ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, CASH RATIO, SERTA CURRENT RATIO TERHADAP DEVIDEN KAS PADA KELOMPOK JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2008
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh: RAHMAWATI NIM: 105046101650
Oleh: RAHMAWATI NIM: 105046101650
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
KATA PENGANTAR
Puij dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW bersert para sahabat, keluarga dan pengikutnya sampai hari ini. Semoga di akherat nanti kita mendapatkan syafa’at dari beliau Rasulullah SAW. Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan meskipun penulis sadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Namun penulis ucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbangsih dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain: 1. Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM sebagai dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr.Euis Amalia, M.Ag dan H. AH. Azharuddin Latief, M.Ag, MH sebagai Ketua Program Studi Muamalat dan Sekretaris Program Studi Muamalat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Syahrul A’dam, M.Ag dan Djaka Badranaya, S.Ag., ME sebagai pembimbing I dan pembimbing II penulis yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 4. Orang tua penulis, Abdullah (Alm) dan Mujnah yang selalu setia dan sabar mendukung, memberikan doa dan semangat yang mengiringi setiap langkah penulis sampai hari ini. Untuk adik dan kakak-kakak penulis khususnya Sarini
i
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini (maaf ya lulusnya telat, tidak sesuai dengan yang diharapkan). 5. Pimpinan serta Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari referensi baik buku-buku, skripsi, jurnal, dan lain sebagainya sehingga penulis merasa terbantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh Dosen, Karyawan, serta segenap Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis. 7. Teman-teman “Sabila Adzkiya” , anak-anak Perbankan Syariah angkatan 2005 khususnya kelas C Mitha, Ulfa, Leni, Upi, dan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih buat semua kebersamaannya selama ini. Demikian, dengan sangat bersyukur akhirnya penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya. Semoga Allah SWT membalas dengan berlipat ganda kebaikan agar kita semua bermanfaat di dunia maupun di akherat kelak.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
:i
DAFTAR ISI
: iii
DAFTAR TABEL
: vi
DAFTAR GAMBAR
: vii
DAFTAR LAMPIRAN
: viii
BAB. I
PENDAHULUAN
:1
A. Latar Belakang Masalah
:1
B. Identifikasi Masalah
:8
C. Batasan Penelitian
:8
D. Batasan Masalah
:9
E. Perumusan Masalah
:9
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
: 10
G. Kajian Pustaka
: 11
H. Hipotesa
: 15
I. Metode Penelitian
: 16
J. Sistematika Penulisan
: 20
KAJIAN TEORI
: 22
A. Pengertian Deviden
: 22
B. Jenis-Jenis Deviden
: 27
C. Teori-Teori Kebijakan Deviden
: 30
BAB. II
iii
D. Jenis-Jenis Kebijakan Deviden
: 31
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden : 33
BAB. III
BAB. IV
F. Prosedur Pembayaran Deviden
: 38
METODOLOGI PENELITIAN
: 40
A. Ruang Lingkup Penelitian
: 40
B. Metode Penentuan Sampel
: 40
C. Metode Pengumpulan Data
: 41
D. Jenis dan Sumber Data
: 42
E. Teknik Analisis Data
: 43
F. Pengujian Hipotesis
: 49
G. Operasional Variabel Penelitian
: 50
ANALISA DAN PEMBAHASAN
: 53
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
: 53
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
: 53
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
: 54
3. Sejarah Jakarta Islamic Index
: 55
4. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan Jakarta Islamic Index
: 59
B. Deskripsi Variabel Penelitian
: 62
1. Return On Invesment
: 62
2. Cash Ratio
: 63
3. Current Ratio
: 64
iv
4. Deviden Kas
: 65
C. Analisa dan Pembahasan
: 66
1. Uji Asumsi Klasik
: 66
a. Uji Normalitas Data
: 66
b. Uji Multikolinearitas
: 67
c. Uji Autokorelasi
: 69
d. Uji Heterokedastisitas
: 70
2. Pengujian Hipotesis
BAB. V
: 71
a. Uji Parsial
: 71
b. Uji Simultan
: 72
3. Uji Koefisien Determinasi
: 73
4. Analisa Regresi Ganda
: 74
KESIMPULAN DAN SARAN
: 80
A. Kesimpulan
: 80
B. Saran
: 81
DAFTAR PUSTAKA
: 82
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan
: 61
Tabel 4.2 Data ROI 2005-2008
: 62
Tabel 4.3 Data Cash Ratio 2005-2008
: 63
Tabel 4.4 Data Current Ratio 2005-2008
: 64
Tabel 4.5 Data Deviden Kas 2005-2008
: 65
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas
: 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
: 69
Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan
: 71
Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial
: 72
Tabel 5.0 Hasil Uji Koefisien Determinasi
: 74
Tabel 5.1 Hasil Uji Regresi Setelah Outlier
: 74
Tabel 5.2 Hasil Uji Regresi Setelah Transform
: 75
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data
: 67
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
: 70
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Data Keuangan Perusahaan di Jakarta Islamic Index
: 86
Lampiran 2. Hasil Output Pengolahan Data Melalui Program SPSS 16.0
: 87
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Aktivitas ekonomi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, para investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan biasanya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Ketika menanamkan modal di perusahaan emiten, pemegang saham dalam hal ini adalah para investor mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya itu baik berupa pendapatan deviden maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan deviden, secara garis besar ada dua jenis deviden yang dapat diperoleh pemegang saham, yaitu deviden kas dan deviden non kas. 1 Deviden kas (cash dividend) adalah deviden yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Deviden non kas adalah
1
Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2000), h. 381.
1
2
deviden yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Contoh deviden non kas adalah deviden saham (stock dividend) dan deviden aktiva. Deviden kas merupakan masalah yang seringkali menjadi pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten, bahkan cenderung menjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten. Kontroversi terjadi karena adanya berbagai macam teori tentang kebijakan deviden, antara lain the dividend irrelevance theory, the birdin-the hand theory, dan the tax preference theory. 2 Dalam dividend irrelevance theory dinyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan, maupun biaya modalnya. Penganjur utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani ( Miller & Modigliani / MM ). MM berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya. Pendapat mereka didasarkan pada asumsi- asumsi sebagai berikut: 3 a) Tidak ada pajak, b) Tidak ada biaya emisi, c) Leverage keuangan tidak berpengaruh terhadap biaya modal, d) Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek perusahaan, 2
Farah Margaretha, Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan: Investasi dan Sumber Dana Jangka Panjang, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 142. 3 Ibid., h. 142.
3
e) Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri, f) Kebijakan penganggaran modal terlepas dari kebijakan devidennya. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari aset perusahaan. Oleh karena itu, nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagi dalam bentuk cash dividend atau laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Teori tersebut ditekankan bahwa pengaruh pembayaran deviden terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain, artinya bila perusahaan membayar deviden maka perusahaan harus mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran deviden tersebut. Dengan demikian adanya kenaikan pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Teori kedua, the bird-in-the-hand theory yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri atau kas akan naik bila deviden dikurangi karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dari pembagian deviden daripada capital gain yang akan dihasilkan dari laba ditahan. 4 Oleh karena itu, kas akan naik jika deviden berkurang. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor pada umumnya menghindari resiko, dan deviden yang diterima sekarang mempunyai resiko yang lebih kecil daripada deviden yang 4
Ibid., h.143.
4
diterima di masa yang akan datang. Pembayaran deviden sekarang dipercaya dapat mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya jika deviden tidak dibayarkan atau dikurangi, tingkat ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Dalam prakteknya, tindakan manajer keuangan dan pemegang saham cenderung menunjang kepercayaan bahwa kebijakan deviden mempengaruhi nilai saham, karenanya sesuai dengan teori ini, maka setiap perusahaan harus mengembangkan kebijakan deviden untuk memenuhi sasaran dari pemilik dan memaksimalisasi kekayaan yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan. Teori terakhir tentang kebijakan deviden adalah tax preference theory yang dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy mengatakan bahwa karena deviden cenderung dikenakan pajak lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi. 5 Teori ini menganjurkan agar perusahaan untuk lebih menentukan dividend pay out ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan deviden sama sekali untuk meminimalkan biaya modal atau memaksimalkan nilai perusahaan. Ditinjau dari kepentingan perusahaan emiten, pendapat yang pertama dan yang ketiga, yaitu bahwa kebijakan deviden tidak relevan dengan nilai perusahaan dan bahwa deviden yang rendah akan meningkatkan nilai perusahaan yang disukai. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak perlu mempersiapkan pengeluaran
5
Ibid., h. 143.
5
yang tinggi untuk pembayaran deviden, sehingga deviden yang seharusnya dibagikan dapat digunakan untuk modal perusahaan. Di lain pihak ditinjau dari kepentingan pemegang saham, pendapat kedua yang lebih disukai, yaitu deviden dibagikan sekarang, khususnya bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka menengah. Di lain pihak bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang, relatif lebih menginginkan pengembangan modal perusahaan, sehingga tidak terlalu menuntut untuk dibagikan deviden. Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan para investor untuk menanamkan modalnya, khususnya di bursa efek adalah faktor-faktor fundamental perusahaan. Indikator yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan perusahaan. Berdasarkan indikator ini, investor akan menganalisis bagaimana return yang akan diharapkan, dan tentunya resiko yang akan ditanggung. Analisis inilah yang akan digunakan sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan. Analisis terhadap rasio-rasio keuangan tentunya sangat luas, dimana salah satunya dapat memanfaatkan regeresi linear beganda. Disamping itu, rasio-rasio keuangan yang dapat dijadikan indikator sangat banyak. Terkait dengan pembagian cash dividend kepada para pemegang saham, banyak faktor-faktor rasio keuangan yang dapat dijadikan pertimbangan diantaranya adalah ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning per share, dan cash dividend pay out ratio.
6
Bagi pemegang saham semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga wajar jika pemegang saham mengharapkan pembagian deviden kas jika ROI meningkat. Demikian juga apabila cash ratio, current ratio dan earning per share (EPS) meningkat, maka pemegang saham mempunyai harapan bahwa perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagi deviden kas. Sebaliknya jika debt to total asset perusahaan emiten meningkat, maka pemegang saham tidak mengharapkan perusahaan membagi deviden kas. Dilihat dari segi deviden payout ratio, pemegang saham akan melihatnya sebagai tanda mengenai kemungkinan besarnya deviden kas yang akan dibagikan di masa yang akan datang. Di lain pihak bagi perusahaan emiten, pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan pembagian deviden kas tidak semudah itu. Perusahaan emiten akan mempunyai banyak pertimbangan yang kadang kala bertentangan dengan harapan dari pemegang saham. Ketika terjadi pertentangan seperti ini, segala teori yang berkaitan dengan pembagian deviden kas seakan-akan menjadi tidak berguna, karena keputusan akhir untuk membagi deviden kas berada sepenuhnya di tangan manajemen perusahaan emiten, khususnya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketika memutuskan untuk melakukan pembagian deviden kas, perusahaan emiten harus mempertimbangkan banyak faktor. Menurut Bambang faktor yang harus diperhatikan antara lain posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar utang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap
7
perusahaan. 6 Sedangkan menurut James dan John Wachowicz faktor yang mempengaruhi kebijakan dalam pembagian deviden adalah peraturan-peraturan hukum, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam, batasan-batasan dalam perjanjian utang, pengendalian, serta beberapa pengamatan terakhir lainnya. 7 Terkait dengan pembagian cash dividend kepada para pemegang saham, terkadang faktor ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning per share, dan cash dividend payout ratio tidak dipertimbangkan dalam pembagian cash dividend. Dengan kata lain pembagian cash dividend tergantung sepenuhnya kepada kebijakan RUPS. Berdasarkan dengan pemaparan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian deviden kas pada kelompok Jakarta Islamic Index di BEI dengan menggunakan rentang waktu tahun 2005-2008. Akan tetapi pada masalah ini peneliti membatasi penelitian pada tiga indikator saja, yaitu return on investment (ROI), cash ratio, current ratio. Ketiga indikator inilah yang akan dilihat pengaruhnya terhadap deviden kas. Adapun judul penelitian yang ingin penulis lakukan berjudul “ ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT (ROI), CASH RATIO, SERTA CURRENT RATIO TERHADAP DEVIDEN KAS PADA KELOMPOK
6
Bambang Riyanto, Dasar- Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi.IX, ( Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta, 1995), h. 267-268. 7 James Van Horne dan John Wachowicz, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerjemah Heru Sutojo [ Jakarta: Salemba Empat, 1998], 501-504.
8
JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2005-2008 ”.
B. Identifikasi Masalah Dari judul penelitian yang diambil penulis, ada banyak hal yang terkait didalamnya. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ketertarikan para investor untuk melakukan investasi. 2. Harapan setiap para investor berinvestasi di pasar modal karena tingkat pengembalian berupa deviden kas yang jelas. 3. Alasan investor menanamkan modal di pasar modal karena mereka beranggapan bahwa dengan investasi maka akan lebih aman dibandingkan bila berinvestasi di non sekuritas. 4. Adanya keterkaitan antara deviden kas dengan return on investment, cash ratio serta current ratio. C. Batasan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih fokus dan optimal, maka peneliti melakukan beberapa kriteria terhadap perusahaan-perusahaan yang tergabung di Jakarta Islamic Index guna sebagai batasan dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang terdaftar dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII ).
9
2. Perusahaan yang masuk dalam JII minimal 4 tahun berturut-turut dalam periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2008. 3. Menerbitkan laporan keuangan untuk tahun buku 31 Desember 2005 sampai dengan 31 Desember 2008. 4. Memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian.
D. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasannya dalam lingkup sebagai berikut: 1. Analisis return on investment, di Jakarta Islamic Index selama periode Januari 2005 sampai Desember 2008. 2. Analisis cash ratio di Jakarta Islamic Index selama periode Januari 2005 sampai Desember 2008. 3. Analisis current ratio di Jakarta Islamic Index selama periode Januari 2005 sampai Desember 2008. 4. Analisis deviden kas di Jakarta Islamic Index selama periode Januari 2005 sampai Desember 2008. 5. Periode penelitian ini selama 4 tahun yang dianalisis dengan data tahunan.
10
E. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, secara umum penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni hanyalah meneliti pada faktor return on investment (ROI), cash ratio, current ratio saja dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi pembagian deviden kas. Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih sistematis dan teratur, maka perlu dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan deviden kas sejak tahun 2005 sampai dengan tauhn 2008? 2. Bagaimana pengaruh ROI, cash ratio, serta current ratio terhadap pembagian deviden kas? 3. Variabel manakah diantara ROI, cash ratio, serta current ratio yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pembagian deviden kas pada kelompok JII di BEI?
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a) Untuk mengetahui perkembangan deviden kas sejak tahun 2005 sampai dengan 2008 pada kelompok JII di BEI. b) Untuk mengetahui pengaruh ROI, cash ratio, serta current ratio terhadap pembagian deviden kas pada kelompok JII di BEI.
11
c) Untuk menganalisa variabel manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap pembagian deviden kas pada kelompok JII di BEI.
2. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a)
Bagi penulis, hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai praktek pasar modal khususnya yang berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi cash dividend perusahaan.
b)
Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai masukan dalam penentuan pilihan investasi yang akan dikakukan perusahaan.
c)
Bagi Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,
hasil
penelitian
dapat
digunakan
untuk
memperkaya kajian ilmiah dalam praktek pasar modal khususnya yang berada di JII.
G. Kajian Pustaka Penelitian terdahulu yang serupa dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati Sutarno, 8 Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah 8
Ernawati Sutarno, “Analisis Pengaruh Earnings dan Cash Flow Terhadap Deviden (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEJ tahun 2000-2003),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 66-67.
12
Jakarta pada tahun 2005, dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Earning dan Cash Flow Terhadap Deviden”, Studi Empiris pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEJ tahun 2000-2003, dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa earning mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel deviden dan cash flow tidak berpengaruh secara signifikan terhadap deviden. Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati Sutarno tersebut sejalan dengan pendapat Litner (1956) yang mengatakan bahwa perusahaan akan menaikkan deviden hanya ketika manajemen percaya earnings telah meningkat secara permanen, dengan kata lain faktor yang mempengaruhi deviden adalah earnings perusahaan. Interpretasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ernawati Sutarno ini berdasarkan diperolehnya hasil bahwa earnings pada periode sebelumnya terbukti mempengaruhi pembayaran deviden kas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi untuk periode 2000- 2003. Dengan kata lain, faktor peningkatan dan penurunan earnings (laba bersih) termasuk faktor yang penting dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan pembagian deviden kas 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati, 9 Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005, dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Dividend Per Share 9
Sulistiawati, “Analisis Devidend Per Share Terhadap Variabel Keuntungan Real Investment (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 81.
13
Terhadap Variabel Keuntungan Real Invesment”, Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa: a) Secara bersama-sama (simultan) independen real investment yang diwakili oleh variabel ROI, DER, harga saham, tingkat inflasi dan tingkat bunga berpengaruh terhadap perubahan Devidend Per Share (DPS). Namun, kemampuan variabel independen tersebut secara bersama-sama dalam menjelaskan variabilitas DPS tidak terlalu kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan DPS sebagian dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang kemungkinan berasal dari fundamental perusahaan seperti pertumbuhan perusahaan serta faktor ekonomi makro seperti nilai tukar mata uang, gejolak politik di dalam maupun luar negeri, dan lain-lain. b) Secara individual (partial) diantara kelima variabel independen, hanya faktor ROI dan harga saham yang mempunyai pengaruhnya terhadap DPS. Sedangkan variabel independen lainnya yaitu DER, tingkat inflasi dan tingkat bunga pengaruhnya terhadap DPS sangat kecil atau tidak signifikan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ani Oktaviani, 10 Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah
10
Ani Oktaviani, “Analisis Pengaruh Perubahan Earnings, Cash Flow, Harga Saham Terhadap Kemampuan Perusahaan Dalam Membayar Deviden (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 64-65.
14
Jakarta pada tahun 2005, dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Pengaruh Perubahan Earning, Cash Flow, Harga Saham terhadap Kemampuan Perusahaan dalam Membayar Deviden”, Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, dengan hasil penelitian bahwa perubahan earning dan cash flow mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap deviden, sedangkan perubahan harga saham mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap deviden serta berdasarkan hasil uji secara simultan (bersama-sama), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel independen yaitu earning, cash flow, dan harga saham dengan variabel dependen yaitu deviden. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Irnawati, 11 Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekoknomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005, dalam skripsinya yang berjudul “ Analisa Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Terhadap Pembagian Deviden”, Studi Empiris Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002, dengan hasil penelitian: a) Laba bersih mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap deviden.
11
Evi Irnawati, “Analisis Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Terhadap Pembagian Deviden (Studi Empiris Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar di BEJ tahun 2000-2002),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 5455.
15
b)
Arus kas operasi mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap deviden.
c)
Arus kas investasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap deviden.
d)
Arus kas pendanaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap deviden. Hal ini dikarenakan semakin besar deviden yang dikeluarkan perusahaan atau dibagikan kepada pemegang saham maka beban dan resiko yang ditanggung juga semakin besar.
e)
Laba bersih, arus kas operasional, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap deviden. Melihat dari hasil penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan
diatas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi deviden, namun di sini penulis akan mengkhususkannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi deviden kas saja.
E. Hipotesa Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen (return on investment, current ratio, cash ratio) terhadap deviden kas.
16
Ha: Terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen (return on investment, current ratio, cash ratio) terhadap deviden kas.
F. Metode Penelitian 1.
Objek Penelitian Penelitian dilakukan di BEI yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman,
Kavling 52-53, Telepon: +62215150515, Jakarta 12190.
2.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris dengan memakai
statistik inferensial parametrik, artinya setelah data dikumpulkan maka dilakukan berbagai metode statistik untuk menganalisis data dan kemudian menginterpretasikan hasil analisis data tersebut. 12
3.
Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
penelitan yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabelvariabel penelitian dalam angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik atau permodelan matematis. 13
12
Singgih Santoso, dkk, Latihan SPSS Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2000), h. 4. 13
Efferi Sujoko, dkk, Metode Penelitian Untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), Cet.I, h.18.
17
Berdasarkan sumbernya data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi harian BEI dan BI melalui media internet. Berdasarkan publikasi harian BEI tersebut data yang digunakan adalah data yang berasal dari laporan keuangan untuk periode 2005 sampai dengan 2008 dengan jumlah perusahaan yang tergabung dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII).
4.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari penelusuran pustaka (library research) dan juga berdasarkan studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan ini, baik dengan cara membaca atau mengutip sumber-sumber bahan dan data yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan ini juga menggunakan data-data laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
5.
Teknik Analisis Untuk
menguji
hipotesis
tentang
kekuatan
variabel
penentu
(independen variabel) terhadap deviden kas, maka teknik analisis yang akan
18
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan model dasar sebagai berikut: 14 = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksi X = variabel bebas ( 1,2,3,…. n ) α = konstanta b = koefisien regresi e = error (tingkat kesalahan yang dapat diterima) Bila persamaan tersebut
digunakan untuk menganalisis penelitian
yang akan dilakukan ini maka persamaannya menjadi sebagai berikut: Cash Deviden = α + b1ROI1 + b2Cash ratio2 + b3Current ratio3 + e dimana: Cash Deviden : deviden kas per lembar saham ROI : rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total investasi Cash Ratio : rasio antara kas dan setara kas terhadap hutang jangka pendek Current Ratio : rasio antara aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek e : error ( tingkat kesalahan yang dapat diterima)
6.
Pengujian Statistik a)
14
Uji Simultan (Uji F)
Sugiyanto, Analisis Statistik Sosial, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 195.
19
Uji ini dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi yang disajikan yang menunjukkan pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama.
b)
Uji Parsial (Uji t) Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter b atau
digunakan untuk melihat pengaruh variable independen terhadap variable dependen secara individual (parsial).
c)
Uji Asumsi Klasik 1)
Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable dependen, variable atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. 15 Model yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal.
2)
Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable
15
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. XV, h. 75.
20
bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. 16 3)
Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. 17
4)
Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t -1 (sebelumnya). 18 Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada penyakit autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi.
16
Nachrowi dan Usman, Penggunaan Teknik Ekonometri: Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005), Edisi Revisi, h.118. 17
Nachrowi dan Usman, Analisis Ekonomi dan Keuangan Menggunakan Ekonometri: Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data Dengan Menggunakan Paket Program SPSS dan EViews, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2006), h. 109. 18
Ibid., h. 183.
21
G. Sistematika Penulisan Untuk pembahasan yang lebih terarah dan mempermudah penulisan pemahaman isi, maka penulis menuangkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, hipotesa, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Kajian teori yang di dalamnya berisi pengertian deviden, jenis-jenis deviden, kebijakan deviden, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden.
Bab III
: Pada bagian ini membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan
Bab IV
:
Analisis
mengenai
data
yang
telah
diperoleh
dan
dikumpulkan, uji regresi linear berganda yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, disertai dengan hasil dan pembahasannya. Bab V
: Kesimpulan dan Saran. Bab ini memuat hasil analisis data yang diberikan dalam bentuk kesimpulan. Bab ini juga membahas tentang keterbatasan penelitian, serta saran untuk penelitian yang akan datang.
22
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Deviden Pengertian deviden menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2003;177) adalah: “Pendistribusian laba kepada pemegang saham, secara pro rata menurut kelas atau kelompok surat berharga dan dibayarkan dalam bentuk uang, saham, script, atau produk atau properti perusahaan walaupun ini jarang terjadi.”
Sedangkan PSAK No.23 (2007; Paragraph 4) mendefinisikan deviden sebagai: “Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deviden adalah pembagian kekayaan atau aktiva kepada pemegang saham berdasarkan proporsi saham yang dimiliki. Deviden untuk saham biasanya dinyatakan dalam satuan uang, sedangkan untuk saham preferen dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal.
23
24
Deviden merupakan pembagian laba kepada para pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. 1 Dalam perseroan terbatas, pembagian keuntungan kepada pemilik saham dilakukan melalui deviden. Keputusan tentang pembagian deviden adalah keputusan yang menetapkan seberapa besar dari laba periode berjalan yang akan dibagikan sebagai deviden. 2 Deviden hanya dapat dibayarkan jika saldo laba ditahan dalam keadaan positif. Jadi, walaupun dalam tahun berjalan diperoleh laba, suatu perseroan terbatas tidak boleh membagikan deviden jika saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif. Disamping saldo laba ditahan, dapat tidaknya deviden dibagikan juga tergantung pada tersedianya uang kas. Saldo laba ditahan otomatis berarti tersedianya uang kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan dianggap sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan, maka ada kemungkinan penanaman dilakukan dalam bentuk persediaan barang dagang, aktiva tetap atau aktiva-aktiva bukan kas yang lain. Dengan demikian, ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo kas kecil walaupun saldo laba ditahannya besar.
1
http://id.wikipedia.org/wiki/dividen diakses pada 26 Mei 2009 melalui Google. Fred Weston dan Eugene Brigham, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Penerjemah Alfonsus Sirait, (Jakarta: Erlangga, 2004)Edisi IX, Jilid I, h.26. 2
25
Kebijakan perusahaan untuk membagikan laba ditahannya dalam bentuk deviden kepada pemegang saham perusahaan adalah keputusan yang tidak mudah dimana perusahaan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu; 1. Pembayaran deviden besar dan laba ditahan sedikit, dengan konsekuensi perusahaan harus mencari dana eksterrnal dalam jumlah besar, atau 2. Pembayaran
deviden
sedikit
dan
laba
ditahan
banyak,
dengan
konsekuensinya perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal yang besar. Dengan demikian, kebijakan deviden yang diambil perusahaan berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan finansial, yaitu memaksimalkan nilai (harga) saham umum perusahaan. Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan untuk menentukan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. 3 Kebijakan deviden adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para
3
http://agusw.77.files.wordpress.com/2007/18 diakses pada 26 Mei 2009 melalui Google.
26
pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan. Kebijakan deviden penting karena 4 alasan berikut: 4 1. Kebijakan keuangan ini berpengaruh pada sikap para investor. Pemotongan deviden dapat dipandang negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti itu sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. 2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan. 3. Kebijakan keuangan ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran devidennya. 4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham biasa karena besarnya deviden ditentukan oleh besarnya laba ditahan. Keempat alasan tersebut merupakan sisi kepentingan perusahaan yang agak kontroversial. Agar kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan deviden yang harus dipilih. Namun demikian, biasanya tidak seluruh laba atau keuntungan akan dibagikan dalam bentuk deviden, tetapi digunakan untuk pengembangan 4
Warsono, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), Cet.I, h. 272.
27
investasi. Bagian laba yang tidak dibagikan sebagai deviden disebut laba ditahan atau retained earning. Pembagian deviden bertujuan untuk memaksimumkan perusahaan, sehingga pembagian deviden mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga dari saham yang beredar. Oleh karena itu, para menejer dituntut untuk membagikan deviden sebagai realisasi dari harapan hasil yang didambakan oleh investor yang telah mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut. Jadi, pembagian deviden itu adalah membagikan sebagian pendapatan atau laba kepada pemegang saham, sedangkan sebagian lainnya ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali. Setiap perusahaan dalam satu pihak selalu menginginkan adanya pertumbuhan dalam perusahaan dan dipihak lain juga dapat membayar deviden kepada para pemegang saham, tetapi kedua tujuan ini selalu bertentangan. Makin tinggi deviden yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan, yang nantinya dapat menghambat tingkat pertumbuhan pendapatan dan harga saham perusahaan tersebut. Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang diraih perusahaan, berarti pembayaran deviden kepada para pemegang saham akan semakin kecil. Banyak perusahaan yang menyadari adanya dua hal tentang reaksi investor atas deviden, antara lain. 1. Tingkat deviden absolut akan dikurangi hanya jika ada indikasi bahwa penurunan laba akan terjadi pada periode yang relatif lama,
28
2. Penurunan harga saham berkaitan dengan penurunan tingkat deviden absolut. Dampak positif utama terhadap harga saham adalah untuk menjaga target rasio pembayaran deviden sepanjang waktu. Jadi, pembagian deviden sangat erat hubungannya dengan investasi dana yang ada dalam perusahaan.
B. Jenis-Jenis Deviden Menurut Bambang Suripto, deviden dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain: 1. Deviden Kas Apabila dewan direksi mengumumkan deviden kas, biasanya jumlah total yang dibagi kepada pemegang saham dinyatakan secara implisit. Deviden kas dibagi dalam 2 bagian, yaitu; a. Deviden Saham Preferen Kumulatif Yaitu perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar terlebih dahulu deviden saham preferen termasuk deviden tahun sebelumnya yang belum dibayar atau sering disebut deviden tunggakan, sebelum deviden dibagikan kepada pemegang saham biasa. b. Deviden Saham Preferen Tidak Kumulatif
29
Yaitu perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar terlebih dahulu deviden saham preferen akan tetapi para pemegang saham preferen jenis ini hanya berhak atas deviden tahun sekarang saja atau tahun diumumkannya pembagian deviden. Hal ini dikarenakan saham preferen tidak bersifat kumulatif. Untuk saham preferen jenis ini tidak ada istilah deviden tunggakan. Setelah deviden dibagikan kepada para pemegang saham preferen, sisanya merupakan hak para pemegang saham biasa. 2. Deviden Property Apabila perusahaan tidak mempunyai kas cukup atau mempunyai kas cukup tetapi digunakan untuk tujuan lain, maka perusahaan dpat membagikan deviden dengan pembayaran aktiva selain kas, atau sering disebut property dividend. 3. Deviden Scrip Jika perusahaan kekurangan kas tetapi tetap menginginkan pembagian deviden, perusahaan dapat menerbitkan scrip dividend. Yaitu pembagian deviden dalam bentuk janji tertulis untuk membayar kas dimasa yang akan datang. Janji itu merupakan salah satu bentuk utang wesel. Deviden scrip dapat berbunga ataupun tidak berbunga, dan bisa diperjualbelikan antar pemegang saham atau antar pemegang scrip.
30
4. Deviden Likuidasi Deviden likuidasi merupakan deviden yang tidak didasarkan pada laba yang ditahan. Deviden seperti ini menunjukkan pengembalian atas investasi pemilik dan bukan merupakan distribusi laba. Deviden likuidasi bisa didasarkan pada modal yang timbul dari donasi pihak luar atau pemegang saham, namun pada umumnya deviden ini diperlakukan sebagai pengurang agio saham dan bukan laba ditahan. 5. Deviden Saham Deviden saham yaitu pengumuman pembagian deviden yang akan dibayar dengan penyerahan sejumlah saham tambahan. Deviden saham tidak merubah apapun, baik aktiva perusahaan maupun proporsi pemilikan pemegang saham. Apabila dewan direksi mengumumkan deviden saham, maka akan mengakibatkan kapitalisasi laba yang ditahan. Deviden saham mengakibatkan laba yang ditahan dikapitalisasi secara permanen sebagai tambahan modal disetor. Deviden saham dibagi menjadi 2 bagian, antara lain: 5 a. Deviden Saham Kecil Yaitu jika deviden saham menunjukkan peningkatan kurang dari 20% dari saham biasa yang beredar sebelumnya.
5
James Van Horne dan John Wachowicz, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerjemah Heru Sutojo (Jakarta: Salemba Empat, 1998), h.507-508.
31
b. Deviden Saham Besar Yaitu jika deviden saham menunjukkan lebih dari atau sama dengan 20% dari total saham beredar sebelumnya.
C. Teori Kebijakan Deviden Menurut Atmaja, mengenai masalah yang mendasar tentang pengaruh kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan menyebutkan adanya beberapa teori preferensi investor, yaitu: 6 1. Dividend Irrelevance Theory, adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini sependapat dengan Miller dan Modigliani, yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan resiko bisnis. Dengan demikian, berdasarkan teori pertama ini kebijakan deviden sebernarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. 2. Bird-in-the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintner, yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividend daripada capital gains. 6
Lukas Setia Atmaja, Manajemen Keuangan [ Edisi Revisi ], [ Yogyakarta: ANDI, 2002], h.285-288.
32
3. Tax preference theory, adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. 4. Information content, or signaling hypothesis. Di dalam teori ini Miller dan Modigliani berpendapat bahwa suatu kenaikan deviden yang biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan untuk meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan deviden atau kenaikan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan deviden sematamata disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap deviden. 5. Clientele effect, yang menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan deviden perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai deviden payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor yang tidak terlalu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
33
D. Jenis-Jenis Kebijakan Deviden Jenis-jenis kebijakan deviden menurut Kamaruddin Ahmad yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain: 7 1. Dividen per saham yang stabil. Meskipun perusahaan mengalami kerugian, jumlah deviden yang jumlah deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham akan tetap sama dengan yang sebelumnya. 2. DPO [ Dividend Pay Out] yang stabil. Deviden
yang
dibayarkan
berfluktuasi
tergantung
besarnya
keuntungan bagi pemegang saham. 3. Kombinasi Disamping akan memberikan deviden dengan jumlah rupiah yang tetap,
perusahaan
membayar
deviden
tambahan
jika
perusahaan
memperoleh keuntungan atau mengalami situasi yang baik. 4. Dividen residual. Deviden dibayarkan jika kesempatan investasi perusahaan atau dana yang dibutuhkan telah terpenuhi. 7
Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio [Edisi Revisi], [ Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 ], Cet.II, h. 193.
34
Dari berbagai macam teori kebijakan deviden yang telah disebutkan di atas, maka manajer perusahaan dapat menentukan keputusan jenis kebijakan apakah yang akan digunakan guna meningkatkan pengembangan perusahaan.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Menurut Atmadja, menyatakan bahwa dalam praktek keputusan kebijakan deviden ada beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan deviden, antara lain: 8 1. Perjanjian Utang Pada umumnya perjanjian utang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran deviden. Misalnya, deviden hanya dapat diberikan jika kewajiban utang telah dipenuhi perusahaan dan rasio-rasio keuangan menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi sehat. 2. Perbatasan dari Saham Preferen Maksudnya yaitu tidak ada pembayaran deviden untuk saham biasa jika deviden saham preferen belum dibayar.
8
Ibid., h.291-292.
35
3. Tersedianya Kas Deviden berupa uang tunai atau cash dividend hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup. Jika likuiditas baik, maka perusahaan akan dapat membayar deviden. 4. Pengendalian Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, manajemen akan cenderung untuk tidak menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana. Akibatnya deviden yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif kecil. 5. Kebutuhan Dana untuk Investasi Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri dapat berupa penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham. Oleh karena itu, semakin besar kebutuhan dana investasi, maka semakin kecil Dividend Payout Ratio. 6. Fluktuasi Laba Jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan deviden yang relatif besar tanpa khawatir harus menurunkan deviden jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi,
36
deviden sebaiknya kecil agar kestabilan perusahaan tetap terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan
utang
guna
mengurangi
resiko
kebangkrutan.
Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan deviden menjadi mengecil. Sedangkan menurut James dan John Wachowicz, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden antara lain: 9 1. Peraturan-Peraturan Hukum Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan batasan-batasan hukum dimana kebijakan deviden perusahaan dapat digunakan. Peraturan-peraturan hukum ini berhubungan dengan penurunan modal, ketidaksolvabilitasan dan laba yang ditahan tidak semestinya. 2. Kebutuhan Pendanaan Perusahaan Pada saat batasan-batasan hukum bagi kebijakan deviden perusahaan telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah penafsiran kebutuhan pendanaan perusahaan. Untuk itu perlu dipersiapkan anggaran kas, proyeksi laporan sumber dan penggunaan dana, dan proyeksi laporan arus kas. Tujuan utamanya adalah menentukan arus
9
James Van Horne dan John Wachowicz, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerjemah Heru Sutojo [ Jakarta: Salemba Empat, 1998], h.501-504.
37
kas dan posisi kas perusahaan yang mungkin terjadi tanpa adanya perubahan kebijakan deviden. 3. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan deviden. Karena deviden merupakan arus keluar kas, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 4. Kemampuan untuk Meminjam Posisi
likuid
bukan
merupakan
satu-satunya
cara
untuk
memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian.
Jika
memiliki
kemampuan
untuk
memperoleh
pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan dapat memiliki fleksibilitas keuangan yang relatif baik. Semakin besar dan semakin kuat perusahaan, semakin baik jalan masuk ke pasar modal. Semakin besar kemampuan meminjam perusahaan, semakin besar fleksibilitas keuangan dan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden kas. Jika perusahaan dapat melakukan pendanaan melalui utang, manajemen tidak perlu terlalu mengkhawatirkan perusahaan.
pengaruh
deviden
kas
terhadap
likuiditas
38
5. Batasan-Batasan dalam Perjanjian Utang Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran deviden. Batasan ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan untuk membayar utang. Biasanya batasan ini dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan kumulatif perusahaan. Jika batasan ini harus ditetapkan, maka akan mempengaruhi kebijakan deviden perusahaan. Terkadang manajemen perusahaan menerima batasan deviden yang diberikan pemberi pinjaman karena perusahaan tidak harus melakukan pembenaran laba ditahan kepada pemegang saham. Manajemen perusahaan dapat menjadikan batasan tersebut sebagai alasan tidak membayar deviden. 6. Pengendalian Jika
perusahaan
membayar
deviden
dalam
jumlah
besar,
perusahaan kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat memesan tambahan saham. Para pemegang saham ini lebih memilih pembayaran deviden yang rendah dan pendanaan kebutuhan investasi melalui laba ditahan. Kebijakan deviden ini mungkin tidak
39
memaksimalkan kekayaan keseluruhan pemegang saham, namun kebijakan deviden tersebut dilakukan demi kepentingan terbaik pihak yang memiliki kendali. 7. Beberapa Pengamatan Terakhir Dalam menentukan pembayaran deviden, perusahaan akan menganalisa sejumlah faktor yang baru saja dijelaskan diatas. Faktorfaktor ini mempengaruhi batasan hukum dan batasan lain dimana deviden dapat dibayarkan. Di dalam penentuan kebijakan dividen sangat perlu untuk mempertimbangkan adanya beberapa pendekatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Setelah berbagai pendekatan dan faktorfaktor tersebut dipahami, maka perusahaan dapat memutuskan kebijakan seperti apa yang akan diaplikasikan sehingga dapat memenuhi keinginan para pemegang saham maupun keinginan perusahaan itu sendiri.
40
F. Prosedur Pembayaran Deviden Pembayaran deviden dibayarkan melalui suatu prosedur yang berdasarkan atas waktu (tanggal) mulai dari tanggal pengumuman sampai tanggal pembayaran. Berikut ini adalah garis besar dari urutan pembayaran deviden: 10 1. Tanggal pengumuman (declaration date) Pada tanggal tersebut diumumkan bentuk dan besarnya deviden yang akan dibayarkan, tanggal pencatatan saham dan tanggal pembayaran deviden. 2. Tanggal cum- deviden (cum- dividend date) Tanggal cum- deviden adalah batas waktu pemindahtanganan saham yang masih memperoleh deviden. Jika melewati tanggal tersebut maka pemegang saham yang lama akan menerima deviden. Penetapan tanggal cum- dividend ini biasanya seminggu sebelum tanggal pencatatan (recording date). 3. Tanggal pencatatan saham (recording date) Pada tanggal ini perusahaan menutup buku pencatatan pemindahtanganan saham dan membuat daftar pemegang saham per tanggal tersebut. 4. Tanggal pemisahan deviden (ex- dividend date) 10
Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang), (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2000), Edisi. IV, h. 382.
41
Tanggal pemisahan deviden adalah tanggal pada saat deviden dipisahkan dari saham. Hak deviden tidak lagi melekat pada saham. Jadi, jika transaksi pemindahtanganan tersebut terjadi pada tanggal pemisahan deviden dan sesudahnya, maka pemegang saham yang lama akan menerima deviden. 5. Tanggal pembayaran (payment date) Pada tanggal pembayaran ini, deviden yang sudah diumumkan dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat di perusahaan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada laporan keuangan perusahaan tahun 2005-2008. Sedangkan variabel yang akan diteliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi deviden kas perusahaan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham, dimana faktor-faktor tersebut diantaranya terdiri dari return on investment, current ratio dan cash ratio.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index sejak tahun 2005-2008. 2. Sampel Penentuan
sampel
dalam
penelitian
ini
menggunakan
purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan berdasarkan kuota. 1 Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih adalah sebagai berikut:
1
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, ( Bandung: Alfabeta, 2009 ), Cet. XV, h. 68.
42
43
a) Perusahaan yang terdaftar dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII ). b) Perusahaan yang masuk dalam JII minimal 4 tahun berturut-turut dalam periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2008. c) Menerbitkan laporan keuangan untuk tahun buku 31 Desember 2005 sampai dengan 31 Desember 2008. d) Memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut, sampel penelitian ini berjumlah 8 perusahaan dari 30 perusahaan yang terdaftar di JII. Hal ini dikarenakan hanya 8 perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan secara lengkap yaitu dari tahun 2005-2008 dan memenuhi kriteria tersebut.
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu penelitian arsip (archival research) dan penelitian kepustakaan (library research). 1. Penelitian arsip (archival research) melalui penelusuran dengan komputer Penelitian arsip (archival research) melalui penelusuran dengan komputer yaitu teknik pengumpulan data –data atas kejadian (fakta) historis yang tertulis dalam dokumen atau berupa arsip data dengan format elektronik
44
(database). Data yang dikumpulkan adalah data yang berkenaan dengan objek yang diteliti yang diperoleh dari publikasi suatu organisasi, dalam hal ini adalah Indonesian Stock Exchange (IDX). 2. Penelitian Kepustakaan (library research) Penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara pengkajian dan pendalaman literatur-literatur seperti buku, jurnal, dan laporan dengan masalah yang diteliti guna memperoleh dasar teoritis dan acuan untuk mengolah data-data yang diperoleh untuk keperluan penelitian D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka, menunjukkan nilai terhadap variabel hasil pengamatan dalam suatu periode tertentu. Sifat data ini adalah data deret waktu (time series), yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dalam suatu rentang waktu tertentu. 2. Sumber Data Sumber data yang diteliti berupa data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
45
langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang telah dipublikasikan. Data-data yang diteliti bersumber dari data keuangan pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini. Data tersebut diperoleh melalui penelusuran komputerisasi dari situs resmi milik Bursa Efek Indonesia ( Indonesian Stock Exchange ), yaitu www.idx.co.id dalam format elektronik ( database ). Indonesian Stock Exchange dipilih sebagai narasumber utama dalam penelitian ini atas dasar rasionalitas bahwa Indonesian Stock Exchange merupakan wadah pasar modal resmi di Indonesia. Data penelitian ini merupakan deret waktu selama kurun waktu 2005-2008.
E. Teknik Analisis Data 1.
Teknik Analisis Data Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik, yaitu analisa regresi berganda (multiple regression analysis) dengan tujuan untuk mengetahui apakah variable bebas (variable independent) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat (variable dependent). Alasan penggunaan uji regresi linear berganda karena terdapat lebih dari satu variabel bebas. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
46
= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksi X = variabel bebas ( 1,2,3,…. n ) a = konstanta = standar error b = koefisien regresi Bila persamaan tersebut digunakan untuk menganalisis penelitian yang akan dilakukan ini maka persamaannya menjadi sebagai berikut:
Cash Deviden = α + b1ROI1 + b2Cash ratio2 + b3Current ratio3 + e
dimana: Cash Deviden : deviden kas per lembar saham ROI
: rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total investasi
Cash Ratio
: rasio antara kas dan setara kas terhadap hutang jangka pendek
Current Ratio : rasio antara aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek : error ( tingkat kesalahan yang dapat diterima) a
2.
: konstanta
Pengujian Statistik
47
a) Uji Simultan (Uji F) Uji ini dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi yang disajikan yang menunjukkan pengaruh variable bebas terhadap variable terikat secara bersama-sama. Bila F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai F signifikan lebih kecil dari alpha 0,05, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variable independent secara bersama-sama terhadap variable dependent.
b) Uji Parsial (Uji t) Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter b atau digunakan untuk melihat pengaruh variable independent terhadap variable dependent secara individual (parsial). Bila t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai t signifikan lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh secara signifikan antara variable independen terhadap variable dependent secara parsial.
48
c) Uji Asumsi Klasik 1) Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable dependen, variable atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. 2 Model yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mengetahui apakah model itu mengalami masalah normalitas atau tidak, dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan uji normalitas adalah: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan meliputi arah garis diagonal maka model diasumsikan normal, b.
Jika data menyebar jauh dari garis normal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model diasumsikan tidak normal. Untuk menguji normalitas data ada ketentuan yang perlu
diperhatikan , yaitu: a.
Ho: data terdistribusi dengan normal Ha: data terdistribusi dengan tidak normal
2
b.
Taraf nyata adalah 0,05
c.
Wilayah kritis adalah Dn > 0,05
Ibid., h. 75
49
2) Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. 3
3) Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. 4 Cara memprediksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot yang menyatakan
metode
linear
berganda
tidak
terdapat
heterokedastisitas jika: a. 3
Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah sekitar angka
Nachrowi dan Usman, Penggunaan Teknik Ekonometri: Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005), Edisi Revisi, h.118. 4 Nachrowi dan Usman, Analisis Ekonomi dan Keuangan Menggunakan Ekonometri: Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data Dengan Menggunakan Paket Program SPSS dan EViews, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2006), h. 109.
50
nol (0). b.
Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c.
Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kembali.
d.
4)
Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t -1 (sebelumnya). 5 Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada penyakit autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
autokorelasi
dapat
dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Aturan main untuk menggunakan
uji
Durbin-Watson
adalah
dengan
membandingkan nilai Durbin-Watson dengan tabel DurbinWatson. Dalam tabel Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau dU) dan nilai batas bawah (lower bound atau dL). 5
Ibid., h. 183.
51
Adapun kriteria yang digunakan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut: 6 a.
Apabila d < dL, maka terdapat autokorelasi yang positif
b.
Apabila dL ≤ d ≤ dU, maka tidak ada keputusan mengenai keberadaan autokorelasi
c.
Apabila dU < d < 4 – dU, maka tidak ada autokorelasi
d.
Apabila 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, maka tidak ada keputusan mengenai keberadaan autokorelasi
e.
Apabila d > 4 – dL, maka terdapat autokorelasi yang negatif.
F. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari variable-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan maupun parsial. Hipotesis yang diambil adalah sebagai berikut: 1.
Ho : bi = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable ROI, current ratio dan current ratio terhadap deviden kas.
6
Ibid., h. 192.
52
Ha : bi ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variable ROI, current ratio dan current ratio terhadap deviden kas. 2. a). Ho : b1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable ROI terhadap deviden kas. Ha : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variable ROI terhadap deviden kas. b). Ho : b2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable cash ratio terhadap deviden kas. Ha : b2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variable cash ratio terhadap deviden kas. c). Ho : b3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable current ratio terhadap deviden kas. Ha : b3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variable current ratio terhadap deviden kas.
G. Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini penulis memberikan definisi operasional dari variable-variabel yaitu: 1. Variable Terikat ( Dependent Variabel )
53
Variable terikat dalam penelitian ini adalah nilai deviden kas yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan. Variabel terikat dikonotasikan dengan huruf Y.
2. Variable Bebas ( Independent Variabel ) Variable bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi deviden kas. Variabel bebas ini dikonotasikan dengan huruf X, diantaranya adalah: a. Return on Investment (ROI) Merupakan perbandingan antara laba bersih dengan investasi yang tersedia. Return on Investment sama halnya dengan mengukur tingkat keuntungan perusahaan melalui asset yang tersedia.
b. Cash Ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang harus segera dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar yang paling likuid.
54
c. Current Ratio Merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan utng lancar. Rasio ini memberikan gambaran tentang cukup tidaknya persediaan modal kerja.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia 1 Bursa Efek Jakarta ( BEJ) atau Jakarta Stock Exchange adalah sebuah bursa di Jakarta, Indonesia. Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan penggabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia. PT. Bursa Efek Jakarta pertama kali berdiri pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui Undang-Undang Darurat no.13 tahun 1951, dan selanjutnya dipertegas oleh Undang-Undang RI no. 15 tahun 1952. selama dua tahun dasawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut yang ditandai pula oleh pemberhentian kegiatan sepanjang dekade 60-an dan awal 70-an. Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEJ dengan mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar dekade 80-an dan awal 90-an, BEJ benar-benar 1
http://www.idx.co.id/mainmenu/history/tabid/61/lang/id-ID/language/id-ID/Default.aspx di akses pada tanggal 12 November 2009.
55
56
berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia ( disingkat BEI, dalam bahasa Inggris Indonesia Stock Exchange) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta ( BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan Direktur Utama BEJ. Mantan direktur utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan derivative, keanggotaan dan partisipan. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX. 2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia BEI yang nenjadi penyelenggara pasar modal di Indonesia memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2 Visi: menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas dunia Misi: 2
http://www.idx.co.id/mainmenu/tentang BEI/vision mision/tabid/59/lang/id-ID/language/idID/Default.aspx di akses pada tanggal 12 November 2009.
57
1. Menjadikan bursa efek sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing 2. Sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatiakan perlindungan investor. 3. Organisasi yang independent dengan focus pada unsure bisnis, transformasi struktural, maupun kultural menuju tren global 4. Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki intgritas tinggi sebagai centre of competence di pasar modal 5. Meningkatkan kualitas produk dan layanan jasa terbaik melalui pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) .
3. Sejarah Jakarta Islamic Index 3 Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti; riba, spekulasi, perjudian, dan lainlain. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia {DSN-MUI}.
3
http://www.idx.co.id/mainmenu/tentang BEI/our product/syariah product/tabid/142/lang/idID/language/id-ID/Default.aspx di akses pada tanggal 12 November 2009.
58
Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya index tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip-prinsip syariah. Perkembangan selanjutnya, instrument investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT.Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrument ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrument baru yaitu Reksa Dana Index dimana index yang digunakan sebagai underlying adalah index JII. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan index saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index yang terdiri dari 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang telah ditetapkan
59
oleh Dewan Syariah Nasional. Index JII dipersiapkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia bersama dengan PT. Danareksa Investment Management. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. Saham-saham yang masuk dalam index syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah antara lain: 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram, 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
60
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII, Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu; 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan {kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar}. 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan ratarata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas ratarata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
61
4. Gambaran Umum Perusahaan- Perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) 4 Dalam Bursa Efek Indonesia terdapat indeks harga saham yang lebih spesifik dengan dasar ajaran Islami yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dengan anggota 30 saham pilihan. Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI pada umumnya terkait dengan: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan asuransi konvensional. Ke enam fatwa-fatwa DSN MUI tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal yang menyatakan bahwa suatu sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI. Jadi secara khusus saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham
yang
operasionalnya
tidak
mengandung
unsur
ribawi,
permodalan perusahaan juga bukan mayoritas dari hutang. Maka saham-saham
4
http://www.yarsi.ac.id/web-directory/beritapengumuman-fakultas/75-fakultas-ekonomi/222mengenal-indeks-harga-saham-di-jakarta-islamic-index-html di akses pada tanggal 12 November 2009.
62
JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan, dengan kata lain debt-to equity rasionya masih proporsional sehingga sangat menjanjikan untuk investasi jangka menengah-panjang. Pengelolaannya juga dinilai transparan dan kredibel serta menghormati pemegang sahamnya. Saham-saham anggota JII sebagian besar juga anggota indeks lainnya hanya ada sedikit kriteria syariah tersebut. Indeks JII seperti indeks modern lainnya, bersifat dinamis dalam arti secara periodik di update agar senantiasa responsif dengan pergerakan pasar dan sesuai dengan syariah. Indeks JII dipersiapkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia bersama dengan PT. Danareksa Invesment Management ( DIM ). Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Indeks merupakan indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan 1 Januari 1995 sebagai data base dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di JII paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks. Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional No.20 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah kapitalisasi pasar dari saham dimana JII
63
menggunakan kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipiih yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimal 3 bulan, kecuali sahamsaham tersebut termasuk 10 besar kapitalisaasi pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60 saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali. Terdapat 8 perusahaan yang konsisten dan memenuhi kriteria penentuan sampel, sehingga penulis hanya menggunakan 8 perusahaan, yaitu antara lain: Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
2
BUMI
Bumi Resources Tbk
3
INCO
International Nickel Ind. Tbk
4
KLBF
Kalbe Farma Tbk
5
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
6
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
7
UNTR
United Tractors Tbk
64
8
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Sumber: data diolah B. Deskripsi Variabel Penelitian 1. Return On Investment (ROI) Tabel 4.2 Data Return On Investment 2005-2008 No KodePerusahaan 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 ANTM 13,14 21,29 42,63 13,35 22,60 2 BUMI 7,15 8,84 27,93 12,13 15,73 3 INCO 16,30 24,18 62,15 19,5 26,74 4 KLBF 13,24 14,62 13,73 12,39 17,00 5 PTBA 16,44 15,62 18,25 27,96 20,04 6 TLKM 12,85 14,64 15,66 11,63 17,43 7 UNTR 9,88 8,27 11,48 11,64 16,08 8 UNVR 37,48 37,21 36,83 37,00 25,83 Rata-rata 15,81 18,08 28,60 18.20 26,07 maksimum 26,74 minimum 15,73 Sumber: Data diolah Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, perkembangan return on investment cenderung meningkat sejak tahun 2005-2007, namun di tahun 2008 menurun. Pada tahun 2005 rata-rata return on investment sebesar 15,81, tahun 2006 rata-rata return on investment sebesar 18,08, tahun 2007 rata-rata return on investment sebesar 28,60 dan pada tahun 2008 rata-rata return on investment sebesar 18,20. Rata-rata return on investment selama empat tahun berturut-turut sebesar 26,07. Selama empat
65
tahun berturut-turut nilai rata-rata return on investment tertinggi terdapat pada perusahaan PT. International Nickel Indonesia Tbk yaitu sebesar 26,74, sedangkan nilai rata-rata return on investment terendah sebesar 15,73 terdapat pada perusahaan PT.Bumi Resources Tbk.
2. Cash Ratio Tabel 4.3 Data Cash Ratio 2005-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8
KodePerusahaan ANTM BUMI INCO KLBF PTBA TLKM UNTR UNVR Rata-rata maksimum minimum Sumber: Data diolah
2005 2006 2007 2008 Rata-rata 133,38 96,49 263,72 452,4 236,50 8,67 6,38 16,71 10,87 55,83 198,04 242,73 116,89 163,32 168,88 101,59 191,48 174,93 105,71 147,85 265,48 300,1 298,59 224,74 212,25 39,77 40,49 49,04 25,52 108,46 16,95 22,71 19,72 42,22 103,14 46,97 49,3 18 2336 106,41 213,34 229,73 230,72 241,43 142,41 236,50 55,83
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, perkembangan cash ratio cenderung fluktuatif. Pada tahun 2005 rata-rata cash ratio sebesar 213,34, tahun 2006 rata-rata cash ratio sebesar 229,73, tahun 2007 rata-rata cash ratio sebesar 230,72 dan pada tahun 2008 rata-rata cash ratio
66
sebesar 241,43. Rata-rata cash ratio selama empat tahun berturut-turut sebesar 142,41. Selama empat tahun berturut-turut nilai rata-rata return on investment tertinggi terdapat pada perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar 236,50, sedangkan nilai rata-rata cash ratio terendah sebesar 55,83 terdapat pada perusahaan PT.Bumi Resources Tbk.
3. Current Ratio Tabel 4.4 Data Current Ratio 2005-2008 No KodePerusahaan 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 ANTM 267,83 281,26 447,41 801,65 449,53 2 BUMI 87,59 133,47 135,24 117,2 184,60 3 INCO 364,52 459,87 252,82 498,07 368,23 4 KLBF 404,5 504,17 498,25 333,34 391,80 5 PTBA 451,14 544,05 413,79 365,73 396,11 6 TLKM 76,25 67,78 77,28 54,16 229,53 7 UNTR 156,45 134,11 133,93 163,61 260,79 8 UNVR 135,22 126,59 110,97 100,39 250,34 Rata-rata 363,48 382,85 361,55 414,18 316,37 maksimum 449,53 minimum 184,60 Sumber: Data diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas, perkembangan current ratio cenderung fluktuatif. Pada tahun 2005 rata-rata current ratio sebesar
67
363,48, tahun 2006 rata-rata current ratio sebesar 382,85, tahun 2007 rata-rata current ratio sebesar 361,55 dan pada tahun 2008 rata-rata current ratio sebesar 414,18. Rata-rata current ratio selama empat tahun berturut-turut sebesar 316,37. Selama empat tahun berturut-turut nilai rata-rata current ratio tertinggi terdapat pada perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar 449,53, sedangkan nilai rata-rata current ratio terendah sebesar 184,60 terdapat pada perusahaan PT.Bumi Resources Tbk.
4. Deviden Kas Tabel 4.5 Data Deviden Kas 2005-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8
KodePerusahaan 2005 2006 2007 2008 Rata-rata ANTM 258.184 286.285 621.111 2.057.987 805.891,75 BUMI 95.965 15.479 1.542.247 790.538 650.024,15 INCO 1.191.720 990.919 13.800.000 2.206.274 2.806.404,13 KLBF 28.075 1.621 126.490 123.440 648.849,43 PTBA 197.517 233.530 242.835 380.104 745.644,43 TLKM 4.674.901 7.438.798 9.740.568 11.800.000 8.413.566,75 UNTR 105.807 448.982 420.115 766.412 1.581.169,66 UNVR 1.528.273 1.522.856 1.637.785 1.994.516 2.030.452,76 Rata-rata 950.758,20 1.286.996,82 3.309.665,24 2.367.091,18 2.210.250,38 maksimum 8.413.566,75 minimum 648.849,43 Sumber : Data Diolah
68
Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, perkembangan deviden kas cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 rata-rata deviden kas sebesar 950.758,20, tahun 2006 rata-rata deviden kas sebesar 1.286.996,82, tahun 2007 rata-rata deviden kas sebesar 3.309.665,24 dan pada tahun 2008 rata-rata deviden kas sebesar 2.367.091,18. Rata-rata deviden kas selama empat tahun berturut-turut sebesar 2.210.250,38. Selama empat tahun berturut-turut nilai rata-rata deviden kas tertinggi terdapat pada perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar 8.413.566,75, sedangkan nilai rata-rata deviden kas terendah sebesar 648.849,43 terdapat pada perusahaan PT.Kalbe Farma Tbk.
C. Analisa Data 1. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik terdiri dari 4 (empat) pengujian, antara lain: a. Uji Normalitas Data Berdasarkan ketentuan dari pengujian normalitas maka variabel-variabel yang diteliti haruslah mengikuti pola distribusi normal, dimana grafik mengikuti garis diagonalnya. Adapun grafik data normalitas sebagai berikut:
69
Gbr 4.1 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Pada gambar 4.1 di atas terlihat bahwa plot tersebut mempunyai aturan distribusi normal karena data relatif tidak jauh dari garis diagonal, sehinggga dapat dikatakan bahwa distribusi data normal.
b. Uji Multikolinearitas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukkan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Varian Inflation Factor) harus berada dibawah 10.
70
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Standardi zed Unstandardized
Coefficien
95% Confidence
Coefficients
ts
Interval for B
Collinearity Statistics
Correlations Zer o-
Model 1 (Consta nt)
ROI
B
Std. Error
2668702. 1548235. 316
8
4
.283
-
8
16674.96 13386.75 0
8
-.804 1.87
5 cash
1
Upper
ord Parti Pa Toleran
Bound
Bound
er
.534
6
1.68 .10
-
15217.99 8104.544
Lower
.
1.72 .09
913
80181.76 47487.92 0
current
Beta
T
Sig
2
.07 1
1.24 .22 6
3
502715.1 86 17092.85 2
al
177456.3 .33 71
4
.304
-
2
6
VIF
818
31819.40 1383.411 .31
10746.55
ce
5840119.
-
-
rt
9 44096.47 6
.334
.19 .229 0
.27 6
.956
.30
.146
7 .20 4
.146
1.04 6
6.84 7
6.86 6
a. Dependent Variable: deviden
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen, yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai batas 10. Dengan melihat tabel di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas karena data di atas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih
71
kecil dari 10, dan keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c.
Uji Autokorelasi Dalam suatu pengujian variabel independen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Adapun hasil uji autokorelasi untuk melihat apakah ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R .564a
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .319
.230
623690.724
1.804
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: deviden Sumber: data diolah (output SPSS 16.0)
Tabel 4.7 di atas menyatakan bahwa nilai Durbin-Watson untuk variabel dependen adalah 1,804. Dari hasil uji autokorelasi yang ditunjukkan oleh tabel 4.3 tidak menunjukkan adanya gejala autokorelasi karena nilai Durbin-Watson masih berada di antara -2 sampai 2.
72
d. Uji Heterokedastisitas Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dalam residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Adapun uji heterokedastisitas adalah sebagai berikut: Gbr 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Pada gambar-gambar hasil pengujian heterokedastisitas di atas terlihat bahwa plot yang ditunjukkan pada gambar 4.2 tidak membentuk suatu pola.
Dengan
demikian,
dapat
dinyatakan
bahwa
residual
homokedastisitas atau dengan kata lain tidak heterokedastisitas serta layak digunakan pada hasil uji untuk mendeteksi apakah adanya heterokedastisitas.
73
2. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian ini dibutuhkan nilai signifikansi serta nilai t-hitung dan f -hitung. a. Uji Simultan Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan b
ANOVA Model
Sum of Squares
1 Regression
22.547
df Mean Square 3
Residual
51.136 23
Total
73.683 26
F
Sig.
7.516 3.380 .036a 2.223
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: ln deviden
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Hasil pengujian ANOVA dengan uji F dapat dilihat dengan nilai F hitung sebesar 3,380 dan signifikan 0.036. Dengan nilai signifikan 0,036 lebih kecil dari α 0,05 maka dapat diambil kesimpulan yaitu menolak Ho yang berarti menerima Ha dan koefisien regresi ini signifikan secara simultan.
74
b. Uji Parsial Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
12.069
.997
12.100 .000
.067
.030
.416 2.242 .035
-.006
.004
-.645 -1.322 .199
.009
.007
.618 1.276 .215
ROI current Cash
Std. Error
t
Beta
Sig.
a. Dependent Variable: ln deviden
c. Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Uji statistik dilakukan dengan uji t, karena model regresi yang diujikan adalah regresi linear berganda. Digunakan α 5% untuk menerima atau menolak hipotesis. Lebih lanjut, untuk mengetahui besar pengaruh masingmasing variabel pada model digunakan parameter koefisien determinasi. Adapun penjelasan dari hasil uji t adalah sebagai berikut: 1) Variabel ROI, dengan nilai α 0,035 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis
75
yang menyatakan bahwa tolak ukur ROI berpengaruh signifikan terhadap deviden kas terbukti. 2)
Variabel cash ratio, dengan nilai α 0,199 lebih besar dari 0,05, maka disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti hipotesis yang menyatakan bahwa tolak ukur cash ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas terbukti. Hal ini dikarenakan pemberian deviden kas dalam perusahaan bukan berdasarkan data cash ratio dari laporan keuangan saja, tetapi masih banyak faktor pengaruh lainnya.
3) Variabel current ratio, dengan nilai α 0,215 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti hipotesis yang menyatakan bahwa tolak ukur current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap deviden kas terbukti. Hal ini dikarenakan pemberian deviden kas dalam perusahaan bukan berdasarkan data current ratio dari laporan keuangan saja, tetapi masih banyak faktor pengaruh lainnya.
3. Uji Koefisien Determinasi Kolom pertama dari uji ANOVA yaitu kolom regresi adalah jumlah kuadrat dari varians yang dihasilkan dari model persamaan regresi sedangkan
76
kolom kedua yaitu residual adalah jumlah kuadrat varians yang tidak dihasilkan dari model persamaan regresi. Tabel 5.0 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1
R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a
.553
.306
.215
1.49107
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: ln deviden
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Berdasarkan hasil yang telah di uji maka secara regresi berganda variabel independen hanya mempengaruhi deviden kas sekitar 0,215. Dengan hasil ini bisa dikatakan bahwa variabel independen dengan kategori pengaruh lemah. Dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh kuat terhadap deviden.
4. Analisa Regresi Tabel 5.1 Hasil Analisa Regresi Setelah Outlier
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
77
1 (Constant)
-198401.375 417201.668
ROI current cash
-.476 .639
40077.179
12431.127
.593 3.224 .004
1113.567
1853.668
.290 .601 .554
-1470.284
2861.804
-.247 -.514 .612
a. Dependent Variable: deviden
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Tabel 5.2 Hasil Analisa Regresi Setelah Transform
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) ROI current cash
Std. Error 12.069
.997
.067
.030
-.006 .009
Coefficients t
Beta
Sig.
12.100
.000
.416
2.242
.035
.004
-.645
-1.322
.199
.007
.618
1.276
.215
a. Dependent Variable: ln deviden
Sumber: data diolah (output SPSS 16.0) Hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap pembentukan kedua model adalah sebagai berikut: Lin-Lin: deviden kas = -198401,375 + 40077,179ROI +1113,567current − 1470,284cash t
(−0,476)
(3,224)
(0,601)
(−0,514)
78
Log- Lin: Ln_deviden kas = 12,069 + 0,067ROI − 0,006current + 0,009cash t
(12,100)
(2,242)
(−1,322)
(1,276)
Jika diperiksa berdasarkan kaidah-kaidah regresi yang baik, maka kedua model diatas dapat dikatakan cocok untuk menggambarkan hubungan antara deviden kas dengan ROI, cash ratio dan current ratio. Bila ditinjau dari sisi koefisien determinasi, ternyata R2 model LogLin lebih besar bila dibandingkan dengan model Lin-Lin. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi data ke model Log-Lin lebih baik. Karena pada dasarnya transformasi data ke dalam ukuran yang berbeda, misalnya: satuan jutaan rupiah ke dalam ribuan rupiah tidak akan merubah analisis termasuk nilai R2-nya. Tetapi ketika transformasi data dilakukan ke dalam bentuk logaritma ternyata analisis dan nilai R2-nya mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena skala data mengalami perubahan, sehingga jika digambarkan sebaran datanya akan berbeda dengan sebaran data sebelum ditransformasi. Atau dengan kata lain, transformasi ke dalam bentuk logaritma telah mengakibatkan terjadinya perubahan data, sehingga data awal dan data hasil transformasi merupakan dua data yang berbeda. Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara model regresi linear dengan model Log-Lin tidak dapat atau tidak boleh dilakukan dengan membandingkan koefisien determinasinya.
79
R2 pada model Lin-Lin menggambarkan hubungan deviden kas dengan ROI, cash ratio, dan current ratio, sedangkan R2 pada model Log-Lin menggambarkan hubungan Log deviden kas dengan ROI, cash ratio, dan current ratio. Hal yang lebih logis untuk membandingkan kedua model tersebut adalah berdasarkan interpretasi atau analisis dari koefisien regresi yang didapat. Untuk kepentingan tersebut, perhatikan penjabaran berikut: 1. Model Lin-Lin Koefisien slope pada model Lin-Lin adalah sebesar 40077,179 pada ROI, 1113,567 pada current ratio, dan -1470,284 pada cash ratio. Angka tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: ¾ Bila ROI mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka deviden kas akan naik sebesar 40077,179 unit. ¾ Bila current ratio mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka deviden kas akan naik sebesar 1113,567 unit. ¾ Bila cash ratio mengalami peningkatan sebesar 1 unit, maka deviden kas akan turun sebesar 1470,284 unit.
80
2. Model Log-Lin Sedangkan untuk model Log-Lin didapat koefisien slope sebesar 0,067 pada ROI, -0,006 pada current ratio, dan 0,009 pada cash ratio. Angka tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: ¾ Bila ROI meningkat sebesar 1%, maka deviden kas akan naik sebesar 0,067%. ¾ Bila current ratio mengalami peningkatan sebesar 1%, maka deviden kas akan turun sebesar 0,006%. ¾ Bila cash ratio mengalami peningkatan sebesar 1%, maka deviden kas akan naik sebesar 0,009%. Perhatikan model Lin-Lin, peningkatan deviden kas akibat kenaikan ROI akan sama pada semua tingkatan. Contoh: PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk mempunyai deviden kas 4674901 unit, dan PT. Aneka Tambang Tbk mempunyai deviden kas sebesar 258184 unit. Bila ROI keduanya naik sebesar 100 unit, maka diperkirakan deviden kas akan meningkat
sebesar
4007717,9
unit,
sehingga
deviden
kas
PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi 4674901 + 4007717,9 = 8682618,9 unit, dan PT. Aneka Tambang Tbk
menjadi 258184 +
4007717,9 = 4265901,9 unit. Dapat dilihat bahwa besarnya peningkatan
81
deviden kas kedua perusahaan tersebut sama sekalipun PT. Aneka Tambang Tbk mempunyai deviden awal yang lebih besar dibandingkan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sedangkan untuk model Log-Lin, peningkatan deviden kas akibat kenaikan ROI akan lebih proposional. Seperti contoh kedua perusahaan di atas, bila ROI kedua perusahaan naik sebesar 10%, maka deviden kas akan naik sebesar 0,67%. Kenaikan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah sebesar 0,67% × 4674901 = 31321,84 unit. Sedangkan kenaikan PT. Aneka Tambang Tbk adalah sebesar 0,67% × 258184= 1729,84 unit. Dengan demikian terlihat bahwa terdapat perbedaan kenaikan deviden kas absolut pada setiap tingkatan deviden kas. Berdasarkan pemaparan penjelasan di atas bukan berarti model LinLin tidak dapat diterapkan untuk melihat fungsi hubungan antara deviden kas dengan ROI, cash ratio, dan current ratio, sebab sebagaimana contoh di atas, kenaikan ROI yang sama pada tingkatan deviden kas yang berbeda tentunya menunjukkan kinerja yang lebih baik dari perusahaan dengan saham yang lebih rendah, sehingga wajarlah bila kenaikan deviden kasnya secara absolut sama. Tetapi secara relatif, perusahaan yang mempunyai deviden kas awal lebih rendah akan mengalami peningkatan lebih tinggi. Dari pembahasan yang telah dilakukan maka penerapan model LogLin dirasa lebih baik untuk diterapkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan 1.
Perkembangan deviden kas cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 rata-rata deviden kas sebesar 950.758,20, tahun 2006 rata-rata deviden kas sebesar 1.286.996,82, tahun 2007 rata-rata deviden kas sebesar 3.309.665,24 dan pada tahun 2008 rata-rata deviden kas sebesar 2.367.091,18. Rata-rata deviden kas selama empat tahun berturut-turut sebesar 2.210.250,38. Selama empat tahun berturut-turut nilai rata-rata deviden kas tertinggi terdapat pada perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar 8.413.566,75, sedangkan nilai rata-rata deviden kas terendah sebesar 648.849,43 terdapat pada perusahaan PT.Kalbe Farma Tbk.
2.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi secara bersama (simultan) ditemukan bahwa variabel bebas (return on investment, cash ratio, dan current ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap deviden kas. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,036 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05. Dengan nilai tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk menolak Ho dan menerima Ha.
82
83
3.
Hasil penelitian secara partial diantara ketiga variabel independen menunjukkan bahwa hanya variabel ROI yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap deviden kas, dengan nilai signifikansi sebesar 0,035. Sedangkan variabel independen lainnya yaitu cash ratio, dan current ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap deviden kas.
B.
Saran Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya. Beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi. Adapun sarannya adalah sebagai berikut: 1. Bagi para investor maupun calon investor sebaiknya memprediksi terlebih dahulu tingkat deviden kas yang akan diperoleh sebelum melakukan investasi. 2. Bagi para perusahaan hendaknya membayarkan deviden kas sesuai dengan laba yang dihasilkan. Jangan menawarkan deviden hanya untuk menghilangkan keseimbangan investor tentang keuntungan perusahaan.
84
3. Bagi
peneliti
selanjutnya
dapat
menguji
ulang
penelitian
ini,
memperpanjang periode (waktu) penelitian guna menambah jumlah data, menambah variable lain yang dapat mempengaruhi deviden kas sehingga penelitian menjadi lebih luas lagi serta mencari teori-teori yang lebih relevan untuk penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Lukas Setia. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi.Yogyakarta: AND, 2002. Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. http://id.wikipedia.org/wiki/dividen diakses pada 26 Mei 2009 melalui Google. http://www.yarsi.ac.id/web-directory/beritapengumuman-fakultas/75-fakultasekonomi/222-mengenal-indeks-harga-saham-di-jakarta-islamic-index-html diakses pada tanggal 12 November 2009. http://www.idx.co.id/mainmenu/tentangBEI/ourproduct/syariah product/tabid/142/lang/id-ID/language/id-ID/Default.aspx di akses pada tanggal 12 November 2009. http://www.idx.co.id/mainmenu/tentangBEI/visionmision/tabid/59/lang/idID/language/id-ID/Default.aspx di akses pada tanggal 12 November 2009. http://www.idx.co.id/mainmenu/history/tabid/61/lang/id-ID/language/idID/Default.aspx di akses pada tanggal 12 November 2009. http://www.bi.go.id, di akses pada tanggal 12 November 2009. Husnan, Suad. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2000. Irnawati, Evi. “Analisis Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Terhadap Pembagian Deviden: Studi Empiris Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di BEJ
85
86
Tahun 2000-2002.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. J. Fred Weston, Brigham. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid I. Edisi IX. Jakarta: Erlangga, 2004. Jakarta Stock Exchange. JSX Statistik 2005. Jakarta: JSX Research and Development Division. 2005. Jakarta Stock Exchange. JSX Statistik 2006. Jakarta: JSX Research and Development Division. 2006. Jakarta Stock Exchange. JSX Statistik 2007. Jakarta: JSX Research and Development Division. 2007. Jakarta Stock Exchange. JSX Statistik 2008. Jakarta: JSX Research and Development Division. 2008. Margaretha, Farah. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan: Investasi dan Sumber Dana Jangka Panjang. Jakarta: PT. Grasindo, 2005. Munawir, H.S. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004. Nachrowi dan Hardius Usman. Analisis Ekonomi dan Keuangan Menggunakan Ekonometri; Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS dan EViews. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006. Nachrowi dan Hardius Usman. Penggunaan Teknik Ekonometri; Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan
87
Menggunakan Paket Program SPSS. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Oktaviani, Ani. “Analisis Pengaruh Perubahan Earning, Cash Flow, Harga Saham Terhadap Kemampuan Perusahaan dalam Membayar Deviden: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Rahadjo, Budi. Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami, dan Menganalisis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003. Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi IV. Yogyakarta: BPFE, 1997. Rudianto. Akuntasi Manajemen: Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Grasindo, 2006. Santoso, Singgih. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000. Sjahrial,
Dermawan.
Pengantar
Manajemen
Keuangan.
Edisi
II.
Jakarta:
Mitrawacana Media, 2006. Sugiyanto. Analisis Statistik Sosial. Cet. I. Malang: Bayumedia Publishing, 2004. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Kelima Belas. Bandung: CV. Alfabeta, 2009. Sujoko, Efferi, dkk. Metode Penelitian Untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis. Cet. I. Malang: Bayumedia Publishing, 2004.
88
Sulistiawati. “Analisis Deviden Per Share Terhadap Variabel Keuntungan Real Invesment: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Sutarno, Ernawati. “Analisis Pengaruh Earning dan Cash Flow Terhadap Deviden: Studi Empiris Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2003.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Lampiran 1 Tabel Data Keuangan Perusahaan di JII 2005-2008 Kode Perusahaan
Tahun
1
ANTM
2005
13.14
2
ANTM
2006
3
ANTM
4
No
ROI
Current Ratio
Cash Ratio
Deviden Kas
267.83
133.38
258184
21.29
281.26
96.49
286285
2007
42.63
447.41
263.72
621111
ANTM
2008
13.35
801.65
452.4
2057987
5
BUMI
2005
7.15
87.59
8.67
95965
6
BUMI
2006
8.84
133.47
6.38
15479
7
BUMI
2007
27.98
135.24
16.71
1542247
8
BUMI
2008
12.13
117.2
10.87
790538
9
INCO
2005
16.3
364.52
198.04
1191720
10
INCO
2006
24.18
459.87
242.73
990919
11
INCO
2007
62.15
252.82
116.89
13800000
12
INCO
2008
19.5
489.07
163.32
2206274
13
KLBF
2005
13.24
404.5
101.59
28075
14
KLBF
2006
14.62
504.17
191.48
1621
15
KLBF
2007
13.73
498.25
147.93
126490
16
KLBF
2008
12.39
333.34
105.71
123440
17
PTBA
2005
16.44
451.14
265.48
197517
18
PTBA
2006
15.62
544.05
300.1
233530
19
PTBA
2007
18.25
413.79
298.59
242835
20
PTBA
2008
27.96
365.73
224.74
380104
21
TLKM
2005
12.85
76.25
39.77
4674901
22
TLKM
2006
14.64
67.78
40.49
7438798
23
TLKM
2007
15.66
77.28
49.04
9740568
24
TLKM
2008
11.63
54.16
25.52
11800000
25
UNTR
2005
9.88
156.45
16.95
105807
26
UNTR
2006
8.27
134.11
22.71
448982
27
UNTR
2007
11.48
133.93
19.72
420115
28
UNTR
2008
11.64
163.61
42.22
766412
29
UNVR
2005
37.48
135.22
46.97
1528273
30
UNVR
2006
37.21
126.59
49.3
1522856
31
UNVR
2007
36.83
110.97
18
1637785
32
UNVR
2008
37
100.39
23.36
1994516
Sumber: data diolah dari laporan keuangan tahunan BEI pada kelompok JII
Lampiran 2 Hasil Output Pengolahan Data Melalui Program SPSS 16.0
1. Output Sebelum Outlier
Model Summaryb Model
R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.500a
1
.250
.169
3224431.270
1.094
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: deviden
ANOVAb Model
Sum of Squares
1 Regression
df Mean Square
9.695E13
3
Residual
2.911E14 28
Total
3.881E14 31
F
Sig.
3.232E13 3.108 .042a 1.040E13
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: deviden
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constant) 2668702.316 1548235.913 ROI current cash
Beta
t
Sig.
1.724 .096
80181.760
47487.928
.283 1.688 .102
-15217.995
8104.544
-.804 -1.878 .071
16674.960
13386.751
.534 1.246 .223
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constant) 2668702.316 1548235.913 ROI current cash
t
Sig.
1.724 .096
80181.760
47487.928
.283 1.688 .102
-15217.995
8104.544
-.804 -1.878 .071
16674.960
13386.751
.534 1.246 .223
a. Dependent Variable: deviden
Charts
Beta
2. Output Setelah Outlier Model Summaryb Model
R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.564a
1
.319
.230
623690.724
1.804
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: deviden
ANOVAb Model
Sum of Squares
1 Regression
df Mean Square
4.184E12
3
Residual
8.947E12 23
Total
1.313E13 26
F
Sig.
1.395E12 3.586 .029a 3.890E11
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: deviden
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) ROI
-198401.375
417201.668
40077.179
12431.127
1113.567 -1470.284
current cash
Std. Error
a. Dependent Variable: deviden
Coefficients t
Beta
Sig. -.476
.639
.593
3.224
.004
1853.668
.290
.601
.554
2861.804
-.247
-.514
.612
Charts
3. Output Setelah Transform Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .553a
1
Adjusted R
.306
.215
1.49107
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: ln deviden
ANOVAb Model
Sum of Squares
1 Regression
22.547
df Mean Square 3
Residual
51.136 23
Total
73.683 26
F
Sig.
7.516 3.380 .036a 2.223
a. Predictors: (Constant), cash, ROI, current b. Dependent Variable: ln deviden
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) ROI current cash
a. Dependent Variable: ln deviden
Std. Error 12.069
.997
.067
.030
-.006 .009
Coefficients t
Beta
Sig.
12.100
.000
.416
2.242
.035
.004
-.645
-1.322
.199
.007
.618
1.276
.215
Charts