa usia Sekolah Dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Siswa betul-betul ada dalam stadium belajar. Usia siswa 10-14 tahun ini mayoritas telah menduduki kelas 5 Sekolah Dasar hingga kelas 7. Populasi yang diambil adalah siswa-siswi
39
SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Wana dengan jumlah 881 siswa dan terdapat 104 siswa yang berusia 10 tahun – 14 tahun. Tabel 2.2 Jumlah Sampel Nama Sekolah SD Negeri 1 Wana SD Negeri 3Wana SMP Negeri 1 Melinting Jumlah
Frekuensi 32 26 46 104
Adapun alasan pemilihan lokasi sampel didasarkan pada pertimbangan bahwa Kecamatan Melinting masyarakatnya heterogen terdapat etnik Lampung, Jawa Sunda, Banten dan lain-lain. Pada tahun 1990-an Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan Desa tradisional Wana sebagai salah satu objek pariwisata budaya. Daerah kecamatan Melinting merupakan daerah pedesaan yang masyarakatnya hidup berkelompok menurut etnik mereka. Berbeda dengan daerah perkotaan masyarakatnya terdiri berbagai macam etnik, kehidupan mereka yang individual dan menjujung tinggi kepentingan masing-masing. Kemudian karena masyarakat perkotaan terdiri dari berbagai macam etnik kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari dan bahasa daerah kususnya bahasa Lampung menjadi bias bagi mereka.
40
Variabel X1 Peran Komunikasi didalam Keluarga
Variabel X2 Peran Komunikasi di Sekolah
Teori Teori Fakta Sosial dan Teori Akomodasi
Variabel Y Kemampuan Berbahasa Lampung Siswa-siswi SDN 1 Wana, SDN 3 Wana dan SMPN1 Melinting
Gambar Bagan Kerangka Pikir 2.1
41
I. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Kesimpulan ini disebut dengan perumusan hipotesis. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh peran komunikasi di keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung.
2.
Hipotesis Penelitian (Ha) : Ada pengaruh peran komunikasi di keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung.
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian eksplanatif penelitian yang ingin mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan atau menjelaaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis (Kriyantono, 2006:55). Dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel peran komunikasi di keluarga dan disekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung pada siswa.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian melalui pendekatan kuantitatif dengan model survei yang bersifat eksplanatif asosiatif. Menurut Kriyanto (2006:59), jenis survey ini menggunakan angket sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari
43
sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik. Survei eksplanatif digunakan bila periset ingin mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Periset dituntut membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antarvariabel yang diteliti. Pada penelitian ini menggunakan survei eksplanatif asosiatif, bermaksud menjelaskan hubungan (korelasi) antarvariabel yaitu, seberapa besar pengaruh komunikasi di dalam keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung siswa-siswi SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur?
C. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan pemikiran dari konsep yang digunakan sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengoprasionalkan konsep tersebut di lapangan. Menurut
kerlinger,
Konsep
adalah
absraksi
yang
dibentuk
dengan
menggeneralisasikan hal–hal khusus (Rakhmat,2002 :12). Adapun definisi konsep pada penelitian ini adalah : 1.
Sosialisasi Bahasa Daerah Lampung
Ritcher JR (1987 : 139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat.
44
a. Peran Komunikasi Keluarga Peran komunikasi keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan sosialisasi bahasa Lampung. Komunikasi yang dilakukan orang tua dengan siswa di keluarga menggunakan bahasa Lampung untuk berkomunikasi akan mempengaruhi cara-cara bertingkahlaku dan bersikap yang ditemukannya itu memaksanya untuk menuruti dan untuk mempertahankannya. b. Peran Komunikasi di Sekolah Peran komunikasi yang dilakukan di sekolah antara guru dengan siswa dan antar siswa terdapat komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Saat berkomunikasi menggunakan bahasa Lampung akan mempengaruhi cara-cara bertingkahlaku dan bersikap yang ditemukannya itu memaksanya untuk menuruti dan untuk mempertahankannya. 2.
Kemampuan Berbahasa Lampung
Kemampuan berbahasa Lampung, seorang siswa mampu mengungkapkan apa yang ia ingin sampaikan kepada orang lain dan dapat menyesuaikan dalam meresponnya menggunakan bahasa Lampung saat berkomunikasi dan mampu memahami isi pesan yang disampaikan oleh orang lain.
45
D. Definisi Operasional
Definisi operasional memberi makna pada konstruk atau variabel dengan cara menetapkan aktivitas-aktivitas atau operasi yang di lakukan untuk mengukurnya (Bulaeng, 2004:60). Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1993:46). Sesuai dengan judul penelitian ini, maka terdapat tiga variabel yang diteliti yang terdiri dari variabel bebas (X1) pengaruh komunikasi keluarga, (X2) pengaruh komunikasi disekolah, dan variabel terikat kemampuan berbahasa sebagai variabel (Y).
42
Variabel Konsep
Dimensi
Indikator
Skala
1. Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu
1. Fakta anggota keluarga mengajarkan bahasa Lampung 2. Fakta KAP orang tua dengan anak menggunaan bahasa Lampung 3. Fakta penggunaan bahasa Lampung dalam kegiatan sehari-hari 4. Fakta penggunaan bahasa Lampung dalam komunikasi kelompok
Interval
Pertanyaan
Peran Komunikasi keluarga (X1) Komunikasi keluarga merupakan proses komunikasi yang terjadi didalam keluarga, menggunakan bahasa Lampung dalam proses komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok untuk menambah kemampuan baerbahasa Lampung pada anak.
1. Anggota keluarga mengajarkan bahasa Lampung? 2. Frekuensi penggunaan bahasa Lampung di rumah dengan anggota keluarga? 3. Penggunaan bahasa Lampung dalam kegiatan sehari-hari? 4. Pernahkah saat berkumpul dengan keluarga menggunakan bahasa Lampung? 5. Apakah saat berkumpul adik-adik mengerti dengan pembicaraan yang dilakukan oleh anggota keluarga menggunakan bahasa Lampung?
Komunikasi disekolah (X2)
46
43
Komunikasi 1. disekolah merupakan proses komunikasi yang dilakukan dilingkuangan sekolah untuk menambah kemampuan berbahasa Lampung.
Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu
1. Fakta KAP menggunaan bahasa Lampung di sekolah 2. Fakta komunikasi kelompok menggunakan bahasa Lampung di sekolah
Interval
1.
2.
3.
4.
Pernahkah adik-adik menggunakan
bahasa Lampung di sekolah dengan Guru? Pernahkah adik-adik menggunakan bahasa Lampung di sekolah dengan teman? Pernahkah saat ada tugas kelompok adik-adik menggunakan bahasa Lampung saat berdiskusi di kelas? Pernahkah adik-adik berbicara dengan guru saat pelajaran bahasa Lampung menggunakan bahasa Lampung?
Kemampuan berbahasa daerah Lampung anak (Y) Kemampuan berbahasa Lampung, seorang siswa mampu mengungkapkan apa yang ia ingin sampaikan kepada orang lain dan dapat menyesuaikan dalam meresponnya menggunakan bahasa Lampung saat berkomunikasi
1. Persamaan 1. Konvergensi dan perbadaan 2. Divergensi berbicara dan 3. Akomodasi perilaku berlebihan terdapat didalam semua percakapan.
Interval
1. Keinginan untuk bisa berbicara menggunakan bahasa Lampung? 2. Apakah adik-adik paham dengan isi percakapan yang dilakukan dengan orang tua menggunakan bahasa Lampung? 3. Apakah adik-adik menyukai isi percakapan yang dilakukan dengan orangtua dan guru menggunakan bahasa Lampung? 4. Apakah saat orangtua bercerita adikadik antusis ingin tahu cerita selengkapnya?
47
44
dan mampu memahami isi pesan yang disampaikan oleh orang lain.
5. Apakah saat guru bercerita adik-adik antusis ingin tahu cerita selengkapnya? 6. Apakah saat bercerita dengan orang tua timbul pembicaraan baru? 7. Apakah saat bercerita dengan guru timbul pembicaraan baru?
48
49
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Menurut Sugiyono (dalam Kriyantono, 2006: 153) populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 dan 6 dari SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan kelas 7 dari SMP Negeri 1 Melinting yang usianya 10-14 tahun dan orang tuanya beretnik Lampung. Jumlah siswa dari SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting berjumlah 881 siswa. 2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati (Kriyantono, 2006:153). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposif yaitu mencangkup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria pada penelitian ini adalah siswa-siswi yang berusia 10 tahun – 14 tahun dan orang tua yang beretnik Lampung. Dari kriteriakriteria yang di tetapkan oleh peneliti maka terdapat 104 siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini.
50
F. Sumber Data
Sumber data penelitian ini meliputi: 1. Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden dan wawancara yang dilakukan terhadap responden. 2. Data sekunder, merupakan data yang tidak di peroleh secara langsung melainkan berasal dari dokumen–dokumen atau data–data yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian ini dokumen berupa data-data jumlah siswa dari absensi kelas yang terdiri dari SD Negeri 1 Wana, SD Negeri 3 Wana dan SMP Negeri 1 Melinting.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik-teknik: 1. Kuesioner Data diperoleh dengan menyebarkan kouesioner yang berisikan daftar pertanyaan mengenai indikator–indikator penelitian yang telah di jabarkan dalam definisi operasional. Dalam penelitian ini kuesioner ditujukan pada sampel yang memenuhi kriteria yakni dengan batasan usia 10-14 tahun, orang tua yang beretnik Lampung baik bapak dan atau ibu yang beretnik Lampung.
51
2.
Kepustakaan
Data diperoeh dari buku–buku atau kepustakaan lainnya yang menjadi referensi penelitian. Penelitian ini mengguanakan buku-buku yang berhubungan dengan Teori Komunikasi, Sosiologi, Metode Penelitian, skripsi terdahulu dan profil desa Wana.
H. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik-teknik pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Editing Data yang diperoleh diperiksa dan dilakukan pengecekan kembali guna mengetahui apakah terdapat kekeliruan dalam mengisinya, apakah ada yang tidak lengkap dan tidak sesuai. Oleh Karena itu diharapkan akan diperoleh data yang valid dan reliable serta dapat dipertanggungjawabkan.
b. Coding Tahap mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden menurut jenis pertanyaan kuesioner dengan memberikan kode tertentu pada setiap jawaban. Setelah melakukan pengecekan terhadap pertanyaan-pertanyaan kemudian diberikan kode untuk masing-masing pertanyaan.
c. Tabulating Mengelompokkan jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur, lalu dihitung mana yang termasuk dalam kategori, kegiatan tersebut dilakukan sampai terwujud table-tabel yang berguna dan penting pada data kuantitatif.
52
I.
Teknik Pemberian Skor
Penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi dari individu atau kelompok tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini disebut variabel penelitian yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Jawaban dari setiap instrumen yang mengguakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ; selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk centang (checklist) ataupun pilihan ganda. Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor. Jawaban positif diberi nilai terbesar hingga jawaban negatif diberi nilai negatif (Sugiyono, 2012:136-139). Setiap pertanyaan dalam angket akan diberi lima alternatif jawaban yaitu A, B, C, D, dan E dengan skor jawaban menggunakan ukuran interval. Penentuan skor untuk masing–masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut: 1.
Alternatif jawaban A akan diberikan skor 5, yang menunjukan jawaban sangat tinggi / interval sangat tinggi.
2.
Alternatif jawaban B akan diberi skor 4, yang menunjukan jawaban yang tinggi / interval tinggi.
3.
Alternatif jawaban C akan diberi skor 3, yang menunjukan jawaban yang sedang / interval sedang.
4.
Alternatif jawaban D akan diberi skor 2, yang menunjukan jawaban yang rendah / interval rendah.
53
5.
Alternatif jawaban E akan diberi skor 1, yang menunjukan jawaban yang sangat rendah / interval sangat rendah.
Penelitian ini menggunakan skala pengukuran Likert. Skala likers digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang yang akan di ukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut digunakan sebagai acuan untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban untuk setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2008).
J.
Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas Kuesioner
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono,2010:172). Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, dimana menurut Sugiyono adalah dengan mengkorelasikan antar skor item instumen dalam satu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment. Cara pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor masing-masing pernyataan dengan skor total dibandingkan nilai kritis.
54
Rumus Korelasi Pearson Product Moment :
r=
{
(
(
) (
)
) }{
(
) }
Keterangan: r = Koefisien korelasi product moment N = Jumlah individu dalam sampel X = Jumlah skor untuk indikator x Y = Jumlah skor untuk indikator y XY = Jumlah perkalian item dengan total item Pengujian signifikasi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya adalah : √ −2
√1 −
t yang diperoleh dari perhitungan rumus di atas dibandingkan dengan t tabel dengan menentukan signifikasi uji dua pihak dan derajat kebebasan (n-2). Jika nilai t hitung > dari t tabel maka Ho di tolak (Kriyantono, 2006:177). Dalam pengukuran validitas instrument, penulis menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Excel.
Uji Validitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu instrumen dalam penelitian berupa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Penelitian ini menggunakan 23 pernyataan untuk variabel X1, 5 pertanyaan untuk variabel X2 dan 23 pernyataan untuk variabel Y. Valid atau tidaknya pernyataanpenyataan tersebut maka data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan cara manual dalam Microsoft Excel dan hasilnya disajikan dalam tabel sederhana.
55
1. Apabila r hitung > r tabel maka instrumen valid, jika sebaliknya maka instrumen tidak valid. 2. Apabila probabilitas (sig) < 0,5 maka instrumen valid, jika sebaliknya maka instrumen tidak valid. 3. r tabel = 0,1927 dengan taraf signifikasi 0,05 Berikut ini adalah hasil uji validitas pada masing-masing variabel penelitian.
Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Komunikasi di Keluarga. Item r hitung Pernyataan 0,556434 Pernyataan 1 0,739927 Pernyataan 2 0,49852 Pernyataan 3 0,427074 Pernyataan 4 0,501396 Pernyataan 5 0,62439 Pernyataan 6 0,730704 Pernyataan 7 0,571208 Pernyataan 8 0,650528 Pernyataan 9 0,777008 Pernyataan 10 0,551275 Pernyataan 11 0,543336 Pernyataan 12 0,605401 Pernyataan 13 0,715802 Pernyataan 14 0,74521 Pernyataan 15 0,692366 Pernyataan 16 0,739139 Pernyataan 17 0,782915 Pernyataan 18 0,656762 Pernyataan 19 0,591435 Pernyataan 20 Sumber : Kuesioner (2015)
r table
Kondisi
Kesimpulan
0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927
0,556434>0,1927 0,739927>0,1927 0,49852>0,1927 0,427074>0,1927 0,501396>0,1927 0,62439>0,1927 0,730704>0,1927 0,571208>0,1927 0,650528>0,1927 0,777008>0,1927 0,551275>0,1927 0,543336>0,1927 0,605401>0,1927 0,715802>0,1927 0,74521>0,1927 0,692366>0,1927 0,739139>0,1927 0,782915>0,1927 0,656762>0,1927 0,591435>0,1927
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan data pada tabel 3.2 dapat diketahui bahwa 21 item pernyataan yang diajukan mengenai variabel komunikasi di keluarga adalah 20 kuesioner valid dan 3 kuesioner false. Pada pernyataan yang tidak valid akan dilakukan penghapusan
56
pertanyaan oleh peneliti agar semua pernyataan menjadi valid. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel. Adapun perhitungan ini dilakukan dengan n = 104 pada taraf signifikasi 5%.
Tabel 3.3 Uji Validitas Komunikasi di Sekolah. Item r hitung Pernyataan 0,6455235 Pernyataan 1 0,798366 Pernyataan 2 0,758538 Pernyataan 3 0,80224 Pernyataan 4 0,345992 Pernyataan 5 Sumber : Kuesioner (2015)
r tabel
Kondisi
Kesimpulan
0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927
0,6455235>0,1927 0,798366>0,1927 0,758538>0,1927 0,80224>0,1927 0,345992>0,1927
Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan data pada tabel 3.3 dapat diketahui bahwa 5 pernyataan yang diajukan mengenai variabel komunikasi di sekolah adalah valid. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Adapun perhitungan ini dilakukan dengan n = 104 pada taraf signifikasi 5%.
Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Kemampuan Berbahasa Lampung Item Pernyataan Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Pernyataan 13
r hitung
r table
Kondisi
Kesimpulan
0,6296896 0,779105 0,412859 0,393768 0,475808 0,645781 0,650441 0,601401 0,518047 0,787421 0,494499 0,539607 0,638996
0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927
0,6296896>0,1927 0,779105>0,1927 0,412859>0,1927 0,393768>0,1927 0,475808>0,1927 0,645781>0,1927 0,650441>0,1927 0,601401>0,1927 0,518047>0,1927 0,787421>0,1927 0,494499>0,1927 0,539607>0,1927 0,638996>0,1927
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
57
0,622075 Pernyataan 14 0,696208 Pernyataan 15 0,694063 Pernyataan 16 0,614008 Pernyataan 17 0,39207 Pernyataan 18 0,217048 Pernyataan 19 0,626924 Pernyataan 20 0,57803 Pernyataan 21 0,19916 Pernyataan 22 0,262375 Pernyataan 23 Sumber : Kuesioner (2015)
0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927
0,622075>0,1927 0,696208>0,1927 0,694063>0,1927 0,614008>0,1927 0,39207>0,1927 0,217048>0,1927 0,626924>0,1927 0,57803>0,1927 0,19916>0,1927 0,262375>0,1927
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan data pada tabel 3.4 dapat diketahui bahwa 23 pernyataan yang diajukan mengenai variabel kemampuan berbahasa Lampung adalah valid. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Adapun perhitungan ini dilakukan dengan n = 104 pada taraf signifikasi 5%.
2.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,2006: 178). Reliabilitas menunjukan pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto,2006: 178). Untuk menguji tingkat reliabilitas dapat menggunakan rumus Cronbach’s Alphayaitu (Arikunto,2006: 195) =
−1
1−
∑
2
2
:
58
Dimana:
r11 k ∑
2
: Reliabilitas instrument : Banyaknya butiran pertanyaan : Jumlah varian butiran : Varian total
indeks reliabilitas diinterpretasikan dengan menggunakan tabel interpretasi r untuk menyimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup atau tidak reliabel.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kehandalan instrumen penelitian, yakni kuesioner. Hasil analisis instrumen untuk n (pernyataan) pada masingmasing variabel dimana kemudian hasil r alpha dapat diketahui setelah dikonsultasikan dengan Pedoman Interpretasi Koefisien Penentu (r) sebagai berikut : Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000 – 0,199 Sangat Lemah 0,200 – 0,399 Lemah 0,400 – 0,599 Cukup Kuat 0,600 – 0,799 Kuat 0,800 – 1,000 Sangat Kuat Sumber :Sugiyono (2010:183)
59
K. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Teknik analisi data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia (Sugiyono, 2011: 243). Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Angket ini disusun dengan skala likert, dimana menurut Sugiyono (2010: 132) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis linier berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2. Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis berganda. Penggunaan analisis regresi berganda karena pada penelitian ini memiliki 2 variabel independent. Berikut ini adalah persamaan regresi linier berganda yang digunakan: Y= a + b1X1 + b2X2 Dimana : Y : Kemampuan berbahasa Lampung X1 : Peran Komunikasi di dalam keluarga X2 : Peran Komunikasi di sekolah a : Konstanta b1 : Kofisien Regresi b2 : Kofisien Regresi Sugiyono (2007:211)
60
Metode yang menganalisis hubungan antara 2 variabel atau lebih yang dalam analisis ini adalah kemampuan berbahasa Lampung (Y) sebagai variabel terikat dan peran Komunikasi di dalam keluarga (X1), peran komunikasi di sekolah (X2) sebagai variabel bebas. Hasil regresi yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang diperoleh mempunyai pengaruh yang signifikqan atau tidak, baik secara simultan atau parsial dan mengetahui pula seberapa besar pengaruhnya.
2. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005) uji normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Maka regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk 1 garis diagonal. Jika distribusi data adalah
normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis normalnya.
61
L. Uji Hipotesis
1. Pengujian Parsial (Uji t)
Penelitian ini telah mengetahui tingkat signifikasi dari koefisien korelasi dengan menggunakan statistik Uji “t”. Menurut Sugiyono (2010:262) , Statistik inferensial digunakan untuk menguji taraf signifikasi misalnya uji T pada tabel T, Uji F pada tabel F. Statistik ini menggunakan rumus Uji “t” :
t:
√ √
Keterangan : t : Nilai t yang dihitung n : Jumlah anggota sampel r : koefisien korelasi
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat keabsahan (dk = n-2) kaidah keputusan : Jika
>
berarti valid, dan sebaliknya
: Jika
<
tidak valid
Menurut Sugiyono (2007), setelah diketahui standar error dari koefisien regresi dan harga T hit maka signifikasi koefisien regresi dapat diketahui atas dasar kriteria sebagai berikut:
62
Bila T hitung > T tabel dengan taraf signifikasi 5% maka koefisien regresi signifikan, berarti hipotesis diterima. Bila T hitung < T tabel dengan taraf signifikasi 5% maka koefisien regresi tidak signifikan, berarti hipotesis ditolak. Sampel penelitian ini berjumlah 104 orang dan dilihat pada tabel T, nilai T tabel pada sampel 104 orang dengan taraf signifikan 5% bernilai.
2. Uji Simultan (F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara bersamasama digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:
= (Sugiyono, 2005:219)
(1 −
²/ )( −
− 1)
Tahap-tahap pengujian dengan menggunakan uji F adalah sebagai berikut: a) Mengetahui hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho : b1=b2=0
Peran komunikasi didalam keluarga dan di sekolah tidak mempunyai pengauh yang positif terhadap kemampuan berbahasa Lampung
Ho : b1≠b2≠0
Peran komunikasi didalam keluarga dan di sekolah mempunyai pengauh yang positif terhadap kemampuan berbahasa Lampung
63
b) Pengambilan Keputusan Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada derajat kesalahan 5% (α = 0.05). Apabila nilai Fhitung ≥ dari nilai Ftabel, maka berarti variabel bebasnya secara serempak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat atau hipotesis pertama diterima. Penolakan hipotesis atas dasar signifikan pada taraf nyata 5% (taraf kepercayaan) dengan kriteria: a. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
IV. GAMBARAN UMUM & OBJEK PENELITIAN
A. Sekolah Dasar Negeri 1 Wana
1. Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri 1 Wana merupakan lembaga pendidikan dasar yang berlokasi di desa Wana, RT/RW 02, kelurahan Wana, kecamatan Wana, kabupaten Lampung Timur. SD Negeri 1Wana memiliki tanggal SK Izin Operasional 1910-01-01. Sekolah ini memiliki luas tanah 9 m2 . Adapun mengenai keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Wana kelas I hingga kelas VI untuk tahun pelajaran 2015/2016 dari tanggal 02 Oktober 2015 didapat data jumlah peserta didik sebanyak 310 siswa.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SD Negeri 1 Wana 2015 Jumlah Siswa Nama Kelas Wali Kelas Rombel L P Jumlah Kelas1/a Kelas 1 17 15 32 Yunita Tri Astuti JP Kelas 1/B Kelas 1 17 13 30 Ratna Megawati Kelas 2/a Kelas 2 21 11 32 Nuraini Kelas 2/b Kelas 2 13 12 25 Peprina Sari Kelas 3/a Kelas 3 13 19 32 Kasiyem Kelas 3/b Kelas 3 8 12 20 Asmi Mardianti Kelas 4/a Kelas 4 12 14 26 RahmaDiana Kelas 4/b Kelas 4 14 9 23 Lailani Kelas 5/a Kelas 5 14 12 26 Sri Purwantari Kelas 5/b Kelas 5 12 11 23 Munaiyah Kelas 6/a Kelas 6 12 9 21 Supriyatun Kelas 6/b Kelas 6 11 9 20 Sisyati Total 164 146 310
Sumber : Data Profil Sekolah Dasar Negeri 1 Wana (2015)
65
66
B. Sekolah Dasar Negeri 3 Wana
1.
Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri 3 Wana yang memiliki status Negeri dengan akreditasi sekolah B yang di kepalai oleh Bapak Marjuki S. Pd. SD Negeri 3 Wana didirikan pada tahun 1981. Sekolah ini menyelenggarakan proses belajar mengajar pada pagi dan siang hari. Sekolah Dasar Negeri 3 Wana terletak di desa Wana kecamatan Melinting kabupaten Lampung Timur. Adapun mengenai keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Wana kelas I hingga kelas VI untuk tahun pelajaran 2015/2006 menurut data rombongan belajar yaitu sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik SD Negeri 3 Wana 2015 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6
Jumlah Siswa 45 53 37 45 34 22
Sumber : Data Profil Sekolah Dasar Negeri 3 Wana (2015)
67
68
C. SMP Negeri 1 Melinting
1.
Profil Sekolah
SMP Negeri 1 Melinting merupakan lembaga pendidikan menengah pertama dengan status sekolah Negeri yang telah memiliki akreditasi B. Sekolah ini berlokasi di Jln. Pangeran Paksi desa Wana Kecamatan Wana. SMP Negeri 1 Melinting memiliki tanggal SK Izin Operasional Sekolah 1997-05-16. Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 1 Melinting 2015 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Rombel Kelas 7.1 Kelas 7.2 Kelas 7.3 Kelas 7.4 Kelas 8.1 Kelas 8.2 Kelas 8.3 Kelas 8.4 Kelas 9.1 Kelas 9.2 Kelas 9.3 Kelas 9.4
Kelas 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9
Total
L 18 18 16 19 11 12 11 9 14 10 12 14 176
Sumber : Data Profil SMP Negeri 1 Melinting (2015)
Jumlah Siswa P Jumlah 14 32 12 30 15 31 12 31 12 23 13 25 13 25 14 23 15 29 17 27 16 28 14 28 179 355
STRUKTUR ORGANISASI KEPALA SEKOLAH
KOMITE SEKOLAH
INSTANSI LAIN STAF TATA USAHA
KEPALA SEKOLAH
KESISWAAN
BK / BP
KELAS VII 1
PKN
KELAS VII2
AGAMA
KEPUSTAKAAN
PRAMUKA
KELAS VII3
PENDIDIKAN JASMANI
KELAS VII4
SBK
KURIKULUM
KELAS VIII 1
MTK
KELAS VIII 2
KELAS VIII 3
BAHASA
LAP. IPA
KELAS VIII 4
IPA
OSIS
6K
KELAS IX 1
B. INGGRIS
KELAS IX 2
IPS
KELAS IX 3
TERPADU
KELAS IX 4
MULOK
TINKOM
INDONESIA
BAGAN 4.3 STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 1 MELINTING Sumber : Profil Sekolah 69
VI. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah penulis jabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Besar pengaruh antara variabel peran komunikasi didalam keluarga dan di sekolah terhadap kemampuan berbahasa Lampung siswa sebesar 0,689 yang berada dalam kategori (0,600-0,799) yang berarti memiliki hubungan yang kuat, sedangkan sisanya 31,1% merupakan dari faktor-faktor lain, seperti adanya bahasa non Lampung. b. Secara bersama-sama, peran komunikasi di dalam keluarga dan di sekolah mengalami peningkatan, sehingga terjadi peningkatan dalam kemampuan berbahasa Lampung pada siswa.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu :
a. Peran komunikasi didalam keluarga lebih ditingkatkan dalam proses pembelajaran bahasa Lampung pada anak, agar anak tidak hanya terbiasa menggunakan bahasa Lampung saja.
120
b. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif diharapkan bagi peneliti selanjutnya menggunakan metode penelitian kualitatif agar data yang diperoleh lebih banyak dan merinci, sehingga dapat mengungkap fenomena baru dari berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa Lampung.
Daftar Pustaka
BUKU Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. Djamarah, S.B. 2004. Pola Kominikasi Orang tua dan Anak Dalam Keluarga : sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Cet. 1. Jakarta: Rineka Cipta. Edi Suyanto. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Yogyakarta. Ardana Media. Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya Effendy Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung Citra Aditya Bakti Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta. Profesional Book. Kartini, Kartono. 2007. Psikologi Anak. Bandung. Mandar Maju. Kriyantono, Rachmat. 2006. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. Jakarta. Kencana Prenada Media Group Morissan.2014.Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta. KENCANA Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Pesikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Richard,Turner. 2008. “Pengantar Teori Komunikasi Analisi dan Aplikasi”. Jakarta. Salemba Humanika. Ritzer George. 2010. “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Ruslan, Rosady. 2003. Metode penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Sosial. Jakarta; PT. Bumi Aksara. Suciati. 2015. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. Buku Litera Sugiyono, 2006, Teknik Penelitian, Yogyakarta : Pines. Supratiknya. 2013. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta. KANISIUS. Wahyu, Ramdani dan Handi Suhendi. 2000. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung. Pustaka Setia Widjaja, A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Gramedia Widiasarna Indonesia. Jakarta. 2004.Yaljan, Miqdad. 1999. Potret Rumah Tangga Islami. Solo. Pustaka Mantra.
Internet : http://lampost.co/berita/dprd-segera-undang-disdik-bicarakan-mapel-bahasalampung. 22 September 2015 http://junaidichaniago.wordpress.com