STRATEGI KOMUNIKASI YPCM DALAM MEMBERIKAN TRAINING CELESTIAL MANAGEMENT KEPADA KARYAWAN DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK (BMI) (Periode Tanggal 15-17 Mei 2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu komunikasi
Disusun oleh:
RICI TRISNADILA 04203-114 PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA Jakarta 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Rici Trisnadila
NIM
: 04203-114
Jurusan
: Public Relations
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Strategi Komunikasi YPCM Dalam Memberikan Training Celestial Management Kepada Karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia ,Tbk (BMI) (Periode Tanggal 15-17 Mei 2009)
Jakarta, 11 Oktober 2009
Mengetahui,
Pembimbing I
(A. Rahman M.Si)
Pembimbing II
(Endri Listiani, S. IP, M.Si)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
: Rici Trisnadila
NIM
: 04203-114
Jurusan
: Public Relations
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Strategi Komunikasi YPCM Dalam Memberikan Training Celestial Management Kepada Karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) (Periode Tanggal 15- 17 Mei 2009)
Jakarta, 11 Oktober 2009 1. Ketua Sidang Hardiyanto Jatmiko, M.Si
(….........……………)
2. Penguji Ahli Juwono Tri Atmojo, S.Sos, M.Si
(….........……………)
3. Pembimbing I A. Rahman M.Si
(….........……………)
4. Pembimbing II Endri Listiani, S.IP, M.Si
(….........……………)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Rici Trisnadila
NIM
: 04203-114
Jurusan
: Public Relations
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Strategi Komunikasi YPCM Dalam Memberikan
Training
Celestial Management Kepada Karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) (Periode Tanggal 15- 17 Mei 2009) Jakarta, 11 Oktober 2009
Disetujui dan Diterima Oleh: Pembimbing I
Pembimbing II
(A. Rahman M.Si)
(Endri Listiani, S.IP, M.Si ) Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
(Dra. Diah Wardhani. M.Si)
Ketua Bidang Studi
(Marhaeni Fajar Kurniawati S.Sos., M.Si)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS ABSTRAKSI Rici Trisnadila (04203-114) Strategi Komunikasi YPCM Dalam Memberikan Training Celestial Management Kepada Karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) (Periode Tanggal 15-17 Mei 2009) xv + 110 halaman : 10 lampiran Bibliografi : 31 Buku (1996-2007) Perkembangan bisnis perbankan syariah di Indonesia yang sangat cepat belum diiringi oleh kualitas sumber daya insani (SDI) yang mendukungnya. SDI kurang dibekali pemahaman atas prinsip-prinsip operasionalisasi perbankan syariah secara memadai. Untuk mengatasi kesenjangan kualitas SDI tersebut, BMI menerapkan beberapa kebijakan dan program pengembangan SDI salah satunya dengan memberikan Training Celestial Management kepada karyawan melalui sebuah Yayasan Pengembangan Celestial Managemen (YPCM). Pada dasarnya, training tersebut bertujuan untuk mentrasfer nilai-nilai yang dipakai oleh BMI menjadi suatu budaya kerja atau budaya perusahaan BMI kepada seluruh karyawan. Untuk melaksanakan program training celestial management tersebut, sebaiknya YPCM harus mengelola strategi komunikasinya dengan baik. Adapun strategi komunikasi itu sendiri dikemukakan oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom, yakni 7’C yang meliputi : Credibility, Context, Content, Clarity, Continuity and Consistency, Channels, dan Capability of Audience. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus. Penulis mengacu pada teori Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. Untuk analisa datanya, penulis menggunakan teknik analisa kualitatif, teknik penggumpulan datanya wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi partisipan. Sedangkan pembanding keabsahan data penulis menggunakan pembanding yang berasal dari sumber. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan menganalisa data primer dan sekunder, dapat diketahui bahwa strategi komunikasi 7’C menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom telah dijalankan oleh YPCM dalam memberikan training celestial management kepada karyawan BMI, namun dari semua strategi komunikasi 7’C tersebut terdapat satu strategi yang kurang diperhatikan oleh YPCM dalam memberikan training tersebut yaitu Capability of Audience, dalam hal ini kemampuan atau kesanggupan peserta secara fisik dalam menjalankan training celestial management tersebut.
Lembar Persembahan dan Motto Persembahanku : Teruntuk khusus, untuk kedua orang tuaku terkasih : Ayahanda Syafri Karim Dan
Ibunda Yuniwarti Teriring tulusnya harap dan pinta : “ Ya Allah, limpahkanlah selalu rahmat-Mu kepada ayah bunda kami tercinta. Berikanlah perlindungan-Mu dalam setiap langkah kaki dan hembusan nafasnya. Penderitaan, Airmata, dan Jerih payahnya dalam membesarkan kami, putra-putrinya adalah pengorbannan yang tiada bandingnya. Merekalah tetesan embun ditengah-tengah kegersangan jiwa.” “Ya Allah, anugerahkanlah kepada mereka umur yang panjang, rejeki yang berlimpah, kesehatan yang tak pernah berkurang, serta akhir hidup yang membahagiakan. Gantilah segala jerih payah dan pengorbanan mereka dengan kebahagiaan yang hakiki diseluruh sisi hidupnya, baik dikehidupan duniawi, teruama dikehidupan ukhrowi. Dan perkenankanlah agar hamba bisa memberikan kebahagian dalam setiap sisi hidup mereka.” Amien, Ya Arhammarrahimien..
Motto : Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup. ( Hadist Nabi Muhammad SAW)
Penulis
KATA PENGANTAR Assalamu`alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat ridho-Nya yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : Strategi
Komunikasi
YPCM
Dalam
Memberikan
Training
Celestial
Management Kepada Karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) periode tanggal 15-17 Mei 2009. Penulisan skripsi ini adalah salah satu bentuk dari karya ilmiah yang pada dasarnya merupakan syarat mutlak untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu khususnya Jurusan Public Relations Universitas Mercu Buana. Oleh karena itu, dalam penulisannya memerlukan kesungguhan, kecermatan, dan wawasan yang cukup, sehingga dapat mengaplikasikan kemampuan dalam mengembangkan teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sekaligus dapat menerapkannya dalam praktik. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan pahala yang setimpal, amien ya rabbal alamien. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak A. Rahman M.Si, selaku Pembimbing I terima kasih banyak Bapak telah
membantu
dan
membimbing
penulis
dengan
sabar
dalam
penyempurnaan materi dan memberikan waktunya kepada penulis untuk selalu siap memberikan masukan serta saran.
2.
Ibu Endri Listiani, S.IP, M.Si selaku Pembimbing II terima kasih banyak Ibu telah mendukung, memotivasi dan membimbing penulis dalam mengarahkan mengenai tehnik penulisan yang baik serta perhatiannya kepada penulis dalam kemajuan untuk menyelesaikan skripsi. Terima kasih bu Endri atas bimbingannya selama ini
3.
Bapak Juwono Tri Atmojo, S.Sos, M.Si selaku Penguji Ahli dalam sidang skripsi. Terima kasih atas kebijaksanaan dan pengarahannya yang telah diberikan kepada penulis selama sidang skripsi.
4.
Bapak Hardiyanto Jatmiko, M.Si selaku Ketua Sidang Skripsi dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikai Universitas Mercu Buana. Terima kasih banyak bapak atas kesediaannya untuk menjadi Ketua Sidang dan masukanmasukan yang sangat berharga yang diberikan untuk penulis.
5.
Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana dan Pembimbing Akademik Penulis.
6.
Ibu Marhaeni Fajar Kurniawati S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Bidang studi Public Relations Universitas Mercu Buana.
7.
Seluruh staf TU Fikom, UPT Perpustakaan Mercu Buana dan Lab Fikom, terima kasih untuk segala bantuan yang diberikan kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini selesai.
8.
Bapak Apep Zuhdi, selaku staff YPCM dan panitia pengelola training celestial management. Terima kasih pak Apep sudah bersedia meluangkan waktu bapak untuk melakukan wawancara dan sudah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan riset dan mengikuti training celestial management. 9.
Mbak Narty, selaku Controling Riset Bank Muamalat Institusional Karawaci. Terima kasih telah mengizinkan penulis melakukan riset di tempat mbak Narty, btw aku mahasiswi yang repot atau mahasiswi yang selalu ngerepotin mbak? He..he.
10.
Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, selaku trainer CMT sekaligus kru BMI. Terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu bapak untuk melakukan wawancara dan sudah membantu penulis memberikan saran-saran yang membangun dan kritikan-kritikan yang menggemaskan.
11.
Bapak Darwi S. Lubis, selaku trainer CMT sekaligus kru BMI. Terima kasih atas waktu dan masukannya untuk penulis wawancarai serta berbagi pengalaman hidup dan senantiasa mengingatkan penulis agar tidak lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah ta’ala. Terimakasih ‘tuk Ar Ruhhul Jaddid nya pak darwis.
12.
Mbak Nibrasul Huda Ibrahim Hosen dan Deliani Wahida Noor selaku peserta training celestial management sekaligus kru BMI. Terima kasih karena sudah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara dan menjadi teman seperjuangan dalam training tersebut.
13.
To All Alumni Celestial Management Training periode 15-17 Mei 2009 Cisarua, Bogor : Ima Cirippa, Haris, Virna, Bimo, Icha, Melisa, Tyas, Nola, dan seluruh peserta lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga
kita semua bisa Bahagia…3X, Kaya…3X, dan Jaya…3X, Allahhu Akbar. See U next time! 14.
Inspirasi hidupku, kedua orang tuaku tercinta, Bapak Syafri Karim dan Ibu Yuniwarti yang selalu sabar mendorong, mendoakan serta memberikan dukungan yang tiada henti kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ma, Pa terima kasih untuk semua yang sudah mama dan papa perjuangkan untuk chi.
15.
Untuk adik-adikku tersayang, Fransisco, fyu-rie, Yompay, Rafi, dan Faiz semoga kalian mendapatkan semua yang kalian cita-citakan dan jangan menyerah untuk mewujudkan impian kalian. Kak’ Luv U dik’!!
16.
Untuk seluruh keluarga besar di Jakarta, Padang, Bukittinggi, Batam dan Malaysia terima kasih atas perhatiannya. Khususnya untuk keluarga besarku di Padang dan Bukittinggi semoga kalian selamat dari Gempa Sumatera Barat 30 September 2009 yang lalu, dan semoga tidak akan ada lagi musibah yang melanda Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya, Amien Ya Robbal alamin
17.
Untuk sahabat-sahabat penulis : Azizah (po’ezha), Yulianti (po’uli), dan Sherlly (mbak Ei), Sari Yuni genki girl’s terus semangat ya, mudah-mudahan cepat selesai, Teh Dj nun jauh disana, we miss U. Sho’nin gank : Nanako, Nyonya Ria, Juwi, dan Ditha, kapan ne sho’nin kumpul lagi. Duo soulmate-ku Tris dan Mona, hidup adalah perjuangan dan kita berjuang untuk hidup! Untuk sahabat-sahabatku semua sukses selalu tuk kalian!
18.
K’Yera, K’Iis, Zohra, Kittin, Lisa, Lienda, Nana, Rheni, Teh Indah, Yayah, Kukuh Adi, Dewi, Nea Ruhing, dan Putri terima kasih untuk bantuan, support, masukan, saran, dan curhattannya. Teman-teman satu bimbingan mbak joCornelia, mas Rizal, Gugun dan seluruh teman-teman di Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Public Relations Angkatan ’03 dan ’04, Reguler dan PKSM yang belum selesai tetap semangat dan terus berjuang yah dan terakhir Ihktiar kepada Allah Ta’ala. Penulis juga menyadari sebagai manusia yang tidak luput dari kekurangan,
khususnya dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila terjadi kesalahan dalam penulisan ini. Untuk bahan pembelajaran penulis dan perbaikan tulisan ini, maka penulis bersedia menerima saran dan kritik sehubungan dengan penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga ALLAH SWT memberikan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini berguna bagi penulis, khususnya dan juga bagi pembaca pada umumnya. ---Amin ya rabbal alamin--Jakarta, Oktober 2009
Rici Trisnadila
DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan Sidang Skripsi ......................................................... i Lembar Tanda Lulus Sidang Skripsi ......................................................... ii Lembar Pengesahan Perbaikan Skripsi ...................................................... iii Abstraksi ....................................................................................................... iv Lembar persembahan dan motto ................................................................. v Kata Pengantar .............................................................................................. vi Daftar Isi ........................................................................................................ xi Daftar Lampiran .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9 1.4 Signifikansi Penelitian .................................................................. 10 1.4.1 Signifikansi Akademis ....................................................... 10 1.4.2 Signifikansi Praktis ............................................................ 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi .................................................................................... 11 2.1.1
Pengertian Komunikasi ...................................................... 11
2.1.2
Tujuan Komunikasi ........................................................... 12
2.1.3
Komponen Proses Komunikasi ......................................... 14
2.2
Komunikasi Organisasi ................................................................. 15 2.2.1 Organisasi .......................................................................... 15 2.2.1.1 Pengertian Organisasi ........................................ 15 2.2.1.2 Karakteristik Organisasi .................................... 16 2.2.1.3 Fungsi Organisasi ............................................ 17 2.2.2 Pengertian Komunikasi Organisasi ................................... 19
2.3 Hubungan Masyarakat (Humas) ..................................................... 22 2.3.1 Tugas-Tugas Hubungan Masyarakat (Humas)...................... 23 2.3.2 Tujuan Hubungan Masyarakat (Humas) ............................... 24 2.3.3 Khalayak/Stakeholder Hubungan Masyarakat (Humas) ....... 27 2.3.4 Peran-Peran Hubungan Masyarakat (Humas) ....................... 30 2.4 Strategi Komunikasi ........................................................................ 37 2.4.1 Strategi .................................................................................. 37 2.4.2 Strategi Komunikasi .............................................................. 40 2.5 Budaya Perusahaa ....................................................................................43 2.6 PengembanganKaryawan ...........................................................................47 2.7 Karyawan ...................................................................................................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Tipe Penelitian ........................................................................... ...52
3.2 Metode Penelitian ...................................................................... ...53 3.3
Fokus Penelitian ............................................................................. 54
3.4
Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 55 3.4.1 Data Primer ........................................................................... 55
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................... 57 3.5
Key Informan ................................................................................. 58
3.6
Definisi Konsep.............................................................................. 59
3.7
Teknik Analisa Data....................................................................... 60
3.8
Teknik Keabsahaan Data................................................................ 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian ....................................................... …63 4.2 Celestial Management Training (CMT) ...................................... …64 4.3
Hasil Penelitian ........................................................................... …67
4.4
Pembahasan ................................................................................. …99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan ................................................................................... 110
5.2 Saran .............................................................................................. 112 5.2.1 Saran Praktis ...................................................................... 112 5.2.2 Saran Akademis ................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat pengantar Riset dan Wawancara dari Kampus
Lampiran 2
Surat Jawaban dari YPCM
Lampiran 3
Surat Jawaban dari PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI)
Lampiran 4
Draf Wawancara untuk key Informan
Lampiran 5
Transkrip Wawancara dengan key informan
Lampiran 6
Kliping Perlengkapan Individu Training Celestial Management
Lampiran 7
Kliping Form Evaluasi Program Training Celestial Management
Lampiran 8
Kliping Form Solo Camp Training Celestial Management
Lampiran 9
Foto-Foto Dokumentasi Training Celestial Management
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat berinteraksi satu sama lain. Bahkan, komunikasi sangat berperan penting di semua bidang dalam kehidupan ini, mulai dari bidang sosial, budaya, agama, ekonomi, hingga politik. Untuk itu, diperlukan proses komunikasi yang baik dan terencana di dalam bidang-bidang tersebut, baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam sebuah organisasi. Dengan demikian, melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan semua ide, gagasan, dan informasi kepada orang lain sehingga dapat terjadi saling pengertian. Menurut Hovland, Janis dan Kelley komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk katakata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).1 Sederhananya dalam proses komunikasi dapat diartikan sebagai ”transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan dengan tujuan agar tercipta saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan kemudian
1
dalam Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, cet ke-8, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003, hal 1.10
dilakukan atau dijalankan oleh komunikan. Untuk itu, supaya pesan-pesan tersebut dapat dijalankan, sebaiknya pesan harus disampaikan secara jelas sehingga komunikan mengerti maksud pesan tersebut. Penyampaian pesan itu sendiri sebaiknya dengan cara yang persuasif atau mengajak dan bukan dengan cara pemaksaaan, karena komunikasi tidak bermaksud untuk memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator, melainkan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman bersama. Ketika proses komunikasi berlangsung akan melibatkan empat elemen komunikasi yang terdiri dari sumber atau komunikator, pesan, saluran, dan komunikan. Pertama-tama komunikator menyampaikan informasi atau pesan baik berupa kata-kata, tulisan, maupun gestura (gerakan tubuh) kepada komunikan. Penyampaian pesan tersebut dapat disampaikan secara langsung (tatap muka) atau melalui media (telepon, surat, radio, TV, dan lain-lain). Komunikasi juga mempunyai peran penting di dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Untuk lebih memahami mengenai konsep komunikasi organisasi, ada baiknya jika kita lihat terlebih dahulu pengertian organisasi. Menurut Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.2 Dari pendapat yang dikemukakan oleh Schein tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara sejumlah orang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang sesuai dengan keahliannya, dengan
2
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal 23
maksud untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian kerja yang tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi, dan setiap orang tersebut mempunyai kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Sedangkan komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.3 Komunikasi dan organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena komunikasi organisasi yang baik akan mengarah pada kepuasan kerja, motivasi, hingga pencapaian citra baik perusahaan. Meskipun ada bermacam-macam organisasi, namun hanya sedikit terdapat persamaannya, yaitu sama-sama mempunyai : a. Satu tujuan bersama b. Suatu struktur c.
Proses untuk mengkoordinasi kegiatan, dan
d. Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda.4 Berdasarkan keempat hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap organisasi mempunyai karakteristik yang sama, yaitu : Satu tujuan bersama yakni, dengan didirikannya suatu organisasi tentunya mempunyai tujuan-tujuan 3 4
Ibid, hal 65 Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, Pusaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal 23-24
tertentu yang ingin dicapai. Jadi, suatu organisasi mempunyai tujuan-tujuan tertentu sehingga bentuk-bentuk kegiatannya pun berbeda pula. Suatu struktur yakni di dalam suatu organisasi tentunya mempunyai struktur organisasi, yang menggambarkan secara umum posisi-posisi jabatan di organisasi tersebut, mulai dari jabatan paling atas hingga jabatan paling bawah. Proses untuk mengkoordinasi kegiatan dimana merupakan bentuk pelaksanaan dari kegiatan yang harus dilakukan di dalam suatu organisasi. Biasanya pihak atasan menginstruksikan kepada bawahannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda. Untuk mencapai ketiga hal tersebut, tentunya dibutuhkan peran dari orang-orang di dalam melakukan kegiatan-kegiatan organisasi, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Agar tujuan perusahaan atau organisasi dapat tercapai maka dibutuhkan suatu strategi dalam penerapannya. Menyusun strategi untuk membuat suatu rencana adalah bagian tersulit dalam proses perencanaan, jika strategi yang diterapkan tepat, maka segalanya akan berjalan dengan lancar. Strategi dimaksud adalah bagaimana seseorang dalam membuat rencana atau program apakah menjadi berhasil dan tercapai misinya. Strategi menjadi penting karena memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan oleh organisasi atau perusahan dalam mencapai tujuannya. Pembentukan strategi komunikasi perusahaan dipengaruhi oleh unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi, visi dan arah, tujuan dan sasaran dari suatu pola yang menjadi budaya perusahaan yang bersangkutan, yakni :
1
Secara makro, lingkungan/perusahaan akan dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti kebijakan umum (public policy), budaya (culture) yang dianut, sistem perekomomian, dan teknologi yang dikuasai oleh perusahaan bersangkutan.
2
Secara mikro, tergantung dari misi perusahaan, sumber-sumber yang dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya guna lainnya yang dikuasai), sistem perusahaan, dan rencana atau program dalam jangka pendek maupun jangka panjang, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.5 Jika berbicara mengenai strategi komunikasi perusahaan atau organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan atau organisasi, maka dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana strategi komunikasi suatu organisasi dalam membentuk kualitas karyawan agar sesuai dengan lingkungan, kondisi, visi dan misi, arah dan tujuan perusahaan dengan memberikan suatu bentuk pelatihan kepada karyawannya. Tetapi sebelum itu mari kita lihat latar belakang yang mendasari penelitian ini. Saat ini perkembangan bisnis perbankan syariah di Indonesia yang sangat cepat belum dibarengi oleh kualitas sumber daya insani (SDI) yang mendukungnya Sebagai salah satu industri yang baru tumbuh, perkembangan perbankan syariah di Indonesia sungguh luar biasa. Namun ternyata perbankan syariah menghadapi kesenjangan dalam hal SDI, SDI yang ada belum memiliki kompetensi seperti yang diharapkan. Secara umum, perbankan syariah menghadapi masalah dengan SDI, karena keberadaan bank-bank jenis ini tergolong masih baru. Seperti halnya bank
5
Sandra Oliver. Strategi Public Relation. Esensi, 2006, hal 131
konvensional, perbankan syariah juga membutuhkan SDI yang berkualitas, karena bank syariah menghadapi reputational risk yaitu, “Jika SDI tidak siap, bank bisa kehilangan kepercayaan”. Selama ini kualitas SDI perbankan syariah yang memahami operasionalisasi banknya sekaligus teguh menjalankan prinsip syariah masih sangat terbatas. Akibatnva optimalisasi efisiensi operasional bank belum bisa dicapai. Hal ini terjadi, antara lain lantaran perbankan syariah masih banyak menempatkan karyawan dari perbankan konvensional tanpa bekal pemahaman atas prinsip-prinsip operasionalisasi perbankan syariah secara memadai. Kondisi ini akan membawa dampak terhadap pola pikir yang masih cenderung konvensional Berbicara mengenai perbankan syariah di Indonesia, salah satunya yang sangat dikenal masyarakat adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). BMI sebagai bank pelopor Islam pertama di Indonesia menggunakan prinsip syariah. Prinsip syariah merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Tujuannya untuk mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip–prinsip Islam dalam transaksi keuangan, perbankan dan bisnis lainnya. Selain perbedaan dari konsep bisnis, antara bank konvensional dengan perbankan syariah juga terdapat perbedaan mendasar dalam hal konsep organisasi, di mana di bank syariah diterapkan prinsip egaliter. Di BMI sendiri, perbedaan konsep tersebut antara lain dapat dilihat dari penggunaan istilah kru untuk menggantikan sebutan karyawan atau pekerja. Penyebutan kru, memiliki makna yang sangat dalam, karena seluruh personel perusahaan merupakan satu kesatuan gerak yang diharapkan marnpu mendorong laju kapal perusahaan.
Dalam hal mengatasi kesenjangan kualitas SDI, BMI menerapkan beberapa kebijakan dan program pengembangan SDI dengan menerapkan tujuh standar kefasihan yang harus dikuasai oleh seluruh kru. Tujuh kefasihan tersebut adalah kefasihan general concept tentang perbankan syariah, kefasihan data dan strategi yang meliputi corporate goals, value, sejarah, struktur organisasi hingga laporan keuangan. Berikutnya adalah kefasihan informasi dan teknologi yang mensyaratkan penguasaan komputer minimal
MS Office, dan penguasaan internet, kefasihan
bahasa asing dengan toefl score rata-rata 500, kefasihan konsep sistem dan prosedur, kefasihan konsep muamalat spirit atau celestial management, serta kefasihan komunikasi dan presentasi. Tetapi dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kefasihan kru dalam memahami konsep muamalat spirit atau celestial management. Celestial management bisa diartikan dengan manajemen langit, merupakan management alternatif yang dibangun berdasarkan nilai-nilai ilahiyah. sistem ini hadir dengan semangat dan visi baru. Memandu individu, tim dan komunitas menata ulang kehidupan kerja dan pribadi. Melahirkan kembali spirit kompetitif untuk menggapai kemenangan abadi: Dunia dan Akhirat. Celestial Management itu adalah konsep-konsep yang dirancang dan pelan-pelan diimplementasikan dalam praktik kerja sehari-hari di BMI oleh mantan CEO BMI Bapak Ahmad Riawan Amin dibantu oleh rekan-rekannya. Konsep ini memberikan sentuhan spriritual yang segar berdasarkan nilai-nilai universal. Dikemas dalam 12 atribut utama: ZIKR (Zero base, Iman, Konsisten, Result Oriented), Sharing PIKR ( Power Information, Konowlwdge, Rewards), dan MIKR (Militan, Intelek, Kompetitif, Regeneratif). Penerapan ZIKR-PIKR-MIKR
akan mengubah pola pikir, sikap dan hubungan kerja dalam semangat kebersamaan, transparansi, dan sinergi6. Untuk itu BMI bekerja sama dengan sebuah organisasi untuk mentransfer konsep-konsep dari celestial management tersebut kepada karyawan, yaitu sebuah Yayasan Pengembangan Celestial Managemen (YPCM), merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang pengembangan konsep Celestial Management atau manajement langit. Konsep celestial management tersebut ditrasnferkan kepada seluruh karyawan atau kru melalui training yang dikenal dengan training celestial management atau celestial management training (CMT). Pelatihan dengan memadukan metode pelatihan training didalam kelas (indoor training) dan diluar kelas (outdoor training actifity) dimana merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tentang learning how to learn, pada dasarnya CMT ditujukan untuk mentrasfer nilai-nlai yang dipakai oleh BMI menjadi suatu budaya kerja atau budaya perusahaan BMI kepada
seluruh karyawan. CMT dinilai cukup efektif dalam
mendorong semangat syariah dan etos kerja kru BMI. Pemilihan periode training celestial management tanggal 15-17 Mei 2009 dan peserta yang mengikuti adalah kru-kru baru yang bekerja di BMI karena, periode tersebut
lebih
dekat
dengan
waktu
penulis
melakukan
observasi.
Disini
menguntungkan penulis untuk melihat bagaimana suatu budaya ditransferkan kepada karyawan barunya melalui suatu bentuk pelatihan karyawan melalui training celestial management.
6
Intisari The Celestial Management, Riawan. Amin, Senayan Abdi Publishing Jakarta, 2004
Dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis membuat judul skripsi “Strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training celestial management kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia,TbK (BMI) periode tanggal
15-17
Mei
2009”
karena
strategi
komunikasi
diperlukan
untuk
menginformasikan tindakan kepada publik sasaran, membujuk publik agar mendukung dan menerima tindakan tersebut dan mungkin untuk mengintruksikan publik dengan keahlian
yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemauan menjadi
tindakan.
1.1.
Rumusan Masalah Dari permasalahan penelitian yang dijabarkan melalui latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana Strategi komunikasi yang dilakukan oleh YPCM dalam memberikan Training Celestial Management kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) Periode tanggal 15-17 Mei 2009.
1.2.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian yang dilakukan
penulis adalah : Untuk mengetahui Strategi Komunikasi yang dilakukan oleh YPCM dalam memberikan Training Celestial Manajement kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) Periode tanggal 15-17 Mei 2009.
1.3.
Signifikasi Penelitian a. Signifikasi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
pengembangan ilmu komunikasi, jurusan Public Relations. Khususnya bagi mahasiswa Mercu Buana dan mahasiswa universitas lain pada umumnya untuk melengkapi literatur bacaan mengenai bagaimana strategi komunikasi suatu organisasi atau instansi. b. Signifikasi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi YPCM dalam menilai lebih lanjut mengenai strategi komunikasi dalam memberikan training celestial management khususnya training yang ditujukan kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat berinteraksi satu sama lain. Bahkan, komunikasi sangat berperan penting di semua bidang dalam kehidupan ini, mulai dari bidang sosial, budaya, agama, ekonomi, hingga politik. Untuk itu, diperlukan proses komunikasi yang baik dan terencana di dalam bidang-bidang tersebut, baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam sebuah organisasi. Dengan demikian, melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan semua ide, gagasan, dan informasi kepada orang lain sehingga terjadi saling pengertian.
2.1.1
Pengertian Komunikasi Seiring dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan
sosial, menjadikan definisi komunikasi semakin beragam. Berikut ini beberapa definisi komunikasi yang dinyatakan oleh para pakar, diantaranya yaitu sebagai berikut: Menurut Hovland, Janis dan Kelley komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk katakata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).7
7
Sasa Djuarsa Senjaja, loc cit, hal 1.10
Menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.8 Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan suatu proses interaksi pertukaran informasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang terdiri dari komunikator dan komunikan guna mencapai pengertian bersama dan mengubah atau membentuk perilaku seseorang atau khalayak yang dituju. Sederhananya dalam proses komunikasi dapat diartikan sebagai ”transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan dengan tujuan agar tercipta saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.
2.1.2 Tujuan Komunikasi Setelah membahas mengenai pengertian dari komunikasi, maka berikut ini penulis akan menguraikan mengenai tujuan komunikasi. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:9 1.
Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
8
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, cet ke-1, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004, hal 6 9 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal 66-67
2.
Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.
3.
Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
4.
Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu dapat
bermacam-macam,
mungkin
berupa
kegiatan.
Kegiatan
yang
dimaksudkan di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya. Jadi, dari pernyataan-pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan kemudian dilakukan atau dijalankan oleh komunikan. Untuk itu, supaya pesan-pesan tersebut dapat dijalankan, sebaiknya pesan harus disampaikan secara jelas sehingga komunikan mengerti maksud pesan tersebut. Penyampaian pesan itu sendiri sebaiknya dengan cara yang persuasif atau mengajak dan bukan dengan cara pemaksaaan, karena komunikasi tidak bermaksud untuk memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator, melainkan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman bersama.
2.1.3 Komponen Proses Komunikasi Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat elemen atau komponen, sebagai berikut: 1.
Sumber atau pengirim pesan atau komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi atau institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.
2.
Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura.
3.
Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian atau pengiriman pesan, misalnya; telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara (dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
4.
Penerimaan atau komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi atau institusi yang menjadi sasaran penerima pesan.10 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa ketika proses
komunikasi berlangsung, tentunya akan melibatkan empat elemen komunikasi yang terdiri dari sumber atau komunikator, pesan, saluran, dan komunikan. Pertama-tama komunikator menyampaikan informasi atau pesan yang berupa kata-kata, tulisan, maupun gestura (gerakan tubuh) kepada komunikan. Penyampaian pesan tersebut dapat disampaikan secara langsung (tatap muka) atau melalui media (telepon, surat, radio, TV, dan lain-lain).
10
Sasa Djuarsa Senjaja, loc cit, hal 2.2
2.2
Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.11 Jadi, komunikasi organisasi merupakan suatu bentuk pertukaran informasi atau pesan antara pihak-pihak di dalam suatu organisasi, seperti antara atasan kepada bawahan dalam rangka pembagian tugas.
2.2.1 Organisasi 2.2.1.1 Pengertian Organisasi Selanjutnya, penulis akan membahas mengenai konsep organisasi. Untuk lebih memahami mengenai konsep organisasi, penulis akan menjelaskan pengertian organisasi. Menurut Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.12 Dari pendapat yang dikemukakan oleh Schein tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara sejumlah orang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang sesuai dengan keahliannya, dengan maksud untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian kerja yang tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi dan setiap orang tersebut mempunyai kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
11
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 31 12 Arni Muhammad, loc cit, hal 23
2.2.1.2 Karakteristik Organisasi Menurut Barry Cushway yang dikutip oleh Redi Panuju dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, mengakui meskipun ada bermacam-macam organisasi, hanya sedikit terdapat persamaan, tetapi upaya membandingkan organisasi supaya mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi), semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu: a. Satu tujuan bersama b. Suatu struktur c.
Proses untuk mengkoordinasi kegiatan
d. Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda.13 Berdasarkan keempat hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap organisasi mempunyai karakteristik yang sama, yaitu (1) Satu tujuan bersama; dengan didirikannya suatu organisasi tentunya mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai seperti; untuk mencari laba, untuk melindungi masyarakat (Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM), untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah (Departemen). Jadi, suatu organisasi mempunyai tujuan-tujuan tertentu sehingga bentuk-bentuk kegiatannya pun berbeda pula, (2) Suatu struktur; di dalam suatu organisasi tentunya mempunyai struktur organisasi, yang menggambarkan secara umum posisi-posisi jabatan di organisasi tersebut, mulai dari jabatan paling atas hingga jabatan paling bawah, (3) Proses untuk mengkoordinasi kegiatan; merupakan bentuk pelaksanaan dari kegiatan yang harus dilakukan di dalam suatu
13
Redi Panuju, loc cit, hal 23-24
organisasi. Biasanya pihak atasan menginstruksikan kepada bawahannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, (4) Orang-orang yang melaksanakan peranperan yang berbeda; untuk mencapai ketiga hal tersebut, tentunya dibutuhkan peran dari orang-orang di dalam melakukan kegiatan-kegiatan organisasi, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
2.2.1.3 Fungsi Organisasi Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil produksi dan mempengaruhi orang.14 1.
Memenuhi kebutuhan pokok organisasi Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatannya. Semuanya ini merupakan
tanggung
jawab
organisasi
untuk
memenuhinya.
Tetapi
adakalanya beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang tidak berharga dan tanggung jawab anggotalah membantu organisasi dalam menentukan mana barang yang berharga dan mana yang tidak perlu dihindarkan. 2.
14
Mengembangkan tugas dan tanggung jawab
Arni Muhammad, loc cit, hal 32-35
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak. 3.
Memproduksi hasil produksi Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masingmasing. Para ahli dan pimpinan organisasi banyak menggunakan waktunya untuk memikirkan peningkatan dan penyempurnaan hasil produksinya. Hal ini akan memungkinkan organisasi dapat memproduksi hasil organisasinya dalam waktu yang cepat, mudah dan biaya yang seminimal mungkin. Efektifitas proses produksi banyak tergantung kepada ketepatan informasi. Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya sehingga aktifitas organisasi berjalan lancar. Penyampaian dan pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh sebab itu, informasi juga tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.
4.
Mempengaruhi orang Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang
yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru. Sebaliknya, organisasi juga dipengaruhi oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktifitas organisasi. Agar suatu organisasi dapat terus berkembang, organisasi hendaknya memilih anggota organisasi yang diperlukannya yang mempunyai kemampuan yang baik dalam bidangnya dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.
2.2.2 Pengertian Komunikasi Organisasi Organisasi adalah suatu koordinat rasional kegiatan sejumlah orang Untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Sedangkan Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.15 Komunikasi dan organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
15
Arni Muhammad, loc cit, hal 65
Komunikasi organisasi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bentuk utama arus pesan jaringan komunikasi formal : a.
Komunikasi kebawah (Downward Communication) Menurut Lewis seperti yang dikutip Arni Muhammad definisi Komunikasi kebawah adalah komunikasi untuk menyampaikan tujuan, untuk mengubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalah pahaman karena kurangnya informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.16 Komunikasi kebawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahan. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan.
b.
Komunikasi keatas (Upward Communication) Yang dimaksud dengan komunikasi keatas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tungkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi keatas dari Smith yaitu berfungsi bagi pimpinan dalam memberi petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulasi kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan bagi departementnya atau organisasinya.17
16 17
ibid, hal 108 ibid.
c.
Komunikasi horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otorisnya dalam organisasi. pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi siarahkan scara horizontal. Pesan ini biasanya berthubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusian, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberi informasi. Komunikasi merupakan ”darah” organisasi yang membuat organisasi itu
dapat berjalan. Dengan komunikasi, koordinasi dalam komunikasi dapat dilakukan dan mempermudah dalam pencapaian tujuan. Dalam kondisi apapun komunikasi amat dibutuhkan bagi suatu organisasi, baik dalam kondisi stabil maupun kondisi labil. Komunikasi didalam organisasi tidak terlepas dari fungsinya sebagai kegiatan penyampaian informasi dan sosialisasi. Adapun Fungsi tersebut yaitu penyampaian informasi yakni, pengumpulan, penyimpulan, pemprosessan Komunikasi organisasi yang baik akan mengarah pada kepuasan kerja, motivasi, hingga pencapaian citra baik perusahaan. Dan hal ini dapat terwujud jika interaksi yang terjadi dalam organisasi berjalan baik pula. Interaksi tersebut meliputi komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi publik18 Dengan dilakukannya komunikasi organisasi, komunikasi yang dilakukan oleh humas dan pimpinan organisasi menjadi efektif.
18
ibid, Hal 23
2.3
Hubungan Masyarakat (Humas) Humas atau Public Relations (PR) sesungguhnya sebagai alat manajemen
modern dimana secara struktural humas merupakan bagian integral dari suatu kelembagaan atau organisasi, fungsi humas melekat pada manajemen perusahaan, bagaimana humas dapat menyelenggarakan komunikasi dua arah timbal balik antara organisasi yang diwakilinya dengan publik sasarannya. Dalam hal ini perananan humas turut menentukan sukses atau tidaknya misi, visi, dan tujuan bersama dari organisasi atau lembaga tersebut. Setiap publik mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap perusahaan. Sehingga humas harus mampu memadukan kepentingan setiap publik dengan tujuan perusahaan. Hal ini akan sangat menentukan dari upaya-upaya yang dilakukan humas, salah satunya dalam membangun dan mempertahankan budaya perusahaan yang solid serta mendapatkan apresiasi dari publik internalnya. Pemaparan diatas sesuai dengan definisi humas sebagai fungsi manajemen oleh Scott M. Cutlip and Allen H. Centre, mengungkapkan bahwa ”Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya.”19 Definisi diatas akan lebih sempurna jika kita menghubungkan dengan definisi humas menurut kamus terbitan Institute of
Public Relations
(IPR), yakni
”Keseluruhan upaya yang diselenggarakan secara terencana dan berkesinambungan 19
dalam Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media komunikasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 25
dalam rangka menciptakan saling pengertian antara suatu organisasi/lembaga dengan segenap khalayaknya.”20 Upaya yang terencana dan berkesinambungan ini berarti Humas adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur.
2.3.1 Tugas-Tugas Hubungan Masyarakat (Humas) Setelah mengetahui pengertian dari Humas, maka selanjutnya penulis akan membahas mengenai tugas-tugas utama dari seorang manajer Humas. Adapun tugastugas utama dari seorang manajer Humas dapat dirinci sebagai berikut:21 a.
Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas organisasinya, baik itu yang berkenaan dengan kebijakan, produk, jasa, maupun dengan para personelnya.
b.
Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan, reputasi maupun kepentingan-kepentingan organisasi, dan menyampaikan setiap informasi yang penting ini langsung kepada pihak manajemen atau pimpinan pucuk untuk ditanggapi atau ditindaklanjuti.
c.
Memberi nasihat atau masukan kepada pihak manajemen mengenai berbagai masalah komunikasi yang penting, berikut dengan berbagai teknik untuk mengatasi dan memecahkannya.
20
M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan serta aplikasinya di Indonesia, penerbit PT. Bumi Aksara Jakarta, 2002, hal 1-2 21 M. Linggar Anggoro, Estu Rahayu, Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hal 110
d.
Menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal kebijakan organisasi, kegiatan, produk, jasa, dan personalia selengkap mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan yang maksimum dalam rangka menjangkau pengertian khalayak. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, seorang
Manajer Humas mempunyai tugas secara internal dan eksternal. Adapun tugas internalnya berupa pemberian nasihat, masukan, dan bahkan solusi kepada pihak manajemen guna memecahkan masalah yang timbul di perusahaan. Sedangkan, tugas eksternalnya yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak mengenai kebijakan organisasi, kegiatan, produk, jasa, dan personalia, kemudian memantau pendapat khalayak mengenai hal-hal tersebut dan selanjutnya Manajer Humas harus mampu menciptakan dan memelihara citra yang positif di mata seluruh khalayaknya.
2.3.2 Tujuan Hubungan Masyarakat (Humas) Setelah membahas mengenai tugas-tugas utama dari Manajer Humas, selanjutnya penulis akan membahas mengenai tujuan Humas. Tujuan Humas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Humas internal dan Humas eksternal.22 a.
Tujuan Humas internal, sebagai berikut : 1) Memelihara kekompakan, kebersamaan, kegairahan, semangat bekerja para karyawan. 2) Memupuk kerjasama dalam kegiatan. 3) Menumbuhkan kesetiaan kepada atasan dan bawahan.
22
Gunadi, Etika Komunikasi Dasar-Dasar dan Ruang Lingkupnya, Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta, 2003, hal 106107
4) Menghilangkan gap (rintangan dalam berkomunikasi antara atasan dan bawahan). 5) Memberikan informasi kepada para karyawan tentang segala kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pimpinan kantor. 6) Menjalin komunikasi timbal balik, baik langsung maupun tidak langsung. 7) Menjalin relasi akrab dengan keluarga karyawan. 8) Mempersiapkan acara-acara harian yang akan dilakukan oleh pemimpin. 9) Mengatur seremonial tertentu. 10) Menyampaikan surat ucapan: selamat pesta hari raya keagamaan, ulang tahun karyawan dan keluarga karyawan, ucapan selamat pesta pernikahan, kelahiran, tunangan, kenaikan pangkat, tahun baru, dan lain-lain. 11) Merencanakan kegiatan rekreasi, olahraga, pentas seni, pasar murah, open house, dan lain-lain. 12) Menjalin hubungan akrab dengan para pemegang saham. b.
Tujuan Humas eksternal, sebagai berikut: 1) Berusaha memperoleh citra positif dari para pelanggan, dan memperoleh calon pelanggan. 2) Menjalin hubungan dengan masyarakat sekitarnya agar memberi bantuan jika terjadi sesuatu pada organisasi. 3) Menjalin hubungan dengan instansi terkait, seperti PLN, PAM, Pemadam Kebakaran, Rumah Sakit, Pemasok, Pelanggan, Perguruan Tinggi, Aparat Keamanan, Aparat Pemerintah, Hubungan Pers dan Media massa lainnya. 4) Melakukan analisis dan penilaian atas segala kebijaksanaan pimpinan.
5) Memberikan saran, koreksi kepada pimpinan, terutama menangani hal-hal yang sedang disoroti oleh masyarakat. 6) Mempersiapkan bahan-bahan informasi untuk diketahui oleh khalayak. 7) Melakukan studi kelayakan dalam kaitannya dengan perluasan pemasaran atau membuka cabang perusahaan baru. 8) Memperkenalkan produksi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Humas meliputi dua hal yaitu tujuan Humas internal dan tujuan Humas eksternal. Melihat kedua tujuan Humas tersebut, maka menggambarkan bahwa seluruh aktifitas Humas senantiasa berkaitan dengan stakeholder perusahaan seperti karyawan, keluarga karyawan, pimpinan, pemegang saham, pelanggan, calon pelanggan, masyarakat sekitar, pers, pemerintah, dan sebagainya. Pada dasarnya, seluruh aktifitas Humas tersebut bertujuan untuk membentuk, menjaga, dan mempertahankan hubungan baik antara perusahaan dengan seluruh stakeholdernya. Sebab, stakeholder mempunyai peran penting bagi berjalannya suatu perusahaan tanpa mereka perusahaan sulit mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pada dasarnya, dalam menunjang keberhasilan mencapai tujuan utama manajemen perusahaan atau organisasi, seorang Humas senantiasa bekerja sama dengan berbagai pihak terkait. Untuk itu, seorang praktisi Humas (Public Relations Practioner) harus memiliki beberapa keterampilan khusus, diantaranya: 1)
Creator, memiliki kreativitas dalam penciptaan suatu gagasan, ide-ide atau buah pemikiran yang cemerlang.
2)
Conceptor,
mempunyai
kemampuan
(skill)
sebagai
konseptor
dalam
penyusunan program kerja kehumasan dan rencana program lainnya. 3)
Mediator, kemampuan menguasai teknik komunikasi, baik melalui media secara lisan maupun tetulis dalam penyampaian pesan atau menyalurkan informasi dari lembaga atau organisasi yang diwakilinya kepada publik.
4)
Problem Solver, mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya, baik secara proaktif, antisipatif, inovatif, dinamis, dan solutif.23 Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, seorang Humas senantiasa bekerja
sama dengan pihak lain di luar perusahaan atau organisasi yang dikelolanya. Untuk itu, seorang Humas harus memiliki beberapa keterampilan khusus seperti, seorang Humas dianjurkan memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan suatu ide atau gagasan yang cemerlang dan mampu menyusun program-program kerja dengan baik. Selain itu, seorang Humas juga dituntut memiliki kemampuan dalam teknik berkomunikasi secara lisan maupun tulisan yang baik dan dianjurkan pula dapat bersikap secara proaktif (ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan), antisipatif (mencegah munculnya masalah baru), inovatif (memberikan ide baru), dinamis (dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat), dan solutif (memberikan masukan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi).
2.3.3
Khalayak/Stakeholder Hubungan Masyarakat (Humas) Dalam dunia Humas, khalayak atau stakeholder terdiri dari dua yaitu khalayak
internal dan khalayak eksternal. Adapun khalayak internal itu terdiri dari:24 23
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal 14
1.
Pemegang Saham, Pemegang saham yang nota bene adalah pemilik perusahaan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Merekalah yang menjadikan perusahaan ada atau tiada.
2.
Direksi dan Manajer Profesional, Direksi bertugas mengelola perusahaan dan diwajibkan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham atau Komisaris melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3.
Karyawan, Karyawan dalam perusahaan biasanya di definisikan sebagai para pekerja yang tidak memegang jabatan struktural. Mereka bekerja di bawah komando para manajer atau supervisor.
4.
Keluarga Karyawan, Kontribusi dan peran positif keluarga karyawan sangat mutlak diperlukan oleh perusahaan. Spirit dari keluarga akan mampu mendorong peningkatan kinerja dari karyawan, sebaliknya permasalahan dengan keluarga akan dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Sedangkan, khalayak eksternal terdiri dari:
1.
Konsumen, Dengan memberikan kepuasan kepada konsumen maka bisnis akan dapat terus bergulir, karena mereka yang puas akan kembali lagi memberi repeat order kepada produsen. Karena itu, usahakan bahwa semua proses bisnis, dedikasikan untuk pelanggan.
2.
Penyalur atau Pemasok, Penyalur menguasai jaringan distribusi. Ia hanya mau menyalurkan barang-barang yang dikehendaki konsumen. Demikianlah pula pemasok. Ia akan mudah berpindah bila transaksinya tidak memuaskan.
24
Yusuf wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fascho Publishing, Gresik, 2007, hal 100109
3.
Pemerintah, Peran pemerintah dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, menyediakan modal, melindungi para karyawan, melindungi sumber alam, mengatur hukum, mengatur dan merangsang minat investasi modal asing, dan sebagainya.
4.
PERS, Perusahaan perlu melakukan hubungan yang harmonis dengan dunia pers, sehingga informasi yang dipublikasikan menjadi sebuah berita yang balance, valid dan tidak tendensius.
5.
Pesaing, Persaingan dalam dunia bisnis merupakan suatu hal yang wajar. Dengan adanya persaingan, dorongan untuk memperbaiki kualitas produk, pelayanan, dan sebagainya akan muncul.
6.
Komunitas dan Masyarakat, Perselisihan antara perusahaan dengan komunitas atau masyarakat sering berbuntut panjang. Biasanya muncul dalam bentuk pemerasan, ancaman hingga kriminalitas, dan tidak sedikit yang mempolitisi keadaan. Karena itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi dengan komunitas atau masyarakat agar mereka dapat berhubungan timbal balik. Termasuk di dalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sehingga bisa difungsikan sebagai sumber tenaga kerja di perusahaan. Dengan berdasar pada penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat diketahui
bahwa seorang Humas senantiasa berhubungan dengan khalayak atau stakeholder perusahaan, baik internal maupun eksternal. Hal tersebut dimaksudkan agar semua khalayak dapat mengetahui informasi mengenai perusahaan atau organisasi, sebab pada dasarnya seorang Humas merupakan mediator antara perusahaan dengan
khalayaknya. Dengan demikian, seluruh khalayak menjadi paham dan tujuan yang diinginkan oleh kedua pihak dapat tercapai.
2.3.4
Peran-Peran Hubungan Masyarakat (Humas). Sebelum kita membahas perannan humas ada baiknya kita tinjau balik
mengenai pengertian humas, seperti telah dibahas sebelumnya mengenai pengertian Humas penulis mengambil salah satu pengertian Humas menurut Institute of Public Relations (IPR) yang menyatakan bahwa Public Relations atau Humas adalah ”keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.” Dengan
demikian,
berdasarkan
kedua
pengertian
tersebut
penulis
menyimpulkan bahwa peran Humas merupakan kewajiban seorang Humas untuk merencanakan program-program atau kegiatan-kegiatannya secara matang agar dapat berlangsung secara terus-menerus sehingga diperoleh hubungan baik dan saling pengertian antara organisasi yang dibawahinya dengan segenap khalayaknya. Dan berikut ini akan dibahas mengenai peran-peran dari seorang Humas, yang terdiri dari:25 1. Teknisi Komunikasi Kebanyakan praktisi memulai karier hubungan masyarakat mereka sebagai teknisi komunikasi. Biasanya di dalam deskripsi kerja tingkat pemula tercantum syarat keterampilan komunikasi dan jurnalistik. Perekrutan teknisi komunikasi 25
Scott M.Cutlip, (et al), Effective Public Relations: merancang dan melaksanakan kegiatan kehumasan dengan sukses, Indeks, Jakarta, 2005, hal 32-37
ditujukan untuk menulis dan menyunting majalah karyawan, menulis siaran pers dan cerita feature, mengembangkan isi situs Web, dan berurusan dengan kontak media. Praktisi yang memegang peranan ini biasanya tidak ikut serta saat manajemen mendefinisi masalah dan mencari jalan keluar. Mereka baru dilibatkan untuk memproduksi komunikasi dan menerapkan program, yang terkadang tanpa bekal pengetahuan yang utuh tentang motivasi asal atau hasil yang diinginkan. Meskipun mereka tidak diikutsertakan dalam diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen, mereka adalah pihak yang dilimpahkan tugas memberi penjelasan pada karyawan dan pers. 2. Penasehat Ahli Ketika praktisi menjalankan peran ahli, sehingga tentunya akan dipandang oleh pihak lain sebagai yang berwenang atas masalah dan penyelesaian hubungan masyarakat. Manajemen puncak menyerahkan hubungan masyarakat di tangan sang ahli dan mengambil peran yang relatif pasif. Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi ahli bertugas mendefinisi masalah, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas penerapannya. Ada kemungkinan manajer lain ingin agar hubungan masyarakat tetap menjadi tanggung jawab tunggal praktisi, sehingga mereka dapat kembali pada bisnis sebagaimana biasa, dengan anggapan bahwa segala sesuatu akan ditangani oleh “ahli Humas.” Penasehat ahli merupakan peran yang menarik bagi praktisi, karena secara pribadi mereka akan merasa puas jika dipandang sebagai pemegang wewenang yang menentukan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana hal tersebut dilakukan. Pimpinan dan klien menginginkan posisi ini diisi orang yang ahli karena mereka
ingin merasa yakin bahwa penanganan hubungan dilakukan oleh ahlinya. Mereka juga keliru berasumsi bahwa begitu ahlinya sudah bertugas mereka tidak perlu lagi ikut serta. Partisipasi manajer puncak yang terbatas justru berarti bahwa pengetahuan mereka yang relevan tidak disalurkan ke dalam proses pemecahan masalah. Hubungan masyarakat menjadi terbagi dan terpisah dari arus utama perusahaan. Dengan tidak berpartisipasi, kelihatan bahwa manajer tetap bergantung pada praktisi setiap kali muncul masalah hubungan masyarakat. Selain itu, manajer hanya sedikit bahkan tidak sama sekali berkomitmen terhadap upaya hubungan masyarakat, dan tidak bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan program. Akibatnya, manajer lain dalam organisasi berasumsi dengan pandangan bahwa perkara hubungan masyarakat bukan merupakan tugas mereka. Di mata mereka, hubungan masyarakat adalah tugas yang hanya diperlukan sewaktu-waktu, dan ditangani oleh staf pendukung yang tidak secara langsung berurusan dengan bisnis utama organisasi. Peran penasehat ahli diperlukan secara berkala saja dalam situasi krisis dan sepanjang program apapun, sehingga pada akhirnya menghambat tersebarnya pemikiran tentang hubungan masyarakat ke seluruh organisasi. Hal ini pun kerap menimbulkan rasa tidak puas yang besar dalam diri praktisi karena merekalah satusatunya pihak yang dianggap bertanggung jawab atas hasil program, padahal hanya sedikit bahkan tidak sama sekali mempunyai kendali atas situasi dan faktor awal yang kritis dari segala sesuatu yang mengarah pada masalah hubungan masyarakat. Manajemen puncak sering hanya menanggapi dengan menempatkan seorang ahli bersama yang lain, dan tak habis-habisnya berupaya mencari orang yang dapat
menepis masalah hubungan masyarakat tanpa perlu mengubah kebijakan, produk, dan prosedur organisasi. 3. Fasilitator Komunikasi Peran fasilitator komunikasi menjadikan praktisi sebagai pendengar yang sensitif dan pialang informasi. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dan publik. Mereka mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan, dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun publik, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang saling menguntungkan. Sebagai fasilitator komunikasi, praktisi mendapatkan dirinya bertindak sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi dengan publiknya. Mereka menjadi wasit interaksi, menetapkan agenda diskusi, meringkas dan mengulangi pandangan, memancing reaksi, dan membantu partisipan mendiagnosa dan mengoreksi kondisi yang menggangu hubungan komunikasi. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik. Mereka beroperasi di bawah anggapan bahwa komunikasi dua arah akan meningkatkan kualitas keputusan kebijakan, prosedur, dan tindakan kedua belah pihak yang dibuat oleh organisasi dan publik. 4. Fasilitator Pemecahan Masalah Praktisi yang mengambil peran fasilitator pemecahan masalah bekerja sama dengan manajer lainnya dalam mendefinisi dan menyelesaikan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kerjasama dan konsultasi diawali dengan pertanyaan pertama, dan berlanjut hingga evaluasi program akhir. Praktisi
pemecahan masalah membantu manajer lainnya dan organisasi menerapkan penggunaan proses manajemen langkah demi langkah yang sama terhadap hubungan masyarakat dalam menyelesaikan masalah organisasi lainnya. Manajer lini berperan penting dalam menganalisa situasi masalah, karena mereka adalah yang paling banyak tahu dan paling terlibat jauh dalam kebijakan, produk, prosedur, dan tindakan organisasi. Mereka jugalah yang mempunyai kekuatan untuk membuat perubahan yang diperlukan. Akibatnya, mereka harus terlibat dalam pemikiran evolusioner dan perencanaan strategis program hubungan masyarakat. Jika para manajer lini berpartisipasi dalam proses perencanaan strategis hubungan masyarakat, maka mereka memahami motivasi dan sasaran program, mendukung keputusan strategis dan taktis, berkomitmen untuk membuat perubahan, dan menyediakan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan program. Fasilitator pemecahan masalah dilibatkan dalam tim manajemen karena telah mendemonstrasikan keterampilan dan nilai dalam membantu manajer lain menghindari dan mengatasi masalah. Dengan demikian, pemikiran tentang hubungan masyarakat terfaktor dalam pengambilan keputusan manajemen. Dengan melihat penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang Humas mempunyai peran yang sangat beragam dan penting bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan atau organisasi. Peran-peran tersebut meliputi: (a)
Teknisi komunikasi; dalam peran ini, seorang Humas diharapkan memiliki keahlian dan kemampuan dalam hal tulis-menulis dan public speaking. Sebab, peran ini mengharuskan seorang Humas dapat menulis dan menyunting majalah
karyawan, menulis siaran pers dan cerita feature, mengembangkan isi situs web, dan berurusan dengan media. (b)
Penasehat ahli; peran ini memberikan wewenang yang cukup berat bagi seorang Humas untuk merencanakan program yang sesuai untuk mengatasi suatu permasalahan dalam organisasinya dan bertanggung jawab atas keberhasilan maupun kegagalan dari program tersebut. Sedangkan, pihak manajemen sendiri dalam peran ini dianggap kurang berpartisipasi dalam proses pemecahan masalah tersebut.
(c)
Fasilitator komunikasi; peran ini menjadikan Humas sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dengan publiknya. Humas bertugas untuk menyampaikan berbagai informasi dari pihak manajemen kepada publiknya dan begitu pula sebaliknya, Humas juga bertugas untuk menyampaikan mengenai saran, kritik, dan informasi apa yang disampaikan oleh publik kepada pihak manajemen, sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah dan dapat menciptakan pemahaman bersama.
(d)
Fasilitator pemecahan masalah; dalam peran ini, seorang Humas diikutsertakan dalam proses pemecahan masalah organisasi. Humas bersama pihak manajemen berupaya mencari solusi bersama melalui program yang terencana. Jadi, peran Humas merupakan kewajiban seorang Humas untuk merencanakan
program-program atau kegiatan-kegiatannya secara matang agar dapat berlangsung secara terus-menerus sehingga diperoleh hubungan baik dan saling pengertian antara organisasi yang dibawahinya dengan segenap khalayaknya.
Dari keempat peranan Public Relations tersebut, dapat terlihat mana yang berperan dan berfungsi pada tingkat manajerial skill, keterampilan hubungan antar individu (human relations skill) dan keterampilan teknis (technical skill) dalam manajemen humas. Peran Public Relations tersebut diharapkan dapat menjadi ”mata”
dan
”telinga”
serta
”tangan
kanan”
top
manajemen
dalam
organisasi/lembaga. Public Relations didalam perannya melakukan fungsi-fungsi manajemen perusahaan secara garis besar aktivitas utamanya berperan sebagai berikut26: 1)
Communicator : Kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetek/elektronik dan lisan (spoken person) atau tatap muka dan sebagainya. Di samping itu juga bertindak sebagai mediator dan sekaligus persuador.
2)
Relationship : Kemampuan peran PR/Humas membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.
3)
Back up Manajemen : Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatukerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi.
4)
Good Image Maker : Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas Public
26
Rosady Ruslan, Op. cit, hal. 26-27
Relations dalam melaksanakan manjemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya. Jadi secara garis besar aktivitas utama humas dalam menjalankan perannya sebagai fungsi manajemen yaitu bertindak sebagai communicator baik secara langsung maupun tidak langsung, relationship dengan membina hubungan yang positif antara perusahaannya dengan publik internal dan eksternal, back up manajemen untuk mencapai tujuan bersama, dan yang terakhir berusaha Good Image Maker dengan berusaha menciptakan citra atau publikasi yang positif untuk perusahaan yang diwakilinya sebagai tujuan utama aktivitas humas.
2.4 Strategi Komunikasi 2.4.1 Strategi. Dewasa ini dalam mengelola perusahaan, tidak lagi memadai bila hanya mengandalkan intuisi, namun diperlukan sebuah strategi dalam menyusun siasat bisnis. Menyusun strategi untuk membuat suatu rencana adalah bagian tersulit dalam proses perencanaan. Jika strategi yang diterapkan tepat, maka segalanya akan berjalan dengan lancar. Strategi di maksud adalah bagaimana seseorang dalam membuat rencana atau program menjadi berhasil dan tercapai misinya. Jika strategi yang diterapkan tepat, maka segalanya akan berjalan lancar. Strategi ditentukan oleh masalah yang muncul dari analisis PR terhadap informasi yang tersedia. Strategi menjadi penting karena memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan, yang membantu PR mendapat hasil serta melihat jauh ke depan. 27
27
Anne Gregory, Perencanaan dan manajemen PR, Jakarta Erlangga, 2004. Hal 98-99
Adapun pengertian dan definisi strategi menurut para pakar yaitu 1.
Menurut Ahmad S. Adnanputra adalah : ”Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relation dalam kerangka suatu rencana public relation”
2.
28
Menurut Sandra Oliver adalah : ”Sebuah proses atau cara yang digunakan organisasi untuk mencapai misinya ”29 Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari definisi strategi berdasarkan kedua pakar
tersebut yang akan menjadi acuan penulis dalam penulisan ini yaitu; sebuah alternatif atau cara yang digunakan oleh perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dalam suatu kerangka rencana humas. Dalam menjalankan strateginya humas perlu memperhatikan khalayak sasaran yang akan dituju, yakni stakeholder perusahaan. Maka strategi komunikasi humas berdasarkan khalayak sasaran dapat dibagi dua yaitu : 1
Strategi komunikasi internal, yakni strategi komunikasi yang ditunjukan bagi publik internal perusahaan.
2
Strategi komunikasi eksternal, yakni strategi komunikasi yang ditujukan bagi publik eksternal perusahaan.30 Jadi untuk stakeholder internal perusahaan strategi yang digunakan oleh
humas yakni strategi komunikasi internal dan untuk stakeholder eksternal perusahaan humas mempergunakan Strategi komunikasi eksternal.
28
Rosady Ruslan, Op.cit, hal 124 Sandra Oliver. Op.cit, hal 2 30 ibid, 124 29
Pembentukan strategi komunikasi perusahaan dipengaruhi oleh unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi, visi dan arah, tujuan dan sasaran dari suatu pola yang menjadi budaya perusahaan yang bersangkutan, yakni : 1.
Secara makro, lingkungan/perusahaan akan dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti kebijakan umum (public policy), budaya (culture) yang dianut, sistem perekomomian, dan teknologi yang dikuasai oleh perusahaan bersangkutan.
2.
Secara mikro, tergantung dari misi perusahaan, sumber-sumber yang dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya guna lainnya yang dikuasai), sistem perusahaan, dan rencana/program dalam jangka pendek maupun jangka panjang, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.31 Setiap strategi ada beberapa tahap, salah satunya adalah bertindak dan
komunikasi. Tahap ini yang paling menentukan apakah strategi ini berjalan dengan baik atau tidak Didalam tindakan dan komunikasi memerlukan beberapa strategi, antara lain32: 1. Strategi Komunikasi : Untuk menginformasikan tindakan kepada public sasaran untuk membujuk public agar mendukung dan menerima tindakan tersebut dan mungkin untuk mengintruksikan public dengan keahlian yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemauan menjadi tindakan. 2. Strategi Pesan : Usaha intensif untuk mengumpulkan data dan fakta melalui pesan yang disampaikan PR untuk masyarakat, khususnya pelanggan atau
31
32
ibid, 131 Scott M.Cutlip, (et al), Op. cit, hal 319-320
nasabah. Orang cenderung membaca, menonton, atau mendengarkan komunikasi yang menyajikan sesuatu yang menarik simpati atau perhatian 3. Strategi Media : Kerjasama penuh dan terbuka dengan media untuk bisa menyampaikan pesan dan fakta –fakta serta data kepada public secepat mungkin. Media mempunyai banyak sekali efek terhadap pengetahuan, kecenderungan dan prilaku individu Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan strategi komunikasi program humas, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut33 : a
Tentukan tujuan yang hendak dicapai
b
Tentukan target
c
Tentukan ruang lingkup
d
Tentukan jangka waktu
e
Tentukan publik sasaran
f
Tentukan tema, topik, atau isu dari kampanye tersebut.
g
Tentukan efek yang diinginkan dalam suatu kampanye
h
Tentukan fasilitas, perlengkapan atau sarana yang menunjang suatu kampanye
i
Pembentukan team work yang solid dan profesional.
2.4.2 Strategi Komunikasi Secara umum perencanaan kerja humas yaitu semua bentuk kegiatan perencanaan komunikasi baik yang ditujukan kedalam maupun keluar antara perusahaan dan publiknya yang tujuannya untuk mencapai saling pengertian. 33
Rosady Ruslan, Op.cit, hal. 74-75
Melihat hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan strategi komunikasi humas adalah : a
Mendapat saling pengertian
b
Membangkitkan persetujuan
c
Memotivasi kegiatan34 Berdasarkan hal tersebut maka beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pelaksanaan strategi komunikasi seperti yang dikemukan oleh Cutlip & Center yang labih dikenal dengan 7 Strategi/faktor penting komunikasi ”The seven C’s Communications”, yaitu : a
Credibility (kredibilitas) ; Komunikasi dimulai dengan iklim kepercayaan. komunikasi itu haruslah berlangsung dalam suasana ”percaya”, Penerima harus memiliki kepercayaaan pada pengirim dan pandangan yang tinggi terhadap kompentensi sumber atas subjeknya.
b
Context (konteks) ; Suatu program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan, Ada hubungan-hubungan yang menjelaskan suatu pesan. Konteks juga harus menegaskan , bukan menyangkal pesan.
c
Content ( isi ) ; Pesan harus memiliki arti bagi penerimanya. Isi pesan akan menentukan audience.
d
Clarity (kejelasan) ; Pesan harus mempergunakan kata-kata atau istilah-istilah yang sederhana. Kata harus sama artinya bagi penerima dan pengirim. Dengan demikian maksud akan menjadi lebih jelas dan dimengerti.
34
Soernarko Setyodarmodjo, op cit, hal 90
e
Continuity and Consistency (bersinambung dan konsistensi) ; komunikasi merupakan proses tanpa akhir dan pesannya harus konsisten. Komunikasi itu haruslah terus-menerus dan berkelanjutan secara teratur, pemberian pesan yang berulang-ulang (repetition) dengan beberapa kembangan atau variasi akan lebih mengenai terhadap perilaku.
f
Channels (saluran) ; saluran komunikasi yang dipergunakan hendaknya cocok/tepat, dan sudah biasa pula dipergunakan oleh si penerima pesan. saluran yang berbeda memiliki efek yang berlainan dan berbeda.
g
Capability of Audience (kesanggupan khalayak) ; komunikasi harus memperhitungkan kesangggupan khalayak (audience). ketersediaan, kebiasaan, kemampuan membaca dan pengetahuannya.35 Jika dilihat pada arti pentingnya pelaku atau sumber dalam suatu kegiatan
komunikasi maka Credibility atau kredibilitas menunjuk pada suatu kondisi di mana si sumber dinilai punya pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relavan dengan topik pesan yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif. Lazimnya faktor kredibilitas sumber ini dilihat dari dua dimensi yang pertama expertise (keahlian/kecakapan) dan yang kedua trusworthiness (kepercayaan) dengan demikian seorang komunikator akan berhasil dalam upaya persuasi yang dilakukan apabila ia dipandang punya pengetahuan dan dan keahlian, dan dinilai jujur, punya intergritas serta dipercaya oleh komunikannya.36
35 36
Scott M. Cutlip, Op. cit, hal. 335-336 Ibid Sasa djuarsa sendjaja, hal. 9.2
Dengan demikian seseorang dikatakan memiliki credibility dalam suatu hal atau bidang apabila ia dipandang memang mempunyai keahlian atau kemampuan dan dipercaya dalam suatu bidang.
2.5 Budaya Perusahaan American Heritage Dictionariy mendefinisikan budaya sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelambagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan suatu masyarakat atau penduduk, yang ditransmisikan bersama.37 Batasan lainnya tentang budaya perusahaan adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu; yaitu budaya sebagai suatu sistem dari makna bersama.38 Dalam
menjalankan
perannya,
manajemen
perusahaan
tidak
lagi
mengandalkan pada wewenang keahlian tetapi pada pengaruh yang ditandai dengan ciri kekhasan antara lain komunikasi yang terbuka, saling percaya dan saling menghargai untuk itu maka diperlukan adanya nilai-nilai yang dianut bersama (shared goals). Terminologi tentang budaya korporat atau budaya perusahaaan, merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan didalam organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Lebih lanjut, Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi
37
dalam, John P. Kotter & James L. Heskett, Corporate Culture and Performance, penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta 1998, Hal. 3-4 38 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, edisi kesepuluh, penerbit Prenhallindo, Jakarta, 2007, hal 722-723
lain39. Melalui serangkaian upaya yang dilakukan mengenai budaya perusahaan dapat mengarah keperubahan sikap dan perilaku yang diinginkan suatu perusahaan. Nilai penting untuk mempelajari perilaku keorganisasian karena nilai meletakkan dasar untuk memahami dan memotivasi serta karena nilai mempengaruhi persepsi kita. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilainilai organisasi. Berdasarkan asumsi tersebut, hal penting yang perlu ada dalam definisi budaya korporat adalah suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila Kreitner dan Kinicki mendefinisikan budaya perusahaan sebagai perekat organisasi yang mengikat anggota organisasi melalui nilai-nilai yang ditaati, peralatan simbolis, dan cita-cita sosial yang ingin dicapai. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki makna sendirisendiri terhadap kata budaya itu sendiri, antara lain: identitas, ideologi, etos, budaya, pola, eksistensi, aturan, pusat kepentingan, filosofi, tujuan, spirit, sumber informasi, gaya, visi dan cara40 Budaya perusahaan atau budaya korporat berkaitan erat dengan strategi manajemen perusahaan. Sratategi ini dirumuskan oleh para pimpinan puncak dengan mengaitkan kedudukan perusahaan dalam lingkungannya. Dengan membentuk budaya yang pas diantara orang-orang didalam perusahaan, perusahaan akan dapat lebih mudah bersaing dan meraih keberhasilan.41
39
ibid, hal. 721 Dalam, Djokosantoso Moeljono, Cultured! Budaya Organisasi dalam Tantangan, penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2005, Hal 10-13 41 Rhenald Kasali, Manajemen PR, Konsep & Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Gratifi, Jakarta 1994, hal 108 40
Sehingga tujuan budaya perusahaan adalah melengkapi para anggota dengan rasa (identitas) organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut bersama.42 Elemen kunci dalam budaya perusahaan adalah filosofi perusahaan dan misi perusahaan. Filosofi perusahaan merupakan pandangan hidup atau prinsip yang mendasari setiap tindakan dan perilaku perusahaan. Oleh kaerena itu, filosofi perusahaan perlu ditegaskan agar seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam perusahaan menghayati dan menjiwai dan menjadi acuan dalam segala tindak dan perilaku dalam operasi
perusahaan. Filosofi perusahaan baru mempunyai arti
apabila diakui, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh SDM dalam perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar mulai memperkenalkan dan menanamkan filosofi perusahaan pada setiap karyawan baru. Misi perusahaan yang merupakan penjabaran dari filosofi perusahaan dan mencangkup maksud, tujuan, dan ruang lingkup kegiatan perusahaan. Misi tersebut harus dimengerti dan dihayati oleh seluruh karyawan, dengan demikian setiap tindakan dan kegiatan operasi berjalan diatas ”rel” yang sama dan benar. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki budaya sendiri yang sifanya spesifik karena kenyataan bahwa setiap organisasi mempunyai kepribadian yang khas. Budaya dapat sangat stabil sepanjang waktu, tetapi budaya juga tidak pernah statis. Karena itu peran humas sangat penting dalam menjembatani komunikasi diantara mereka. Komunikasi itu sendiri merupakan kegiatan mengajukan pengertian
42
Rhenald Kasali, Loc.cit.,
dan pemahaman yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerimanya. Komunikasi yang dilakukan secara terbuka akan menjamin kelancaran arus informasi dalam organisasi, dan ini berpengaruh terhadap efektifitas kerja pegawai. Budaya perusahaan sebagai pembentukan pemahaman yaitu memandang budaya sebagai kontek yang dibangun secara simbolik, yang memungkinkan orangorang untuk memahami berbagai peristiwa. Bagaimana organisasi menciptakan budaya dan menanamkan budayanya melalui interaksi dan sosialisai. Jadi para karyawan hendaknya dapat mengetahui dan bertindak dalam keadaan organisasi yang sulit sekalipun. Hal tersebut merupakan hasil dari proses pembentukan pemahanan terhadap budaya organisasi atau budaya perusahaannya. Dengan
adanya
budaya
perusahaan
menunjukkan
humas
mampu
mengarahakan karyawan untuk bekerja sesuai yang diharapkan perusahaannya. Dalam hal ini seorang humas harus dapat mempengaruhi karyawan agar mau bekerja sama, dan ini harus disertai dengan adanya kepercayaan yang tinggi antara karyawan dengan perusahaan mereka. Manajer
humas
dapat
mengembangkan
budaya
perusahaan
dengan
memanfaatkan cerita, ritual, lambang kebendaan, dan bahasa. Namun demikian, untuk dapat memahami budaya perusahaan, perlu dipahami nilai dasar. Asumsi, sikap dan perasaan dari orang di dalam perusahaan. Nilai itu akan dapat bermanfaat dalam mendukung strategi perusahaan dalam mengatasi masalah yang timbul dari lingkungannya.
2.6 Pengembangan Karyawan Pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa depan. Pengembangan harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan supaya prestasi kerjanya baik dan mencapai hasil yang optimal. Pengembangan karyawan dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kamajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis. Setiap personel perusahaan dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas dan kuantitas pekerjaanya baik. Sehingga daya saing perusahaan semakin besar. Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan non karier maupun karier bagi para karyawan (baru/lama) melalui latihan dan pendidikan. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan.43 Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan. Menurut Andrew F. Sikula pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisir dengan manajemen belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Sedangkan training adalah suatu proses
43
ibid, Malayu S.P. Hasibuan, hal. 69
pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.44 Pengembangan karyawan bertujuan dan bermanfaat bagi perusahaan, karyawan, konsumen, atau masyarakat yang mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Jenis- jenis pengembangan dikelompokkan atas pengembangan secara informal dan pengembangan secara formal, yakin : a.
Pengembangan secara informal, yaitu karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literature yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kempuan kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja karyawan semakin besar, disamping efisiensi dan produktifitasnya juga semakin baik.
b.
Pengembangan secara formal, yaitu karyawan ditugaskana perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilaksanakan oleh lembagalembaga pendidikan atau pelatihan. Pengembangan secara formal dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, yang sifatnya nonkarir atau peningkatan karir seorang karyawan.45
44 45
ibid, hal. 70 ibid
Adapun peserta yang akan mengikuti pengembangan dari suatu perusahaan adalah karyawan baru dan lama, baik tenaga operasional atau karyawan manajerial. Yaitu : a.
Karyawan baru, yaitu karyawan yang baru diterima bekerja pada suatu perusahaan. Mereka diberi pengembangan agar memahami, terampil, dan ahli dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga para karyawan dapat bekerja lebih efisien dan efktif pada jabatan atau pekerjaannya. Pengembangan karyawan baru perlu dilaksanakan agar teori dasar yang telah mereka kuasai dapat diimplementasikan secara baik dalam pekerjaannya.
b.
Karyawan lama, yaitu karyawan lama oleh perusahaan ditugaskan untuk mengikuti
pengembangan,
seperti
pada
balai
pusat
latihan
kerja.
Pengembangan karyawan lama dilaksanakan karena tuntutan pekerjaan, jabatan, perluasan perusahaan, pergantian mesin lama dengan mesin baru, pembaruan
metode
kerja,
serta
persiapan
untuk
promosi.
Jelasnya
pengembangan karyawan lama pelu dilaksanakan agar karyawan semakin memahami technical skill, human skill, conceptual skill, dan managerial skill, supaya moral kerja dan prestasi kerjanya meningkat.46 Adapun pelaksanaan pengembangan harus didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perusahaan. Metode-metode pengembangan harus didasarkan kepada sasaran yang ingin dicapai. Adapun sasaran pengembangan karyawan adalah :
46
ibid
1
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan pekerjaan atau technical skill.
2
Meningkatkan keahlian dan kecakapan memimpin serta mengambil keputusan atau managerial skill dan conceptual skill.47
2.7 Karyawan Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menerapkan rencana sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai. Karyawan atau publik internal adalah kelompok yang berada didalam suatu instansi atau perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan atau instansi, yaitu seluruh karyawan dari staf sampai dengan karyawan terbawah. Karyawan adalah orang-orang didalam perusahaan yang tidak memegang jabatan structural. Ia adalah karyawan bisa dibawah komando supervisor atau kepala seksi atau subseksi. Umumnya mereka hanyalah tamatan sekolah menengah atau dibawahnya, namun ada juga yang sempat mengenyam pendidikan di universitas.48 Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi yang sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan karyawan manajerial (pimpinan), yakni :49
47
ibid Uchyana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi Alumni Bandung 1993 hal 54 49 Malayu S.P. Hasiban, Manajemen sumber daya manusia hal. 48
1.
Karyawan Operasional Adalah setaip orang yang secara langsung harus mengerjakan sensiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan.
2.
Karyawan Manajerial. Adalah setiap orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Karyawan menajerial lini dan manajerial staff. Yaitu : a
Manajerial lini. adalah seorang pimpinan yang mempunyai wewenang lini (line authority), berhak dan bertanggung jawab langsung merealisasikan tujuan perusahaan.
b
Manajerial staff. Adalah pimpinan yang mempuyai wewenang staff (staff authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan untuk memperlancar penyelesaian tugas manajer lini. Karyawan merupakan bagian dari khalayak internal perusahaan yang
memiliki kedudukan penting bagi kelangsungan instansi, sehingga dapat dikatakan bahwa roda perusahaan berjalan dengan baik dan lancar adalah terletak pada karyawan. Tanpa adanya dukungan karyawan, instansi akan sulit berjalan, keberadaan Humas di dalam perusahaan dapat dijadikan sebagai komunikator atau mediator
dalam
mempertemukan
kepentingan
instansi
dengan
karyawan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung, dan pengaruhpengaruh dari suatu fenomena.50 Penelitian deskriptif ditujukan untuk :
a. Mengumumkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
b. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku.
c. Menentukan apa yang dilakukan organisasi dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
d. Membuat perbandingan atau evaluasi.51 Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja dan tidak membentuk angka (biasanya berskala untuk nominal dan ordinal). Pendekatan kualitatif dalam
50 51
Mohammad Nasir, Metode Penelitian, Cetakan Kelima Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, hal 54 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya. 1995. Hal 24
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data analisis yang sifatnya mendalam.
Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah: “ Upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti”.52 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjeknya. Dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang dialamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Melalui penelitian ini, penulis dapat mengetahui dan menggambarkan secara detail dan sistematis mengenai strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training celestial management kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). (Periode Tanggal 15-17 Mei 2009)
3.2 Metode Penelitian Penelitian mengenai strategi komunikasi YPCM dalam memberikan Training Celestial Managemen ini akan menggunakan metode studi kasus. Menurut Robert K. Yin, studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial, secara umum, studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan ”How” dan ”Why”, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus
52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,Cetakan Kedua puluh satu, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Hal. 6
penelitiannya terletak pada fenomena-fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.53 Oleh karena itu, penulis akan melakukan wawancara mendalam dengan para nara sumber yang memiliki wewenang dan memiliki informasi terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu mengenai strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training celestial management kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) periode tanggal 15-17 Mei 2009.
3.3 Fokus Penelitian Membatasi masalah pada apa yang akan diteliti oleh penulis maka muncul fokus penelitian. Penelitian ini akan memfokuskan pada : ”Bagaimana strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training celestial management kepada karyawan di PT. Bank Muamalat” yang memiliki beberapa dimensi sebagai berikut : a. Credibility (kredibilitas) ; Kepercayaan yang dibangun oleh YPCM kepada karyawan BMI dalam memberikan Training Celestial Management. b. Context (konteks) ; Program komunikasi YPCM melalui Training Celestial Management yang ditujukan untuk karyawan BMI. c. Content (isi) ; Isi pesan dari Training Celestial Management yang dikelola oleh YPCM harus mempunyai arti dan manfaat bagi karyawan BMI. d. Clarity (kejelasan) ; Training Celestial Management yang dikelola oleh YPCM harus dirancang dengan jelas dan dapat dimengerti oleh karyawan agar maksud dan tujuan dapat diterima oleh karyawan BMI. 53
Robert K. Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 1
e. Continuity and Consistency (bersimanbung dan konsistensi) ; Training Celestial Management yang diberikan kepada karyawan harus dilakukan secara berulangulang dan berkelanjutan secara teratur dengan beberapa variasi atau kembangan dalam penyampaian program agar lebih mengena. f.
Channels (saluran) ; Saluran atau media informasi yang dipergunakan harus sesuai dengan Training Celestial Management agar mendapat efek yang diinginkan.
g. Capability of Audience (kesanggupan khalayak) ; Kesanggupan atau kemampuan karyawan BMI dalam menerima Training Celestial Management.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan hasil yang optimal, proses pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dilakukan dengan pengumpulan data secara primer dan sekunder yaitu : 1) Data Primer Data primer merupakan data-data yang diperoleh penulis langsung dari obyek atau sumber pertama yang diteliti. Adapun beberapa teknik pengumpulan data primer yaitu: a) Wawancara
Bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.54 Dalam penelitian ini, bentuk wawancara yang dipergunakan oleh penulis adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah suatu cara menggumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.55 Jadi, penulis akan melakukan wawancara langsung dengan key informan.
b) Observasi Didalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi partisipan, yaitu suatu bentuk observasi khusus dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang akan diteliti.56 Dimana dalam memperoleh data-data yang akurat penulis membaur dengan menjadi salah satu dari peserta training celestial management untuk karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) yang diadakan di Cisarua Bogor pada periode tanggal 15-17 Mei 2009. Observasi partisipan disamping memberikan peluang tertentu yang tidak seperti biasanya guna mengumpulkan data studi kasus. Juga
54
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif:paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 180 55 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Kencana, Jakarta, 2007, hal 98 56 Ibid Robert K. Yin, hal 114
mengandung persoalan-persoalan besar. Peluang yang paling besar berkenaan dengan kemampuan peneliti untuk mendapatkan akses terhadap peristiwaperistiwa atau kelompok-kelompok yang tidak mungkin bisa sampai pada penelitian ilmiah. Peluang berbeda lainnya adalah kemampuan untuk menyadari realitas dari sudut pandang “orang dalam” ketimbang orang luar pada studi kasus tersebut. Perspektif semacam itu berharga untuk menghasilkan gambaran yang akurat dari suatu fenomena studi kasus.57
2) Data Sekunder Sedangkan untuk memperoleh data sekunder penulis menggunakan cara: a) Studi kepustakaan Dalam penelitian ini, penulis banyak memperoleh data yang sangat berguna dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan, referensi, panduan, dan sumber informasi berkenaan dengan masalah dalam penelitian ini. Adapun datadata sekunder yang digunakan oleh penulis terdiri dari buku-buku, majalah internal dan annual report PT. Bank Muamamalt Indonesia,Tbk (BMI), serta
mencari
data
dan
informasi
perusahaan
melalui
situs
:
www.celestialmanagement.com, dan www.bankmuamalat.com.
b) Data dokumentasi Dalam penelitian ini, penulis menyertakan foto-foto mengenai kegiatan training celestial management yang dilakukan oleh YPCM kepada karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). 57
Ibid, hal 114-115
3.5 Key Informan Key informan atau narasumber adalah orang atau tokoh dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang memiliki jabatan penting yang dapat memberikan informasi kunci. Dimana narasumber adalah orang yang paling berkompeten untuk dimintai keterangan tentang objek yang sedang diteliti
Dalam hal ini key informan yang penulis pilih dan alasan pemilihan mereka adalah : 1)
Pengelola YPCM. Bpk. Apep Zuhdi, selaku panitia pengelola training celestial management, Beliau merupakan narasumber utama dalam penelitian ini karena beliau yang mengelola dan melaksanakan Training Celestial Managemen bagi karyawan. Dengan demikian, diharapkan beliau mampu memberikan informasi yang akurat dan detail mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini,
2)
Dua orang Traineer Training Celestial Management. Bpk. Ardiansyah Rakhmadi dan Bpk. Darwis S. Lubis, karena mereka yang menjadi Traineer dalam
Training Celestial Manajemen dan mereka juga kru BMI yang
mengetahui dan memahami konsep dari CMT tersebut sehingga diharapkan mereka dapat memberikan informasi mengenai Training Celestial Manajemen tersebut kepada penulis 3)
Dua orang karyawan PT. Bank Muamalat. Nibrasul Huda Ibrahim Hosen dan Deliani Wahida Noor, karena mereka peserta dari Training Celestial Manajement yang menjalankan dan merasakan pelaksanaan Training Celestial Manajement.
3.6 Definisi Konsep Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman maka diperlukan batasan-batasan konsep dari judul penelitian, konsep-konsep tersebut terdiri dari: 1) Strategi Sebuah proses atau cara yang digunakan organisasi untuk mencapai misinya 2) Strategi Komunikasi Untuk menginformasikan tindakan kepada public sasaran untuk membujuk public agar mendukung dan menerima tindakan tersebut dan mungkin untuk mengintruksikan public dengan keahlian yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemauan menjadi tindakan. 3) Pengembangan Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan (training). 4) Budaya Perusahaan Perekat organisasi yang mengikat anggota organisasi melalui nilai-nilai yang ditaati, peralatan simbolis, dan cita-cita sosial yang ingin dicapai 5) Karyawan Karyawan adalah orang-orang didalam perusahaan yang tidak memegang jabatan structural. Ia adalah karyawan bisa dibawah komando supervisor atau kepala seksi atau subseksi. Umumnya mereka hanyalah tamatan sekolah menengah atau dibawahnya, namun ada juga yang sempat mengenyam pendidikan di universitas.
3.7
Teknik Analisa Data Analisis data dalam pengertiannya adalah suatu proses kerja dari seluruh
tahapan pekerjaan yang mempunyai sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran suatu keadaan, keterangan atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori, huruf, atau bilangan. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.58 Analisis ini digunakan untuk penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tujuan analisis di dalam penelitian ini untuk membatasi dan menyempitkan penemuan-penemuan sehingga menjadi data yang teratur, tersusun, dan lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam penelitian.
3.8 Teknik Keabsahan Data Dalam penelitian ini peneliti menganalisa data dengan menggunakan teknik analisa keabsahan data yaitu dengan teknik triangulasi data. Teknik triangulasi data merupakan suatu teknik dalam pengolahan data penelitian untuk mendapatkan data-
58
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1991. Hal. 5
data yang valid dengan menggunakan sumber relevan lainnya yang digunakan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Teknik triangulasi data adalah sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data tentang berbagai pandangan, dengan kata lain bahwa pihak peneliti dapat melakukan “check and richek” temuan-temuannya dengan cara membandingkan. Triangulasi ada empat yang yang digunakan sebagai pembanding yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.59 Dalam penelitian ini penulis menggunakan pembanding yang berasal dari “Sumber” yang berarti membandingkan dan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda melalui : a) Perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b) Perbandingan apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi. c) Perbandingan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d) Perbandingan keadaan dan perspektif seseorang berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang berpendidikan dan pejabat pemerintah. Untuk keperluan pengecekan data, penulis mencari data-data pembanding di lapangan, dengan membandingkan hasil wawancara yang didapat dari pihak-pihak yang terkait dengan judul penelitian ini hal tersebut dilakukan guna memberikan
59
Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003. Hal. 217
gambaran yang jelas tentang seperti apa strategi komunikasi yang dilakukan oleh YPCM dalam memberikan training celestial management kepada karyawan BMI. Selain wawancara, penulis juga membandingkan dengan hasil dokumen yang didapat selama dilapangan, guna mendapatkan informasi tentang gambaran yang lebih akurat. Selanjutnya, akan disajikan suatu analisa yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1
Gambaran Obyek Penelitian Yayasan Pengembangan Celestial Manajement (YPCM) berdiri tanggal 26
Agustus 2006, Pendirinya adalah Mantan CEO BMI Bpk. Ahmad Riawan Amin, didirikan dalam rangka pengembangan celestial manajement karena celestial manajement training (CMT) mulai dilakukan untuk publik eskternal PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, (BMI) seperti : Bank muamalat Malaysia Berhad (BMMB), asuransi takaful, dll. Karena itu diperlukan lembaga pengembangan untuk CMT tersebut. YPCM diketuai oleh Bpk. Lutfi Hamidi, sekretarisnya adalah Bpk. A. Fadjri, bendaharanya Bpk. Rahmad. Didirikan karena adanya keinginan secara khusus dan fokus untuk pengembangan Celestial manajement. YPCM bergerak tidak hanya di dalam lingkup pemberian training celestial manajement saja tapi juga dalam penerbitan buku contohnya: The Celestial Manajement dalam versi bahasa Inggris dan versi bahasa Indonesia, 99 kesaksian The Celestial Manajement, Indonesia militan dan buku-buku syariah lainnya. Maksud dan tujuan : 1
Di bidang sosial. Menyelenggarakan pendidikan formal dari pra sekolah sampai perguruan tinggi, jangka
panjangnya
mendirikan
lembaga
pendidikan,
menyelenggarakan
pendidikan non formal seperti :kursus-kursus keterampilan, dan pelatihan,
mendirikan penti asuhan, melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan ekonomi syariah. 2
Di bidang keagamaan Mendirikan sarana ibadah dalam hal ini memberikan sumbangan pembangunan masji,
mendirikan
dan
menyelenggarakan
pondok
pesantren
serta
mengembangkan badan amal, infak dan sedekah. Meleksanakan syiar keagamaan, kemudian meningkatkan pemahaman keagamaan dan studi banding keagamaan. 3
Di bidang kemanusiaan Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, memberikan perlindungan konsument, melestariakn lingkungan hidup.
4.2
Celestial Management Training (CMT) Training Celestial manajemen yang diselenggarakan oleh YPCM ialah
pengembangan diri yang memadukan metoda training di dalam kelas (indoor training) dan diluar kelas (outdoor training actifity) sehingga terbentuknya suatu kinerja yang baik. Melalui CMT, BMI dibangun untuk menjadi sebuah organisasi atau perusahaan yang bergerak dibidang ekomomi umat manusia. BMI menjadi tempat beribadah (workship), pusat berkumpul dan berbagi kesejahteraan melalui tiga konsep yakni ZIKR-PIKR-MIKIR60 Melalui nilai-nilai ZIKR (Zero Base, Iman, Konsisten, dan Result Oriented) seseorang individu dibentuk menjadi manusia unggul ”ZIKR menjadi modal dasar
60
Riawan. Amin, The Celestial Management, Senayan Abdi Publishing Jakarta, 2004
dalam mengelola kehidupan dan pekerjaan demi menghasilakan yang terbaik dalam Zero Base adalah cara panjang atau sikap mental seseorang yang bersih, objektif, apa adanya, tidak ditambah atau dikurangi menyangkut pekerjaan dan lingkungannya. Seseorang dengan sikap mental seperti memiliki kejernihan hati dan pikiran dalam menghadapi lawan interaksinya, dengan kata lain dijelaskan bahwa seseorang dengan sikap Zero Based memiliki ruang yang lebih luas dan terbuka terhadap segala persoalan yang dihadapinya. Iman diterjemahkan sebagai salah satu keyakinan dengan berpegang teguh pada keyakinan yang kuat akan sebuah keberhasilan maka hal-hal yang diharapkan pun memiliki peluang untuk berhasil. Konsep PIKR (Power Sharing, Information Sharing, Knowledge Sharing, dan Reward Saharing) adalah panduan untuk mengahasilkan tim unggulan ”bagus tidaknya sebuah kinerja tim tidak hanya ditentukan oleh keunggulan satu-dua karyawan tetapi oleh proses berbagi dan kekompakan mereka menjalankan fungsi masing-masing. Sebab kekuasaan dalam sebuah organisasi harus ada pembagian yang tegas, maka dari itu diperlukan langkah-langkah Power Sharing. Di hubungan kakuasaan ini akan tercipta posisi-posisi yang berbeda dan disetiap pembagian diperlukan kontrol, mekanismenya bisa berjalan maka organisasi hendaklah mengemban prinsip egaliter atau dapat dikatakan antara atasan dan bawahan adalah mitra kerja. Knowledge atau ilmu pengetahuan adalah penting untuk menjadikan kelompok itu memiliki pengetahuan yang tinggi. Karena dalam menjalankan perusahaan diperlukan langkah-langkah khusus dalam hal ini dilakukan pendidikan dari bawah keatas. Artinya, para guru dan murid saling belajar dengan dasar
pengalaman yang dimiliki oleh muridnya, tak lupa perusahaan perlu memberikan penghargaan bagi karyawan yang berhasil agar lebih bersemangat. Reward ini juga berlaku bagi perbankan supaya mereka dapat meningkatkan kinerjanya demi kemajuan perusahaan. Sasaran konsep PIKR adalah menyederhanakan sistem organisasi perusahaan agar tidak tampak birokratis. Setiap tim yang ada memang memiliki tugas yang berbeda-beda, tapi mereka saling membantu dalam bekerja. Dan salah satu penentu keberhasilan dalam berusaha adalah semangat, inilah yang disebut dengan militansi. Lebih jelasnya dalam perusahaan itu perlu proses untuk melakukan kompetensi dan regenerasi yang kesemuanya dirangkum dalam konsep MIKR (Militan, Intelentual, Kompetitif dan Regeneratif). Seluruh rangkaian konsep ini adalah model manajemen yang diterapkan dalam sistem kerja BMI. Terobosan manajemen yang dilakukan oleh BMI adalah menonjolkan egaliter dan tim kerja yang bercorak kemitraan yang tertinggal tentunya ada konsep spiritualitas. Penerapan strategi ini ternyata berhasil mengangkat prestasi BMI, setelah beberapa waktu lalu mengalami kemunduran. Setelah terbentuknya manusia yang unggul, lalu berkembang menjadi tim unggul, langkah berikutnya adalah mencetak komunitas unggulan. Inilah yang diwujudkan dalam MIKR (Militan, Kompetitif, dan Regenaratif). Konsep MIKR adalah ciri-ciri unggulan bagi terbentuknya sebuah komunitas yang senantiasa berjuang untuk memenangkan persaingan serta menghasilkan prestasi satu generasi ke generasi selanjutnya.
Penerapan ZIKR-PIKR-MIKR yang terangkum dalam pelatihan CMT akan mengubah nilai-nilai, pola pikir, sikap, perilaku, kebiasaan, hubungan kerja antar karyawan serta memiliki semangat dalam kebersamaan.
4.3
HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis melakukan pendekatan melalui kualitatif dengan
metode deskriptif. Hasil penelitian ini di peroleh dari sumber hasil Observasi partisipan dan wawancara mendalam dengan beberapa key informan. Key informan tersebut antara lain dari pihak Yayasan Pengembangan Celestial Mangement (YPCM), Bpk. Apep Zuhdi selaku panitia dan pengelola Training Celestial Mangement dan beberapa pihak dari kru PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). Judul yang di ambil penulis adalah “ Strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training Celestial Mangement kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) periode tanggal 15-17 Mei 2009”. Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka untuk Traineer sekaligus kru BMI Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi, tanggal 26 Mei 2009 untuk Traineer sekaligus kru BMI Bpk. Darwis S. Lubis di Ka Cab BMI Pancoran, tanggal 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka untuk panitia Training Celestial Mangement Bpk. Apep Zuhdi, dan untuk kru BMI tanggal 10Mei 2009 untuk Nibrasul Huda Ibrahim Hosen dan tanggal 12 Mei 2009 untuk Deliani Wahida Noor di kantor Pusat BMI Arthaloka. Berbicara mengenai strategi komunikasi akan lebih baik jika kita mengupas sedikit mengenai Yayasan Pengembangan Celestial Management (YPCM) itu sendiri
tentang bagaimana YPCM didirikan, seperti yang dikatakan oleh staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT Bpk. Apep Zuhdi ” YPCM berdiri tanggal 24 Agustus 2006, pendirinya adalah Bpk A. Riawan Amin, mantan CEO BMI, didirikan dalam rangka pengembangan Celestial Manajement karena CMT mulai dilakukan untuk publik eksternal BMI seperti Bank Mumalat Malaysia Berhad (BMMB), Asuransi Takaful, Pegadaian, dan Bank-bank lain. Karena itu diperlukan lembaga pengembangan untuk CMT itu sebagai payung hukum, dan adanya keinginan secara khusus dan fokus untuk pengembangan Celestial Manajement ”. 61 Dari penjelasan yang disampaikan oleh beliau, menerangkan bahwa YPCM berdiri dalam rangka pengembangan celestial manajement karena CMT mulai dilakukan untuk publik eksternal BMI dan sebagai payung hukum untuk membawa CMT keluar untuk publik eksternal BMI. Jadi konsep dari celestial management training tidak hanya dikenal dan dipahami oleh publik internal BMI saja tetapi juga oleh publik luar dari BMI. Karena pada dasarnya konsep-konsep dari celestial management bersifat universal, tidak hanya dipakai oleh kalangan muslim tetapi juga oleh kalangan non muslim. Namun, dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada trining celestial management yang diberikan kepada para kru BMI. Dalam memberikan CMT kepada para publik internal atau karyawan BMI tentunya YPCM harus mempunyai strategi-strategi komunikasi dalam prakteknya agar training dapat berjalan baik dan lancar. Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom memberikan teori tentang strategi komunikasi 7’C seperti berikut : Credibility, Context, Content, Clarity, Continuity And Consistency, Channels, Capability Of Audience.
61
Hasil Wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka
Pada penelitian kali ini penulis ingin mencoba mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan oleh YPCM dalam memberikan CMT tersebut kepada karyawan BMI yakni apakah menggunakan teori yang digunakan oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom baik secara keseluruhan maupun tidak mutlak dilakukan semua atau ada revisi ataupun tidak menggunakannya sama sekali yang dapat dilihat pada hasil penelitian dibawah ini :
4.3.1
Credibility Strategi komunikasi pertama dari teori yang dibuat oleh Scott M. Cutlip, Allen
H. Center, dan Glen M. Broom adalah Credibility, yaitu Komunikasi dimulai dengan
iklim kepercayaan. Komunikasi itu haruslah berlangsung dalam suasana ”percaya”, Penerima harus memiliki kepercayaaan pada pengirim dan pandangan yang tinggi terhadap kompentensi sumber atas subjeknya Kredibilitas YPCM dalam memberikan training celestial manajement kepada karyawan dilakukan dengan mengambil traineer-traineer pengajar langsung dari BMI sendiri hal tersebut dilakukan karena mereka mempunyai budaya yang sama, visi misi dan tujuan yang sama, mereka telah berpengalaman lama di BMI dan mereka sudah menjalani serta paham betul tentang konsep CMT, seperti yang disampaikan oleh Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : ”……trainer-trainer Celestial manajement itu di YPCM adalah orang-orang yang puluhan tahun menjadi karyawan BMI dan menjadi trainer Celestial Manajemen. Jadi ketika dia menyampaikan Celestial Manajemen tentu Kru-kru di BMI lebih kena dan percaya karena dia bercerita tentang apa yang telah dia lakukan. Trainer-trainer di YPCM adalah mereka yang telah berpengalaman lama di BMI sehingga ketika dia menyampaikan itu kru-kru yang lain percaya ….ketika dia menceritakan kasus-kasus, semangat, dsb….Karena mereka punya budaya yang sama dan mereka lebih tahu tentang BMI. Dan juga trainer tersebut dipilih dari BMI siapa
yang kira-kira punya kredibilitas yang baik untuk menyapaikan CMT ini dan dia juga punya record yang baik, begitu ”.62 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI, berikut ini keterangan yang disampaikannya: ”… Training Celestial Management yang ditujukan untuk para kru BMI ini trainernya semua adalah murni orang-orang dari BMI, karena mereka mempunyai satu visi, misi dan budaya yang sama. …Jadi kalau ditanya bagaimana strategi YPCM untuk membangun kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan CMT kepada karyawan BMI saya rasa itu masalah system yang ada antara BMI dan YPCM melalui trainer dari BMI itu sendiri.”63 Begitupun menurut penuturan dari Ibu Deliani Wahida Noor, selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “…para traineernya yang mayoritas adalah kru BMI ... Mungkin itu yang membuat BMI mempercayakan kru nya untuk mengikuti CMT yang dikelola oleh YPCM ini.”64 Berbeda menurut penuturan dari peserta CMT lainnya yakni Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen yang juga adalah kru dari BMI yang penjelasannya lebih condong pada aplikatif YPCM dalam training yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: “Bagus. Menyentuh kita untuk berfikir banyak hal-hal yang selama ini yang kita tidak tahu dan mungkin alam bawah sadar tahu Cuma ga pernah dipraktekin juga.”65 Tetapi salah seorang dari traineer yakni Bpk. Ardiansyah Rakhmadi tidak bisa menjelaskan bagaimana kredibilitas YPCM dalam membangun kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan CMT kepada karyawan, seperti penuturannya sebagai berikut : “Saya nggak bisa menjawab ya, Tanya kang Apep aja dech!”66 62
Hasil Wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran 64 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 65 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 63
Dari hasil wawancara dengan beberapa key informan dapat diketahui bahwa kredibilitas YPCM dalam memberikan CMT dilakukan dengan memberikan trainer pengajar dari para kru BMI. Sedangkan dari hasil observasi penulis traineer-taineer tersebut mempunyai kredibilitas dari segi pendidikan dimana mereka adalah alumnus kairo, mempunyai jabatan penting di BMI dan kredibel dalam menyampaikan konsep-konsep celestial management. Sehingga mereka dinilai kredibel sebagai orang-orang yang memahami konsep-konsep celestial management dan mempunyai intergritas yang tinggi serta
dipercaya oleh komunikannya, sehingga komunikan dapat mempercayai pesan yang disampaikan oleh komunikatornya. Pemilihan trainer yang langsung dari BMI sendiri ditujukan untuk mentrasnfer nilai-nilai dari budaya perusahaan karena mereka mempunyai satu visi, misi dan tujuan bersama. Namun ada juga key informan yang jawabannya lebih condong pada aplikatif YPCM dalam memberikan CMT yang dinilai cukup bagus. Tetapi ada juga key informan yang tidak bisa memberikan jawaban karena alasan tertentu.
4.3.2
Context Strategi komunikasi berikutnya menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center ,
Glen M. Broom adalah Context (konteks) yaitu Suatu program komunikasi harus
sesuai dengan kenyataan, Ada hubungan-hubungan yang menjelaskan suatu pesan. Konteks juga harus menegaskan, bukan menyangkal pesan. Sehingga training celestial management tersebut memang sesuai ditujukan untuk para karyawan BMI.
66
Hasil wawancara dengan Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka
Mengenai konteks dari CMT yang dikelola oleh YPCM hanya training celestial menajement itu saja, Traineer sekaligus kru BMI Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi menerangkan bahwa : ” Selama ini Cuma 1 itu aja, yaitu Celestial Management Training (CMT) itu saja. Tidak ada jenis-jenis lainnya… Dilaksaanakan selama 2 hari 2 malam karena itu waktu yang kita anggap paling pas tidak terlalu pendek dan tidak terlalu lama untuk menyampaikan semua materi dan itu sudah kita uji berkalikali sehingga semua bisa ditrasnferlah, disampaikan. ”67 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI, berikut ini keterangan yang disampaikannya : ”Biasanya 2 hari 2 malam, jum’at malam sampai minggu pagi,.. Kenapa? Karena saya rasa kalau terlalu lama tidak bagus juga sih, terlalu cepat banyak materi yang tidak tersampaikan tapi waktu ideal kita ya 2 hari itu sudah maksimal dan sudah cukup untuk menyampaikan semua.”68
Begitupun menurut penuturan dari Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT sebagai berikut : “…hanya Training Celestial Management (CMT) itu saja, dilakukan selama 2 hari 2 malam, karena disesuaikan dengan bobot materinya dirasa sudah cukup oleh Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta disampaikan segitu.”69 Hal yang sama juga diungkapkan CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “Kemaren ini 2 hari ya kan, kenapa 2 hari ya lama-lama juga buat apa intinya kan semua sudah diatur panitia”70 Lain hal dengan penuturan Ibu Deliani Wahida Noor, selaku peserta CMTsekaligus kru BMI, yang kurang setuju dengan pemberian waktu 2 hari 2 malam
67
Hasil wawancara dengan Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran 69 Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 70 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 68
yang dirasa kurang untuk menyampaikan keseluruhan materi dari konsep-konsep celestial managegement tersebut, berikut penjelasannya : “2 hari lebih. ….Malah menurut saya 2 hari itu kurang. Butuh waktu lebih lama butuh proses. Kalau untuk CMTnya kurang menurut saya, karena dengan materi yang banyak 12 materi kalau tidak salah. 12 materi kalau kita bagi 2 hari saja 6 materi 6 materi sedangkan kemampuan manusia itu mungkin sebaiknya 3 materi/hari. Jadi semua itu bertahap tidak terlalu terkesan memaksa. Kalau memang bisa lebih banyak waktunya mungkin hasilnya akan lebih maksimal dan optimal. Karena kita kan mengingikan hasilnya.”71 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa training celestial management yang dilakukan hanya CMT itu saja dan dilaksanakan selama 2 hari 2 malam. Dari semua key informan hanya satu orang peserta yang kurang setuju dilaksanakan selama 2 hari 2 malam karena dari keseluruhan materi-materi yang disampaikan tidak cukup hanya dilakukan dalam 2 hari 2 malam dan dari hasil observasi penulis selama mengikuti training celestial tersebut waktu 2 hari 2 malam terlalu sempit untuk menjalankan semua aktifitas training mulai dari pemberian materi dikelas, aktifitas spiritual malam, simulasi outbond, hingga solo camp. CMT tersebut diwajibkan bagi seluruh kru BMI dimana training ini merupakan salah satu media untuk mentransferkan budaya perusahaan BMI kepada seluruh kru. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak
Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer
sekaligus kru BMI, berikut ini keterangan yang disampaikannya: “Iya wajib. Semua karyawan harus ikut CMT. Supaya budaya nya sama karena karyawan ketika masuk pasti dengan budaya yang berbeda, style yang berbeda, frekuensi yang berbeda. Melalui CMT ini frekuensinya kita samakan budayanya pun kita samakan. Yang mengikuti CMT ini adalah para kru Muamalat, pokoknya semua kru yang bergabung dengan Muamalat yang belum pernah ikut CMT akan diikutkan baik karyawan yang lama maupun karyawan yang baru. Dan karyawan lama yang sudah pernh ikut CMT bisa saja diikutkan kembali bahkan kita
71
Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
ada istilah debriefnya, semacam dialog yang intinya untuk merefres atau mengingat kembali.”72 Ditambahkan keterangan yang disampaikan oleh Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI : ”Wajib karena CMT adalah salah satu dari 7 kefasihan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh kru BMI. Tinggal waktunya harus diatur bahkan setiap tahun harus direvisi lagi, kalau mau naik jabatan atau pangkat harus direvisi lagi. Yang ikut semua kru BMI mulai dari jabatan yang tinggi sampai yang teendah seperti Direksi sampai karyawan, sampai office boy, sampai supir-supir BMI. Dari kru lama yang bekerja di BMI sampai kru yang baru masuk karena kita ingin menyamakan nilai-nilai atau cultur dan juga visi misi kepada seluruh kru BMI.”73 Begitupun menurut Ibu Deliani Wahida Noor, seperti berikut : “CMT diwajibkan bagi seluruh kru BMI Karena BMI selain karena syariah bank, BMI membutuhkan kru yang mau berusaha bersama bukan hanya menjalankan apa yang ada dan tentunya dengan cara-cara yang syariah dan juga disini tempatnya untuk memperkenalkan nilai-nilai BMI, budaya, dan sejarahnya ….”74 Hal tersebut dibenarkan oleh kru BMI Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen yang menjadi peserta dalam CMT : “ Wajib ya. Untuk meneruskan budaya kerja adalah ibadah di BMI jadi semua yang dilakukan juga adalah ibadah dan ZIKR,PIKR,MIKR itu kan berkaitan dengan ibadah karena konsep dari Celestial Management Training itu… ”75 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa CMT diwajibkan untuk seluruh karyawan BMI dari jabatan yang tinggi sampai yang terendah seperti : Direksi
sampai karyawan, office boy, sampai supir-supir BMI. Dari kru lama yang bekerja di BMI sampai kru yang baru masuk karena mereka ingin menyamakan nilai-nilai atau cultur dan juga visi misi dan tujuan perusahaan kepada seluruh kru BMI. Bahkan para kru yang mau naik jabatan atau pangkat harus direvisi lagi. 72
Hasil wawancara dengan Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran 74 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 75 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 73
Menyesuaikan dengan jawaban Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen diatas hal tersebut berkaitan dengan tujuan dilaksanakannya CMT seperti yang dikatakan oleh Bpk Apep Zuhdi : ” Tujuannya tidak lain untuk menciptakan budaya kerja dan budaya perusahaan yang sesuai dengan nilai-nilai Celestial Manajemen yang 12 atribut tersebut. Konsepnya yang pertama adalah ZIKR, PIKIR,MIKR yang dibuku dalam The Celestial Manajemen karya CEO BMI Bapak. Ahmad Riawan Amin, ya untuk menyampaikan itu. Setidaknya ada dua tujuan utama, yaitu : Pertama untuk mengajak kru untuk menempatkan iman dalam ranah pertama sebagai dasar hidup. Bagi kru BMI yang mengkristalkan nilai-nilai Celestial Management, insya Allah nilai-nilai kejujuran selalu menjadi langkah awal setiap tindakan. Yang Kedua adalah pembelajaran dan uswatun hasanah yang telah dibuktikan oleh kru dan manajemen BMI dalam bermu’amalah (bermitra) dengan para nasabah dalam rangkaian ukhuwah yang mengedepankan transparency dalam tata kelola BMI.”76 Konsep Zikr,Pikr,Mikr tersebut dijadikan isi pelatihan celestial management training karena konsep tersebut merupakan sebuah rumusan konsep yang diterapkan oleh kru BMI dalam melewati krisis moneter dan menjadi tradisi dalam mengelola perusahaan hingga sekarang ini. Penerapan konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut untuk masa kini bagi kru akan sangat baik dari sisi pengembangan kru itu sendiri maupun secara ibadah lahir bhatin. Zikr, Pikr, Mikr itu akronim atau singkatan yang kemudian penjabarannya 12 atribut nilai-nilai tersebut. Dengan nilai-nilai itu maka kru akan dapat mengembangkan dirinya lahir batin dunia akhiratnya. Sedangkan dalam organisasi, implementasinya akan mendukung prinsip pengelolaan usaha yang sehat, bisa dipertanggung jawabkan dunia akhirat karena berdasarkan prinsip God Corporate Governance. Hasilnya, presisi transapanrasi dan akuntabilitas yang tinggi. kerja tidak lagi semata untuk memperoleh keuntungan financial tetapi juga sebagai sarana pengabdian terindah kepada Sang Maha dengan mempersembahkan karya 76
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka
terbaik dalam hidup menjadi kunci untuk memasuki pintu keabadian menuju-Nya. Terlebih BMI adalah Bank pertama murni syariah tentunya mereka harus mempunyai kru-kru yang bermoral syariah. Berikut ini adalah keterangan yang disampaikan oleh Bpk. Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT mengenai kenapa Zikr, Pikr, Mikr tersebut sesuai untuk BMI, sebagai berikut: “Ya itu tadi Zikr, Pikr, Mikr tersebut merupakan buah karya dari CEO BMI yang dibingkai menjadi nilai-nilai langit sebagai nilai yang mudah dikenal dan diamalkan. Nilai-nilai tersebut diurai dalam buku The Celestial Manajement, yaitu dalam tiga kategori 3W(Worship, Wealth, dan Warfare) yang diimplementasikan dalam konsep Zikr, Pikr, Mikr lalu dari konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut pelan-pelan diimplementasikan dalam praktik kerja sehari-hari. Dimulai dari hal-hal yang boleh jadi dimata praktisi dari industri sejenis sulit dimengerti. Salah satu contoh misalnya, dengan menempatkan semua direksi dalam satu ruangan tanpa sekat, tujuannya untuk memastikan dan memudahkan terjadinya sharing PIKR. Ruangan tanpa sekat menyiratkan pesan tidak ada yang perlu dirahasiakan. Kesan yang bisa ditangkap adalah terbangunnya komunikasi yang egaliter antarkru. Contoh lain yaitu penempatan mushala di depan dekat teller, larangan merokok dan lain sebagainya.”77
Ditambahkan oleh keterangan dari Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut : ” Karena itulah tradisi yang dibangun oleh BMI, BMI ingin setiap kru punya tradisi Islami, Zikr, Pikr, Mikr itu. Zikr, Pikr, Mikr adalah tradisi BMI yang dibukukan. Waktu krisis moneter melanda BMI pas bank ini gonjang ganjing garagara krisis moneter, apa yang dilakukan kru-kru BMI? Kita SMSan untuk melakukan tahajut pas jam 12 malam bangun seluruh kru BMI diseluruh Indonesia, inilah yang kita bukukan dalam bentuk Zikr, Pikr, Mikr. Jadi sebuah tradisi yang dibukukan. Itu adalah faktanya dan kita praktekkan dan ternyata betul dan sesuai dengan ayat-ayat al Qur’an.“78 Begitupun menurut Bapak Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer sekaligus kru BMI, seperti berikut :
77
78
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran
“Menurut saya karena sesuai dengan syariah dan sesuai dengan Visi Misi BMI.”79
Sama halnya dengan jawaban Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi diatas Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen menambahkan sebagai berikut : “Karena BMI adalah bank syariah, yang kita kedepankan adalah nilai-nilai syariah. Melalui perilaku dan ibadah dan itu semua terangkum dalam konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut.80” Ibu Deliani Wahida Noor menambahkan tentang hal ini : “Mungkin itu adalah penyatuan budaya kerja, visi, misi, tujuan dan juga budaya BMI seperti itu, he…he… saya menggambarkannya seperti itu maka mereka membuat konsep Zikr, Pikr, Mikr itu dan juga itu adalah fakta yang telah dilakukan oleh BMI, ya Zikr, Pikr, Mikr itu. Ya agar kita punya satu visi, misi, budaya meskipun kita datangnya dari pemikiran dan lingkungan yang berbeda-beda, inilah budaya yang ingin diperkenalkan oleh BMI kepada kru.”81
Dari hasil observasi penulis mengikuti CMT bersama para kru BMI, penulis mendapatkan pelaksanaan CMT melalui training yang dilakukan melalui indoor dan outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Perbedaannya dengan training spiritual yang sejenis terdapat dalam penambahan aktivitas permainan yang dilakukan diluar kelas atau outbond dan adanya aktivitas solo camp dihutan, seperti penjelasan dari salah seorang peserta CMT Ibu Deliani Wahida Noor sebagai berikut : “Kebetulan saya sudah pernah mengikuti training seperti ini, saya alumnus ESQ Ary Ginanjar Agustian. Mereka punya 12 konsep juga untuk manusia. Dan dalam mengikuti Training Celestial Management kemaren saya tidak begitu kaget karena saya sudah pernah ikut program sejenis. Pada dasarnya konsep yang disajikan sama yaitu untuk menciptakan insan manusia yang lebih baik. Pointnya 79
Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 80 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 81 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
sama example : kalau di ESQ disebut Zero Main Proses, sedangkan CMT disebutnya Zero Base. Perbedaanya ESQ 2 hari dengan permainan dan simulasi dilakukan dikelas, kalau CMT permainan dilakukan diluar plus ada solo camp.”82 Lalu, bagaimana maksud dan tujuan training celestial management yang dilakukan melalui indoor dan outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Berikut kutipan wawancara dengan sejumlah key informan, yang pertama menurut Bapak Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer sekaligus kru BMI, seperti berikut : “Kenapa dikelas supaya biar lebih focus. Karena kita menggunaka audiovisual dan sound system. Outbond untuk membentuk satuan tim jadi kru bisa lebih solid karena mereka bisa mengenal satu sama lain. Contohnya “Game bos berkata” intinya biar bagaimanapun segala sesuatu itu kan ada pemimpinnya dan kita harus mendengarkan perintah pimpinan, tapi perintah yang tidak melanggar syariah, kalau perintahnya berbuat maksiat tidak kita ikuti. Intinya dari outbond tersebut lebih kepada team building. Kekompakan team itu dalam outbond itu kelihatan bagaimana cara orang melakukan koordinasi itu kan cerminan dalam dia bekerja. Istilahnya supaya kita bisa menilai diri sendiri melatih kepribadian, mental dan melihat karakter. Solo camp Kita membawa peserta ke hutan, gunung, bukit, lalu mereka berkemah dan membuat tenda sendiri-sendiri nah pada saat mereka berkemah itu lah harapanya bisa membuat rencana, merenungkan sesuatu karena ada tugas-tugas yang mereka kerjakan. dibantu dengan alat-alat seperti lilin, permen, garam, dan tenda. Itu adalah sarana kontemplasi dan muhasabah, kan ditengah malam. Sedangkan Aktifitas spiritual, Maksud dan tujuannya Untuk meningkatkan kualitas ibadah supaya seragam. Mungkin ada sebagian orang dengan tidak terbiasa dengan tahajud jadi terbiasa, tidak biasa bangun subuh jadi terbiasa. Kru muamalat kan harus begitu.”83
Menurut penuturan dari Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT sebagai berikut : “Didalam kelas, sebenarnya bisa dilakukan diluar kelas Cuma kadangkadang resikonya seperti resiko hujan sedangkan kita menggunakan peralatanperalatan elektronik. Makanya lebih sering dilakukan didalam kelas, selain itu kalau diluar kelas focus peserta akan terpecah. Outbond itu sebenarnya isinya permainanpermainan dan juga bagian dari materi sharing PIKR atau berbagi informasi. Nah 82
Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 83
misalnya didalam permainan BOOM itu kan ada team, team 1 dan team 2. Nah bagaimana sih antar team berbagi informasi antar pesertanya dalam satu team. Dari permainan dalam outbont tersebut nantinya dapat dilihat dalam lingkup pekerjaan juga akan kita temui seperti itu. Artinya dalam satu team kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Harus ada kekompakan dalam berbagi informasi agar misi bersama dapat kita wujudkan. kita lihat dalam konteks lebih kecil permainan seperti itu. Dalam solo camp di situkan ada isi-isian menuliskan tentang bagaimana rencana kita kedepan, tentang pengenalan diri sendiri, apa kelemahan dan kelebihan kita dan lain sebagainya. Disitu kita harus jujur, ngobrol dengan diri sendiri trus ditulis dalam tulisan-tulisan yang jujur juga. Solo camp ini kan ditempatkannya ditempat yang sunyi, sepi, sendiri. Disitu kita juga diharapkan kita mampu merasakan gimana sih kalau kita hidup sendiri, dalam keadaan serba terbatas serba ketakutan. Nah perasaan-perasaan seperti itu kan jarang kita rasakan tapi kalau kita masuk dalam kondisi seperti itu bagaimana. Disitu terlihat mau kemana arah hidup ini. Mungkin Richi sendiri sekarang masih bingung mau kemana arah hidupnya, he..he.. Dan hanya kepada Allahlah kita memohon petunjuk untuk diarahkan jalan hidup kita yang baik dunia dan akheratnya. Seperti itu. sedangkan Aktifitas spiritual? Maksud dan tujuannya? Aktifitasnya secara keseluruhan..semua aktifitas spiritual. Karena isinya juga mengenai nilai-nilai spiritual semua. Tapi lebih khususnya malam itu, dalam Qiyamulail, belajar ceramah. Ceramah itu biasanya Chi.. ada nantinya dari masingmasing kelompok ditunjuk siapa yang menyampaikan ceramah untuk kita semua ya semacam curhatlah ceramah kecil-kecilan.”84
Ditambahkan oleh keterangan dari Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut : “Aktivitas training tersebut kenapa dilakukan didalam kelas maksud dan tujuannya ya itu hanya menyangkut metode pengajarannya saja. Outbond Untuk simulasi dari materi-materi yang disampaikan didalam kelas. Solo camp maksud dan tujuannya untuk Muhasabah, hidup ini mau kemana? Apa yang aku cari. Setelah kita melakukan pencerahan terhadap hidup melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut kita suruh anda untuk berfikir dimalam yang gelap yang hanya diterangi lilin, dingin, sepi, dan sendirian. Sedangkan Aktifitas spiritual maksud dan tujuannya Muhasabah juga intinya.”85
Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya :
84 85
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran
“Kalau di kelas aku rasa untuk pemberian materi 3 ranah 12 atribut Zikr,Pikr,Mikr itu ya. Kenapa di kelas mungkin untuk pembelajaran materi dan untuk lebih focus karena mereka kan menggunakan audiovisual. Kalau aku lihat dalam outbont itu kan kita dibagi beberapa team, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan baik dengan team dan nantinya may be bisa di aplikasikan di dunia kerja, dan permainan-permainan yang ada di dalam outbont kemeren merupakan simulasi dari materi yang disampaikan didalam kelas. Solo camp maksud dan tujuannya Sebagia suatu ujian agar kita bisa mandiri jadi kita bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain karena dalam waktu-waktu tertentu kita perlu seprti itu. Dan juga keimanan dan kekonsistensian, ketekunan juga dimana kita jadi belajar tidak takut. Karena pengalaman pribadi aku itu sebenernya takut gelap tapi disana aku tidak takut he..he.. padahal itu kan hutan dan kita ditinggal sendiri-sendiri ditengah kegelapan. Jadi ada self inprofment lah. Itu juga bagaimana kita berusaha melakukan sesuatu yang mungkin diluar batas kemampuan kita tadinya kita pikir, tapi ternyata kita bisa melakukanny. Aku kan tidak pernah ikut camping dan aku pikir aku berhasil dan panitianya juga berhasil, he.he.. Sedangkan Aktifitas spiritual untuk mendisiplinkan kita dalam beribadah, karena kadang kal kita tidak disiplin dengan ibadah-ibadah apaligi ibadh sunah seperti sholat tahajut. Dalam training kemaren kita dibangunin jam 3 pagi untuk berkumpul bersama dan melalkukan ibadah sholat tahajut, sholat subuh, baca Al Qur’an dan ceramah. Maksudnya aktifitas-aktifitas itu harus kita lakukan tidak hanya dalam training saja tapi ketika kita sudah selesai training aktifitas-aktifitas tersebut juga harus rutin dan disiplin kita jalankan karena kita adalah kru BMI dan harus bersikap syariah juga, aku rasa begitu”.86
Terakhir menurut Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “Didalam kelas, Untuk pemahaman lebih secara visual, audiovisual dan perasa. Kalau itu dilakukan diluar mungkin tidak memberikan efek yang diharapkan. Outbond Maksud dan tujuannya saya rasa untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang disampaikan dikelas melalui permainan outbond. Solo camp maksud dan tujuannyaMungkin lebih kepada tafakur alam, jujur saya pribadi kurang setuju karena mungkin disini saya lebih subjektif karena saya memang agak penakut he…he.. tapi konsepnya baik-baik aja ya hm…menggambarkan kita mendengar tasbih alam semesta. Sedangkan Aktifitas spiritual maksud dan tujuannya ya agar kita lebih disiplin dalam beribadah kepada allah SWT.”87
86
Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 87 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian materi didalam kelas agar peserta bisa lebih focus pada semua materi yang disampaikan oleh para traineer karena mereka menggunakan media audio visual. Permainan outbond bertujuan untuk mengaplikasikan konsep-konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut didalam permainan dengan membentuk satuan tim jadi kru bisa lebih solid karena mereka bisa mengenal
satu sama lain. Solo camp maksud dan tujuannya untuk Muhasabah, setelah para kru melakukan pencerahan terhadap hidup melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut kru disuruh berfikir dimalam yang gelap yang hanya diterangi lilin, dingin, sepi, dan sendirian. Sedangkan Aktifitas spiritual intinya muhasabah dalam hal ibadah.
4.3.3
Content Strategi komunikasi yang ketiga menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center ,
Glen M. Broom adalah Content ( isi ) Pesan harus memiliki arti bagi penerimanya. Isi
pesan akan menentukan audience. Didalam training celestial manajement tersebut isi dari pesan komunikasi harus ada dan dapat diterima dengan baik oleh karyawan, karena isi pesan tersebut akan menentukan audience. Pesan-pesan yang disampaikan CMT merupakan suatu sarana untuk mentrasnferkan budaya BMI melalui konsep celestial management kepada kru BMI. Mengajak kru BMI untuk mengerti konsep syariah dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari karena BMI adalah bank syariah dan tentunya para krunya pun harus bersikap syariah pula. Seperti penjelasan berikut yang dikatakan oleh Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi, selaku Traineer sekaligus kru BMI : ” Pesannya seperti yang ada dalam 3 ranah dan 12 atributnya yaitu konsep Zikr, Pikr, Mikr. Karena CMT merupakan sarana untuk mentrasnferkan budaya BMI
melalui konsep celestial management kepada kru BMI …. Zikr, Pikr, Mikr itu yang ingin kita sampaikan kepada mereka.”88
Sama halnya dengan jawaban Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi diatas Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT menambahkan sebagai berikut : “Isi pesannya adalah pertama secara garis besar tentu menyampaikan 12 atribut itu. Yang kedua ingin menyampaikan bahwa kita perlu management hidup,...”89 Dari Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut : “Mengetahui makna hidup dan tujuan hidup melalui Zikr, Pikr, Mikr.”90
Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “Kita harus mengerti konsep syariah melalui konsep Zikr,Pikr,Mikr dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari dan di dunia kerja BMI karena ini berhubungan dengan budaya perusahaan BMI”91 Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “Untuk menyampaikan konsep Zikr, Pikr, Mikr itu. Jadilah manusia yang baik secara moral, etika, skill, dan attitude.”92 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa isi pesan yang ingin disampaikan dalam CMT tersebut adalah untuk pertama secara garis besar tentu 88
Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 89 Hasil Wawancara dengan Bapak Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 90 Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran 91 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 92 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
menyampaikan 3 ranah dan 12 atributnya yaitu konsep Zikr, Pikr, Mikr yang kedua ingin menyampaikan bahwa kru perlu memanagement hidupnya dengan mengerti konsep syariah, melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari dan di dunia kerja BMI. Karena CMT ini sebagai sarana untuk menyebarkan atau mentrasfer budaya perusahaan BMI kepada karyawan. Lalu bagaimana strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan CMT agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan, Berikut ini penjelasan Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : “Dapat dipahami dengan baik tentu kita menampilkan Audiovisual, ada potongan-potongan film, contohnya Zero Base itu seperti apa sih Gitu kan, ada gambarnya, ada filmnya sehingga barangkali dari trainernya kurang dipahami tentu kan ada gambar-gambar paling tidak bisa dipahami oo…Zero Base itu seperti ini. Ya seperti itulah setiap 12 atribut itu kita ada slide-slide yang paling tidak bisa mewakili definisi dari nilai-nilai itu. Ada gambarnya, ada filmnya, trus kalau dari al Qur’annya ada firman-firman dan hadistnya. Sehingga peserta diharapkan mampu memahami dengan baik 12 atribut itu kalau bisa dipahami kan bisa dilaksanakan dalam kesehariannya tidak salah menafsirkannya. Kemudian juga melalui naysidnaysid yang di senandungkan karena naysid itukan punya pengaruh dalam penyampaian konsep-konsep Celestial Management. Contohnya naysid Ar Ruhul Jadid yang artinya yaitu semangat baru.”93
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi :
” Pembelajaran lewat mata, telinga, gerakan. Dengan mata telinga melalui pemberian materi dikelas, lewat film, slide, cerita audiovisual. Dengan adanya game, solo camp, sholat tahajut itu dari sesi lewat gerakan jadi kita pakai ketiga itu. Orangkan dengan gerakan baru bisa mengerti, ada yang visual dengan melihat, ada dengan telinga yaitu pemaparan instruktur sehingga lengkap semua prosesnya, lengkap semua tujuannya agar dapat mengambil maanfaat atau ibroh dari CMT.”94
93
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka
94
Ditambahkan oleh keterangan dari Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut : “Melalui Film, slide, music, simulasi, ya metode belajar aja. Supaya temanteman itu lebih paham. Sebetulnya diterangin dikelas aja bisa ga?bisa. diterangi ga ada film akhirnya apa? Bosan…! Saya punya kesan, contohnya bunga yang dikasih seseorang bisa mewakili 1000 ucapannya. Begitu juga seperti film yang diputar dalam CMT bisa mewakili 1000 mungkin perasaan kita didalam itu karena orang akan lebih ingat dari melihat langsung. Makanya kita menggunakan film. Pola komunikasi aja itu. Simple aja. Contoh seperti olimpiade cacat, saya setiap kali membawakan materi itu selalu merinding, karena itu mewakili seluruh perasaan saya.”95 Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, menambahkan : “Dari yang kemaren itu ada dua cara yaitu melalui Indoor dan Outdoor. Indoor dikelas dengan mendengarkan materi, kisah, film, slide, dan nasyid. Sedangkan Outdoornya ada aktivitas outbond ditaman dan juga terakhir ada solo camp dihutan. Saya rasa semua kegiatan tersebut satu konsep penyampaian dari Zikr, Pikr, Mikr itu tadi.”96
Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “Menurut aku pemberian materi di indoor dan outdoor melalui Audiovisual, film,slide, cerita-cerita, simulasi uotbond, dan solo camp.”97 Dengan demikian, strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan CMT agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan dilakukan dengan pemberian materi di indoor dan outdoor melalui pembelajaran lewat mata, telinga, dan gerakan, yakni pemberian materi dikelas, lewat film, music, slide, cerita audiovisual, permainan game pada
95
Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, kru BMI sekaligus peserta CMT 97 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 96
outbond, muhasabah dengan solo camp dan aktivitas spiritual dengan sholat tahajud. Sehingga peserta diharapkan mampu memahami dengan baik 12 atribut tersebut dan bisa dipahami serta dilaksanakan dalam kesehariannya tidak salah menafsirkannya Dari hasil observasi penulis menangkap pesan lain yang ingin disampaikan oleh YPCM yaitu training celestial management tersebut dimaksudkan sebagai upaya menurunkan visi langit melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr seperti mengajak kru menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat melalui God Corporate Governance dan berjuang serta bergerak menegakkan ekonomi Islam. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer sekaligus kru BMI,
berikut ini keterangan yang disampaikannya: ” Ya benar. Kita tidak hanya pada Good Corporate Governance kalau pada Good Corporate Governance pengawasan ada pada manajemen, ada pada peraturan. Kalau BMI pengawasan bukan hanya sekedar itu kan pengawasan sudah pasti dari Allah SWT sendiri lah makanya God Corporate Governance bahwa allah itu melihat kita, itu aja jadi kita ga mungkin macem-macem itu maksud dari God Corporate Governance jadi bukan karena masalah aturan tapi kita diawasi langsung oleh Allah jadi bukan karena CCTV atau apa. Implikasinya dalam dunia kerja kita kan jadi tidak mau berbuat curang, jahat. Ya namanya kita bank berhubungan dengan uang jadi semua kru tidak mau mencuri tidak mau menggelapkan uang nasabah dan segala macamnya. Berjuang dan bergerak untuk ekonomi Islam contohnya berjuang melawan riba….”98
Dibenarkan oleh keterangan dari Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut : ” Betul. Sebetulnya kamera CCTV tidak perlu dibuat, buat apa? Rakib dan Atib udah ada kok dikanan kiri kita, lebih canggih kameranya. Tapi kadang-kadang itu kurang kita pahami. Itu yang kita sampaikan kepada teman-teman. Kalau hitung duit jangan diselipinlah satu-satu. Kamera ini (CCTV) mungkin rusak, mati lampu tapi kamera Allah ga pernah rusak ..kita kerja dengan sungguh-sungguhlah kalau 98
Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka
pimpinan ga ada jangan males-males. Kita kan kerja untuk ibadah, tidak hanya untuk materi semata. Dengan berjuang dan bergerak menegakkan ekonomi Islam.”99 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bpk. Apep Zuhdi selaku staff YPCM
sekaligus panitia pengelola CMT : “Kalau Good Corporate Governance perusahaan atau organisasi berjalan dengan baik melalui pengawasan manusia. Kalau God Corporate Governance lebih kepada pengawasan tingkat tinggi bagaimana orang itu bisa melakukan suatu pekerjaan dengan lebih baik tidak hanya karena aturan-aturan yang dibuat dalam suatu organisasi tapi memang dalam dirinya ada tuhan yang mengawasi secara langsung. Jadi yang ingin kita ciptakan itu tidak hanya Good Corporate Governance tapi juga God Corporate Governance. Apa lagi kita perbankan syariah jadi kalau sekarang sudah tertanam God Corporate Governance dalam diri setiap kru mau tidak mau ada pengawasan atau tidak ada pengawasan dia akan bekerja dengan lebih baik. Begitu. BMI dulu didirikan dengan susah payah dan dulu kan tidak ada bank syariah gitukan. Ya tentukan banyak orang-orang Islam yang berjuang habis-habisan ingin mendirikan BMI ini, terus pas berdiri tahun 1998 ada krisis ekonomi kan dan banyak dari kru–kru bekerja betul-betul untuk perusahaan agar berdiri. Kalau sekarang semua kru harus lebih semangat lagi didalam memperjuangkan perekonomian bebas ribawi.” 100
Dalam kesempatan wawancara dengan peserta CMT, penulis juga menanyakan pendapat mereka mengenai hal diatas, berikut ini penjelasan yang disampaikan Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, yaitu sebagai berikut: “Kalau menurut saya, kita berusaha menyatukan visi bahwa bekerja bukan hanya untuk perusahaan apalagi kita adalah perbankan syariah. Tentunya kita bekerja untuk Allah tentunya kita bekerja lebih baik lagi. Implikasinya begini kalau kamera CCTV digunakan di ATM untuk perlindungan tapi kalau kamera Allah ada dimana mana. sedangkan.., berjuang dan bergerak dengan memperkenalkan dan membuat nasabah percaya bahwa landasan syariah memang itulah yang terbaik. karena kita kan berjuang demi ekonomi umat.”101
99
Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 101 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 100
Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : ” Iya betul, karena BMI adalah bank syariah yang berdasarkan prinsipprinsip Islam dalam bertransaksi. Dimana aturan manusia tidak lah sempurna karena dalam Good Corporate Governance aturan yang dibuat berdasarkan pengawasan manusia yang tidak sempurna dan abadi, tapi kalau aturan Allah atau God Corporate Governance Dia bisa mengawasi kita dimana saja dan kapan saja, ya maha sempurna dan abadilah. Berjuang dan bergerak untuk melayani nasabah dan mmajukan perusahaan dengan cara-cara syariah.”102
Dengan demikian, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan sejumlah key informan diketahui bahwa YPCM berusaha mengajak para peserta untuk menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat melalui God Corporate Governance dan berjuang serta bergerak menegakkan ekonomi Islam melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr. Dari sisi peserta, mereka juga menyadari hal tersebut karena BMI adalah bank syariah yang menjalankan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip Islam dalam bertransaksi.
4.3.4
Clarity Strategi komunikasi yang keempat menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center ,
Glen M. Broom adalah Clarity (kejelasan) dimana Pesan harus mempergunakan kata-
kata atau istilah-istilah yang sederhana. Kata harus sama artinya bagi penerima dan pengirim, dengan demikian maksud akan menjadi lebih jelas dan dimengerti. Sehingga training celestial management dapat dipahami secara jelas oleh peserta training. Lalu bagaimana kejelasan yang diberikan oleh YPCM dalam trainingnya
102
Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
kepada peserta CMT, berikut penjelasan Bpk. Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : ” Dengan menempatkan data-data penunjang. contohnya potongan film, slide, naysid, dan data-data yang ada di BMI seperti cerita-cerita nyata dari BMI atau dari luar BMI contohnya cerita pak Asep. Nah itu supaya apa yang ingin kita sampaikan jelas dan mampu ditangkap kemudian ada juga data-data dari sejarah bahwa dengan menerapkan 12 atribut tersebut kita akan berhasil dalam hidup dunia dan akherat. Itu semua pelaksanaannya melalui Indoor dan Outdoor dengan penyampain materi dikelas dan dengan simulasi diluar melalui kegiatan outbond dan solo camp.”103 Dari keterangan beliau dapat diketahui kejelasan yang diberikan oleh YPCM tidak hanya dari kata-kata atau istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh peserta tetapi juga dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama training dan dengan data-data dan media-media pendukung lainnya. Hal tersebut dilakukan agar peserta betul-betul mengerti apa yang hendak disampaikan oleh YPCM dalam training celestial management tersebut. Hal tersebut dikuatkan oleh keterangan yang diberikan para traineer, seperti keterangan yang disampaikan oleh Bapak Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer sekaligus kru BMI, sebagai berikut : ” Konsep CMT itu ya kita kemas dalam bentuk training supaya bisa lebih mudah. Training itu ada dalam bentuk Indoor, ada outdoor dan juga solo camp. dalam Indoor ada penayangan film, cerita, gambar, nasyid. Karena orang itu kan bisa belajar dari visual, gerakan atau kinestetik macam-macamlah itu semua kita optimalkan melalui lisan, visual dan juga audio juga ya. Supaya konsep itu bisa jelas. Kalau Cuma baca bukunya aja mungkin masih kurang jelas, makanya langsung diberi contoh, diberi filmnya.”104 Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut: 103
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 104
“Melalui Indoor, Uotdoor, slide, music seperti naysid, film ya semua itu biar mereka lebih paham dan menghayati ajalah.”105 Lalu bagaimana menurut paserta CMT, berikut penuturan Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, yaitu sebagai berikut: “Melalui audiovisual, melalui indra perasa, penglihatan, pendengaran dan juga melalui simulasi. Example : Outbond bagaimana kita berkompetisi, merancang strategi, kerja sama team. Ya bagaimana kita kompak dan menghasilan sesuatu yang baik bersama-sama lah. Kan seperti permainan kemaren yang terkadang kita rela terinjak-injak dan menggendong teman agar apa? Agar kita berhasil dan menang. Dan ada juga melalui film seperti film finding Nemo itu, yang menggambarkan kerja sama dan bagaimana mereka bisa terbebas dari perangkap jaring nelayan, itukan dari komando Nemo dan ayahnya. Juga melalui solo camp merenungkan apa yang telah di dapat dari konsep Zikr, Pikr, Mikr yang disampaikan oleh traineernya. Dan masih banyak yang lainnya”106 Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, berikut penjelasannya : “Sepertinya dengan menggunakan media audiovisual seperti ada film, slide, naysid, dan cerita-cerita nyata yang berhubungan dengan materi Zikr, Pikr, Mikr itu ya, dan juga melalui simulasi outbond dan solo camp dihutan. “107 Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan sejumlah key informan dapat diketahui kejelasan yang diberikan YPCM agar para peserta memahami konsep celelestial management dikemas dalam bentuk training dengan memadukan metode pelatihan didalam kelas (indoor training) dan diluar kelas (outdoor training activity). Dimana dengan memberikan materi-materi Zikr, Pikr, Mikr melalui media film, slide, cerita kisah-kisah nyata tentang orangorang yang gigih berjuang dari para traineer pengajar, naysid dan mucis dari 105
Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 107 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 106
soundsystem. Sedangkan diluar kelas dengan memberikan aktivitas outbond dan solo camp dihutan, yaitu simulasi dari materi-materi yang disampaikan didalam kelas melalui permainan di outbond dan muhasabah didalam solo camp. Keseluruhan aktivitas itu di lakukan supaya peserta CMT mengerti maksud dan tujuan dilaksanakan tersebut, karena informasi yang diberikan bersifat kepada tindakan informasi dan mengajak. Seperti aktivitas Outbond bagaimana peserta berkompetisi, merancang strategi, dan bekerja sama dengan team dengan kompak dan menghasilan sesuatu yang baik bersama-sama. Seperti permainan tandu yang menggambarkan implementasi dari konsep Pikr. Disana terlihat kinerja tim tidak hanya ditentukan oleh keunggulan satu-dua karyawan tetapi oleh proses berbagi dan kekompakan mereka menjalankan fungsi masing-masin. Juga melalui solo camp merenungkan apa yang telah di dapat dari konsep Zikr, Pikr, Mikr yang disampaikan oleh traineernya. Kesimpulannya dalam CMT tersebut tidak hanya dari kata-kata atau istilahistilah yang dapat dimengerti oleh peserta tetapi juga dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama training dan dengan data-data dan media-media pendukung lainnya. Hal tersebut dilakukan agar peserta betul-betul mengerti apa yang hendak disampaikan oleh YPCM dalam training celestial management tersebut karena komunikasi bisa bersifat verbal dan non verbal.
4.3.5
Continuity and Consistency Strategi komunikasi yang kelima menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center ,
Glen M. Broom adalah Continuity and Consistency (bersimanbung dan konsisten)
komunikasi merupakan proses tanpa akhir dan pesannya harus konsisten. Komunikasi itu haruslah terus-menerus dan berkelanjutan secara teratur, pemberian pesan yang berulang-ulang (repetition) dengan beberapa kembangan atau variasi akan lebih mengenai terhadap perilaku. CMT yang dikelola oleh YPCM ini telah berjalan cukup lama dan memberikan dampak yang diharapkan, untuk training tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan supaya konsep celestial manajement itu dipahami oleh setiap kru dan kinerja kru sesuai dengan yang diharapkan oleh manajement BMI. Berikut penjelasan Bpk. Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : “Iya terus menerus dan berkesinambungan tentunya. Karena kalau tidak begitu orang-orang akan lupa dengan kata lain kalau ga di Chas batere lagi bisa turunkan semangatnya. Ya paling tidak setahun 2X…”108
Dibenarkan oleh Bapak Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer sekaligus kru BMI yaitu sebagai berikut: “…terus menerus. Paling tidak 1 kali untuk 1 orang kru. Tapi biasanya untuk 1 orang kru bisa lebih dari 1 kali. Karena itu wajib, kalau yang dapat 2 kali bisa jadi jadi atas permintaan cabang atau karena event-event tertentu atau karena ada pendidikan untuk kru yang akan menjadi officer misalnya, nanti dalam officer development program itu ada CMT nya juga. “109
Hal tersebut dikuatkan lagi oleh keterangan yang disampaikan oleh Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI, sebagai berikut : ” …Yes of course, setiap setahun sekali biar direview ulang. Supaya memastikan baterenya di chas seperti direfresh kembali, iman kita naik turun. Sedangkan dikasih penataran saja belum tentu dia bekerja lebih bagus, dichas lagi biar kerja lebih bagus. Belum tentu dia bekerja jujur, dichas lagi biar dia kerja lebih jujur. Ya namanya manusia setan disamping, hari ini training kita nagis-nangis tapi 108
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka
109
pulang dari training kita ketawa-tawa (ha..ha..ha..)karena iman itu kata nabi naik dan turun, kalau naik kita lebih tinggi dari malaikat kalau turun kita lebih hina dari hewan. Makanya kemaren kita contohkan seperti contoh Ustad Abu Bakar Ba’asyir itu.”110 Lalu bagaimana dengan para peserta CMT, berikut kutipan wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI : “Iya.., sekarang lagi di Surabaya. Kayaknya setiap bulannya ada terus. Itu dilakukan supaya konsep Celestial Management itu dipahami oleh setiap kru BMI dan kinerja kru sesuai dengan yang diharapkan oleh manajement.“111 Akan tetapi salah satu dari peserta training Ibu Deliani Wahida Noor mempunyai pendapat yang berbeda, yakni : “Akh… nggak juga tuh, sebab ada teman saya yang sudah dua tahun bekerja tapi baru satu kali mengikuti CMT pas pertama kali masuk. Tidak ada pengulangan kembali sampai sekarang “112 Pendapat Ibu Deliani Wahida Noor bisa dipahami sebab untuk saat ini BMI sedang disibukkan dengan pembukaan 20 cabang baru se-Indonesia,
jadi
kemungkinan untuk saat ini para kru yang sudah mengikuti CMT belum bisa untuk mengikuti training ulang. Seperti penjelasan dari Bpk. Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : “.. ada yang direchas lagi tapi untuk saat ini belum dilakukan kembali untuk kru yang sudah ikut karena kita lagi membuka 20 cabang untuk kru baru saja masih banyak yang belum mengikuti CMT ini tapi setiap bulannya kita melakukan traning.”113 Dalam menyampaikan CMT dibutuhkan variasi agar peserta tidak jenuh dan program training tidak monoton dan lebih mengena kepada maksud dan tujuan
110
Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 112 Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 113 Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 111
diadakan training celestial manajement tersebut, hal tersebut dijelaskan oleh Bpk. Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT, sebagai berikut : “Menyampaikan materi Celestial Management melalui konsep Zikr,Pikr,Mikr dikelas ditambahkan game, film, slide, naysid, cerita-cerita nyata yang menerangkan konsep dari Zikr,Pikr,Mikr tersebut diiringi soundsystem, lalu kita beri implementasinya diluar melalui permainanan outbond dan solo camp di hutan. “114 Bpk. Darwis S. Lubis menambahkan tentang hal ini, seperti berikut : “Kita selalu meng update materi. Kalau ada film-film bagus tentang Islam kalau ada cerita-cerita baru lagi tentang orang-orang yang gigih berjuang kita up date, biasanya begitu . memperbarui materi, meng up date materi.”115 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi :
“Dengan film, game, audiovisual, ada solo camp jawaban sama kayak yang tadi, he.. he.“116
Kemudian apa tanggapan dan masukan dari para peserta CMT tersebut, berikut pernyataan dari Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI : “Dari yang aku ikutin kemaren mungkin variasinya dari film, slide dan cerita barangkali ya. Tapi mungkin untuk selanjutnya bisa menggunakan silmulasi atau acting dari peserta atau panitia tentang konsep dari materinya, dan juga kalau bisa trainernya ada yang perempuan karena yang kemeren trainernya cowo’ semua ya he..he..”117
Ditambahkan oleh keterangan Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, yaitu sebagai berikut: “Mungkin untuk selanjutnya variasinya perbaikan dari aplikasi-aplikasi seperi film agar lebih mengena lagi dan bahan-bahan penunjang lainya perlu 114
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran 116 Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 117 Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka 115
disempurnakan. Tapi untuk masukan, saya disini tidak bermaksud untuk membanding-bandingkan ya tapi bisa untuk masukan bagi YPCM. Saya ikut ESQ tahun 2004 dan sampai sekarang tahun 2009 ini perkembangan modul penunjang sudah sangat pesat dan luas. Saya rasa mungkin orang YPCM pernah ada yang ikut ESQ juga begitu ya. Ya saya bilang itu perlu dikembangkan lagi, biar lebih menggugah lagi. Mungkin dari cara penyampaian, cara berbicara, intonasi. Gimana caranya mengena bukan hanya mengerti. Karena itu cukup penting menurut saya karena membawa orang untuk terhanyut itu tudak mudah. Apa lagi kita berbicara tentang agama kan biasanya orang akan bilang “akh.. gw lebih pinter, akh…gw lebih tahu..” ya gimana caranya lebih menggugah perasaan orang “118 Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan sejumlah key informan, dapat disimpulkan bahwa training celestial management dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, supaya para kru PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, (BMI) selalu ingat dan paham akan konsep-konsep celestial management yang nantinya akan berpengaruh pada kinerja dan nilai-nilai perusahaan. Terutama untuk event-event tertentu atau karena ada pendidikan untuk kru yang akan
menjadi officer seperti, officer development. Dalam pemberian CMT diberikan variasi agar training tidak monoton dan lebih mengena pada maksud dan tujuan dari training tersebut.
4.3.6
Channels Strategi komunikasi yang keenam menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center ,
Glen M. Broom adalah Channels (saluran), saluran komunikasi atau media yang
dipergunakan hendaknya cocok atau tepat, dan sudah biasa pula dipergunakan oleh si penerima pesan. Saluran yang berbeda memiliki efek yang berlainan dan berbeda pula.
118
Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
Dalam menyampaikan CMT, YPCM harus menyiapkan saluran komunikasi atau media
yang biasa digunakan dalam training dan mempunyai efek yang
diharapkan. Berikut penjelasan Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : ”Visual seperti : materi CMT, film, slide, Audiovisual seperti : soundsystem, music nasyid, cerita dari trainer, lalu ada banner, laptop, juga dari name take peserta, buku “the celestial manajement”, baju yang dikenakan peserta, dan slayer. …Efeknya Sejauh ini sudah seperti music misalnya, kita berikan untuk menunjang efek suasana yang ingin diciptakan jadi tidak ada suara-suara lain yang didengar peserta dan efeknya peserta jadi lebih focus. Jika kita ingin menciptakan suasana yang sedih kita kasih music yang sedih sehingga peserta lebih terhanyut. Begitu juga dengan media-media yang lainnya.”119 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi :
” Medianya kita pakai Audiovisual, buku, name tax, komputer, sound system. Sejauh ini memberikan efek yang diharapkanlah, insya allah.”120
Hal tersebut dikuatkan lagi oleh keterangan yang disampaikan oleh Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI, sebagai berikut : “Soundsystem, komputer, buku, name tax, banner, slayer dan baju untuk memastikan ke panitia takut salah nanti disangkain orang kampung lagi he..he.. Supaya lebih efektif aja. Kalau pesannya tidak tersampaikan secara maksimal di materi training atau kalau pas materi itu anda ngantuk bisa baca bukunya lagi. Atau anda males baca bukunya ikut materi nya saja. Metode belajar sajalah itu. Kalau efeknya saya rasa lebih mengena tergantung kepada personalnya. Itu saya bilang tadi saya kalau film lebih mengena, film itu bisa mengungkapkan seribu perasaan kita disbanding seribu slide yang ditayangkan. Supaya lebih efektif saja.“121 Bagaimana kesaksian peserta CMT, berikut yang disampaikan oleh Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, yaitu sebagai berikut:
119
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 121 Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran 120
” Kemaren mereka memakai Soudsystem, tapi layarnya hanya pake dinding ya, semestinya harus pake layar ya kalo saya boleh saran he..he…trus pake audiovisual, buku The Celestial Management, laptop, name tax, LCD, banner, baju, slayer. Kalau efeknya Semestinya iya, tapi kalau bagi saya kurang he…he..masih kurang menampar he..he…kalau di ESQ mereka bisa menggunakan layar 5X6 dengan suondsystem 20-40 Ribu.”122
Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku peserta CMT sekaligus kru BMI : ” Audiovisual film, slide, music nasyid, buku “the celestial management”, cerita kisah nyata, banner, baju dan slayer. Kenapanya…mungkin seperti film Finding Nemo itu, mereka kan terjaring oleh nelayan tapi dengan kerja sama team akhirnya mereka bisa bebas itukan perumpamaan dari konsep Mikr. Kalau bagi saya sudah bisa memberikan efek yang diharapkan, karena sudah cukup jelas untuk memahami konsep Celestial Management tersebut.”123
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan saluran
komunikasi atau media yang digunakan YPCM sangat berpengaruh bagi kru BMI selaku peserta dalam CMT. Jadi YPCM menggunakan media yang dapat menunjang efek yang diharapkan yaitu melalui visual dan audiovisual, seperti suara dari soundsystem diberikan untuk menunjang efek suasana yang ingin diciptakan jadi tidak ada suara-suara lain yang didengar oleh peserta dan efeknya peserta jadi lebih fokus. Begitu juga dengan media-media yang lainnya.
4.3.7
Capability of Audience Strategi komunikasi yang ke tujuh menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center ,
Glen M. Broom adalah Capability of Audience (kesanggupan khalayak) dimana
122
Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
123
komunikasi harus memperhitungkan kesangggupan khalayak (audience). Seperti ketersediaan, kebiasaan, kemampuan membaca dan pengetahuannya. Dalam hal ini training celestial management yang dilakukan oleh YPCM harus memperhatikan kemampuan peserta training baik dari segi skill maupun dari segi fisik peserta, agar komunikasi yang dilakukan dapat menjadi efektif dan tujuan training dapat dicapai. Lalu sampai sejauh mana kesanggupan peserta CMT dan dampaknya bagi peserta sebelum dan sesudah training, berikut keterangan Bpk Apep Zuhdi selaku staff YPCM sekaligus panitia pengelola CMT : “Rata-rata sih mengikuti aja, masalah mereka sanggup ga sanggup ya tidak tahu juga ya, tapi yang jelas ikut terus kecuali ada yang sakit ada dispensasinya. Dampaknya, ya tentukan tinggal bagaimana dia mampu merealisasikan materi-materi itu dalam pekerjaannya dan kehidupannya, karena kita sudah memberikan ilmu mengenai Celestial Management atau management langit. Ya tinggal tergantung manusianya lah.he..he..”124 Bpk. Darwis S. Lubis selaku Traineer sekaligus kru BMI, sebagai berikut : ” Ya harus sanggup harus mampu, kan wajib. Makanya kalau ada peserta yang agak ngantuk-ngantuk yang agak pingsan-pingsan ya harus ditahannin. Karena dia kalau tidak ikut tidak lulus dia 7 kefasihan. Ya bagusnya anda Tanyakan kekaryawan.. karena belum ada riset tentang itu. tapi kalau dia betul-betul mengikuti pasti.. mungkin dia mendapatkan sepercik cahaya. Tapi kalau dia biasa-biasa ya seperti training biasalah. Ada yang berubah, ada ga berubah, ada yang kecapek an. Ya tergantung niatnya.”125 Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi selaku Traineer sekaligus kru BMI, sebagai berikut : ”Wah itu harusnya Tanya ke karyawannya langsung ya he..he.. tapi semua karyawan BMI harus sanggup, harus sanggup. Dalam dan setelahnya, Kalau mau jadi kru muamalat harus sanggup kalau tidak sanggup tidak usah jadi kru muamalat. Sejauh ini sih Insya Allah sudah nampaklah walaupun mungkin ya masih terus membutuhkan perbaikan. Bisa kita lihat dari kultur BMI sekarang alhamdulillah dari segi kebijakan manajement sekarang mendesain musholla didepan, tidak lagi pake dasi tapi pakai baju koko, termasuk sholat berjamaah didepan konter, artinya 124
125
Hasil wawancara dengan Bpk. Apep Zuhdi, 27 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka Hasil Wawancara dengan Bpk. Darwis S. Lubis, 26 Mei 2009 di Ka Cab BMI Pancoran
kebijakan-kebijakan BMI mendukung CMT. Tidak boleh merokok, kita adakan doa pagi dan sore dampaknya maunya kan secara duniawi dan ukhrowi, ruang kerja tanpa sekat dan keterbukaan dalam memberikan informasi. Dari performa kita sekarang lebih baguslah banyak bank yang goncang alhamdullilah kita tidak sampai begitu. Artinya dampak itu dapat dilihat juga dari keuangan, lalu dari sisi aplikasinya tadi itu meskipun belum semua tapi kita sudah mengaplikasikannya,.kita pengen menjelaskan konsep CMT itu.“126 Dari ketiga penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peserta CMT harus sanggup dalam menjalankan training tersebut kecuali jika ada peserta yang sakit ada dispensasinya dari pihak YPCM. Hal itu dilakukan karena training celestial management merupakan training wajib yang harus dijalankan oleh semua kru PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). Dampak dari training tersebut tergantung kepada peserta CMT itu sendiri bagaimana mereka merealisasikan konsep-konsep celestial management dalam kehidupan mereka. Lalu, jika dilihat dari sisi peserta CMT bagaimana kemampuan para peserta training sendiri dalam dan setelah menjalankan training serta dampaknya bagi mereka, berikut adalah keterangan yang disampaikan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen selaku
peserta CMT sekaligus kru BMI: “Kalau dalam Celestial Management Training ga sanggup setelah itu…lumayan jontor habis he..he.. pas solo camp aku kan dari kesehatan juga ga begitu bagus ga bisa nanjak trus jantung aku juga kurang bagus juga tapi alhamdullillah aku dapat kekuatan dari mana. Itu semua sudah diluar kemampuan aku tapi allhamdulillah disana itu dengan pertolongan Allah aku bisa melewati itu. Setelah menjalankan CMT dampaknya mungkin kepemahaman diri, lebih PD, lebih sadar ketika kita susah kita ga hanya bergantung pada orang tapi mungkin kita harus lebih banyak berdoa. Tapi kalau implikasinya kedunia kerja tidak terlalu signifikan dampaknya karena aku sudah biasa bekerja ya. Jadi ga ada perubahan drastis dari hasil itu.”127 126
Hasil Wawancara dengan Bapak Ardhiansyah Rakhmadi, 25 Mei 2009 di kantor pusat BMI Arthaloka 127
Hasil Wawancara dengan Ibu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, 10Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
Kemudian menurut Ibu Deliani Wahida Noor selaku peserta CMT sekaligus kru BMI, yaitu sebagai berikut: “ Kesanggupanya…..ya sanggup-sanggup aja, Cuma andai-andai dikasih waktu istirahat agak banyak dikit he…he..cape bu...!! waktu yang kurang dan kelelahan yang luar biasa… Setelah trainingnya saya baru mengalami perubahan dalam diri saya terutama dalam hal spiritual. Jadi lebih rajin lagi ibadahnya.”128 Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan para peserta CMT dapat diketahui bahwa para peserta CMT kurang sanggup menjalankan sejumlah aktivitas CMT. Tetapi, setelah menjalankan training dampaknya bagi mereka cukup memuaskan baik dasi segi pemahaman diri dan dalam hal spiritual. Namun belum memberikan dampak yang signifikan dalam pekerjaan bagi salah satu peserta CMT. Namun jika dilihat dari maksud dan tujuan panitia mengadakan training tersebut dilakukan selama 2 hari 2 malam yaitu untuk melatih para peserta atau kru BMI dalam dunia pekerjaan, sehingga mereka harus tahan terhadap rasa capai, letih, dan mentalpun harus kuat.
4.4 Pembahasan Pada sub bab berikut ini peneliti
akan membahas lebih dalam tentang
penelitian yang berjudul “Strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training Celestial Mangement kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) Periode tanggal 15-17 Mei 2009” dengan mengkaitkannya dalam ranah ilmu komunikasi dan ilmu public relations. Penelitian yang dilakukan penulis ini mengacu pada teori strategi komunikasi 7’C Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom,
128
Hasil Wawancara dengan Ibu Deliani Wahida Noor, 12 Mei 2009 di kantor Pusat BMI Arthaloka
yakni : Credibility, Context, Content, Clarity, Continuity and Consistency, Channels, dan Capability of Audience. Hasil dari penelitian ini didapat melalui pendekatan kualitatif dengan pelaksanaan observasi partisipan dan wawancara mendalam menggunakan metode triangulasi sumber dengan beberapa key informan, yaitu : Panitia Training Celestial Mangement (CMT) Bpk. Apep Zuhdi, Traineer sekaligus kru BMI Bpk. Ardhiansyah Rakhmadi, Traineer sekaligus kru BMI Bpk. Darwis S. Lubis, dan dua orang dari kru BMI sebagai peserta CMT yaitu Nibrasul Huda Ibrahim Hosen dan Deliani Wahida Noor. Dilakukan dari tanggal 25 Mei 2009 sampai 12 Juni 2009, maka penulis mengidentifikasikan strategi komunikasi apa yang dilakukan oleh YPCM dalam memberikan CMT kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) dalam periode tanggal 15-17 Mei 2009 sesuai dengan teori yang dirumuskan oleh Scott
M. Cutlip, Allen H. Center , Glen M. Broom. Apakah memang masih diterapkan secara total atau sebagian saja atau memang tidak pernah diterapkan dalam memberikan CMT. Selain itu untuk memperkuat argumen, penulis dalam riset kali ini juga menggunakan data primer seperti observasi partisipan penulis dalam CMT tersebut dan data sekunder seperti adanya dokumentasi-dokumentasi perusahaan dan fotofoto training celestial management untuk mendukung pengidentifikasian dari strategi komunikasi YPCM yang ada di lampiran. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengacu pada data primer yang berupa hasil observasi partisipan dan wawancara dari sejumlah key informan dapat diketahui bahwa strategi komunikasi credibility oleh YPCM dilakukan dengan
mengambil traineer-traineer pengajar langsung dari PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) sendiri dan dari hasil observasi partisipan penulis trainer-tainer tersebut terlihat mempunyai kredibilitas dari segi pendidikan dimana mereka adalah alumnus kairo, mempunyai jabatan penting di BMI dan kredibel dalam menyampaikan konsep-konsep celestial management. Sehingga penerima atau komunikan menjadi percaya bahwa
pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif. Jika dalam teorinya menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center , Glen M. Broom Credibility, yaitu Komunikasi dimulai dengan iklim kepercayaan. Komunikasi itu haruslah berlangsung dalam suasana ”percaya”, Penerima harus memiliki kepercayaaan pada pengirim dan pandangan yang tinggi terhadap kompentensi sumber atas subjeknya. Dari strategi komunikasi ini dapat diketahui bahwa strategi YPCM dalam memberikan CMT implementasinya dilihat dari pemberian traineer-traineer pengajar
dari BMI sendiri yang mempunyai kredibilitas untuk menyampaikan CMT kepada kru BMI, hal tersebut dilakukan karena mereka (traineer dan peserta/kru BMI) mempunyai budaya yang sama, visi misi dan tujuan yang sama, selain itu trainertraineer tersebut telah berpengalaman lama di BMI dan mereka sudah menjalani serta paham betul tentang konsep CMT. Disini dapat dilihat bahwa komunikasi yang efektif ditunjukkan dengan kepercayaan komunikan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh komunikatornya mengacu pada suatu kondisi dimana kredibilitas si sumber dapat dinilai dari pengetahuan, keahlian, atau pengalaman si komunikator yang relevan dengan topik pesan yang disampaikannya sehingga penerima atau komunikan menjadi percaya
bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif. Karena lazimnya faktor kredibilitas sumber dapat dilihat dari dua dimensi yang pertama expertise (keahlian/kecakapan) dan yang kedua trusworthiness (kepercayaan) dengan demikian seorang komunikator akan berhasil dalam upaya persuasi yang dilakukan apabila ia dipandang punya pengetahuan dan dinilai jujur, punya intergritas serta dipercaya oleh komunikannya. Dengan demikian strategi komunikasi ini dilakukan oleh YPCM dengan memberikan trainer pengajar dari para kru BMI karena mereka dinilai sebagai orangorang yang memahami konsep-konsep celestial management dan mempunyai intergritas yang tinggi serta dipercaya oleh karyawan sehingga karyawan dapat mempercayai
pesan yang disampaikan oleh YPCM melalui trainernya, sehingga bisa terjadi saling pengertian dan tujuan BMI untuk membentuk karyawan BMI memahami prinsipprinsip syariah BMI pun dapat terwujud. Karena pemilihan trainer yang langsung dari BMI sendiri ditujukan untuk mentrasnfer nilai-nilai dari budaya perusahaan karena mereka mempunyai satu visi, misi dan tujuan bersama. Strategi komunikasi yang kedua menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center , Glen M. Broom adalah Context, yaitu suatu program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan, ada hubungan-hubungan yang menjelaskan suatu pesan. Konteks juga harus menegaskan, bukan menyangkal pesan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis, CMT merupakan suatu sarana untuk mentrasnferkan budaya BMI melalui konsep celestial management kepada kru BMI dan wajib diikuti oleh seluruh kru BMI karena konsep celestial management merupakan salah satu dari 7 kefasihan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seluruh kru BMI, dimana dalam training
tersebut komunikasi yang dijalankan merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh para traineer dengan tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku kru BMI agar sesuai dengan visi, misi, dan budaya BMI. Kontek komunikasinya yaitu dengan memberikan training yang dilakukan indoor dan outdoor seperti pemberian materi celestial management didalam kelas, aktivitas outbond ditaman, solo camp dihutan dan dilengkapi dengan aktivitas spiritual malam. Strategi komunikasi yang ketiga Content, yaitu Pesan harus memiliki arti bagi penerimanya, isi pesan akan menentukan audience. Pesan-pesan yang disampaikan untuk mentransferkan budaya perusahaan BMI dengan mengajak kru BMI untuk mengerti konsep celestial management dan mengaplikasikannya dikehidupan seharihari baik didalam pekerjaan maupun diluar kantor karena BMI adalah bank syariah dan tentunya para krunya pun harus bersikap syariah pula, dimanapun mereka berada karena mereka membawa nama baik perusahaan. Karena tujuan budaya perusahaan adalah melengkapi para anggota dengan rasa (identitas) organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut bersama Isi Pesannya menyampaikan konsep celestial management melalui 3 ranah 12 atributnya yaitu konsep Zikr, Pikr, Mikr. Penerapan konsep ZIKR-PIKR-MIKR yang terangkum dalam pelatihan CMT akan mengubah nilai-nilai, pola pikir, sikap, perilaku, kebiasaan, hubungan kerja antar karyawan serta memiliki semangat dalam kebersamaan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa isi pesan
dari CMT bersifat
pendidikan, emosi, pengetahuan, ajakan dan bujukan menggerakkan peserta atau kru BMI untuk berlaku seperti yang diinginkan perusahaan, dengan tujuan agar tercipta
saling pengertian (mutual understanding) antara BMI dan kru-krunya sehingga kedua belah pihak bisa jalan beriringan dalam satu budaya yang sama. Strategi
komunikasi
yang
keempat
adalah
Clarity,
Pesan
harus
mempergunakan kata-kata atau istilah-istilah yang sederhana. Kata harus sama artinya bagi penerima dan pengirim. Dengan demikian maksud akan menjadi lebih jelas dan dimengerti. Implementasinya dalam CMT tersebut tidak hanya dari katakata atau istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh peserta tetapi juga dari aktivitasaktivitas yang dilakukan selama training dan dengan data-data dan media-media pendukung lainnya. Hal tersebut dilakukan agar peserta betul-betul mengerti apa yang hendak disampaikan oleh YPCM dalam training celestial management tersebut karena komunikasi bisa bersifat verbal dan non verbal. Supaya pesan yang sampaikan dapat dimengerti, komunikator harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang maksudkan oleh komunikator, karena komunikasi bertujuan agar pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan kemudian dilakukan atau dijalankan oleh komunikan. Untuk itu, supaya pesan-pesan tersebut dapat dijalankan, pesan harus disampaikan secara jelas sehingga komunikan mengerti maksud pesan tersebut. Penyampaian pesan itu sendiri sebaiknya dengan cara yang persuasif atau mengajak dan bukan dengan cara pemaksaaan, karena komunikasi tidak bermaksud untuk memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator, melainkan untuk memperoleh pengertian dan
pemahaman bersama. Seperti menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu melalui kegiatan training misalnya. Kejelasan yang diberikan YPCM agar para peserta memahami konsep celelestial management dikemas dalam bentuk kegiatan training dengan memadukan metode pelatihan didalam kelas (indoor training) dan diluar kelas (outdoor training activity). Dimana dengan memberikan materi-materi Zikr, Pikr, Mikr melalui media atau saluran komunikasi seperti film, slide, cerita kisah-kisah nyata tentang orangorang yang gigih berjuang dari para traineer pengajar, naysid dan musik atau suarasuara dari soundsystem. Sedangkan diluar kelas dengan memberikan aktivitas outbond dan solo camp dihutan, yaitu simulasi dari materi-materi yang disampaikan didalam kelas melalui permainan di outbond dan muhasabah didalam solo camp. Keseluruhan aktivitas itu di lakukan supaya peserta CMT mengerti maksud dan tujuan dilaksanakan tersebut, karena informasi yang diberikan bersifat kepada tindakan informasi dan mengajak. Kemudian strategi komunikasi lainnya yaitu Continuity and Consistency (bersinambung dan konsistensi) dimana komunikasi merupakan proses tanpa akhir dan pesannya harus konsisten. Komunikasi itu haruslah terus-menerus dan berkelanjutan secara teratur, pemberian pesan yang berulang-ulang (repetition) dengan beberapa kembangan atau variasi akan lebih mengenai terhadap perilaku. Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dalam hal ini CMT dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi dalam menyampaikan pesannya, dengan cara demikian bisa mempermudah proses belajar,
membujuk, dan mengajak peserta atau kru BMI untuk menjalankan prinsip syariah dalam pekerjaan dan kehidupan mereka. Aktivitas YPCM dalam memberikan
Training celestial management ini
kepada kru-kru BMI sudah berjalan sekitar ± tiga tahun, training tersebut terus diberikan kepada seluruh kru BMI, baik untuk kru-kru yang belum pernah mendapatkan training ini dan bahkan untuk kru-kru yang sudah pernah mengikuti training celestial management ini pun bisa saja diikutkan kembali, seperti untuk eveneven tertentu atau karena ada pendidikan untuk kru yang akan menjadi officer, seperti officer development. Hal ini dilakukan agar kru-kru BMI selalu ingat dan paham akan konsep-konsep celestial management karena akan berpengaruh pada kinerja dan posisi kru di BMI, sebab suatu ketika BMI akan mengadakan debrief dadakan untuk menguji kemampuan kru dalam memahami konsep celestial management ini. Untuk itu masing-masing kru akan mendapatkan pengulangan dalam training celestial managemetn tersebut. Channels atau saluran, saluran komunikasi yang dipergunakan hendaknya cocok atau tepat, dan sudah biasa pula dipergunakan oleh si penerima pesan. Saluran yang berbeda memiliki efek yang berlainan dan berbeda. Ketika proses komunikasi berlangsung, tentunya akan melibatkan empat elemen penting dalam proses komunikasi sehingga bisa terjadi saling pengertian dalam kesamaan makna, terdiri dari : sumber atau komunikator, pesan, saluran, dan komunikan. Pertama-tama komunikan menyampaikan informasi atau pesan baik verbal maupun non verbal yang berupa kata-kata, tulisan, maupun gestura (gerak tubuh) kepada komunikan. Saluran
atau media dalam penyampaian pesan tersebut dapat disampaikan secara langsung (tatap muka) atau melalui media pendukung. Dari hasil observasi dan wawancara penulis dapat diketahui saluran komunikasi yang digunakan oleh YPCM dalam training tersebut seperti Visual, Audiovisual dan gestura. Visual yaitu pemberian materi celestial management, film, dan slide. Sedangkan Audiovisual seperti soundsystem, musik nasyid, cerita kisahkisah oleh trainer. gestura seperti bahasa tubuh traineer dalam menyampaikan materi, aktivitas dalam outbond dan gerakan pada sholat. Media pendukung lainnya seperti banner, laptop, name tax peserta, buku “the celestial manajement”, baju yang dikenakan peserta, dan slayer. Saluran tersebut dinilai bisa menciptakan efek yang ingin di harapkan dan cukup sesuai dengan media training pada lazimnya. Strategi komunikasi 7’C yang terakhir yaitu Capability of Audience (kesanggupan khalayak), komunikasi harus memperhitungkan kesangggupan khalayak
(audience)
ketersediaan,
kebiasaan,
kemampuan
membaca
dan
pengetahuannya. Kesanggupan disini indikatornya, kesanggupan kru atau peserta dalam menjalankan CMT dilihat dari segi skill maupun dari segi fisik peserta, agar training yang dilakukan dapat menjadi efektif efesien dan tujuan dari CMT dapat dicapai. Dari hasil observasi penulis selama mengikuti CMT tersebut dan didukung dengan hasil wawancara penulis dengan peserta training, penulis menyimpulkan bahwa peserta CMT mayoritas kurang sanggup menjalankan sejumlah aktivitas training tersebut dari segi ketahanan fisik peserta, karena waktu 2 hari 2 malam tersebut sepertinya terlalu singkat untuk menyelesaikan seluruh aktivitas training.
Selain itu YPCM juga tidak memberikan roundown acara secara terstruktur dari training yang dijalankan kepada peserta training celestial management, sehingga training tersebut kurang berjalan secara sistematis. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan key informan yang bertindak sebagai peserta CMT dan kru BMI dalam penelitian ini diketahui bahwa dampak atau implikasinya bagi peserta atau kru BMI setelah menjalankan training tersebut dalam dunia kerja tidak terlalu signifikan dan tidak ada perubahan drastis dengan hasil training tersebut, akan tetapi jika dampak terhadap pemahaman diri dan spiritual kru cukup membuahkan hasil dengan diadakan training tersebut. Namun jika dilihat dari maksud dan tujuan panitia mengadakan training tersebut dilakukan selama 2 hari 2 malam yaitu untuk melatih para peserta atau kru BMI dalam dunia pekerjaan, sehingga mereka harus tahan terhadap rasa capai, letih, dan mentalpun harus kuat. Dengan demikian, dari hasil penetian dan wawancara penulis diatas dapat diketahui bahwa strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training celestial berdasarkan strategi komunikasi 7’C Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M.
Broom, yakni : Credibility, Context, Content, Clarity, Continuity and Consistency, Channels, dan Capability of Audience, hanya terdapat satu strategi yang kurang diperhatikan oleh YPCM dalam memberikan training tersebut yaitu Capability of Audience, dalam hal ini kemampuan atau kesanggupan peserta secara fisik dalam menjalankan training celestial management tersebut. Hal itu dapat dilihat dari kurang waktu istirahat peserta dan aktivitas yang harus diselesaikan. Peserta CMT mayoritas kurang sanggup menjalankan sejumlah aktivitas training tersebut dari segi ketahanan fisik peserta, karena waktu 2 hari 2 malam tersebut sepertinya terlalu singkat untuk menyelesaikan seluruh aktivitas training. Lalu dampak atau implikasinya bagi peserta
atau kru BMI setelah menjalankan training tersebut dalam dunia kerja juga tidak ada perubahan yang signifikan dalam kinerja mereka dan tidak ada perubahan drastis dengan hasil training tersebut, akan tetapi jika dampak terhadap pemahaman diri dan spiritual para kru BMI cukup membuahkan hasil dengan diadakan training tersebut. Namun jika dilihat dari maksud dan tujuan panitia mengadakan training tersebut dilakukan selama 2 hari 2 malam yaitu untuk melatih para peserta atau kru BMI dalam dunia pekerjaan, sehingga mereka harus tahan terhadap rasa capai, letih, dan mentalpun harus kuat.
Mungkin dengan berjalannya waktu mereka baru bisa memahami dan mengikuti budaya BMI melalui konsep-konsep celestial managemen dari training yang mereka ikuti kemarin bagi kinerja mereka diwaktu yang akan datang. Karena peserta yang mengikuti CMT ini adalah kru-kru yang baru bekerja di BMI dan masih beradaptasi dengan lingkungan budaya kerja dan budaya perusahaan di BMI.
BAB V PENUTUP Sebagai bagian terakhir dari penyusunan skripsi ini tentang “Strategi komunikasi YPCM dalam memberikan training celestial manajement kepada karyawan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) periode tanggal 15-17 Mei 2009”, akhirnya penulis mempunyai beberapa kesimpulan dan memberikan beberapa masukan ataupun saran sebagai berikut. 5.1 Kesimpulan 1. Credibility (kredibilitas) : Memberikan traineer-traineer pengajar dari PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) sendiri. Trainer-tainer tersebut mempunyai kredibilitas dari segi pendidikan dimana mereka adalah alumnus kairo, mempunyai jabatan penting di BMI dan kredibel dalam menyampaikan konsepkonsep celestial management. Sehingga penerima atau komunikan menjadi
percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif Dengan demikian seorang komunikator akan berhasil dalam upaya persuasi yang dilakukan apabila ia dipandang punya pengetahuan dan dinilai jujur, punya intergritas serta dipercaya oleh komunikannya. 2. Context (konteks) : CMT merupakan suatu sarana untuk mentrasnferkan budaya BMI melalui konsep celestial management kepada kru BMI dan wajib diikuti oleh seluruh kru BMI karena konsep celestial management merupakan salah satu dari 7 kefasihan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seluruh kru BMI, dimana dalam training tersebut komunikasi yang dijalankan merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh para traineer dengan tujuan
untuk mengubah atau membentuk perilaku kru BMI agar sesuai dengan visi, misi, dan budaya BMI. Konteknya yaitu dengan memberikan training yang dilakukan indoor dan outdoor seperti pemberian materi celestial management didalam kelas, aktivitas outbond ditaman, solo camp dihutan dan dilengkapi dengan aktivitas spiritual malam. 3. Content (isi) : Untuk mentransferkan budaya perusahaan BMI dengan mengajak kru BMI untuk mengerti konsep celestial management dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari baik didalam pekerjaan maupun diluar kantor 4. Clarity (kejelasan) : Tidak hanya dari kata-kata atau istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh peserta tetapi juga dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama training dan dengan data-data dan media-media pendukung lainnya. Hal tersebut dilakukan agar peserta betul-betul mengerti apa yang hendak disampaikan oleh YPCM dalam training celestial management tersebut karena komunikasi bisa bersifat verbal dan non verbal. 5. Continuity and Consistency (bersinambung dan konsisten) : Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dalam hal ini CMT dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi dalam menyampaikan pesannya, dengan cara demikian bisa mempermudah proses belajar, membujuk, dan mengajak peserta atau kru BMI untuk menjalankan prinsip syariah dan budaya perusahaan BMI. 6. Channels (saluran) : Saluran komunikasi yang digunakan oleh YPCM dalam training tersebut seperti Visual, Audiovisual dan gestura. Visual yaitu, film,
dan slide. Sedangkan Audiovisual seperti soundsystem, musik nasyid, cerita kisah-kisah oleh trainer. gestura seperti bahasa tubuh traineer dalam menyampaikan materi, aktivitas dalam outbond dan gerakan pada sholat. Sedangkan media pendukung lainnya seperti banner, laptop, name tax peserta, buku “the celestial manajement”, baju yang dikenakan peserta, dan slayer. Saluran dan media tersebut dinilai bisa menciptakan efek yang ingin di harapkan dan cukup sesuai dengan media training pada lazimnya. 7. Capability of Audience : Peserta CMT kurang sanggup menjalankan sejumlah aktivitas training tersebut dari segi ketahanan fisik peserta, karena waktu 2 hari 2 malam tersebut sepertinya terlalu singkat untuk menyelesaikan seluruh aktivitas training. Selain itu YPCM juga tidak memberikan roundown acara secara terstruktur dari training sehingga training tersebut kurang berjalan secara sistematis.
5.2
Saran Berdasarkan data dan fakta yang penulis dapatkan, maka ada beberapa saran
yang dapat penulis sampaikan, baik secara akademis maupun praktis, yaitu:
5.2.1
Secara Akademis
Bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, dalam melakukan penelitian yang sama mengenai stategi komunikasi sekiranya dapat lebih banyak menggali secara mendalam data dan fakta yang dibutuhkan agar penelitiannya dapat maksimal dan sesuai target yang diinginkan serta terlihat
jelas strategi komunikasi mana yang lebih dijalankan oleh perusahaan atau organisasi objek penelitian tersebut, serta mungkin dapat menggunakannya dengan metode penelitian yang berbeda dan tempat yang berbeda.
5.2.2 1
Secara Praktis
Sebaiknya YPCM dalam setiap kelanjutan training celestial management memberikan tahapan-tahapan yang berbeda untuk setiap jabatan pekerjaan. Ada step-step yang harus diikuti oleh masing-masing kru, dan materi untuk masing-masing step disesuaikan dengan tingkatannya, sehingga ada pesan-pesan yang berbeda dalam setiap step untuk masingmasing jabatan.
2
Sebaiknya YPCM memberikan roundown acara setiap kali training dilakukan agar terlihat lebih terstruktur dan terorganisasi dengan baik, sehingga peserta dapat mempersiapkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan.
3
Sebaiknya YPCM memperhatikan kesanggupan peserta dalam mengikuti setiap kegiatan training agar peserta lebih mampu mencerna setiap informasi yang disampaikan.
4
Dan untuk kepentingan keilmuan diharapkan YPCM atau perusahaan lainnya dapat membuka diri dalam membagi strategi-strategi komunikasi baru dalam kebijakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. Linggar, Estu Rahayu, Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, 2002 Cutlip, Scott M., et al, Effective Public Relations: merancang dan melaksanakan kegiatan kehumasan dengan sukses, Jakarta, Indeks, 2005 Effendy, Onong Uchjana. Human Relations. Bandung, Mandar Maju. 1993 Effendy, Onong Uchjana, Dimensi-Dimensi Komunikasi. Alumni Bandung 1993 Gregory, Anne. Perencanaan dan manajemen PR. Jakarta Erlangga, 2004 Gunadi, Etika Komunikasi: dasar-dasar dan Ruang Lingkupnya, Jakarta, Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), 2003 Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta PT. Bumi Aksara edisi revisi, 2006 John P. Kotter & James L. Heskett, Corporate Culture and Performance, Jakarta, PT. Prenhallindo, 1998 Kasali, Rhenald, Manajemen PR, Konsep & Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Gratifi, 1994 Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta, Kencana, 2007 Moeljono, Djokosantoso, Cultured! Budaya Organisasi dalam Tantangan, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2005 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, Jakarta,Bumi Aksara, 2007 Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif : paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Nasir, Mohammad. Metode Penelitian, Cetakan Kelima Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003
Oliver, Sandra. Strategi Public Relation. Esensi, 2006 Pace, R. Wayne dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006 Panuju, Redi, Komunikasi Organisasi, Yogyakarta, Pusaka Pelajar, 2001 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, 2007 Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung, Remaja Rosda Karya, 1995 Riawan Amin, Ahmad. The Celestial Management, Jakarta, Senayan Abdi Publishing, 2004. Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003. Hal. 217 Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005 Senjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi, cet ke-8, Jakarta, Universitas Terbuka, 2003 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, edisi kesepuluh, Jakarta Prenhallindo, 2007 Suminar, Yenny Ratna, (et al), Komunikasi Organisasional, Jakarta, Universitas Terbuka, 2004 Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik, Fascho Publishing, 2007 Widjaja, H. A. W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, cet ke-1, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004 Yin, Robert K, Studi Kasus (Desain dan Metode), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 Yulianta, Neni, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung, P2U, 2003
Sumber Lain :
Annual Report PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 2008 www.celestialmanagement.com, www.bankmuamalat.com
Hasil Wawancara GUIDE INTERVIEW UNTUK PENGELOLA YPCM Bapak Apep Zuhdi Panitia pengelola Training Celestial Management
Tanggal 27 Mei 2009 Jam 9.00WIB, BMI Head Office Arthaloka •
Bisa diceritakan sedikit mengenai sejarah YPCM? Jawab : YPCM berdiri tanggal 24 Agustus 2006, pendirinya adalah Bpk A. Riawan Amin, mantan CEO BMI, didirikan dalam rangka pengembangan Celestial Manajement karena CMT mulai dilakukan untuk publik eksternal BMI seperti Bank Mumalat Malaysia Berhad (BMMB), Asuransi Takaful, Pegadaian, dan Bank-bank lain. Karena itu diperlukan lembaga pengembangan untuk CMT itu sebagai payung hukum, dan adanya keinginan secara khusus dan fokus untuk pengembangan Celestial Manajement
DRAFF INTERVIEW 1) Credibility (kepercayaan) : a. Bagaimana strategi YPCM dalam membangun kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan Training Celestial Management kepada karyawan? Jawab : Ya tentu karena sejarahnya ya, dari awal berdiri secara emosional tidak bisa dipisahkan. Dan trainer-trainer nya juga orang-orang yang telah lama bekerja dan berpengalaman di BMI sehingga ketika trainer ini berbicara A pastinya karyawan percaya. Maksudnya begini, trainer-trainer Celestial manajement itu di YPCM adalah orang-orang yang puluhan tahun menjadi karyawan BMI dan menjadi trainer Celestial Manajemen. Jadi ketika dia menyampaikan Celestial Manajemen tentu Kru-kru di BMI lebih kena dan percaya karena dia bercerita tentang apa yang telah dia lakukan. Trainer-trainer di YPCM adalah mereka yang telah berpengalaman lama di BMI sehingga ketika dia menyampaikan itu kru-
kru yang lain percaya karena dia telah berpengalaman disitu ketika dia menceritakan kasus-kasus, semangat, dsb dia sudah menjalani dan dia sudah paham betul tentang konsep CMT karena sudah lama disitu. Jadi kru lebih percaya ketimbang YPCM mengambil trainer-trainer dari luar. Karena mereka punya budaya yang sama dan mereka lebih tahu tentang BMI. Dan juga trainer tersebut dipilih dari BMI siapa yang kira-kira punya kredibilitas yang baik untuk menyapaikan CMT ini dan dia juga punya record yang baik, begitu. 2) Context (konteks) : a. Apa saja Training Celestial Management yang ditujukan kepada karyawan tersebut? Jawab : Kalau tentang Training Celestial Management nya ya hanya Training Celestial Management (CMT) itu saja. b. Berapa lama Training Celestial Management dilaksanakan? Kenapa? Jawab : 2 hari 2 malam, karena disesuaikan dengan bobot materinya dirasa sudah cukup disampaikan segitu. c. Apakah semua karyawan BMI wajib mengikuti CMT? Kenapa? Siapa saja mereka? Jawab : Ya wajib, karena sebelum mereka memasuki dunia kerja di BMI mereka harus ikut Training Celestial Management dulu. Mereka adalah seluruh karyawan BMI baik karyawan lama maupun karyawan baru. Dari direksi sampai security dan sopir BMI, seluruhnya pokoknya deh he..he. d. Apa tujuan dilaksanakannya training CMT ini?
Jawab : Tujuannya tidak lain untuk menciptakan budaya kerja yang sesuai dengan nilai-nilai Celestial Manajemen yang 12 atribut tersebut. Konsepnya yang pertama adalah ZIKR, PIKIR,MIKR yang dibuku dalam The Celestial Manajemen karya CEO BMI Bapak. Ahmad Riawan Amin, ya untuk menyampaikan itu. Setidaknya ada dua tujuan utama, yaitu : Pertama untuk mengajak kru untuk menempatkan iman dalam ranah pertama sebagai dasar hidup. Bagi kru BMI yang mengkristalkan nilainilai Celestial Management, insya Allah nilai-nilai kejujuran selalu menjadi langkah awal setiap tindakan. Yang Kedua adalah pembelajaran dan uswatun hasanah yang telah dibuktikan oleh kru dan manajemen BMI dalam bermu’amalah (bermitra) dengan para nasabah dalam rangkaian ukhuwah yang mengedepankan transparency dalam tata kelola BMI. e. Kenapa konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut harus dijadikan isi pelatihan CMT? Jawab : Karena 12 atribut tersebut dirasa pas kemudian juga cocoklah, mendekati. Kalau kru melaksanakan konsep itu, ya itu tentu akan sangat baik dari sisi pengembangan kru itu sendiri maupun secara ibadah lahir bhatin lah kalau itu dilaksanakan . Zikr, Pikr, Mikr itu akronim atau singkatan yang kemudian penjabarannya 12 atribut nilai-nilai tersebut. Yang dengan nilai-nilai itu maka kru akan dapat mengembangkan dirinya lahir batin dunia akhiratnya lah. f. Kenapa Zikr, Pikr, Mikr tersebut sesuai untuk BMI?
Jawab : Ya itu tadi Zikr, Pikr, Mikr tersebut merupakan buah karya dari CEO BMI yang dibingkai menjadi nilai-nilai langit sebagai nilai yang mudah dikenal dan diamalkan. Nilai-nilai tersebut diurai dalam buku The Celestial Manajement, yaitu dalam tiga kategori 3W(Worship, Wealth, dan Warfare) yang diimplementasikan dalam konsep Zikr,Pikr,Mikr lalu dari konsep Zikr,Pikr,Mikr tersebut pelan-pelan diimplementasikan dalam praktik kerja sehari-hari. Dimulai dari hal-hal yang boleh jadi dimata praktisi dari industri sejenis sulit dimengerti. Salah satu contoh misalnya, dengan menempatkan semua direksi dalam satu ruangan tanpa sekat, tujuannya untuk memastikan dan memudahkan terjadinya sharing PIKR. Ruangan tanpa sekat menyiratkan pesan tidak ada yang perlu dirahasiakan. Kesan yang bisa ditangkap adalah terbangunnya komunikasi yang egaliter antarkru. Contoh lain yaitu penempatan mushala di depan dekat teller, larangan merokok dan lain sebagainya. g. Dari hasil observasi saya selama mengikuti training
kamaren, saya
melihat pelaksanaannya melalui training yang dilakukan indoor dan outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Apakah ada bentuk lain seperti lazimnya training-training lainnya? Jawab : Itu kan berjalan aja seperti adanya inikan lebih kepada materimateri yang diamalkan jadi lebih kepada proses pembelajaran saja. Dalam aktivitas training tersebut kenapa dilakukan didalam kelas?apa maksud dan tujuannya?
Jawab : Kenapa didalam kelas, sebenarnya bisa dilakukan diluar kelas Cuma kadang-kadang resikonya seperti resiko hujan sedangkan kita menggunakan peralatan-peralatan elektronik. Makanya lebih sering dilakukan didalam kelas, selain itu kalau diluar kelas focus peserta akan terpecah. Outbond? Maksud dan tujuannya? Jawab : Outbond itu sebenarnya isinya permainan-permainan dan juga bagian dari materi sharing PIKR atau berbagi informasi. Nah misalnya didalam permainan BOOM itu kan ada team, team 1 dan team 2. Nah bagaimana sih antar team berbagi informasi antar pesertanya dalam satu team. Dari permainan dalam outbont tersebut nantinya dapat dilihat dalam lingkup pekerjaan juga akan kita temui seperti itu. Artinya dalam satu team kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Harus ada kekompakan dalam berbagi informasi agar misi bersama dapat kita wujudkan. kita lihat dalam konteks lebih kecil permainan seperti itu. Solo camp? Maksud dan tujuannya? Jawab : Dalam solo camp di situkan ada isi-isian menuliskan tentang bagaimana rencana kita kedepan, tentang pengenalan diri sendiri, apa kelemahan dan kelebihan kita dan lain sebagainya. Disitu kita harus jujur, ngobrol dengan diri sendiri trus ditulis dalam tulisan-tulisan yang jujur juga. Solo camp ini kan ditempatkannya ditempat yang sunyi, sepi, sendiri. Disitu kita juga diharapkan kita mampu merasakan gimana sih kalau kita hidup sendiri, dalam keadaan serba terbatas
serba ketakutan. Nah perasaan-perasaan seperti itu kan jarang kita rasakan tapi kalau kita masuk dalam kondisi seperti itu bagaimana. Disitu terlihat mau kemana arah hidup ini. Mungkin Richi sendiri sekarang masih bingung mau kemana arah hidupnya, he..he.. Dan hanya kepada Allahlah kita memohon petunjuk untuk diarahkan jalan hidup kita yang baik dunia dan akheratnya. Seperti itu. Aktifitas spiritual? Maksud dan tujuannya? Jawab : Aktifitasnya secara keseluruhan..semua aktifitas spiritual. Karena isinya juga mengenai nilai-nilai spiritual semua. Tapi lebih khususnya malam itu, dalam Qiyamulail, belajar ceramah. Ceramah itu biasanya Chi.. ada nantinya dari masing-masing kelompok ditunjuk siapa yang menyampaikan ceramah untuk kita semua ya semacam curhatlah ceramah kecil-kecilan. 3) Content (isi) : a. Apa saja isi pesan yang ingin disampaikan dari Training Celestial Management tersebut? Jawab : Isi pesannya adalah pertama secara garis besar tentu menyampaikan 12 atribut itu. Yang kedua ingin menyampaikan bahwa kita perlu management hidup, artinya gini manusia itu kan punya aturan, punya strategi tetapi aturan-aturan kita ini kan aturan-aturan yang terbatas sifatnya. Kadang kala kita menemukan hal-hal yang janggal dalam kehidupan, misalnya ada orang sudah berusaha habis-habisan tapi ternyata gagal, atau kalau kita melakukan hal-hal yang baik tapi ga sukses. Nah
tentu kalau managemen kita, kita hanya akan menemukan kekecewaankekecewaan. Nah ternyata diluar kita itu ada Celestial Management. Celestial Management itu adalah management Tuhan. Celestial itukan langit, langit itukan luas ga ada yang tahu berapa luasnya langit. Jika kita bertumpu pada manajemen manusia maka kita akan berhadapan pada banyak kekecewaan-kekecewaan, tapi harusnya kita bertumpu pada manajemen langit. Management tuhan. Jadi kalau dalam diri orang yang tertanam Celestial Management kehidupan itu akan semangat terus karena yang dia kejar pengahargaan dari yang paling tinggi, yaitu keridhoan tuhannya. b. Lalu agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan, Bagaimana strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan Training Celestial Management tersebut, ustad? Jawab : Dapat dipahami dengan baik tentu kita menampilkan Audiovisual, ada potongan-potongan film, contohnya Zero Base itu seperti apa sih Gitu kan, ada gambarnya, ada filmnya sehingga barangkali dari trainernya kurang dipahami tentu kan ada gambar-gambar paling tidak bisa dipahami oo…Zero Base itu seperti ini. Ya seperti itulah setiap 12 atribut itu kita ada slide-slide yang paling tidak bisa mewakili definisi dari nilai-nilai itu. Ada gambarnya, ada filmnya, trus kalau dari al Qur’annya ada firman-firman dan hadistnya. Sehingga peserta diharapkan mampu memahami dengan baik 12 atribut itu kalau bisa dipahami kan bisa
dilaksanakan dalam kesehariannya tidak salah menafsirkannya. Kemudian juga melalui naysid-naysid yang di senandungkan karena naysid itukan punya
pengaruh
dalam
penyampaian
konsep-konsep
Celestial
Management. Contohnya naysid Ar Ruhul Jadid yang artinya yaitu semangat baru. c. Selama mengikuti training kemaren saya menangkap pesan bahwa YPCM dalam training CMT dimaksudkan sebagai upaya menurunkan visi langit melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr. Yaitu visi langit yang berupa spiritualitas yang kita terima dalam bentuk firman-firman allah SWT maupun sabda utusannya. Apakah seperti itu ustad? Jawab : Ya benar seperti itu d. Dari yang saya amati pesan dari training CMT mengajak kru tidak hanya dituntut untuk menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat atau yang biasa kita kenal sebagai Good Corporate Governance melainkan juga melaksanakan God Corporate Governance. Apakah seperti itu ustad? Jawab : Kalau Good Corporate Governance perusahaan atau organisasi berjalan dengan baik melalui pengawasan manusia. Kalau God Corporate Governance lebih kepada pengawasan tingkat tinggi bagaimana orang itu bisa melakukan suatu pekerjaan dengan lebih baik tidak hanya karena aturan-aturan yang dibuat dalam suatu organisasi tapi memang dalam dirinya ada tuhan yang mengawasi secara langsung. Jadi yang ingin kita ciptakan itu tidak hanya Good Corporate Governance tapi juga God
Corporate Governance. Apa lagi kita perbankan syariah jadi kalau sekarang sudah tertanam God Corporate Governance dalam diri setiap kru mau tidak mau ada pengawasan atau tidak ada pengawasan dia akan bekerja dengan lebih baik. Begitu. e. Lalu saya juga menangkap informasi bahwa BMI didirikan dengan penuh perjuangan oleh para pendirinya. Untuk itu BMI mengajarkan kru untuk berjuang dan bergerak. Bisa dijelaskan maksudnya seperti apa ustad? Jawab : BMI dulu didirikan dengan susah payah dan dulu kan tidak ada bank syariah gitukan. Ya tentukan banyak orang-orang Islam yang berjuang habis-habisan ingin mendirikan BMI ini, terus pas berdiri tahun 1998 ada krisis ekonomi kan dan banyak dari kru–kru bekerja betul-betul untuk perusahaan agar berdiri. Kalau sekarang semua kru harus lebih semangat lagi didalam memperjuangkan perekonomian bebas ribawi. 4) Clarity (kejelasan) : a. Bagaimana strategi YPCM agar konsep Training Celestial Management bisa dipahami secara jelas bagi karyawan BMI? Jawab : Dengan menempatkan data-data penunjang. contohnya potongan film, slide, naysid, dan data-data yang ada di BMI seperti cerita-cerita nyata dari BMI atau dari luar BMI contohnya cerita pak Asep. Nah itu supaya apa yang ingin kita sampaikan jelas dan mampu ditangkap kemudian ada juga data-data dari sejarah bahwa dengan menerapkan 12 atribut tersebut kita akan berhasil dalam hidup dunia dan akherat. Itu semua pelaksanaannya melalui Indoor dan Outdoor dengan penyampain
materi dikelas dan dengan simulasi diluar melalui kegiatan outbond dan solo camp. 5) Continuity and consistency : a
Apakah program Training Celestial Management tersebut dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan? Setiap berapa kali diadakan dan kenapa? Jawab : Iya terus menerus dan berkesinambungan tentunya.karena kalau tidak begitu orang-orang akan lupa dengan kata lain kalau ga di Chas batere lagi bisa turunkan semangatnya. Ya paling tidak setahun 2X. ada yang direchas lagi tapi untuk saat ini karena kita lagi membuka 20 cabang untuk kru baru saja masih banyak yang belum mengikuti Training Celestial Management ini tapi setiap bulannya kita melakukan traning.
b
Bagaimana variasi dari Training Celestial Management tersebut agar tidak monoton dan lebih mengena kepada maksud dan tujuan diadakan Training Celestial Management ini ustad? Jawab : Menyampaikan materi Celestial Management melalui konsep Zikr,Pikr,Mikr dikelas ditambahkan game, film, slide, naysid, cerita-cerita nyata yang menerangkan konsep dari Zikr,Pikr,Mikr tersebut diiringi soundsystem, lalu kita beri implementasinya diluar melalui permainanan outbond dan solo camp di hutan.
c
Apakah setiap Training Celestial Management yang dilaksanakan oleh YPCM program-program trainingnya selalu sama seperti yang kemaren saya ikuti, ustad?
Jawab : Materi pendukung tidak selalu sama bermacam-macam tentu yang disampaikan. seperti film, slide, naysid kadang diganti sesuai kebutuhan kadang tidak, Yang sama biasanya cuma materi inti dari 3 ranah 12 atribut yaitu ZIKR,PIKR,MIKR dari Celestial Management. 6) Channels (media) : a. Saluran atau media apa saja yang digunakan dalam Training Celestial Management tersebut? Kenapa menggunakan media tersebut? Jawab : Visual seperti : film, slide, Audiovisual seperti : soundsystem, music nasyid, cerita dari trainer, lalu ada banner, laptop, juga dari name take peserta, buku “the celestial manajement”, baju yang dikenakan peserta, slayer. b. Apakah saluran tersebut memberikan efek yang diharapkan? Jawab : Sejauh ini sudah seperti music misalnya, kita berikan untuk menunjang efek suasana yang ingin diciptakan jadi tidak ada suara-suara lain yang didengar peserta dan efeknya peserta jadi lebih focus. Jika kita ingin menciptakan suasana yang sedih kita kasih music yang sedih sehingga peserta lebih terhanyut. Begitu juga dengan media-media yang lainnya. c. Kenapa training dianggap media yang tepat untuk menyampaikan CMT kepada karyawan BMI? Jawab : Iya karena melalui buku atau bacaan sudah, ya untuk orang bisa lebih memahami dengan jelas ya harus ada trainingnya, kalau training kan melalui penjelasan disertai media penunjang seperti game dari outbond
dan juga solo camp. Sehingga setelah ikut training kru diharapkan lebih memahami konsep Zikr,Pikr,Mikr dan di implementasikan dikehidupan kru baik di dalam pekerjaan di BMI maupun di luar BMI. 7) Capability of audiensce (kemampuan khalayak) : a. Bagaimana kesanggupan karyawan BMI dalam menjalankan Training Celestial Management tersebut? Jawab : Rata-rata sih mengikuti aja, masalah mereka sanggup ga sanggup ya tidak tahu juga ya, tapi yang jelas ikut terus kecuali ada yang sakit ada dispensasinya. b. Apakah
karyawan
BMI
setelah
menjalankan
Training
Celestial
Management tersebut memberikan dampak yang diharapkan? Jawab : Ya tentukan tinggal bagaimana dia mampu merealisasikan materi-materi itu dalam pekerjaannya dan kehidupannya, karena kita sudah
memberikan
ilmu
mengenai
Celestial
Management
management langit. Ya tinggal tergantung manusianya lah.he..he..
atau
GUIDE INTERVIEW UNTUK TRAINER CMT Ardhiansyah Rakhmadi Corporate Support Group Officer, BMI Tanggal : 25 Mei 2009, Jam 16.00 Wib, BMI Head Office Arthaloka 1. Credibility (kepercayaan) : a. Bagaimana strategi YPCM dalam membangun kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan Training Celestial Management (CMT) kepada karyawan? Jawab : Saya nggak bisa menjawab ya, Tanya kang Apep aja dech! 2. Context (konteks) : a. Apa saja Training Celestial Management yang ditujukan kepada karyawan tersebut? Jawab : Selama ini Cuma 1 itu aja, yaitu Celestial Management Training (CMT) itu saja. Tidak ada jenis-jenis lainnya. Bagi kru program tersebut disebut Muamalat Spirit tapi kalau untuk keluar atau publik kita sebut Celestial Management Training. Intinya sama hanya mungkin kemasannya berbeda. Kalau ke publik luar biasanya kita tidak adakan solo camp. b. Berapa lama CMT dilaksanakan? kenapa? Jawab : 2 hari 1 malam ya, Pertanyaan : Selalu? Jawab : Iya selalu. Tidak lebih dari itu karna itu waktu yang kita anggap paling pas tidak terlalu pendek dan tidak terlalu lama untuk menyampaikan semua materi dan itu sudah kita uji berkali-kali sehingga semua bisa ditrasnferlah, disampaikan.
c. Apakah semua karyawan BMI wajib mengikuti CMT? Kenapa dan Siapa saja mereka? Jawab : Iya wajib. Semua karyawan harus ikut CMT. Supaya budaya nya sama karena karyawan ketika masuk pasti dengan budaya yang berbeda, style yang berbeda, frekuensi yang berbeda. Melalui CMT ini frekuensinya kita samakan budayanya pun kita samakan. Yang mengikuti CMT ini adalah para kru Muamalat, pokoknya semua kru yang bergabung dengan Muamalat yang belum pernah ikut CMT akan diikutkan baik karyawan yang lama maupun karyawan yang baru. Dan karyawan lama yang sudah pernh ikut CMT bisa saja diikutkan kembali bahkan kita ada istilah debriefnya, semacam dialog yang intinya untuk merefres atau mengingat kembali Pertanyaan : Kapan itu ustad? Jawab : Ya kapan saja tidak ada waktu-waktu tertentu Pertanyaan : Bukan pas training? Jawab : Bukan. Diluar itu. Kapan aja tapi kita rutin tidak hanya untuk CMT tapi juga untuk training-training yang lain. Contohnya : ada debrief yang datang kecabang berdialog dengan kru tentang CMT sekaligus merefresh kembali supaya ingatkan kembali d. Kenapa konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut harus dijadikan isi pelatihan CMT? Jawab : Karena… Training Celestial Management itu isinya Zikr, Pikr, Mikr. istilah Celestial Management Training (CMT) itu diambil dari
kalimat ini. Konsep CMT itu tadinya buku, konsep CMT terdiri dari Zikr, Pikr, Mikr. Istilahnya satu paketlah sejak awal dimunculkan CMT itu isinya Zikr, Pikr, Mikr makanya wajarlah dijadikan konsep pelatihan dalam Training Celestial Management. e. Kenapa Zikr, Pikr, Mikr tersebut sesuai untuk BMI? Jawab : Menurut saja karena sesuai dengan syariah dan sesuai dengan Visi Misi BMI. f. Dari hasil observasi saya selama mengikuti training
kamaren, saya
melihat pelaksanaannya melalui training yang dilakukan indoor dan outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Apakah ada bentuk lain seperti lazimnya training-training lainnya? Jawab : Saya pikir untuk saat ini belum lah. Paling seperti kemaren. In class melalui pemberian materi, outdoor dalam bentu game dan solo camp. Baru dalam bentuk itu sih. Kita belum ada dalam bentuk yang lainnya. Pertanyaan : Tidak ada perkembangan, dari dulu seperti itu ustad? Jawab : Perkembangan jelas ada tapi perkembangan lebih pada bentuk dan variasinya kan. Artinya kalau dalam kelas variasi materinya berkembang kalau dalam outdoor ya berarti permainan atau gamenya berkembang tapi formatnya seperti kemaren juga, dalam arti tetap ada solo camp dan lain-lain. Variasi content yang berbeda bukan jenisnya. Kalau jenis indoor dan outdoor. Kalau ada film, paling film diganti-ganti. Paling itu aja.
•
Dalam aktivitas training tersebut kenapa dilakukan didalam kelas?apa maksud dan tujuannya?
Jawab : Kenapa dikelas supaya biar lebih focus. Karena kita menggunaka audiovisual dan sound system. •
Outbond? Maksud dan tujuannya?
Jawab : Outbond untuk membentuk satuan tim jadi kru bisa lebih solid karena mereka bisa mengenal satu sama lain. Contohnya “Game bos berkata” intinya biar bagaimanapun segala sesuatu itu kan ada pemimpinnya dan kita harus mendengarkan perintah pimpinan, tapi perintah yang tidak melanggar syariah, kalau perintahnya berbuat maksiat tidak kita ikuti. Intinya dari outbond tersebut lebih kepada team building. Kekompakan team itu dalam outbond itu kelihatan bagaimana cara orang melakukan koordinasi itu kan cerminan dalam dia bekerja. Istilahnya supaya kita bisa menilai diri sendiri melatih kepribadian, mental dan melihat karakter. •
Solo camp? Maksud dan tujuannya?
Jawab : Kita membawa peserta ke hutan, gunung, bukit, lalu mereka berkemah dan membuat tenda sendiri-sendiri nah pada saat mereka berkemah itu lah harapanya bisa membuat rencana, merenungkan sesuatu karena ada tugas-tugas yang mereka kerjakan. dibantu dengan alat-alat seperti lilin, permen, garam, dan tenda. Itu adalah sarana kontemplasi dan muhasabah, kan ditengah malam. •
Aktifitas spiritual? Maksud dan tujuannya?
Jawab : Untuk meningkatkan kualitas ibadah supaya seragam. Mungkin ada sebagian orang dengan tidak terbiasa dengan tahajud jadi terbiasa, tidak biasa bangun subuh jadi terbiasa. Kru muamalat kan harus begitu. •
Dari semua kegiatan training yang dijalankan apakah berkaitan dengan konsep Zikr, Pikr, Mikr?
Jawab : O..iya ada, pasti ada ya kan. Team building lebih ke Pikr, kalau aktivitas spiritual lebih ke Zikr. Ya itu untuk mengembangkan ke semua itu. Contohnya tahajut untuk menunjang Zikr, permainan untuk menggambarkan Pikr bagimana berbagi power sharing, reward sharing, information sharing pada saat game kita melakukan diskusi, bagaimana kita mengatur strategi menggambarkan Mikr. 3. Content (isi) : a. Apa saja isi pesan yang ingin disampaikan dari CMT tersebut? Jawab : Pesannya seperti yang ada dalam 3 ranah dan 12 atributnya yaitu konsep Zikr, Pikr, Mikr. Harapannya kalau dari ranahnya dulu ya setiap kru itu menjadikan hidupnya untuk beribadah yang kedua menjadikan kru muamalat itu senang berbagi contohnya : berbagi ilmu, reseki, berzakat, berinfak untuk kemakmuran Place of wealth dan yang ketiga setiap kru itu berprinsip hidup kita itu adalah perperangan. Seperti kita sekarang, kita berperang dalam ekonomi kapitalis karena kita adalah seorang mujahid dimanapun entah di muamalat atau diluar dan kita harus memenangkan pertempuran kita apapun perperangan kita nanti kita mengacu pada
12atribut nya seperti Zero Base. Iman, konsisten dsb. Zikr, Pikr, Mikr itu yang ingin kita sampaikan kepada mereka. b. Lalu agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan, Bagaimana strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan CMT tersebut, ustad? Jawab : Pembelajaran lewat mata, telinga, gerakan. Dengan mata telinga melalui pemberian materi dikelas, lewat film, slide, cerita audiovisual. Dengan adanya game, solo camp, sholat tahajut itu dari sesi lewat gerakan jadi kita pakai ketiga itu. Orangkan dengan gerakan baru bisa mengerti, ada yang visual dengan melihat, ada dengan telinga yaitu pemaparan instruktur sehingga lengkap semua prosesnya, lengkap semua tujuannya agar dapat mengambil maanfaat atau ibroh dari CMT. c. Selama mengikuti training kemaren saya menangkap kesan bahwa YPCM dalam training CMT dimaksudkan sebagai upaya menurunkan visi langit melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr. Yaitu visi langit yang berupa spiritualitas yang kita terima dalam bentuk firman-firman allah SWT maupun sabda utusannya. Apakah seperti itu ustad? Jawab :Iya betul. Dan saya pikir tidak ada yang melanggar ya sesuai dengan syariah semua. Kan ini (Zikr, Pikr, Mikr) semua bersumber dari Al Qur’an dan Hadist. Dan…tidak ada yang bertentangan dengan Al Quran. d. Dari yang saya amati CMT mengajak kru tidak hanya dituntut untuk menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat atau yang biasa
kita kenal sebagai Good Corporate Governance melainkan juga melaksanakan God Corporate Governance. Apakah seperti itu ustad? Jawab : Ya benar. Kita tidak hanya pada Good Corporate Governance kalau pada Good Corporate Governance pengawasan ada pada manajemen, ada pada peraturan. Kalau BMI pengawasan bukan hanya sekedar itu kan pengawasan sudah pasti dari Allah SWT sendiri lah makanya God Corporate Governance bahwa allah itu melihat kita, itu aja jadi kita ga mungkin macem-macem itu maksud dari God Corporate Governance jadi bukan karena masalah aturan tapi kita diawasi langsung oleh Allah jadi bukan karena CCTV atau apa..Implikasinya dalam dunia kerja kita kan jadi tidak mau berbuat curang, jahat. Ya namanya kita bank berhubungan dengan uang jadi semua kru tidak mau mencuri tidak mau menggelapkan uang nasabah dan segala macamnya. e. Lalu saya juga menangkap informasi bahwa BMI didirikan dengan penuh perjuangan oleh para pendirinya. Untuk itu BMI mengajarkan kru untuk berjuang dan bergerak. Bisa dijelaskan maksudnya seperti apa ustad? Jawab : Ya kita kan berjuang untuk ekonomi Islam contohnya berjuang melawan riba. Mbak Richi bisa menafsirkan sendiri. Bergeraknya dalam bisnis dengan mencapai laba, mencapai keuntungan untuk kemaslahatan lah dalam arti untuk ekonomi islam. 4. Clarity (kejelasan) : a. Bagaimana strategi YPCM agar konsep dari Training-Training Celestial Management bisa dipahami secara jelas bagi karyawan BMI?
Jawab : Konsep CMT itu ya kita kemas dalam bentuk training supaya bisa lebih mudah. Training itu ada dalam bentuk Indoor, ada outdoor dan juga solo camp. dalam Indoor ada penayangan film, cerita, gambar, nasyid. Karena orang itu kan bisa belajar dari visual, gerakan atau kinestetik macam-macamlah itu semua kita optimalkan melalui lisan, visual dan juga audio juga ya. Supaya konsep itu bisa jelas. Kalau Cuma baca bukunya aja mungkin masih kurang jelas, makanya langsung diberi contoh, diberi filmnya. 5. Continuity and consistency : a. Apakah program Training Celestial Management tersebut dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan? Setiap berapa kali diadakan dan kenapa? Jawab : Ya terus menerus. Paling tidak 1 kali untuk 1 orang kru. Tapi biasanya untuk 1 orang kru bisa lebih dari 1 kali. Karena itu wajib, kalau yang dapat 2 kali bisa jadi jadi atas permintaan cabang atau karena eventevent tertentu atau karena ada pendidikan untuk kru yang akan menjadi officer misalnya, nanti dalam officer development program itu ada CMT nya juga. b. Bagaimana variasi penyampaian dari CMT agar tidak monoton dan lebih mengena kepada maksud dan tujuan diadakan Training Celestial Management ini ustad? Jawab : Dengan film, game, audiovisual, ada solo camp jawaban sama kayak yang tadi, he.. he..
c. Apakah disetiap Training Celestial Management yang dilaksanakan oleh YPCM program-program trainingnya selalu sama seperti yang kemaren saya ikuti, ustad? Jawab : Materi, solo camp sama, mungkin jokenya juga sama he…he.. Pertanyaan : Jokenya juga sama? trainernya udah hafal dengan jokenya donk, itu trainernya ga bosan, ustad?he..he.. Jawab : Ga tuh kita seneng-seneng aja, happy happy aja.. he..he..udah hapal sekali ya he..he.. 6. Channels (media) : a. Saluran atau media apa saja yang digunakan dalam CMT tersebut? Kenapa menggunakan media tersebut? Dan apakah memberikan efek yang diharapkan? Jawab : Medianya kita pakai Audiovisual, buku, name take, komputer, sound system. Sejauh ini memberikan efek yang diharapkanlah, insya allah. b. Kenapa
training dianggap
media yang tepat untuk menyampaikan
Celestial Management kepada karyawan BMI? Jawab : Karena training adalah cara yang paling mudah untuk mengajak memahami sesuatu ketimbang membaca bukunya. Kalau untuk membaca bukunya kadang agak males tapi kalau diajak training mungkin orang lebih memahami.
7. Capability of audiensce (kemampuan khalayak) : a. Bagaimana kesanggupan karyawan BMI dalam menjalankan Training Celestial Management tersebut? Jawab : Wah itu harusnya Tanya ke karyawannya langsung ya he..he.. tapi semua karyawan BMI harus sanggup, harus sanggup. Dalam dan setelahnya, Kalau mau jadi kru muamalat harus sanggup kalau tidak sanggup tidak usah jadi kru muamalat. b. Apakah
karyawan
BMI
setelah
menjalankan
Training
Celestial
Management tersebut memberikan dampak yang diharapkan? Jawab : Sejauh ini sih Insya Allah sudah nampaklah walaupun mungkin ya masih terus membutuhkan perbaikan. Bisa kita lihat dari kultur BMI sekarang alhamdulillah dari segi kebijakan manajement sekarang mendesain musholla didepan, tidak lagi pake dasi tapi pakai baju koko, termasuk sholat berjamaah didepan konter, artinya kebijakan-kebijakan BMI mendukung CMT. Tidak boleh merokok, kita adakan doa pagi dan sore dampaknya maunya kan secara duniawi dan ukhrowi, ruang kerja tanpa sekat dan keterbukaan dalam memberikan informasi. Dari performa kita sekarang lebih baguslah banyak bank yang goncang alhamdullilah kita tidak sampai begitu. Artinya dampak itu dapat dilihat juga dari keuangan, lalu dari sisi aplikasinya tadi itu meskipun belum semua tapi kita sudah mengaplikasikannya,.kita pengen menjelaskan konsep CMT itu.
GUIDE INTERVIEW UNTUK INSTRUKTUR CMT Darwi S. Lubis Business Manager Tanggal. 26 Mei 2009 Jam. 18.00Wib, Ka Cab. BMI Pancoran 1. Credibility (kepercayaan) : a. Bagaimana strategi YPCM dalam membangun kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan Training Celestial Management (CMT) kepada karyawan? Jawab : Itu bermula dari sejarahnya CMT. CMT itu ada sebelum YPCM berdiri, tadinya Celestial Management itu adalah konsep-konsep yang dirancang dan pelan-pelan diimplementasikan dalam praktik kerja seharihari di BMI oleh mantan CEO BMI Bapak Ahmad Riawan Amin dibantu oleh rekan-rekannya. Konsep Celestial Management tersebut kemudian dibukukan dan diberikan trainingnya untuk kru BMI dalam bentuk training Muamalat Spirit. Kalau untuk publik luar kita menamakannya Celestial Management Training. Tadinya Training Celestial Management ini dikelola oleh BMI sendiri yaitu oleh Muamalat Institute, tapi karena kita ingin membawanya keluar makanya BMI membuat sebuah Yayasan Pangembangan Celestial Management (YPCM) ya kurang lebih dalam 3 tahun ini lah. Training Celestial Management yang ditujukan untuk para kru BMI ini trainernya semua adalah murni orang-orang dari BMI, karena mereka mempunyai satu visi, misi dan budaya yang sama. Tapi kalau untuk publik luar YPCM bisa saja menggunakan trainer dari luar BMI yang telah fasih dengan konsep-konsep Celestial Management ini. Jadi kalau ditanya bagaimana strategi YPCM untuk membangun kepercayaan
karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan Training Celestial Management (CMT) kepada karyawan BMI saya rasa itu masalah system yang ada antara BMI dan YPCM melalui trainer dari BMI itu sendiri. 2. Context (konteks) : a. Berapa lama CMT dilaksanakan? Kenapa? Jawab : Biasanya 2-3 hari, jum’at sampai minggu, kalau di Malaysia 2 hari disana tidak ada solo camp hanya materi dan simulasi dikelas. Kenapa? Karena saya rasa kalau terlalu lama tidak bagus juga sih, terlalu cepat banyak materi yang tidak tersampaikan tapi waktu ideal kita ya 2-3 hari itu sudah maksimal dan sudah cukup untuk menyampaikan semua. b. Apakah semua karyawan BMI wajib mengikuti CMT? Kenapa? Siapa saja mereka? Jawab : Wajib karena Celestial Management Training adalah salah satu dari 7 kefasihan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh kru BMI. Tinggal waktunya harus diatur bahkan setiap tahun harus direvisi lagi, kalau mau naik jabatan atau pangkat harus direvisi lagi. Yang ikut semua kru BMI mulai dari jabatan yang tinggi atau Direksi sampai karyawan, sampai office boy, sampai supir-supir BMI. Dari kru lama yang bekerja di BMI sampai kru yang baru masuk karena kita ingin menyamakan nilai-nilai atau cultur dan juga visi misi kepada seluruh kru BMI. c. Apa tujuan dilaksanakannya CMT ini? Jawab : Supaya mereka tahu lah visi misi dan tujuan BMI. Jangan datang duduk diam saja, setiap hidup pasti ada tujuan maka kita beritahu tujuan
hidup di materi kemaren. Tujuan hidup ente seperti apa sih? Sampe nama kita siapa? Anda kerja untuk apa? sehingga kalau anda tahu makna kerja untuk apa maka biasanya orang ga akan mau kerja di diskotik, karena dia tidak tahu kerja untuk apa. Pikirnya kerja untuk mengisi sejengkal perutnya orang mau melakukan apa saja , maka itu kita luruskan. Dan itu ada dalam agama kita kita saja yang tidak mau tahu. itu yang kita berusaha jelaskan, yang kita luruskan. Mengajak berfikir kembali dan memahami makna hidup itu aja. Karena kalau anda tahu makna hidup ga neko-neko kita, ga korupsi kita. Besok juga mati kita. d. Kenapa konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut harus dijadikan isi pelatihan CMT? Jawab : Memang dari awalnya lah. Dulu orang menilai BMI bisa melewati krisis karena nasib. Kata orang “nasib kalian sajalah itu” sebetulnya bukan, kita punya suatu visi misi tradisi-tradisi yang membuat kita bisa bertahan itulah yang kita bukukan dalam CMT. Jadi kita bukan nasib-nasib pan bisa melewati krisis. Kita punya keyakinan diri dan berhasil melewati itu. Kita punya rumusan untuk cara dan misi dan itu semua ada di CMT dari konsep Zikr, Pikr, Mikr. e. Kenapa Zikr, Pikr, Mikr tersebut sesuai untuk BMI? Jawab : Karena itulah tradisi yang dibangun oleh BMI, BMI ingin setiap kru punya tradisi Islami, Zikr, Pikr, Mikr itu. Zikr, Pikr, Mikr adalah tradisi BMI yang dibukukan. Waktu krisis moneter melanda BMI pas bank ini gonjang ganjing gara-gara krisis moneter, apa yang dilakukan kru-kru
BMI? Kita SMSan untuk melakukan tahajut pas jam 12 malam bangun seluruh kru BMI diseluruh Indonesia, inilah yang kita bukukan dalam bentuk Zikr, Pikr, Mikr. Jadi sebuah tradisi yang dibukukan. Itu adalah faktanya dan kita praktekkan dan ternyata betul dan sesuai dengan ayatayat al Qur’an. f. Dari hasil observasi saya selama mengikuti training
kamaren, saya
melihat pelaksanaannya melalui training yang dilakukan Indoor dan Outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Apakah ada bentuk lain seperti lazimnya training-training lainnya? Jawab : Ya sebetulnya sih sama saja pemberian materi di Indoor, Uotdoor, dan game. Dalam aktivitas training tersebut kenapa dilakukan didalam kelas?apa maksud dan tujuannya? Jawab : Ya itu hanya menyangkut metode pengajarannya saja Outbond? Maksud dan tujuannya? Jawab : Untuk simulasi dari materi-materi yang disampaikan didalam kelas Solo camp? Maksud dan tujuannya? Jawab : Muhasabah, hidup ini mau kemana? Apa yang aku cari. Setelah kita melakukan pencerahan terhadap hidup melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut kita suruh anda untuk berfikir dimalam yang gelap yang hanya diterangi lilin, dingin, sepi, dan sendirian.
Aktifitas spiritual? Maksud dan tujuannya? Jawab : Muhasabah juga intinya. 3. Content (isi) : a. Apa saja isi pesan yang ingin disampaikan dari CMT tersebut? Jawab : Mengetahui makna hidup dan tujuan hidup melalui Zikr, Pikr, Mikr. b. Lalu agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan, Bagaimana strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan CMT tersebut, ustad? Jawab : Melalui Film, slide, music, simulasi, ya metode belajar aja. Supaya teman-teman itu lebih paham. Sebetulnya diterangin dikelas aja bisa ga?bisa. diterangi ga ada filmakhirnya apa? Bosan…! Saya punya kesan, contohnya bunga yang dikasih seseorang bisa mewakili 1000 ucapannya. Begitu juga seperti film yang diputar dalam CMT bisa mewakili 1000 mungkin perasaan kita didalam itu karena orang akan lebih ingat dari melihat langsung. Makanya kita menggunakan film. Pola komunikasi aja itu. Simple aja. Contoh seperti olimpiade cacat, saya setiap kali membawakan materi itu selalu merinding, karena itu mewakili seluruh perasaan saya. c. Selama mengikuti training kemaren saya menangkap kesan bahwa YPCM dalam training CMT dimaksudkan sebagai upaya menurunkan visi langit melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr. Yaitu visi langit yang berupa spiritualitas
yang kita terima dalam bentuk firman-firman allah SWT maupun sabda utusannya. Apakah seperti itu ustad? Jawab : That’s Right..!!! d. Dari yang saya amati CMT mengajak kru tidak hanya dituntut untuk menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat atau yang biasa kita kenal sebagai Good Corporate Governance melainkan juga melaksanakan God Corporate Governance. Apakah seperti itu ustad? Jawab : Betul. Sebetulnya kamera CCTV tidak perlu dibuat, buat apa? Rakib dan Atib udah ada kok dikanan kiri kita, lebih canggih kameranya. Tapi kadang-kadang itu kurang kita pahami. Itu yang kita sampaikan kepada teman-teman. Kalau hitung duit jangan diselipinlah satu-satu. Kamera ini (CCTV) mungkin rusak, mati lampu tapi kamera Allah ga pernah rusak. Kalau ga percaya nanti diputarlah di akherat, he..he.. kita kerja dengan sungguh-sungguhlah kalau pimpinan ga ada jangan malesmales. Kita kan kerja untuk ibadah, tidak hanya untuk materi semata. e. Lalu saya juga menangkap informasi bahwa BMI didirikan dengan penuh perjuangan oleh para pendirinya. Untuk itu BMI mengajarkan kru untuk berjuang dan bergerak. Bisa dijelaskan maksudnya seperti apa ustad? Jawab : Betul. Dengan berjuang dan bergerak menegakkan ekonomi Islam. 4. Clarity (kejelasan) : a.
Bagaimana strategi YPCM agar konsep dari Training-Training Celestial Management bisa dipahami secara jelas bagi karyawan BMI?
Jawab : Indoor, Uotdoor, slide, music seperti naysid, film ya semua itu biar mereka lebih paham dan menghayati ajalah. 5. Continuity and consistency : a.
Apakah program Training Celestial Management tersebut dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan? Setiap berapa kali diadakan dan kenapa? Jawab : Yes of course, setiap setahun sekali biar direview ulang. Supaya memastikan baterenya di chas seperti direfresh kembali, iman kita naik turun. Sedangkan dikasih penataran saja belum tentu dia bekerja lebih bagus, dichas lagi biar kerja lebih bagus. Belum tentu dia bekerja jujur, dichas lagi biar dia kerja lebih jujur. Ya namanya manusia setan disamping, hari ini training kita nagis-nangis tapi pulang dari training kita ketawa-tawa ha..ha..ha..karena iman itu kata nabi naik dan turun, kalau naik kita lebih tinggi dari malaikat kalau turun kita lebih hina dari hewan. Makanya kemaren kita contohkan seperti contoh Ustad Abu Bakar Ba’asyir itu. Bagaimana variasi penyampaian dari CMT agar tidak monoton dan lebih mengena kepada maksud dan tujuan diadakan Training Celestial Management ini ustad? Jawab Kita meng update materi. Kalau ada film-film bagus tentang Islam kalau ada cerita-cerita baru lagi tentang orang-orang yang gigih berjuang kita up date, biasanya begitu . memperbarui materi, meng up date materi.
b. Apakah disetiap Training Celestial Management yang dilaksanakan oleh YPCM program-program trainingnya selalu sama seperti yang kemaren saya ikuti, ustad
?
Jawab : Ya bisa dikatakan sama tapi kalau game kita sesuaikan dengan tempat biasanya. Ketika lokasinya dipantai misalnya, bahkan kalau solo camp nya lebih seru dan seram kalau dilaksanakan dipantai. Dipantai Parangtritis itu lebih seram. 6. Channels (media) : a. Saluran atau media apa saja yang digunakan dalam CMT tersebut? Kenapa menggunakan media tersebut? Dan apakah memberikan efek yang diharapkan? Jawab : Soundsystem, komputer, buku, name tax, banner, slayer dan baju untuk memastikan ke panitia takut salah nanti disangkain orang kampung lagi he..he.. Supaya lebih efektif aja. Kalau pesannya tidak tersampaikan secara maksimal di materi training atau kalau pas materi itu anda ngantuk bisa baca bukunya lagi. Atau anda males baca bukunya ikut materi nya saja. Metode belajar sajalah itu. Kalau efeknya saya rasa lebih mengena tergantung kepada personalnya. Itu saya bilang tadi saya kalau film lebih mengena, film itu bisa mengungkapkan seribu perasaan kita dibanding seribu slide yang ditayangkan. Supaya lebih efektif saja. b. Kenapa
training dianggap
media yang tepat untuk menyampaikan
Celestial Management kepada karyawan BMI?
Jawab : Selain training apa? Kalau belajar mengajar monoton, salah satu metode yang paling tepat sih training kalau menurut kita untuk menyampaikan visi misi itu, banyak alasanlah. Belajar dikelas aja sih bisa, tapi kadang ngantuk. Atau kalau diadakan dikantor aja . tapi akan beda suasananya ketimbang kita adakan dipuncak 7. Capability of audiensce (kemampuan khalayak) : a. Bagaimana kesanggupan karyawan BMI dalam menjalankan Training Celestial Management tersebut? Jawab : Ya harus sanggup harus mampu, kan wajib. Makanya kalau ada peserta yang agak ngantuk-ngantuk yang agak pingsan-pingsan ya harus ditahannin. Karena dia kalau tidak ikut tidak lulus dia 7 kefasihan. b.
Bagaimana kemampuan karyawan BMI setelah menjalankan Training Celestial Management? Jawab : Bagusnya anda tanyakan saja ke karyawan, tapi kemaren anda kan juga mengikuti trainingnya, anda bisa mewakili perasaan mereka. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti.
c. Apakah
karyawan
BMI
setelah
menjalankan
Training
Celestial
Management tersebut memberikan dampak yang diharapkan? Jawab : Ya bagusnya anda Tanyakan kekaryawan.. karena belum ada riset tentang itu. tapi kalau dia betul-betul mengikuti pasti.. mungkin
dia
mendapatkan sepercik cahaya. Tapi kalau dia biasa-biasa ya seperti training biasalah. Ada yang berubah, ada ga berubah, ada yang kecapek an. Ya tergantung niatnya.
GUIDE INTERVIEW UNTUK KARYAWAN BMI Nibrasul Huda Ibrahim Hosen Officer Finacecing & Settlement Group Tanggal 10 juni 2009, Jam 13.00 WIB, BMI Head Office Arthaloka A. Sudah berapa lama anda bekerja di BMI? Jawab : Dari April 2009 ini ya. B. Dari mana anda kenal YPCM dan mengetahui program-program Training Celestial Management yang dikelola oleh YPCM? Jawab : Saya baru tahu YPCM pas ikut training kemeren ya. Jadi tidak begitu mengetahui program-programnya. Dan kebetulan juga saya baru pertama kali itu ikut training jadi tidak ada bayangan trainingnya akan seperti apa. He..he.. C. Apa alasan anda mengikuti Training Celestial Management tersebut? Jawab : Karena diwajibkan dari perusahaan ya. Dan juga karena sebelum kita ikut training-training BMI yang lainnya, kita harus ikut Training Celestial Management ini dulu.
1. Credibility (kepercayaan) : a. Menurut anda, bagaimana strategi
YPCM dalam membangun
kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan Training Celestial Management kepada karyawan? Jawab : Bagus. Menyentuh kita untuk berfikir banyak hal-hal yang selam ini yang kita tidak tahu dan mungkin alam bawah sadar tahu Cuma ga pernah dipraktekin juga. Pertanyaan : Seperti apa ? Jawab : Seperti berjuang dan bergerak ya. Kitakan ga pernah tahu dan itu sebetulnya kita sudah lakukan sehari-hari secara ga sadar kalau kita menginginkan sesuatu kita harus mendapatkannya dengan berusaha keras. 2. Context (konteks) :
a. Dari yang anda ketahui apa saja Training Celestial Management yang ditujukan kepada karyawan tersebut? dan Apa tujuan dilaksanakannya training CMT ini? Jawab : Ya seperti kemeren, tujuannya itu sebenernya sesuai dengan visi misi Bank Muamalat ya bank pertama murni syariah. Perilaku, akhlak karyawannya sesuai dengan syariah, gitu loh. Kita selalu diingatkan supaya kita lebih sadar lagi. Jangan kita bekerja dibank syariah tapi perilaku tidak syariah. Soalnya zaman dulu aku denger banyak hal-hal yang tidak pantas seperti di luar BMI lepas jilbab semua, keluyuran ke Ancol. Diluar waktu ketemu sama direktur tidak pake jilbab dengan baju yang gimana gitu, ditegur sama Direkturnya orangnya protes dan akhirinya terpaksa dilepas dan dengan CMT aku melihat jangan sampa kejadian seperti itu terulang lagi. Karena kita sudah punya komitmen kalau dimanapun kita berada kita harus melaksanakan sesuatu sesuai syariah baik diluar maupun didalam kantor. b. Berapa lama Training Celestial Management dilaksanakan? Kenapa menurut anda? Jawab : Kemaren ini 2 hari ya kan, kenapa 2 hari ya lama-lama juga buat apa intinya kan semua sudah diatur panitia. c. Apakah semua karyawan BMI wajib mengikuti CMT? Kenapa? Siapa saja mereka? Jawab : Wajib ya. Untuk meneruskan budaya kerja adalah ibadah di BMI jadi semua yang dilakukan juga adalah ibadah dan ZIKR,PIKR,MIKR itu
kan berkaitan dengan ibadah karena konsep dari Celestial Management Training itu. Karyawan yang ikut yaitu semua karyawan lama dan baru, semua karyawan dilantai 5 itu rata-rata udah pada ikut ya. d. Kenapa konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut harus dijadikan isi pelatihan CMT? Jawab: Kalau dilihat isinya itu tentang tauhid keimanan. Tentang bagaimana hubungan kita dengan manusia, tentang bagaimana hubungan kita denga tuhan. Bagaimana kita melayani nasabah, konsep Zikr, Pikr, Mikr inikan lebih banyak tentang keimanan dan akhlak gitu. e. Kenapa Zikr, Pikr, Mikr tersebut sesuai untuk BMI? Jawab : Karena BMI adalah bank syariah, yang kita kedepankan adalah nilai-nilai syariah. Melalui perilaku dan ibadah dan itu semua terangkum dalam konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut.. f. Dari hasil observasi saya selama mengikuti training kamaren, saya melihat pelaksanaannya melalui training yang dilakukan indoor dan outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Dari yang anda ikuti kemaren Apakah ada bentuk lain seperti lazimnya training-training lainnya? Jawab : Kalau ditanya bentuk lain dari training lazimnya aku ga tahu ya, soalnya aku baru pertama kali ikut training jadi...ya ga tahu bentuk lainya seperti apa. He…he… Dalam aktivitas training tersebut kenapa dilakukan didalam kelas?apa maksud dan tujuannya?
Jawab : Kalau di kelas aku rasa untuk pemberian materi 3 ranah 12 atribut Zikr,Pikr,Mikr itu ya. Kenapa di kelas mungkin untuk pembelajaran materi dan untuk lebih focus karena mereka kan menggunakan audiovisual. Outbond? Maksud dan tujuannya? Jawab : Kalau aku lihat dalam outbont itu kan kita dibagi beberapa team, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan baik dengan team dan nantinya may be bisa di aplikasikan di dunia kerja, dan permainanpermainan yang ada di dalam outbont kemeren merupakan simulasi dari materi yang disampaikan didalam kelas. Solo camp? Maksud dan tujuannya? Jawab : Sebagia suatu ujian agar kita bisa mandiri jaidi kita bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain karena dalam waktuwaktu tertentu kita perlu seprti itu. Dan juga keimanan dan kekonsistensian, ketekunan juga dimana kita jadi belajar tidak takut. Karena pengalaman pribadi aku itu sebenernya takut gelap tapi disana aku tidak takut he..he.. padahal itu kan hutan dan kita ditinggal sendirisendiri ditengah kegelapan. Jadi ada self inprofment lah. Itu juga bagaimana kita berusaha melakukan sesuatu yang mungkin diluar batas kemampuan kita tadinya kita pikir, tapi ternyata kita bisa melakukanny. Aku kan tidak pernah ikut camping dan aku pikir aku berhasil dan panitianya juga berhasil, he.he.. Aktifitas spiritual? Maksud dan tujuannya?
Jawab : Aktifitas spiritual untuk mendisiplinkan kita dalam beribadah, karena kadang kal kita tidak disiplin dengan ibadah-ibadah apaligi ibadh sunah seperti sholat tahajut. Dalam training kemaren kita dibangunin jam 3 pagi untuk berkumpul bersama dan melalkukan ibadah sholat tahajut, sholat subuh, baca Al Qur’an dan ceramah. Maksudnya aktifitas-aktifitas itu harus kita lakukan tidak hanya dalam training saja tapi ketika kita sudah selesai training aktifitas-aktifitas tersebut juga harus rutin dan disiplin kita jalankan karena kita adalah kru BMI dan harus bersikap syariah juga, aku rasa begitu. 3. Content (isi) : a. Apa saja isi pesan yang ingin disampaikan dari Training Celestial Management tersebut? Jawab : Kita harus mengerti konsep syariah melalui konsep Zikr,Pikr,Mikr dan mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari dan di dunia kerja BMI. b. Lalu agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan, Menurut anda bagaimana strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan Training Celestial Management tersebut? Jawab : Menurut aku pemberian materi di indoor dan outdoor melalui Audiovisual, film,slide, cerita-cerita, simulasi uotbond, dan solo camp c. Selama mengikuti training kemaren saya menangkap pesan bahwa YPCM dalam training CMT dimaksudkan sebagai upaya menurunkan visi langit
melalui konsep Zikr, Pikr, Mikr. Yaitu visi langit yang berupa spiritualitas yang kita terima dalam bentuk firman-firman allah SWT maupun sabda Rasullullah. Bagaimana menurut anda? Jawab : Benar begitu, visi langit kan lebih kepada ketuhanan, dan Celestial Management adalah manajement langit yaitu manajement ketuhanan. Dimana dalam konsep-konsep Zikr,Pikr,Mikr itu diadop dari ajaran Islam dan syaraih Islam. Semuanya ada dalil-dalil Qur’annya. d. Dari yang saya amati pesan dari training CMT mengajak kru tidak hanya dituntut untuk menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat atau yang biasa kita kenal sebagai Good Corporate Governance melainkan juga melaksanakan God Corporate Governance. Apakah seperti itu? Jawab : Iya betul, karena BMI adalah bank syariah yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam dalam bertransaksi. Dimana aturan manusia tidak lah sempurna karena dalam Good Corporate Governance aturan yang dibuat berdasarkan pengawasan manusia yang tidak sempurna dan abadi, tapi kalau aturan Allah atau God Corporate Governance Dia bisa mengawasi kita dimana saja dan kapan saja, ya maha sempurna dan abadilah. e. Lalu saya juga menangkap informasi bahwa BMI didirikan dengan penuh perjuangan oleh para pendirinya. Untuk itu BMI mengajarkan kru untuk berjuang dan bergerak. Kalau pemahaman anda sebagai karyawan berjuang dan bergerak separti apa?
Jawab : Berjuang dan bergerak untuk melayani nasabah dan mmajukan perusahaan dengan cara-cara syariah. 8) Clarity (kejelasan) : a. Dari training yang anda ikuti bagaimana strategi YPCM agar konsep Training Celestial Management bisa dipahami secara jelas bagi karyawan BMI? Jawab : Sepertinya dengan menggunakan media audiovisual seperti ada film, slide, naysid, dan cerita-cerita nyata yang berhubungan dengan materi Zikr, Pikr, Mikr itu ya, dan juga melalui simulasi outbond dan solo camp dihutan. 9) Continuity and consistency : a. Sepengetahuan anda apakah program Training Celestial Management tersebut dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan? Setiap berapa kali diadakan dan kenapa? Jawab : Iya, sekarang lagi di Surabaya. Kayaknya setiap bulannya ada terus. Itu dilakukan supaya konsep Celestial Management itu dipahami oleh setiap kru BMI dan kinerja kru sesuai dengan yang diharapkan oleh manajement. b.Menurut anda Bagaimana variasi dari Training Celestial Management tersebut agar tidak monoton dan lebih mengena kepada maksud dan tujuan diadakan Training Celestial Management ini? Jawab : dari yang aku ikutin kemaren mungkin variasinya dari film, slide dan cerita barangkali ya. Tapi mungkin untuk selanjutnya bisa
menggunakan silmulasi atau acting dari peserta atau panitia tentang konsep dari materinya, dan juga kalau bisa trainernya ada yang perempuan karena yang kemeren trainernya cowo semua ya he..he.. 10) Channels (media) : a. Saluran atau media apa saja yang digunakan dalam Training Celestial Management tersebut? Menurut anda kenapa YPCM menggunakan media tersebut? Jawab : Audiovisual film, slide, music nasyid, buku “the celestial management”,
cerita
kisah
nyata,
banner,
baju
dan
slayer.
Kenapanya…mungkin seperti film Finding Nemo itu, mereka kan terjaring oleh nelayan tapi dengan kerja sama team akhirnya mereka bisa bebas itukan perumpamaan dari konsep Mikr. b. Apakah saluran tersebut memberikan efek yang diharapkan? Jawab : Kalau bagi saya sudah bisa memberikan efek yang diharapkan, karena sudah cukup jelas untuk memahami konsep Celestial Management tersebut. 11) Capability of audiensce (kemampuan khalayak) : a. Bagaimana kesanggupan anda BMI dalam menjalankan Training Celestial Management
tersebut?
Setelah
menjalankan
Training
Celestial
Management bagaimana dampaknya bagi anda dan implikasinya terhadap pekerjaan anda di BMI? Jawab : Kalau dalam Celestial Management Training ga sanggup setelah itu…lumayan jontor habis he..he.. pas solo camp aku kan dari kesehatan
juga ga begitu bagus ga bisa nanjak trus jantung aku juga kurang bagus juga tapi alhamdullillah aku dapat kekuatandari mana. Itu semua sudah diluar kemampuan aku tapi allhamdulillah disana itu dengan pertolonagn Allah aku bisa melewati itu. Setelah menjalankan CMT dampaknya mungkin kepemahaman diri, lebih PD, lebih sadar ketika kita susah kita ga hanya bergantung pada orang tapi mungkin kita harus lebih banyak berdoa. Tapi kalau implikasinya kedunia kerja tidak terlalu signifikan dampaknya karena aku sudah biasa bekerja ya. Jadi ga ada perubahan drastic dari hasil itu.
GUIDE INTERVIEW UNTUK KARYAWAN BMI DELIANI WAHIDA NOOR Firtual Bank Officer (FBO) Tanggal 12 juni 2009, Jam 12.30 Wib, BMI Head Office Arthaloka a. Sudah berapa lama anda bekerja di BMI? Jawab : Saya kerja di BMI kurang lebih 2 bulan, saya kerja di Firtual Bank Officer (FBO) itu domintnya di Bussines Innovations Group (BIG) b. Dari mana anda kenal YPCM dan mengetahui program-program Training Celestial Management yang dikelola oleh YPCM? Jawab : Kalau tentang CMT nya saya sendiri kenal tahun 2007 sebelum masuk Muamalat, saya sudah tahu di BMI ada CMT karena pertama memang bukunya dijual di Gramedia trus yang kedua karena ada kenalan yang kerja di BMI dan dia cerita tentang CMT ini. Tapi kalau YPCM saya baru tahu pas training kemaren ini. c. Apa alasan anda mengikuti Training Celestial Management tersebut? Jawab : Selain menurut atasan saya bagus untuk penambahan ilmu kru BMI, dan Training Celestial Management juga diwajibkan bagi seluruh kru BMI. 1. Credibility (kepercayaan) : a. Menurut anda, bagaimana strategi
YPCM dalam membangun
kepercayaan karyawan BMI terhadap YPCM dalam memberikan Training Celestial Management kepada karyawan? Jawab : Kalau saya pribadi saya belum pernah melihat bagaimana strategi YPCM ya. Karena di BMI CMT itu sendiri diwajibkan, baik itu bagi pekerja internal BMI maupun bagi eksternalnya, seperti saya dari outsoursing. Tapi saya rasa bagimana kru mempercayai YPCM mungkin lebih kepada BMI sendiri, ya dari system yang lama lah, para traineernya yang mayoritas adalah kru BMI ... Mungkin itu yang membuat BMI mempercayakan kru nya untuk mengikuti
CMT yang dikelola oleh
YPCM ini Bagaimana YPCM dipercaya sama system yang lama aja. 2. Context (konteks) :
a. Dari yang anda ketahui apa saja Training Celestial Management yang ditujukan kepada karyawan tersebut? dan Apa tujuan dilaksanakannya training CMT ini? Jawab : Sepertinya hanya CMT itu saja. Tujuannya saya lebih melihat CMT itu…agar para kru BMI lebih mengerti apa yang dia hadapi nantinya di BMI, mereka tidak hanya bekerja dengan otak saja tapi juga dari hati. Lebih kepengembangan dari emosi, spiritual, dan juga moral para kru. b. Berapa lama Training Celestial Management dilaksanakan? Kenapa menurut anda? Jawab : 2 hari lebih. Dari yang saya lihat karena ada beberapa dimensi yang harus ditembus dulu diawal. Kalau digambarkan pada umumnya mungkin seperti IQ,EQ,SQ. dan untuk menembus keseluruhan itu tidak mungkin ditembus dalam waktu 1 hari saja atau pun 1 malam jadi perlu proses. Proses pengertian dulu baru dimasukin ilmunya. Pengertian seperti, siapa saya, kenapa saya, apa yang saya lakukan, apa yang saya cari. Dan untuk seperti itu kita tidak bisa langsung ke goal tengahnya makanya butuh waktu. Malah menurut saya 2 hari itu kurang. Butuh waktu lebih lama butuh proses. Tanya : Jadi waktunya masih dirasa kurang ya? Jawab : Kalau untuk CMTnya kurang menurut saya, karena dengan materi yang banyak 12 materi kalau tidak salah. 12 materi kalau kita bagi 2 hari saja 6 materi 6 materi sedangkan kemampuan manusia itu mungkin sebaiknya 3 materi/hari. Jadi semua itu bertahap tidak terlalu terkesan
memaksa. Kalau memang bisa lebih banyak waktunya mungkin hasilnya akan lebih maksimal dan optimal. Karena kita kan mengingikan hasilnya. c. Kenapa semua karyawan BMI wajib mengikuti CMT? Siapa saja mereka? Jawab : Karena BMI selain karena syariah bank, BMI membutuhkan kru yang mau berusaha bersama bukan hanya menjalankan apa yang ada dan tentunya dengan cara-cara yang syariah dan juga disini tempatnya untuk memperkenalkan nilai-nilai BMI, budaya, dan sejarahnya. Setahu saya mereka adalah seluruh kru BMI baik yang internal, eksternal, kru yang telah lama bekerja maupun yang baru. d. Kenapa konsep Zikr, Pikr, Mikr tersebut harus dijadikan isi pelatihan CMT? Jawab : Mungkin dari BMI nya sendiri yang menginginkan konsep itu di perkenalkan kepada kru melalui training tersebut. Karena pada dasarnya konsep tersebut kan terdapat dari buku Celestial Mangement Bapak Riawan Amin mantan CEO BMI yang ditransferkan kepada seluruh kru BMI dan sekarang ini sudah diminati juga oleh publik luar BMI ya untuk mengikuti trainingnya. f. Kenapa Zikr, Pikr, Mikr tersebut sesuai untuk BMI? Jawab : Mungkin itu adalah penyatuan budaya kerja, visi, misi, tujuan dan juga budaya BMI seperti itu, he…he… saya menggambarkannya seperti itu maka mereka membuat konsep Zikr, Pikr, Mikr itu dan juga itu adalah fakta yang telah dilakukan oleh BMI, ya Zikr, Pikr, Mikr itu. Ya agar kita punya satu visi, misi, budaya meskipun kita datangnya dari
pemikiran dan lingkungan yang berbeda-beda, inilah budaya yang ingin diperkenalkan oleh BMI kepada kru. h. Dari hasil observasi saya selama mengikuti training
kamaren, saya
melihat pelaksanaannya melalui training yang dilakukan indoor dan outdoor dengan memberikan materi dikelas, outbond game dan juga solo camp dihutan. Dari yang anda ikuti kemaren Apakah ada bentuk lain seperti lazimnya training-training lainnya? Jawab : Kebetulan saya sudah pernah mengikuti training seperti ini, saya alumnus ESQ Ary Ginanjar Agustian. Mereka punya 12 konsep juga untuk manusia. Dan dalam mengikuti Training Celestial Management kemaren saya tidak begitu kaget karena saya sudah pernah ikut program sejenis. Pada dasarnya konsep yang disajikan sama yaitu untuk menciptakan insan manusia yang lebih baik. Pointnya sama exmple : kalau di ESQ disebut Zero Main Proses, sedangkan CMT disebutnya Zero Base. Perbedaanya ESQ 2 hari dengan permainan dan simulais dilakukan dikelas, kalau CMT permainan dilakukan diluar plus ada solo camp. Dalam aktivitas training tersebut kenapa dilakukan didalam kelas?apa maksud dan tujuannya? Jawab : Untuk pemahaman lebih secara visual, audiovisual dan perasa. Kalau itu dilakukan diluar mungkin tidak memberikan efek yang diharapkan. Outbond? Maksud dan tujuannya?
Jawab : Saya rasa untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang disampaikan dikelas melalui permainan outbond. Solo camp? Maksud dan tujuannya? Jawab : Mungkin lebih kepada tafakur alam, jujur saya pribadi kurang setuju karena mungkin disini saya lebih subjektif karena saya memang agak penakut he…he.. tapi konsepnya baik-baik aja ya hm… menggambarkan kita mendengar tasbih alam semesta. Aktifitas spiritual? Maksud dan tujuannya? Jawab : Ya agar kita lebih disiplin dalam beribadah kepada allah SWT 3. Content (isi) : a. Apa saja isi pesan yang ingin disampaikan dari Training Celestial Management tersebut? Jawab : Untuk menyampaikan konsep Zikr, Pikr, Mikr itu. Jadilah manusia yang baik secara moral, etika, skill, dan attitude. b. Lalu agar isi pesan dari CMT melalui 3 ranah 12 atribut tersebut dapat memberikan arti dan manfaat bagi karyawan, Menurut anda bagaimana strategi YPCM merancang metode penyampaian isi pesan Training Celestial Management tersebut? Jawab : Dari yang kemaren itu ada dua cara yaitu melalui Indoor dan Outdoor. Indoor dikelas dengan mendengarkan materi, kisah, film, slide, dan nasyid. Sedangkan Outdoornya ada aktivitas outbond ditaman dan juga terakhir ada solo camp dihutan. Saya rasa semua kegiatan tersebut satu konsep penyampaian dari Zikr, Pikr, Mikr itu tadi.
c. Dari yang saya amati pesan dari training CMT mengajak kru tidak hanya dituntut untuk menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat atau yang biasa kita kenal sebagai good corporate governance melainkan juga melaksanakan god corporate governance. Apakah seperti itu? Jawab : Kalau menurut saya, kita berusaha menyatukan visi bahwa bekerja bukan hanya untuk perusahaan apalagi kita adalah perbankan syariah. Tentunya kita bekerja untuk Allah tentunya kita bekerja lebih baik lagi. Implikasinya begini kalau kamera CCTV digunakan di ATM untuk perlindungan tapi kalau kamera Allah ada dimana mana. d. Lalu saya juga menangkap informasi bahwa BMI didirikan dengan penuh perjuangan oleh para pendirinya. Untuk itu BMI mengajarkan kru untuk berjuang dan bergerak. Kalau pemahaman anda sebagai karyawan berjuang dan bergerak separti apa? Jawab
:
Kalau
saya
bilang,
berjuang
dan
bergerak
dengan
memperkenalkan dan membuat nasabah percaya bahwa landasan syariah memang itulah yang terbaik. karena kita kan berjuang demi ekonomi umat. 4. Clarity (kejelasan) : a. Dari training yang anda ikuti bagaimana strategi YPCM agar konsep Training Celestial Management bisa dipahami secara jelas bagi karyawan BMI? Jawab : Melalui audiovisual, melalui indra perasa, penglihatan, pendengaran dan juga melalui simulasi. Example : Outbond bagaimana
kita berkompetisi, merancang strategi, kerja sama team. Ya bagaimana kita kompak dan menghasilan sesuatu yang baik bersama-sama lah. Kan seperti permainan kemaren yang terkadang kita rela terinjak-injak dan menggendong teman agar apa? Agar kita berhasil dan menang. Dan ada juga melalui film seperti film finding Nemo itu, yang menggambarkan kerja sama dan bagaimana mereka bisa terbebas dari perangkap jaring nelayan, itukan dari komando Nemo dan ayahnya. Juga melalui solo camp merenungkan apa yang telah di dapat dari konsep Zikr, Pikr, Mikr yang disampaikan oleh traineernya. Dan masih banyak yang lainnya ya ☺ 5. Continuity and consistency : a. Sepengetahuan anda apakah program Training Celestial Management tersebut dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan? Jawab : Sepertinya tidak. Pertanyaan : Tapi menurut pengelola dan traineer Training Celestial Management dilakukan secara terus menerus loh mbak, paling tidak dalam setahun sekali mereka akan diikuti kembali. Jawab : Akh… nggak juga tuh, sebab ada teman saya yang sudah dua tahun bekerja tapi baru satu kali mengikuti Training Celestial Management pas pertama kali masuk. Tidak ada pengulangan kembali sampai sekarang. b. Menurut anda Bagaimana variasi dari Training Celestial Management tersebut agar tidak monoton dan lebih mengena kepada maksud dan tujuan diadakan Training Celestial Management ini?
Jawab : Mungkin untuk selanjutnya variasinya perbaikan dari aplikasiaplikasi seperi film agar lebih mengena lagi dan bahan-bahan penunjang lainya perlu disempurnakan. Tapi untuk masukan, saya disini tidak bermaksud untuk membanding-bandingkan ya tapi bisa untuk masukan bagi YPCM. Saya ikut ESQ tahun 2004 dan sampai sekarang tahun 2009 ini perkembangan modul penunjang sudah sangat pesat dan luas. Saya rasa mungkin orang YPCM pernah ada yang ikut ESQ juga begitu ya. Ya saya bilang itu perlu dikembangkan lagi, biar lebih menggugah lagi. Mungkin dari cara penyampaian, cara berbicara, intonasi. Gimana caranya mengena bukan hanya mengerti. Karena itu cukup penting menurut saya karena membawa orang untuk terhanyut itu tudak mudah. Apa lagi kita berbicara tentang agama kan biasanya orang akan bilang “akh.. gw lebih pinter, akh…gw lebih tahu..” ya gimana caranya lebih menggugah perasaan orang. 6. Channels (media) : a. Saluran atau media apa saja yang digunakan dalam Training Celestial Management tersebut? Menurut anda kenapa YPCM menggunakan media tersebut? Jawab : Kemaren mereka memakai Soudsystem, tapi layarnya hanya pake dinding ya, semestinya harus pake layar ya kalo saya boleh saran he..he…trus pake audiovisual, buku The Celestial Management, laptop, name take, LCD, banner, baju, slayer. b.
Apakah saluran tersebut memberikan efek yang diharapkan?
Jawab : Semestinya iya, tapi kalau bagi saya kurang he…he..masih kurang menampar he..he…kalau di ESQ mereka bisa menggunakan layar 5X6 dengan suondsystem 20-40 Ribu. 7. Capability of audiensce (kemampuan khalayak) : a.
Bagaimana kesanggupan anda BMI dalam menjalankan Training Celestial Management tersebut? Setelah menjalankan Training Celestial Management bagaimana dampaknya bagi anda dan implikasinya terhadap pekerjaan anda di BMI? Jawab : Kesanggupanya…..ya sanggup-sanggup aja, Cuma andai-andai dikasih waktu istirahat agak banyak dikit he…he..cape bu...!! waktu yang kurang dan kelelahan yang luar biasa. tapi memang training-training spiritual memang begitu. Lebih menguras energi., ya seperti ingin mengancurkan
batu
memang
lebih
butuh
tenaga.saya
pernah
membahasnya dengan teman ternyata itu ada maksudnya, semua untuk melatih kita sebenarnya dalam dunia kerja BMI ya seperti itu harus punya kekuata dan kemauan fisik yang cukup baik Setelah trainingnya saya baru mengalami perubahan dalam diri saya terutama dalam hal spiritual. Jadi lebih rajin lagi ibadahnya☺