PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
(Skripsi)
Oleh: RITA LARAS PURNAMASARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
Rita Laras Purnamasari
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Oleh Rita Laras Purnamasari
Selama ini LKS fisika yang ada cenderung hanya menekankan kemampuan siswa pada aspek kognitif. Sementara Kurikulum 2013 yang diterapkan oleh pemerintah menekankan tiga aspek yang harus diajarkan kepada siswa, yakni afektif, kognitif, dan psikomotor. Pembelajaran yang mengintegrasikan ketiga aspek ini, perlu didukung dengan bahan ajar yang memuat instruksi pembelajaran sehingga mengarahkan siswa untuk menguasai ketiga aspek tersebut. Menindaklanjuti penerapan Kurikulum 2013, telah dikembangkan LKS Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan yang telah tervalidasi konstruk atau isi oleh para ahli, namun belum tervalidasi empirik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Lingkungan dalam pembelajaran, sehingga mampu dijadikan sebagai LKS alternatif untuk membelajarkan materi Perubahan Wujud Zat. Prosedur penelitian meliputi observasi penelitian untuk menentukan populasi dan sampel, serta pelaksanaan penelitian yang terdiri dari menyusun perangkat pembelajaran, i
Rita Laras Purnamasari
dan melaksanakan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Kebun Tebu Lampung Barat, dengan sampel penelitian kelas VII-A sebagai kelas kontrol yang menggunakan LKS Konvensional, dan kelas VII-B sebagai kelas eksperimen yang menggunakan LKS Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Lingkungan. Berdasarkan data hasil penelitian, selanjutnya diolah secara statistik dan matematis, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan terthadap hasil belajar siswa melalui model PBL serta hasil belajar siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan LKS konvensional. Kata kunci: LKS Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Lingkungan, LKS Konvensional, model PBL, hasil belajar.
ii
PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Oleh Rita Laras Purnamasari
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 iii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 27 September 1994, anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Toni Hisyam dan Ibu Yeni Suryani. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Tribudisyukur, Lampung Barat yang diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Darussalam, Lampung Selatan yang diselesaikan pada tahun 2009, dan masuk MAN 1 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) Universitas Lampung.
Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran dan Metodologi Penelitian Pendidikan pada tahun 2015/2016.
vii
MOTTO “Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.” (Ernest Newman)
“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri.” (Benyamin Franklin)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Muhammad Ali)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta Rosululloh Muhammad SAW sebagai motivator terbaik sepanjang masa. Penulis persembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti dan kasih cinta yang tulus dan mendalam kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta, Papa (Toni Hisyam) dan Mama (Yeni Suryani), yang selalu menjadi motivator terbaik untuk anak-anaknya, terima kasih untuk doa yang tidak pernah putus dan kasih sayang yang tidak pernah padam, terima kasih untuk semuanya.
2. Adik tersayang, Zaki Thaariq Aziz, yang selalu menjadi motivator untuk saudaranya, terima kasih untuk tetap berprestasi dan berakhlak mulia. 3. Para sahabat teman seperjuangan yang tulus menyayangiku, memberikan dukungan, dan semangat dalam berjuang untuk menyelesaikan studi ini. 4. Para pendidik yang kuhormati. 5. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
ix
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Lingkungan terhadap Hasil Belajar Siswa melalui Model Problem Based Learning (PBL)”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung. 4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I, atas kesabaran beliau dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. 5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun. 6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd, selaku Pembahas atas kesediaan dan keikhlasan beliau dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. x
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung. 8. Bapak Damanhuri, S.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kebun Tebu beserta staff yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah. 9. Ibu Elfi Yusilawati, S.Pd.I, selaku Guru Mitra dan peserta didik kelas VII SMPN 2 Kebun Tebu atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung. 10. Sahabat-sahabatku, Miftah Syifa’ul Husnah, Tiara HM, Diana Anjar Sari, Purti Rahayu Wulan Sari, dan Lusiana Shinta Dewi, semoga kita semua sukses dan terima kasih atas persahabatan yang indah selama ini. 11. Teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2012 A, Afriani, Apri, Asri, Desi, Desih, Diah, Dian, Fajria, Mas Indra, Izza, Isni, Nur, Wulan, Wahyu, Robby, Reza, Mahya, Fajar, Nina, Mala, Cidha, Pettri, Piki, Reni, Rio, Nanda, Kiki, Shelly, Sinta, Ummu, Wiwin, dan Yuni, terima kasih untuk kebersamaan dan diskusi belajarnya. 12. Teman-teman Program Studi Pendidikan Fisika B 2012, terima kasih atas dukungannya. 13. Nurfahmi Yusuf, terimakasih untuk waktu, perhatian dan motivasi yang tidak pernah putus, selalu siap membantu penulis dalam menyelesaikan studi S1 yang saya jalani. 14. Sahabat luar biasa di KKN-PPL Sukapura, Gusmi Alkafi, Rico Asfany, Cinditya Ayu Saputri, Nurma Akhmalia, Desi Marliana, Rahma, Anis
xi
Masruroh, Ayu Pratiwi, dan Wydia Tri Ningrum. Terima kasih telah bersedia berjuang senasib sepenanggungan bersama selama KKN. 15. Evana Nufadlillah dan Nikmaturrahmah, terimakasih atas persahabatan yang indah selama ini. Kalian selalu menjadi inspirasi untuk menjadi insan yang lebih baik. 16. Teman dan sahabat Adipati, pertemanan yang kita pupuk sejak SMA hingga sekarang, terima kasih selalu memberi tawa di setiap kebersamaan, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 17. Novia Anggraini, Ari Fiyanti, Rizkiara Exsa Narvinda, Sinta Yunia Ulfa, terima kasih untuk kebersamaannya menjadi teman dan saudara saat berada di Asrama Andika serta bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 18. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua, khususnya bagi pembaca.
Bandarlampung, Agustus 2016 Penulis,
Rita Laras Purnamasari
xii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... B. Rumusan Masalah ............................................................................. C. Tujuan Pengembangan....................................................................... D. Manfaat Pengembangan..................................................................... E. Ruang Lingkup Pengembangan .........................................................
1 4 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Lembar Kerja Siswa .................................................................... 2. Pendidikan Karakter .................................................................... 3. Jenis-jenis Nilai Karakter ............................................................. 4. Jenis-jenis Pendidikan Karakter ................................................... 5. Tujuan Pendidikan Karakter ......................................................... 6. Pendidikan Bermuatan Nilai Ketuhanan ..................................... 7. Karakter Nilai Kecintaan terhadap Lingkungan ........................... 8. Hasil Belajar ................................................................................ 9. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ............... B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... C. Anggapan Dasar ................................................................................. D. Hipotesis Penelitian ............................................................................
7 10 13 15 16 17 19 21 24 28 31 31
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ........................................................... D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... E. Instrumen Penelitian .............................................................................. F. Validitas Instrumen................................................................................ G. Analisis Data..........................................................................................
33 33 35 36 37 38 38
xiii
VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Observasi Penelitian.......................................................................... 2. Tahap Pelaksanaan ............................................................................ 3. N-Gain Penilaian Aspek Kognitif ..................................................... 4. Uji Normalitas................................................................................... 5. Uji Homogenitas ............................................................................... 6. Uji Beda ............................................................................................ 7. Perbandingan Matematis dan Perbandingan Kualitatif Hasil Belajar...................................................................................... B. Pembahasan 1. Hasil Belajar pada Ranah Afektif ..................................................... 2. Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ................................................... 3. Hasil Belajar pada Ranah Psikomotor............................................... 4. Nilai akhir..........................................................................................
43 44 45 45 46 47 48 51 56 60 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 64 B. Saran ....................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman
Ranah Kognitif ……….............. ………………………....................... Tahap-tahap pembelajaran N-Gain……….............. ………………...... Kriteria Interpretasi N-Gain................……………………………….... Perbandingan Matematis Hasil Belajar Siswa ... ................................... Interval Nilai Kriteria ........................................................................... Perolehan N-Gain .................................................................................. Uji Normalitas Data Hasil Belajar ......................................................... Uji Homogenitas Data Hasil Belajar...................................................... Uji Beda Data Hasil Belajar................................................................... Perbandingan Matematis Hasil Belajar Siswa .......................................
xv
23 28 39 41 42 45 46 47 47 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 29 2. Pretest Posttest Design ............................................................................ 34 3. Grafik Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotor serta Nilai Akhir Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................................................... 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Silabus .................................................................................................... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................................. 3. Kisi-kisi Instrumen dan Instrumen Penilaian Afektif ............................. 4. Kisi-kisi Instrumen dan Instrumen Penilaian Kognitif ........................... 5. Kisi-kisi Instrumen dan Instrumen Penilaian Psikomotor ...................... 6. Angket Validasi Instrumen ..................................................................... 7. Rekapiulasi Hasil Uji Analisis data menggunakan SPSS ....................... 8. Rekapitulasi Nilai Kelas Eksperimen ..................................................... 9. Rekapitulasi Nilai Kelas Kontrol ............................................................ 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian....................................... 11. Lembar Kerja Siswa (LKS) Bermuatan Nilai Ketuhanan Kecintaan terhadap Lingkungan dan Kunci Jawaban ..............................................
xvii
70 75 92 102 109 111 115 126 137 149 150
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memerlukan perhatian tersendiri dalam pembangunan nasional yaitu usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dijadikan modal utama pelaksanaan pembangunan. Pada kenyataannya kualitas SDM di Indonesia masih rendah, khususnya di bidang pendidikan.
Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa, karena hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses belajar yang diikuti dengan perubahan hasil belajar yang lebih baik. Hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat diamati dalam diri seseorang dan disebut kapabilitas (Gagne dan Briggs, 1992: 58).
Pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengutamakan dimensi-dimensi tujuan yang bersifat instrumental yang berkenaan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan dari pada aspek sikap. Hal ini karena kegiatan pembelajaran lebih banyak berkenaan dengan belajar akademik untuk penugasan bidang pengetahuan atau keterampilan tertentu. Selain itu, proses pembelajaran untuk mencapai aspek pengetahuan dan keterampilan lebih mudah diamati dan
2 diukur daripada aspek sikap. Akibatnya, dimensi-dimensi sikap (afektif) yang bersifat intrinsik dari tujuan pendidikan seringkali terabaikan dan hanya menjadi pelengkap dalam pendidikan.
Banyak usaha yang dilakukan pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan, salah satunya dengan mengimplementasikan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013 yang menekankan pada pembentukan karakter. Pembentukan karakter tersebut terdiri dari pembentukan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai karakter yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru mempunyai peranan penting dalam membantu upaya pemerintahan untuk mendidik para siswa agar memiliki karakter yang diharapkan. Adanya karakter siswa yang kurang baik yang sering ditemui, seperti tidak peduli terhadap lingkungan, kurangnya rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hormat tehadap guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, perlu diterapkannya pendidikan karakter dalam proses pembelajaran agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Beberapa nilai yang penting untuk ditanamkan pada diri siswa adalah nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Nilai ketuhanan dianggap penting untuk ditanamkan pada diri siswa karena dengan menanamkan nilai ketuhanan, maka diharapkan dapat membentuk karakter yang baik pada siswa. Ketika siswa mampu untuk menghargai dan menghayati ajaran agama
3 yang dianutnya, maka ia pun mampu untuk menjaga sikap atau kelakuannya. Selain itu, nilai kecintaan terhadap lingkungan juga penting untuk ditanamkan pada siswa dikarenakan lingkungan alam merupakan laboratorium dan juga sumber belajar yang paling besar. Alam merupakan sumber belajar yang tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi, dikembangkan, dan dijadikan media pembelajaran yang menarik bagi siswa, akan tetapi kita juga harus dapat berlaku bijak dalam memanfaatkan alam. Telah dikembangkan suatu produk pengembangan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan materi Perubahan Wujud Zat untuk siswa kelas VII SMP/MTs yang telah tervalidasi isi dan desainnya sebagai salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa akan penanaman nilai-nilai religius dan sosialnya tanpa mengesampingkan aspek kognitif dan psikomotornya (Tiara Apriyanti, 2014).
Hasil wawancara 16 Februari 2016 dengan guru IPA SMPN 2 Kebun Tebu Lampung Barat, maka diketatui bahwa nilai hasil belajar siswa belum seluruhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 7,00 hal ini karena guru masih mempertahankan metode ceramah dalam mengajar di kelas serta media yang digunakan masih sangat kurang.
Produk yang dikembangkan oleh Tiara Apriyanti (2014) baru dilakukan uji ahli, belum dilakukan uji lapangan, sehingga belum diketahui keefektifan penggunaannya terhadap siswa. Untuk menindaklanjuti hasil pengembangan tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan
4 LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan terhadap hasil belajar siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga terlihat keefektifan penggunaan LKS yang telah dikembangkan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan terhadap Hasil Belajar Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL)”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Adakah pengaruh penggunaan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan terhadap hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud zat siswa melalui model PBL?
2.
Manakah hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan dengan LKS konvensional pada materi Perubahan Wujud Zat melalui model PBL?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
5 1. Pengaruh penggunaan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan terhadap hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud zat siswa melalui model PBL. 2. Hasil belajar siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan LKS konvensional pada materi perubahan wujud zat melalui model PBL.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah : 1. Bagi peneliti, memberi wawasan, pengalaman, bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilih LKS yang menanamkan nilai karakter serta tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar siswa yang berbeda sehingga siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. 3. Bagi guru, dapat memberikan pengetahuan baru dan alternatif Lembar Keja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi sekolah,d apat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu dan perbaikan proses pembelajaran IPA Terpadu.
E. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMPN 2 Kebun Tebu Lampung Barat tahun pelajaran 2015/2016.
6 2. LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS bermuatan karakter yang merupakan produk pengembangan oleh Tiara Apriyanti (2014) dan nilai karakter yang dimaksud dalam penelitian LKS ini adalah nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. 3. Penilaian terhadap hasil belajar siswa dari aspek afektif (spiritual dan sosial), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan) bagi siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dan siswa yang menggunakan LKS konvensional. 4. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning yang mengorientasikan siswa pada masalah yang dipecahkan selama proses pembelajaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. Majid (2007: 176) yang menyatakan bahwa: LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, lembar kegiatan biasanya juga dilengkapi dengan petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran peserta didik akan belajar secara mandiri dan belajar memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis.
Berdasarkan kutipan di atas, LKS merupakan lembaran tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik yang dilengkapi dengan petunjukpetunjuk penyelesaiannya. LKS juga bermanfaat agar siswa dapat belajar
8 dengan lebih mandiri dan melatih kemampuan dengan soal-soal yang terdapat pada LKS. Tabatabai (2009: 1) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah atau instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian lain yang diungkapkan oleh Trianto (2010: 111) yaitu Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif ataupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Berdasarkan kutipan di atas, LKS berisi panduan untuk melakukan penyelidikan atau percobaan bagi siswa. LKS juga berisi soal-soal yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa melalui latihan soal-soal.
Tabatabai (2009: 2) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar LKS memiliki dua fungsi, yaitu:
9 (1) Sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktik ataupun di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya; (2) Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode “membelajarkan siswa” dengan kadar Student Active Learning (SAL) yang tinggi.
Berdasarkan kutipan di atas, fungsi LKS dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktik ataupun di luar kelas, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode “membelajarkan siswa”.
Penggunaan LKS dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan. Tujuan penggunaan LKS menurut Alfad (2010: 2) adalah: (1) Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik; (2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan; (3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan. Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan penggunaan LKS adalah untuk memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dengan mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran untuk mengecek tingkat pemahaman. Oleh sebab itu, dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan salah satu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-lembaran tugas yang harus diselesaikan oleh siswa serta berisi panduan untuk siswa melakukan percobaan dan penyelidikan suatu kasus.
10 2. Pendidikan Karakter Sebelum membahas mengenai makna dari pendidikan karakter, yang pertama dibahas mengenai makna atau definisi dari pendidikan itu sendiri. Terdapat banyak pakar pendidikan yang mengungkapkan definisi pendidikan.
Kemendiknas Balitbang (2010: 4) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga bermaksud untuk mempersiapkan generasi muda bangsa.
Natsir (2013:16) menyatakan bahwa: Pendidikan bukan sekedar melahirkan orang cerdas otak dan keahliannya, tetapi juga mulia kepribadian dan tindakannya. Idealnya pendidikan harus melahirkan orang yang terampil keahliannya, cerdas intelektualnya, dan mulia ahlaknya sehingga menjadi sosok insan kamil atau manusia paripurna sesuai dengan derajat kemanusiaannya yang fitri.
Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan bukan hanya untuk melahirkan orang-orang yang cerdas, tetapi juga memiliki kepribadian dan prilaku yang mulia.
Sementara itu, Susilo Bambang Yuhdoyono dalam Natsir (2013: 18) menyatakan bahwa pendidikan nasional bukan hanya memiliki sasaran dalam
11 pengembangan kecerdasan dan ilmu pengetahuan, tetapi juga moral, budi pekerti, watak, nilai, perilaku, mental, nilai, dan kepribadian yang tangguh, unggul, dan mulia, yang semuanya itu menyangkut karakter.
Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan nasional memiliki sasaran yang sangat luas, yang mencakup ilmu pengetahuan, serta moral dan juga menyangkut penanaman karakter.
Jadi berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpukan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi diri hingga memiliki pengetahuan yang luas, serta usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan moral dalam kehidupan.
Karakter telah menjadi bahasa Indonesia, yang semula dari bahasa Inggris (character) dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani, charassein yang artinya “mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan”, sehingga dalam makna terminologi, karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain (Dewantara, 2009: 87).
Berdasarkan kutipan di atas, karakter memiliki makna sebagai sesuatu yang menjdi ciri khas atau tanda khusus bagi setiap orang atau individu sehingga dapat menjadi pembeda antara setiap orang.
Sudewo dalam Natsir (2011: 13) menyatakan bahwa: Karakter artinya perilaku yang baik, yang membedakannya dari ‘tabiat’ yang dimaknai perilaku yang buruk. Karakter merupakan “kumpulan dari tingkah laku dari seorang manusia, tingkah laku ini merupakan
12 perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya mengemban amanah ataupun tanggung jawab”, sementara tabiat sebaiknya mengindikasikan “sejumlah perangai buruk seseorang”.
Berdasarkan kutipan di atas, karakter itu hanya terfokus pada perilaku yang baik, dan perilaku yang buruk disebut dengan tabiat. Karakter juga merupakan perwujudan dari peran serta tugas mengemban amanah dan tanggung jawab.
Natsir (2013: 11) mengatakan bahwa karakter merupakan niat baik dan kehormatan umum sebagai investasi berharga, meskipun mereka mungkin tidak menjadi kaya secara materi duniawi.
Pengertian lain menurut Tadkiratun (2008: 27) yaitu “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik”.
Berdasarkan kutipan tersebut, karakter mencakup pada sikap atau perilaku, motivasi, dan keterampilan. Semua itu mencakup hal-hal yang baik atau positif.
Pendidikan karakter menurut Doni Koesuma dalam Natsir (2013: 19) adalah Nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain,tanggung jawab pribadi, perasaan senasib, sependeritaan, pemecahan konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter.
13 Doni Koesuma dalam Natsir (2013: 19) juga menyatakan: Pendidikan karakter di sekolah, jika ingin efektif dan utuh mesti menyertakan tiga basis perencanaan atau desain dalam pemrograman, yaitu: (1) pendidikan karakter berbasis kelas; (2) pendidikan karakter berbasis kultur sekolah; (3) pendidikan karakter berbasis komunitas, yang bertumpu pada keterlibatan lembaga-lembaga keluarga, masyarakat, dan negara.
Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan karakter menyertakan tiga basis desain, yang mencakup pendidikan karakter berbasis kelas, pendidikan karakter berbasis kultur sekolah, dan pendidikan karakter berbasis komunitas.
3. Jenis-jenis Nilai Karakter Natsir (2013:12) menyatakan bahwa pendekatan dalam pendidikan karakter Six Pillar Mnemonics bersifat umum dan tidak mengecualikan siapapun, yakni berkaitan dengan program dan materi nilai-nilai etik yang tidak biasa menyangkut enam pilar karakter. Aspek yang berkaitan dengan karakter dalam menyangkut: (1) Trustworthhiness atau kepercayaan seperti kejujuran, tidak menipudan mencuri, terpercaya, melakukan apa yang ingin dikatakan atau konsisten, berani karena benar, membangun reputasi yang baik, dan kesetiaan dengan kelurga, teman, dan negara; (2) Respect atau menghormati seperti memperlakukan seseorang dengan hormat, mengikuti aturan emas atau golden rule, bersikaplah toleran dan menerima perbedaan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan; (3) Responsibility atau tanggung jawab, melakukan apa yang henda dilakukan kedepan, memiliki rencana, tekun dan terus mencoba, selalu melakukan yang terbaik; (4) Fairness atau keadilan seperti bermain sesuai aturan, bergiliran dan berbagi, bersikap terbuka dan mau mendengarkan orang lain; (5) Caring atau kepedulian, seperti berempati atau menyelami perasaan orang ain, penuh kasih dan menunjukkan kepedulian, bersyukur, dan membantu orang yang membutuhkan; (6) Citizenship atau Kewarganegaraan seperti mau berbagi untuk membuat sekolah dan membantu masyarakat yang lebih baik, bekerja sama, terlibat dalam urusan masyarakat, dan taat hukum serta aturan.
14 Berdasarkan kutipan di atas, aspek yang berkaitan dengan karakter meliputi: (1) Trustworthhiness atau kepercayaan; (2) Respect atau menghormati; (3) Responsibility atau tanggung jawab; (4) Fairness atau keadilan; (5) Caring atau kepedulian; (6) Citizenship atau kewarganegaraan.
Lickona (1992: 53) mengemukakan bahwa “Memiliki pengetahuan nilai moral itu tidak cukup untuk menjadi manusia berkarakter, nilai moral harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral". Hal ini diperlukan agar manusia mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilainilai kabajikan.
Berdasarkan kutipan di atas, pengetahuan akan nilai moral tidak cukup, tetapi untuk menjadi manusia yang berkarakter nilai moral harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral agar manusia dapat mengerjakan nilai-nilai yang baik dan positif.
Selain itu, Natsir (2013:63) juga mengemukakan bahwa: Nilai-nilai karakter dapat dikategoikan dalam dua aspek, yang pertama nilai-nilai dasar (basic values) dan nilai-nilai perilaku(behavior values). Nilai dasar yang melekat dengan pandangan hidup ialah iman dan taqwa, sementara nilai-nilai perilaku merupakan manifestasi dari nilai dasar itu, seperti perilaku jujur, baik, adil, amanah, arif, rasa malu, tanggung jawab, berani, disiplin, mandiri, kasih sayang, toleran, cinta tanah air dan cinta bangsa, dan sifat-sifat karakter yang baik lainnya.
Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan tadi, kunci pendidikan nasional terletak pada penanaman nila-nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Nilai-nilai tersebut di antaranya berupa:
15 a) Kecintaan terhadap Tuhan dan segala ciptaan-Nya (love allah, trust, reverence, loyalty). b) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness). c) Kejujuran/amanah dan arif (trustworthines, honesty, dan tactful). d) Hormat dan santun (respect, cuortesy, obedience). e) Dermawan, suka menolong dan gotong-royongkerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation). f) Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras I (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm). g) Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership). h) Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty). i) Toleransi, kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity).
4. Jenis-jenis Pendidikan Karakter Yahya (2010: 2) menyatakan bahwa ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu: (1) Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran Wahyu Tuhan (konservasi moral); (2) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa; (3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan); (4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis). Jenis pendidikan karakter ini menjadikan pendidikan senantiasa hidup di level individu, sosial, lingkungan, peradaban, dan agama. Keempat level ini
16 akan menyempurnakan dan melesatkan individu kejalur kemenangan dahsyat yang tidak diprediksi sebelumnya, karena mengalami kecepatan luar biasa dalam hidupnya.
5. Tujuan Pendidikan Karakter Mochtar Buchory dalam Natsir (2013: 15) menyatakan bahwa pendidikan dalam kaitan pembentukan karakter manusia memiliki tiga tujuan khusus. Pertama, agar peserta didik bisa menghidupi diri sendiri; kedua, agar peserta didik bisa bermanfaat lebih dengan menghidupi orang lain; ketiga, untuk memuliakan kehidupan.
Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 10) menyatakan bahwa ada lima tujuan pendidikan karakter, yaitu: (1) Mengembangkan potensi kalbu, nurani, afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; (3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; (4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; (5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
17 sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
6. Pendidikan Bermuatan Nilai Ketuhanan Pendidikan agama atau pendidikan berbasis agama sangatlah penting, lebih khusus untuk pendidikan karakter. Djamas (2009: 138) mengemukakan bahwa: Pendidikan agama merupakan proses transmisi pengetahuan yang diarahkan pada tumbuhnya penghayatan keagamaan yang akan memupuk kondisi ruhaniah yang mengandung keyakinan akan keberadaan Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, dengan segala ajaraan yang diturunkan melalui wahyu kepada Rosulnya, dan keykinan tersebut akan menjadi daya dorong bagi pengalaman ajaran agama dalam perilaku dan tindakan sehari-hari.
Suyanto (2006: 150) menyatakan bahwa salah satu tugas utama pendidikan ialah untuk membuat peserta didik atau masyarakat menjadi dewasa, mandiri, berwawasan, dan berbudaya luhur sesuai dengan nilai-nilai moral yang positif dan universal.
Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi spritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Foester (1869-1966). Menurut Foester dalam Elmubarok (2008: 105) menyatakan bahwa ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter yaitu: Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.
18 Berdasarkan pendapat ahli di atas maka disimpulkan karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman pribadi seseorang yang selalu berubah. Berdasarkan kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.
Megawangi dalam Elmubarok (2008: 111) mengatakan bahwa terdapat sembilan pilar yang diajarkan kepada anak, yaitu: (1) Cinta Tuhan dan kebenaran; (2) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3) Amanah; (4) Hormat dan santun; (5) Kasih sayang, kepedulian , dan kerjasama; (6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; (7) Keadilan dan kepemimpinan; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleransi.
Anshari dalam Yudianto (1974: 34) menyatakan bahwa manusia terbangun dari jasmani dan rohani. Rohani manusia tersusun dari faktor-faktor pikiran, perasaan, kemauan, dan intuisi. Akal pikiran dapat berperan untuk lebih mengkokohkan manusia mengenai agama yang dianutnya, yang awalnya diterima semata-mata didasarkan kepada iman. Sumber kebenaran adalah Tuhan melalui firman, kemudian pada bagian lainnya disebutkan pula bahwa: firman yang terdapat dalam Kitab Suci Al-Quran: “Kebenaran (yang mutlak) itu ialah kebenaran yang bersumber dari Rabb kamu. Janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu” (QS. Al-Baqarah: 147).
“Dan Dia menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (QS.Al-Jatsiyat:13).
19 Berdasarkan uraian di atas, pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah memberikan keuntungan kepada siswa, karena memberikan perlakuan yang positif sehingga membangun rasa percaya diri dan bertanggung jawab siswa sehingga tugas-tugas yang diberikan oleh guru dapat terselesaikan dengan baik tanpa rasa terbebani sedikit pun. Selain itu, dengan adanya pendidikan karakter disekolah, diharapkan mampu menghasilkan generasi yang tidak hanya pandai secara akademis, namun juga memiliki kepribadian yang baik.
7. Karakter Nilai Kecintaan terhadap Lingkungan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 (dalam Satriani 2012: 1), menyatakan bahwa: Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia ataupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan kutipan di atas, lingkungan adalah kesatuan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinterksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antarsesama manusia. Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
20 pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Hatimah (2008: 45-46) menyatakan bahwa: Pendidikan berbasis kemasyarakatan harus didasarkan pada hal-hal berikut ini: (1) Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik. (2) Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran. (3) Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik. (4) Masalah yang diangkat dalam pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan peserta didik. (5) Menekankan pada pembelajaran partisipasif yang berpusat pada peserta didik. (6) Menumbuhkan kerjasama di antara peserta didik. (7) Menumbuhkan kemandirian.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis kemasyarakatan harus didasarkan pada kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik, pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran, masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik, masalah yang diangkat dalam pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan peserta didik, penekanan pada pembelajaran partisipasif yang berpusat pada peserta didik, kerjasama di antara peserta didik, dan menumbuhkan kemandirian.
Sertain dalam Dalyono (2012: 133) menyatakan bahwa macam-macam lingkungan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Lingkungan alam/ luar (external or physical environment); (2) Lingkungan dalam (internal environment); dan (3) Lingkungan sosial dan masyarakat (social environment).” Lingkungan alam atau luar (external or physical environment), yaitu segala sesuatu yang ada dalam dunia yang bukan manusia, seperti rumah,
21 tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. Lingkungan dalam (internal environment) yaitu segala seuatu yang termasuk lingkungan alam. Lingkungan sosial atau masyarakat (social environment), yaitu semua orang lain yang mempengaruhi kehidupan kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman sekolah, dan sebagainya. Pengaruh yang tidak langsung misalnya melalui radio, televisi, membaca buku, majalah, dan sebagainya. 8. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah (2006: 105),yaitu bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil adalah hal-hal sebagai berikut: 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai, baik secara individual maupun kelompok.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Guru mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar, dan bagi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggalaman dan puncak proses belajar.
22 Sementara itu, Hamalik (2004: 31) menyatakan bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari suatu interaksi serta setelah melalui kegiatan pembelajaran. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan evaluasi hasil belajar. Hasil belajar merupakan proses dari seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif tetap. Berhasil tidaknya anak dalam belajar dapat dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya. Dalam perkembangannya, hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan guru dalam mengajar. Hal ini terlihat dari apa yang telah dicapai siswa, dan keberhasilan siswa dalam memahami dan mengerti konsep serta materi yang telah diajarkan oleh guru.
Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26) mengkategorikan hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu: 1. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. 2. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup. 3. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas. Berdasarkan uraian di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam aspek
23 afektif, kognitif, dan psikomotor yang diperoleh melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.
Hal ini juga senada dengan pernyataan Anderson dan Krathwhohl dalam Prawiradilaga (2009: 94), yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif, sehingga berpikir kognitiflah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan kemampuan. Kata kerja operasional Bloom direvisi oleh Aderson dan Kratwohl, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ranah Kognitif Ranah Kognitif 1 C1
Berpikir
Uraian
2 Mengingat
3 Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang
C2
Memahami
Membentuk arti dari pesan pembelajaran (isi): lisan, tulisan, grafik, atau gambar
C3
Mengaplikasi kan
Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu
Rincian 4 Memasangkan Membaca Mempelajari Menghapal Memilih Mencatat Menunjukkan Menyebutkan Mengulang Mengenali Menggambar Membilang Menjelaskan Menerangkan Membuat contoh Mengelompokkan Meringkas Meramalkan Membandingkan Menjelaskan Mengartikan Menafsirkan Memperkirakan Melaksanakan Mengembangkan Melatih Memproses
24 Ranah Kognitif 1
Berpikir
Uraian
2
3
C4
Menganalisis dan sintesis
Menjabarkan komponen atau struktur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan, dan seterusnya
C5
Mengevaluasi
Menyusun pertimbangan berdasarkan kriteria persyaratan khusus
C6
Mencipta
Menyusun, sesuatu hal yang baru, memodifikasi suatu model lama, menjadi suatu yang berbeda
Rincian 4 Menentukan Menggunakan Menyelidiki Mengadaptasi Melakukan Menggali Membedakan Menyusun kembali Memadukan Membagankan Mendeteksi Memecahkan Mendiagnosis Menelaah Mengaitkan Menguraikan Menyeleksi Merinci Mengkorelasikan Mendiagramkan Mengecek Mengkritik Membuktikan Memutuskan Menafsirkan Mengetes Menilai Mengukur Membenarkan Menyalahkan Mengarahkan Menguji Menghasilkan Merencanakan Membentuk Merancang Mengatur Membentuk Memproduksi Menampilkan Mengkreasikan Menggabungkan
9. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada saat ini. Model
25 pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran, kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Beberapa definisi tentang PBL (Trianto, 2007): 1. Duch (1995)menyatakan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”. Bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. 2. Arends (2000) menyatakan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembengkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya. 3. Glazae (2001) menyatakan bahwa mengemukakan PBL merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai PBL dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
26 Arends dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah a. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. d. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. e. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. 2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu. 3. Penyelidikan autentik (nyata) Dalam penyelidikan, siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengambangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. 4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
27 Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. 5. Kolaboratif Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antarsiswa. Karakteristik PBL menurut Tan dalam Amir (2010) di antaranya: 1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. 2. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang. 3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk, solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya. 4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. 5. Sangat mengutamakan belajar mandiri. 6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. 7. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.
Tahap-tahap Pembelajaran PBL, dapat dirangkum dalam Tabel 2.
28 Tabel 2 Tahap-tahap Pembelajaran PBL Tahapan Pembelajaran Tahap 1 Orientasi peserta didik pada masalah
Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu ataupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Kegiatan Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Guru membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.
B. Kerangka Pemikiran Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya penggunaan media Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS dapat menyajikan kemampuan pengalaman yang kongkret bagi siswa karenapeserta didik dapat belajar lebih aktif dan dapat meningkatkan frekuensi belajarnya dengan banyaknya tugas yang harus dikerjakan. Pada penelitian ini, peneliti memilih menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan pada materi Perubahan Wujud Zat sebagai media pembelajaran. Penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini
29 adalah LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, variabel terikatnya adalah hasil belajar, dan variabel moderatornya adalah model PBL. Untuk mendapatkan yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap varibel terikat, maka dapat dijelaskan dengan kerangka pemikiran seperti pada Gambar 1.
X1
Y1
M X2
Y2
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan: X1 : LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan (kelas eksperimen) X1 : LKS konvensional atau LKS yang digunakan disekolah (kelas kontrol) M : Model PBL Y1 : Hasil belajar siswa menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan Y2 : Hasil belajar siswa menggunakan LKS konvensional Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengunaan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan terhadap hasil belajar siswa melalui model PBL. Pada penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberikan perlakuan menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. LKS yang di dalamnya memuat rangkuman materi pelajaran, petunjuk umum pencarian konsep dan kegiatan percobaan sederhana, soal latihan, dan
30 evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran, khususnya dalam penguasaan konsep. Memiliki instruksi yang mampu meningkatkan kemampuan afektif, tanpa mengesampingkan kemampuan kognitif dan psikomotor siswa.
Sementara itu, kelas kontrol merupakan kelas yang diberikan perlakuan menggunakan LKS konvensional atau LKS yang digunakan di sekolah, LKS yang di dalamnya memuat rangkuman materi pelajaran dan soal latihan atau evaluasi yang dibuat berdasarkan pendekatan tertentu sehingga cukup sesuai digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam penguasaan konsep. Memiliki instruksi yang terfokus pada kemampuan kognitif dan psikomotor tanpa menyinggung aspek afektif siswa. Proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model PBL, baik dikelas kontrol maupun dikelas eksperimen. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada saat ini. Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran, kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Setelah pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol guru memberikan soal pretest dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif. Tahap selanjutnya adalah memberikan angket penilaian sikap melalui penilaian diri sendiri dan teman sejawat pada kedua kelas untuk mengetahui aspek afektif siswa. Penilaian aspek psikomotor dilakukan dengan angket yang diisi oleh guru sebagai observer. Pengaruh penggunaan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan ini diukur
31 dengan cara membandingkan perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini memiliki anggapan dasar sebagai berikut: 1. Kemampuan awal siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen pada ranah kognitif dianggap sama. oleh karena itu, dilakukan pretest terhadap aspek kognitif. 2. Semua siswa kelas memperoleh materi yang sama sesuai Kurikulum 2013. 3. Aspek lain yang diperhitungkan dalam mengetahui hasil belajar siswa adalah aspek afektif dan psikomotor. 4. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang mengorientasikan siswa pada masalah yang akan dipecahkan selama proses pembelajaran.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran yang relevan, serta anggapan dasar yang telah diuraikan, maka rumusan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut: Hipotesis pertama: H0: Terdapat pengaruh LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan terhadap hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud zat siswa melalui model PBL
32 H1: Tidak terdapat pengaruh LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan terhadap hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud zat siswa melalui model PBL Hipotesis kedua: H0 : Hasil belajar siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang menggunakan LKS konvensional pada materi perubahan wujud zat melalui model PBL H1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan lebih rendah daripada hasil belajar siswa yang menggunakan LKS konvensional pada materi perubahan wujud zat melalui model PBL
33
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kebun Tebu Lampung Barat yang terdistribusi dalam tiga kelas. Pada penelitian ini, ada dua kelas yang diambil sebagai sampel dengan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya lebih representatif (Sugiyono, 2012). Pada teknik ini dipilih dua kelas sebagai sampel yang memiliki kemampuan hampir sama, satu kelas sebagai kelas kontrol dengan menggunakan LKS konvensional dan satu kelas yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu (quassi eksperimental), yaitu dengan memberi perlakuan terhadap situasi atau kondisi eksperimen yang ada, namun tidak memberikan pengendalian secara penuh terhadap faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi eksperimen.
34 2. Desain Penelitian a. Penilaian Afektif Penilaian afektif dilakukan dengan menggunakan angket dengan teknik penilaian diri dan teman sejawat, yang diambil nilai rata-rata antara nilai penilaian diri dan penilaian sejawat.
ℎ
+
=
2
b. Penilaian Kognitif Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Pretest Posttest Design (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan kondisi kelas yang heterogen. Setiap kelas diberikan pretest dan posttest yang sama, kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan LKS yang digunakan di sekolah tersebut (konvensional), kemudian hasilnya dibandingkan. Secara umum desain penelitian ini seperti pada Gambar 2. Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
I
O1
X
O2
II
O1
C
O2
Gambar 2. Pretest Posttest Design Keterangan: I : Kelompok eksperimen II : Kelompok kontrol
35 O1 O2 X C
: Pretest pada kelas eksperimen : Posttest pada kelas eksperimen : Perlakuan atau treatment dengan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan : Perlakuan atau treatment dengan LKS konvensional (Sugiyono, 2012)
Dalam desain penelitian ini, kelompok eksperimen adalah satu kelas terpilih yang mendapatkan perlakuan menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. c. Penilaian Psikomotor Penilaian psikomotor dilakukan dengan menggunakan angket dengan teknik observasi yang dilakukan langsung oleh guru. d. Penilaian Hasil Akhir Berdasarkan penilaian Kurikulum 2013, hasil akhir dalam suatu pembelajaran dirumuskan sebagai berikut: ℎ
= ( . 60%) + ( . 40% )
Keterangan: K = nilai kognitif P = nilai psikomotor
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Langkah-langkah pada penelitian ini adalah: 1. Observasi penelitian a. Meminta izin kepada Kepala SMP Negeri 2 Kebun Tebu Lampung Barat untuk melaksanakan penelitian. b. Bersama guru mitra menentukan populasi dan sampel penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.
36 2. Pelaksanaan penelitian a. Tahap persiapan dilakukan dengan menyusun perangkat pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan pembelajaran: 1) Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di masing-masing kelas dengan menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan pada kelas eksperimen, dan menggunakan LKS konvensional pada kelas kontrol. 3) Melaksanakan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4) Melakukan tabulasi dan analisis data. 5) Menarik kesimpulan.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian Data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data hasil belajar siswa yang terdiri dari: a. Penilaian aspek afektif yang diperoleh dari angket. b. Penilaian aspek kognitif yang diperoleh dari nilai pretest yang dilakukan diawal pembelajaran dan posttest yang di akhir pembelajaran. c. Penilaian aspek psikomotor yang diperoleh dari angket.
37 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar, yaitu: a. Aspek afektif menggunakan angket penilaian diri dan penilaian teman sejawat. b. Aspek kognitif menggunakan tes. c. Aspek psikomotor menggunakan angket observasi yang dilakukan langsung oleh guru.
E. Instrumen Penelitian a. Instrumen penilaian aspek afektif berupa angket: 1. Kelas kontrol terdiri dari 15 pernyataan yang dinilai menggunakan teknik penilaian diri dan penilaian teman sejawat berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah afektif berdasarkan LKS konvensional. 2. Kelas eksperimen terdiri dari 15 pernyataan yang dinilai menggunakan teknik penilaian diri dan penilaian teman sejawat berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah afektif berdasarkan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan. b. Instrumen penilain aspek kognitif adalah instrumen tes hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud zat, yang terdiri dari 10 soal pilihan jamak dan dua soal essay berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah kognitif.
38 c. Instrumen penilaian aspek psikomotor berupa angket terdiri dari empat pernyataan yang dinilai menggunakan teknik observasi berdasarkan kisikisi instrumen penilaian pada ranah psikomotor.
F. Validitas Instrumen Jihad (2013: 179) mengatakan bahwa: Validitas isi dan kontruk dilakukan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji. Perangkat pembelajaran yang divalidasi, yaitu RPP, LKS, serta Instrumen penilaian pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor oleh Dosen Pembahas sebagai validator. G. Analisis Data 1. N-Gain Analisis hasil belajar pada dilakukan aspek kognitif yang menggunakan nilai pretest dan posttest, sehingga digunakan analisis N-Gain. Gain merupakan selisih data yang diperoleh dari pretest dan posttest. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan postest dari kedua kelas. Rumus N-Gain menurut Meltzer dalam Laraswati (2009) adalah: N-Gain =
Kriteria interpretasi N-gain yang dikemukakan oleh Hake dalam Laraswati (2009) seperti pada Tabel 3.
39 Tabel 3. Kriteria Interpretasi N-Gain N-Gain N-Gain > 0,7 0,3 < N-Gain < 0,7 N-Gain < 0,3
Kriteria Interpretasi Tinggi Sedang Rendah
2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan secara manual menggunakan Uji Chi Kuadrat (x2) atau menggunakan uji normalitas dalam aplikasi IBM SPSS 21 untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji normalitasnya adalah data nilai siswa dalam ranah afektif, kognitif, serta psikomotor dari Kelas VII-A dan VII-B. a. Rumusan Hipotesis H0 : data berdistribusi normal H1 : data tidak berdistribusi tidak normal b. Kriteria uji Data berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05, atau terima H0 jika sig. > 0,05.
3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar siswa dari dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji Homogenitas dilakukan secara manual menggunakan Kolmogorof Smirnof (uji F) atau menggunakan uji Homogenitas Levene dalam aplikasi IBM SPSS 21. Data yang diuji normalitasnya adalah data nilai siswa dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dari kelas VII-A dan VII-B.
40 a. Rumusan Hipotesis H0 :
=
(data hasil belajar siswa memiliki varians yang
≠
(data hasil belajar siswa memiliki varians yang tidak
homogen) H1 :
homogen) b. Kriteria uji Kedua data akan homogen jika signifikansi > 0,05 atau terima Ho jika signifikan > 0,05.
4. Uji Beda Jika kedua data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2005). Salah satu uji parametrik adalah uji-t yang dilakukan secara manual, ataupun menggunakan aplikasi IBM SPSS 21. Untuk data sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, uji beda menggunakan uji non parametrik. Salah satu uji non parametrik adalah uji Mann-Whitney yang dilakukan secara manual ataupun menggunakan aplikasi IBM SPSS 21.
a. Rumusan hipotesis Ho :
=
(rata-rata nilai hasil belajar siswa yang menggunakan
LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan LKS konvensional) Ha :
≠
(rata-rata nilai hasil belajar siswa yang menggunakan
LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap
41 lingkungan tidak sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan LKS konvensional) b. Uji-t Uji-t yang digunakan untuk melakukan uji beda menggunakan dua sampel bebas, artinya kedua sampel tidak memiliki ketergantungan satu sama lain. c. Uji Mann-Whitney Uji Mann-Whitney yang digunakan untuk melakukan uji beda menggunakan dua sampel bebas, artinya kedua sampel tidak memiliki ketergantungan satu sama lain. d. Kriteria uji Ho diterima jika sig. < 0,05 dan sebaliknya, atau kedua data memiliki perbedaan jika signifikansi kurang dari 0,05.
5. Perbandingan Matematis Hasil Belajar Siswa Perbandingan matematis hasil belajar siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan dengan LKS konvensional adalah dengan mengkonversi nilai ke rentang 1 - 4, lalu membandingkan kedua rata-rata nilai tersebut. Perbandingan rata-rata nilai akhir siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan Matematis Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Eksperimen
Nilai Akhir 76,32 85,62
100 3,05 3,42
4
Perbandingan 3,05 : 3,42
42 6. Nilai Kualitatatif Hasil Belajar Siswa Berdasarkan peraturan Kurikulum 2013 mengenai bobot penilaian siswa secara kualitatif, hasil belajar siswa pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotor, diperoleh dari total nilai yang siswa peroleh dengan rentang nilai 0 - 4, dengan mengacu pada Tabel 5. Tabel 5 Interval Nilai Kriteria Predikat A AB+ B BC+ C CD+ D
Kognitif 3,66 – 4,00 3,33 – 3,66 3,00 – 3,33 2,66 – 3,00 2,33 – 2,66 2,00 – 2,33 1,66 – 2,00 1,33 – 1.66 1,00 – 1,33 0,00 – 1,00
Kriteria Aspek Psikomotor 3,66 – 4,00 3,33 – 3,66 3,00 – 3,33 2,66 – 3,00 2,33 – 2,66 2,00 – 2,33 1,66 – 2,00 1,33 – 1.66 1,00 – 1,33 0,00 – 1,00
Afektif Sangat Baik (SB) Baik (B)
Cukup (C) Kurang (K)
Sumber: Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Rata-rata nilai akhir belajar siswa ditentukan dari nilai kognitif (60%) dan nilai psikomotor (40%) serta nilai afektif yang terpisah dari nilai kognitif dan psikomotor.
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan terhadap hasil belajar siswa melalui model PBL 2. Hasil belajar siswa yang menggunakan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan LKS konvensional yang ditinjau dari hasil belajar pada ranah afektif, kognitif, dan nilai akhir hasil belajar siswa.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan agar: 1. LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dapat digunakan dalam pembelajaran materi Perubahan Wujud Zat, karena LKS ini telah melalui proses validasi isi dan konstruk dari para ahli dan validasi empirik yang telah diujicobakan ke lapangan dengan cara membandingkan hasil belajar siswa dengan LKS konvensional yang diterbitkan oleh pemerintah.
65 2. Perlu dikembangkan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan lingkungan untuk materi fisika yang lain, sehingga tidak hanya materi Perubahan Wujud Zat yang mendapatkan perlakuan khusus dalam pembelajaran dengan menggunakan LKS ini. 3. Penilaian aspek afektif hendaknya dilakukan berulang agar siswa mendapat pembelajaran afektif secara kontinu, sehingga dapat memperlihatkan hasil yang signifikan antara sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran.
66
DAFTAR PUSTAKA
Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://haritsah. ifastnet.com/home/38/50-lks.html. Al-Qur’an Terjemahan. 2009. Bandung : CV Diponegoro. Amir, M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada. Andersen, Lorin. W. 1980. Penilaian Afektif. Jakarta: Diknas. Anggreini. 2013. Pengaruh Penerapan Bahan Ajar Fisika Bermuatan Nilai-nilai Karakter pada Konsep Listrik Dinamis dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pillar Of Physics Education. Vol. 5, 41-48. Apriyanti, Tiara. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan. Skripsi Pendidikan Fisika Universitas Lampung (Tidak Diterbitkan). Bandarlampung: Universitas Lampung. Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dewantara, Ki Hadjar. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamas, Nurhyati. 2009. Dinamika Pendidikan Indonesia Pascamerdeka. Jakarta: Rajawali Press. Elmubarok, Zalim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Gagne, R. M., dan L.J. Bringgs. 1992. Principles Of Instructional Design. 4th Edition. San Diego. Brace Janovonich Collage Publisher. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
67
Hatimah, Lhat. 2008. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka. Ilmiwan, Bahril. 2013. Pengaruh Penerapan Bahan Ajar Bermuatan Nilai-nilai Karakter dalam Model Pembelajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pillar Of Physics Education. Vol. 2, 153 – 160. Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Budaya Bangsa. Jakarta: Kemendiknas. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo. Laraswati, A. 2009. Hubungan antara Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa melalui Teknik Pembelajaran Tipe Talking Chips pada Materi Pencemaran Tanah. Skripsi FPMIPA (Tidak Diterbitkan). Bandung: UPI. Lickona, Thomas. 1992. Moral Development and Behaviour: theory, research, and social issues. New York: State University Of New York. Majid, A. 2007. Perencanaan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Natsir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya. Yogyakarta: Multi Presindo. Prawiradilaga, D.S.2009. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Rosidin, Undang. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Bandarlampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Satriani, Muhammad Iqbal. 2012. Pengertian Lingkungan Dan Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli. http://scorponoksiqbal.blogspot.com/2012/01/ pengertian-lingkungan-dan-lingkungan.html. 17 November 2015. Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Prosedur Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1, Hlm. 74 – 82. Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding
68 Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tabatabai, Husein. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://tartocute. blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html. Tadkiratun. 2008. Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana. Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing. Yudianto, Suroso Adi. 2005. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Jakarta: PT Mughni Sejahtera. Yunestika, Nadya. 2015. Pengaruh Penerapan Bahan Ajar Berbasis Karakter Melalui Model Pembelajaran Contructive Controversy Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pillar Of Physics Education. Vol. 5, 25-32.