59
SIFAT-SIFAT FUNGSI KONVEKS YANG TIDAK DAPAT DIGENERALISASI MENJADI SIFAT-SIFAT FUNGSI KUASIKONVEKS Vika Andina, Endang Cahya, Siti Fatimah Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Correspondent autho:
[email protected]
ABSTRAK Fungsi konveks adalah fungsi yang dapat ditandai oleh epigraph yang konveks tetapi fungsi konveks tidak dapat ditandai oleh himpunan level bawah yang konveks. Fungsi kuasikonveks merupakan generalisasi dari fungsi konveks yang dapat ditandai oleh himpunan level bawah yang konveks. Kajian ini menghadirkan sifat-sifat fungsi konveks yang memiliki kemiripan dengan sifatsifat fungsi kuasikonveks dan mengkaji sifat-sifat fungsi konveks yang tidak memiliki kemiripan dengan sifat-sifat fungsi kuasikonveks. Dengan kata lain, sifat-sifat tersebut berlaku untuk fungsi konveks tetapi tidak berlaku untuk fungsi kuasikonveks. Kata kunci: fungsi konveks, epigraph, himpunan level bawah, fungsi kuasikonveks, sifat dengan kemiripan, sifat tanpa kemiripan
ABSTRACT
Convex function is a function that can be characterized by convexity of its epigraph but can not be characterized by convexity of its lower level set. Quasiconvex function is a generalization of convex functions which can be characterized by convexity of its lower level set. This study presents the properties of convex functions with analogue for quasiconvex functions and observes the properties of convex functions with no analogue for quasiconvex functions. In other words, these properties valid for convex functions but does not valid for quasiconvex functions. Keyword: convex function, epigraph, lower level set, quasiconvex function, analogue properties, no analogue properties
Pendahuluan Fungsi konveks adalah salah satu konsep dalam matematika yang terus menerus mengalami perkembangan semenjak lahirnya penelitian karya Jensen pada tahun 1906 yang berjudul “Sur les fonctions convexes et les inégalités entre les valeurs moyennes.” Banyak teorema yang melibatkan fungsi konveks muncul dalam penelitian-penelitian lainnya setelah kelahiran dari penelitian tersebut. Fungsi konveks yang banyak diteliti didefinisikan pada sebuah himpunan konveks dari ruang Euclid berdimensi− atau disebut ℝ . Dalam beberapa literatur telah dijelaskan bahwa fungsi konveks dapat ditandai oleh epigraph yang konveks. 59 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
60
Kemudian muncul himpunan yang lebih besar dari sebuah epigraph, yaitu himpunan level bawah. Para peneliti menemukan bahwa jika himpunan level bawah dari sebuah fungsi adalah konveks, maka fungsi tersebut adalah konveks. Namun, ternyata pernyataan ini tidak berlaku sebaliknya. Hal ini telah mengantarkan kita untuk mengenal kelas fungsi yang lebih besar disebut kuasikonveks. DeFinetti adalah salah satu orang pertama yang mengenali beberapa karakterisktik dari fungsi yang memiliki himpunan level bawah konveks pada tahun 1949. DeFinetti tidak menyebutkan nama kelas fungsinya, tetapi Ia mencatat bahwa kelas fungsi ini mencakup semua fungsi konveks dan beberapa fungsi tidak konveks. Fenchel adalah salah satu pelopor yang menyusun, menamai, dan mengembangkan kelas fungsi kuasikonveks pada tahun 1953. Pada tahun-tahun berikutnya, fungsi kuasikonveks terus mengalami perkembangan dan pada tahun 1970, Harvey J. Greenberg dan William P. Pierskalla menulis sebuah jurnal yang berjudul “A Review Of Quasi-Convex Functions”. Jurnal ini merangkum hasil dari banyak peneliti sebelumnya dan memberi perbaikan untuk mendapatkan kesimpulan umum yang lebih jauh. Tujuan tambahan dari jurnal ini adalah menyajikan kejelasan struktur yang mendasari fungsi kuasikonveks dengan menghadirkan sifat yang memiliki kemiripan dengan fungsi konveks dan dengan menggambarkan bahwa fungsi kuasikonveks juga memiliki sifat yang tidak memiliki kemiripan dengan fungsi konveks. Jurnal tersebut merupakan salah satu jurnal yang sangat penting dalam perkembangan penelitian fungsi kuasikonveks hingga saat ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai sifat-sifat fungsi konveks yang tidak memiliki kemiripan dengan sifat-sifat fungsi kuasikonveks. Dengan kata lain, sifat-sifat dari fungsi konveks tersebut tidak dapat digeneralisasi menjadi sifatsifat fungsi kuasikonveks. Maka dari itu disusunlah penelitian ini dengan judul “SIFAT-SIFAT FUNGSI KONVEKS YANG TIDAK DAPAT DIGENERALISASI MENJADI SIFAT-SIFAT FUNGSI KUASIKONVEKS.”
Pembahasan 1.
Himpunan Konveks
Definisi 1.2 (Giaquinta dan Modica, 2012, hlm. 67) Himpunan ⊆ ℝ dikatakan himpunan konveks jika segmen garis tutup di antara dua sebarang titik pada terletak pada , yaitu untuk sebarang , ∈ dan ∈ [0,1], kita punya + (1 − ) ∈ . 60 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
61
Gambar 1.2 Contoh himpunan konveks (a) dan (b). Contoh himpunan tidak konveks (c) dan (d). 2.
Fungsi Konveks
Definisi 2.1 (Greenberg dan Pierskalla, 1970, hlm. 1553) Fungsi : → ℝ dikatakan konveks pada himpunan konveks ⊆ ℝ jika ( + (1 − ) ) ≤ ( ) + (1 − ) ( ) untuk semua ∈ [0,1] dan , ∈ . 3.
Hubungan Fungsi Konveks dengan Epigraph dan Himpunan Level Bawah
Terkait dengan fungsi konveks, berikut ini akan disajikan definisi mengenai epigraph sebagai berikut. Definisi 3.1 (Boyd, Vandenberghe, 2002, hlm. 61) Epigraph dari fungsi : → ℝ, ⊆ ℝ himpunan konveks, didefinisikan sebagai = {( , )| ( ) ≤ } dengan ∈ dan ∈ ℝ.
Fungsi konveks dapat ditandai oleh epigraph yang konveks, seperti ditunjukkan oleh teorema berikut ini. 61 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
62
Teorema 3.1 (Cambini, Martein, 2009, hlm. 12) Fungsi : → ℝ dikatakan konveks pada himpunan konveks jika himpunan konveks.
⊆ ℝ jika dan hanya
Selain epigraph, terkait dengan fungsi konveks juga didefinisikan himpunan level bawah sebagai berikut. Definisi 3.2 (Giorgi, Guerraggio, dan Thierfelder, 2004, hlm. 118) Himpunan level bawah dari fungsi : → ℝ, ⊆ ℝ himpunan konveks, didefinisikan sebagai = { | ∈ , ( ) ≤ }, untuk sebarang ∈ ℝ.
Sehubungan dengan himpunan level bawah dari fungsi konveks, diberikan teorema berikut ini. Teorema 3.2 (Cambini, Martein, 2009, hlm. 12) Jika : → ℝ adalah fungsi konveks pada himpunan konveks konveks untuk setiap ∈ ℝ.
⊆ ℝ , maka
Teorema 3.2 tidak berlaku sebaliknya karena terdapat contoh fungsi tidak konveks yang memiliki himpunan level bawah yang konveks. Contoh 3.1 ( ) = tan fungsinya),
= arctan
bukan fungsi konveks (dapat dilihat dari grafik
Gambar 3.3 Grafik fungsi ( ) = tan tetapi himpunan level bawahnya ⎧ ⎪
semua konveks.
∅,
= (−∞, tan ], ⎨ ⎪ ℝ, ⎩
≤− , 2
= arctan .
∈ − , , 2 2 ≥
2
,
62 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
63
Jadi, fungsi konveks tidak dapat ditandai oleh himpunan level bawah yang konveks. Himpunan level bawah yang konveks menspesifikasikan kelas fungsi yang lebih luas, yaitu fungsi kuasikonveks. 4.
Fungsi Kuasikonveks
Definisi 4.1 (Cambini dan Martein, 2009, hlm. 24) Misal : → ℝ dikatakan kuasikonveks pada himpunan konveks { ( ), ( )} ( + (1 − ) ) ≤ untuk setiap , ∈ dan ∈ [0,1].
⊆ ℝ jika
Dari dua definisi di atas, kita dapat menggambarkan macam-macam grafik fungsi kuasikonveks sebagai berikut.
Gambar 4.1 Berbagai macam bentuk grafik fungsi kuasikonveks. Jadi, fungsi kuasikonveks dapat berupa fungsi konveks, garis lurus, fungsi konkaf, atau pun gabungan dari fungsi konveks dan konkaf. Itu adalah keistimewaan dari fungsi kuasikonveks. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hubungan fungsi kuasikonveks dengan fungsi konveks. Hubungan antara ke dua fungsi tersebut akan dijelaskan melalui teorema di bawah ini.
63 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
64
Teorema 4.1 (Cambini dan Martein, 2009, hlm. 25) Jika fungsi : → ℝ konveks pada himpunan konveks kuasikonveks di .
⊆ ℝ , maka
Teorema 4.1 tidak berlaku sebaliknya karena terdapat contoh fungsi kuasikonveks yang bukan merupakan fungsi konveks. Contoh 4.1 ( ) = ln dengan : (0, ∞) → ℝ adalah fungsi kuasikonveks, namun bukan fungsi konveks. 2 1 0 -1
0
1
2
3
4
5
-2 -3
Gambar 4.2 Grafik fungsi ( ) = ln .
Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa fungsi kuasikonveks namun bukan fungsi konveks. 5.
( ) = ln
merupakan fungsi
Hubungan Fungsi Kuasikonveks dengan Himpunan Level Bawah
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa fungsi konveks dapat ditandai oleh epigraph yang konveks. Berikut ini akan dijelaskan bahwa fungsi kuasikonveks dapat ditandai oleh himpunan level bawah yang konveks. Seperti yang akan ditunjukkan oleh teorema berikut. Teorema 5.1 (Cambini, Martein, 2009, hlm. 26) Fungsi : → ℝ dikatakan kuasikonveks pada himpunan konveks hanya jika himpunan level bawahnya, yaitu = { | ( ) ≤ }, konveks untuk setiap ∈ dan ∈ ℝ.
⊆ ℝ jika dan
Jadi, fungsi kuasikonveks dapat ditandai oleh himpunan level bawah yang konveks. 64 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
65
6.
Sifat-Sifat Fungsi Konveks yang Dapat Digeneralisasi Menjadi Sifat-Sifat Fungsi Kuasikonveks
Selanjutnya akan dibahas beberapa sifat fungsi konveks yang dapat digeneralisasi menjadi sifat-sifat fungsi kuasikonveks dengan karakterisasi keterdiferensialan, nilai ekstrem, ketaksamaan, dan transformasi. 6.1
Keterdiferensialan Fungsi Kuasikonveks
Teorema 6.1.1 (Greenberg dan Pierskalla, 1970, hlm. 1560) Misal terdiferensialkan satu kali di ℝ . Maka kuasikonveks di ℝ jika dan hanya jika ( ) ≤ ( ) menunjukkan bahwa ∇ ( ) ( − ) ≤ 0. 6.2
Nilai Ekstrem Fungsi Kuasikonveks
Teorema 6.2.1 (Greenberg dan Pierskalla, 1970, hlm. 1560) Jika adalah kompak maka ∈ ( )= ∈ ( ) ( ). 6.3
Ketaksamaan Fungsi Kuasikonveks
Teorema 6.3.1 (Greenberg dan Pierskalla, 1970, hlm. 1560) ( ) ≤ ( ) untuk ∈ [0,1] jika ( ) ≥ (0). 6.4
Transformasi Fungsi Kuasikonveks
Teorema 6.4.1 (Greenberg dan Pierskalla, 1970, hlm. 1560) ( ) = [ + (1 − ) ] kuasikonveks untuk sebarang , jika dan hanya jika kuasikonveks.
∈
dan
∈ [0,1],
Berdasarkan sifat-sifat fungsi kuasikonveks di atas serta berdasarkan sifat-sifat yang telah dikarakterisasi oleh Greenberg dan Pierskalla (1971), berikut ini akan disajikan tabel yang berisi sifat-sifat fungsi konveks yang dapat digeneralisasi menjadi sifat-sifat fungsi kuasikonveks. Tabel di bawah ini berlaku untuk : → ℝ terdefinisi pada himpunan konveks ⊆ ℝ .
65 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
66
Tabel 6.1 Sifat-sifat fungsi konveks yang dapat digeneralisasi menjadi sifat-sifat fungsi kuasikonveks. Konveks Kuasikonveks konveks jika dan hanya jika kuasikonveks jika dan hanya 1a. 1b. adalah himpunan jika adalah himpunan konveks. konveks. kuasilinear jika dan hanya jika linear jika dan hanya jika 2a. 2b. dan adalah himpunan dan − adalah himpunan konveks. konveks untuk semua . Misal = { ∈ : ( ) = }. Jika kuasilinear, maka adalah linear jika dan hanya jika {( , )| ∈ , ∈ ℝ, ( ) = } himpunan konveks untuk semua 3a. 3b. . Jika adalah himpunan adalah himpunan konveks. konveks untuk semua dan jika kontinu, maka kuasilinear. terbatas untuk semua jika Jika tidak kosong dan terbatas, dan hanya jika terdapat ∗ 4a. 4b. maka terdapat ∗ > sedemikian sedemikian sehingga ∗ tidak sehingga ∗ terbatas. kosong dan terbatas. 5a.
6a.
7a.
8a.
kontinu di
( ).
Turunan parsial satu sisi ada di ( ). seluruh
Misalkan terdiferensialkan dua kali di ℝ . Maka konveks di ℝ jika dan hanya jika hessian (∙) adalah positif setengah terbatas di sepanjang ℝ . Misalkan terdiferensialkan satu kali di ℝ . Maka konveks di ℝ jika dan hanya jika ( ) − ( ) ≥ ∇ ( ) ( − ).
5b.
6b.
7b.
8b.
kontinu hampir di semua ( ).
Turunan parsial satu sisi ada ( ). hampir di semua
Misal terdiferensialkan dua kali di ℝ . Jika kuasikonveks di ℝ , maka ≤ 0 untuk =
1, … , . Jika < 0 untuk = 1, … , , maka kuasikonveks di ℝ . Misal terdiferensialkan satu kali di ℝ . Maka kuasikonveks di ℝ jika dan hanya jika ( ) ≤ ( ) menunjukkan bahwa ∇ ( ) ( − ) ≤ 0.
66 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
67
Konveks 9a.
∈
kompak. Jika
10a.
( )
Kuasikonveks
( ) < +∞ jika
adalah kompak maka ∈ ( )= ∈ ( ) ( ).
9b.
10b.
∈
kompak. Jika
( )
( ) < +∞ jika
adalah kompak maka ∈ ( )= ∈ ( ) ( ).
11a.
Setiap minimum lokal adalah minimum global.
11b.
Setiap minimum lokal adalah minimum global atau konstan di lingkungan minimum lokal.
12a.
Himpunan minimum global adalah konveks.
12b.
Himpunan minimum global adalah konveks.
13a.
14a.
15a.
Kualifikasi batas Kuhn-Tucker terpenuhi untuk { ; ( ) ≤ 0, = 1,2, … , } jika terdapat : ( ) < 0 untuk semua = 1,2, … , . Misal , subset kompak di ℝ dan ℝ , berturut-turut, dan misalkan : × → ℝ ∋ untuk setiap ∈ , ( ,⋅) adalah konkaf dan untuk setiap ∈ , ( ,⋅) adalah konveks. Lebih jauh lagi, misal ( , ) kontinu. Maka ( , ) memiliki titik saddle, katakanlah ( ∗ , ∗ ) ∈ × . ( ) ≤ ( ) untuk jika (0) ≤ 0.
∈ [0,1]
( ) = ( )/ adalah monoton naik untuk > 0 jika (0) = 0, ∈ ℝ ( )= [ +( − ) ] 17a. konveks, dengan ∈ [ , ] untuk sebarang , ∈ ⇔ 16a.
13b.
14b.
15b.
Kualifikasi batas Kuhn-Tucker terpenuhi untuk { ; ( ) ≤ 0, = 1,2, … , } jika ∇ ( ) ≠ 0 untuk ∋ ( ) = 0, = 1,2, … , . Misal , himpunan kompak di ℝ dan ℝ , berturut-turut, dan misalkan : × → ℝ ∋ untuk setiap ∈ , ( ,⋅) adalah kuasikonkaf dan upper semicontinuous serta untuk setiap ∈ , (⋅, ) adalah kuasikonveks dan lower semi-continuous. Maka terdapat titik saddle dari ( , ), katakanlah ( ∗ , ∗ ) ∈ × . ( ) ≤ ( ) untuk jika ( ) ≤ (0).
∈ [0,1]
( ) = ( ) adalah monoton naik untuk ≥ 0 jika ( ) ≥ (0), ∈ ℝ ( )= [ +( − ) ] 17b. kuasikonveks, dengan ∈ [ , ] untuk sebarang , ∈ ⇔ 16b.
67 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
68
18a.
19a.
Konveks. ( )= ( ) konveks, ∈ dimana adalah sebarang himpunan indeks. ( ) = [ ( )] konveks jika konveks dan tidak turun.
18b.
19b.
kuasikonveks. ( )= ( ) ∈ kuasikonveks, dimana adalah sebarang himpunan indeks ( ) = [ ( )] kuasikonveks jika tidak turun.
Dari tabel 6.1 terlihat bahwa sebagai fungsi yang merupakan generalisasi dari fungsi konveks, fungsi kuasikonveks memiliki sifat-sifat yang memiliki kemiripan dengan sifat-sifat fungsi konveks. Namun, karena fungsi kuasikonveks merupakan generalisasi dari fungsi konveks, kita dapat menduga bahwa terdapat sifat-sifat fungsi konveks yang tidak memiliki kemiripan dengan fungsi kuasikonveks atau dengan kata lain, terdapat sifat-sifat fungsi konveks yang tidak dapat digeneralisasi menjadi sifat-sifat fungsi kuasikonveks. Sifat-sifat ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
7.
Sifat-Sifat Fungsi Konveks yang Tidak Dapat Digeneralisasi Menjadi Fungsi Kuasikonveks
Sifat-sifat yang dibahas di bawah ini mengacu pada karakterisasi yang dilakukan oleh Greenberg dan Pierskalla (1970) meliputi sifat aditif, konjugat, keterbatasan, dan teorema alternatif. a. Aditif Berikut ini akan dibahas salah satu sifat dari fungsi konveks yang melibatkan konsep aditif. Teorema a.1 (Richter, 2011, hlm. 65) Jika , … , adalah fungsi konveks dengan ℝ . Maka untuk sebarang , … , dengan untuk setiap
( )=
: → ℝ pada himpunan konveks ≥ 0, ( )
∈ , juga merupakan fungsi konveks.
68 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
⊆
69
Contoh a.1 Diberikan fungsi : ℝ → ℝ kuasikonveks pada himpunan konveks ⊂ ℝ dengan = 1,2 dan ∈ , dengan definisi sebagai berikut: 0, ≦ 0 ( )= ( )= − , ≦0 ; 0, > 0 − , >0 Fungsi ( ) dan ( ) adalah kuasikonveks, tetapi ( )+ ( ) =− bukan merupakan fungsi kuasikonveks. b. Konjugat Berikut ini akan dibahas salah satu sifat dari fungsi konveks yang melibatkan konsep konjugat. Sebelumnya akan disajikan definisi mengenai fungsi konjugat sebagai berikut. Definisi b.1 Fungsi Konjugat (Tuy, 1998, hlm. 72) Diberikan sebarang fungsi : ℝ → [−∞, +∞]. Fungsi ∗( ) = sup ∈ℝ {⟨ , ⟩ − ( )} untuk setiap , ∈ ℝ dan ∈ ℝ, yang secara jelas merupakan fungsi konveks dan tutup, disebut konjugat dari ( ). Selanjutnya akan dibahas teorema yang merupakan sifat konjugat dari konjugat fungsi konveks. Teorema b.1 (Tuy, 1998, hlm. 84) Misal : ℝ → [−∞, ∞] adalah sebarang fungsi proper. Maka: (i) ( ) + ∗ ( ) ≥ ⟨ , ⟩ untuk setiap , ∈ ℝ . (ii) ∗∗ ( ) ≤ ( ) untuk setiap ∈ ℝ . ∗∗ = jika dan hanya jika konveks dan tutup.
adalah
Dari teorema di atas, kita peroleh sifat konjugat dari konjugat fungsi konveks, yaitu ∗∗ = untuk : ℝ → [−∞, ∞] sebarang fungsi proper, dengan ∗∗ ( ) = sup {⟨ , ⟩ − ∗ ( )} dan ∗( ) = sup ∈ℝ {⟨ , ⟩ − ( )} untuk setiap , ∈ ℝ , jika dan hanya jika fungsi konveks dan tutup. Contoh b.1 Diberikan fungsi kuasikonveks ( ) = ln dengan : (0, ∞) → ℝ. 69 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
70
Pertama, akan dicari konjugat dari fungsi ( ) = ln . ∗( ) = sup ∈ℝ {⟨ , ⟩ − ( )} untuk setiap , ∗( ) = sup ∈ℝ { − ln } ∗( ) Fungsi mencapai maksimum ketika ( − ln ) = 0 1 − =0 =
Kemudian, subtitusikan nilai sebagai berikut:
ke dalam
∗(
1
1
), sehingga diperoleh nilai
− ln } 1 ∗( ) = . − ln
) = sup ∗(
∈ℝ
{ 1
∗(
=
∈ℝ .
) = 1 − ln
∗(
)
∗∗ (
)
1
Selanjutnya, akan dicari konjugat kedua dari fungsi ( ) = ln . ∗∗ ( ) = sup {⟨ , ⟩ − ∗ ( )} 1 ∗∗ ( ) = sup − 1 − ln Fungsi
∗∗ (
∗∗ (
) = sup
) mencapai maksimum ketika
− 1 + ln
Kemudian, subtitusikan nilai sebagai berikut:
ke dalam
∗∗ (
Jadi, terbukti bahwa ( ) ≠
) = sup
∗∗ (
∗∗ ( ∗∗ (
).
1
− 1 + ln
=0
+
=0 =− =− ∗∗ ( ), sehingga diperoleh nilai − 1 + ln
1
) = (− ). − 1 + ln )=−
1
− 1 + ln
1 −
70 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
1 −
71
c. Keterbatasan Selanjutnya akan dibahas salah satu sifat dari fungsi konveks yang melibatkan konsep keterbatasan. Sebelum membahas sifat keterbatasan tersebut, akan dibahas terlebih dahulu definisi dan teorema yang mendukung pembuktian sifat keterbatasan fungsi konveks. Definisi c.1 (Giorgi, Guerraggio, dan Thierfelder, 2004, hlm. 30) Diberikan himpunan konveks ⊆ ℝ , relatif interior dari , dinotasikan dengan ( ), didefinisikan sebagai ( ) = { ∈ |∃ > 0, ( ) ∩ ( ) ⊂ }, ( ) adalah sebuah bola dengan radius dan berpusat di .
Relatif interior dari dapat dilihat sebagai sub himpunan dari affine hull. Oleh karena itu, definisi dari relatif interior tersebut berhubungan dengan topologi dari ( ). Teorema c.1 (Giorgi, Guerraggio, dan Thierfelder, 2004, hlm. 90) Misal : → ℝ adalah fungsi konveks pada himpunan konveks ( ). kontinu di
⊆ ℝ , maka
Selanjutnya akan dibahas teorema yang menyajikan sifat keterbatasan dari fungsi konveks sebagai berikut. Teorema c.2 (Giorgi, Guerraggio, dan Thierfelder, 2004, hlm. 93) Jika : → ℝ konveks pada himpunan konveks ⊆ ℝ , maka: ( ), (i) terbatas di setiap ⊂ (ii) terbatas di bawah di setiap himpunan terbatas ⊂ .
Dari teorema di atas, diketahui bahwa jika : → ℝ konveks pada himpunan konveks ⊆ ℝ , maka ( ) ( ) > −∞ ∈ ( ) ⊂ yang terbatas. di setiap Sifat ini tidak berlaku untuk fungsi kuasikonveks, seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut ini. Contoh c.1 ( )=
1/( − 1), 0,
∈ [0,1) =1
71 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
72
( ) adalah fungsi kuasikonveks. Selanjutnya akan ditunjukkan apakah ( ) ( ) ⊂ . Dengan kata lain, terbatas di bawah di setiap himpunan terbatas ⊂ ( ) ⊂ yang terbatas. ⊂ ∈ ( ) > −∞ di Pertama, kita periksa lebih dahulu kekontinuan dari ( ). ( ) dikatakan kontinu di ( ) ⊂ , jika lim ( ) = ( ). Dengan kata relatif interior, = ∈ ⊂ →
lain, ( ) dikatakan kontinu di titik = jika nilai dari limit kanan, limit kiri, dan nilai fungsinya sama. (Dinesh, 2010, hlm. 31) Karena lim ( ) ≠ (1), →
maka ( ) tidak kontinu di = 1. ( ), maka ( ) tidak terbatas pada himpunan Karena ( ) tidak kontinu di ( ) ⊂ . Oleh karena itu, terbatas ⊂ ∈ ( ) = −∞. d. Teorema Alternatif Terdapat sejumlah hasil dari beberapa penelitian mengenai sistem ketaksamaan fungsi konveks yang menghasilkan teorema alternatif untuk kasus nonlinear. Subbab ini akan mengkaji salah satu teorema alternatif yang diperoleh dari hasil penelitian Fan, Glicksberg, dan Hoffman (1957). Teorema alternatif ini merupakan salah satu aplikasi dari teorema separating hyperplane.
Teorema d.1 (Avriel, 2003, hlm. 80) Jika , … , adalah fungsi konveks yang proper pada himpunan konveks ⊆ ℝ , maka satu dari dua pernyataan berikut benar: (i) Terdapat ∈ sedemikian sehingga ( ) < 0 untuk semua = 1, … , . (ii) Terdapat konstanta ≥ 0 dengan = 1, … , dan ≠ 0 untuk suatu ∈ {1, … , }, sedemikian sehingga untuk semua
∈ .
( )≥0
Teorema di atas tidak berlaku secara umum jika , … , merupakan fungsi kuasikonveks. Lebih lanjut Greenberg (1971) menyatakan bahwa “Bukti dari teorema di atas tidak dapat digeneralisasi menjadi fungsi kuasikonveks. Tidak terdapat kesamaan yang jelas antara fungsi konveks dan fungsi kuasikonveks.” 72 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
73
8. Simpulan dan Saran Simpulan 1.
2.
: → ℝ dikatakan kuasikonveks pada himpunan konveks ⊆ ℝ jika { ( ), ( )} ( + (1 − ) ) ≤ untuk setiap , ∈ dan ∈ [0,1]. Pernyataan ini ekuivalen dengan, : → ℝ dikatakan kuasikonveks pada himpunan konveks ⊆ ℝ jika dan hanya jika himpunan level bawahnya, yaitu = { | ∈ , ( ) ≤ }, konveks untuk sebarang ∈ ℝ. Sifat-sifat dari fungsi konveks, yaitu aditif, konjugat, keterbatasan, dan teorema alternatif secara umum tidak berlaku untuk fungsi kuasikonveks.
Saran Penelitian ini membahas sifat-sifat dari fungsi konveks yang tidak dapat digeneralisasi menjadi fungsi kuasikonveks. Selanjutnya, dapat diteliti pula fungsi kuasikonveks semi-kuat, yaitu kelas dari generalisasi fungsi konveks yang berada di pertengahan fungsi konveks dan fungsi kuasikonveks. Lebih jauh lagi, dapat diteliti generalisasi fungsi konveks dari beberapa fungsi homogen, di mana fungsi kuasikonveks ditandai dengan beberapa kelas dari fungsi homogen yang sering muncul di dalam ilmu ekonomi.
REFERENSI Anton, H., & Rorres, C. (2005). Elementary Linear Algebra Ninth Edition. U.S.A: John Willey & Sons Inc. Avriel, Mordecai. (2003). Nonlinear Programming: Analysis and Methods. New Jersey: Courier Corporation. Bartle, R. G., & Sherbert, D. R. 2011. Introduction to Real Analysis: Fourth Edition. U.S.A: John Willey & Sons Inc. Boyd, S., & Vandenberghe, Lieven. (2002). Convex Optimization. New York: Cambridge University Press. Cambini, Alberto., & Martein, L. (2009). Generalized Convexity and Optimizatin. Berlin: Springer. Dinesh, Khattar. (2010). The Pearson Guide To Mathematics for The Lit-Jee, 3/E. India: Pearson education India.
73 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5
74
Ebbesen, A. M. (2012). Convex Sets and Their Integral Representations. Copenhagen: University of Copenhagen. Fan, Ky., Glicksberg, Irving., & Hoffman, A. J. (1957). System of Inequalities Involving Convex Functions. Giaquinta, M., & Modica, G. (2012). Mathematical Analysis, Foundations and Advanced Techniques for Functions of Several Variables. U.S.A: Springer Science+Business Media. Giorgi, G., Guerraggio, A., Thierfelder, J. (2004). Mathematics of Optimization: Smooth and Nonsmooth Case. Amsterdam: Elsevier B. V. Greenberg, H. J. (2003). Mathematical Programming Glosary Supplement: Convex Cones, Sets, and Functions. Colorado: University of Colorado. Greenberg, H. J., & Pierskalla, W. P. (1971). A Review of Quasi-convex Function. U.S.A: John Willey & Sons Inc. Kirkwood, J. R. (1995). An Introduction to Analysis: Second Edition. Boston: PWS Publishing Company. Malik, S. C. 2008. Principles of Real Analysis. India: New Age International. Osborne, M. J. (1997-2003). Mathematical Methods for Economic Theory: A Tutorial. Toronto: University of Toronto. Roberts, A. W., & Varberg, D. E. (1973). Convex Functions. New York and London: Academic Press. Tuy, Huang. (1998). Convex Analysis and Global Optimization. Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
74 | E u r e k a M a t i k a , V o l . 3 , N o . 1 , 2 0 1 5