PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS I KOMPETENSI DASAR MELAKSANAKAN WUDHU DI MI TURUNREJO KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh: JAZILAH NIM : 093111370
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ABSTRAK Judul
: Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar Melaksanakan Wudhu Di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Penulis : NIM
Jazilah : 093111370
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a). Bagaimana Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar Melaksanakan Wudhu Di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal ? (b) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya Metode Demonstrasi dalam pembelajaran ? Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya Metode Demonstrasi dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. Data yang diperoleh berupa hasil tes kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus persentase 52,9% meningkat menjadi 67,9% pada siklus I dengan selisih 15,0% dan di siklus II sudah mencapai 88,2% dengan selisih dari siklus I yaitu 20,3%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Metode demonstrasi dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar Siswa Kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal, serta Metode demonstrasi ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Fiqih.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Jurusan / Program Studi
: Jazilah : 093111370 : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya, Semarang, Saya yang menyatakan
Jazilah NIM.093111370
MOTTO
ُْ َ ِ ْ ُ ا ُوُ َه ُْ َوَأ ِ ْ َ َ ِة " َ! َُ ا ِإذَا ُ ْ ُْ ِإَ ا َ ِ#َ ا$%َ َأ 2٦& " ِ 'ْ (َ )ْ َ ْ َ ُْ ِإَ ا ُ ْ ُْ َوَأر+ ِ ءُو-ُ .ِ ُ ا/ َ ْ وَا0 ِ ِ َا-َ ْ ِإَ ا Artinya: Hai orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua mata kaki. " (Al-Maidah: 6)1
1
Depag GI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: CV. Al-Waah, 2002), hlm. 144
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati, karya ini dipersebahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku Bapak ihsan & Ibu Komsatun yang selalu memberi do’a restu 2. Suamiku tercinta Muhammad Ghufron 3. Kakak-kakakku Mbak Umaroh, Mas Rohim, Mas Subhan, Mbak Sodriyah, Mas Hamdan yang selalu memberikan motivasi 4. Ponakanku Adik Aisah & Anisah tercinta, Adik Zahrotul Jannah 5. Teman-teman KKN Pak Saiful, Pak Sulhin, Pak Mahmud, Mbak Ulya, Mbah Isnafiah, Mbak Heti 6. Teman kelas semua yang tidak dapat saya sebut satu persatu
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik 2. Bapak Darmuin, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini 3. Kepala Madrasah MI Turunrejo Kec. Brangsong Kab. Kendal yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian. 4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu. 5.
Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang,
Penulis
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..............................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................
1
B. Penegasan Istilah ...............................................................
4
C. Rumusan Masalah ..............................................................
6
D. Pembatasan Masalah ..........................................................
6
E. Tujuan Penelitian ..............................................................
6
F. Manfaat Penelitian .............................................................
7
METODE DEMONSTRASI DAN HASIL BELAJAR FIQIH A. Metode Pengajaran dan Macam-macamnya .......................
8
1. Pengertian Metode Pengajaran ...................................
8
2. Macam-macam Metode Pengajaran dalam Proses Belajar Mengajar .........................................................
11
B. Metode Demonstrasi ………………………………………
11
1. Pengertian Metode demonstrasi ……………………….
11
2. Langkah-langkah metode demonstrasi ..........................
13
3. Kelebihan metode demonstrasi ...................................
16
C. Hasil Belajar .......................................................................
16
1. Pengertian Hasil Belajar ...............................................
16
2. Jenis-jenis Hasil Belajar ...............................................
18
D. Mata Pelajaran Fiqih ............................................................
20
1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih .................................
20
BAB
BAB
III
IV
2. Ruang Lingkup Fiqih ..................................................
21
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fiqih
21
E. Kerangka Berfikir ................................................................
22
F. Rumusan Hipotesis ...................................................... .......
22
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................
24
B. Tempat dan waktu Penelitian ............................................
25
C. Kolaborator ………………………………………………
25
D. Rancangan Penelitian .......................................................
25
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
29
F. Teknik Analisis Data ..........................................................
30
G. Indikator Pencapaian .........................................................
32
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ..................................................................
33
1. Letak Madrasah ...........................................................
33
2. Profile Obyek Penelitian ..............................................
33
B. Hasil Penelitian ..................................................................
35
1. Hasil Penelitian Pra Siklus ……………………………
35
2. Hasil Penelitian Siklus 1 ………………………………
36
3. Hasil Penelitian Siklus 2 ………………………………
39
C. Pembahasan ....................................................................... BAB
V
41
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................
42
B. Saran ..................................................................................
43
C. Penutup ..............................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses belajar mengajar, yang kita sering mendengar ungkapan populer yang kita kenal dengan “Metode jauh lebih penting dari pada materi”. Demikian urgensi-nya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran sehingga ungkapan tersebut muncul. Sebuah proses belajar mengajar tidak akan berhasil jika dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan-tujuan sederetan komponen pembelajaran: metode, materi, media dan evaluasi2. Sebuah proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya membutuhkan metode pengajaran yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pembelajaran ke arah yang dicita-citakan. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma3. Prinsip dalam pendidikan Islam memandang bahwa tidak ada satupun metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan. Untuk itu tidak dapat dihindari bahwa seorang guru hendaknya melakukan penggabungan terhadap lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan. Oleh karena itu seorang guru dituntut harus mampu memilih dan menerapkan metode pengajaran yang relevan dengan situasi dan suasana pembelajaran agar tujuan yang direncanakan dapat tercapai4. Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan berusaha untuk mengarahkan dan memaksimalkan keefektifan pengajaran dengan jalan merencanakan dan mengorganisasikannya. Dalam melaksanakan hal tersebut, perlu dipertimbangkan empat hal yang dikenal dengan istilah STUPA, yaitu siswa, tujuan, pengajaran 2
Armay Arif, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 109 3 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, (Semarang: CV. Assyifa Jilid II 1998), hlm. 65. 4 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, (Semarang: CV. Assyifa Jilid II 1998), hlm. 74.
dan hasil. Dan keempat hal itu tidak akan berhasil secara maksimal kalau tidak mempertimbangkan pelaksanaan metode, dalam arti penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi terhadap minat dan kemauan siswa, tujuan yang akan dicapai, kegiatan belajar mengajar dan hasil atau out put yang diperoleh.
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Oleh karena itu penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Metode pembelajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan. Karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran.5 Dalam pembelajaran PAI di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal masih bersifat teoritis dengan menggunakan metode ceramah sebagai metode dominan. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang aktif serta kurang tertarik terhadap pembelajaran PAI, terutama pada kompetensi wudhu. Karena peserta didik dituntut dapat mempraktekkan ururan wudhu serta bacaannya dengan baik dan benar. Apabila dalam proses pembelajaran metode yang digunakan kurang tepat, dapat berdampak pada hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Mengingat hal tersebut maka metode demonstrasi adalah metode yang tepat untuk melatih peserta didik menjadi aktif dan termotivasi dalam belajar. Di mana dengan metode demonstrasi diduga hasil belajar peserta didik akan meningkat.
5
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 31
Demonstrasi
adalah
suatu
metode
yang
digunakan
untuk
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih aktif dari pada peserta didik. Karena memang gurulah yang memperlihatkan sesuatu kepada peserta didik. Guru yang melakukan kegiatan memperagakan suatu proses dan kerja suatu benda, misalnya bagaimana menggunakan kompor, bel listrik, cara kerja tubuh manusia, penggunaan gunting, dan jalannya mesin jahit. Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing peserta didik untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat menimbulkan kegiatan belajar pada anak. Guru secara terus menerus membimbing peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dan tekun mengikuti pengajaran secara suka rela. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang diberikan guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan ada kesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun dengan pengalaman yang akan datang. Seiring dengan itu, seorang pendidik atau guru dituntut agar cermat memilih dan menempatkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Karena dalam proses belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa macam metode, antara lain; metode demonstrasi, diskusi, tanya jawab, ceramah dan lain sebagainya. Semua metode tersebut dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar6.
Sementara itu pula ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran, yaitu : 1. Tujuan yang hendak dicapai 2. Kemampuan pendidik atau guru 3. Peserta didik 4. Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung 5. Fasilitas yang tersedia 6. Waktu
6
Muh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, (Gresik: UGM Press, 2004), hlm. 57.
Dengan kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Peserta didik diminta untuk melihat dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru. Sehingga ia lebih paham tentang cara mengajarkan sesuatu. Dengan demikian selanjutnya anak dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang dicontohkan oleh guru.7 Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba mengadakan sebuah
penelitian
tentang
“Penggunaan
Metode
Demonstrasi
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar Melaksanakan Wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal”. Adanya penelitian ini, penulis berharap bahwasanya peserta didik dapat termotivasi dan akhirnya hasil belajar mereka dapat meningkat. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran, sebelum membahas yang lebih lanjut, maka penulis akan menjelaskan judul penelitian dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut: 1. Penggunaan Dalam kamus bahasa Indonesia pengguanaan adalah “proses, cara menggunakan sesuatu”8. 2. Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
“metode
pembelajaran
yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik”9 Metode demonstrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan sebuah metode dalam pembelajaran melalui proses demonstrasi pada kompetensi dasar Wudhu yang dilakukan oleh guru kelas I MI
7
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1999 ) hlm. 112-113 8 www. Artikata.com dikutip tanggal 14 Maret 2011 9 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, ( Semarang: : Rasail Media Grup, 2008 ), hlm. 20
Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupatan Kendal kepada peserta didiknya dalam pembelajaran PAI. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tindakan kelas untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas I di MI
Turunrejo
Kecamatan
Brangsong
Kabupatan
Kendal
pada
pembelajaran PAI kompetensi wudhu dengan menggunakan metode demonstrasi. 3. Meningkatkan “Berasal dari kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat, taraf) mempertinggi, memperhebat mendapat awalan “me” dan akhiran “an” yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik”.10 4. Hasil Belajar Hasil adalah “pendapatan, sesuatu yang diciptakan, sukses.11 Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku antara individu dan lingkungan”.12 Jadi hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.13 5. Siswa Siswa adalah “murid
(terutama pada sekolah dasar dan
menengah)”.14
10
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet 3, 2006). hlm, 1280-1281 11 Hamzah Ahmad & Ananda Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonedia, ( Surabaya : Fajar Mulya,1996). hlm. 147 12 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. 2 , 2001). hlm 4 13 Soedijarto, Menuju Pendidikan nasional yang Relevan dan Bermutu, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1993 ). hlm 49 14 Tim Penyusun Kamus pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Aksara, 2003). hlm. 849
6. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar adalah “sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran”15. 7. Wudhu Wudhu adalah “mensucikan diri dari hadast kecil sesuai dengan ajaran dan syari’at agama Islam”.16 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalahnya oleh peneliti sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I kompetensi dasar melaksanakan wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal? 2. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I dalam kompetensi dasar melaksanakan wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal? D. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi perluasan obyek dan permasalahan, maka penelitian ini peneliti batasi pada: 1. Kompetensi dasar wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal 2. Kompetensi Dasar wudhu siswa pada aspek keterampilan bacaan niat dan gerakan wudhu peserta didik secara urut. E. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta profesialisme guru dalam menangani proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan perhitungan statistik 15
www.ditpertais.net/./wrta18-05.asp Imam Bashori Assayuthi, Bimbingan Ibadah Shalat Lengkap, ( Surabaya : Mitra Umat, 1998) hlm.30 16
sederhana. Berdasarkan masalah yang disebutkan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam kompetensi dasar wudhu kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. 2. Untuk mengetahui relevansi penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam kompetensi dasar wudhu MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi sekolah Sebagai bahan masukan serta informasi bagi pihak sekolah guna meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. 2. Bagi peserta didik Dengan skripsi ini dapat digunakan sebagai wacana belajar peserta didik, guna meningkatkan hasil belajar melalui metode demonstrasi dalam kompetensi dasar wudhu. 3. Bagi guru Dapat memberikan masukan dan informasi bagi guru, tentang penggunaan metode demonstrasi pada kompetensi dasar wudhu, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 4. Bagi penulis Dapat menambah wawasan dan pengalaman baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
BAB II METODE DEMONSTRASI DAN HASIL BELAJAR FIQIH
A. Metode Pengajaran dan Macam-macamnya 1. Pengertian Metode Pengajaran Metode berasal dari bahasa Yunani Greek yakni Metha berarti melalui , dan Hadas artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengankata lain, metode artinya .jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.17 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.18 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya.19 Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara seni dalam mengajar.20 Sedangkan secara terminologi atau istilah menurut Mulyanto Sumardi bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach.21 Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.22 Dari beberapa pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan 17
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1987, hlm. 97. W. J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1986, hlm. 649 19 Peter Salim, et-al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English),1991, hlm. 1126. 20 Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya), 2001, cet.ke-3, hlm. 107 21 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang), 1997, hlm. 1 22 H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Umum dan Agama, (Semarang: PT. CV. Toha Putera), 1987, hlm. 90. 18
yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan tujuh hal di bawah ini: a. Sifat dari pelajaran. b. Alat-alat yang tersedia. c. Besar atau kecilnya kelas. d. Tempat dan lingkungan. e. Kesanggupan guru f. Banyak atau sedikitnya materi g. Tujuan mata pelajaran.23 Pengertian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa dan istilah. Secara bahasa kata pengajaran adalah bentuk kata kejadian dari dasar ajar dengan mendapat konfiks pen-an yang berarti barang apa yang dikatakan orang supaya diketahui dan dituruti.24 Menurut Ramayulis pengajaran berasal dari kata .ajar. di tambah awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata pengajaran yang berarti proses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan.25 Sedangkan menurut Hasan Langgulung, bahwa pengajaran adalah pemindahan pengutahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.26
23
Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara), 1989, cet. ke-3, hlm. 68. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka). 1986, hlm. 649 25 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 108 26 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka AlHusna),1983, hlm. 3. 24
Dari pengertian di
atas, terdapat unsur-unsur subtansial
kegiatanpengajaran yang meliputi: 1. Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan 2. Pemindahan pengetahuan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.27 Proses pengajaran yang dilakukan mengacu pada tiga aspek yaitu .penguasaan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai dengan isi proses belajar mengajar tersebut.28 Mengenai pengajaran dalam konsep Islam telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Maidah/ 5: ayat 67
ö≅yèø s? óΟ©9 βÎ)uρ ( y7Îi/¢‘ ÏΒ šø‹s9Î) tΑÌ“Ρé& !$tΒ õÏk=t/ ãΑθß™§9$# $pκš‰r'‾≈tƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ) 3 Ĩ$¨Ζ9$# zÏΒ šßϑÅÁ÷ètƒ ª!$#uρ 4 …çµtGs9$y™Í‘ |Møó‾=t/ $yϑsù ∩∉∠∪ tÍÏ ≈s3ø9$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.29 Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik) dalam menyampaikan mareri pelajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah secara efektif dan efisien, sehingga
27
Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya), 2001, cet.ke-3, hlm. 72 28 Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya), 2001, cet.ke-3, hlm. 73 29 Sunaryo,dkk,Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:DepagbRI, 1979), hlm.175
apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. 2. Macam-macam Metode Pengajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Agar psoses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran, maka salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah menentukan cara mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa dengan memperhatikan tingkat kelas, umur, dan lingkungannya tanpa mengabaikan faktor-faktor lain. Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, terlebih dahulu penulis akan menyebutkan macam-macam metode pengajaran. Menurut Nana Sujana, metode-metode yang digunakan dalam pengajaran yaitu: Metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dan resitasi, kerja kelompok, demonstrasi dan eksperimen, sosio drama, problem solving, sistem regu, latihan, karyawisata, survey masyarakat dan simulasi.30 Berdasarkan pendapat ahli pendidikan, maka sesuai dengan judul penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci macam metode yakni metode demonstrasi yang meliputi pengertian metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kebaikan dan kelemahan metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya. B. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru adalah bahwa Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan
30
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar BaruAlgesindo), 1986, cet. ke-3. hlm. 77-89.
sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.31 Dan menurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.32 Menurut W.J.S Poerwadarminta, Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.33 Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti menyampaikan mata pelajaran. Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah Metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.34 Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi yaitu mempertunjukkan atau mempertontonkan.35. Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 201 32 H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 100-101. 33 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 649. 34 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 208. 35 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia), 1984, hlm. 178.
anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya bagaimana cara sholat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.36 Menurut Aminuddin Rasyad, Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.37 Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid. firman Allah SWT dalam Surat Al Ahzab/33: ayat 21:
tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9 ∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.38 Semenjak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan semenjak awal sejarah kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi dalam pendidikan sudah ada. Contohnya pada waktu itu Nabi seorang pendidik yang agung, banyak
menggunakan metode demonstrasi perilaku
keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek ibadah seperti mengajarkan cara sholat, wudhu dan lain-lain. Semua cara tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh Nabi, lalu kemudian para umat mengikutinya. 2. Langkah-langkah Dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang 36
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1995, hlm.296. 37 Aminuddin Rasyad, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama, (Jakarta: Bumi aksara), 2002, hlm. 8. 38 Sunaryo,dkk,Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:Depag RI,1979), hlm. 386
terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi.39 Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: a. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. b. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. c. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal. d. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. e.
Menetapkan
garis-garis
besar
langkah-langkah
yang
akan
dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. f. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk
memberi
kesempatan
kepada
siswa
mengajukan
pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. g. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: 1) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. 2) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. 3) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. h. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.40 39
J.J Hasibuan dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosdakarya), 1993, hlm. 31 40 J.J Hasibuan dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosdakarya), hlm. 31
Setelah
perencanaan-perencanaan
telah
tersusun
sebaiknya
diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru. Pada hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan paling efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut. Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk .Memberikan
keterampilan
tertentu,
memudahkan
berbagai
jenis
penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik.41
41
hlm. 94-95
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional), 1983,
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Proses Belajar Mengajar Penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki arti penting. Banyak keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain: “ 1) Perhatian siswa lebih dipusatkan, 2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, 3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. 42” Kekurangan metode demonstrasi : a.
b. c. d.
Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga memerlukan waktu yang bayak. Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga (jika memakai alat yang mahal). Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Metode demonstrasi menjadi tidak efektif jika siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh.43
C. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang hasil belajar, terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas dari kata di atas, karena secara etimologi hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses.44 Sementara menurut R. Gagne hasil dipandang sebagai kemampuan internal yang menjadi milik orang serta orang itu melakukan sesuatu.45
42
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 1995, hlm. 209 43 Tayar Yusup dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 53 44 Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia,(Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hlm. 53 45 Winke, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : Grafindo, 1991), hlm. 100
Adapun
secara
terminologis
para
pakar
pendidikan
yang
mendefinisikan tentang belajar sebagaimana akan penulis uraikan di bawah ini, diantaranya : Witherington,
yang dalam bukunya Educational Psichology
mengemukakan, bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam pola kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu proses pengertian.46 Dan Morgan, dalam bukunya Introduction to Psichology mengemukakan, “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Menurut Ernest R. Hilgard, “Learning is the process by which an activity priginates or is changed trough responding a situation”. Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan suatu aktivitas atau yang mengubah suatu aktivitas dengan perantara tanggapan kepada satu situasi. Sedangkan menurut Skinner, “Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Bahwa belajar adalah proses penyesuaian tingkah laku ke arah yang lebih maju. Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut di atas adalah fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandangan. Selain itu, perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh beberapa ahli dapat menimbulkan perbedaan pandangan, situasi belajar menulis, misalnya, tentu tidak sama dengan situasi belajar matematika. Namun demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar, mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “berubah” dan tingkah laku.47 Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan di atas secara umum belajar merupakan proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku, maka untuk menghasilkan tingkah laku harus melalui tahapan- tahapan tertentu yang disebut proses belajar.
46
Nasution, Azas- Azas Kurikulum, (Bandung : Jemars, 1991), hlm. 71 Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: GP Press, 2007), hlm. 152 47
Dari definisi di atas penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar mengajar atau setelah mengalami
interaksi
dengan
lingkungannya
guna
memperoleh
ilmu
pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan tahan lama.
Laporan hasil belajar siswa dalam pengertian yang luas mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Informasi aspek afektif dan psikomotorik diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan untuk mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Sedang informasi aspek afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik. Hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik tidak dijumlahkan karena dimensi yang diukur berbeda, masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang penting. Sebagai contoh, ada orang yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi namun kemampuan psikomotornya cukup, sebaliknya ada orang yang memiliki kemampuan kognitif cukup namun kemampuan psikomotornya tinggi, bila skor kemampuan kedua orang itu dijumlahkan bisa jadi skornya sama sehingga kemampuan kedua orang tersebut tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Dengan demikian laporan hasil belajar selain muncul skor juga muncul keterangan tentang penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
2. Jenis hasil belajar Hasil belajar berupa prestasi belajar atau kinerja akademik yang dinyatakan dengan skor atau nilai, pada prinsipnya pengungkapannya hasil belajar ideal itu meliputi segenap ranah psikologis yang berupa akibat pengalaman dan proses belajar. Dalam tujuan pendidikan yang ingin dicapai kategori dalam bidang ini yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena sebagai tujuan yang hendak dicapai, dengan kata lain tujuan pengajaran dapat dikuasai siswa dalam mencapai tiga aspek tersebut,
dan ketiganya adalah pokok dari hasil belajar, menurut “Taksonomi Bloom” diklasifikasikan pada tiga tingkatan domain, yaitu sebagai berikut:48 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif (berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan, dan penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan eveluasi49. Pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Sendangdawung Kecamatan kangkung Kendal diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi, kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan katakata sendiri. 2. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simpson (1966-1967 ) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.50
48
Suharsini Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara,2002 ),
hlm.117 49
Dewi Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 22. 50 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 82
3. Ranah Afektif Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. ranah afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.51 Untuk ranah kognitif, guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2. D. Mata Pelajaran Fiqih 1. Pengertian Fiqih Fiqih diartikan sebagai ilmu mengenai hukum-hukum syar’i (hukum Islam) yang berkaitan dengan perbuatan atau tindakan bukan aqidah yang di dapatkan dari dalil-dalilnya yang spesifik.52 Sedangkan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, qurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
51
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Akasara 1995 ),
hlm. 53 52
A.Qodri Azizy, Reformasi Bermazhab Sebuah Ikhtiar Menuju Ijtihad Saintifik Modern,(Jakarta,teraju, 2003), hlm.14
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.53 2. Ruang lingkup Mata Pelajaran Fiqih Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.54 3. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Berikut ini adalah Standart Kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran fiqih MI kelas I tahun ajaran 20010-2011 adalah Kls/ Smt
Standar Kompetensi 1.
I/1
Mengenal rukun Islam,
Kompetensi Dasar
lima 1.1. Menyebutkan lima rukun Islam 1.2. Menghafal syahadatain dan artinya
2. Mengenal tata cara 2.1. Menjelaskan pengertian bersuci bersuci dari najis dari najis 2.2. Menjelaskan tata cara bersuci dari najis 2.3 Menirukan tata cara mensucikan najis. 2.4 Membiasakan hidup suci dan bersih dalam kehidupan seharihari I/2 53
3. Mengenal wudhu,
tata cara 3.1 Menjelaskan tata cara wudhu 3.2 Mempraktikkan tata cara wudhu
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,h.67 54 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,h.63
Kls/ Smt
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 3.3 Menghafal doa sesudah wudlu
4. Mengenal tata cara 4.1 Menyebutkan macam-macam shalat fardhu. shalat Fardhu 4.2. Menirukan gerakan shalat fardlu 4.3. Menghafal bacaan shalat fardlu E. Kerangka Berpikir
Setiap orang yang berbuat dan bertindak dengan sadar, seperti seorang pendidik, tentu menggunakan metode atau cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, berhasil atau tidak suatu perbuatan banyak
bergantung
kepada
metode
yang
digunakan.
Untuk
dapat
menggunakan metode yang baik, seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan tentang kebaikan dan keburukan metode tersebut. Selain harus menguasai materi, seorang pendidik juga harus dapat menempatkan metode sesuai dengan materi pelajaran agar maksud dan tujuan tercapai, seperti materi pelajaran fiqih di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
yang banyak membahas tentang pengenalan dan
pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara thaharah, shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk dapat menggunakan metode yang tepat agar dapat memberikan pemahaman serta pengalaman bagi anak didik. Melalui materi fiqih ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang hukum Islam. Begitu pula dalam pelajaran fiqih, dengan menggunakan metode demonstrasi diharapkan proses belajar-mengajar berjalan dengan efektif . F. Rumusan Hipotesis Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar
Melaksanakan Wudhu Di MI
Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: "Penggunaan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah
Turunrejo Kecamatan Brangsong
Kabupaten Kendal Kompetensi dasar Melaksanakan wudhu ".
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian berasal dari kata "metode" yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan "penelitian" adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.55 Sedangkan menurut Mardalis metode adalah suatu cara teknis yang dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktafakta dan prinsipprinsip dengan sadar hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.56 Jadi metode penelitian ini adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara berencana dan sistematis guna mendapatkan suatu pemecahan terhadap masalah yang diajukan, sedangkan metodologi penelitian adalah prosedur atau cara yang digunakan dalam suatu penelitian. Adapun dalam penelitian ini rencana pemecahan bagi persoalan yang di selidiki antara lain : A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Peningkatan kualitas pembelajaran
tersebut
dapat
dimulai
dengan
memecahkan
masalah
pembelajaran yang dirasakan dan siswa di kelas dan memperbaikinya dengan memilih
suatu
”tindakan”.
metode
pembelajaran
yang
diterapkan
dalam
suatu
57
55
Cholid Narbuko, Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997), hlm. 28 56
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 24 57
Achmad Fatchan, Metode Penelitian Tindakan Kelas,(Malang: Jenggala Pustaka Utama , 2009), Cet. I. hlm. 2
Menurut Stephen Kemmis PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan ,yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan secara kolaboratif.58 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini diadakan selama 30 hari terhitung mulai izin
penelitian secara lisan dan tertulis dengan surat
rekomendasi dari IAIN Walisongo Semarang. Sedangkan pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data mulai tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 30 Maret 2011. C. Kolaborator Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru pada mata pelajaran Fiqih pada kompetensi dasar wudhu dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal dengan menggunakan metode demonstrasi. D. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas yang dimaksud adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru
58
Saminanto, Ayo Praktik PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ), Semarang,;Rasail Media Group, 2010. hal 3
dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.59 1.
Metode penelitian tindakan Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Refleksi pada siklus pertama digunakan sebagai patokan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya, sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya. Adapun alur dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:60
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
59
Rochiarti Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. 2 hlm. 12 60
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 16
2.
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi indikator hasil belajar adalah: a.
Peserta didik dapat menampilkan bacaan niat wudhu.
b. Peserta didik dapat menampilkan gerakan wudhu. c. Peserta didik dapat mempraktekkan urutan wudhu dengan benar. 3.
Jadwal pelaksanaan Penelitian Berikut ini adalah jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal: Tabel 1 Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan
No 1
2
4.
Januari Februari Maret
April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan awal sampai penyusunan proposal Persiapan instrument dan alat
3
Pegumpulan data
4
Analisis data
5
Penyusunan Laporan
Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Persiapan pelaksanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapan-tahapan tindakan sebagaimana yang tercantum dalam skenario pembelajaran. Tindakan yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut: a. Persiapan 1) Peneliti melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisis akar penyebab masalah dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran di kelas. 2) Peneliti bersama guru pendidikan agama Islam berkolaborasi
untuk menentukan dan menetapkan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah. 3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4) Membuat Lembar Observasi Siswa (LOS) b. Penyusunan instrumen. Instrumen
ialah
alat
bantu
yang
digunakan
dalam
pengumpulan data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah soal-soal yang dibuat peneliti sendiri. Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan materi wudhu 2. Menyusun kisi-kisi soal. 3. Menyusun soal sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditentukan untuk tiap siklus. c. Pelaksanaan tindakan 1) Siklus I Dalam penelitian tindakan (action research) tiap siklusnya terdiri dari : a) Perencanaan Dalam tahap ini penelitian bersama-sama dengan guru 1) Merencanakan permasalahan apa yang akan diteliti 2) Merencanakan model atau metode apa yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. 3) Membuat RPP 4) Membuat LOS (lembar observasi siswa) b) Pelaksanaan Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan LOS. c) Observasi Peneliti bersama guru melakukan observasi saat berlangsungnya proses pembelajaran.
d) Refleksi 1. Peneliti bersama guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. 2. Peneliti bersama guru PAI membahas hasil evaluasi yang telah dilakukan, serta merencanakan perbaikan yang akan digunakan pada siklus II. 2) Siklus II a) Perencanaan Dari hasil evaluasi pada tindakan siklus I, peneliti bersama guru merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan pada siklus ini. b) Pelaksanaan Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan LOS. c) Observasi Peneliti bersama guru melakukan observasi saat berlangsungnya pembelajaran d) Refleksi 1.
Peneliti bersama guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
2.
Membahas hasil evaluasi pada siklus ini, bila hasilnya memuaskan maka penelitian dapat dihentikan.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain: 1. Metode Observasi Metode observasi yaitu mengamat-amati, jadi observasi adalah mencari dan mengumpulkan data-data fakta mengenai gejala tertentu secara langsung dengan menggunakan alat-alat pengamatan indera,
dan mencatat fakta-fakta itu menurut teknik tertentu, di sepanjang waktu tertentu.61 Metode ini digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan pada proses pembelajaran pada kompetensi wudhu dengan metode demonstrasi di kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. Berupa proses pembelajaran atau tindakan yang dilakukan guru pada proses pembelajaran pada kompetensi wudhu dengan metode demonstrasi di kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. 2. Metode Tes Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok.62 Metode ini digunakan untuk mendapatkan nilai dari hasil belajar siswa kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal, dengan diadakan tes pada tiap akhir siklus. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.63 Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari data-data berupa tulisan-tulisan yang berhubungan dengan obyek penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, diantaranya untuk mengetahui data berupa nama siswa, jumlah siswa dan dokumen yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada kompetensi dasar wudhu dengan
61
HM. Hati Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 13 62
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm 132 63
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.236
metode demonstrasi di kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. F. Teknik Analisis Data Analisis
data
merupakan
proses
mengorganisasikan
dan
mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode demonstrasi pada kompetensi dasar wudhu di kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. Semua data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan deskriptif prosentase. Dimana hasil penelitian dianalisis dua kali, yaitu analisis ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. 1. Ketuntasan belajar secara individu Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual adalah sebagai berikut: Skor yang dicapai Nilai =
X 100 Skor maksimal
2. Ketuntasan belajar secara klasikal Nilai post test diperoleh dari nilai tes yang diadakan pada tiap akhir siklus, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah sebagai berikut:
P=
∑ n x100% ∑n 1
Keterangan: P
= nilai ketuntasan belajar
∑n
= jumlah siswa tuntas belajar secara individual
∑n
= jumlah total siswa
1
G. Indikator Pencapaian Hasil belajar peserta didik dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu memperoleh nilai 70 dan mencapai ketuntasan belajar 70 %.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data Dalam deskrispsi data ini yang penulis sajikan adalah mengenai obyek penelitian sebagai berikut: 1. Letak Madrasah Ibtidaiyah Turunrejo Kecamatan Brangsong Madrasah ibtidaiyah yang peneliti jadikan tempat penelitian terletak di desa turunrejo tepatnya di jalan laut timur no.20 termasuk wilayah kecamatan brangsong kabupaten Kendal.64 2. Profil Obyek Penelitian65
a. Identitas Madrasah 1) Nama Madrasah
: Madrasah Ibtidaiyah Turunrejo
2) Alamat : Jl.Laut Timur No.20 Turunrejo Brangsong Kelurahan / Desa : Turunrejo Kecamatan
: Brangsong
Kabupaten
: Kendal
Propinsi
: Jawa Tengah
3) Nama Yayasan
: LP Ma’arif NU Kendal
4) Status
: Swasta
5) NSM
: 112332409054
6) Tahun Berdiri
: 1970
7) Status Tanah
: Milik Sendiri
8) Luas Tanah
: 296 M
9) Luas Bangunan
: 213 M
64
Hasil dokumentasi MI Turunrejo tahun ajaran 2010-2011 yang diperoleh pada bulan maret 2011 65
Hasil dokumentasi MI Turunrejo tahun ajaran 2010-2011 yang diperoleh pada bulan maret 2011
b. Identitas Kepala Madrasah 1) Nama Kepala Madrasah
: Drs.Nadhiroh , M.Pd.
2) No. SK Kepala Madrasah
: Kd.11.24/1/Kp.07.5/0141/2007
3) Pendidikan Terakhir
: S.2
4) Jurusan
: Manajemen Pendidikan
5) Masa Kerja
: 10 Tahun 08 Bulan
c. Data Guru dan Siswa 1) Data Guru dan Karyawan a) Jumlah Guru
: 9 Orang
b) Guru Tetap Yayasan
: 7 Orang
c) Guru Tidak Tetap
: - Orang
d) PNS / DPK
: 2 Orang
e) Tata Usaha
: - Orang
f) Penjaga Madrasah
: 1 Orang
2)
Data siswa Tabel 2 Keadaan siswa MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kendal Tahun 2010/2011
JENIS
KLS
KLS
KLS
KELAMIN
I
II
III
Laki- Laki
13
19
11
Perempuan
15
15
Jumlah
28
34
KLS
KLS
KLS
V
VI
14
12
10
79
9
11
8
8
79
20
25
20
18
158
IV
d. Data Sarana dan Prasarana Madrasah 1) Ruang Kelas
: 6 ruang Kondisi 4 ruang rusak
2) Ruang Kepala Madrasah
: 1 Ruang
3) Ruang Guru
: ( Gabung dengan R.Kelas I )
4) Ruang perpustakaan
: ( Tidak ada )
5) Ruang Serbaguna
: ( Tidak ada )
6) Kamar Mandi / urinoir guru : 1 ruang Kondisi Cukup
JML
7) Kamar Mandi / Urinoir Siswa : 1 ruang Kondisi Rusak berat B. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi data yang peneliti peroleh dari kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong, proses pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian masih menggunakan metode ceramah. Guru mengawali dengan menjelaskan materi Wudhu sambil menuliskan dipapan tulis. Pada saat guru menjelaskan murid diminta untuk mendengarkan, apabila ada hal-hal yang belum dimengerti siswa langsung bertanya pada pak guru. Setelah guru selesai menjelaskan tentang materi siswa diminta mencatat apa yang telah ditulis guru dipapan tulis. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal tentang materi mempraktikan
Wudhu
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan Adapun data hasil penelitian pada pra siklus adalah sebagai berikut: Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Tes Pra Siklus 66 No
Uraian
Hasil Pra Siklus
1
Nilai rata-rata tes formatif
64,5
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
18 52,9
(hasil selengkapnya terlampir) Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran ceramah
diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 64,5 dan ketuntasan belajar mencapai 52,9% atau ada 18 siswa
dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada pra siklus secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 66
Hasil Dekumentasi MI Turunrejo tahun 2009-2010
52,9 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 70 %. 2. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1 (terlampir), soal tes formatif 1 (terlampir), dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2011 di Kelas I
Madrasah
Ibtidaiyah Turunrejo Kecamatan Brangsong dengan jumlah siswa 28 siswa. Pada tahap tindakan ini peneliti menyampaikan materi pelajaran yaitu gerakan-gerakan wudhu, selanjutnya oeneiti memutar vcd wudhu, peneliti meminta siswa untuk mempraktikan bacaan niat wudhu, beserta doa wudhu bersama-sama. Setelah itu peneliti menyuruh siswa mempraktikkan gerakan wuhdu secara kelompok. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut :
No
Tabel 4 . Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I67 Uraian
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus I 71,8 19 67,9
(hasil selengkapnya terlampir) Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71,8 dan ketuntasan belajar mencapai 67,9 % atau ada 19 siswa
67
Hasil penelitian di MI Turunrejo tahun 2009-2010
dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari pra siklus . c. Observasi Selama proses tindakan berlangsung dilakukan observasi oleh kolaborator atau teman sejawat dengan hasil sebagai berikut :
No
Tabel 5 . Tabel Aktivitas Guru Siklus I68 Aktivitas Guru Yang Diminati
Presentase
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran
6.2
2
Melaksanakan KBM
8.3
3
Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya
13.5
4
Melatih siswa mendemonstrasikan Wudhu
12
5
Melatih siswa dalam metode Demonstrasi
21.4
6
Memotivasi menyajikan hasil belajar
7
Membimbing menarik kesimpulan
8
Memberi umpan balik
15 11.4 12
Tabel 6 Tabel Aktivitas siswa Siklus I No Aktivitas Siswa Yang Diminati Presentase 1
Mendengarkan penjelasan guru
21.5
2
Menyajikan LKS
20.6
3
Menyajikan hasil belajar
12.4
4
Mendemonstrasikan Wudhu
8.5
5
Mengajukan pertanyaan
7.7
6
Menulis relevansi dengan KBM
10.5
7
Menemukan konsep
10.8
8
Mengerjakan tes evaluasi
68
Hasil observasi penelitian di MI Turunrejo tahun 2009-2010
8
Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah Melatih siswa dalam menyampaikan metode demonstrasi 21,4%. Aktivitas lain yang presentasenya cukup besar adalah Memotivasi menyajikan
hasil
belajar dan mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya masing-masing 15% dan 13,5 %. Pada siklus I secara garis besar proses pembelajaran dengan methode demonstrasi sudah
dilaksanakan
dengan baik, walaupun
peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan. Karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. 3. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (terlampir), soal tes formatif II (terlampir) dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2011 di kelas 1 dengan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang laig pada siklus II.
Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Selanjutnya peneliti menerangkan materi pelajaran, setelah itu guru memutarkan VCD wudhu yang telah diputar pada pembelajaran siklus I, peneliti mengajak siswa menuju temat wuhdu untuk mempraktikkan tata cara wudhu, gerakan wudhu beserta doa wudhu. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut ( Nilai terlampir ): Tabel 7 Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II69 No
Uraian
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus II 77,5 24 88,2
(hasil selengkapnya terlampir) Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,5 naik dari pra siklus yaitu 64,5 dan ketuntasan belajar mencapai 52,9% dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa naik dari pra siklus yaitu ada 18 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar . Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,2 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menangkap materi dan penguasaan materi yang di disampaikan guru. Pada siklus II ini ketuntasan belajar secara Klasikal telah tercapai sehingga penelitian dihentikan hanya sampai pada siklus II.
c. Observasi Selama proses tindakan siklus II berlangsung juga dilakukan observasi oleh kolaborator atau teman sejawat dengan hasil sebagai berikut :
69
Hasil penelitian MI Turunrejo tahun 2010-2011
Tabel 8 Tabel Aktivitas Guru Siklus II70
No
Aktivitas Guru Yang Diminati
Presentase
1
Menyampaikan tujuan pembelajaran
8.5
2
Melaksanakan KBM
10.3
3
Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya
8.2
4
Melatih siswa mendemonstrasikan Wudhu
15.2
5
Melatih siswa dalam metode Demonstrasi
23.6
6
Memotivasi menyajikan hasil belajar
20
7
Membimbing menarik kesimpulan
9
8
Memberi umpan balik
Tabel 9 Tabel Aktivitas Siswa Siklus II No Aktivitas Siswa Yang Diminati
9.2
Presentase
1
Mendengarkan penjelasan guru
18.3
2
Menyajikan LKS
10.5
3
Menyajikan hasil belajar
21.4
4
Mendemonstrasikan Wudhu
20
5
Mengajukan pertanyaan
11
6
Menulis relevansi dengan KBM
8
7
Menemukan konsep
8.5
8
Mengerjakan tes evaluasi
10
Berdasarkan
tabel diatas tampak
bahwa aktivitas guru yang
mengalami kenaikan adalah pada siklus II Melatih siswa dalam menyampaikan metode demonstrasi 23.6%. Aktivitas lain yang mengalami perubahan adalah Melatih siswa dalam mendemonstrasikan Wudhu 15.2%.
70
Hasil observasi MI Turunrejo tahun 2010-2011
Pada siklus II ini sudah
proses pembelajaran dengan methode demonstrasi
dilaksanakan
dengan baik, siswa sudah bisa meningkatkan
kemampuan dalam mempraktekkan wudhu. 4. Refleksi Dari hasil tes dan observasi yang telah dilakukan bahwa tingkat ketuntasan siswa sudah mencapai indikator yang diharapkan, yaitu 88,2%. Selanjutnya peneliti menganggap peningkatan sudah baik dan hanya menyisakan sedikit siswa yang kurang aktif maka penelitian ini peneliti hentikan. C. Pembahasan
Melalui hasil peneilitian ini cara belajar aktif model Demonstrasi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar Mempraktikan Wudhu hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 10 Rekapitulasi nilai belajar Pra siklus, siklus I dan siklus II71
Tahap
Ratarata hasil belajar
Prosentase
Siswa yang Tuntas Belajar
Pra Siklus
64,5
52,9 %
18
Siswa yang Tuntas Belajar 16
Siklus I
71,8
67,9 %
19
9
28
Siklus II
77,5
88,2%
24
4
28
Jumlah Siswa 34
Dari rekapitulasi nilai belajar Pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dibuat diagram batang sebagai berikut:
71
Hasil penelitian di MI Turunrejo tahun 2010-2011
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
rata-rata nilai prosentase
pra siklus
siklus 1
siklus 2
Dari kedua tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Demonstrasi mata pelajaran fiqih kompetensi dasar memprakatikkan wudhu pada siswa kelas 1 MI Turunrejo kecamatan Brangsong membawa dampak positif,hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus pra siklus yaitu 52,9%, meningkat pada siklus I menjadi 67,9%, dan siklus II sudah mencaai 88,2%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi pada mata pelajaran Fiqih Kompetensi dasar Mempraktikkan Wudhu siswa kelas I MI Turunrejo dilakukan
dengan
tahapan
yaitu
perencanaan
pembelajaran
(RPP),menyiapkan media yang diperlukan dan tes, kemudian guru melakukan tindakan yang dimulai dengan do’a, mengajukan pertanyaan tentang tata cara berwudhu, motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa betapa pentingnya berwudhu, kemudian guru mendemonstrasikan tata cara wudhu, Memberikan klarifikasi dan penyimpulan, tes dan diakhiri dengan salam. 2. Dalam upaya meningkatkan pemahaman materi siswa, guru hendaknya sering menggunakan metode pembelajaran demonstrasi meski pada tingkatan yang sederhana sehingga siswa nantinya akan lebih mudah mempraktikkan sendiri 3. Dengan diterapkanya Metode pembelajaran demonstrasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar pada pra siklus tingkat ketuntasanya 52,9 % naik pada siklus 1 menjadi 67,9 % dan naik lagi pada siklus 2 menjadi 88,2 % dalam kategori tuntas dengan prosentase lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 70 %
B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Fiqih lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan model demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Turunrejo Kecamatan Brangsong Tahun Pelajaran 2010/2011.
C. Penutup Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis sendiri. Tidak lupa penulis mohon maaf, apabila dalam penyusunan kalimat maupun bahasanya masih dijumpai banyak kekeliruan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan di masa mendatang.
Mudah mudahan apa yang penulis buat ini mendapat ridha dari Allah yang maha murah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di akhirat nanti. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta orang tua semoga menambah pengetahuan dalam mendidik anak. Amin ya rabbal amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, Semarang: CV. Assyifa Jilid II 1998. Ahmad, Hamzah. At.all, Kamus Pintar Bahasa Indonedia, Mulya,1996.
Surabaya : Fajar
Anshari, HM. Hati, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, Arif, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pres, 2002 Arifin, H. Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Buna Aksara, 1987 Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, -----------, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2002 cet.III Assayuthi, Imam Bashori, Bimbingan Ibadah Shalat Lengkap, Surabaya : Mitra Umat, 1998 Azizy, A.Qodri, Reformasi Bermazhab Sebuah Ikhtiar Menuju Ijtihad Saintifik Modern, Jakarta,teraju, 2003 Darajat, Zakiah Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1995, Djamarah, Saiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta 2002 Echols, Jhon M. dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1984 Fatchan, Achmad, Metode Penelitian Tindakan Kelas,Malang: Jenggala Pustaka Utama , 2009, Cet. I. Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Hamalik, Oemar, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. 2 , 2001. Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia,Jakarta : Rineka Cipta, 1996, Hasibuan, J.J dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosdakarya
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: : Rasail Media Grup, 2008 Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka AlHusna,1983, Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak, Jakarta : Rineka Cipta, 1999 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1995, Narbuko, Cholid, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997 Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1997 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,h.67 Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet 3, 2006. Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulya, 2001, cet.ke-3 Rasyad, Aminuddin, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama, Jakarta: Bumi aksara, 2002, Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1989, cet. ke-3, Salim, Peter, et-al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English,1991 Saminanto, Ayo Praktik PTK Media Group, 2010.
Penelitian Tindakan Kelas
,Semarang,;Rasail
Shofan, Muh., Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Gresik: UGM Press, 2004, Soedijarto, Menuju Pendidikan nasional yang Relevan dan Bermutu, Jakarta : Balai Pustaka, 1993 .
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Akasara 1995 , Sujana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar BaruAlgesindo, 1986, cet. ke-3. Sukardi, Dewi Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, Sumardi, Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, Sunaryo,dkk,Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:DepagbRI,1979 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995, Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Rosdakarya, 2002, Cet. Ke VI, Tim Penyusun Kamus pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Pustaka Aksara, 2003. Ulwan, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, Semarang: CV. Assyifa Jilid II 1998 Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Winke, Psikologi Pengajaran, Jakarta : Grafindo, 1991 Wiriatmadja, Rochiarti, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006, cet. 2 Yamin, Martinis, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: GP Press, 2007 Yusup, Tayar et-al, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, www. Artikata.com dikutip tanggal 14 Maret 2011 www.ditpertais.net/./wrta18-05.asp
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I
Sekolah
: Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
:I/2
Alokasi Waktu
: 2 x 30 menit
A. Standar Kompetensi 3.
Mengenal tata cara wudhu
B. Kompetensi Dasar 3.2
Mempraktikkan tata cara wudhu
C. Tujuan Pembelajaran :
Mempraktikkan berwudhu sesuai urutannya.
Dibimbing guru, dapat melafalkan do’ a sesudah berwudhu
D. Materi Pembelajaran
Praktek berwudhu
Hafalan niat sebelum berwudhu
Do’a sesudah wudhu
E. Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Demontrasi
Penugasan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a.
Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang tata cara berwudhu
Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa betapa pentingnya berwudhu.
Meminta siswa menyiapkan buku teks Fiqih.
2. Kegiatan Inti ( 40 menit )
Eksplorasi: -
Guru meminta masing-masing siswa membaca buku teks Fiqih tentang berwudhu.
Elaborasi: -
Siswa mencatat hasil temuan masing-masing dalam buku catatan tentang berwudhu
-
Guru melakukan tanya jawab tentang berwudhu.
-
Guru menggali pengalaman siswa melalui bacaan, film atau sinteron dengan tema berwudhu
-
Guru mendemonstrasikan tata cara wudhu
-
Meminta siswa untuk membaca dalil tentang berwudhu.
Konfirmasi: -
Guru meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan cara berwudhu
3. Kegiatan Penutup ( 10 menit )
Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan materi tentang berwudhu
Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi berwudhu
Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing
Alat/Sumber Belajar
Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain
G. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik
Bentuk
Penilaian Penilaian
Melafalkan niat wudhu
Unjuk
Mendemontrasikan cara
Kerja
Uraian
Sebutkan niat wudhu!
berwudhu
Contoh Instrumen
Bagaimanakah cara berwudhu?
Menghafalkan do’a setelah
wudlu
Sebutkan do’a setelah wudlu!
Mengetahui
Brangsong , 15 Maret 2011
Kepala Madrasah
Guru bidang studi Fiqih
Drs.Nadhiroh , M.Pd
Jazilah
NIP. NIP. 19650119200003 1 001
NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II
Sekolah
: Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/Semester
:I/2
Alokasi Waktu
: 2 x 30 menit
A. Standar Kompetensi 3.
Mengenal tata cara wudhu
B. Kompetensi Dasar 3.2
Mempraktikkan tata cara wudhu
C. Tujuan Pembelajaran :
Mempraktikkan berwudhu sesuai urutannya.
Dibimbing guru, dapat melafalkan do’ a sesudah berwudhu
D. Materi Pembelajaran
Praktek berwudhu
Hafalan niat sebelum berwudhu
Do’a sesudah wudhu
E. Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Demontrasi
Penugasan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran 4. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a.
Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang tata cara berwudhu
Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa bahwa betapa pentingnya berwudhu.
Meminta siswa menyiapkan buku teks Fiqih.
5. Kegiatan Inti ( 50 menit )
Eksplorasi: -
Guru meminta masing-masing siswa membaca buku teks Fiqih tentang berwudhu.
Elaborasi: -
Siswa mencatat hasil temuan masing-masing dalam buku catatan tentang berwudhu
-
Guru melakukan tanya jawab tentang berwudhu.
-
Guru menggali pengalaman siswa melalui bacaan, film atau sinteron dengan tema berwudhu
-
Guru mendemonstrasikan tata cara wudhu
-
Meminta siswa untuk membaca dalil tentang berwudhu.
Konfirmasi: -
Guru meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan cara berwudhu
6. Kegiatan Penutup ( 5 menit )
Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan materi tentang berwudhu
Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi berwudhu
Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing
Alat/Sumber Belajar
Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain
G. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik
Bentuk
Penilaian Penilaian
Melafalkan niat wudhu
Unjuk
Mendemontrasikan cara
Kerja
Uraian
Sebutkan niat wudhu!
berwudhu
Contoh Instrumen
Bagaimanakah cara berwudhu?
Menghafalkan do’a setelah
wudlu
Sebutkan do’a setelah wudlu!
Mengetahui
Brangsong , 15 Maret 2011
Kepala Madrasah
Guru bidang studi Fiqih
Drs.Nadhiroh , M.Pd
Jazilah
NIP. NIP. 19650119200003 1 001
NIP.
LAMPIRAN HASIL TES SISWA PRA SIKLUS No.
Nama Siswa
Skor
Keterangan T
TT
1
AGNAS AFIT SAMUDRA
45
√
2
QHOIRI PRASETYO. M. K
50
√
3
AHMAD RAMADANI
80
4
AJIE PRIYA PANGESTU
60
√
5
ALLAUDDIN WYNANDA
55
√
6
ANISAH DZAKA’. H
80
√
7
ANTIKA NUR AJIJAH
70
√
8
ARDIYAN FAKRUN NISA
80
√
9
FERI ANDIKA PUTRA
65
10
FERI FIRMANSYAH
70
√
11
HALIMAH
80
√
12
HANIFAH
70
√
13
HASNA ROFIDAH
65
14
HENIDA SARASWATI
75
15
IRSYAD AL JABBAR
50
16
ITA WIDYA KUSUMA
80
17
LAFIF MUCHIBATUL. H
60
√
18
LISA NIA ARDIANTI
40
√
19
MUHAMMAD AINUN. N
65
√
20
MUHAMMAD YUHOK. P
60
√
21
MUHSIN
70
√
22
HAFIDATUL AZIZAH
80
√
23
NAFI ALIN BURHANUDIN
70
√
24
NURMA WIJAYANTO
70
√
25
OEKE CAHYANINGTYAS
60
√
√
√ √ √ √
√
26
PUJI RAHAYU
80
√
27
RAHMAD AMALUDIN
70
√
28
REZA CANDRA SAPUTRA
65
√
29
RIFAI GHOFILIN NAFI
60
√
30
RISTA ANDINI SUYONO
65
√
31
ROBI MAULANA
70
√
32
SALSA BILA FITRI
80
√
33
VIRNA CHRISMIATI
70
√
34
WINDANI S.
50
Jumlah Skor
2260
Jumlah Skor Maksimal. Ideal 3400 Skor Tercapai 52,9 %
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
√ 18
16
SIKLUS I No
Nama Siswa
Skor
Keterangan T
TT
1
Andika Ma'ruf Arifakhrudin
65
√
2
Arif Hendi Andra S.
65
√
3
Azhim Nur S.
85
√
4
Dewi Kusumah Ningrum
70
√
5
Dwi Herawati
70
√
6
Edvan Febrian Ahmad
80
√
7
Eka Rizqi Al-Fiyani
65
8
Khusnul Sabilillah
85
√
9
M. Maulana Ibrahim
70
√
10
M. Samsul Ma'arif
75
√
11
M. Wahyu Budi Utomo
80
√
12
M. Zidna Ilman
80
√
13
Muhammad Faesal Arifin
70
√
14
Muhammad Ibnu Amar
75
√
15
Muhammad Farhan
70
√
16
Muhammad Rofikin
85
√
17
Naila Mahromah
65
√
18
Nailly Fatimatuzzahro
60
√
19
Nismawati Nengrum
65
√
20
Nur Lina Sari
70
21
Richa Nurul Fitria
65
22
Rizki Maulana
75
√
23
Silvia Indriwati
70
√
√
√ √
√
24
Siti Nur Azizah
70
25
Tia Indriana Zulianingsih
65
26
Yesinata Aditya Karina
80
27
Yesananda Aditya Karina
65
28
Zahrotul Janah
70
√
2010
19
Jumlah Skor 2465 Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 Skor Tercapai 67,6 %
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
√ √ √
9
SIKLUS II No.
Nama Siswa
Skor
Keterangan T
TT √
1
Andika Ma'ruf Arifakhrudin
65
2
Arif Hendi Andra S.
70
√
3
Azhim Nur S.
95
√
4
Dewi Kusumah Ningrum
80
√
5
Dwi Herawati
75
√
6
Edvan Febrian Ahmad
80
√
7
Eka Rizqi Al-Fiyani
70
√
8
Khusnul Sabilillah
90
√
9
M. Maulana Ibrahim
75
√
10
M. Samsul Ma'arif
75
√
11
M. Wahyu Budi Utomo
85
√
12
M. Zidna Ilman
85
√
13
Muhammad Faesal Arifin
80
√
14
Muhammad Ibnu Amar
85
√
15
Muhammad Farhan
80
√
16
Muhammad Rofikin
80
√
17
Naila Mahromah
75
√
18
Nailly Fatimatuzzahro
65
19
Nismawati Nengrum
80
√
20
Nur Lina Sari
80
√
21
Richa Nurul Fitria
65
22
Rizki Maulana
90
√
23
Silvia Indriwati
75
√
24
Siti Nur Azizah
75
√
25
Tia Indriana Zulianingsih
65
26
Yesinata Aditya Karina
80
√
27
Yesananda Aditya Karina
75
√
√
√
√
28
Zahrotul Janah
Jumlah Skor 2635 Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 Skor Tercapai 88,2 %
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
75
√
2170
24
4