METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN MELALUI PENDEKATAN INDIVIDUAL BAGI ANAK DISLEKSIA, AUTIS DAN HIPERAKTIF DI SEKOLAH KHUSUS TARUNA AL-QUR’AN NGAGLIK SLEMAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh : Lailatullatifah NIM. 11410024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
ُن َوعَّلَمَه َ ه تَعَّلَ َم الْقُ ْرٓا ْ خيْرُ كُمْ َم َ ‚Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain)‛. (HR. Bukhari dan Muslim)1
1
Hidayatullah Hasani, Kaidah-Kaidah Tajwid Dalam Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Masjid Syuhada’, 2007), hal. 30.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Almamaterku tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segenap rahmat, taufiq, hidayah, dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw, keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang megikuti ajarannya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi dengan judul ‚Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Melalui Pendekatan Individual bagi Anak Disleksia, Autis dan Hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman‛ ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Drs. Mujahid, M.Ag., selaku Pembimbing skripsi yang tak hentihentinya memberikan bimbingan, nasihat, dan support yang sangat berarti selama penyusunan skripsi ini. viii
ix
ABSTRAK LAILATULLATIFAH. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Melalui Pendekatan Individual bagi Anak Disleksia, Autis Dan Hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. Latar belakang masalah penelitian ini adalah menurut undang-undang hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus, Salah satu pendidikan yang harus ditanamkan dan bahkan bisa menjadi terapi khusus bagi anak berkebutuhan khusus seperti disleksia, autis dan hiperaktif adalah pendidikan agama Islam yang salah satunya adalah baca tulis Al-Qur’an yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan mereka serta dengan metode yang khusus berbeda dengan anak normal lainnya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui metode apa yang digunakan dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan subyektif, terhadap fenomena yang ada pada seluruh populasi melalui sample yang penulis angkat sebagai subyek penelitian. Yang dimaksud subyek penelitian disini adalah sumber tempat untuk memperoleh keterangan penelitian. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan sample populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, metode dokumentasi, metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: (1) proses pembelajaran BTAQ meliputi langkah-langkah pembelajaran, pendekatan pembelajaran, pemilihan metode, pemilihan pendekatan, pemilihan media pembelajaran dan evaluasi. Adapun langkah-langkah pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan individual. Pemilihan metode menggunakan metode Iqra’, imitation& drill, follow the line, bermain, dan bernyanyi. Pemilihan media menggunakan poster, komputer, DVD player, buku bergambar dan flash card. (2) untuk hasil pembelajaran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an mengalami perkembangan dapat dilihat dari siswa dapat membaca huruf hijaiyah, dua siswa dapat membaca Al-Qur’an, siswa dapat menebalkan huruf hijaiyah, siswa dapat melafalkan surat-surat pendek dan siswa dapat menghafalkan surat-surat pendek. (3) adapun faktor pendukung dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi siswa adalah sistem one-on-one, sarana dan prasarana, lingkungan masyarakat, dan tingkat kecerdasan serta faktor penghambat yakni saat siswa tantrum, emosi anak yang tidak stabil, kurangnya dukungan dari keluarga, kurangnya referensi serta kompetensi guru.
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...............................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN BERJILBAB .............................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .........................................................
viii
HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................
x
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................
xi
HALAMAN TRANSLITERASI ..............................................................
xiv
HALAMAN DAFTAR TABEL ...............................................................
xvi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR .......................................................... xvii HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xviii
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
7
C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................
8
D. Kajian Pustaka .......................................................................
9
E. Landasan Teori ......................................................................
12
F. Metode Penelitian ..................................................................
33
xi
1. Jenis Penelitian..................................................................
33
2. Subyek Penelitian..............................................................
34
3. Metode Pengumpulan Data ...............................................
34
4. Uji Keabsahan Data ..........................................................
37
5. Analisis Data .....................................................................
38
G. Sistematika Pembahasan .......................................................
39
BAB II: GAMBARAN UMUM SEKOLAH KHUSUS SLEMAN .........
41
A. Profil Sekolah.........................................................................
41
B. Letak Geografis......................................................................
41
C. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya .....................................
42
D. Pemilihan Jenis Pendidikan ...................................................
46
E. Dasar Hukum .........................................................................
48
F. Visi Misi dan Tujuan Sekolah ...............................................
49
G. Sarana dan Prasarana .............................................................
53
H. Program Kegiatan Belajar......................................................
54
I. Tata Tertib Sekolah ...............................................................
57
J. Pelaksana Sekolah ..................................................................
59
K. Panduan Dasar .......................................................................
59
L. Keadaan Guru ........................................................................
61
M. Profil Guru .............................................................................
63
N. Data Siswa .............................................................................
64
O. Yayasan Taruna Al-Qur’an ....................................................
64
P. Biodata Siswa ........................................................................
65
xii
BAB III :METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN BAGI ANAK DISLEKSIA, AUTIS DAN HIPERAKTIF DI SEKOLAH KHUSUS TARUNA AL-QUR’AN NGAGLIK SLEMAN A. Pelaksanaan Pembelajaran BTAQ Melaui Pendekatan Individual Bagi Anak Disleksia, Autis Dan Hiperaktif ........ 69 B. Hasil Penerapan Metode Pembelajarn BTAQ Melalui Pendekatan Individual .......................................................... 87 C. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat ........................ 114 BAB IV: PENUTUP ................................................................................. 121 A. Kesimpulan ........................................................................... 121 B. Saran ..................................................................................... 123 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................ 127
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش
alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ba’
B
Be
ta’
T
Te
sa’
S
Es (dengan titik di atas)
jim
J
Je
ha’
H
Ha (dengan titik di bawah)
kha’
Kh
Ka dan Ha
dal
D
De
zal
Ż
Zet (dengan titik di atas)
ra’
R
Er
zai
Z
Zet
sin
S
Es
syin
Sy
Es dan Ye
ص
sad
ṣ
Es (dengan titik di bawah)
ض
dad
ḍ
De (dengan titik di bawah)
ط ظ ع
ta’
ṭ
Te (dengan titik di bawah)
za’
ẓ
Zet (dengan titik di bawah)
‘ain
‘
Koma terbalik di atas
xiv
غ
gain
G
Ge
fa’
F
Ef
qaf
Q
Qi
kaf
K
Ka
lam
L
El
mim
M
Em
nun
N
En
wawu
W
We
ha’
H
Ha
ء
hamzah
·
Apostrof
ي
ya’
Y
Ye
ف ق ك ل م ن و ه
xv
DAFTAR TABEL Tabel I
: Data Guru Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an ...................... 61
Tabel II
: Data Guru BTAQ ................................................................... 63
Tabel III
: Data Anak Didik Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an ........... 64
Tabel IV
: Jadwal Program Kegiatan Sekolah ........................................ 73
Tabel V
: Presensi Tahfidz Fadhel ......................................................... 90
Tabel VI
: Presensi Tahfidz Fudheil ........................................................ 94
Tabel VII
: Presensi Tahfidz Dafa ............................................................ 96
Tabel VIII
: Presensi Tahfidz Dani ............................................................ 99
Tabel IX
: Presensi Tahfidz Firdaus ........................................................ 103
Tabel X
: Lembar Penilaian BTAQ Afi................................................. 106
Table XI
: Lembar Penilaian BTAQ Aiko .............................................. 112
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar I
: Pembelajaran BTAQ Fuheil Menggunakan Poster ........... 93
Gambar II
: Hasil Tulisan Al-Qur’an Firdaus ....................................... 102
Gambar III
: Hasil Tulisan Al-Qur’an Afi.............................................. 106
Gambar IV
: Pembelajaran BTAQ Aiko ................................................ 110
Gambar V
: Pembelajaran BTAQ Aiko dengan Media Flash Card ...... 110
Gambar VI
: Hasil Tulisan Al-Qur’an Aiko ........................................... 111
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Pedoman Pengumpulan Data
Lampiran 2
: Catatan lapangan
Lampiran 3
: Lembar Penilaian BTQ
Lampiran 4
: Kartu Tahfidz
Lampiran 5
: Bukti Seminar Proposal
Lampiran 6
: Surat Penunjukkan Pembimbing
Lampiran 7
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 8
: Sertifikat SOSPEM
Lampiran 9
: Sertifikat OPAK
Lampiran 10
: Sertifikat PPL 1
Lampiran 11
: Sertifikat PPL-KKN Integratif
Lampiran 12
: Sertifikat TOEC/TOEFL
Lampiran 13
: Sertifikat IKLA/TOAFL
Lampiran 14
: Sertifikat TIK/ICT
Lampiran 15
: Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 16
: Daftar Riwayat Hidup
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, artinya bahwa pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anakanak yang mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31. Setiap warga negara dalam kondisi apapun berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat
1
berbunyi:”
Tiap–tiap
warga
negara
berhak
mendapat
pengajaran”.1 Pasal ini didukung oleh pernyataan selanjutnya yaitu pada pasal 31 ayat 2 yang berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang - undang”.2Pada pasal 5 ayat 2 juga menyebutkan bahwa “setiap warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.3 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus. Anak
1
Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 19. Ibid.,hal. 19. 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007), hal. 6. 2
1
dengan kebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya.4 Berdasarkan pernyataan dalam undang-undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang berhak mendapat layanan pendidikan bagaimanapun kondisinya.Ketidakmampuan secara sosial, ekonomi, dan kesehatan baik secara fisik ataupun mental yang dialami oleh setiap warga negara, tidak boleh menjadi sebab pengurangan hak-nya untuk memperoleh pendidikan. Anak–anak dengan kondisi yang biasa sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu dan bahkan harus mendapatkan bimbingan khusus sesuai dengan kemampuannya termasuk didalamnya adalah pendidikan layaknya anak normal termasuk di dalamnya adalah pendidikan agama. Islam
sangat
besar
perhatiannya
pada
pendidikan.Tujuan
pendidikan Islam adalah terbentuknya anak didik menjadi hamba Allah yang taqwa dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan duniawi dan ukhrowi.5 Pendidikan seorang anak berawal dari keluarga dimana ia mendapatkan sentuhan pertama yang akan menentukan hidupnya. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) harus memiliki kesamaan perlakuan seperti yang telah anak-anak normal rasakan, tidak terkecuali dalam masalah pendidikan. Pendidikan adalah salah satu modal utama untuk semua anak, tidak hanya untuk anak normal, ABK pun juga 4 5
Ibid., hal. 6. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 115.
2
membutuhkan pendidikan untuk modal hidupnya agar tetap bertahan dan dapat bersaing dengan lingkungan sekitarnya yang terkadang sulit untuk ditebak.6Tidak semua keluarga memiliki anak yang normal, Allah kadang memberikan ujian dengan menganugerahi anak yang tidak normal dan berkembang tidak layaknya anak–anak normal.Kondisi seperti itu tentu merupakan ujian bagi orang tua apakah dapat mendidik amanah tersebut. Antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal, memiliki peluang yang sama untuk melakukan aktualisasi diri. Hanya saja banyak orang yang meragukan kemampuan dari ABK.“Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak bodoh hanya saja ia membutuhkan perhatian yang lebih karena keterbatasan fisik dan kemampuan otak untuk berfikir”.7 Mereka sama dengan yang lain meskipun terlihat berbeda. Dalam bermasyarakat, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tetap memiliki tugas dan peran dalam porsi yang disesuaikan dengan kemampuannya.Adanya perbedaan pada setiap anak, mengharuskan adanya perlakuan secara khusus dalam pengasuhan.Perbedaan individual dapat dilihat dari kecerdasan, potensi, minat, bakat maupun motivasi yang dimiliki masing-masing individu. Perbedaan ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung. Anak
Berkebutuhan
Khusus
seperti
disleksia,
autis
dan
hiperaktif.Disleksia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam
6
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Kata Hati, 2010), hal. 73. 7 Ibid.,hal. 25.
3
melakukan aktivitas membaca dan menulis.8Anak dengan gangguan spektrum autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang dimanifestasikan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal, masalah pada interaksi sosial, gerakan yang berulang dan stereotip, sangat terganggu dengan perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang yang tidak sesuai terhadap rangsangan sensoris. Sedangkan Istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak, ketika seseorang mengalami kesulitan dalam
mengendalikan
impuls,
menghambat
perilaku,
dan
tidak
mendukung rentang perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.9 Salah satu pendidikan yang harus ditanamkan dan bahkan bisa menjadi terapi khusus bagi anak berkebutuhan khusus seperti disleksia, autis dan hiperaktif adalah pendidikan agama Islam yang salah satunya adalah baca tulis Al-Qur’an yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan mereka serta dengan metode yang khusus berbeda dengan anak normal lainnya. Salah satu sekolah yang menangani masalah anak berkebutuhan khusus seperti disleksia, autis dan hiperaktif adalah Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. Secara lebih rinci berdasarkan informasi dari salah satu guru yaitu Ibu Rifqotul Ghoiniyah diperoleh informasi bahwa untuk jadwal baca tulis Al-Qur’an (BTAQ) tersebut
8
Ira, Meida, Gangguan Belajar Pada Disleksia, diakses dalamwww.halalguide.info/content/view/720/70/, diakses tanggal 9 mei 2015. 9 Faisal Yatim, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), hal. 29.
4
dilakukan 1 kali dalam sehari, bisa di pagi hari atau siang hari tergantung situasi dan kondisi sekolah dan anak, karena mood anak ABK berubahubah.10 Dalam prakteknya pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang dilakukan oleh Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an ditujukan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an siswa saja, tetapi juga merupakan terapi yang diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus tersebut. Hingga saat ini tahun ajaran 2014/2015, jumlah siswa yang mendapatkan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an sebanyak 9 siswa dengan 3 guru BTAQ yaitu Ibu Rifqotul Ghoiniyah dan Ibu Nona Aristya Putri yang mengampu 2 anak dan Bapak Afif Fauzi yang mengampu 5 anak. Secara nyata, dalam prakteknya menurut informasi dari Ibu Nona Aristya Putri, pembelajaran BTAQ bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) tentu saja menggunakan metode yang berbeda dengan pembelajaran BTAQ yang dilakukan pada anak–anak normal seusia mereka. Menurut penjelasan Ibu Nona Aristya Putri, metode pembelajaran baca tulis AlQur’annya pada awal pembelajaran dilakukan dengan mengkondisikan anak terlebih dahulu sehingga anak pada situasi enjoy, tenang dan senang setelah kondisi tersebut tercipta maka pembelajaran BTAQ baru bisa dilaksanakan.11
10
Hasil Wawancara Pra-Research dengan Ibu Iqo, Selaku Guru Sekolah Khusus Taruna AQur’an Ngaglik Sleman.Pada Hari Selasa 27 Januari 2015. 11 Hasil Wawancara Pra-Research dengan Ibu Nona, Selaku Guru Sekolah Khusus Taruna A-Qur’an Ngaglik Sleman.Pada Hari Selasa 27 Januari 2015.
5
Untuk mengkondisikan suasana tersebut bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu bersamaan bagi semua siswa karena kondisi dan tingkat emosional siswa dalam waktu yang bersamaan berbeda–beda. Untuk itulah maka dalam pembelajaran BTAQ, pembelajaran dilakukan dengan cara satu anak satu guru, tidak bisa mengajarkan bersama-sama atau kelompok karena si anak (siswa) tidak akan fokus atau bahkan pergi. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk pembelajaran BTAQ pada anak berkebutuhan khusus (ABK) dilakukan dengan
melalui pendekatan individual sehingga anak lebih
fokus dan mendapat perhatian khusus dari para guru. Melalui pendekatan tersebut, masing–masing siswa juga memiliki perlakukan yang berbeda dalam pelaksanaan pembelajarannya.Di samping itu, kemampuan dan juga kendala anak dalam pembelajaran BTAQ juga dapat langsung diketahui. Berdasarkan informasi dari Ibu Rifqotul Ghoiniyah, Secara keseluruhan dari sebanyak 9 siswa ABK dengan rincian 1 anak disleksia Firdaus, 6 anak autis Afi, Rafa, Aiko, Fadhel, Fudheil dan Dani, 1 anak hiperaktif yaitu Dafa, Serta 1 anak tuna daksa yaitu Tata, untuk baca AlQur’an hampir semua anak sedang dalam pembelajaran dan hanya 2 siswa ABK yang sudah mampu membaca Al-Qur’an yaitu Firdaus (disleksia) dan Afi (autis).Dalam prakteknya penulis tidak menggunakan semua siswa untuk dijadikan objek penelitian, terkecuali Rafa dan Tata dikarenakan Rafa yang belum bisa berbicara sehingga tidak diberikan pembelajaran BTAQ dan Tata dikarenakan mempunyai gangguan tuna daksa.
6
Hal yang perlu ditekankan bahwa di sekolah ini pendidikan anak dengan kebutuhan khusus tidak dapat disamakan dengan pendidikan normal, karena kelainannya sangat bervariatif dan usia mereka juga berbeda-beda. Pelaksanaannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan normal. Kalau pendidikan normal seorang guru dapat menangani beberapa anak sekaligus, maka untuk anak dengan kebutuhan khusus, biasanya seorang terapis hanya mampu menangani seorang anak pada saat yang sama (ONE-ON-ONE). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif yang dikembangkan oleh Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman? 2. Bagaimana hasil penerapan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif yang dikembangkan oleh Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman? 3. Faktor–faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan pendekatan individual dalam pelaksanaan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif yang dikembangkan oleh Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman?
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dengan berlandaskan pada rumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pelaksanaan metode pembelajaran baca tulis AlQur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif yang dikembangkan oleh Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. b. Untuk mengetahui hasil penerapan metode pembelajaran baca tulis AlQur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif yang dikembangkan oleh Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. c. Untuk mengetahui faktor–faktor yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan pendekatan individual dalam pelaksanaan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif yang dikembangkan oleh Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis 1) Sebagai manifestasi penerapan ilmu yang sudah penulis peroleh selama mengikuti kuliah khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam.
8
2) Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan keilmuan jurusan Pendidikan Agama Islam. b. Kegunaan Praktis: 1) Menambah pengetahuan untuk memberi bantuan, layanan maupun pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus seperti disleksia, autis dan hiperaktif. 2) Sebagai bahan masukan baru bagi Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman untuk lebih mengembangkan metode yang lebih bervariatif bagi anak berkebutuhan khusus. D. Kajian Pustaka Kajian pustaka pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan bahwa fokus yang diangkat belum pernah diteliti sebelumnya. Maka setelah mengadakan penelusuran sejauh ini, penulis belum menemukan judul “Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Melalui Pendekatan Individual bagi Anak Disleksia, Autis dan Hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman”, sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini. Adapun peneliti sebelumnya yang relevan terhadap penelitian yang sudah dilakukan ini, diantaranya : 1. Skripsi yang disusun oleh Isnanik Wijayanti, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2006 dengan judul “Pembelajaran PAI pada Program Terapi Anak Autis (Usia 9-12 tahun) di Citra Mulia Yogyakarta”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang
9
digunakan dalam pembelajaran cenderung disesuaikan dengan keadaan atau gangguan yang diderita sang anak. sehingga antara setiap anak cenderung berbeda. Seorang anak ditangani oleh 1 orang terapis. Hasil yang dicapai lebih kepada optimalisasi kesembuhan sang anak.12 2. Skripsi yang disusun oleh Akhmad Rusmanuddin, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul “Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) di Play Group Inklusi Klinik Idola Sleman Yogyakarta”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) di Play Group Inklusi Klinik Idola Sleman Yogyakarta yaitu metode bermain,
karya
wisata,
bercakap-cakap,
bercerita,
demonstrasi,bernyanyi, dan pemberian tugas. Sedangkan pendekatan yang digunakan meliputi: Pendekatan emosional, rasional, inquiry, refleksi, dan pengalaman. Hasil pembelajaran sudah cukup baik, ini bisa dilihat dari perubahan yang tampak pada siswa setelah mengikuti pembelajaran yaitu siswa bisa menjawab pertanyaan pada post test, siswa menjadi terbiasa berdoa dan mengucap salam, bersalaman dengan orang tua dan guru serta hafal beberapa doa-doa pendek.13
12
IsnanikWijayanti, “Pembelajaran PAI pada Program Terapi Anak Autis (Usia 9-12 tahun) di Citra Mulia Yogyakarta”,SkripsiJurusan Pendidikan Agama Islam Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006. 13 Akhmad Rusmanuddin, “Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) Di Play Group Inklusi Klinik Idola Sleman Yogyakarta”,Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
10
3. Skripsi yang disusun oleh Sri Purwaningsih Ramadhan, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul “Pembiasaan Diri Pada Anak Autis Di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Yogyakarta”. Penelitian ini menyimpulkan pembiasaan diri yang dilakukan bagi Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta dan faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan diri pada Anak Autis di Sekolah khusus Taruna Al-Qur’an.14 4. Skripsi yang disusun oleh Resna Riksagiati Sudiar, mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga tahun 2010 dengan judul “Penanganan Perilaku Seksual Remaja Autis Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta (Studi Kasus-Pendekatan Model Kualitatif)”. Penelitian ini menyimpulkan ditemukan perilaku seksual yang tampak pada remaja autis apabila adanya dorongan seksual yaitu berorientasi pada sesuatu kesenangan terhadap organ seksual. Perilaku tersebut dilakukan oleh subyek di rumah dan sekolah. Perilaku seksual yang muncul disebabkan karena faktor internal dan eksternal.15 Berdasarkan pada keempat skripsi di atas dapat diketahui bahwa penelitian yang sudah penulis lakukan ini berbeda dengan skripsi yang sudah ditulis, di mana dalam penelitian yang penulis lakukan, subyek yang 14
Sri Purwaningsih Ramadhan, “Pembiasaan Diri Pada Anak Autis Di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta”,SkripsiJurusan Pendidikan Agama Islam Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012. 15 Resna Riksagiati Sudiar, “Penanganan Perilaku Seksual Remaja Autis Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta (Studi Kasus-Pendekatan Model Kualitatif)”, Skripsi Jurusan Psikologi Fak. Ilmu Sosial Dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2010.
11
penulis teliti adalah anak berkebutuhan khusus (ABK)secara keseluruhan yang ada di Taruna Al-Qur’an baik penyandang disleksia, autis maupun hiperaktif khususnya terkait dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual. Adapun pada peneliti sebelumnya lebih memfokuskan pada anak berkebutuhan khusus yaitu autis. E. Landasan Teori Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap sesuai untuk dijadikan kerangka teori yaitu: 1. Metode Metode berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati) dan hodos (jalan atau cara). Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.16 Di dalam proses belajar mengajar di kelas diharapkan adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik. Agar tercapainya interaksi tersebut dan dapat berjalan secara efektif dan efisien, diperlukan metode mengajar. Pada dasarnya sebagian metode pembelajaran yang dilakukan pada ABK khususnya disleksia, autis dan hiperaktif sama dengan jenis metode yang diterapkan pada anak normal, namun dalam penerapannya berbeda dan perlu adanya penekanan dan modifikasi, mengingat anak disleksia, autis dan hiperaktif berbeda dengan anak normal pada umumnya.
16
IGN. S. Ulihbukit Karo-karo dkk, Suatu Pengantar Kedalam Metodologi Pengajaran, (Salatiga: CV Saudara, 1979), hal. 3.
12
Biasanya, dalam metode pembelajaran untuk anak autis disesuaikan dengan usia dari anak tersebut, kemampuan yang dia miliki, serta hambatan yang dimiliki anak saat mereka belajar, serta gaya belajar atau lerning stylenya pada masing-masing anak. Metode yang biasanya diberikan adalah bersifat kombinasi dari beberapa metode.Meskipun tidak terlalu banyak, ada juga anak yang menderita autis yang memiliki respons yang sangat baik terhadap stimulus visual sehingga metode belajar yang menggunakan stimulus visual sangat diutamakan bagi mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu bisa dijadikan pilihan.17 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan dan penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.18Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan strategi pembelajaran yang tepat agar tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi belajar merupakan suatu sistem yang saling bekaitan antara lain: tujuan, materi, metode, evaluasi. Komponenkomponen tersebut saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seorang guru seharusnya memperhatikan prinsip-prinsip di kelas inklusi secara umum. Prinsip-prinsip khusus harus diimplementasikan sesuai dengan kelainan anak: 17
Aqila Smart, “Anak Cacat”…, hal. 106-107. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 5.
18
13
a. Prisip motivasi Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada anak agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. b. Prinsip latar/Konteks Adanya sebuah pengenalan antara guru dan muridnya tentu saja akan sangat berarti. c. Prinsip keterarahan Pada prinsip ini, setiap anak yang akan mengikuti kegiatan secara mendalam, guru harus merumuskan secara matang tujuan kegiatan tersebut secara jelas. d. Prinsip Hubungan Sosial Dalam sebuah proses belajar-mengajar, seorang guru harus dapat mengembangkan setiap strategi pembelajaran yang mampu untuk mengoptimalkan interaksi antara guru dan muridnya. e. Prinsip belajar sambil bekerja Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan sendiri praktik atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya. f. Prinsip menemukan Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing anak untuk terlihat secara aktif, baik fisik, mental, sosial, atau emosionalnya.
14
g. Prinsip pemecahan masalah Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan yang ada dilingkungan sekitar dan anak dilatih untuk mencari data, menganalisis, dan memecahkan masalah tersebut sesuai dengan kemampuan masingmasing dan guru sebaiknya tidak begitu memaksakan anak tersebut agar tidak menjadikan hal tersebut menjadi sebuah beban.19 Menurut Witberg yang dikutip oleh Frieda Mangunsong, dalam menyusun dan melaksanakan pendidikan untuk anak-anak ADHD, diperlukan paling tidak tiga pihak yang bekerjasama dengan baik, yaitu anak itu sendiri, orang tua, dan personil sekolah atau guru. Pihak sekolah berperan untuk mencari tahu apa saja yang dibutuhkan untuk mendidik anak, menyediakan layanan pendidikan yang sesuai dengan hukum yang berlaku, serta menjelaskan dan mengajari anak untuk dapat produktif. Pada umumnya anak ADHD sebenarnya memiliki perlengkapan intelektual yang cukup untuk mengikuti pelajaran, hanya dibutuhkan perhatian khusus terhadapnya. Menurut Cruickshank yang dikutip Frieda Mangunsong, terdapat dua aspek pemrograman pendidikan efektif untuk siswa-siswa dengan ADHD yaitu: 1) Struktur kelas dan arahan guru a) Menurunkan stimulus yang tidak relevan dengan pembelajaran dan meningkatkan material yang penting untuk pembelajaran.
19
Aqila Smart, “Anak Cacat”…, hal. 77-81.
15
Cara yang dapat digunakan, antara lain tempat siswa belajar dibuat seperti kubikel dengan tiga sisi untuk menurunkan distraksi. b) Program terstruktur dengan penekanan kuat pada arahan guru (1) Guru menggunakan media pengajaran yang menarik dan berwarna cerah. (2) Jadwal aktivitas yang sistematis dan mendetail untuk setiap anak. 2) Functional behavioral assessment and contingency-based selfmanagement Menurut Horner dan Carr yang dikutip Frieda, functional behavioral assessment (FBA) termasuk menentukan konsekuensi, penyebab, dan setting event yang mempertahankan tingkah laku tidak pantas. Sementara itu menurut Davies dan Witte yang dikutip Frieda, contingency-based self-management termasuk membuat seseorang tetap mempertahankan tingkah laku tertentu dan mendapatkan konsekuensi yang biasanya berupa reward.20 3. Pendekatan Individual Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan 20
Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Depok: LPSP3, 2014), hal. 11-13.
16
anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang baik bagi anak didik. Dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Ketika kegiatan belajar mengajar tersebut
berproses
atau
berlangsung, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan- perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuhan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
17
Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learningyang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal. Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru
18
dengan siswa dalam belajar.21 Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:22 a. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya. b. Membantu anak didik dengan pendekatan verbal dan non-verbal. c. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas. d. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian. e. Menangani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan. Adapun ciri-ciri dari pendekatan individual :23 a. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk aktif, kreatif, dan mandiri dalam belajar. b. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual. c. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
21
Rina Eka, Pendekatan Dalam Pembelajaran, diakses dalamhttps://www.academia.edu/7310855/Makalah_pendekatan_dalam_pembelajaran,diakses tanggal 7 Februari 2015 22
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 38. Ibid., hal. 40.
23
19
d. Guru harus mampu menyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka. Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual. Berdasarkan pada hal tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.Pengolahan kelas khusunya pada anak berkebutuhan khusus sangat memerlukan pendekatan individual tersebut.Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas.Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan. 4. Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Secara etimologi Al-Qur’an artinya bacaan. Kata dasarnya qaraa,yang artinya membaca. Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, akan tetapi isinya harus diamalkan. Oleh karena itu Al-Qur’an dinamakan kitab; yang
20
ditetapkan atau diwajibkan untuk dilaksanakan.24Dalam definisi Al-Qur’an disebutkan bahwa Al-Qur’an antara lain berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan Muhammad SAW., pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.25 Al-Qur’an, memang sebuah petunjuk yang menuntun umat Islam dan menjadi cahaya kehidupan. Selain itu, membaca Al-Qur’an mampu membuat hati seseorang menjadi lebih tenang, karena Al-Qur’an merupakan obat penawar segala macam penyakit, baik rohani maupun jasmani pada diri manusia. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat: 57 yang berbunyi:
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:57). Perintah membaca Al-Qur’an terdapat dalam surat Al-Alaq ayat:1-5, yang menjelaskan pentingnya membaca Al-Qur’an.
24
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
171. 25
Ibid., hal. 173.
21
1.Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. 2.Ia telah menjadikan manusia daripada segumpal darah. 3.Bacalah, karena Tuhanmu yang Maha Mulia 4.Yang mengajar dengan (perantaraan) Qalam. 5. Ia telah mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu.
Perintah membaca dalam konteks surah Al-Alaq ayat 1-5 adalah perintah menelaah ayat Al-Qur’an, alam raya, diri sendiri, masyarakat, majalah, koran dan buku-buku lainnya. Pengertian membaca menurut versi ini tentu sangat luas, tidak mengenal batasnya, baik menyangkut bacaan bersumber dari Allah maupun bacaan bersumber dari produk manusia.26 Sedangkan dalam hadits menyebutkan bahwa membaca Al-Qur’an akan mendatangkan pahala bagi yang membacanya. Rasulullah saw bersabda:
26
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 156.
22
ةي َ ِم ََا قي ِل ًْاا ِيع شف َه ِب َِا صح ْأ َل ِ ُوا رء َق ِْ ّنا َْآ قر ُل ُْا ّنه َإ ِف َِي أت ْي َم َو ْ “Bacalah kamu akan Al-Qur’an, sesungguhnya (Al-Qur’an) akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pembacapembacanya.” (HR. Muslim)27 5. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus Lingkungan menjadi sarana utama untuk membantu anak berkebutuhan khusus dalam bersosialisasi dengan orang lain. Lingkungan sekitar akan membantu mereka untuk mengenali jati dirinya, belajar mengenal, dan memahami apa yang terjadi dalam dirinya meskipun mereka sadar bahwa mereka memiliki perbedaan dengan perbedaan dengan anak-anak normal lainnya. a. Peran Lingkungan Sekolah Suasana yang kondusif dapat membuat anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajarnya merasa nyaman. Lingkungan sekolah yang nyaman, bersahabat, memiliki teman-teman yang bertoleran tinggi, serta tenang berpengaruh terhadap perilaku. b. Guru Yang Bersahabat
27
Kamil Uwaidah, Hadits Qudsi: panduan dan literasi hadits Qudisi (Jakarta: Pena, 2007). hal. 129.
23
Dukungan seorang guru terhadap murid-muridnya sangat dibutuhkan, apalagi bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ini. Tak hanya dalam bidang akademis saja, tetapi juga dalam masalah pribadi. Dengan adanya perhatian dari guru-guru, mereka akan merasa sangat nyaman dan hal tersebut juga yang nantinya akan menjadi faktor utama bagi anak untuk mau mengikuti kegiatan belajar. c. ”Teman-Temanku adalah Motivasiku” Dengar bertemunya anak-anak berkebutuhan khusus dalam sebuah forum pertemuan, akan melatih cara bersosialisasi mereka terhadap satu sama lain ataupun terhadap lingkungan, entah dengan anak-anak yang memiliki kesamaan ”nasib” atau bersama dengan anak-anak ”normal” lainnya.28 6. Anak Berkebutuhan Khusus a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Mulyono, Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang katentuan, dan juga anak lantib dan berbakat. Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan atau luar biasa.Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan.Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar biasa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan. Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah
28
Aqila Smart, “Anak Cacat”…, hal. 133-137.
24
anak yang memiliki intelegensi normal atau diatas normal, akan tetapi mengalami satu atau lebih dalam aspek-aspek yang di butuhkan untuk belajar. Istilah kesulitan belajar terjemaahan dari learning disability, sebenarnya
tidak
dapat,
seharusnya
diterjemahkan
sebagai
ketidakmampuan belajar.29 Kanner dalam Jamarisadalah orang yang mengemukakan istilah autisme; anak autis adalah anak yang mengalami outstanding fundamental disorder, sehingga tidak mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, anak autis bersifat menutup diri dan tidak peduli, serta tidak memperhatikan lingkungannya (Greespan dan Wider dalam Jamaris, 2006:85). Sedangkan menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.30 Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai karakteristik tertentu baik secara fisik maupun mental yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, anak berkebutuhan khusus ini memiliki ciri-ciri tertentu baik itu merupakan kelebihannya maupun kekurangannya, anak yang memiliki ciri tersebut cenderung mempunyai kesulitan dalam berinteraksi dalam lingkungan sekitarnya. 29
Delphie Bandi, Pembelajaran Anak berkebutuhan Khusus, (Bandung:PT Refika Aditama, 2006), hal. 117. 30 Ibid.,hal.120.
25
b. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus 1) Disleksia Disleksia adalah suatu keadaan di mana seseorang akan mengalami hambatan/kesulitan dalam menggunakan bahasa, baik tulisan maupun lisan. Gejala disleksia dapat kita amati sebelum anak bersekolah. Berikut adalah beberapa gejala disleksia: a) Anak sering telat bicara. b) Anak sering menggunakan kata yang salah meskipun dia tahu kata yang sebenarnya. c) Anak terus-terusan salah mengucapkan bunyi-bunyian atau sering menggunakan bahasa aneh yang berbeda dari anak-anak lain. d) Apabila anak anda sudah diajarkan mengenal huruf, perhatikan apakah ia tampak susah belajar dan mengingat huruf. e) Anak mempunyai masalah dalam belajar irama lagu.31 2) Autis a) Pengertian autis Autisme pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Dia mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan 31
Ayu Rini, Petunjuk Mengarahkan Bakat Anak: Jenius, Hiperaktif, Disleksia, Kembar, Indigo, Aperger Syndrome & Autis, Temperamental, (Jakarta: Pustaka Mina, 2009), hal. 90-91.
26
untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mustism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitive dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.32 b) Gejala-gejala autis Terdapat tiga gejala utama individu dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD) yaitu gangguan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku. Selain itu, individu ASD juga memiliki karakteristikkarakteristik tambahan, yaitu : gangguan dalam kognisi, persepsi sensori, motorik, afek atau mood, tingkah laku agresif dan berbahaya, serta gangguan tidur dan makan (Hallahan & Kauffman, 2006).33 Gejala-gejala autis menurut Delay & Deinaker (1952) dan Marholin & Philips (1976) antara lain :34 (1) Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah. (2) Selalu diam sepanjang waktu.
32
Triantoro Safaria, Autisme Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hal.1. 33 Frieda Mangunsong, “Psikologi dan”…, hal. 171. 34 Dayu, Mendidik Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Hal-hal yang Tidak Bisa Dilakukan Obat, (Yogyakarta: Javalitera, 2013), hal. 25.
27
(3) Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh akanmenceritakan dirinya dengan beberapa kata kemudian diam menyendiri lagi. (4) Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, dan tidak menyenangi sekelilingnya. (5) Tidak tampak ceria. (6) Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang disukainya. (7) Secara umum, anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan fungsi saraf dan intelektual. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.35 c) Ciri-ciri anak autis (1) Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal: (a) Terlambat bicara atau tidak dapat berkomunikasi. (b) Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (bahasa Planet). (c) Tidak mengerti dan tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai (Gangguan bahasa ekspresif dan reseptif). (d) Bicara tidak digunakan untuk komunikasi. 35
Ibid.,hal. 25-26.
28
(e) Meniru atau membeo (ekolalia). Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya. (f) Kadang bicaranya monoton (seperti robot). (g) Mimik datar. (h) Gangguan dalam bidang interaksi sosial (i) Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain36 3) Hiperaktif Istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak, ketika seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan tidak mendukung rentang perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.Jika hal ini terjadi pada seorang anak, dapat menyebabkan berbagai kesulitan belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan sosial, dan kesulitan-kesulitan lain yang saling berkaitan. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda. Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini: a) Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
36
Faisal Yatim, “Autisme Suatu”…,hal. 10.
29
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau implusif.Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif.Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.
b) Tipe anak yang hiperaktif dan implusif Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan implusif
tetapi
mereka
juga
tidak
bisa
memusatkan
perhatiaanya.Tipe ini sering ditemukan pada anak-anak kecil. c) Tipe gabungan Pada tipe gabungan ini mereka sangat mudah sekali terganggu perhatiaanya, hiperaktif, dan implusif.Kebanyakan anak dengan ADHD termasuk tipe seperti ini. Ciri utama gangguan ini adalah adanya kecenderungan untuk berpindah dari satu kegiatan kepada kegiatan lain tanpa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, tidak dapat konsentrasi dengan baik bila mengerjakan suatu tugas yang menuntut keterlibatan kognitif, serta tampak adanya aktivitas yang tidak beraturan, berlebihan, dan mengacau. Kurangnya perhatian adalah salah satu gejala ADHD. Biasanya, anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail atau anak selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja, atau 30
kegiatan lain. Ia juga sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja, sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara, dan atau pelupa dalam aktivitas sehari-hari. Gejala kedua yang harus diwaspadai adalah hiperaktivitas yang menetap selama 6 bulan atau lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan. Gejala hiperaktivitas itu di antaranya anak sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam, sering kali meninggalkan kursi di sekolah atau situasi lain yang memerlukan duduk di kursi. Anak juga sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat, selalu bergerak seperti didorong motor. Sedangkan,
gejala
implusivitas
ditunjukkan
dengan
misalnya sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sering sulit menunggu giliran, dan sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu percakapan.37 Dalam
buku
“Dinamika
Pendidikan” Ibnu
Syamsi
menjelaskan ada empat karakteristik dari anak hiperaktif, yaitu:38 a) Overaktivity, Anak overaktivity adalah anak yang suka bergerak disekitarnya, sering dan lebih cepat, dan gerakan itu tanpa 37
Ibid., hal. 29-36. Ibnu Syamsi, Dinamika Pendidikan, (Yogyakarta :FIP IKIP, 1997), hal. 59.
38
31
tujuan. Di sekolah pun mereka sering keluar dari tempat duduk, sewaktu duduk pun kaki dan tangannya tidak pernah diam. Hal ini menjadikan anak hiperaktif kelihatannya seperti anak yang nakal dan susah diatur. b) Distratibility (kebingungan). Distratibility adalah
tingkah
laku
yang
kurang
mendapatkan perhatian. Secara khusus, anak ini mengalami hiperaktif dengan cirri-ciri yaitu: (1) Mempunyai jangka waktu perhatian yang pendek dan perhatiannya tidak tertambat pada aktivitas yang diikuti oleh sebagian anak-anak. (2) Fokus perhatiannya berganti dengan cepat dan sedikit proses belajar yang terjadi dapat dirasakan. (3) Mempunyai kesulitan untuk memberikan perhatian dan mengarahkan pada rangsangan-rangsangan saat pelajaran di sekolah. c) Impulsifity (menurut kata hati). Impulsifity adalah tingkah laku yang kecenderunganya cepat atau tidak sistematis dan tidak menghiraukan akibat yang mungkin terjadi dari tindakannya. Tingkah laku anak ini seperti: memanjat pohon dan tidak dapat turun, menyinggung perasaan orang lain dengan ucapannya, dan berlari diantara mobil yang diparkir untuk mencari sesuatu
32
d) Exitability (mudah tersinggung). Exitability adalah tingkah laku yang mudah terangsang untuk sifat positif dan negatif seperti: lekas marah, toleransi yang
rendah
dan
kecewa,
perubahan
suasana
hati
secaradramatis dan cepat. Tingkah lakunya juga sulit diduga, sehingga sulit berinteraksi dengan lingkungannya. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif , yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati.39Berdasarkan sumber datanya, penelitian yang penulis lakukan menggunakan jenisField Research, yaitu mengumpulkan data tentang keadaan lapangan yang menjadi obyek penelitian.Sifatnya deskriptif kualitatif.Penelitian ini disebut kualitatif karena sumber data utama penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan dari orang - orang yang diamati atau diwawancarai.Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pendekatan
psikologi
behavior.Karena
pendekatan
ini
memfokuskan terhadap pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan.Termasuk pendekatan individual yang berpengaruh besar terhadap anak disleksia, autis dan hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. 39
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 3.
33
Sedangkan bersifat deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan yang terjadi saat sekarang dan menyajikan apa adanya yaitu terkait pendekatan individual dalam pelaksanaan metode pengajaran baca tulis Al-Qur’an pada anak disleksia, autis dan hiperaktif pada sekolah khusus Taruna Al-Qur’an. 2. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kepala sekolah, guru dan siswa siswa Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. Secara lebih rinci penulis akan memilih informan yaitu ; Ibu Jatu Anggrainisebagai Kepala Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman; Ibu Rifqotul Ghoiniyah, Ibu Nona Aristya Putridan Bapak Afif Fauzi selaku guru baca tulis Al-Qur’an bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an; serta Fadhel, Dani, Afi, Dafa, Firdaus, Fudheil, dan Aiko selaku siswa Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data. Dalam menggunakan beberapa cara itu diharapkan dapat memperoleh data yang representatif. Secara rinci dalam mengumpulkan data digunakan beberapa teknik yang akan meliputi :
34
a. Observasi Berkaitan dengan metode ini, observasi bisa diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian40. Berdasarkan hal ini, maka penulis mencoba turun langsung ke lapangan untuk mengidentifikasi situasi dan kondisi obyek penelitian. Dalam hal ini, penulis mengamati secara langsung pelaksanaan proses metode pembelajaran baca tulis AlQur’an melalui pendekatan individual pada anak disleksia, autis dan hiperaktif pada Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman, melihat hasil dari pembelajaran BTAQ di Taruna Al-Qur’an apakah mengalami perkembangan atau penurunan. Serta menganalisis faktorfaktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual pada anak disleksia, autis dan hiperaktif pada Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman. b. Wawancara Merupakan kegiatan mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden, di mana penulis membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses
40
Amirul Hadi dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 129.
35
wawancara.41Wawancara yang penulis ajukan berkaitan dengan beberapa hal : 1) Mengenai kondisi siswa Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an 2) Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an 3) Strategi/metode yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual. Adapun yang menjadi informan dalam dalam penelitian ini adalah Ibu Jatu Anggraeni selakuKepala Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman, Ibu Rifqotul Ghoniyah, Ibu Nona Aristya Putri, dan Bapak Afif Fauzi selaku guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. Penulis tidak menggunakan peserta didik untuk menjadi informan, dikarenakan ketidakmungkinan dilaksanakan wawancara terhadap peserta didik. c. Dokumentasi Teknik Dokumentasi merupakan suatu cara menghimpun data dengan menggunakan dokumen sebagai sumber data, lebih lanjut Winarno mengemukakan dokumentasi sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa-peristiwa itu dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan
atau
menemukan
keterangan
mengenai
peristiwa
41
Lexy J.Moleong, ”Metode Penelitian”..., hal. 331.
36
tersebut.42 Dengan menggunakan teknik ini, penulis memperoleh data berupa dokumen sekolah, catatan harian guru baik berupa catatan BTAQ harian siswa dan catatan nilai BTAQ siswa, serta foto yang digunakan sebagaibahan kebutuhan dalam penelitian ini.
4. Uji Keabsahan Data Untuk memperoleh informasi yang benar-benar relevan dan valid sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang memadai, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini tentu dibutuhkan pengumpulan data dan analisa data yang benar-benar cermat sebagai konsekuensi metodologi dari jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif serta penggunaan dua sumber jenis data di atas, maka perlu dilakukan uji validitas data. Dalam penelitian ini digunakan metode triangulasi. Ide tentang metode triangulasi menurut Julia Brenam dalam Winarno pada dasarnya bersumber dari ide “Multiple Operasionalisme” yang menegaskan bahwa validitas temuan-temuan dan tingkat kepercayaan akan dipertinggi oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk pengumpulan data.43 Sedangkan menurut Moleong, mengatakan bahwa metode triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau pembanding
42
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1987), hal. 125. Winarno, Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1987), hal. 88.
43
37
terhadap data itu.44 Hal ini berarti metode trianggulasi digunakan sebagai suatu sarana untuk mengecek keabsahan suatu data. Dalam konteks penelitian ini, metode triangulasi dijabarkan menjadi dua cara (1) kontrol silang (cross check) antara sumber data yang satu dengan lainnya. (2) membandingkan atau kontrol silang antar data.
5. Teknik Analisa Data Menganalisa
data
adalah
proses
mengurutkan
data,
mengorganisasikannya kedalam satu pola, satu kategori dan satuan uraian dasar. Dengan kata lain analisis data merupakan suatu tahap mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengategorikan serta menafsirkan data tersebut sebelum membuat suatu generalisasi.45 Sebagaimana dikemukakan Masri Singarimbun, analisa deskriptif (deskriptif analitik) yaitu suatu pengukuran yang cermat terhadap fenomena tertentu, penulis mengembangkan konsep, dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Dalam hubungannya dengan penelitian ini analisis deskriptif ditujukan untuk memberikan deskripsi mengenai strategi peningkatan mutu guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :
44
Lexy J. Moloeng, ”Metode Penelitian”..., hal. 178. Ibid., hal. 103.
45
38
a. Pertama-tama
mengumpulkan
data-data
khususnya
mengenai
fenomena yang terjadi terkait dengan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an. b. Mengelompokkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. c. Penyajian hasil analisis data yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi maupun data sekunder berupa studi pustaka d. Menarik kesimpulan terhadap rangkaian analisis data dan informasi yang telah disajikan. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan keaslian, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian tengah berisi bagian inti penelitian mulai dari bagian pendahuluan sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satu-kesatuan. Pada skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam empat bab. Pada setiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan dari bab yang bersangkutan. Bab I skripsi ini berisi Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
39
dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II berisi gambaran umum tentang Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman. Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada letak geografis, sejarah berdiri, alasan pemilihan jenis pendidikan, dasar hukum, visi-misi dan tujuan, sarana dan prasarrana, program-program, tata tertib sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, profil guru, siswa, yayasan taruna Al-Qur’an, dan biodata siswa yang ada pada Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman. Berbagai gambaran tersebut dikemukakan terlebih dahulu sebelum membahas berbagai hal tentang pembelajaran BTAQ pada bagian selanjutnya. Setelah membahas gambaran umum lembaga, pada bab III berisi pemaparan data beserta analisis kritis tentang pelaksanaan baca tulis AlQur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman, hasil penerapan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Ngaglik
Sleman,
faktor
pendukung
penerapan
metode
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif, dan faktor penghambat dalam pembelajaran tersebut.Faktor pendukung dan faktor penghambat dipisah pembahasannya oleh karena dua hal tersebut memiliki substansi permasalahan yang berbeda.
40
Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab IV. Bagian ini disebut penutup yang memuat simpulan, saran-saran, dan kata penutup. Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian.
41
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Melalui Pendekatan Individual bagi Anak Disleksia, Autis dan Hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Melalui Pendekatan Individual di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman terlaksana dengan baik, hal tersebut dapat terlihat dari pelaksanaan BTAQ sesuai dengan jadwal serta terlihat dari catatan presensi tahfidhdan lembar penilaian BTAQ, meskipun dengan catatan dalam pembelajaran menulis Al-Qur’an belum berjalan semestinya, hal ini dapat terlihat dari kegiatan pembelajarannya yang sesuai dengan keadaan dan kondisi anak. Pelaksanaan pembelajaran BTAQ di sekolah ini meliputi : proses pembelajaran BTAQ meliputi langkahlangkah pembelajaran, pendekatan pembelajaran, pemilihan metode, pemilihan pendekatan, pemilihan media pembelajaran dan evaluasi. Adapun langkah-langkah pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan individual.
Pemilihan
metode
menggunakan
metode
Iqra’,imitation&drill, follow the line, bermain, dan bernyanyi. 120
Pemilihan media menggunakan poster, komputer, DVD player, buku bergambar dan flash card. Tujuan yang hendak dicapai dari adanya pembelajaran BTAQ ini adalah untuk membekali para siswa dengan kecakapan membaca
dan menulis
Al-Qur’an sehingga
dapat
menjalankan ibadah di dalam kehidupan mereka. Sesuai dengan visi misi sekolah ini yaitu membentuk Terwujudnya Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an sebagai institusi dan sistem pelayanan pendidikan yang optimal dalam membentuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi generasi mandiri yang berkepribadian Qur’ani. 2. Hasil dari penerapan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual bagi anak disleksia, autis dan hiperaktif di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Slemandalam hal baca Al-Qur’an maupun Iqra’ para peserta didik sudah mengalami perkembangan, terkecuali bagi siswa bernama Fudheil (autis) yang belum mengalami perkembangan. Hal tersebut dapat dilihat dari catatan presensi tahfidz dan lembar penilaian BTAQ siswa. Sedangkan dalam hal penulisan Al-Qur’an, penulis belum bisa membuat kesimpulan mengenai keberhasilan dalam hal tersebut. 3. Dalam
Metode
Pembelajaran
Baca
Tulis
Al-Qur’an
Melalui
Pendekatan Individual di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung meliputi : a. sistem one-on-one, b. sarana dan prasarana, c. lingkungan masyarakat, d. dan tingkat kecerdasan. Sedangkan faktor-
121
faktor penghambat antara lain sebagai berikut : a. saat siswa tantrum, b. emosi anak yang tidak stabil, c. kurangnya dukungan dari keluarga, d. kurangnya referensi, e. serta kompetensi guru. B. Saran-Saran Setelah mengadakan penelitian maka penulis ingin menyampaikan saran yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman, antara lain: 1. Hendaknya meningkatkan kompetensi para guru baik dari pedagogik maupun kompetensi profesional, khususnya guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. 2. Hendaknya meningkatkan kualitas sekolah baik fisik maupun non fisik yang menunjang pembelajaran akademik maupun BTAQ dan menciptakan keharmonisan. 3. Terus melakukan inovasi dalam bidang pendidikan terutama yang menggali potensi, bakat dan minat siswa sehingga mampu menunjang kemajuan sekolah. C. Kata Penutup Alhamdulilah, puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan berbagai suka duka.Skripsi ini masih jauh dari sempurna tetapi harapan penulis semoga ada sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca semua dan bagi diri penulis sendiri.Demikian pula semoga dengan skripsi ini bisa menjadi sumbangan
122
bagi Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an untuk suksesnya pembelajaran BTAQ. Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna sebab keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materiil serta teriring doa semoga bantuan tersebut menjadi amal sholeh dan mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.
123
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Bandi, Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Dayu, Mendidik Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Hal-hal yang Tidak Bisa Dilakukan Obat, Yogyakarta: Javalitera, 2013. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2011. Djamarah, Bahri Syaiful, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 1997. Eka, Rina, “Starategi Belajar Mengajar”, https://www.academia.edu/7310855/Makalah_pendekatan_dalam_pembel ajaran, dalam Google.com. 2015. Hadi, Amirul, dkk., Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 2005. Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Makbuloh, Deden, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. Mangunsong, Frieda, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Depok: LPSP3, 2014. Maunah, Binti, Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009. Meida, Ira, “Gangguan Belajar Pada Disleksia”, www.halalguide.info/content/view/720/70/, dalam Google.com. 2015. Moloeng, J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Purwaningsih Ramadhan, Sri, “Pembiasaan Diri Pada Anak Autis Di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Riksagiati Sudiar, Resna “Penanganan Perilaku Seksual Remaja Autis Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta (Studi Kasus-Pendekatan Model Kualitatif)”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Rini, Ayu, Petunjuk Mengarahkan Bakat Anak: Jenius, Hiperaktif, Disleksia, Kembar, Indigo, Aperger Syndrome & Autis, Temperamental, Jakarta: Pustaka Mina, 2009. Rusmanuddin, Akhmad “Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) Di Play Group Inklusi Klinik Idola Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012. Safaria, Triantoro, Autisme Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Smart, Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Kata Hati, 2010. Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1987. Syamsi, Ibnu, Dinamika Pendidikan, Yogyakarta : FIP IKIP, 1997. Ulihbukit Karo-karo, IGN. S., dkk, Metodologi Pengajaran Suatu Pengantar Ke Dalam, Salatiga: CV Saudara, 1979. Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007. Uwaidah, Kamil, Hadits Qudsi: panduan dan literasi hadits Qudisi, Jakarta: Pena, 2007. Wijayanti, Isnanik “Pembelajaran PAI pada Program Terapi Anak Autis (Usia 912 tahun) di Citra Mulia Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002. Yatim, Faisal, Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003.
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA A. Pedoman Wawancara 1. Kepala Sekolah a. Latar belakang berdiri dan perkembangannya b. Dasar tujuan pendidikan, termasuk visi dan misi c. Fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan d. Kurikulum yang digunakan dan dijadikan pedoman e. Keadaan staf, guru dan anak didik 2. Guru baca tulis Al-Qur’an a. Latar belakang pendidikan dan lama mengajar b. Pengalaman mengajar dan kompetensi yang dimiliki c. Proses belajar mengajar di kelas d. Materi yang diajarkan e. Problematika kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dan cara mengatasinya f. Strategi pengajaran yang diterapkan termasuk metode, pendekatan dan cara mengajar g. Bentuk dan cara evaluasi h. Hasil yang telah dicapai B. Pedoman Observasi 1. Letak Geografis Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an 2. Sejarah berdiri dan profil sekolah 3. Struktur organisasi 4. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an 5. Sarana dan Prasarana yang dimiliki 6. Pelaksanaan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual C. Pedoman Dokumentasi 1. Latar belakang berdiri dan perkembangan Sekolah Khusus Taruna AlQur’an
2. Sejarah berdiri dan profil sekolah 3. Letak geografis 4. Struktur organisasi 5. Sarana dan Prasarana serta fasilitas yang dimiliki 6. Keadaan guru, anak didik dan karyawan.
PEDOMAN WAWANCARA Pedoman Wawancara Untuk Kepala Sekolah 1. Kapan Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an mulai didirikan dan diresmikan? 2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 3. Bagaimana perkembangan Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an dari awal berdiri sampai sekarang? 4. Dalam kepemilikan, siapakah yang memiliki gedung Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 5. Apa dasar dan tujuan pendidikan Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 6. Apa saja sarana dan prasarana penunjang peserta didik Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 7. Kurikulum apa saja yang dijadikan pedoman Sekolah Khusus Taruna AlQur’an? 8. Menurut pemahaman anda, bagaimana konsep dari metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui pendekatan individual dalam proses pembelajaran? 9. Apa saja criteria dalam penyeleksian calon guru Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 10. Adakah seleksi untuk penerimaan calon peserta didik Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? Bila ada apa saja? 11. Bagaimana cara pihak sekolah dan orang tua saling mengkomunikasikan perkembangan anak? Pedoman Wawancara untuk Guru Baca Tulis Al-Qur’an Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman 1. Sudah berapa lamakah anda mengajar di Sekolah Khusus Taruna AlQur’an Ngaglik Sleman? 2. Apa ijazah terakhir yang ibu/bapak miliki saat ini? 3. Sudah berapa lamakah Ibu/Bapak mengampu pembelajaran baca tulis AlQur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an?
4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 5. Apakah Ibu/Bapak pernah ikut pelatihan atau penataran dalam bidang BTAQ untuk anak berkebutuhan Khusus baik sebelum maupun setelah bertugas di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 6. Bagaimana proses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di setiap peserta didik? Apa peran Ibu/Bapak bagi mereka? 7. Kurikulum apa yang dijadikan pedoman dalam pembelajaran baca tulis AlQur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? Materi apa saja yang diajarkan dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 8. Bagaimana cara anda melaksanakan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 9. Meode atau strategi khusus apa yang anda gunakan dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 10. Apa yang membedakan penerapan metode pembelajaran baca tulis AlQur’an untuk anak berkebutuhan khusus dengan anak normal? 11. Bagaimana Ibu/Bapak memahami konsep dari metode yang digunakan di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 12. Apakah metode tersebut dapat menunjang tujuan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an? 13. Apa saja kendala yang Ibu/Bapak hadapi selama mengajarkan baca tulis Al-Qur’an di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an? 14. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an? 15. Apa saja hasil belajar yang dicapai peserta didik yang dirasakan Ibu/Bapak melalui pelaksnaan metode baca tulis Al-Qur’an? 16. Persiapan apa yang Ibu lakukan sebelum melaksanakan pembelajaran?
CATATAN LAPANGAN 1 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Selasa, 24 Maret 2015
Jam
: 13.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Jatu Anggraeni, S.Psi., M.Psi., Psi. (Kepala Sekolah)
Deskripsi Data: Informan adalah kepala sekolah Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik. Selain menjadi Kepala Sekolah beliau juga seorang psikolog yang bekerja di Puskesmas 3 Depok Sleman. Wawancara yang dilaksanakan adalah membahas tentang sejarah berdirinya Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik dan sejarah perkembangannya. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik berdiri atas hasil pemikiran para petinggi Yayasan Taruna Al-Qur’an yang merasa perlu didirikan Sekolah Khusus karena Yayasan Taruna Al-Qur’an sudah memiliki lembaga pendidikan dari tinggkat PAUD hingga SMA. Pada tahun 2011 izin operasional sudah turun sehingga Sekolah Taruna Al-Qur’an menjadi Sekolah Luar Biasa. Untuk kendala yang dihadapi adalah kurangnya peserta didik. Tujuan pendirian Sekolah Taruna Al-Qur’an menurut Ibu Jatu adalah membentuk kepribadian mandiri Qur’ani . Interpretasi: Sekolah Khusu Taruna Al-Qur’an didirikan pada tahun 2009, atas dasar pemikiran para petinggi yayasan Taruna Al-Qur’an atas keprihatinan kurangnya pendidikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sekolah taruna al-qur’an dibawah lembaga yayasan taruna al-qur’an yang
awalnya lembaga terapi lalu berkembang menjadi lembaga terapi full day dan sampai akhirnya 2011 sudah diberiakan ijin operasional tahun 2011 sehingga menjadi sekolah luar biasa.
CATATAN LAPANGAN 2 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 9 Maret 2015
Jam
: 09.30
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Siswa-siswi Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Deskripsi data: Ini merupakan kali keempat penulis mendatangi lokasi Sekolah Khusus Taruna AlQur’an setelah sebelumnya pertama kedua dan ketiga untuk meminta izin dan observasi prapenelitian. Setelah mendapat izin penulis langsung melakukan penelitian baik dengan metode wawancara, observasi maupun dokumentasi. Karena saat itu Kepala Sekolah tidak berada ditempat maka penulis dipersilahkan untuk melihat lihat pembelajaran BTAQ yang sedang dilakukan oleh Ibu Iqo selaku guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an. Saat itu Ibu Iqo sedang mengajarkan membaca Iqra kepada Dafa yaitu siswa yang mengalami gangguan GPPH, saat itu Dafa sudah masuk ke Iqra 3, selain membaca Iqra Dafa juga diuji hafalannya yaitu surat Al-Qori’ah, saat observasi berlangsung penulis melihat adanya pendekatan individual yaitu secara one-on-one, Dafa sudah lancar dalam membaca Iqra 3 tetapi masih kurang dalam panjang pendeknya, untuk hafalan Dafa sudah lancar. Selain Dafa Ibu Iqo saat itu juga melakukan pembelajaran BTAQ dengan Fadel yaitu siswa dengan gangguan ADD, saat itu Fadel sudah masuk ke Iqra 2, saat itu Fadel sepertinya tidak mood dan konsentrasinya untuk membaca pun kurang, berkali-kali Ibu Iqo menyuruh Fadel untuk melihat Iqra nya tetapi tetap tidak fokus, akhirnya Ibu Iqo membantu mengejakannya. Setelah itu Fadel diuji juga hafalannya yaitu surat Al-Ikhlas, An-Nasr, AlQuraisy, At-Takatsur dan Al-Qori’ah , Fadel pun dapat menghafal semua surat tersebut dengan
kemampuannya dan panjang pendeknya juga belum sempurna, tetapi setiadaknya Fadel sudah hafal. Interpretasi: Dari hasil observasi penulis melihat proses pembelajaran BTAQ kepada siswa yang bernama Dafa dan Fadel dapat disimpulkan bahwa anak tersebut sudah bisa dikatakan lancar dan bisa dalam membaca Iqra’ dan sudah hafal dengan beberapa surat-surat pendek, mereka bisa fokus dan menurut dengan perintah para guru. Saat mengaji dilakukan satu-persatu tidak bersamasama. Hanya saja untuk Fadel ada kendala saat mood Fadel sedang tidak baik maka guru perlu mengkondisikannya terlebih dahulu agar pembelajaran bisa diteruskan.
CATATAN LAPANGAN 3 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 9 Maret 2015
Jam
: 10.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Rifqotul Ghoniyah (Guru BTAQ)
Deskripsi Data: Informan adalah salah satu guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an yang mendampingi siswa-siswi ABK di sekolah tersebut. Tetapi setelah ada tambahan guru BTAQ baru yaitu Bapak Afif maka untuk saat ini beliau hanya mendampingi siswi putri, tetapi tidak menutup kemungkinan jika Bapak Afif berhalangan hadir maka Ibu Iqo yang akan menggantikan sementara. Wawancara ini terkait dengan pembelajaran yang ada di kelas. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa pada pembelajaran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an menggunakan metode yang sama untuk ketiga gangguan yaitu disleksia, autis maupun hiperaktif hanya saja karakteristik anak yang berbeda-beda maka ditemukan kesulitan yang berbeda-beda pula yang terdapat pada anak. Seperti untuk disleksia karakteristik anak cepat marah, cepat ngambek, dan moody, untuk anak autis sewajarnya masih bisa dikontrol dan ditangani sedangkan untuk anak hiperaktif tidak bisa ditingal-tinggal oleh gurunya, sehingga harus fokus dan menemani anak seharian. Interpretasi: Dalam pemebelajaran BTAQ Ibu Iqo melakukan pendekatan individual, sedangkan untuk metode dalam membaca Al-Qur’an menggunakan metode Iqra’ dan untuk metode menulis AlQur’an adalah dengan menebalkan. Dalam proses pemebelajaran ada beberapa kendala yang
harus dihadapi oleh Ibu Iqo yaitu anak yang cepat marah, saat anak tantrum, dan saat anak tidak sedang dalam keadaan baik hatinya atau moodnya sedang jelek.
CATATAN LAPANGAN 4 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Rabu, 11 Maret 2015
Jam
: 10.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Rifqotul Ghoniyah (Guru BTAQ)
Deskripsi Data: Informan adalah salah satu guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an yang mendampingi siswa-siswi ABK di sekolah tersebut. Melanjutkan wawancara yang pertama, untuk wawancara kedua ini penulis masih berbicara seputar pembelajaran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman. Metode atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran BTAQ tidak menggunakan metode atau strategi khusus. Kendala yang dihadapi Ibu Iqo dalam pembelajaran BTAQ selama ini adalah ketika anak sedang tantrum ataupun kondisi anak yang tidak mood, maka akan sulit dilaksanakan proses pembelajarannya. Serta untuk hasil yang dicapai selama ini menurut Ibu Iqo sudah ada peningkatan baik dari kemampuan membaca, menulis maupun dari segi hafalan sudah mengalami perkembangan. Interpretasi: Dalam proses pemeblajaran BTAQ menurut informan kendala yang dihadapi adalah saat kondisi anak sedang tantrum maupun anak dengan kondisi sedang tidak mood. Dan menurut hasil informasi Ibu Iqo anak-anak Taruna Al-Qur’an telah mengalami perkembangan dalam bidang BTAQ baik menulis, membaca ataupun dalam hal hafalan Al-Qur’an.
CATATAN LAPANGAN 5 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Rabu, 11 Maret 2015
Jam
: 10.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Nona Aristya Putri Damaiana (Guru BTAQ)
Deskripsi Data: Informan adalah salah satu guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an yang mendampingi siswa-siswi ABK di sekolah tersebut. Tetapi setelah ada tambahan guru BTAQ baru yaitu Bapak Afif maka untuk saat ini beliau hanya mendampingi siswi yang bernama Aiko, tetapi tidak menutup kemungkinan jika Bapak Afif berhalangan hadir maka Ibu Nona yang akan menggantikan sementara. Wawancara ini terkait dengan pembelajaran yang ada di kelas. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa pada pembelajaran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an tidak menggunakan metode atau strategi khusus dikarenakan menurut Ibu Nona anak-anak disekolah ini seperti anak normal pada umumnya dalam hal kecerdasan maupun daya penangkapan materi. Dalam hal menulis Aiko baru bisa menebalkan dengan pensil warna-warni untuk bacaan Iqra’ menurut Ibu Nona sudah baik, serta Aiko akan cepat menghafal sesuatu jika sering disengarkan seseuatu. Kelebihan Aiko ada di audio sehingga pembelajaran apapun akan cepat tersampaikan dengan menggunakan media audio visual. Untuk kendala yang dihadapi Ibu Nona selama mengangani Aiko dalam bidang BTAQ adalah ketika mood Aiko yang tidak stabil, ataupun saat tantrum maka pembelajaran BTAQ tidak dapat terlaksana.
Interpretasi: Untuk saat ini setelah adanya Bapak Afif mengajar di Sekolah Khusus Taruna, Ibu Nona hanya fokus mendampingi siswi yang bernama Aiko. Untuk strategi maupun metode pembelajaran tidak ada yang khusus yaitu metode Iqra’ dan menebalkan tetapi diperlukan tenaga yang lebih ekstra untuk mendampingi Aiko karena mobilitas Aiko yang tinggi. Aiko mempunyai kelebihan dari segi audio-visual sehingga dalam pembelajaran BTAQ Aiko daya tanggapnya akan lebih cepat jika menggunakan media pembelajaran audio-visual.
CATATAN LAPANGAN 6 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 16 Maret 2015
Jam
: 10.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Afif Fauzi (Guru BTAQ)
Deskripsi Data: Informan adalah salah satu guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an yang mendampingi siswa putra ABK di sekolah tersebut. Beliau bergabung di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an belumlah terlalu lama tepatnya pada tanggal 17 Februari 2015. Beliau dipercaya membimbing BTAQ untuk siswa putra yaitu sejumlah 5 anak. Tetapi jika Bapak Afif sedang berhalangan hadir maka akan digantikan oleh Ibu Iqo dan Ibu Nona. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa pada pembelajaran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an dalam proses pembelajarannya hanya dengan menirukan apa yang Bapak Afif ucapkan kecuali untuk siswa yang bernama Fudheil. Untuk siswa yang bernama Fudheil perkembangannya tergolong lambat, sehingga Bapak Afif menggunakan metode mengejakannya dan diulang-ulang sampai bisa. Sedangkan untuk kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran BTAQ untuk anak yang berkebutuhan khusus menurut Bapak Afif adalah mengkondisikan anak agar tenang serta mood anak yang sudah dikendalikan. Interpretasi: Metode maupun strategi pembelajaran BTAQ yang digunakan tidak ada yang khusus hanya dengan metode mengejakan dan anak akan meniru lalu diulang-ulang samapi bisa ataupun hafal. Untuk menulis Al-Qur’an menggunakan metode menebalkan yaitu anak-anak akan
menebalkan/menggarisi garis-garis transparan yang sudah membentuk huruf hijaiyah. Sedangkan untuk kendala yang dihadapi Bapak Afif adalah pengkondisian anak sebelum mengaji dan pengkondisian mood anak agar bersemangat dalam mengaji.
CATATAN LAPANGAN 7 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 9 Maret 2015
Jam
: 10.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Iqo (Guru BTAQ)
Deskripsi data: Untuk yang pertama kalinya penulis mewawancari Ibu Iqo selaku guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an, ada hal yang menarik yang terungkap berkenaan dengan kondisi anak-anak di Sekolah ini. Menurut Ibu Iqo siswa yang bernama Fadel ini sedang masa pubertas jadi rasa tertarik lawan jenis pun sudah dirasakan, jika sedang mengaji Fadel akan melihat ke Ibu Iqo bukan ke Iqra nya, maka jika hal tersebut terjadi Ibu Iqo menyerahkan kepada ustadz Afif untuk menggantikannya. Pada dasarnya anak Taruna Al-Qur’an sudah pandai dan tidak rewel atau mudah diajak bekerjasama jika saatnya mengaji atau sudah jadwalnya mengaji, mereka akan paham karena sudah tahu bahwa ada jadwal mengaji. Tidak ada ritual khusus sebelum pembelajaran tetapi keterangan dari Ibu Iqo sebelum pembelajaran gurunya harus paham atau mengerti mood anak. BTAQ dilaksanakan diluar kelas tidak didalam kelas agar anak tersebut enjoy. Interpretasi: Adapun kendala yang dihadapi dalam pembelajaran BTAQ salah satunya saat anak sedang mengalami pubertas, serta guru juga harus bisa mengkondisikan anak agar pembelajaran bisa dilaksankan. Pada dasarnya anak-anak Sekolah Taruna Al-Qur’an sudah paham dan mengerti
jadwal mengaji mereka sehingga tidak ada ritual khusus yang dilakukan sebelum pemebelajaran dimulai.
CATATAN LAPANGAN 8 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 9 Maret 2015
Jam
: 09.30
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Siswa-siswi Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Deskripsi data: Ini merupakan kali keempat penulis mendatangi lokasi Sekolah Khusus Taruna AlQur’an setelah sebelumnya pertama kedua dan ketiga untuk meminta izin dan observasi prapenelitian. Setelah mendapat izin penulis langsung melakukan penelitian baik dengan metode wawancara, observasi maupun dokumentasi. Karena saat itu Kepala Sekolah tidak berada ditempat maka penulis dipersilahkan untuk melihat lihat pembelajaran BTAQ yang sedang dilakukan oleh Ibu Iqo selaku guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an. Saat itu Ibu Iqo sedang mengajarkan membaca Iqra kepada Dafa yaitu siswa yang mengalami gangguan GPPH, saat itu Dafa sudah masuk ke Iqra 3, selain membaca Iqra Dafa juga diuji hafalannya yaitu surat Al-Qori’ah, saat observasi berlangsung penulis melihat adanya pendekatan individual yaitu secara one-on-one, Dafa sudah lancar dalam membaca Iqra 3 tetapi masih kurang dalam panjang pendeknya, untuk hafalan Dafa sudah lancar. Selain Dafa Ibu Iqo saat itu juga melakukan pembelajaran BTAQ dengan Fadel yaitu siswa dengan gangguan ADD, saat itu Fadel sudah masuk ke Iqra 2, saat itu Fadel sepertinya tidak mood dan konsentrasinya untuk membaca pun kurang, berkali-kali Ibu Iqo menyuruh Fadel untuk melihat Iqra nya tetapi tetap tidak fokus, akhirnya Ibu Iqo membantu mengejakannya. Setelah itu Fadel diuji juga hafalannya yaitu surat Al-Ikhlas, An-Nasr, AlQuraisy, At-Takatsur dan Al-Qori’ah , Fadel pun dapat menghafal semua surat tersebut dengan
kemampuannya dan panjang pendeknya juga belum sempurna, tetapi setiadaknya Fadel sudah hafal. Interpretasi: Dari hasil observasi penulis melihat proses pembelajaran BTAQ kepada siswa yang bernama Dafa dan Fadel dapat disimpulkan bahwa anak tersebut sudah bisa dikatakan lancar dan bisa dalam membaca Iqra’ dan sudah hafal dengan beberapa surat-surat pendek, mereka bisa fokus dan menurut dengan perintah para guru. Saat mengaji dilakukan satu-persatu tidak bersamasama. Hanya saja untuk Fadel ada kendala saat mood Fadel sedang tidak baik maka guru perlu mengkondisikannya terlebih dahulu agar pembelajran bisa diteruskan.
CATATAN LAPANGAN 9 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Rabu, 11 Maret 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Iqo (guru BTAQ) dan Siswa-siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi Data: Ini merupakan kali kelima penulis mendatangi lokasi Sekolah khusus Taruna Al-Qur’an dan kali kedua penulis memulai penelitian, saat penulis datang pembelajaran BTAQ pun sudah dimulai saat itu penulis mengobservasi Ibu Iqo yang sedang mengajarkan BTAQ terhadap Dafa. Pada dasarnya Dafa sudah bisa mengaji, Dafa akan akan menurut jika diajak mengaji karena Dafa sudah faham bahwa sudah jadwalnya mengaji. Disini Dafa melanjutkan Iqra nya, menurut penulis Dafa sudah lancar tetapi perlu kesabaran yang ekstra untuk mengajari Dafa, diperlukan waktu dan kesabaran karena pada dasarnya Dafa beda dari anak normal lainnya. Untuk konsentrasi sendiri Dafa sangat bagus, dia juga bisa fokus untuk menyemak Iqra nya. Selanjutnya Ibu Iqo memanggil Firdaus (Disleksia) untuk mengaji, beda dengan anak lainnya Firdaus sudah mengaji Al-Qur’an, bacaan Firdauspun sudah bagus hanya artikulasinya tidak terlalu jelas dan panjang pendeknya masih ada yang salah. Di sini Ibu Iqo hanya menyimak dan membenarkan bacaan Firdaus, setelah mengaji satu muka Firdaus diuji hafalannya oleh Ibu Iqo, disini Ibu Iqo menguji hafalan surat An-Naba dan Al-Alaq dan hasilnya Firdaus sudah hafal. Untuk kelebihan Firdaus sendiri dia bisa fokus dan berkonsentrasi tetapi kekurangan dia emosi nya sangat tinggi dia mudah sekali terpancing emosinya. Selanjutnya jadwalnya mengaji untuk Dani disini Dani masuk Iqra 3, Ibu Iqo yang menunjuk hurufnya dan Dani yang mengaji, penulis lihat Dani sudah lancar juga bacaannya, konsentrasinya juga bagus tetapi dia mudah
bosan sehingga hanya mau mengaji satu muka saja. Setelah itu Dani diuji hafalan surat pendeknya yaitu surat Al-Lahab, An-Nasr, Al-Kautsar, Al-Ma’un dan Al-Ikhlas dan hasilnya sudah hafal, tetapi untuk An-Nasr dan Al-Ma’un Dani belum lancar dan masih diejakan oleh Ibu Iqo. Interpretasi: Dari hasil observasi dengan melihat pembelajaran BTAQ bersama Dafa, Firdaus dan Dani dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dari ketiga anak tersebut sudah bisa dan lancar membaca Iqra’ maupun Al-Qur’an hanya saja mereka masih mengalami kesulitan dalam hal artikulasi karena mereka mengalami gangguan dengan wicaranya. Selain itu, mereka juga sudah hafal beberapa surat pendek maupun panjang. Disini salah satu siswa yang sudah mengaji Al-Qur’an adalah Firdaus (disleksia).
CATATAN LAPANGAN 10 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 16 Maret 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Bapak Afif Fauzi (guru BTAQ) dan Siswa-siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi Data: Ini merupakan kali keenam penulis mendatangi lokasi penelitian yaitu di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman, saat itu penulis mengobservasi pembelajaran BTAQ oleh Bapak Afif selaku guru BTAQ siswa putra. saat itu siswa yang bernama Fudheil sedang di latih membaca huruf hiajaiyah oleh Bapak Afif. Penulis melihat Fudheil sangat kurang konsentrasinya matanya tidah fokus kebacaan poster, yang saat itu Bapak Afif sedang menggunakan poster huruf hijaiyah untuk dijadikan medianya. Setelah saya mendekat ternyata Fudheil tambah tidak fokus malahan melihat penulis dengan malu-malu, ternyata Fudheil malu dilihat oleh penulis, sehingga konsentrasinya sangat kurang. Mungkin disebabkan Fudheil yang sedang dalam masa pupertas sehingga ketertarikan antara lawan jenispun sudah dirasakan. Oleh karena itu penulis menjauh dan memantau dari kejahuan, penulis melihat Fudheil selain susah untuk berkonsentrasi juga termasuk lambat dibanding teman-temannya dalam hal BTAQ, Fudheil lebih susah untuk menghafal huruf maupun menulis. Sehingga tidak ada peningkatan di BTAQnya. Bapak Afif berkata Fudheil merupakan siswa yang pling lambat atau kurang berkembang untuk mengajinya, sehingga belum bisa diajak untuk membaca Iqra’ ataupun hafalan sehingga Bapak Afif saat ini hanya mengajarkan bacaan hijaiyah saja.
Interpretasi: Dari hasil observasi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Fudheil adalah siswa dengan perkembangan yang paling lambat diantara siswa yang lain dalam hal BTAQ. Sampai saat ini Fudheil masih dengan Iqra’ 1 dan belum mengalami perkembangan. Serta saat ini seperti halnya Fadel, Fudheil sedang mengalami masa pubertas yang tentu akan membuat pembelajaran terhambat.
CATATAN LAPANGAN 11 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Rabu, 18 Maret 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Bapak Afif (Guru BTAQ) dan Siswa-Siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi data: Kali ini penulis berkesempatan melihat pelaksanaan BTAQ siswa putra oleh Bapak Afif yang dilakukan diruang kelas siswa putra. Karena untuk ruangan siswa putra dan putri dipisah. Karena sudah jadwal nya mengaji anak-anak putra pun sudah melingkari meja dan menunggu giliran untuk mengaji. Untuk yang pertama giliran Dani, Dani masih mengaji Iqra’, Pak Afif yang menunjuk Iqranya lalu Dani yang melafalkan, pada kesimpulannya Dani sudah baik bacaan Iqra’nya hanya ada beberapa catatan kelemahan Dani yaitu masih sering lupa antar huruf Ta’ dan Ya’, panjang pendek juga masih sering diingatkan oleh Pak Afif, masih lupa akan huruf-huruf hijaiyah serta mudah sekali bosan. Untuk kelebihan Dani bacaan nya baik, walaupun belum benar. Dani sangat antusias dan berkonsentrasi serta mau mengikuti arahan Pak Afif, dan Dani pun mau diajak membaca Juz Amma. Untuk yang selanjutnya giliran Fadel mengaji, Fadel masih Iqra’ 2 karena belum bisa membaca Iqra’ yang disambung, Fadel sangat kurang dalam hal berkonsentrasi sangat mudah teralihkan, matanya tidak tertuju kebacaan Iqra’nya. Fadel masih diejakan oleh pak Afif lalu menirukan dan masih banyak bacaan yang salah. Setelah mengaji Fadel dites hafat surat AlAziyat pada dasarnya sudah bisa tetapi masih harus dituntun oleh Pak Afif. Selanjutnya giliran Dafa, dia juga masih Iqra 2 pak Afif menyuruh Dafa mengulangi yang kemarin untuk melihat kelancaran Dafa, pada dasarnya Dafa sudah lancar dan bisa tapi masih
lupa sedikit-sedikit, untuk konsentrasinya sangat bagus bisa diatur oleh gurunya dan fokus dengan Iqra’nya tetapi untuk bacaan panjang pendek masih sering lupa. Selanjutnya Dafa diuji hafalan surat Al-Adiyat tetapi hasilnya masih belum hafal. Dan akhirnya disuruh membaca berulang-ulang dan terus menurus sampai hafal dan diwajibkan menghafalnya satu hari satu ayat. Dan yang terakhir giliran Firdaus, dia anak Disleksia tetapi sudah mengaji Al-Qur’an, Pak Afif pun menyuruh melanjutkan yang kemarin, pada dasarnya Firdaus sudah baik bacaannya tetapi masih belum benar. Konsentrasinya sangat bagus tetapi untuk bacaan panjang pendeknya masih sering lupa. Interpretasi: Dari hasil observasi yang dilakukan kepada siswa putra Taruna Al-Qur’an yaitu kepada subjek Dani, Fadel, Dafa dan Firdaus dapat disimpulkan bahwa bacaan Al-Qur’an maupun Iqra’ para siswa sudah baik, hanya saja belum benar dikarenakan keterbatasan yang dimiliki. Karena mereka mempunyai kelemahan diartikulasinya sehingga makhorijul hurufnya belum terdengar secara benar. Selain itu mereka masih sering diingatkan panjang pendek ayat maupun diingatkan huruf yang mereka lupa. Untuk konsentrasi dan antusias mereka sudah bagus.
CATATAN LAPANGAN 12 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Kamis, 19 Maret 2015
Jam
: 09.30 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Nona (Guru BTAQ) dan Aiko (siswa Taruna Al-Qur’an)
Deskripsi data: Saat itu penulis sedang mengobservasi Aiko yang sedang mengaji, Ibu Nona selaku guru BTAQ di bantu Ibu Umi untuk menjaga Aiko. Aiko ini anak yang aktif, moodnya juga mudah naik turun, pada awalnya Aiko tidak mau disuruh mengaji dia terus meronta-ronta ingin keluar kelas dan menjerit-jerit dan tidak mau diam. Oleh karena itu Ibu Nona dan Ibu Umi membuat mood aiko baik dulu dan dibuat nyaman dulu, dengan cara di gendong dan diajak bernyanyi. Setelah moodnya baik lalu diambilkan Iqra’ oleh Ibu Nona, sekarang Aiko sudah Iqra’ 2. Awalnya diejakan dahulu oleh Ibu Umi lalu dengan lancar Aiko mengaji sendiri dengan penuh antusias. Tetapi di tengah-tengah mengaji suara Aiko berubah ubah yang awalnya lirih menjadi dikeraskan dan itu sepertinya sudah menjadi kebiasaan Aiko. Pada intinya jika mood Aiko sedang baik dan merasa kondisi nyaman, maka dia pun akan dengan sendirinya mau mengaji. Untuk kekurangan panjang pendeknya belum benar sepenuhnya. Setelah mendapat satu muka, mengaji pun dihentikan oleh Ibu Umi dan Ibu Nona. Tetapi tiba-tiba Aiko dengan sendirinya mengambil Flash Card sejenis kartu pembelajaran untuk anak-anak yang mau memulai belajar membaca Al-Qur’an. Lalu dibantu dengan Ibu Umi Aiko pun mulai belajar dengan Flash Card tersebut. Dimulai dari huruf alif sampai Ra.
Interpretasi: Aiko adalah salah satu siswa autis di Taruna Al-Qur’an, untuk BTAQ sendiri dibimbing oleh Ibu Nona serta dibantu oleh Ibu Umi dikarenakan mobilitas atau keaktifan Aiko yang sangat tinggi. Jika mood Aiko sedang tidak baik maka diperlukan pendekatan khusus seperti diajak bermain ataupun diajak bernyanyi agar suasana hati Aiko kembali baik sehingga pembelajaran BTAQ dapat terlaksana. Daya tangkap Aiko akan lebih mudah jika suatu pemeblajaran menggunakan media audio-visual, sehingga para guru sering menggunakan media flash card dalam pembelajaran.
CATATAN LAPANGAN 13 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Selasa, 24 Maret 2015
Jam
: 11.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Muryani (Guru Kelas) dan Afi (siswa Taruna Al-Qur’an)
Deskripsi data: Kali ini penulis berkesempatan melihat proses pembelajaran BTAQ Afi bersama Ibu Muryani selaku guru kelas dan pendamping Afi, karena untuk BTAQ khusus Afi dipegang oleh guru pembimbingnya yaitu Ibu Muryani. Pertama Mbk Afi akan mengaji terlebih dahulu, saat ini Afi sudah bisa mengaji Al-Qur’an, menurut pengamatan penulis, Afi pada dasarnya sudah baik dan lancar dalam membaca Al-Qur’an dia pun fokus dengan apa yang dibacanya, serta telunjuk jarinya akan menyesuaikan apa yang dia baca, hanya saja bacaan nya belum benar. Konsentrasi Afi sangat bagus tetapi asalkan mood atau situasi hati Afi sedang nyaman dan tenang sehingga akan enjoy dalam pembelajaran BTAQnya. Selanjutnya Afi akan menulis surat pendek Al-Ikhlas , pertama-tama Ibu Yani memberikan secarik kertas bergaris kepada Afi, karena jika tidak bergaris Afi akan menulisnya dengan sangat besar-besar setelah itu Ibu Yani memberikan Al-Qur’an dan membuka halaman yang hendak akan ditulis. Pada dasarnya Afi sudah bisa tetapi belum rapi dan akan menabrak-nabrak tulisan sebelumnya. Oleh sebab itu, Ibu Yani memberikan tanda titik dipinggir untuk dijadikan mbak Afi tanda awalan menulis. Interpretasi: Afi adalah salah satu siswa Taruna Al-Qur’an yang menyandang autis, Afi juga merupakan siswa dengan perkembangan serta daya tangkap yang bagus. Terbukti Afi saat ini sudah mengaji Al-
Qur’an serta untuk menulisnya Afi sudah bisa menulis huruf yang digandeng seperti pada saat observasi, Afi sudah bisa menulis surat Al-Ikhlas. Untuk kelemanan Afi dalam BTAQ adalah panjang pendek yang sering salah, artikulasi yang kurang jelas serta saat menulis AL-Qur’an belum rapi. Serta yang menjadi penghambat saat pembelajaran BTAQ adalah mood Afi yang sering berubah-ubah serta saat Afi sedang dalam keadaan tantrum.
CATATAN LAPANGAN 14 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Jum’at, 27 Maret 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Nona (Guru BTAQ) dan Aiko (siswa Taruna Al-Qur’an)
Deskripsi data: Kali ini penulis berkesempatan melihat proses pembelajaran dalam menulis huruf hijaiyah. Untuk yang pertama penulis melihat Aiko dengan guru BTAQ Ibu Nona, kali ini alhamdulilah mood Aiko sangat baik, tanpa kendala Aiko mau di ajak menulis. Untuk persiapan Ibu Nona sudah mempersiapkan satu lembar buku yang penuh dengan tulisan-tulisan huruf hijaiyah yang dipatah-patah, karena aiko secara mandiri belum bisa bisa menulis sendiri. Sehingga Aiko disuruh menebalkan huruf-huruf tersebut dan hasilnya pun baik, Aiko dengan penuh antusias mengikuti arahan dari Ibu Nona walaupun dalam posisi di pangku, tetapi tidak menjadi halangan Aiko dalam menebalkan huruf tersebut. Interpretasi: Dari hasil observasi yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dalam kemampuan menulis Al-Qur’an yang dilakukan oleh Aiko sudah baik. Sampai saat ini Aiko baru bisa menebalkan huruf hijaiyah saja, belum bisa mandiri melakukannya.
CATATAN LAPANGAN 15 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 6 April 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Nona (Guru BTAQ) dan Siswa-siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi data: Pada kesempatan ini penulis berkesempatan melihat pembelajaran BTAQ terhadap Fadel, Dafa dan Firdaus. Pada kesempatan pertama penulis mengikuti pembelajaran Fadel, Fadel pada hari itu tidak dalam kondisi yang baik, konsentrasinya kurang, tidak fokus dan sangat kurang bersemangat untuk mengaji, oleh sebab itu Ibu Nona menyemangati dan lebih tegas dengan Fadel, alhasil dia mulai bersemangat lagi. Guru mulai membuka Iqra’ lalu mengejakan dan Fadel menirukan, kadang masih lupa lalu diingatkan kembali. Setelah sampai mendapat satu muka lalu mulai diuji hafalannya yaitu Surat Al-Adiyat dan hasilnya hafal. Setelah Fadel selanjutnya giliran Dafa untuk mengaji, untuk Dafa kondisinya bagus, fokus dan bersemangat dibuktikan dengan antusiasnya Dafa dalam mengaji, Ibu Nona hanya menunjuk ayatnya dan Dafa dengan sendiri membacanya. Lalu di uji hafalan Al-Adiyat dan AlQari’ah dan hasilnya sudah hafal.
Selanjutnya adalah Firdaus, untuk Firdaus udah dapat
membaca Al-Qur’an pada dasarnya sudah baik hanya belum benar. Bacaannya masih ada yang salah dan panjang pendeknya juga harus diingatkan. Firdaus ini mulutnya kurang mau dibuka, jadinya bacanya kurang jelas. Selanjutnya diuji hafalannya As-Syamsiyah dan Az-Zalzalah dan hasilnya dia hafal.
Interpretasi: Dari hasil observasi terhadap ketiga siswa taruna al-qur’an tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran BTAQ pada saat itu tidak ada hambatan hanya saja saat itu Fadel dalam keadaan tidak mood tetapi dapat diatasi, metode pembelajaran dengan mengejakan, lalu anak menirukan dan diulangi terus menerus. Selain sudah bisa mengaji mereka juga sudah bisa menhafal surat-surat pendek dengan metode satu hari menghafal satu ayat.
CATATAN LAPANGAN 16 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 8 April 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Bapak Afif Fauzi (Guru BTAQ) dan Siswa-siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi data: Pada kesempatan hari ini penulis berkesempatan melihat pembelajaran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an yang dibimbing langsung oleh Ibu Muryani dan Bapak Afif selaku guru pendamping Mbk Afi dan Guru BTAQ siswa putra. Untuk yang pertama melihat proses mengaji Afi, Afi mengaji diruang kelasnya didampingi Ibu Muryani. Dengan sendirinya Afi mengaji tanpa ada kendala baik emosinya maupun kondisi lingkungannya, karena sedang mood dan stabil untuk melakukan pembelajaran. Afi secara mandiri mengaji dengan baik walaupun belum benar, dan tentu Ibu Muryani membenarkan bacaan atau mengingatkan panjang pendek bacaannya. Selanjutnya penulis menuju ke tempat kelas putra,
Bapak Afif pun datang sudah
mempersiapkan bangku dan Iqra’ masing-masing untuk memulai mengaji. Untuk yang pertama adalah Fadel, Fadel sepertinya dalam kondisi yang baik, dia berkonsentrasi dan fokus dengan Iqra’nya, tetapi dia tidak mau bicara dan akhirnya Bapak Afif mengejakannya dan ditirukan oleh Fadel. Selanjutnya diuji hafalannya, yaitu Al-Fiil, Al-Quraisy, Al-Ma’un dan Al-Kautsar dan hasilnya Fadel hafal, hanya saja mulutnya kurang mau dibuka. Selanjutnya giliran Dafa mengaji, untuk Dafa dia termasuk yang perkembangannya ada kenaikan, Bapak Afif menunjuk Iqra’nya dan Dafa otomatis membacanya walaupun masih suka diingatkan karena lupa. Tetapi pada dasarnya sudah lancar membacanya, serta panjang
pendeknya masih harus diingatkan. Selanjutnya Dafa diuji hafalan Al-Quraisy, Al-Ma’aun dan Al-Kautsar dan hasilnya hafal. Giliran selanjutnya adalah Dani, dani mulai masuk awal Iqra’ 4 dan hasilnya baik, dia lancar membacanya, selanjutnya diuji hafalannya yaitu surat Al-kafirun dan hasilnya hafal. Selanjutnya adalah Firdaus (disleksia), Firdaus satu-satunya siswa putra yang sudah AlQur’an, bacaannya pun sudah baik walaupun belum benar. Awalnya Firdaus belum konsentrasi dan fukus tetapi setelah di paksa fokus oleh Pak Afif, diapun mulai fokus. Selanjutnya diuji juga hafalannya, yaitu surat Al-Fajr dan Al-Balad, pada dasarnya dia sudah hafal, hanya saja masih diingatkan oleh Pak Afif. Untuk siswa putra terakhir adalah Fudheil, tetapi hari itu dia tidak mau mengaji, guru BTAQ nya pun tidak bisa memaksa kehendak Fudheil, karena ditakutkan akan tantrum. Interpretasi: Dari hasil observasi penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siswa-siswi Taruna Al-Qur’an sudah baik dalam pembelajaran BTAQ, terlihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan seperti BTAQ pada umumnya. Hanya saja kemampuan serta daya tangkap maupun serap sedikit lebih lambat dibandinga anak seusia mereka. Metode yang digunakan guru hanya menyemak bacaan siswa dan guru akan mengingatkan atau membenarkan bacaan yang lupa ataupun salah. Khusus untuk siswa yang bernama Fudheil, dia merupakan siswa dengan tingkat perkembangan yang paling lambat, juga Fudheil susah diajak untuk mengaji.
CATATAN LAPANGAN 17 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 13 April 2015
Jam
: 09.20 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Afif Fauzi (Guru BTAQ) dan Siswa-siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi Data: Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan melihat proses pembelajaran BTAQ untuk tulisnya, untuk tempat observasinya ada di ruang kelas siswa putra, siswanya ada Fadel, Dafa, Dani, Fuheil dan Firdaus. Metode yang digunakan untuk siswa putra pada dasarnya adalah sama yaitu dengan metode menebalkan/follow the line, yaitu guru menyiapkan alat tulis dan sudah dibuatkan huruf hijaiyah kemudian dipatah-patahkan lalu siswa yang akan menebalkannya. Tetapi ada satu siswa yang sudah bisa menulis tanpa menebalkan yaitu Firdaus, dia sudah bisa menulis huruf yang digandeng seperti Bismillah dia dengan mudah sudah bisa menuliskannya. Interpretasi: Dari hasil pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa untuk metode yang digunakan dalam pembelajaran penulisan Al-Qur’an adalah dengan metode menebalkan/follow the line, dan yaitu menebalkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah diberi garis transparan. Saat ini untuk siswa putra yang bisa menulis secara langsung tanpa menebalkan adalah Firdaus.
CATATAN LAPANGAN 18 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Jum’at, 24 April 2015
Jam
: 10.20 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Afif Fauzi (Guru BTAQ) & Siswa-siswi Taruna Al-Qur’an
Deskripsi Data: Kali ini penulis berkesempatan melihat proses pembelajaran BTAQ pada kelas putra sekolah khusus taruna Al-Qur’an. Pak Afif datang pukul 10.10, memang untuk jadwal pak Afif sendiri untuk hari selasa dan jum’at beliau bisanya siang dikarenakan ada urusan pesantren, karena selain sebagai guru BTAQ Taruna Al-Qur’an beliau juga sebagai sekretaris di pondok pesantren Taruna Al-Qur’an. Karena kesibukan itulah beliau harus menyesuaikan jadwal. Seperti biasa para siswa langsung antusias setelah melihat Pak Afif datang, mereka langsung mengambil Iqra’ mereka dan duduk menunggu antrian, tetapi juga ada yang berjalan-jalan dikelas untuk menghilangkan rasa bosannya. Hari ini Fadhel dan Fudheil tidak berangkat, oleh karena itu yang mengikuti proses pembelajaran adalah Dani, Dafa dan Firdaus. Untuk yang pertama adalah Dani, dia sangat antusias kali ini dan juga fokus pada bacaannya cara membacanya pun juga lantang sepertinya dia sedang senang hatinya. Dani membaca iqra’ cukup lancar walaupun kadang-kadang masih suka diingatkan karena ada huruf yang salah, setelah itu dilanjutkan dengan hafalan surat Al-Kafirun dan hasilnya dani hafal. Yang kedua adalah Dafa, seperti dani dafa juga tidak kalah antusias dan juga fokus dengan iqra’nya, bacaannya pun juga lancar tetapi juga masih suka diingatkan untuk bacaan panjang pendeknya. Selanjutnya diuji hafalan surat Ad-Dhuha dia belum hafal dan masih harus diejakan dengan gurunya. Yang terakhir giliran Firdaus, dia siswa putra yang sudah Al-Qur’an dia juga antusias
dan fokus, Pak Afif hanya menyemak sedangkan Firdaus membaca dengan seksama, dan juga masih sering juga dibenarkan oleh Pak Afif bacaannya, setelah itu diuji hafalan surat Al-Inshiqaq dan hasilnya masih belum hafal masih dibantu oleh Pak Afif. Interpretasi: Dari hasil observasi yang penulis lakukan dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajran BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an untuk siswa putra terutama Dani, Dafa dan Firdaus tidak mengalami hambatan atau kesulitan. Dengan metode sederhana yaitu dengan menyemak, siswasiswi Taruna Al-Qur’an mengalami perkembangan pada pembelajaran BTAQ maupun Tahfidznya.
CATATAN LAPANGAN 19 Metode Pengumpulan Data: Observasi
Hari/Tanggal
: Senin, 15 April 2015
Jam
: 09.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Bapak Afif Fauzi (Guru BTAQ) dan Dani (siswa Taruna Al-Qur’an)
Deskripsi Data: Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan melihat proses pembelajaran BTAQ dengan siswa bernama Dani dengan didampingi Bapak Afif, seperti biasa setelah Pak Afif datang para siswa putra akan segera masuk ruang kelas untuk bergantian mengaji. Untuk yang pertama Pak Afif memanggil Dani untuk mengaji, pada saat ini dani sudah mulai Iqra’ 3 dani langsung saja membaca Iqra’nya sedangkan pak Afif menyemak dengan seksama. Yang penulis lihat bahwa dani sudah bisa dan baik dalam mengaji hanya saja masih diingatkan panjang pendek maupun diingatkan huruf yang lupa. Setelah mengaji satu muka maka dilanjutkan untuk menguji hafalan surat pendek, kali ini Bapak Afif ingin menguji hafalan surat AlKafirun dan hasilnya hafal. Interpretasi: Dari hasil observasi yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelajaran
BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an untuk siswa putra terutama Dani tidak mengalami hambatan atau kesulitan. Dengan metode sederhana yaitu dengan menyemak, siswa-siswi Taruna Al-Qur’an mengalami perkembangan pada pembelajaran BTAQ maupun Tahfidznya.
CATATAN LAPANGAN 20 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Sabtu, 9 Mei 2015
Jam
: 10.30 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Nona Aristya Putri (guru BTAQ)
Deskripsi Data: Pada kesempatan kali ini penulis mewawancai salah satu guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an mengenai profil beliau, meliputi nama, alamat dan latar belakang pendidikan. Penulis ingin mengetahui apakah Ibu Nona berkompeten dalam dunia psikolog, dikarenakan beliau adalah guru BTAQ bagi anak dengan kebutuhan khusus. Maka diperlukan keahlian yang khusus pula. Tetapi dari hasil wawancara, Ibu Nona tidak memiliki latar belakang pendidikan psikolog atau pendidikan akademik tentang anak luar biasa. Beliau saat ini kuliah di STAIM Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada’ Yogyakarta. Tetapi menurut pernyataan Ibu Nona sebelum mengabdi di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ibu Nona beserta calon guru lainnya mengikuti pelatihan guru untuk sekolah khusus yang diadakan oleh pihak Yayasan Taruna AlQur’an yang dilaksankan selama 5 hari, yang sebagian materinya adalah cara penanganan anak yang berkebutuhan khusus, cara menerapi anak dan bagaimana cara memberiakan pembelajaran. Interpretasi: Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu Nona sebagai guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman tidak memiliki latar belakang pendidikan psikolog maupun pendidikan anak luar biasa.
CATATAN LAPANGAN 21 Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 11 Mei 2015
Jam
: 08.00 WIB
Lokasi
: Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an
Sumber Data
: Ibu Rifqotul Ghoniyah dan Bapak Afif Fauzi (guru BTAQ)
Deskripsi Data: Pada kesempatan kali ini penulis mewawancai salah guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an mengenai profil beliau, meliputi nama, alamat dan latar belakang pendidikan. Penulis ingin mengetahui apakah Ibu Iqo dan Pak Afif berkompeten dalam dunia psikolog, dikarenakan beliau adalah guru BTAQ bagi anak dengan kebutuhan khusus. Maka diperlukan keahlian yang khusus pula. Tetapi dari hasil wawancara, Ibu Iqo maupun Pak Afif tidak memiliki latar belakang pendidikan psikolog atau pendidikan akademik tentang anak luar biasa. Ibu Iqo saat ini kuliah di STAIM Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada’ Yogyakarta jurusan pendidikan agama islam sedangkan Pak Afif masih menunggu pengumuman dari Universitas di timur tengah. Tetapi menurut pernyataan Ibu Iqo sebelum mengabdi di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ibu Iqo beserta calon guru lainnya mengikuti pelatihan guru untuk sekolah khusus yang diadakan oleh pihak Yayasan Taruna Al-Qur’an yang dilaksankan selama 5 hari, yang sebagian materinya adalah cara penanganan anak yang berkebutuhan khusus, cara menerapi anak dan bagaimana cara memberiakan pembelajaran. Interpretasi: Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Ibu Iqo dan Pak Afif sebagai guru BTAQ di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Ngaglik Sleman tidak memiliki latar belakang pendidikan psikolog maupun pendidikan anak luar biasa.