NILAI MORAL DALAM D BUKU LIFE CHANGER C K KARYA MARIO M TEG GUH DAN RELEVANS R SINYA DEN NGAN AKH HLAK ISLA AM
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarb biyah dan K Keguruan K Yoogyakarta Universitas Islam Neggeri Sunan Kalijaga untu uk Memenu uhi Sebagian n Syarat Meemperoleh Gelar G Sarja ana Strata Sattu Pendidik kan Islam
Diisusun Oleh h: Dwi Praasetya Wah hyu Aji NIM. 074101001
JURU USAN PEND DIDIKAN AGAMA A ISL LAM FAKUL LTAS TAR RBIYAH DA AN KEGUR RUAN UIN SUNAN KALIIJAGA YOGYAKART TA 2012
MOTTO
Semua yang bernilai, dimulai dari yang bernilai sekarang∗
∗
Mario Teguh, “Life Changer”, Jakarta: Mario Teguh Publishing House, 2009, hlm. 177
v
KATA PENGANTAR
ﻋﻠَﻰ ﺁِﻟ ِﻪ َ ﷲ َو ِ ل ِ ﺳ ْﻮ ُ ﻋﻠَﻰ َر َ ﻼ ُم َ ﺴ ﻼ ُة وَاﻟ ﱠ َﺼ ﺣ َﺪ ُﻩ وَاﻟ ﱠ ْ ﷲ َو ِ ﺤ ْﻤ ُﺪ َ َا ْﻟ ﷲ ُ ن ﻵِإَﻟ َﻪ ِإﻻﱠ ْ ﺷ َﻬ ُﺪَأ ْ ﷲ َأ ِ ﻻ ُﻗ ﱠﻮ َة ِإﻻﱠﺑِﺎ َ ل َو َ ﺣ ْﻮ َﻻ َ ﻦ وَا َﻟ ُﻪ ْ ﺤ ِﺒ ِﻪ َو َﻣ ْﺻ َ َو . َأﻣﱠﺎ َﺑ ْﻌ ُﺪ,ﻲ َﺑ ْﻌ َﺪ ُﻩ ﻻ َﻧ ِﺒ ﱠ َ ﺳ ْﻮُﻟ ُﻪ ُ ﻋ ْﺒ ُﺪ ُﻩ َو َر َ ﺤ ﱠﻤﺪًا َ ن ُﻣ ﺷ َﻬ ُﺪ َأ ﱠ ْ َوَأ Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, tauladan akhlak sejati yang sempurna. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang “Nilai Moral Dalam Buku Life Changer Karya Mario Teguh Dan Relevansinya Dengan Akhlak Islam”. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bpk. Drs. Radino, M. Ag atas kritik dan saran kepada penyusun. 4. Penasihat Akademik, Ibu Dr. Hj. Marhumah, M. Pd atas nasihat dan dukungannya. 5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
6. Kedua orang tuaku, Ibunda Isdiyati dan ayahanda Achmad Jais tercinta yang tak pernah berhenti mendo’akan dan memberikan nasehatnya. 7. Kakaku Irvan Prasetya Aji, yang senantiasa memberikan semangat, serta motivasinya kepada adiknya untuk menyelesaikan studi S1. 8. Sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kalian yang telah memberikan pengalaman dalam menegakkan panji-panji berpikir kritis. 9. Seluruh keluarga PAI NR 2007, yang selalu memberikan semangat, dan dukungan Moril. 10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuannya. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dapat diterima oleh Allah swt dan selalu mendapat petunjuk dan limpahan rahmat dari-Nya, amin.
Yogyakarta, 27 Mei 2012 Penyusun,
Dwi Prasetya Wahyu Aji NIM. 07410101
viii
ABSTRAK Dwi Prasetya Wahyu Aji. Nilai Moral Dalam Buku Life Changer Karya Mario Teguh Serta Relevansi dengan Akhlak islam. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi permasalahan degradasi moral, dan permasalahan pendidikan dengan mendeskripsikan, menghubungkan dan menganalisis Nilai Moral Dalam Buku Life Changer dan Relevansinya dengan Akhlak Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu melalui teks-teks tertulis berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang mendukung kajian penelitian. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan pendekatan penafsiran hermenuetik. Analisis data dilakukan dengan metode teknik analisi isi (content analysis) dengan menggunakan cara berfikir induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik ke arah generalisasi yang bersifat umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Buku Life Changer karya Mario Teguh sarat dengan nilai moral. Terdapat kekurangan serta kelebihan dalam buku Life Changer. Buku Life Changer mengandung nilai-nilai yang bermanfaat untuk pendidikan. Nilai moral yang terdapat di dalamnya terdiri dari moral terhadap Tuhan, moral individu, moral kolektif atau sesama, moral terhadap keluarga, dan moral lingkungan. Moral terhadapTuhan terdiri dari nilai taqwa, nilai berdoa, nilai dzikrulloh atau Menginggat Allah SWT. Moral individu yang terdiri dari nilai sabar, nilai syukur, nilai kejujuran, nilai ketekunan, nilai keadilan, nilai ikhlas, dll. Moral kolektif, atau sesama dalam buku Life Changer terdiri dari nilai empati, nilai saling menghormati, nilai saling tolong menolong, dan nilai menjaga silaturahmi. Moral keluarga yang terdiri dari nilai bimbingan keluarga, dan nilai kepatuhan terhadap ke dua orang tua. Moral lingkungan yang ditemukan dalam buku Life Changer terdapat pesan untuk pembaca agar melestarikan lingkungan. (2) Terdapat relevansi dalam buku Life Changer antara moral dengan Akhlak Islam. Relevansi moral dengan akhlak Islam dalam buku Life Changer yaitu ruang lingkup moral yang sesuai dengan akhlak Islam dan sesuai dengan ajaran AlQur’an, dan Al Hadist.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN SURAT PERNYATAAN .................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi HALAMAN KATA PENGANTAR ......................................................................... vii HALAMAN ABSTRAK ........................................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................................. x BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ B. Rumusan Masalah .................................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... D. Kajian Pustaka ....................................................................................... E. Landasan Teori ...................................................................................... F. Metode Penelitian .................................................................................. G. Sistematika Pembahasan ........................................................................
1 11 11 12 14 25 29
BAB II : BIOGRAFI MARIO TEGUH DAN SINOPSIS BUKU LIFE CHANGER ................................................................................................................ 31 A. Biografi Mario Teguh ............................................................................ 31 B. Sinopsis Buku ........................................................................................ 39 BAB III : MORAL DALAM BUKU LIFE CHANGER SERTA RELEVANSI DENGAN AKHLAK ISLAM .................................................................. 52 A. Moral Terhadap Tuhan .......................................................................... B. Moral Individu ....................................................................................... C. Moral Kolektif atau Moral Terhadap Masyarakat ................................ D. Moral Terhadap Keluarga ...................................................................... E. Moral Terhadap Alam (Lingkungan) .....................................................
52 61 86 95 106
BAB IV : PENUTUP ................................................................................................ 110 A. Kesimpulan ............................................................................................ 110 B. Penutup .................................................................................................. 110 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 111 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 112 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 113
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Banyak kasus moral yang terjadi semakin hari tidak berkurang tetapi semakin meningkat. Hal tersebut didapat dari orang yang mempunyai jabatan hingga yang tidak mempunyai jabatan. Mulai dari yang muda hingga yang tua. Dan dari yang mempunyai materi hingga kekurangan materi. Di antara keruntuhan moral yang terjadi setiap hari adalah kriminalitas, kurangnya rasa hormat antara orang muda, dan orang tua, pergaulan bebas antara lelaki, dan wanita sehingga hamil tanpa ikatan nikah, pengguguran kandungan (aborsi), pembuangan bayi, dan sebagainya.1 Kasus moral ditemui yaitu anggota DPR hanya masuk dua kali rapat dalam tempo dua tahun, dan untuk renovasi toilet gedung DPR menghabiskan Rp 2 miliar. Hal lain ditemui dalam media massa Koran Tribun Jogja menuliskan berita yaitu “JAKARTA-Badan Anggaran (BANGAR) DPR RI membuat heboh lagi. Kali ini memboros biaya lebih dari Rp 20 miliar untuk renovasi ruangan rapatnya yang hanya berukuran kurang lebih 20X20 meter. Ruangan baru ini menggunakan perabot seperti sofa dan kursi produk impor dari Jerman”.2
1
Muhammad AR, Bunga Rampai Budaya, Sosial, dan Keislaman, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal. iii. 2 Harian Pagi Tribun Jogja Spirit Baru DIY Jateng, Hari Kamis Tanggal 12 Januari 2012, hal. 1.
1
Anggota DPR adalah orang yang mempunyai derajat tinggi, dan contoh berperilaku. Tetapi yang terjadi, beberapa anggota perwakilan rakyat melakukan tindakan, dan kebijakan yang tidak dicontoh, dan tidak memihak kepentingan rakyat. Banyak kasus moral yang terjadi dipegaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dominan yang sering dijumpai yaitu lemahnya peran pendidikan dalam membentuk moral individu. Pengaruh lain dari maraknya perilaku degradasi moral yang terjadi yaitu kurangnya motivasi seseorang untuk mencari makna kehidupan. Terdapat berbagai kasus yang mengarah pada lemahnya kontrol pendidikan terhadap pembentukan karakter moralitas individu. Banyaknya kasus-kasus dikalangan remaja seperti penggunaan narkotika, dan obat-obatan terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, dll. Sedangkan dalam kasus pendidik yang menjadi panutan utama dalam pendidikan tidak terlepas juga dari berbagai kasus moral. Dibutuhkan studi refleksitatif, serta pemahaman tentang makna pendidikan moral untuk dapat menciptakan pribadi yang mempunyai jiwa moralitas tingi. Lebih spesifik adanya kasus degradasi moral disebabkan pengaruh pendidikan akhlak yang masih lemah. Achmad Jenggis P mengemukakan bahwa kegagalan kebanyakan pendidikan saat ini dalam menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang mumpuni hanya sampai kepada ketinggian ilmu pengetahuan saja, namun melupakan akhlak. Itulah produk dari pendidikan yang timpang. Namun kebalikannya, ajaran Islam telah mempunyai perhatian
2
khusus, dan tidak mengabaikannya saja mengejar kepintaran, dan kepandaian semata.3 Ditemui dalam kasus moral menggunakan kekuasaan untuk menindas hak orang lain. Kasus ini terjadi di daerah Mesuji, dan Bima. Dalam media massa Kompas ditemukan informasi yaitu “Ketika tragedi dugaan pembantaian rakyat di Mesuji, Lampung, belum terungkap, aparat kepolisian kembali melakukan tindakan brutal dengan menembaki pengunjuk rasa di Sape, Bima, Nusa tenggara Barat. Lalu, kapan mimpi kita akan hadirnya Negara yang melindungi rakyat benar- benar terwujud”.4 Kekuatan atau power untuk mengatasi degradasi moral tidak memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Plato bahwa”the sight of ugliness produces something ugly in the soul”. Apalagi kalau yang melihatnya adalah orang yang merasa paling bermoral, merasa dirinya suci sehingga ingin membasmi keburukan dengan tindakan yang lebih buruk lagi.5 Hal yang terjadi dalam kasus Mesuji, dan Bima. Tampaknya orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut lari dari hati nurani, dan pemikiran yang sehat untuk meraih tujuan materi. Ada kecenderungan bagi orang yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan, menggunakan kekuatan dan kekerasan tersebut untuk merampas hak orang lain. Dengan dihadapkan pada berbagai kasus moral yang semakin hari semakin meningkat dibutuhkan sikap perubahan yang nyata. Sikap perubahan yang 3 Achmad Jenggis P, Kebangkitan Islam, Yogyakarta: NFP Publishing, 2011, hal. 108. 4
Syamsuddin Haris, Negara Predator, dalam Kompas, edisi 5 januari 2012, hal. 6. Yasraf Amir Piliang,Hantu-Hantu Politik, dan Matinya Sosial, (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hal. 195. 5
3
nyata dapat diperoleh melalui tokoh-tokoh inspirator, dan motivator. Dengan tokoh-tokoh inspirator, dan motivator dapat dihubungkan dalam dunia pendidikan yang dapat digunakan untuk media perbaikan degradasi moral. Di antara tokoh-tokoh inspirator, dan motivator yang sering dijumpai yaitu Bob Sadino, Christian Adrianto, Andreas Harefa, Andrie Wongso, Mario Teguh, Tung Desem Waringin, Rudy Lim, Victor Asih, Andrie Saragih, Azhar Kelana, dll. Setiap tokoh motivator mempunyai ciri khas berbeda. Mulai dari style berpakaian, gaya komunikasi yang dipakai, dan sudut pandang pemikiran. Di antara banyaknya tokoh motivator di Indonesia salah satu tokoh motivator menarik untuk diteliti yaitu Mario Teguh. Dalam mengkaji buku Life Changer tidak hanya meneliti pesan-pesan motivasi yang disampaikan Mario Teguh. Tetapi perlu pengkajian, dan tafsiran tentang kesesuaian atau tidak kesesuaian dalam memperbaiki degradasi moral. Di butuhkan studi yang kritis, dan mendalam. Karena dengan gaya bahasa yang sederhana membuat makna pemahaman dalam buku Life Changer menjadi bermacam-macam. Hal ini yang menarik untuk diungkap oleh peneliti. Pesan-pesan yang diungkap tidak hanya teks yang tertuang dalam buku Life Changer. Tetapi pesan moral yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Menginggat pendidikan perlu perbaikan dan pendidikan dapat dijadikan sebagai jalur yang tepat untuk mengatasi kasus degradasi moral.
4
Ciri khas seluruh karya Mario Teguh yaitu setiap sub bab menggunakan judul dengan bahasa Inggris, dan kalimat yang sederhana. Bahkan tidak sedikit sub bab judul karya Mario Teguh bersifat kiasan. Sehingga membuat pembaca menjadi penasaran.6 Contohnya yaitu Dusta Putih. Dusta putih mengandung beberapa penafsiran yaitu apakah ada dusta putih? Apakah dusta putih merupakan wujud berbohong yang diperbolehkan? karena ada kata putih yang berarti bersih, dan suci. Hal ini yang menjadi daya penarik pembaca untuk mengetahui maksud dari sub bab tersebut. Pembaca tidak bisa mengetahui maksud dari sub bab dengan membaca sekilas. Karena maksud dari Dusta Putih yaitu anjuran untuk bersikap jujur walau apa yang akan terjadi, karena jika individu berdusta dia tidak hanya menyakiti orang lain tetapi dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan kutipan yaitu: “Dan dari semua hal yang mencandui dan merusak kebaikanmu, kebohongan adalah yang terkuat. Seseorang yang kecanduan berbohong, akan bahkan berupaya membohongi Tuhan. Dan ketahuilah bahwa dusta selalu melukai, walaupun dilakukan untuk kebaikan. Jika tidak melukai yang berdusta, ia akan melukai penerima dusta, atau melukai yang menyaksikan”.7 Banyak orang yang salah menafsirkan antara moral, etika, etiket dan akhlak. Antara moral, etika, etiket dan akhlak bukan hal yang sama. Terdapat perbedaan , dan persamaan antara moral, etika, etiket dan akhlak. 6 7
Mario Teguh, Life Changer, (Jakarta: Mario Teguh Publishing House, 2009), hal 98. Ibid., hal. 98.
5
Ahmad Charris mengemukakan etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau Morality dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.8 Etiket yaitu cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Berlaku dalam pergaulan, bersifat relatif9. Sedangkan Akhlak yaitu tata aturan yang mengatur tata pergaulan hidup manusia, tidak hanya yang berkaitan dengan Allah SWT, sesama manusia, alam semesta serta lingkungan, tetapi juga akhlak manusia terhadap dirinya sendiri. Akhlak merupakan aspek islam yang mengatur tata krama, sopan santun, dan perilaku manusia.10 Jadi etika merupakan
sistem nilai-nilai yang ada,
etiket merupakan
perbuatan yang harus dilakukan, moral merupakan hasil perbuatan yang dinilai, dan akhlak adalah aspek tata krama sopan santun yang berdasarkan agama Islam dengan pedoman Al-Qur’an dan Al Hadist. Dalam buku Life Changer peneliti mengkaji nilai moral serta relevansinya terhadap akhlak. Dalam buku Life Changer ditemui: “....... Hidup ini memang sementara, jika kita dibandingkan dengan panjangnya keindahan hidup di akhirat. Tetapi, jika dibandingkan dengan penderitaan karena rasa sakit, kelaparan, keterpinggiran, kemiskinan, dan ketertindasan -hidup di dunia ini sangaaaaaaaaaaat panjang. Maka, janganlah pengertian mengenai kesementaraan hidup di dunia-jika 8
Ahmad Charris, Kuliah etika, (Jakarta Utara: Rajawali Pers (cetakan kedua), 2007), hal. 13. Ibid., hal. 9. 10 Ahmad Thib Raya & Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003), hal. 26. 9
6
dibandingkan dengan panjangnya kehidupan akhirat, menjadikan kita orang-orang yang menelantarkan kehidupan di dunia ini. ... Jika kehidupan dunia ini sementara, hanya mampir minum, dan tidak penting, mengapakah pribadi pilihan Tuhan yang diperkenalkan kepada kita sebagai utusan Tuhan, juga dikenakan keharusan untuk meneladankan kehidupan dan perniagaan yang baik, memimpinkan kesetiaan kepada kebenaran-sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Utusan kepada kita? Mengapakah Tuhan mengharuskan para Rasul dan Nabi untuk berlaku baik di dunia? Mengapakah para Rasul dan Nabi juga meneladankan kehidupan dunia yang sejahtera, berbahagia, dan cemerlang? Mungkin itu semua dimaksudkan agar kita menjadikan kehidupan dunia ini sebagai pembangunan keindahan kehidupan akhirat kita. Karena kehidupan di dunia ini tidak boleh ditelantarkan, hanya karena kita lebih memuliakan kehidupan akhirat. .......... karena kita menjadi pribadi yang memuliakan orang tua, keluarga, dan siapa pun yang kita layani, karena kita memelihara kelestarian alam, dan karena kita hidup untuk Tuhan, agar kematian kita menjadi gerbang yang indah, yang menghubungkan kehidupan kita di dunia ini, dengan kehidupan kita di akhirat-di surga.”11 Dalam penggalan kalimat tersebut terdapat nilai moral yang sesuai juga dengan akhlak Islam. Nilai moral dalam penggalan kutipan tersebut yaitu moral terhadap Tuhan, moral individu, moral lingkungan, serta moral 11
Mario Teguh, Life Changer, hal. 204-206.
7
kolektif. Bukti terdapat moral terhadap Tuhan, moral pribadi, moral terhadap lingkungan terdapat dalam kalimat yaitu: “...... Karena kita menjaga kejernihan dari pikiran kita, memelihara kebeningan dari hati kita, dan menetapkan keindahan perilaku kita, agar kita menjadi sebaik-baiknya pribadi di hadapan Tuhan, karena kita menjadi pribadi yang memuliakan orang tua, keluarga, dan siapa pun yang kita layani, karena kita memelihara kelestarian alam, dan karena kita hidup untuk Tuhan”.12 Kata kunci dalam kutipan tersebut yaitu menjaga kejerniham hati, pikiran, menjaga kebeningan, dan menetapkan keindahan perilaku. Dengan memuliakan orang tua, keluarga, dan siapa yang dilayani, dan menjaga kelestarian alam. Berdasarkan kata kunci di atas, Mario Teguh mengajak pembaca untuk berakhlak karimah. Berfikir positif dalam akhlak Islam dikenal juga dengan husn al-zann. Husn al-zann dalam akhlak Islam meliputi berprasangka positif terhadap Allah SWT, terhadap Nabi, dan Rasululah, terhadap sesama manusia. Kutipan “memuliakan orang tua, keluarga serta orang lain“ merupakan wujud moral terhadap sesama yaitu nilai saling menghormati. Selain nilai saling menghormati dalam kutipan kalimat tersebut terkandung nilai menjaga silaturahmi, dan berbakti terhadap ke dua orang tua. Dalam akhlak Islam disebut habl min al-nas. Sedangkan nilai berbakti terhadap orang tua dalam akhlak Islam di kenal dengan birrul wal dain. Kunci 12
Ibid., hal. 105.
8
utama perubahan moral yaitu dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga. Hal ini yang kurang diperhatikan dalam pembinaan moral, serta akhlak dalam keluarga. Sedangkan moral terhadap kelestarian lingkungan terwujud dalam kutipan “memelihara kelestarian lingkungan. Dalam akhlak islam juga disebut habl min alam. Menciptakan kelestarian alam merupakan amanah yang harus dilaksanakan oleh manusia dengan penuh tanggung jawab. Dengan menciptakan kelestarian lingkungan berarti manusia telah menciptakan kehidupan bagi dirinya sendiri. Sedangkan moral terhadap Tuhan yang terdapat kutipan tersebut yaitu”wujud tujuan hidup manusia yaitu hidup untuk Tuhan” dalam akhlak Islam dikenal dengan habl min Allah. Dengan menggunakan tujuan hidup untuk Tuhan. Maka manusia hidup di dunia akan berhati-hati. Ibarat manusia yang hidup di dunia ini yaitu hidup berjalan di atas duri. Dengan maksud berjalan dengan penuh kehati-hatian yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang agama. Sebab segala yang dilarang agama menarik untuk dilakukan. Tetapi mengandung akibat yang merugikan. Karena seluruh tindakan perbuatan manusia diperhitungkan dihadapan Tuhan. Dalam akhlak Islam disebut ketakwaan. Moral dengan akhlak Islam mempelajari hal yang sama yaitu perilaku manusia. Dalam Islam utusan orang yang dapat dijadikan panutan hidup yaitu Nabi, dan Rasul. Nabi, dan Rasul meski telah dijanjikan surga, tetapi tetap meneladankan perilaku terpuji yang dapat dijadikan contoh umat.
9
Karena ajaran nabi, dan Rasul yaitu keindahan kehidupan akhirat dibangun melalui kehidupan di dunia. Hal ini diperkuat dalam akhlak Islam yaitu anjuran perilaku manusia mencontoh pribadi Rasulullah. Dalam firman Allah SWT ditemui yaitu: “Sesungguhnya dalam diri Nabi ada sebaik-baik, dan sebagusbagus model perilaku (yang harus diikuti)”.13 Pendidikan sebagai sasaran dalam perbaikan moral penting untuk dijadikan fokus perhatian. Sebab pendidikan merupakan pintu utama untuk bersosialisasi dengan individu. Pendidikan tidak hanya transfer of teory tetapi pendidikan harus mempunyai transfer of knowledge. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan menurut Dr. M. Yatimin Abdullah bahwa pendidikan adalah mendidik, melatih, memelihara, dan membimbing. Pendidikan merupakan latihan fisik, dan mental yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban, dan tanggung jawab dalam masyarkat. Pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian), dan menanamkan tanggung jawab.14 Dari penelaah secara sekilas terhadap Buku Life Changer karya Mario Teguh. Penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam buku tersebut yang sesuai dengan perbaikan kualitas pendidikan dan relevansinya dengan Akhlak Islam. 13
Lihat di Qur’an terjemahan QS. Al-Ahzab: 21. Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an, (Jakarta:Amzah, 2007), hal 36. 14
10
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi landasan pijakan peneliti dalam penyusunan skripsi yaitu: 1. Apa nilai moral yang terkandung dalam buku Life Changer karya Mario Teguh yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan? 2. Bagaimana relevansi nilai moral yang terkandung dalam buku Life Changer karya Mario Teguh dengan nilai akhlak Islam? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian adalah: a. Menjelaskan nilai moral yang terkandung pada buku Life Changer karya Mario Teguh yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. b. Mengetahui relevansi nilai Moral dan akhlak Islam yang terdapat dalam buku Life Changer. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritik Akademik 1) Berguna untuk bahan rujukan peneliti yang mempunyai masalah sejenis. 2) Sebagai
sumbangsih
untuk
memperkaya
literatur
skripsi
perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
11
b. Secara Praktis 1) Berguna bagi peneliti untuk mengetahui lebih dalam nilai moral dalam buku Life Changer karya Mario Teguh. 2) Berguna untuk memotivasi seseorang untuk memperbaiki moral secara komprehensif, holistik, dan berkesinambungan.
D. Kajian Pustaka Hasil kajian pustaka yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil penelitian yang relevan yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Febriana Utami, jurusan Kependidikan Islam fakultas Tarbiyah tahun 2007 dengan judul”Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Dongeng di Majalah Bobo tahun 2006 (Relevansinya Dengan Pendidikan Akhlaq)”. Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Majalah Bobo tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis pendidikan moral yang terdapat pada dongeng majalah Bobo pada tahun 2006 yaitu moral kepada Tuhan, moral kepada sesama, dan moral terhadap diri sendiri. Terdapat relevansi dongeng yang terdapat pada majalah Bobo dengan pendidikan Akhlaq.15 2. Penelitian yang dilakukan oleh Acmad Ali Faisol, jurusan pendidikan Agama Islam dengan judul” Pendidikan Moral dalam Novel Serenade Biru Karya Asma Nadia Dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam”. Terhadap penelitian mengungkapkan terdapat pendidikan moral dalam 15
Febriana Utami, ”Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Dongeng di Majalah Bobo”, Skripsi , Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, hal. ix.
12
novel Serenade Pendidikan Agama Islam. Skripsi ini menggungkapkan nilai pendidikan moral dalam karya sastra Serenada Biru dan relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Nilai moral yang ditemukan dalam karya Serenada Biru yaitu moral individu, Moral untuk orang lain, dan hasil penelitian menunjukkan terdapat relevansi dengan Pendidikan Agama Islam.16 Kajian pustaka yang dilakukan peneliti mempunyai tujuan untuk bahan evaluasi pertimbangan dengan skripsi yang mempunyai kemiripan tema atau mengkaji hasil penelitian yang relevan. Dengan evaluasi terhadap skripsi yang mempunyai kemiripan tema dapat diperoleh kelemahan, serta kelebihan dari masing-masing skripsi. Terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana Sari Utami dan Acmad Ali Faisol. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terletak pada jenis sumber tertulis yang digunakan. Sumber buku yang digunakan oleh peneliti yaitu hasil karya pemikiran yang dilakukan oleh tokoh Mario Teguh. Terdapat persamaan penelitian karya sastra antara Febriana Sari Utami dengan Acmad Faisol yaitu karya sastra nonfiksi. Persamaan lain dalam skripsi yaitu fokus objek kajian. Fokus objek kajian yaitu tetang nilai moral, dan akhlak Islam.
16
Acmad Ali Faisol, ”Pendidikan Moral dalam Novel Serenade Biru Karya Asma Nadia Dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, hal. viii.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Febriana Sari Utami mempunyai kelemahan dibidang mengkaitkan pentingnya pendidikan moral dengan kasus degradasi moral yang terjadi. Sedangkan kelebihan terhadap penelitian yang dilakukan Febriana Sari Utami yaitu lengkapnya sumber data yang diperoleh. Hingga Febriana Sari Utami berusaha hijrah ke Jakarta untuk memperoleh kelengkapan data. Penelitian yang dilakukan oleh Acmad Ali Faisal mempunyai kelebihan mengkaitkan pendidikan moral yang belum berjalan dengan baik dengan kasus-kasus degradasi moral yang terjadi. Namun penelitian kelengkapan data-data yang dikumpulkan lebih unggul Febriana Sari Putri. Berdasarkan hasil evaluasi penulis terhadap hasil penelitian tersebut maka penulis mencoba melaksanakan penelitian dengan belajar terhadap penulispenulis sebelumnya.
E. Landasan Teori 1. Nilai Mempelajari nilai merupakan hal menarik untuk dibahas. Hal menarik dari mempelajari nilai yaitu dengan nilai kita dapat membedakan antara manusia dengan hewan. Perbedaan tersebut mengacu pada akal. Jika hewan tidak ada nilai yang mengatur karena hewan berpikir menggunakan insting. Tetapi manusia berpikir menggunakan akal, sehingga nilai dapat dijadikan tolok ukur, tata ukur, batasan dan dapat dijadikan pedoman bertingkah laku bagi kehidupan manusia.
14
Pengertian nilai terdapat berbagai penafsiran. Penafsiran nilai
yaitu
sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang berharga, sesuatu yang worth while, sifat nilai moral yaitu bersifat normatif, mengikat individu sebagai manusia, wajib direalisasikan.17 Pendapat lain ditemukan juga dalam kamus Purwadarminta dikatakan nilai adalah harga dalam tafsiran misalnya nilai intan, harga sesuatu misalnya uang, angka kepandaian, kadar mutu, sifat atau hal-hal penting atau berguna bagi kemanusiaan, misalnya nilai-nilai agama.18 Contoh nilai yang bersifat normatif yaitu tanggung jawab, dalam nilai tanggung jawab ditinjau dari nilai agama yaitu sesuatu yang mengikat seorang muslim untuk melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah SWT. Sesuai dengan perintah yang terdapat dalam al Qur’an, dan As Sunnah. Sedangkan jika dikaitkan dengan moral nilai tanggung jawab mengandung maksud menanggung konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan berdasarkan aturan norma masyarakat yang berlaku. Pelanggaran terhadap nilai moral tanggung jawab yaitu hukuman langsung, dan tidak langsung dari masyarakat. Contoh nilai dipandang dari segi value yaitu nilai harga 1 kg beras yaitu Rp. 8500, atau contoh lain yaitu anak dikatakan pandai jika masuk dalam 10 besar rangking satu kelas. Jadi nilai dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang
17
K. Bertens, Keprihatinan Moral Telaah Atas Masalah Etika, (Yogyakarta: Kanisius, (Cetakan X), 2007), hal. 56. 18 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu pengantar. (Bandung: CV. Diponegoro (Cetakan VII), 1996), hal. 20.
15
bersifat normatif dan juga dapat bersifat value tergantung dari penggunaan kata yang dipakai. Hal yang perlu dipahami dari tujuan pembahasan nilai yaitu terbentuknya tatanan nilai. Tata nilai adalah aturan pandangan dan anggapan masyarakat yang digunakan sebagai pedoman dalam menilai sesuatu dan dalam mengendalikan serta memilih tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain, tata nilai adalah suatu kumpulan norma yang diakui oleh masyarakat dan digunakan sebagai pedoman dalam menentukan sikap selanjutnya.19 2. Etiket K. Bertens mengemukakan Etiket yaitu cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Berlaku dalam pergaulan, bersifat relative. Contoh: menyerahkan tugas ke atasan harus dengan tangan kanan. Dianggap melanggar etika jika menyerahkan tugas ke atasan dengan tangan kiri20. Sehingga etiket lebih menekankan terhadap tata cara bertata karma dan sopan santun terhadap orang lain. Rismawaty menambahkan bahwa etiket itu merupakan tata cara, dan tata karma yang baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.
19 Muhammad Thalhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2000), hal.9. 20 K.Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (Cetakan ke sepuluh) 2007), hal.9.
16
Etiket sering disebut juga tata krama, yakni kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat.21 Etiket yang dikemukakan oleh Rismawaty berbeda tipis dengan etiket yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim. Ibnu Qayyim merupakan salah satu tokoh yang memperhatikan masalah etiket. Pemikiran Ibnu Qayyim tentang etiket didasarkan atas ajaran Qur’an, dan Sunnah. Etiket Islam menurut Ibnu Qayyim yaitu ekspresi sikap pembawaan diri dalam bentuk kemampuan, dan energi ke dalam bentuk aksi. Lebih spesifik Ibnu Qayyim menjelaskan ada tiga jenis etiket yaitu etiket kepada Allah, etiket kepada Rasul, dan ajarannya, serta kepada sesama makhluk. Etiket kepada Allah artinya melaksanakan ajaran agama, dan memegang teguh syariat agama, baik secara eksplisit. Etiket kepada Rasul artinya bersikap menerima sepenuh hati (kerasulannya), patuh terhadap ajarannya, dan berhati terbuka menerima hadist, atau kabar yang datang darinya. Sedangkan etiket kepada sesama makhluk artinya memperlakukan orang lain secara proporsional, sesuai perbedaan tingkat sosial meremehkan, karena setiap tingkatan memiliki etiket tersendiri22. Perbedaan Rismawaty, dan Ibnu Qayyim terletak pada sudut pandang. Namun mempunyai kesamaan yaitu membahas apa yang pantas, dan tidak pantas berupa tata krama. Jadi etiket lebih condong terhadap sikap pantas dan tidak pantas, sopan santun, serta berlaku sosial dengan orang lain.
21
Rismawaty, Kepribadian Dan Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal.68. Abdul Azis bin Abdullah Al-Ahmad, Kesehatan Jiwa: Kajian korelatif Pemikiran Ibnu Qayyim, dan Psikologi Modern, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), hal.96. 22
17
3. Moral Secara etimologis kata “Moral” berasal dari kata latin “mos” yang berarti tata cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah “Mores”. Dalam arti adat istiadat atau kebijaksanaan, kata-kata “Moral”mempunyai arti yang sama dengan kata Yunan ”Ethos”, yang menurunkan kata”etika”. Dalam bahasa arab kata”Moral”berarti budi pekerti adalah sama dengan “akhlak”, sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata “Moral” dikenal dengan arti kesusilaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, yang disusun oleh W.J.S. Purnadarminta. Kata ”moral” berarti ajaran tentang baik-buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb) sedangkan Prof. dr. N. Driyarkara S.J dalam bukunya percikan filsafat dikatakan”moral atau kesusilaan”adalah nilai yang sebenarnya bagi manusia. Dengan kata lain moral atau kesusilaan kesempurnaan sebagai manusia adalah tuntutan kodrat manusia. Drs. D.A Wila Huufy B.A mengatakan “kita dapat memahami moral dengan tiga cara” yaitu: a. Moral sebagai tingkah laku kehidupan manusia , yang mendasarkan diri pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan. b. Moral sebagai perangkat idea tentang tingkah-laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
18
c. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu 23. Jadi moral adalah seperangkat ide tentang tingkah laku manusia yang tercermin dalam interaksi keterikatan nilai, dan norma masyarakat yang dipegang berdasarkan pandangan hidup, atau agama tertentu. Nilai moral menurut Rismawaty terbagi menjadi dua yaitu: a. Moral Murni, adalah yang terdapat pada setiap manusia sebagai, suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani. b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofi, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.24 Sedangkan Purwa Hadiwardoyo MSF melihat moral dari dua segi yang berbeda yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering kali juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik. Akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula. Ukuran perbuatan moral yaitu hati nurani dan norma. Hati nurani bersifat subyektif, sedangkan norma mempunyai ukuran obyektif.25
23
Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: Aneka Ilmu, 1986), hal. 22. 24 Rismawaty, Kepribadian Dan Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal. 68. 25 Al. Purwa Hadiwardoyo, Keutamaan Moral dan Masalahnnya, (Yogyakarta: Kanisius cet 9 tahun 2001), hal. 14.
19
Moral dapat dibagi menjadi bagian-bagian sesuai dengan sumber, dan hubungan interaksi. Albani membagi dimensi moral menjadi lima bagian yaitu: a. Moral terhadap Tuhan yaitu tata laku, dan sikap mental manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, dan zat yang menciptakan dirinya. Fokus moral ini adalah pengabdian makhluk terhadap khalik (sang pencipta). Misalnya, sikap taqwa, berdoa, zikr Allah, dan sikap tawakal kepada Allah. b. Moral individu, yaitu pola watak, dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Moral ini lebih berorientasi untuk menampilkan kepribadian diri yang baik, dan sempurna, sehingga dimensinya lebih terarah pada pemilikan, dan pengayaan moral diri yang positif. Misalnya, sabar, ikhtiyar, mencari rizki yang halal, syukur, jujur, ikhlas, tawadhu’, taubat, tolabal- ilm, dan qana’ah. c. Moral terhadap keluarga, yaitu pola tingkah laku, dan sikap mental manusia dalam berinteraksi dengan anggota keluarga, baik ibu, bapak, suami, istri, anak, saudara lainnya. Terwujudnya kesalehan keluarga merupakan sasaran moralitas ini. Misalnya, birr al-walidain, adil terhadap saudara, mendidik keluarga, silaturrohim, dan memelihara keturunan. d. Moral kolektif, atau moral terhadap masyarakat yaitu, tata sifat, dan sikap manusia dalam berhubungan dengan masyarakat. Targetnya adalah untuk menciptakkan kehidupan bermasyarakat yang santun dalam berbagai dimensinya (ekonomi, sosial, politik, dan budaya, dan lain sebagainya) yang dilandasi nilai-nilai moral. Misalnya, kesetiakawanan/ukhuwah, tata krama,
20
ta’awwun, adil, penyantun, pemaaf, menepati janji, musyawarah, amar ma’ruf nahi mungkar. e. Moral terhadap alam (lingkungan), yaitu pola sifat, dan sikap manusia dalam berinteraksi dengan alam, dan lingkungan, termasuk tumbuhan, dan binatang. Misalnya, melindungi hewan dari pemburu liar, melindungi tumbuhan dari penebang liar, serta menjaga udara, dan air dari pencemaran lingkungan.26 Menggabungkan antara moral dengan pendidikan akhlak adalah hal yang menarik sebab meski keduanya mempelajari hal yang sama yaitu perilaku manusia tetapi mempunyai sumber dalil yang berbeda. Moral bersumber dari hati nurani, dan kesepakatan bersama dalam masyarakat. Tetapi akhlak berdasarkan ajaran Al-Qur’an, dan As Sunnah. Implementasi pertimbangan moral dalam pembelajaran akhlak moral dalam islam (akhlak) termasuk moral keagamaan, yakni moral yang berdasarkan aqidah (rukun iman) yang bersumber dari Al-Qur’an, dan Al-Sunnah, pertimbangan moral (baik-buruk) yang melibatkan struktur kognitif selalu berada dalam petunjuk, dan pengarahan Allah sebagaimana tertuang, dan terkandung dalam Al-Qur’an, dan Al-Sunnah. Berbeda halnya dengan moral tanpa agama, atau moral sekuler, yang tidak mengenal Tuhan, dan akhirat sama sekali, menolak bimbingan Tuhan, atau tidak mau menerima ajaranajaran agama. Pada moral sekuler (tanpa agama), pertimbangan moral (baik-
26
Albani, ”Dimensi Moral Islam dalam buku Sasmita Tuhan: Kemenangan Moral karya Muhammad Sobary”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijga, 2000, hal 35-36.
21
buruk)
mungkin
hanya
bersumber
dari
rasionalisme
semata,
atau
tradisonalisme, bahkan hedoisme.27 Adapun tentang pendidikan moral itu sendiri Abdullah Nashih Viman mengatakan bahwa pendidikan moral merupakan serangkaian sendi moral, keutamaan tingkah laku, dan naluri yang wajib dilakukan oleh akhlak didik, diusahakan,
dan
dibiasakan
sejak
kecil
hingga
dewasa,
untuk
menyongsongsong kehidupan. Tidak diragukan bahwa keutamaan akhlak, dan tingkah laku serta naluri merupakan buah iman yang meresap dalam pertumbuhan keberagaman yang sehat.28 Tujuan dari pendidikan moral yaitu terbentuknya kecerdasan moral. Kecerdasan moral menurut Michele Borba yaitu Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah: artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter-karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami
27 Dr. Muhaimin, M.A, “Wacana Pengembangan Pendidikan Islam”, Surabaya:Pustaka Pelajar, 2004, Hal 316. 28 Rohinah M. Noor, MA, KH. Hasyim Asy’ari, Memordenisasi NU,Dan Pendidikan Islam, Jakarta: Grafindo Khazanah ilmu, 2010, hal. 33. 22
pilihan yang tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan keadilan dan menunjukkan kasih saying dan rasa hormat terhadap orang lain.29 4. Akhlak Gazalba, menurutnya akhlak adalah sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan manusia terhadap Tuhan, dan manusia, diri sendiri, dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan, dan larangan serta petunjuk Al-Qur’an, dan Hadist. Terdapat beberapa ciri dalam perbuatan akhlak Islami yaitu: a. Perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa yang menjadi kepribadian seseorang. b. Perbuatan yang dilakukan tanpa memerlukan pikiran, dan pertimbangan. c. Perbuatan itu merupakan kehendak diri yang dibiasakan tanpa paksaan. d. Perbuatan itu berdasarkan petunjuk Al-Qur’an, dan Al-Hadis. e. Perbuatan itu untuk berperilaku terhadap Allah, manusia, diri sendiri, dan makhluk lainnya.30 Jadi akhlak merupakan perilaku manusia yang dilakukan tanpa pikiran, dan pertimbangan berdasarkan ajaran jiwa yang kuat yang sesuai dengan AlQur’an, dan As Sunnah. Dalam Islam akhlak (perilaku) manusia tidak dibatasi pada perilaku sosial, namun juga menyangkut kepada seluruh ruang lingkup kehidupan manusia. Oleh karena itu konsep akhlak Islam mengatur pola kehidupan manusia yang meliputi: 29 Drs. Ahmad Charris, Kuliah Etika, Jakarta Utara:Rajawali pers cetakan ke dua.2007, hal.4. 30
Aminuddin, Aliareas Wahid & Moh. Rofiq, Membangun Karakter, dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2006), hal. 94.
23
1) Hubungan antara manusia dengan Allah seperti akhlak terhadap Tuhan. 2) Hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan manusia dengan sesamanya meliputi hubungan seseorang terhadap keluarganya maupun hubungan seseorang terhadap masyarakat. Akhlak terhadap keluarga yang meliputi akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap istri, akhlak terhadap suami, akhlak terhadap anak, dan akhlak terhadap sanak keluarga. Akhlak terhadap masyarakat yang meliputi akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap tamu, akhlak terhadap suami, akhlak terhadap anak, dan akhlak terhadap sanak keluarga. 3) Hubungan manusia dengan lingkungannya. Akhlak terhadap makhluk lain seperti akhlak terhadap binatang, akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan, dan akhlak terhadap alam sekitar. 4) Akhlak terhadap diri sendiri.31 Menurut Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A pendidikan akhlak Islam yaitu latihan mental, dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban, dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak Islam berarti juga menumbuhkan personalitas (kepribadian), dan menanamkan tanggung jawab. Jadi pendidikan akhlak islami merupakan suatu proses medidik, memelihara, membentuk, dan
31
Musthofa & Moh.Damami, Akhlak/Tasawuf, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan kalijaga, 2005), hal 12.
24
memberikan latihan mengenai akhlak, dan kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam.32 Sedangkan menurut Dr. Asmaran As.,M.A, Ilmu akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik, dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa-apa yang harus diperbuat.33
F. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani, methods. Kata ini berasal dari dua suku kata, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati, dan hados yang berarti jalan, atau cara. Dengan demikian, metode berarti suatu jalan yang yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.34 Metode yang akan dipergunakan dalam penelitian literature ini yaitu metode: metode deskriptif, dan metode komperatif yaitu cara pemutusan dengan memperbandingkan pendapatpendapat yang tertera dalam berbagai buku. Di dalamnya kami bahas tentang apa, bagaimana, dan cara daripada moral manusia, menurut pendapat dari beberapa kalangan,dan memperbandingkannya dengan pandangan Islam.35
32 Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an, (Jakarta:Amzah, 2007), hal 72. 33 Dr. Asmaran As.,M.A, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), hal.5.
34 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakata: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 21. 35 Mudlor Achmad, Etika dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2005), hal. 11
25
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti susun termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan (library reseach). Penelitian kepustakaan (librabry reseach) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur. Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar. Penekanan penelitian kepustakaan adalah ingin menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan, dan lain-lain yang dapat dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.36 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan peneliti terhadap penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan hermenutika. Hermeneutika adalah studi pemahaman, khususnya tugas pemahaman teks. Hermeunetik mencakup dalam dua fokus perhatian yang berbeda dan berinteraksi yaitu: 1) Peristiwa pemahaman teks. 2) Persoalan yang lebih mengarah mengenai apa pemahaman dan interpretasinya. Salah satu elemen essensial teori hermeneutik, dan tentunya dengan perluasan interpretasi literature adalah konsepsi yang cukup dari interpretasi itu sendiri. Lapangan hermeneutik digarap dengan baik untuk kembali lagi ke
36
Sarjono,dkk, Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2008), hal. 20.
26
signifikasi tiga bentuk makna dalam intepretasi sebagai to say, to explain, dan to transit. Sedangkan berdasarkan kata Hermeneutika menurut etimologis, kata hermeneutic berasal dari bahasa Yunani “Hermeneuin” yang berarti “menafsirkan”. Maka kata benda hermeneutik dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi.37 Hermeneutik lebih merupakan usaha memahami dan menginterpretasi sebuah teks.38Hermeneutik yaitu teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap teks. Apa yang kita ucapkan atau kita tulis mempunyai makna lebih dari satu bila kita hubungkan dengan konteks yang berbeda. Picoeur menyebut karakteristik ini dengan istilah”polisemi” yaitu ciri khas yang menyebabkan kata-kata mempunyai makna lebih dari satu bila digunakan di dalam konteks yang bersangkutan.39 Jadi hermeneutika yaitu penafsiran atas pemahaman, dengan interpretasi terhadap teks atas makna yang mempunyai lebih dari satu jika dihubungkan pada konteks. Kesederhanaan bahasa yang digunakan dalam rujukan data primer tepat untuk ditafsirkan meski pemahaman yang didapatkan berbeda. Namun terdapat tujuan yang sama atas tujuan sumber data primer yaitu perbaikan kualitas hidup.
37
Richard E.Palmer, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, (diterjemahkan oleh Musnur Heri dan Damanhari Muhammad), (Yogyakarta: Pustaka Belajar 20), hal. 23. 38 Ibid., hal. 83. 39 Ibid., hal. 107.
27
3. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Sumber data primer yang digunakan peneliti sekaligus sebagai obyek penelitian yaitu buku Life Changer karya Mario Teguh. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari orang lain baik dalam bentuk turunan, salinan atau bukan orang pertama. Sumber data sekunder dalam penelitian diperoleh melalui majalah, surat kabar, skripsi, jurnal, internet, buku, artikel yang relevan sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Manfaat sumber data sekunder yaitu untuk melengkapi, menggabungkan, atau membandingkan
pemikiran tokoh data primer
dengan sudut pandang berdasarkan data sekunder. Contoh data sekunder yang digunakan peneliti yaitu K. Bertens dengan buku-buku kajian etika, dan moral, Franz Magnis Suseno dengan kajian Filsafat Moral, Musthofa & Moh.Damami dengan kajian akhlak, dan tasawuf, serta sumber data sekunder lain yang dapat digunakan untuk mengkaji nilai Moral, dan Akhlak Islam dalam buku Life Changer. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu metode cara untuk pengumpulan, pemilihan,
pengolahan,
dan
penyimpanan
informasi
di
bidang
pengetahuan. Metode dokumentasi disebutkan juga sebagai metode
28
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainnya.40 Teknik pengumpulan data dokumentasi melalui model data primer dan sekunder. Model data primer yaitu buku Life Changer karya Mario Teguh yang menjadi fokus utama penelitian. Sedangkan model data sekunder yaitu sumber informasi yang menjadi penunjang sumber data primer yang relevan. 5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data Pengecekkan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar tingkat validitas data semakin dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah.41 6. Teknik Analis data Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis) dengan menggunakan cara berpikir induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang dipergunakan penulis untuk mempermudah pembaca dalam menganalisis penelitian yang dilakukan adalah: Bab I ( Pendahuluan), dalam pendahuluan berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. 40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 206. 41 Lexy J,Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007), hal. 334.
29
Bab II ( Biografi Mario Teguh, dan Sinopsis Buku). Bab Biografi Mario Teguh perlu dibahas, karena dengan membahas biografi Mario Teguh akan lebih dekat serta dapat diketahui cara berpikir Mario Teguh. Sedangkan sinopsis buku untuk mengetahui deskripsi buku. Dan mengantarkan pembaca untuk dapat memahami maksud tujuan setiap sub bab buku. BAB III (Pembahasan). Pembahasan yang dilakukan peneliti yaitu menyangkut nilai-nilai moral dalam buku Life Changer serta penjelasan hermeneutik berdasarkan hasil pemahaman teks yang dilakukan oleh peneliti.. Sedangkan menjawab rumusan masalah yang menjadi landasan penulisan skripsi ini, penulis mencoba mengungkapkan dalam Bab III. Bab IV (Penutup) berisi tentang kesimpulan, Saran, dan Penutup. Dalam pembahasan kesimpulan penulis mencoba menarik benang merah terhadap sumber data primer, dan didukung oleh sumber-sumber yang relevan dalam mengatasi gejolak sosial yang semakin meresahkan.
30
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Buku Life Changer karya Mario Teguh sarat dengan nilai moral. Nilai moral yang terdapat di dalamnya terdiri dari moral terhadap Tuhan, moral individu, moral kolektif atau sesama, moral terhadap keluarga, dan moral lingkungan. (2) Relevansi moral dengan akhlak Islam dalam buku Life Changer berupa moral yang sesuai dengan akhlak Islam. Moral dalam buku Life Changer yaitu moral terhadap Tuhan, moral individu, Moral kolektif atau terhadap sesama, dan moral terhadap lingkungan. Dalam akhlak Islam juga ditemukan yaitu akhlak kepada Allah SWT, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang lain, akhlak kepada kedua orang tua, dan akhlak terhadap lingkungan. Moral-moral yang terdapat dalam buku Life Changer sesuai juga dengan dalil akhlak yaitu Al-Qur’an, dan Al Hadist. B. Penutup Dalam penutup ini penulis menyadari masih banyak kesalahan serta kekurangan dalam penyusunan, serta pembahasan skripsi Nilai Moral, Dalam Buku Life Changer serta relevansinya dengan akhlak Islam. Penulis memohon saran yang membangun dari para pembaca untuk dapat memperbaiki kualitas skripsi yang penulis susun.
110
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Al-Ahmad, Abdul Azis bin, Kesehatan Jiwa: Kajian korelatif Pemikiran Ibnu Qayyim, dan Psikologi Modern, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006. Ahid, Nur, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010. Albani, Dimensi Moral Islam dalam buku Sasmita Tuhan: Kemenangan Moral karya Muhammad Sobary, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijga, 2000. Al Kumaji, Saiman, Menuju Hidup Sukses Kontribusi Spiritual-intelektual Aa Gym, dan Arifin Ilham, Semarang: Pustaka Nuun, 2005. Aminuddin, Aliareas Wahid & Moh. Rofiq, Membangun Karakter, dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu 2006. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. AR, Muhammad, Bunga Rampai Budaya, Sosial, dan Keislaman, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. As, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002. Bertens, K, Keprihatinan Moral Telaah Atas Masalah Etika, Yogyakarta: Kanisius, 2007. Charris, Ahmad, Kuliah etika, Jakarta Utara: Rajawali Pers (cetakan kedua), 2007. Daroeso, Bambang, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, Semarang: Aneka Ilmu, 1986. E. Palmer, Richard, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, (diterjemahkan oleh Musnur Heri dan Damanhari Muhammad), Yogyakarta: Pustaka Belajar. Faisol, Acmad Ali, Pendidikan Moral dalam Novel Serenade Biru Karya Asma Nadia Dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.
111
Gazalba, Siti, Asas Kebudayaan Islam Pembahasan Ilmu, dan Filsafat tentang Ijtihad, Fiqh, Akhlak, Bidang-Bidang Kebudayaan, Masyarakat, Negara, Jakarta: Bulan Bintang. Harian Pagi Tribun Jogja Spirit Baru DIY Jateng, Hari Kamis Tanggal 12 Januari 2012. Haris, Syamsuddin, Negara Predator, dalam Kompas, edisi 5 januari 2012. Hasan, Thalhah Muhammad, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Jakarta: Lantabora Press, 2000. http://www.marioteguh.asia/biografi.rumus.web.id/2010/10/biografimarioteguh.ht ml diakses pada 11 Januari 2012 jam 12.25. http://www.marioteguh.asia/biografi.rumus.web.id/2010/10/biografimario.diaks es pada11Januari2012jam12.25. http://www.marioteguh.asia/biografi.rumus.web.id/2010/10/biografimarioteguh. html diakses pada 11 Januari 2012 jam 12.25. Jenggis P. Achmad, Kebangkitan Islam, Yogyakarta: NFP Publishing, 2011 Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya, 2007. Magnis Suseno, Franz, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta: Kanisius, Cet 12, 2002. Mudlor Achmad, Mudlor, Etika dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 2005. Musthofa Dan Moh.Damami, Akhlak/Tasawuf, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan kalijaga, 2005. N, Daldjoeni Dan M. Suprihadi Sastrosuporo, Benturan Nilai dalam Kemajuan, Bandung:Alumni, 1981. Piliang, Amir Yasraf, Hantu-Hantu Politik, dan Matinya Sosial, Solo: Tiga Serangkai, 2003. Purwa AL, Hadiwardoyo, Keutamaan Moral dan Masalahnnya, Yogyakarta: Kanisius cet 9 tahun 2001. Raharjo, Tony, Large Than Life, Bandung: Progressio, 2007. Rahman Shaleh, Abdul Dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004. 112
Rismawaty, Kepribadian Dan Etika Profesi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. S.A, Ahan, Pesona Manusia Fatihah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Sarjono, dkk, Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2008. Sya’roni, Irham, Motivasi Islami Dosis Tinggi, Yogyakarta: Cipta Risalah, 2010. Teguh, Mario, Life Changer, Jakarta: Mario Teguh Publishing House, 2009. , Leadership Golden Ways, Jakarta: MarioTeguh Publishing House, 2009. , Menjadi Guru Super, Jakarta: MarioTeguh Publishing House, 2009. Thasyah, Adnan, Manusia Yang Dicintai , Dan Dibenci Allah, Bandung: Mizania. Thib Raya, Ahmad Dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003. tidakmenarik.wordpress.com/.../masyaallah-ternyata-marioteguhmu...9.14diakses pada tanggal 11 januari 2012 Tohaputra, Ahmad, Qur’an Dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris), Semarang: Asy-Syfa, 1998. Ubaedy, An, Sabar: Rahasia Sukses Orang Beriman, Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah, 2007. Utami, Febriana, Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Dongeng di Majalah Bobo, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006. Ya’qub, Hamzan, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah, Suatu pengantar. Bandung: CV. Diponegoro (Cetakan VII), 1996. Yusuf Nanang, Qosyim, The 7 A Wareness ( 7 Kesadaran Hati, Dan Jiwa Menuju Manusia Di atas Rata-rata), Jakarta: PT. Grasindo, 2006. Yatimin Abdullah, M, Pengantar Studi Etika, Jakata: PT. Rajagrafindo Persada, 2006. Zaairul Haq, Muhammad, Tasawuf Pandawa (Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula, dan Sadewa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. 113
CURICULUM VITAE Nama
: Dwi Prasetya Wahyu Aji
Tempat & tanggal lahir
: Sleman, 6 Juni 1989
Alamat Rumah
: Jetis IV, Sidoagung, Godean, Sleman
Alamat Sekarang
: Jetis IV, Sidoagung, Godean, Sleman
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Golongan Darah
: AB
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Nomor Tlp/HP
: (0274) 799116 / 085878201928
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. TK ABA (1994-1995) 2. SDN GODEAN I (1995-2001) 3. SLTP N 2 GODEAN (2001-2004) 4. SMU N 1 SEDAYU (2004-2007) 5. Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007-2012) Pendidikan Non Formal 1. Pelatihan Kader Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007 2. Pelatihan Bahasa Arab, Program DPP Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008 3. Training of Fasilitator (TOF) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009