SEMIOTIKA PERLAWANAN KORUPSI FILM AKU PADAMU Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Agus Riyanto 108051000188
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULATAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 Januari 2013
Agus Riyanto
ABSTRAK Agus Riyanto Semiotika Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu Film Aku Padamu adalah film yang menggambarkan praktik-praktik korupsi. Film pendek ini merupakan hasil dari inisiatif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam memberantas korupsi yang bekerja sama dengan Transparency International Indonesia (TII). Hal ini mengidentifikasi betapa sulitnya memberantas korupsi di negara demokrasi hanya melalui tindak pidana saja. KPK berharap nantinya film ini dapat merubah mind set pejabat pemerintah, pelaku bisnis, pejabat lembaga pendidikan, sebagai penerus bangsa hingga pejabat keagamaan sekalipun serta seluruh lapisan masyarakat sehingga memiliki mental yang kuat menolak korupsi. Dalam hal ini, peneliti bertujuan menemukan bagaiman proses dan praktik-praktik korupsi sehingga kita dapat mengantisipasinya. Aku Padamu memiliki adegan perlawanan terhadap praktik korupsi, yang secara teknis digunakan oleh sineas dalam membingkai dan menyajikan pesan perlawanan terhadap praktik korupsi. Selanjutnya pemaknaan secara konvensi yang divisualisasikan sineas melalui semiotika perlawanan korupsi film Kita vs Korupsi. Secara demografis, Indonesia lebih didominasi oleh pemeluk islam, dan mereka yang menduduki kursi pemerintahan pun didominasi oleh mereka yang beragama Islam, sehingga tidak layak jika banyak terjadi praktik korupsi didalamnya. Dewasa ini, korupsi telah merambah bukan hanya pada kalangan pemerintahan saja, melainkan sudah sampai tingkat bawahan yaitu rakyat. Perilaku yang curang dapat berorientasi pada praktik korupsi. Hal ini yang dikhawatirkan korupsi menjadi prilaku yang lumrah dan membudaya. Film ini mencoba memvisualisasikan dampak dan bagaimana proses korupsi itu terjadi. Semiotika merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis makna dan tanda-tanda yang sangat relevan dalam mengkaji pesan dalam film. Dalam film Aku Padamu terdapat tanda-tanda dan simbol-simbol yang mengandung interpretasi dan pesan simbolik, namun hal itu juga tidak terlepas dari bahasa film yang melengkapi, sehingga mempu menghasilkan interpretasi yang berbeda pada penonton. Dari hasil penelitian, peneliti mengidentifikasi setidaknya terdapat 13 elemen penting yang dapat membangun makna dalam film sebagai presentasi perlawanan terhadap praktik korupsi. Peneliti juga menemukan tanda-tanda dan kode yang mencul dalam adegan khusus di depan KUA dan adegan pendukung lainnya. Konvensi yang terdapat dalam film divisualisasikan mengguanakan beberap sekuen, adegan dan shot dalam durasi-surasi tertentu dalam film. Keyword : Film, Perlawanan Praktik Korupsi, KUA, Semiotika dan Interpretasi.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Kepada-NYA lah kita bersandar, dan dari-NYA lah kenikmatan hidup tanpa batas, Al-Aliimu wa Al-Qowiyyu tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan pengetahuan dan kekuatan fisik dan dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Semiotika Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu. Shalawat beserta salam selalu terlantunkan kepada kekasih Allah Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhid dan pencerah atas kegelapan manusia serta uswatunhasanahyang menjadikan dunia ini indah. Iman dan mental merupakan pondasi keyakinan keyakinan dalam memberantas korupsi yang harus dimiliki dan dijaga agar tetap kokoh, karena jika tidak kita dapat dengan mudah kapan saja terjerumus dalam lingkaran korupsi yang dewasa ini terjadi hampir disetiap sistem dan tanggung jawab. Pada kesempatan yang baikini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Djalal, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Drs. Studi Rizal, L.K, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
ii
2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). 3. Dra. Umi Musyarofah, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasidan Penyiaran Islam (KPI). 4. Drs. Sugiarto, M.A, selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan praskripsi. 5. Dr. Rulli Nasrullah M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya yang sangat berharga. 6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. 7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini. 8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Marsimin dan ibunda Raminah atas segala kasih ayang, perhatian dan motivasi, yang tak pernah lelah dan bosan dalam membiayai kuliah serta do’a yang selalu Engkau panjatkan untuk buah hatimu ini. 9. Keluarga Besar Norihiko Isoda atas segala bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menempuh gelar S.Kom.I.
iii
10. Keluarga Besar Martoyo atas segala motivasi dan bantuannya kepada penulis dalam menempuh gelar S.Kom.I. 11. Rekan-rekan seperjuangan KPI F 2008 yang tel;ah memberikan masukan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 12. Seluruh teman seperjuang yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis dibalas oleh Allah SWT berupa kebaikan yang berlipat ganda. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi wacana keilmuan dan ke-Islaman. Akhirnya kepada-Nya lah segala urusanakan kembali dan kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.
Jakarta, 16 Januari 2013
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
6
D. Metodologi Penelitian .................................................................
9
E. BAB II
Sistematika Penulisan ................................................................. 12
KERANGKA TEORI ....................................................................... 14 A. Film sebagai media kritik sosial.................................................. 14 B. Semiotika film ............................................................................. 33 C. Korupsi ........................................................................................ 40
BAB III GAMBARAN UMUM FILM .......................................................... 57 A. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ...................................... 57
v
B. Sinopsis Film............................................................................... 59 C. Profil Pemain............................................................................... 62 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN HASIL ANALISIS...................... 66 A. Analisis Judul Film ..................................................................... 66 B. Pengantar Adegan yang Diteliti .................................................. 67 C. Adegan yang Diteliti ................................................................... 82 D. Konvensi Visualisasi Adegan Perlawanan Korupsi .................... 98 E.
Interpretasi Adegan Perlawanan Korupsi.................................... 99
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 103 A. Kesimpulan ................................................................................. 103 B. Saran-saran .................................................................................. 105 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 107 LAMPIRAN
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Genre Film Induk dan Primer ......................................
21
Tabel 2.2 Analisis Film Steve Campsall ........................................................
37
Tabel 4.1 Analisis Film Steve Campsall ........................................................
69
Tabel 4.2 Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA” .............................................................................................
70
Tabel 4.3 Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah ...........
74
Tabel 4.4 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah” ........................................................
75
Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak Markun melawan korupsi .......................
79
Tabel 4.6 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan pak Markun melawan korupsi ............................................................................
80
Tabel 4.7 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “Perlawanan korupsi” .....
87
Tabel 4.8 Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” ......................
88
Tabel 4.9 Temuan Analisis Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan Korupsi" .........................................................................................
95
Tabel 4.10 Konvensi Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” ....
99
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Unsur Pembentuk Film ............................................................
16
Gambar 3.1
Nicholas Saputra sebagai Nova ................................................
62
Gambar 3.2
Revalina S Temat sabagai Laras ..............................................
63
Gambar 3.3
Agus Ringgo Rahman sebagai Pak Markun.............................
64
Gambar 3.4
Norman Akyuwen sebagai Calo ..............................................
65
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Film Aku Padamu merupakan salah satu kumpulan film pendek dalam tema besar film Kita vs Korupsi yang dilahirkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan bekerja sama dengan Transparency Internsional Indonesia (TII). Film yang tidak diluncurkan secara masal ke publik ini memiliki muatan pesan yang berbeda, terlepas dari kepentingan pasar, kepemilikan juga kepentingan beberapa pihak, melainkan film ini berpihak kepada hajat hidup bangsa mengenai bagaimana praktik korupsi terjadi dan film tersebut berusaha memetakan bagaimana bersikap dalam melawan korupsi. Film kita vs korupsi terdiri dari empat film pendek dengan judul berbeda-beda yang disutradarai oleh Chaerun Nissa, Emil Heradi, Lasja F. Susatyo, dan Ine Febriyanti, serta diproduseri oleh M. Abdullah Aziz. Masingmasing judul film itu adalah; Rumah Perkara (House of The Affair), Aku Padamu (Im for you), Selamat siang, Rissa! (Good afternoon, Rissa!) dan Pssssttt... Jangan bilang siapa-siapa (shhh... Don’t tell anyone) yang masingmasing memiliki latar belakang berbeda namun tujuan yang ingin dicapai satu, yaitu mengenalkan praktik-praktik korupsi. Dalam judul rumah perkara praktik korupsi yang dikenalkan pada level penyelenggara negara yang terjebak dalam lingkaran korupsi. Pada judul Aku Padamu praktik korupsi terjadi pada level lembaga agama yaitu Kantor
1
2
Urusan Agama (KUA). Kemudian dalam judul selamat siang Rissa!, dalam film ini praktik korupsi yang dikenalkan pada level bawah yaitu penjaga gudang yang memiliki kuasa penuh terhadap gudang. Yang terakhir pada judul Psss... jangan bilang siapa-siapa, korupsi terjadi pada level sekolah dan murid kepada orang tua. Kesemuanya ini adalah gambaran praktik korupsi yang terjadi dalam keseharian. Film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra yang berperan sebagai Vano, seorang pemuda yang hampir kehilangan impiannya meminang Revalina S Temat sebagai Laras anak seorang kepala guru dengan mengajaknya kawin lari melalui bantuan calo KUA (Norman Akyuwen) untuk melacarkan pernikahan karena mereka tidak memiliki kartu keluarga. Ringgo Agus Rahman yang juga bermain satu frame berperan sebagai seorang guru yang jujur bernama Markun, yang sampai akhir hayat statusnya masih sebagai guru honorer. Karena baginya sekolah itu fana seperti dunia ini. Ia lebih suka mengajar dan mendongeng di luar kelas, dibawah pepohonan dari pada menyuap kepala guru untuk menjadikannya guru PNS. Dalam kesempatan ini, peneliti memilih film Aku Padamu sebagai objek penelitian. Alasan peneliti memilih film tersebut karena ide pokok dan pesan yang ditangkap peneliti terasa istimewa. Yaitu sikap perlawanan wanita muda dalam melawan korupsi. Film Aku Padamu ini bertujuan untuk meredam atau memperkecil korupsi di negeri ini. Dewasa ini, korupsi bukan hanya dilakukan pada level pemerintahan atau umum saja melainkan sudah merambah pada hal yang berbau keagamaan seperti kasus korupsi pengadaan Alquran. Mengutip Ungkapan Lord Acton yakni “power tends to corrupt, and absolut power
3
corrupts absolutely”, bahwa kekuasaan cendrung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolut cendrung korupsi absolut.1 Film ini merupakan manisfestasi perjuangan dalam memberantas korupsi, dalam dakwah disebut sebagai dakwah bil qalam. Korupsi dalam Islam adalah kegiatan yang sangat diharamkan. Hal ini sesuai dengan ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 188 yang berbunyi:
“Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.” Pena atau qolam saat ini memiliki pemaknaan yang lebih luas, tidak hanya sebatas sebagai alat tulis saja. Kemajuan alat teknologi komunikasi yang memudahkan untuk menerima dan memberikan informasi juga sebagai sarana dakwah menjadikan satu kesatuan perluasan makna pena dalam dakwah. Pada masa Orde Lama, pemberantasan korupsi ditangani oleh aparat militer yang power full, namun upaya ini gagal bahkan semakin merebak. Memasuki masa Orde Baru korupsi semakin subur selama 32 tahun pemerintahan Presiden Soeharto. Penyelenggalaan pemerinta secara tertutup dan perekonomian yang didominasi oleh Soeharto beserta keluarga dan 1
Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK ―edisi kedua‖(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 2.
4
kroninya berdampak positif untuk pertumbuhan korupsi. Koruptor dieluelukan dan tidak diasingkan, karena sebagian hasil korupsi turut disumbangkan ketempat ibadah dan lain-lain, seakan tuhan dapat dibohongi. Sampai sini koruptor tidak dipandang sebagai penghianat bangsa melaikan sebagai pahlawan.2 “...Corrruption is the root of the evil (Kwik Kian Gie)...,‖ korupsi adalah akardari semua masalah.3 Beragam kasus korupsi yang terungkap, menandakan bahwa korupsi di negeri ini terjadi diberbagai sektor dan level. Film ini mencoba mengenalkan kita praktik korupsi yang dijalankan disejumlah institusi sebagai bentuk pemahaman terhadap masyarakat tentang praktik-praktik korupsi. Pesan ini yang kemudian membuat pikiran masyarakat tergugahuntuk menghentikan atau tidak melakukan tindakan korupsi. Sesuai dengan Pasal 41 Ayat 1Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang mengatakan ―...Masyarakat dapat berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi...‖.4 “...We can’t fight corruption just by enforcing law, but by changin perspective as well. As show here in KvsK...”5 begitulah ungkapan Abraham Samad (chief of KPK) sebagai testimoni yang tertera pada cover dvd tentang film ini. Film memiliki pengaruh cukup besar sebagai sarana penanaman nilai
2
Prof. DR. Krisna Harahap, SH.,MH, Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung, (Bandung, PT Graffiti Bandung, 2006), h. 40-41. 3 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 95. 4 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 161. 5 Cover dvd film Aku Padamu
5
dan ideologi. Hal ini yang membuat film menjadi suatu bahan kajian yang menarik untuk mendalami salah satu unsur komunikasi, yaitu pesan. Konstruksi pesan dalam film adalah melalui simbol atau tanda yang ditampilkan. Kajian yang secara khusus membahas mengenai tanda dan perangkat pesannya adalah semiotika atau yang lebih dikenal oleh ilmuwan eropa sebagai kajian semiologi. Semiotika memiliki beberapa model, hal ini dikarenakan masing-masing model memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki tokoh yang berbeda. Film terdiri dari unsur audio visual, sehingga memungkinkan dimunculkan beragam interpretasi dalam pembuatannya. Beberapa institusi yang pernah menyaksikan film tersebut menyadari dampak positif yang didapat bagi institusi dan anggotanya. Praktik–praktik korupsi yang semakin menjamur baik dalam skala besar maupun kecil, baik pada tingkat atas maupun tingkat bawah yang berdampak buruk bagi kemaslahatan berbangsa dan bernegara, diharapkan dengan adanya sosialisasi praktik korupsi melalui skripsi ini membantu mengurangi dan memberantas praktik-praktik korupsi. Dibeberapa institusi dan juga pada level masyarakat, praktik korupsi dalam skala kecil sering terlihat oleh mata kita namun hal tersebut seakan menjadi yang wajar, yang kemudian berdampak pada kebiasaan sehingga dibenarkan atau dianggap lumrah. Keadaan inilah yang ingin dikembangkan oleh penulis dalam dunia akademisi dalam memaparkan praktik–praktik korupsi yang direpresentasikan pada film yang dilahirkan KPK ―Aku Padamu‖ melalui cabang ilmu komunikasi yaitu semiotika sebagai objek penelitian skripsi untuk merubah paradigma tentang perilaku korup.
6
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis memberi judul penelitian skripsi ini Semiotika Perlawanan korupsi Film Aku Padamu.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah Masalah pada penelitian ini mengacu pada representasi praktikpraktk korupsi yang terdapat dalam film pada penggunaan simbol-simbol dalam rangkaian gambar atau adegan (scene) film yang berhubungan dengan cara praktik korupsi yang ditampilakan dalam film Aku Padamu. 2. Pembatasan Masalah Peneliti memfokuskan permasalahan pada empat hal berikut: a. Bagaimana tanda perlawanan praktik–praktik korupsi yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu? b. Bagaimana kode perlawanan praktik–praktik korupsi
yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu? c. Bagaimana
elemen
perlawanan
praktik
korupsi
yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu? d. Bagaimana konvensi perlawanan praktik–praktik korupsi yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sign dan code praktik–pkartik korupsi yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu
7
b. Untuk
menemukan
apa
saja
elemen
praktik
korupsi
yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu c. Untuk mengetahui bagaimana convention yang muncul dalam praktikpraktik korupsi yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu 2. Manfaat Penelitian a. Akademisi, peneliti mengaharapkan penelitian ini berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan ilmiah khususnya dibidang dakwah dan komunikasi serta dalam menggali makna yang terkandung dalam sebuah produk media massa, khususnya film yang menggunakan pisau analisis semiotika. b. Praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pencerah bagi institusi dan anggotanya juga masyarakat dalam mengenali praktik korupsi. Menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, aktivis dakwah, dan peneliti sendiri serta bagi production house agar dapat melahirkan film-film dan iklan yang lebih bermutu dan memiliki nilai budaya yang tinggi, sehingga dapat memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat dan menjabarkan situasi yang sedang terjadi dinegeri ini. 3. Tinjauan Pustaka Film ―Aku Padamu‖ bukan film komersial dan akan diputar bukan untuk maksud komersial.
Pemutaran film dilakukan melalui kegiatan
roadshow di kota-kota besar di Indonesia yang dikemas dalam kegiatan bedah atau diskusi film. Masyarakat juga bisa menginisiasi pemutaran film
8
ini dengan menghubungi pihak KPK ataupun TII6. Dalam proses pembuatannya pun melibatkan masyarakat, mulai dari pembuatan skrip dengan lomba ide cerita pada september 2011. Kemudian sutradara, aktor, scriptwriter dan kru, yang tergerak untuk turut andil dalam upaya pencegahan korupsi melalui sebuah film. Perenelitian sejenis (Skripsi) mengenai kajian semiotika di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, tidaklah sedikit. Salah satunya adalah skripsi yang berjudul ―Analisis Semiotik terhadap film in the name of god‖ yang ditulis oleh Hani Taqiyya (107051002739) mahasiswa KPI lulusan tahun 2011. Pada skripsinya tersebut, Hani menggunakan pisau analisis yang sama dengan penelitian ini, yakni menggunakan pisau analisis Roland Barthes. Adapun wacana yang ingin dibangun berbeda, yakni mengenai konsep jihad yang mengatasnamakan tuhan.7 Kemudian pada skripsi yang berjudul ―Analisis Semiotika Film Mighty Heart‖ yang ditulis oleh Rizky Akmalsyah (106051101939) yang mengangkat kisah bagaimana jurnalis,intelejen bekerja dan budaya orangorang psiatan di Karachi. Analisis yang digunakan pada skripsi ini yaitu menggunakan semiotika Roland Barthes,juga tidak ada persamaan mengenai pembahasan isi dengan skripsi yang ditulis oleh peneliti.8
6
http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2518 Hani Taqiyya, ―Analisis Semiotik terhadap Film in the name of god,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 8 Rizky Akmalsyah, ―analisis Semiotika Film A Mighty Heart‖, Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 7
9
Skripsi yang diteliti oleh Puga Hilal Bayhaqie ( 104051101954) dengan judul ―analisi Semiotika Ikaln Kampanye Politik Prabowo Subianto di Televisi versi Stimulus bagi Rakyat‖. Skripsi ini bertujuan mengupas ideologi iklan partai politik yang tercermin dari iklan ditelevisi. Pada skripsi ini peneliti tidak menemukan pembahasan yang sama dengan skripsi yang peneliti kerjakan.9 Selain itu ada pula skripsi dengan judul “Analisis semiotik film animasi
upin
dan
ipin”
yang
ditulis
oleh
Akhmad
Bayhaki
(105051001885) mahasiswa KPI lulusan tahun 2009.10 Pisau analisis yang digunakan serta wacana yang dibangun juga berbeda dengan penelitian ini. Pada dasarnya, peneliti melihat bahwa setiap skripsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun perlu diketahui bahwa skripsi ini tidak sama dalam isi maupun pembahasan dengan tujuan tersebut. Skripsi ini disusun berdasarkan analisis yang peneliti lakukan dengan pengamatan terhadap objek yang berkaitan yaitu mengenai semiotika praktik korupsi dalam film Aku Padamu.
9
Puga Hilal Bayhaqie, ―Analisis Semiotika Iklan Kampanye Politik Di Televisi,‖ Skripsi S1 (jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010). 10 Akhmad Bayhaki, ―Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Upin dan Ipin,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
10
D. Medodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes, Christian Metz dan Steve Campsall. Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “two order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Konotasi Signifier Denotasi Signified
Mitos
Gambar 1.1 Samiotika Roland Barthes
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu ―mitos‖ yang menandai suatu masyarakat. ―Mitos‖ menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifiersignified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.
11
Selanjutnya teori Christian Metz yang mengatakan bahwa setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu film sebagai industri, psikologi penonton, dan penulis naskah film kritikus, sejarahwan, teoretikus. Jadi pengertian film tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis.11 Steve Campsall yang meneruskan pemikiran Metz dengan menekankan interaksi antara moving image texts dengan kesatuan bahasa dan makna, memahami Moving Image Texts: ―Film Language‖. Seperti percakapan, baginya film memiliki bahasa sendiri dalam menyampaikan pesannya kepada penonton. Pergerakan audio visual yang dinamis di dalam
film,
memunculkan
komponen
sendiri
di
dalam
kajian
semiotikanya. 2. Tahapan Penelitian a. Proseduran Penelitian 1) Kategorisasi, disini peneliti mengkategorisasikan tanda-tanda yang ada atau yang muncul pada film Aku Padamu. 2) Observasi, Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan melakukan pengamatan secara mendalam mengenai tanda-tanda
11
Indiwan, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011), h. 203.
12
pada film Aku Padamu guna memperoleh data-data yang mendukung keakuratan hasil penelitian. 3) Dokumentasi, mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumendokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang diperoleh melalui kategorisasi dan observasi. b. Pengolahan Data 1) Analisis Data, data yang diperoleh dari pengklasifikasian adeganadegan dalam film Aku Padamu secara deskriptif yang sesuai dengan rumusan permasalahan dengan menggunakan model semiotika Christian Metz, Steve Campsall dan Roland Barthes. Kemudian membandingkan dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara menjabarkan,
menerangkan,
memberikan
gambaran
serta
klasifikasi dan menginterpretasikan data-data yang terkumpul secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut.
13
2) Subjek dan Objek Penelitian, Objek penelitian ini adalah film. Sedangkan unit analisisnya adalah potongan gambar, musik, dan dialog yang terdapat di dalam film Aku Padamu yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Subjek adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah teori semiotika Christian Metz, Steve Campsall dan Roland Barthes. Sedangkan objeknya adalah film Aku Padamu. 3) Teknik Penulisan, penelitian ini akan ditulis berdasarkan penulisan Skripsi yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku di UIN Jakarta fakultas Dakwah dan Komunikasi prodi Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008-2009.
E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam mengklasifikasikan gambaran dan uraian skripsi ini, maka peneliti membaginya dalam sistematika penulisan dalam lima bab. Yang dalam bab-bab tersebut terdapat sub bab yang menggambarkan lebih terperinci mengenai pembahasan skripsi ini. BAB I :
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi pnelitian dan sistematika penulisan.
BAB II :
Kerangka teori terdiri dari film sebagai media kritik sosial, semiotika film dan korupsi.
14
BAB III :
Gambaran umum film terdiri dari profil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga pembuat film, sinopsis film, profil pemain dan tim produksi film.
BAB IV :
Temuan penelitian dan hasil penelitian terdiri dari analisis judul film, pengantar adegan yang diteliti dan narasi yang diteliti.
BAB V :
Penutup terdiri dari kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Film Sebagai Media Kritik Sosial 1. Tinjauan Umum Tentang Film a. Definisi Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop) lakon (cerita) gambar hidup.1 Marselli Sumarno mendeskripsikan film sebagai: :Film merupakan anak kandung teknologi yang terdiri dari unsur ukuran akurasi dan standarisasi, perkembangan unsur mengikuti perkembangan teknologi, serta teknologi perfilman yang membutuhkan standarisasi teknis agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.‖2 Sedangkan film yang baik adalah film yang mampu mempresentasikan kenyataan sehari-hari sedekat mungkin, yakni yang mampu merekam kenyataan sosial pada zamannya.3 Film juga merupakan bagian dari salah satu produk komunikasi massa yang muatannya memiliki berbagai macam informasi baru. Bentuk komunikasi dalam film adalah bentuk komunikasi semu, karena pemberi makna yang sebenarnya bukanlah di film tersebut, melainkan orang-orang dibalik film. Dengan demikian, konstruksi pesan di dalam
1
Anton Mabruri, Managemen Produksi Acara Televisi,( Mind 8 Publishing,2011), h. 2. Marselli Sumarno, Job Descriptio Pekerja Film Versi 01, (jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2012). 3 Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta, CV Homeira Pustaka, 2009), h 13. 2
15
16
film yang notabene bersifat audio visual, berbeda dengan konstruksi pesan media yang lain yang kecenderungannya kepada satu jenis saja. Pemaknaan mengenai film pun kini beragam, ada yang memaknainya sebagai produk komersil, media propaganda, media hiburan, bahkan dianggap sebagai agama.4 Namun ada juga yang memaknai film sebagai media kritik sosial, karena film dianggap sebagai media yang memiliki kekuatan besar untuk menginformasikan yang terjadi disekitar, juga dalam membentuk pola pikir dan tingkahlaku penontonnya. Sebagian besar manusia sepakat bahwa komunikasi masa adalah bagian terpenting dalam pembangunan peradaba manusia. Film sebagai salah satunya menyimpan makna sebagai bagian dari pesan, juga menjadi salah satu ragam proses komunikasi. Makna-makna simbolik yang ditampilkan film, membawa penonton sebagai komunikan merasakan sensasi yang berbeda dalam penyerapan pesan. Makna-makna inilah yang akhirnya menjadi salah satu bagian dari unsur komunikasi, yaitu message. b. Unsur Film Agar dapat mamahami term film secara keseluruhan, perlu pengetahuan mengenai unsur-unsur pembentuk film. Adapun unsur-unsur tersebut antara lain unsur naratif dan unsur sinematik. Seperti pada gambar dibawah ini. 4
John C. Lyden, Film as Religion (New York: New York University Press, 2003), h. 11. Melalui https://filepost.com/file/m76mm97m/film_as_Religion_0814751814.pdf/ diakses pada 12 januari 2013.
17
FILM
Unsur Naratif
Unsur Sinematik
Gambar 2.1.5 Unsur Pembentuk Film
1) Naratif Unsur naratif film berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Unsur ini meliputi tokoh, masalah, konflik, lokasi dan waktu. a. Tokoh Dalam film cerita, terdapat dua tokoh penting, yaitu utama dan pendukung. Tokoh utama sering diistilahkan dengan tokoh protagonis, sedangkan tokoh pendukung biasa disebut dengan tokoh antagonis yang biasanya bertindak sebagai pemicu konflik. b. Masalah dan Konflik Masalah di dalam film dapat diartikan sebagai penghalang yang dihadapi tokoh protagonis dalam meraih tujuannya. Permasalah ini yang kemudian memicu konflik (konfrontasi) fisik atau batin dari luar diri tokoh protagonis ataupun dari dalam diri tokoh protagonis (konflik batin).6
5 6
Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 2. Himawan Pratista, Memahami Film, h. 43-44.
18
c. Lokasi Tempat/lokasi
di
dalam
film
biasanya
berfungsi
sebagai
pendukung narasi di dalam skenario. Pemilihan lokasi dapat membangun cerita sehingga cerita dapat menjadi lebih realistis. d. Waktu Waktu dalam narasi film merupakan salah satu aspek penting dalam membangun cerita. Pagi, siang, sore dan malam dalam film memiliki makna sendiri sebagai pembangun suasana narasi film. Unsur lainnya yang tidak lepas dalam film yaitu narasi. Dalam kajian sastra, kajian narasi atau cerita di dalam suatu karya disebut juga dengan kajian naratologi. Naratologi berasal dari kata narratio dan logos (bahasa Latin). Narratio berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat; logos berarti ilmu. Naratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif. Baik naratologi maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai seperangkat konsep mengenai cerita dan penceritaan. Naratologi berkembang atas dasar analogi linguistik, seperti model sintaksis, sebagaimana hubungan antara subjek, predikat, dan objek penderita.7 2) Sinematik Senematik atau language of film berguna untuk menganalisi textual dari beberapa rangkaian pendek film, video, atau televisi. Bordwell dan Thompson membagi bahasa film menjadi empat element, yaitu mise-en-scene, cinematography, editing dan sound. 7
Asep Yusup Hudayat, Modul ‗Metode Penelitian Sastra‘ (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007), h. 72. Melalui web: Resource.unpad.ac.id/unpadcontent/unpad/publikasi_dosen/metode_penelitian_sastra.PDF diakses pada 12 januari 2013.
19
Semua rangkaian ini saling membantu satu sama lainnya.8 Adapun definisi mise en adegan (scene), Sinematografi, Editing dan Suara sebagai berikut.9 a. Mise en Scene Segala hal yang berada di depan kamera. Empat elemen pokok Mise en Scene yaitu, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, serta akting dan pergerakan pemain. b. Sinematografi Perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. c. Editing Transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. d. Suara Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. Bahasa film ini bermanfaat sekali bagi kita dalam menganalisis gaya sinematik film. Untuk beberapa rangkaian analisis yang lebih detailnya diperlukan mencatat apa saja yang terjadi
dalam setiap
kejadian dan pengambilan sudut gambar kamera. Untuk mentranscribe setiap rangkaian diperlukan menonton lebih dari satu kali rangkaian yang ada dalam film, pause suara film untuk mencatat. Ini akan sangan membantu mengnalisis film tanpa menggunakan suara sehingga kamu dapat lebih fokus kepada mise-en-scene (conten of the 8
Micheal O‘Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society,(Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005), h. 219. 9 Pratista, Memahami Film, h. 1-2.
20
shot), cinematography (how content is filmed), dan editing. Kemudian dengarkan soundtrack tanpa melihat gambar sehinga kamu dapat fokus kepada suara. Selanjutnya perhatikan dengan seksama dengan suara kencang dan catatlah hubungan antara suara dan gambar. Kemudian, masukan kedalam catatan eksra detail mengenai durasi sebuah adegan, dan buat juga catatan tentang tata lampu (lighting), pertunjukan (performance), serta pendapatmu setiap adegan.10 Dengan pengamatan yang detail dapat diketahui bagaimana mise-en-scene, cinematography, editing dan sound dalam sebuah film memiliki makna dan pengaruh yang kuat. c. Jenis Film Lebih baik menonton acara-acara yang berkualitas. Tidak semua film itu buruk tetapi ada beberapa film yang baik untuk ditonton. Dalam hal ini kita lebih baik melihat acara apa yang direkomendasikan. Contohnya, bila kita ingin menonton film, sangat baik bila kita membaca resensinya dahulu sebelum kita tonton. Dalam hal ini diri kita sendiri yang menjadi tauladan agar selektif dalam memilih film. Film fiksi merupakan film yang memiliki struktur narasi yang jelas. Berbeda dengan film dokumenter dan eksperimental yang tidak memiliki struktur narasi yang jelas: 11
10
Micheal O‘Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society,(Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005), h. 219-220. 11 Pratista, Memahami Film,(Homeiran Pustaka, 2008) h. 4.
21
Secara singkat himawa memahami definisinya sebagai berikut: 1. Film Dokumenter Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatuperistiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguhsungguh terjadi atau otentik. 2. Film Fiksi Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. 3. Film Eksperimental Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak
mudah
dipahami.
Hal
ini
disebabkan
karena
mereka
menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri. Pratista
menjelaskan
metode
yang
paling
mudah
mengklasifikasikan film yaitu berdasarkan genre. Genre dalam film merupakan jenis atau klasifikasi sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita. Saat ini
22
film-film di dunia telah memunculkan beberapa genre, di antaranya genre aksi, horor, roman, noir, dan sebagainya. Sedangkan fungsi genre itu sendiri untuk mempermudah penikmat film mengklasifikasikan film. Hal yang perlu kita ketahui juga bahwa setiap film kebanyakan memiliki genre lebih dari satu, bentuk ini biasa diistilahkan dengan genre hibrida (genre campuran).12 Kebanyakan film memiliki genre yang variatif, hal ini dikarenakan banyaknya klasifikasi genre yang muncul dan dinamika cerita dalam sebuah film. Berikut adalah tabel klasifikasi film berdasarkan genre. Klasifikasi Genre Film Induk dan Primer Tabel 2.113 Genre Induk Primer Aksi Drama Epik Sejarah Fantasi Fiksi-ilmiah Horor Komedi Kriminal dan Gangster Musikal Petualangan Perang Western
Genre Induk Sekunder Bencana Biografi Detektif Film noir Melodrama Olahraga Roman Superhero Supernatural Spionase Perjalanan Thriller
Genre Induk Primer Genre merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan film di tahun 1900-an hingga 1930an. Beberapa jenis genre induk primer masih berkembang saat ini, namun
12 13
Ibid, h. 9-11 Ibid
23
beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu. Sedangkan genre Induk Sekunder merupakan pengembangan dari genre induk primer yang memiliki karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk primer. 2. Manfaat Film Film adalah media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan, karena film adalah media komunikasi. Dalam Mukaddimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 dijelaskan bahwa film bukan semata-mata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang kesatuan dan persatuan nasional, membina nasionalitas dan character building mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila. Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Banyak teori menyatakan bahwa film sebaiknya menjadi cerminan seluruh atau sebagian masyarakatnya, atau dengan kata lain terdapat kritik sosial didalamnya. Film sebaiknya mempresentasikan wajah masyarakatnya. Fungsinya sebagai arsip sosial yang menangkap Zeitgeist (jiwa zaman) saat itu, sehingga penonton terasa dekat dengan tema yang hadir dan bahkan serasa melihat dirinya sendiri, bahkan diajak mentertawakan dirinya sendiri, mengkritik dirinya sendiri.
24
Dengan menghadirkan wajah masyarakat yang sesungguhnya, maka film itu pelan-pelan akan memfungsikan dirinya menjadi sebuah kritik sosial. Kalau kita setuju dengan hal ini, maka kita bisa menyatakan film seperti Marsinah (Slamet Djarot), Eliana Eliana (Riri Riza), Bendera (Nan Achnas), Arisan! (Nia Dinata), sebagai perjuangan awal kritik sosial generasi baru sineas Indonesia. Mungkin tidak setegas dan sekeras Gie, tapi ini adalah pilihan sang sutradara dalam mengemas kritik. a. Fungsi Film Peneliti berargumen bahwa film yang baik adalah film yang didalamnya terdapat pesan-pesan tertentu, termasuk di dalamnya kritik sosial. Riri Riza dan Mira Lesmana menyatakan bahwa semangat utama membuat Gie adalah karena ingin menyalurkan kegelisahannya. Rudy Soedjarwo saat menggarap Mengejar Matahari menyatakan bahwa terlalu sayang kalau film yang sangat ampuh dalam mempengaruhi seseorang itu hanya untuk kepentingan komersial belaka. Uni Soviet pernah menggunakan media film sebagai media propaganda yang sangat efektif dengan pendekatan formalisme mereka. Italia pernah mengenal neo-realisme yang mendekati problem-problem stuktural kemiskinan pasca Perang Dunia Pertama. Perancis misalnya pernah mengenal realisme puitis yang merespon kegelisahan pasca Perang Dunia Kedua. Amerika tahun 1950-an dipenuhi oleh kisah fiksi ilmiah yang menggadang ketakutan terhadap perang bintang akibat peluncuran Sputnik oleh Uni Soviet.
25
Contoh diatas merupakan hanya sebuah gambaran bahwa negaranegara diberbagai belahan dunia telah memanfaatkan kejadian-kejadian disekitar masyarakat sebagai film yang kemudian digunakan sebagai senjata yang efektif atau sebagai penjabaran terhadap situasi yang sedang dihadapi masyarakat. Namun, hal ini tidaklah mudah mengingat proses tradisi yang panjang yang harus dilalui, baik dalam berkesenian secara umum maupun bertutur melalui film. Saat ini negeri ini belum memiliki keduanya. Paling tidak, cara tutur media film di negeri ini sama sekali belum ajeg dan belum memiliki tradisi yang panjang. Dari faktor inilah mengapa media film di Indonesia dipandang sebelah mata dalam menyumbang pertukaran wacana kemasyarakatan yang penting, terlebih dalam melakukan kritik sosial. Dengan beragamnya persoalan bangsa yang sedemikian banyaknya, tidak pantas apabila pembuat film tutup mata terhadapnya. Perjuangan film nasional dalam menyampaikan kritik sosial juga panjang. Dimulai oleh Usmar Ismail, di tahun 1950, mendirikan Perfini (Perusahaan film nasional Indonesia) dengan Darah dan Doa sebagai produksi pertama yang memperlihatkan problematika para pejuang secara nyata, disusul Lewat Djam Malam dan Tamu Agung. Lantas, diantaranya, ada Asrul Sani (Bulan diatas Kuburan, Para Perintis Kemerdekaan), Sjuman Djaya (Si Mamad, Si Doel Anak Modern, Si Doel Anak Sekolahan), Nyak Abbas Akub (Cintaku di Rumah Susun, Inem Pelayan Seksi), MT Risjaf (Naga Bonar), Chairul Umam (Kejarlah Daku Kau
26
Kutangkap, Ramadan dan Ramona), dan Arifin C. Noer (Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa, Taksi).14 Dalam suatu kesempatan, Usmar berdialog dengan Presiden Soekarno dan meminta pendapat tentang gaya (propaganda) film yang sesuai dengan revolusi Indonesia, apakah gaya Russia (yang kurang menghibur namun padat dengan misi) ataukah Hollywood (yang punya pesan yang longgar tapi sangat diminati, dan propagandanya masuk secara halus). Bung Karno saat itu bilang: Ambil jalan tengah, yaitu menghibur tapi kaya akan pesan, seperti neo-realisme Italia. Intinya, apa pun genre atau alirannya, film bisa menjadi kritik sosial.15 Belakangan ini ada beberapa film dalam negeri yang memiliki muatan kritik sosial, namun jumlahnya tidaklah banyak. Sebut saja film Marsinahkarya Slamet Rahardjo, Catatan Akhir Sekolah karya Hanung Bramantyo atau Virgin karya Hanny Saputra mereka mencoba memberikan semacam komentar terhadap kenyataan yang mereka lihat. Film-film ini memang memiliki kekuatan kritik sosial, meskipun yang dilakukan hanya pada level melihat kenyataan sebagai sesuatu yang tidak ideal dan masih terbatas menjadi semacam komentar sosial, social commentary belum mencapai tingkat kritik yang tajam dan langsung. Gie karya Riri Riza muncul sebagai sesuatu yang penting. Pembuat film ini dengan sadar menggunakan kisah hidup seorang intelektual seperti
14
Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film-Indonesia-Langka-AkanKritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012. 15 Ibid.
27
Soe Hok Gie untuk berbicara tentang kondisi bangsa saat ini. Film seakan mengingatkan bahwa masih banyak agenda bangsa yang belum selesai dan masih dibutuhkan kaum intelektual yang setia pada pikiran lurus. Dengan tegas film ini memposisikan diri dalam konteks kepolitikan tahun 1960-an serta refleksinya pada kehidupan Indonesia kontemporer. Film ini berhasil menjawab kegelisahan mengenai keberadaan karya film yang seharusnya bicara kritis tentang kondisi bangsa.16 Film ini sudah berhasil membuka banyak tabu. Selain kritik yang tegas di ujung film terhadap kondisi politik kontemporer, film ini juga bisa jadi membuka wacana tentang pergulatan politik tahun 1965 serta peran PKI di dalamnya. Selama ini hal terakhir ini dibicarakan masih dengan bisik-bisik dan penuh prasangka. Di sinilah menurut saya film seharusnya bisa menghadirkan wacana yang lebih terbuka dan bebas dari prasangka.17 Kekuatan film-film ini serasa memudar karena film-film yang lahir setelahnya sangat tidak berbobot dan lebih mengarah kepada semipornography. Seperti film Hantu Puncak Datang Bulan, Pelukan Janda Hantu Gerondong, Suster Keramas 2, dan Pocong Mandi Goyang Pinggul. Hal ini ironis mengingat kondisi politik yang kini relatif bebas untuk berekspresi. Para pembuat film bagai tak menyambut kondisi ini dengan memberi sumbangan yang lebih signifikan untuk kehidupan masyarakat yang lebih luas. Kebanyakan film lebih berorientasi mengejar
16
Harian Kompas, Minggu 17 Juli 2005, oleh Eric sasono Ibid.
17
28
keuntungan dan mengambil jalan mudah dalam mengungkapkan tema dan mencari cara tutur yang baru. Salah satu fungsi film adalah sebagai kritik sosial. James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dalam tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik), dan Movies (sebagai barang dagangan). Saya kira, film sebagai ―Film‖ adalah fungsi kritik sosial, sementara kita masih sering menduelkan antara Cinema (art film) dengan Movies (film komersil). Padahal ketiganya bisa saja bersatu di dalam satu film. Bahkan, film yang paling menghibur sekali pun, seperti film-film laris dari Hollywood, punya pesan-pesan kuat bahkan pengaruhnya lebih kuat dari film-film propaganda Russia seperti yang pernah ditulis Usmar Ismail.18 b. Film Sebagai Produk Budaya Melalui film sebenarnya kita banyak belajar tentang budaya. Baik itu budaya masyarakat di mana kita hidup di dalamnya, atau bahkan budaya yang sama sekali asing buat kita. Dan kita menjadi mengetahui bahwa budaya masyarakat A begini dan budaya masyarakat B begitu, terutama melalui film. Film dalam negeri telah hanyut dengan adopsi budaya asing, baik dari cara bicara, tingkah dan tata cara busana, sehingga tidak sedikit film
18
Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film-Indonesia-Langka-AkanKritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012.
29
dalam negeri yang dikatakan sebagai film asal jadi dan asal laris karena tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.19 Oleh karena asuhan budaya ini, setiap individu akan mengalami transformasi pemahaman atau penafsiran khas budaya yang nanti dianggap paling normal, ketika ia menghadapi suatu realitas budayanya. Tidak ada jawaban yang mutlak ketika kita berinteraksi dengan budaya lain, meskipun terkadang kita merasa bahwa cara budaya kita adalah yang paling alami. Hal itu menjadi kegagalan komunikasi, karena sering menimbulkan kesalafahaman, kerugian bahkan malapetaka. Resiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas dan bahkan negara. Peran budaya sangat besar dalam kehidupan kita. Apa yang kita bicarakan, bagaimana membicarakannya, apa yang kita lihat, perhatikan, atau abaikan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan, dipengaruhi oleh budaya kita. Seperti dikatakan Goodman, manusia telah berkembang hingga ke titik yang memungkinkan, budaya menggantikan naluri dalam menentukan setiap pikiran dan tindakan kita. Termasuk cara kita berkomunikasi adalah hasil dari apa yang diajarkan dalam budaya kita.20 Film dilihat sebagai media sosialisasi dan media publikasi budaya memiliki kekuatan yang ampuh dan persuasif. Buktinya adalah dalam ajang-ajang festival film semacam Jiffest (Jakarta International Film 19
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), h. 1. 20 Ibid., h. 16.
30
Festival), dan sejenisnya merupakan ajang tahunan yang rutin di selenggarakan di Indonesia. Film-film yang disajikan dalam berbagai ajang festival tadi telah berperan sebagai duta besar kebudayaan mereka sendiri, untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang memiliki budaya yang tentunya berbeda dengan dari mana film tersebut berasal. Begitu pula dengan audiensnya, mereka dengan sadar datang menonton film salah satunya untuk mengenal budaya pihak lainnya. Mereka menonton film Iran karena ingin tahu bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat Iran dan berbagai dinamikanya. Belum lagi film Ceko, Hongaria, Cile, Korea Utara, dan sebagainya. Sangat disanyangkan unsur-unsur dan nilai budaya sering luput dalam sajian film nasional belakangan ini. Pembuat film merasa tidak bisa atau lebih tepatnya tidak merasa perlu untuk menyajikan nilai budaya sebagaimana yang tersajikan melalui media film. Bijaksana bila film dipahami sebagai representasi budaya. Film digunakan sebagai cerminan untuk mengaca atau untuk melihat bagaimana budaya bekerja atau hidup di dalam suatu masyarakat. Ketika kita melihat film Ali Topan maka pada dasarnya kita sedang melihat cerminan dari budaya remaja yang terjadi pada era di mana Ali Topan itu hidup. Dan ketika kita menonton film Ada Apa Dengan Cinta maka kita juga sedang melihat representasi budaya remaja era Dian Sastro dan Nicolas Saputra. Rudy Soedjarwo saat menggarap ―Mengejar Matahari” menyatakan bahwa terlalu sayang kalau film yang sangat
31
ampuh dalam mempengaruhi seseorang itu hanya untuk kepentingan komersial belaka. c. Film sebagai Sarana Pembelajaran Film Indonesia kian hari kian kehilangan kepercayaan diri. Seakan menihilkan keberhasilan Laskar Pelangi, Gie, atau Ada Apa dengan Cinta. Publik pencinta gambar hidup di tanah air secara bertubi-tubi dijejalkan puluhan film yang mengeksploitasi tubuh dan sensualitas. Reaksi masyarakat terhadap film-film semacam itu memang tidak selalu tunggal seperti layaknya tabiat film itu sendiri, yang menghendaki munculnya multitafsir. Sebagian orang masih menikmati sebagai tontonan, yakni hiburan di kala senggang demi melenyapkan kejenuhan. Banyak pula yang melontarkan caci-maki serta argumen yang masuk akal. Bahkan, ada juga kaum yang sudah kadung antipati tanpa pernah menonton. Perlu diketahui bahwa sebagian besar dari penikmat film yang memilih film bergenre semi-pornografi tersebut bisa jadi karena tidak ada alternatif film lain. Syamsul Lussa memaparkan komentar yang menyayangkan kemunculan film-film berlatar semi-pornografi. "Sayang kalau menonton film tanpa pesan moral," kata Direktur Perfilman pada Direktorat Nilai Budaya Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Joko Anwar, sutradara muda berpengaruh Indonesia, segendang sepenarian dengan sang Direktur Perfilman. Menurutnya, salah satu keunggulan film adalah ia bisa jadi, "sarana pendidikan murah bagi masyarakat". Film yang
32
dibuat, dikemas, dan dikelola dengan baik akan memancing kesadaran masyarakat akan suatu wacana. Nilai Pendidikan, nilai pendidikan dalam sebuah film bermakna semacam pesan-pesan, atau katakannlah moral film, yang semakin halus penggarapannya akan semakin baik. Dengan demikian penonton tidak merasa digurui. Hampir semua film mengajari, atau memberitahu kita tentang sesuatu. Umpamanya seseorang dapat belajar bagaimana bergaul dengan orang lain, bertingkah laku, lewat film-film yang disaksikan. Film Hollywood pun kebanyakan berisi hiburan. Kaum terpelajar dapat menikmatinya, lalu orang awam dapat mencernanya. Dengan resep pengolahan seperti itu, film-film Hollywood memenuhi selera publik di seluruh dunia. Akan tetapi, jangan dilupakan banyak hiburan yang sekadar membuat orang senang, seperti tertawa, tegang, dan bergairah dalam menikmati sensasi gambar, selama satu-dua jam di gedung bioskop. Ada pula hiburan yang lebih dalam yang tertuju pada pikiran maupun emosi. Film dengan hiburan seperti memberikan semacam renungan kepada penonton untuk dibawa pulang ke rumah.21 Levie & Lents dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.22
21
Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (jakarta, Gramedia, 1996), h. 96-98. Prof. Dr. Azhar Arsyad. MA, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 16-17. 22
33
1) Fungsi Atensi Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar atau animasi yang diproyeksikan melalui LCD (Liquid Crystal Display) dapat memfokuskan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Hal ini berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran yang lebih baik oleh siswa. 2) Fungsi Afektif Fungsi afeksi media visual dapat terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai dengan visualisasi. Misalnya, tayangan video gambar simulasi kegiatan pengelolaan arsip, video penggunaan mesin-mesin kantor, dan sejenisnya. 3) Fungsi kognitif Fungsi kognitif media visual terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris Fungsi kompensatoris dari media pembelajaran dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa media visual membantu pemahaman dan ingatan isi materi bagi siswa yang lemah dalam membaca.
34
Mendukung pendapat di atas, Sudjana & Rivai menyebutkan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar:23 1) Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2) Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa. 3) Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurangi kebosanan belajar. 4) Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar Sedangkan Arif S. Sadiman, dkk. menjelaskan kegunaan media pembelajaran sebagai berikut:24 1) Memperjelas penyajian pesan. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 3) Mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih semangat dan lebih mandiri dalam belajar. 4) Memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama terhadap materi belajar.
B. Semiotika Film Semiotika merupakan ilmu atau metode yang digunakan untuk mengkaji tanda. Semiotika berasal dari bahasa Yunani ― semeion‖ yang berarti ―tanda‖, atau ―seme” yang berati ―penafsiran tanda‖. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastika atas seni logika, retorika dan poetika. ―Tanda‖ pada 23 24
h. 17-18.
Sudjana & Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011) ,h. 2. Arief S Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2011),
35
masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api.25 Hingga saat ini kajian mengenai semiotika dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah semiotika komunikasi. Pada semiotika komunikasi hal yang ditekankan adalah teori tentang produksi tanda yang salah satu diatanya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Yang kedua adalah semiotika signifikasi. Pada jenis semiotika ini hal yang ditekankan adalah teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Namun tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi sehingga proses kognisi pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasi. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi—pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.26 Studi tentang semiotika film pada awalnya terbatas pada permasalahan sintaksis, sintagma, gramtikal, yang cenderung pada studi kebahasaan. Meskipun demikian banyak tokoh yang menggunakan trikotomi Peirce (ikon,
25
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung, PT.Rosda Karya, 2009), h. 16-17. Ibid. h. 15
26
36
indeks, dan symbol) tersebut. Semakin berkembang, ternyata kajian semiotika film semakin diminati dan akhirnya ditemukanlah sisi yang khas dari analisis semiotik film, yakni perbandingan percakapan, tulisan dan pesan teatrikal. Dalam teks film ada banyak aspek yang bisa dijadikan sebagai unit analisis. Seperti pada tataran visual, kita dapat memaknai teks-teks yang berupa ekspresi dan aksi langsung (acting) para aktornya, setting dimana adegan dibuat, lighting dan angle pengambilannya, serta artefak-artefak lain yang muncul dalam penggambaran ceritanya. Sedangkan pada tataran audio, aspek akustik/ musik, syair lagu, dialog, monolog, sound effect, atau jika ada voice over naratornya. 1. Semiotika Film Roland Barthes Roland Barthes adalah salah satu tokoh semotika komunikasi yang menganut aliran semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinand de Saussures. Semiotika
strukturalis Saussures lebih menekankan pada
linguistik. Teori semiotika Barthes kerap digunakan untuk menelaah tanda-tanda dalam bentuk iklan. Dengan teori ini, sebuah iklan tidak hanya bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga yang bisa sampai pada mitos di baliknya. Semiotika Barthes adalah mengenai konotasi dan denotasi. Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem tanda yang di dalamnya mengansung unsur ekspresi (E) dalam hubungannya (R) dengan isi (C).27
27
Indiwan, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011), h. 16.
37
Fiske menyebut menyebut model ini sebagai signifikasi dua tahap (two other of signification). Dimana kunci penting dari konsep semiotika Barthes adalah connotative. Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan Signified (konten) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sigh). Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna ―harfiah‖ merupakan sesuatu yang bersifat alamiah. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‗mitos‘ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
38
Pemahaman mitos oleh Rolan Barthes muncul dikarenakan adanya persepsi dari Roland sendiri bahawa dibalik tanda-tanda tersebut terdapat makna yang misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos. 2. Semiotika Film Christian Metz Christian Metz adalah orang pertama yang memperkenalkan film sebagai sekumpulan tanda. Baginya film adalah sekumpulan bahasa yang disampaikan dengan seperangkat tanda dan simbol. Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution. Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis. Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu outermachine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton), third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus).28 Bahasa film berbeda dengan bahasa tutur. Bahasa film terwujud dalam kode-kode sinematik. Menurut Metz kode-kode sinematik film ada dua, yaitu kode spesifik dan kode non-spesifik. Kode-kode yang spesifik terdapat pada pergerakan gambar, suara, musik dan komponen film yang lain. Sedangkan
28
Ibid, h. 203
39
kode sinematik non-spesifik adalah kode-kode dari ‗bahasa‘ lain yang di antaranya sejarah, sastra atau budaya. Bahasa film, menurut Metz tidaklah berada pada serangkaian gambar yang bergerak di dalam film, melainkan kode-kode yang terkandung dalam setiap gerakan gambar yang tersaji di dalam film. Kode sendiri didefinisikan Metz sebagai sekumpulan tanda yang tampak alami yang membentuk makna tertentu. Tanda dan simbol tersebut yang nantinya akan mempengaruhi persepsi penonton. Tanda dan simbol yang ditampilkan oleh sineas nantinya akan ditangkap oleh penonton sebagai bahasa. Bahasa ini yang kemudian membentuk persepsi penonton mengenai tanda-tanda yang disajikan. Perhatian utama semiotika film adalah bagaimana makna dibangkitkan dan disampaikan. Dua kunci ide semiotika adalah tanda dan hubunganhubungannya dalam analisis semiotika, keputusan dan pemisahan (sementara) dibuat di antara isi dan bentuk, dan perhatian difokuskan pada sistem tanda yang menyusun teks. Misal: makanan yang ditampilkan dalam adegan film tidak bisa dilihat semata sebagai roti, nasi, steak atau lontong melainkan sebagai sistem tanda yang menyampaikan makna berhubungan dengan, misalnya status, selera, kecanggihan, sebuah sistem budaya atau kebangsaan tertentu.
40
3. Tabel Analisis Film Steve Campsall Steve Campsall merupakan salah seorang pengajar Studi bahasa Inggris dan Media di The Beauchamp College.29 Pemikirannya yang mengadopsi pemikiran Metz mengatakan bahwa film adalah kesatuan bahasa dan makna. Ini kemudian dipahami Steve sebagai Moving Image Texts: ―Film Language‖. Seperti percakapan, baginya film memiliki bahasa sendiri dalam menyampaikan pesannya kepada penonton. Para kru dan sineas bekerja menciptakan makna tersebut melalui gambar bergerak di dalam film, sehingga kompleksitas komponen film membuatnya berbeda dengan media lain. Pergerakan audio visual yang dinamis di dalam film, memunculkan komponen sendiri di dalam kajian semiotikanya. Berikut adalah gambaran atau skema analisi yang dibuat Campsall meneruskan pemikiran Metz: Tabel Analisi Steve Campsall Tabel 2.2 Signs, Codes and Conventions
29
Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan ‗meaning‘. Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki
Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678, diakses pada Senin 2 Oktober 2012.
41
Mise-En-Adegan
pendapat yang berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa komponen dalam memahami semiotika film. Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan. Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode adalah sekumpulan tanda yang nampak, ―pas‖, sekaligus ―alami‖ dalam membentuk makna keseluruhan. Convention (konvensi): istilah konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvensional dengan hasil yang pasti, dan menganggapnya natural. Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas 3: Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu. Indeks : sistem penandaan yang menggunakan unsur kausalitas atau sebab-akibat Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepaskan secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut. Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan. Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia
42
Editing
Shot Types
Camera Angle
Camera Movement
Lighting
Dieges And Sound
memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya MiseEn-Adegan merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan Pencahayaan. Editing merupakan suatu proses memotong dan menggabungkan beberapa potongan film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif. Shot merupakan pengambilan gambar untuk membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri terhadap objeknya. Biasanya shot terkait dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point of View (POV) dan Middle Shot (MS). Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan. Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan dinamika makna sendiri. Pencahayaan merupakan salah satu aspekpenting dalam film. Pencahayaan dapat menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan kengerian. Dieges atau diagenic sound di dalam film merupakan ‗dunia film‘. Dia merupakan bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya.
43
Visual Effects / SFX
Narrative
Genre Iconography
The Star System
Realism
SFX merupakan gambar generasi komputer (CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara. Naratif, merupakan unsur film yang memuat cerita dan kisah khusus di dalam film. Genre adalah ragam dari naratif yang sedang dibicarakan di dalam film. Ikonografi merupakan aspek penting dari genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang mendukung karakter koboi. Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi. Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.
Demikian kompleksitas tabel analisis Campsall yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis semiotika film.
C. Korupsi dalam Pandangan Islam 1. Definisi dan Komponen Korupsi a. Definisi Korupsi dan Gratifikasi Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tulah turun ke banyak bahasa eropa seperti inggris
44
yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari bahasa belanda ini kemudia turun menjadi bahasa Indonesia korupsi. Dalam kamus bahasa Indonesia korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain.30 Bung Hatta pernah menyatakan bahwa ― korupsi sudah menjadi bagian dari ―budaya‖ kita‖. Pernyataan itu didukung oleh Mochtar Lubis yang track record bersihnya sekaliber bung Hatta dengan mengatakan. Pernyataan ini tidak dapat diartikan secara harfiah melaikna sebagai perhatian yang begitu mendalam, juga tidak dapat disebut laku budaya selama kebudayaan dipahami sebagai akulturasi sistem nilai (sistem budi atau sistem kebajikan) tetaplah mustahil menyebut
korupsi
sebagai
laku
budaya.31Helbert
Edelherz
menggunakan istialah white collar crime untuk perbuatan pidana korupsi. Dalam bukunya yang berjudul The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, disebutkan sebagai berikut: “White Collar Crime: an illegal act orservices of illegal communitted by nonphysical means and by concealment or guille, to obtain or property, to avoid the payment or loss of money or property, to obtain bussiness or personal advantage.” 32 30 31
KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h.12 Saldi isra, Kekuasaan dan Prilaku Korupsi, (PT. Kompas Media Nusantara, 2009), h.
vii-x. 32
Helbert Edelherz, The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, US Departement of Justice,(Office Regional Operation, Law Enforcement Assistance Administration,1977), h. 4. Melalui web: books.google.co.id/books?hl=id=9ZopjX_j1L0C&q=an+act+#search_anchor diakses pada 12 januari 2013
45
Kejahatan kerah putih: suatu perbuatan atau serentetan perbuatan yang bersifat ilegal yang dilakukan secara fisik,tetapi dengan akal bulus/terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan serta menghindari pembayaran/pengeluaran uang atau kekayaanatau untuk mendapatkan bisnis/keuntungan pribadi. Berdasarkan pemahaman pasal 2 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001, korupsi adalah perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri atau orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Berdasarkan penjelasan pasal 12B UU nomor 31 tahun 1999 dan UU nomor 20 tahun 2001, Gratifikasi adalah pemberian meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pijaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fsilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi yang diterima didalam maupun luar negeri, yang dilakukan menggunakan saran elektronik atau tanpa sarana elektronik. Gratifikasi merupakan setiap penerimaan sesorang dari orang lain yang bukan tergolong kedalam (Tindakan Pidana) Suap.33
33
KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 21.
46
Gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang berhubungan dengan jabatan atau kedudukan dianggap sebagai suap. Rumus: Suap = Gratifikasi + Jabatan.34 b. Jenis-jenis Korupsi Lord Acton mengatakan bahwa ―Power tends to corrupt, and abolute power corrupt absolutely.” Kekuasaan cendrung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolute cendrung korupsi absolute. Piers Beirne dan James Messerschimdt menjelaskan mengenai empat tipe perbuatan korupsi. Political beribery adalah kukuasaan dibidang legislatif sebagai badan pembentuk undang-undang, yang secarapolitis badan tersebut dikendalikan oleh suatu kepentingan karena ada dana yang dikeluarkan saat pemilihan umum berkaitan dengan kegiatan perusahaan tertentu, yang pada akhirnya mereka yang kini duduk diparlemen membuat perundangundangan yang menguntukangkan usaha atau bisnis mereka. Political kickbacks adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan sistem kontrak pekerjaborongan, antara pejabat pelaksana dengan perusahaan,
yang
memberikan
kesmpatan
atau
peluang
untuk
mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak. Elektion fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum, baik yang dilakukan oleh calon penguasa/anggota parlemen ataupun oleh lembaga peaksana pemilihan umum. 34
Ibid.
47
Corrupt campaign practice adalah korupsi yang berkaitan dengan kegiatan kampanye dengan menggunakan fasilitas negara bahkan penggunaan uang negara oleh calon penguasa yang saat itu memegang kukuasaan.35 Korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, tergantung disiplin ilmu yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste dalam Suyatno,36 korupsi didefinisikan 4 jenis: 1) Discreationery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam menentukan kebijakansanaan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi. Contoh: seorang pelayanan perizinan Tenaga Kerja Asing memberikan pelayanan yang lebih cepat kepada ―calo‖, atau orang yang mau membayar lebih dengan alasan dapat memberikan pendapatan tambahan, ketimbang para pemohon yang biasa-biasa saja. 2) Illegal Corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacauan bahsa atau maksud-maksud hukum, peratuaran dan regulasi tertentu. Contoh: didalam peraturan lelang dinyatakan bahwa untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan atau tender. Tetapi karena waktu mendesak (turunnya anggaran terlambat), maka proses tender tersebut tidakmungkin dilakukan.
35
Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK edisi kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 20. 36 Suyatno, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 1718
48
Untuk itu pimpinan proyek mencari dasar hukum dan pasal-pasal dalam
peraturan
guna
mendukung
atau
memperkuat
sahnya
pelaksanaan pelelangan, sehngga tidak disalahkan oelh inspektur. Misalnya ditemukan salah satu pasal perihal ―keadaan darurat‖ atau ―forca majeur‖. Dalam pasal ini dikatakan bahwa ―dalam keadaan darurat, prosedur pelelangan atau tender dapat dikecualikan, dengan syarat harus memperoleh izin dari oejabat yang berkompeten‖.dari sinilah dimulainya illegal corruption. 3) Mercenery Corruption, adalah jenis tindakpidana korupsi yang dimaksud memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Contoh: Dalam sebuah persaingan tender, seorang panitia lelang memiliki wewenang untukmeluluskan peserta tender. Untuk itu, secara terselubung atau terang-terangan ia mengatakan bahwa untuk memenangkan tender peserta harus bersedia memberikan uang ―sogok‖ atau ―semir‖ dalamjumlah tertentu. 4) Ideological Corruption, ialah jenis korupsi ilegal mauoun discretionery yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Contoh: Kasus skandal Watergate, dimana sejumlah individu memberikan komitmen merekakepada presiden Nixon ketimbang kepada undang-undang atau hukum. Penjualan aset BUMN untuk mendukung pemenangan pemillihan umum partai politik tertentu temasuk dalamcontoh korupsi ini.
49
2. Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi a. Pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Berikut adalah pasal yang berkitan dengan tindak pidana korupsi: ―Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).‖37 Perbuatan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang ditentukan dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, terdiri antara lain sebagai berikut: 1) Dengan sengaja ―mencegah‖ secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara tindak pidana korupsi. 2) Dengan sengaja ―merintangi‖ secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara tindak pidana korupsi. 3) Dengan sengaja ―menggagalkan‖ secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara tindak pidana korupsi. 37
Suyatno, SH, Undang-Undang RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU NO. 20 Tahun 2001), (jakarta, Pancar Utama, 2001), h. 84.
50
b. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal selanjutnya yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi: ―Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).‖38 Perbuatan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang ditentukan dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, terdiri antara lain sebagai berikut: 1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
Pasal 28 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat dilakukan penyidikan tindak pidana korupsi, tersangka dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar mengenai seluruh harta bendanya dan harta bendaisteri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka. 2) Tindak pidana sebagai mana dimaksud Pasal 29 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana korupsi, tersangka dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar menganai seluruh harta bendanya. 38
Ibid.
51
3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 35 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999, yaitu pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana korupsi, saksi atau ahli dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar. 4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana korupsi, berlaku juga terhadap meraka yang menurut pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatan diwajibkan menyimpan rahasia. 3. Motivasi Korupsi a. Ciri-ciri dan Faktor-faktor Penyebab Praktik korupsi yang menggurita kronis di Indonesia tidak dapat lagi disadari sebagai abnormalitas melainkan dihayati sebagai kenormalan sehari-hari.39 Yang terjadi di Indonesia saat ini adalah penumbangan paradigma lama tentang korupsi menggunakan paradigma baru, namun kendala pada setiap sektor penegak hukum yang tidak kompak dalam memberntas korupsi menjadikan penumbangan korupsi seakan hanya kemuslihatan belaka. Pejabat atau penyelenggara negara selama ini menganggap dirinya sebagai penguasa (authorities), jarang dari mereka yang menyadari perannya sebagai pelayan masyarakat (publicservant / service provider). Budaya kekeluargaan (paternalistik) juga mengakibatkan turunnya
39
Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 127.
52
kwalitas
pelayanan
publik,
karena
kecendrungan
memberikan
keistimewaan kepada orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat yang bersangkutan.40 Ciri-ciri tindak pidana korupsi: 1) Dilakukan lebih dari satu orang; 2) Merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih; 3) Berhubungan dengan kekuasaan atau kewenangan tertentu; 4) Berlindung dibalik pembenaran hukum; 5) Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum; 6) Menghianati kepercayaan Kwik Kian Gie sudah sangat tepat ketika mengatakan: corrruption is the root of the evil. Korupsi adalah akar dari segala masalah. Syafii Ma‘arif pernah mengatakan, negara kita tidaka akan pernah bisa maju karena Departemen Agama, Departemen Pendidikan, dan Departemen Kesehatan---tiga departemen yang mengurusi pendidikan hati, pendidikan otak, dan pendidikan jasmasi justru tiga departemen yang paling korup kinerjanya.41 Beberapa faktor penyebab terjadi tindak pidana korupsi adalah:42 1) Penegakan hukum tidak konsisten: penegakan hukum hanya sebagai make-up politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti pemerintahan.
40
KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 33. Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 95. 42 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 23-24 41
53
2) Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, takut dianggap bodoh kalau tidakmenggunakan kesempatan. 3) Langkanya lingkungan yang anti korup: sistem dan pedoman anti korup hanya dilakukan sebatas formalitas saja. 4) Rendahnya pendapatan penyelengara negara. Pendapatan yang diperoleh penyelenggara negara harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan tebaik bagi masyarakat. 5) Kemiskinan, keserakahan: Masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
karena
kesulitan
ekonomi.
Sedangkan
mereka
yang
berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak puas dan menghalalkan segalacara untuk mendapatkan keuntungan. 6) Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah. 7) Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah darpada keuntungan korupsi: saat tertangkapmenyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya. 8) Budaya
permisif
atau
serba
membolehkan;
tidakmau
tahu:
menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain,asal kepentingan sendiri terlindungi. 9) Gagalnya pendidikan agama dan etika: pendapat Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa agama telah gagalmenjadi pelidung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku pemeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada tata car
54
beribadah saja. Sehingga agamanyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingakan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki ralasi dan hubungan emosional dengan pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan yang dimiliki ralasi emotional yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak sangat buruk. Abdurrahman Hehamahua mendeskriptisikan perbedaan korupsi dilihat dari aspek motivasi: 1) Korupsi karena kebutuhan; 2) Korupsi karena ada peluang; 3) Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri; 4) Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintahan; atau 5) Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.
4. Korupsi menurut Islam a. Korupasi dalam Islam Pengertian korupsi yang banyak tersebut dilihat dari sudut pandang fiqih Islam juga mempunyai dimensi-dimensi yang berbeda. Perbedaan ini muncul karena beberapa defenisi tentang korupsi merupakan bagianbagian tersendiri dari fikih Islam. Adapun pengertian yang termasuk makna korupsi dalam fiqih Islam adalah sebagai berikut: Pencurian (alsariqoh), penyelewengan harta negara (ghanimah), khianat (al-khiyanat),
55
perampasan (al-hirobah), penggunaan Hak orang lain tanpa izin (alghosob), suap (al-risywah). Hadiah dalam kamus artinya pemberian yang bisa bermaksud kenang-kenangan, penghargaan dan penghormatan. Adapun hadiah dalam pengertian fiqih Islam hampir sama dengan hibah, yaitu pemberian sesuatu untuk memuliakan seseorang tanpa mengharap balasan.43 Pada Surat Al-Baqarah ayat 188 disebutkan secara umum bahwa Allah SWT melarang untuk memakan harta orang lain secara batil. Qurtubi memasukkan dalam kategori larangan ayat ini adalah: riba, penipuan, ghosob, pelanggaran hak-hak, dan apa yang menyebabkan pemilik harta tidak senang, dan seluruh apa yang dilarang oleh syariat dalam bentuk apapun. Al-Jassas penulis buku Ahkam Alquran Jilid 1 yang diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar al-Fikr tahun 1993 mengatakan bahwa pengambilan harta orang lain dengan jalan batil ini bisa dalam 2 bentuk: 1) Mengambil dengan cara zhalim, pencurian, khianat, dan ghosob (menggunakan hak orang lain tanpa izin). 2) Mengambil atau mendapatkan harta dari pekerjaan-pekerjaan yang terlarang, seperti dari bunga/riba, hasil penjualan khamar, babi, dan lain-lain.44
43
Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukumpidana.html, diakses pada 25 November 2012. 44 Ibid.
56
Selanjutnya pada surat Ali Imran ayat 161 lebih spesifik disebutkan tentang ghulul yang bermakna khianat.
―Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.‖ Maksudnya khianat adalah mengkhianati kepercayaan Allah SWT dan manusia, terutama dalam pengurusan dan pemanfaatan harta ghonimah. Lebih jelas Ibnu Katsir menyebutkan dari Aufy dari Ibnu Abbas bahwa ghulul adalah membagi sebagian hasil rampasan perang kepada sebagian orang sedangkan sebagian lagi tidak diberikan.45 Analog korupsi dengan ghulul menurut penulis adalah cukup dekat dengan alasan-alasan sebagai berikut : 1) Korupsi adalah penyalahgunaan harta negara, perusahaan, atau masyarakat. Ghulul juga merupakan penyalahgunaan harta negara, karena memang pemasukan harta negara pada zaman Nabi SAW adalah ghonimah. Adapun saat ini permasalahan uang negara berkembang tidak hanya pada ghonimah, tetapi semua bentuk uang negara.
45
Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukumpidana.html, diakses pada 25 November 2012.
57
2) Korupsi dilakukan oleh pejabat yang terkait, demikian juga ghulul merupakan pengkhianatan jabatan oleh pejabat yang terkait. Selanjutnya di dalam Surat Al-Maidah ayat 33 dan 38 disebutkan secara khusus tentang hirobah dan suroqoh.
―Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.‖
―Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖ Ayat pertama adalah pengambilan harta orang lain dengan terangterangan yang bisa disertai dengan kekerasan, atau dengan cara melakukan pengrusakan di muka bumi. Sedangkan yang kedua adalah pengambilan harta orang lain atau pencurian dengan diam-diam.46Abdul Qodir Audah
46
Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukumpidana.html, diakses pada 25 November 2012
58
mendefinisikan hirobah sebagai perampokan (qoth,u at-thuruq) atau pencurian besar.47 Selanjutnya yang termasuk dalam kategori korupsi adalah ghosob. Ayat 79 dari surat Al-Kahfi adalah menceritakan seorang raja yang zalim yang akan mengambil kapal dari orang-orang miskin dengan jalan ghosob.Seorang
alim
yang
dikisahkan
dalam
ayat
ini
lantas
menenggelamkan kapal agar supaya tidak bisa dimanfaatkan dengan tidak halal (ghosob) oleh raja yang zalim tersebut.
―Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan Aku bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.‖ Pengertian ghosob adalah menguasai harta orang lain dengan pemaksaan dengan jalan yang tidak benar, lebih lanjut dijelaskan bahwa ghosob dilakukan dengan terang-terangan sedangkan ketika dilakukan dengan sembunyi-sembunyi maka dinamakan pencurian. Hanya ghosob ini kadang berupa pemanfaatan barang tanpa izin yang kadang dikembalikan kepada pemiliknya.48 Menganalogikan ghosob sebagai salah satu bentuk korupsi dengan alasan bahwa ayat di atas menceritakan bagaimana seorang raja yang
47
Ibid. Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukumpidana.html, diakses pada 25 November 2012 48
59
semena-mena dapat dengan seenaknya menggunakan hak milik rakyatnya yang miskin dengan memanfaatkan kapal yang dimiliki oleh rakyat untuk kepentingan pribadinya. Pada kasus ini ada unsur memperkaya diri atau pribadinya dengan menggunakan hak rakyatnya dengan jalan yang tidak benar. Pengertian suap (risywah) menurut Ibnu al-Qoyyim adalah sebuah perantara untuk dapat memudahkan urusan dengan pemberian sesuatu atau pemberian untuk membatalkan yang benar atau untuk membenarkan yang batil.49 Ayat di atas mengaitkan kata suap dengan kata hukum. Bahwa penyuapan adalah dilakukan demi mengharapkan kemenangan dalam perkara yang diinginkan seseorang, atau ingin memudahkan seseorang dalam menguasai hak atas sesuatu.
49
Ibid.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM
A. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Lembaga Pembuat Film KPK atau komisi pemberantasan korupsi berdiri pada tahun 2003 bertugas menanggulangi, memberantas dan mencegah korupsi di indonesia. Berdirinya komisi ini berdasarkan Undang-undang Republik Indonesi Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Periode 2006-2011 KPK dipimpin bersama 4 orang dan wakilnya yakni, Chandra Marta Hamzah, Bibit Samad Rianto, Mochammad Jasin, dan Hayono Umar. Kemudian Pada 25 November 2010 M. Busyro Muqoddas terpilih menjadi ketua KPK melalui proses pemungutan suara oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pada 2011 Abraham Samad melanjutkan kepemimpinan.1 Menurut Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi emmpunyai fungsi dan tugas sebagai berikut:2 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; 4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan 1 2
www.kpk.go.id, diakses pada 07-01-2013. ibid
60
61
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :3 1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; 2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait; 4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan 5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi. KPK bekerja sama dengan Transparency International Indonesia (TII) dan USAID meluncurkan film ―Kita versus Korupsi‖. Ketua KPK Abraham Samad mengedukasi seluruh lapisan masyarakat bagaimana dampak dan mencegah korupsi melalui film ini. Dalam film ini peran KPK hanya sebatas pemberi dana. Sedangkan untuk pengerjaannya KPK bekerja sama dengan TII. Kemudian Transparancy International Indonesia menggaet beberapa produser, sutradara-sutradara ternama, penulis serta para aktor papan atas indonesia untuk bermain dalam film ini. Seperti Nicholas Saputra, Revalina S Temat, Ringgo Agus Rahman dan Aktor besar lainnya yang turut andil dalam menyelesaikan film ini. 3
ibid
62
Dalam mendapatkan skrip, TII mengadakan lomba menulis tentang tema dan cerita yang nantinya akan dijadikan alur cerita film. Cerita yang berhasil membuat produser dan sutradara jatuh hati dari Sinar Ayu Massie yang juga dalam film ini membantu dalam bidang wardrobe stylist. Film ini disutaradarai oleh Lasja F. Susatyo seorang sutradara wanita muda yang pernah menyutradarai beberapa film populer indonesia, salah satunya adalah Lovely Luna. Film ini perdana diputar pada 26 Januari 2012 di Gedung Djakarta Theater, Jl. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Aktor dan aktris yang membintangi film-film tersebut seperti Tora Sudiro, Nicholas Saputra, Revalina, dan Ringgo Agus Rahman dan aktor kawakan lainnya tidak ingin dibayar sepeserpun. Film ini juga tidak akan diputar secara komersil dibioskopbioskop, melainkan diputar secara road show, dan disaksikan di televisi. Film ini juga biasa digunakan sebagai bahan seminal kampanye anti korupsi. Bagi masyarakat Indonesia dibelahan daerah manapun yang ingin menyaksikan film ini dapat langsung menghubungi KPK atau TII.
B. Sinopsis Film Aku Padamu, film yang menceritakan tentang hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Namun sayangnya hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua Laras. Vano kemudian mengajak Laras kawin lari, karena mereka tidak memiliki kartu keluarga terhentilah langkah mereka. Kemudian godaan menghampiri
63
datang dari seorang calo (Norman Akyuwen) yang menawarkan bantuan memperlancar proses pernikahan. Laras teringat akan masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Pak Markun,
guru
yang
menjadi
korban
keserakahan
pemimpin
yang
menyalahgunakan wewenang dan sistem pendidikan yang tidak lain adalah ayahnya sendiri. Pak Markun yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, begitulah orang-orang
memanggil
namanya.
Seorang
guru
SD
yang
gigih
mempertahankan prinsipnya tidak mau membayar untuk menaikan jabatannya sebagai guru tetap dari guru honorer. Ia lebih memilih mendidik dan mengambil hati anak didiknya dengan caranya sendiri yang pada saatnya nanti akan intergritas Pak Markun membekas dihati murid ketika dewasa. Pada suatu scene didalam kamar, istri guru honorer tersebut berkalikali mencibir setiap kali suaminya berdandan badut, berjualan balon dan dongeng suci ke anak-anak. Dalam adegan tersebut terdapat dialog seperti ini; ―Sudahlah pak..bayar saja, lagian kan kerja jadi honorer gini gajinya cekak, kalo tetep kan enak pak‖. Namun suaminya tetap pada pendiriannya.4 Baginya, sekolah itu fana seperti dunia ini. Sahabat-sahabat kecilnya pun begitu suka ria mendengarkan guru berhati lurus ini mengajar dan mendongeng di luar kelas, dibawah pepohonan. ―Ayo anak-anak, bapak sekarang punya kelas yang maha luas dan tembok yang tak terbatas. Atapnya awan, dindingnya pepohonan‖.
4
Film Aku Padamu, pada durasi 09:37
64
Pria dengan balon warna-warni itu kini harus terbaling untuk selamanya, karena penyakit kronis yang dideritanya. Perjuangannya mendidik sahabat kecilnya murid-murid sekolah dasarpun terpaksa terhenti untuk selamanya. Namun intergritasnya ternyata tidak berhenti sampai disitu selamanya, melainkan tertanam dalam hati murid-muridnya ketika dewasa. Laras berani menolak ajakan kekasihnya menyogok oknum petugas KUA yang merayu mereka habis-habisan bahkan sampai mengutip ayat suci demi mendapatkan uang dari sejoli yang dimabuk cinta tersebut. Tim produksi film ini terdiri dari:
Produser Eksekutif
: Busyro Muqoddas Juhanni Grossmann Teten Msduki
Produser
: M. Abdul Aziz
Produser Kreatif
: Prima Rusdi
Sutradara
: Lasja F. Susatyo
Penata Sinematografi
: Ical Tanjung
Penulis Skenario
: Sinar Ayu Massie
Penanggung Jawab Proyek
: Dedie A. Rachim Ary Nugroho Ilham B. Saenong
Konsultan Penyunting Gambar
: Sastha Sunu
Konsultan Tata Suara
: Wahyu Tri Purnomo
65
Produser Pelaksana
:Icang S Tisnamiharja
Koordinator Produksi
: Age A. Maulan
Art Director/Graphic Designer
: Rangga Sastrowardoyo
Musik untuk Title
: Efek Rumah Kaca
C. Profil Pemain 1. Nicholas Saputra sebagai Vano Di indonesia hampir tidak ada yang tidak mengenal aktor satu ini.Debutnya di dunia perfilman Indonesia patut diacungi jempol. Telah banyak penghargaan yang menghampirinya, seperti penghargaan bidang akting oleh FFI, Aktor Terbaik Bali International Film Festival 2003 untuk perannya dalam film Biola Tak Berdawai, Most Favorite Actor versi MTV Indonesia Movie Awards 2005 dan Aktor Terbaik Indonesian Movie Awards 2007 dalam film Janji Joni dan penghargaan-penghargaan lainnya.
5
Gambar 3.1.
5
http://www.indonesiabersih.org/wp-content/themes/wpclear_basic%20v2.0/scripts/timthumb.php?src=http://www.indonesiabersih.org/wpcontent/uploads/2012/02/antarafoto-1327740325--150x150.jpg&w=150&h=150&zc=1 pada 24 November 2012.
diakses
66
Dalam film Aku Padamu, Nicolas saputra menjadi peran utama yaitu sebagai Vano. Banyak adegan penting yang melibatkannya dalam scine. Perdebatan dengan kekasihnya serta percakapannya dengan sang calo ditambah telfon genggam yang terus berdering memperlihatkan keadaan yang natural karena kelihayannya berakting. 2. Revalina S Temat sabagai Laras Juara favorit lomba pemilihan GADIS Sampul tahun 1999 ini bernama asli Revalina Sayuti Temat. Dara kelahiran Jakarta, 26 November 1985 ini selain berkiprah didunia perfilman ia juga pernah menjadi model Indonesia dan melebarkan karirnya dengan bermain disinetron seperti Percikan (2001), Sangkuriang (2003) Cintaku di Kampus Biru 2 (2003-2004).
6
Gambar 3.2
Aktingnya dalam film layar lebar yang dibintanginya pun cukup diterima dihati masyarakat. Seperti film Pocong 2 (2006), Cintaku Forever (2007) dan Perempuan Berkalung Surban (2009). Revalina dalam film ini juga menjadi peran utama wanita, perannyasebagai Laras anak seorang pejabat
6
http://www.republika.co.id/berita//tokoh/10/09/09/134212-revalina-s-temat-lebarantak-harus-pakai-baju-baru, diakses pada 24 November 2012.
67
pendidikan yang tak berdaya ketika melihat ayahnya menolak berkas guru honorer Pak Markun karena tidak menyelipkan uang dalam berkasnya, serta meloloskan beberapa guru honorer menjadi guru tetap yang memberikan uang pelicin dalam berkasnya. 3. Agus Ringgo Rahman sebagai Pak Markun Pria kelahiran Purwakarta 12 Agustus 1982 ini memulai karirnya sebagai penyiar radio di bandung, kemudian melebarkan sayap sebagai presenter TV, bintang iklan produk dan berakting dalam film. Film pertamanyua yaitu Jomblo cerita novel laris karya Adhitya Mulya.
Gambar 3.3
7
Aktingnya dalam film ini dapat kita terima dihati, pasalnya perannya sebagai Pak Markun cukup membuat kita bersedih hati karena perjuangannya yang gigih tanpa terpengaruh oleh hal buruk yang dapat merusak generasi penerus bangsa harus berakhir dengan kesedihan tanpa ada orang yang memahami kecuali murid-muridnya hingga maut menjemput. 4. Norman Akyuwen sebagai Calo Cukup sulit peneliti mendapatkan informasi tentang aktor satu ini. Pria berusia 38 tahun ini bernama asli Norman Rivianto Akyuwen tinggal didaerah 7
http://static.inilah.com/data/berita/foto/1869639.jpg diakses pada 24 November 2012.
68
Bekasi. Ia mengawali karirnya dengan bermain teater. Pria yang hobi olahraga ini juga pernah bermain dibeberapa film seperti Rumah Surga karya Dedy Mizwar, Batas karya Rudi Soedjarwo dan Gerbang 13 yang disutradarai oleh Nanda Jumbara.
8
Gambar 3.4.
Perannya dalam film ini sebagai calo yang membujuk dan mengajak dua pasangan yang sedang dimabuk asmara yaitu Vano dan Laras yang ingin menikah namun tidak memiliki kelengkapan syarat karena pernikahannya tidak disetujui oleh orang tua Laras, yang mana mereka memutuskan untuk kawin lari. Dan disinilah terjadi pergulatan terjadi atau tidak terjadinya transaksi korupsi yang melibatkan oknum lembaga agama yaitu KUA.
8
http://www.indonesianfilmcenter.com/images/gallery/IdFC_gal_31072012_134049.jpg diakses pada 24 November 2012.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Judul film “Aku Padamu” Cerita film Aku Padamu ditulis oleh Sinar Ayu, Lasja F. Susatyo dan Pak Abdu. Landasan ide cerita film ini adalah segala perbuatan berasal dari rumah, berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan di rumah. Jadi, apabila di dalam rumah menanamkan nilai-nilai baik maka ia akan mengetam hasil baik itu dimasa depan. Yang menjadi target sasaran penyampaian pesan adalah wanita dan lelaki dewasa yang masih muda ataupun para remaja yang beranjak dewasa. Yaitu prilaku manusia dewasa muda saat ini yang serba ingin cepat, instan dan diistimewakan sehingga berdampak pada prilaku yang menyimpang, disisi lain birokrat negara menyediakan fasilitas ini untuk mengambil keuntungan pribadi atau sekelompok semata tanpa memikirkan dampaknya. Namun, para orang tua pun tidak luput dari penyampaian pesan moril positif yang disampaikan dalam film ini karena posisi mereka sebagai kapten dalam rumah. Dewasa ini definisi korupsi sebagai kegiatan yang dibenci mungkin hanya sebatas karena yang membenci tidak bisa melakukan hal yang sama. Aku Padamu menggambarkan dua ank muda yang ingin menikah dan dihadapkan dengan seorang calo KUA yang akan membantu proses pernikahan karena syarat pernikahan yang kurang. Film ini mengajak kita
69
70
untuk memahami dan mengerti praktik dan dampak korupsi, terutama kaum dewasa muda sebagai penerus tongkat estafet generasi bangsa. Film ini juga mengajak berfikir bahwa korupsi adalah kegiatan yang salah dan merugikan orang banyak bahkan diri sendiri.
B. Pengantar Adegan yang Diteliti Praktik-praktik korupsi yang divisualisasikan dalam film Aku Padamu terdapat dibeberapa scine film. Scine film tersebut terdiri dari beberapa adegan yang langsung berkaitan dengan isi penelitian. Namun, sebelum memasuki adegan utama film, peneliti akan menganalisis adegan-adegan penting yang juga berkaitan dengan adegan utama, yaitu perjalanan menuju KUA tempat tempat berlangsungnya praktik korupsi, sekaligus sebagai scine inti film ini. Film yang beralur maju-mundur ini berdurasi cukup singkat karena tergolong sebagai film pendek yaitu sekitar 16:35 menit atau setara dengan seperempat jam. Diawali dengan Vano yang menjemput laras dirumahnya untuk pergi ke KUA melangsungkan pernikahan. Yang dilanjutkan scine dilokasi KUA dan kemudian alur berpindah kemasa laras kecil yang menceritakan perjuangan gurunya Pak Markun dan mengambarkan kondisi keluarganya, praktik korupsi yang dilakukan ayahnya laras, dan kembali ke KUA perdebatan antara Vano dan laras juga calo KUA yang akan melancarkan pernikahan mereka tanpa kartu dan saksi keluarga. Peneliti akan menganalisis narasi dan mendeskripsikan alur cerita film dengan menyertakan komponen
71
analisi film juga sedikit unsur semiotika didalamnya. Kemudian dilanjutkan secara detail dengan memaparkan bagaimana unsur film dan semiotika menjadi kesatuan naratif. 1. Adegan 1 ( rumah laras menuju KUA) Adegan 1 yang juga merupakan adegan pembuka film dimana Vano datang kerumah Laras menggunakan sepeda motor yang dimodifikasi dengan knalpot racing yang menggambarkan karakter lelaki masa kini yang tampan, smart dan jantan. Sutradara juga menggambarkan karakter Vano yang romantis dengan memberikan seikat bunga yang diselipkan dicelana bagian pingggang Vano, yang menandakan ia orang yang simpel. Disaat bersamaan keluarlah Laras yang telah siap pergi ke KUA dengan Vano dari lantai dua rumahnya, dengan hati-hati kemudian turun melompati pagar lantai dua menuju atap mobil ayahnya dan melompat dengan berpegangan pada bagian bawah pagar besi lantai atas dan Vano telah bersiaga menangkap Laras yang melompat dari atap mobil kemudian segera pergi dengan motor Vano karena sang ayah keluar untuk mencegah mereka. Adegan lain adalah perjalanan menuju KUA. Bagian ini memperlihatkan dua anak manusia yang sedang dimabuk cinta dengan perasaan bahagia karena akan melangsungkan pernikahan, meskipun hanya kawin lari. Termasuk juga didalamnya aksi yang ditampilkan aksi simbolik kebahagian mereka diats motor menuju KUA.1
1
Adegan ini terdapat pada durasi 01:24
72
Tabel 4.1. Analisis Film Steve Campsall Adegan
Visualisasi Adegan
Pemain
Interpretasi Simbolik
1
Vano
Menggambarkan pria dewasa yang matang dengan berpakaian rapi serta membawa bunga menuju KUA.
2
Vano dan Laras
Menggambarkan seorang anak yang broken home dalam upaya melarikan diri menuju kawin lari yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua insan.
3
Ayah Laras
Memperlihatkan ketidak setujuan sang ayah pada Vano yang berusaha mencegah Laras pergi dengan Vano.
4
Vano dan Laras
Kebahagian dua insan terbebas dari pencegahan ayah laras dan sedang dimabuk cinta yang akan segera melangsungkan pernikahan.
73
5
Vano dan Laras
Kesungguhan menyatukan cinta dalam ikatan pernikahan.
Tabel 4.2. Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA” Ikon
Indeks
Simbol
Ikon pada adegan ini diperlihatkan dengan beberapa setting yaitu situasi yang mendesak. Disini setting sebagai ikon dari kesiapan Vano yang matang untuk membawa laras keluar rumah menuju KUA. Disisi lain diperlihatkan desain rumah orang kota di indonesia dan kendaraan yang menunjukan terjadi dimasa kini. Terdapat percakapan antara Vano dan Laras yang mengisyaratkan kesiapan mereka untuk menyegerakan pernikahan dengan cara kawin lari karena tidak direstui orang tua Laras, serta kekecewaan Vano atas penolakan KUA karena ketidak lengkapan syarat yang berujung pada negosiasi dengan calo KUA. Ini dapat dilihat diadegan selanjutnya. Simbol didominasi oleh kedua pemeran. Vano dan Laras yang divisualisasikan sebagai pemuda masa kini yang matang, smart, romantis dan simpel. Dan laras yang divisualisasikan dengan wanita yang mencintai Vano dan ingin segera menikah agar terlepas dari prilaku korup ayahnya yang membuat ia broken home.
Secara kronologis, adegan pertama diawali oleh Vano yang menjemput Laras dirumahnya. Disini sutradara menggunakan jarak kamera Long Shot yang
dilanjutkan
dengan
Close
Up,
yang
mana
sutradara
ingin
memvisualisasikan Vano agar interpretasi dapat mudah dimaknai karena keadaan Vano yang mengendarai motor dengan pakaian rapi dan kesiapannya menikah. Dipotongan shot yang kedua, memvisualisasikan Laras yang keluar rumah tanpa izin kepada ayahnya karena tidak setuju dengan Vano dengan
74
cara melompati pagar lantai dua ke atap mobil kemudian melompat kebawah dengan Vano yang siap menangkapnya. Disini digunakan jarak kamera long shot karena sutradara ingin memperlihatkan setting latar keberadaan laras. Dan yang menjadi pilihan sutradara adalah rumah yang bernuansa metropolitan dengan lantai dua yang menjorong keluar dan keberadaan mobil agar memudahkan laras turun. Selanjutnya adalah adegan ayah Laras yang keluar dari rumah. Visualisasi dilakukan dengan menggunakan jarak kamera close up, agar interpretasi yang diinginkan terwujud yaitu ayah Laras yang marah dengan raut wajah menunjukan kekesalan, penyesalan dan kemarahan karena tak dapat menghentikan laras pergi dengan Vano. Kemudian potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Vano dan laras yang bahagian lepas pencegahan ayahnya. Serta keakraban dan romantika diatas seperda motor menuju KUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera long shot dan close up agar visualisasi tepat. Potongan adegan selanjutnya adalah tiba diKUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera close up agar visualisali percakapan Vano dan laras mengena dengan akurat. Secara keseluruhan tehnik pengambilan gambar dilakukan dengan beberapa tehnik sinematografi. Jarak kamera menggunakan long shot, close up, mid shot, knee shot, extreem close up, dan 2 shot. Sedangkan moving camera menggunakan tehnik framing in, panning, fading walking shot, fast road effect shot dan moving object. Pencahayaan yang digunakan menggunakan key light dan fill lightyang berfungsi memperjelas objek. Tata
75
suara tidak banyak menggunakan edit, hanya penambahan soundtrack yang membuat suasana menjadi lebih hidup, selebihnya menggunakan dieges sound. Editing yang digunakan dalam sequen ini adalah Elliptical Editing yang bertujuan mempersingkat waktu cerita film. Sedangkan dalam hal camera angel, terdapat beberapa tehnik. Pada saat laras keluar dari atas rumahnya, sutradara menggunakan tehnik low angel yang bertujuan memvisualisasikan laras dengan kepercayaan diri yang kuat. Dan pada saat ayah laras keluar dari dalam rumahnya untuk mengejar laras sutradara menggunakan high angel untuk memvisualisasikan karakter ayahnya yang terintimidasi. Pemunculan simbol divisualisasikan beradasarkan narasi. Simbol pria dewasa yang matang pada adegan 1. Simbol anak broken home atas prilaku sang ayah yang korup di adegan 2. Simbol penolakan pada adegan 3. Simbol pasangan yangsaling mencintai di adegan 4 dan simbol kesungguhan hati pada adegan 5. Tanda lain yang didapat adalah lambang tulisan KUA pada sebuah gedung yang menghasilkan interpretasi sebuah lembaga resmi urusan agama. 2. Adegan 2. (kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah) Selanjutnya adalah adegan dimana kedua pasangan ini berselisih pendapat.
Setelah tiba di KUA, Vano pun langsung bergegas mengurus
pernikahannya dengan melapor ke pegawai KUA. Ternyata permintaanya ditolak karena syarat utama yaitu kartu keluarga tidak dimiliki oleh mereka. Vano kemudian berinisiatf menggunakan jasa calo untuk memperlancar
76
prosesi penikahan. Disisi lain, laras yang tidak membawa kartu keluarga karena tidak ingin pernikahannya dihadiri oleh sang ayah menolak untuk menggunakan jasa calo. Diawal adegan, Vano dan laras yang terlihat bahagia seketika berubah setelah Vano keluar dari dalam KUA. Keadaan semakin berbeda setelah Vano mendesak lasar, juga telefon Vano yang terus berbunyi karena teman dan bosnya dikantor selalu bertanya tentang pekerjaan yang ditinggalkan sementara olehnya memudarkan kebahagiaan Laras secara perlahan. Kemudian sang calo yang terus mendesak dengan menggunakan dalil-dalil agama untuk menyakinkan agar jasanyanya digunakan oleh mereka membuat laras semakin kesal. Ada beberapa percakapan antara Vano dan Laras yang cukup menarik: Vano : harus pake kartu keluarga lagi. Laras : yah, trus gimana dong? Telefon Vano berdering (Vano berbicara ditelefon) Vano : kamu enggak bawa KK? Laras : kan di papa Vano : yaudahlah pake orang dalem aja Laras : maksudnya? Telefon Vano berdering (Vano berbicara ditelefon) Vano : sorry, sorry.. iya orang dalem Laras : calo? Vano : iyalah, biar cepet Laras : kok gitu sih? Emang kita buru-buru mau kemana? Vano : kan mau ke flores Laras : ah...gak ada ah, pokoknya aku gk mau Vano :jangan marah dong, ini kan sepele Laras : hal gede itu mulainya dari yang kecil, kalau aku tau kamu begini, aku akan mikir dua kali buat bilang “iya, saya terima nikahnya”.
77
Dalam dialog ini, sutradara memvisualisasikan toko Vano sebagai orang yang terbiasa dan tak sadar bahwa perbuatannya tersebut sudah masuk dalam katergori korupsi, yang mana prilaku menyimpang tersebut telah larut dalam kebiasaan sehari-hari sehingga dianggap lumrah. Dalam dialog ini divisualisasikan tokoh Laras yang mencoba menyakinkan Vano untuk tidak menggunakan calo, ia pun sungguh-sungguh menolak pernikahannya ternodai dengan menggunakan jasa calo yang termasuk perbuatan korupsi. Hingga akhirnya ia teringat akan kisahnya dimasa kecil tentang gurunya, yaitu pak markun. Tabel 4.3. Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah Adegan
Visualisasi Adegan
Pemain
Interpretasi
1
Vano dan Laras
Keresahan karena gagal menikah.
2
Vano dan Laras
Tetap sibuk diselasela pernikahan yang tidak direncanakan dengan baik.
78
3
Vano dan Laras
Kebiasaan menggunakan jasa calo yang dianggap lumrah.
4
Calo
Calo yang tiada hentinya merayu.
5
Calo, Laras dan Vano
Usaha seorang calo yang gigih menyakinkan kliennya dengan menghalalkan segala cara demi uang.
6
Calo, Vano dan Laras
Ketidak setujaun Laras menggunakan jasa calo.
79
Tabel 4.4.
Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah” Ikon pada adegan ini terletak pada setting latar yang sengaja dipilih didepan kantor KUA. Terlihat jelas pada keterangn gedung yang bertuliskan KUA. Indeks pada adegan ini terdapat pada ungkapan Vano bahwa ―harus menggunakan kartu keluarga lagi‖ dengan nada mengeluh. Juga perkataan calo yang menggunakan dalil agama ―itu sudah fitrahnya Allah SWT‖ dengan penuh keyakinan. Simbol yang mencuat adalah keberadaan dan kebiasaan menggunakan calo yang dianggap lumrah untuk melancarkan proses. Secara konvensional, simbol-simbol kelemahan untuk melakukan hal yang benar terdapat pada tindakan yang disadari dari kebiasaan berfikir dan bertindak. Simbol lain adalah keteguhan hati laras yang tetap tidak ingin menyuap petugas KUA meskiput keluarga atau ayahnya melakukan hal tersebut.
Ikon
Indeks
Simbol
Secara kronologis adegan ini menggunakan shot on location. Adegan ini menceritakan kuartel antara Vano yang ingin menggunakan jasa calo dan Laras yang menolak menggunakannya karena kurangnya kelengkapan persyaratan nikah. Serangkaian adegan ini seolah menggambarkan kebiasan masyarakat yang menggunakan jasa calo karena keberadaannya sudah terlalu mainstream
sehingga
dianggap
lumrah.
Yang
pada
akhirnya
lasar
menceritakan gurunya pak markun yang tidak mau menyuap ayanya agar diangkat menjadi PNS pada adegan ke 3. Mengenai tehnik jarak kamera atau ukuran gambar (framing size) dalam adegan ini menggunakan beragam tehnik, yang bertujuan mendapatkan hasil yang maksimal. Diantaranya adalah big clos up, ini terjadi ketika laras menyesal dengan keputusan Vano yang ingin menggunakan jasa calo untuk
80
melancarkan prosesi nikah. Medium close up terdapat pada saat keduanya sedang berkuartel, adegan ini juga menggunakan 2 shot dan over shoulder shot dan mid shot. Dalam adegan ini, editing yang digunakan adalah editing kontinuiti, yang bertujuan agar hubungan kontinuitas naratif antar shot tetap terjaga. Dan dalam tehnik editing ini aspek mise-en-scene dan sinematografi diperhatikan secara detail oleh sutradara, juga aspek 180°. Full shot digunakan ketika Vano memasuki kantor KUA. Sedangkan long shot terjadi saat keduanya sedang duduk mendiskusikan mengenai jasa calo, tehnik ini berfungsi untuk menunjukan objek dan latar belakangnya. Sedangkan moving camera menggunakan fading, dan framing. Pada pencahayaan menggunakan key light guna mendapatkan objek yang lebih jelas. Sedangkan pada tata suara, dalam adegan ini tidak ada tambahan suara, hanya menggunakan dieges sound. Ada dialog yang menarik antara calo, laras dan Vano, namun Vano dan Laras hanya mendengarkan rayuan calo. Berikut dialog tersebut: Calo
: gimana mas, mau dibantuin gak? Mas, untuk keluarga mawaddah dan sakinah emang butuh bantuan. Biar cepat, iya kan? Ahaha..pasti embaknya ini juga udah gk sabar ya mau ngelayanin suami? Ahaha Itu sudah fitrahnya Allah SWT, iya kan mbak? Ahaha Gak usah malu-malu mbak, saya udah paham dah kalo orang udah ngebet banget pengen kawin. Ya itu sudah tertulis dalam Alquran, dari pada zina?
Percakapan ini membuat laras semakin kesal dengan keadaan, yang membuat Vano bingung harus berbuat apa dengan dtampilakan wajah Vano
81
dengan tehnik jarak camera mediun close up dengan latar belakang laras, calo dan KUA. 3. Adegan 3 (Pemecatan dan perjuangan pak markun melawan korupsi) Pada adegan selanjutnya adalah bagaimana pak markun berjuang tidak mau menyuap agar diangkat sebagai PNS. Adegan ini sebenarnya masih berhubungan dengan adengan sebelumnya, yaitu ketika laras bercerita kepada Vano tentang pak Markun di KUA. Flash back adegan yang kembali kepada masa laras kecil. Gurunya pak markun dengan setia mendidik anak didiknya meski hanya sebagai guru honorer. Caranya mengajar membuat ia didambakan sebagai guru yang paling pandai menyampaikan materi kepada murid-muridnya. Pilihannya untuk tidak menyuap pengangkatannya sebagai guru tetap sekaligus sebagai pegawai neger sipil, membuat ia harus dikeluarkan, karena sekolah telah mendapatkan guru pengajar yang telah dilantik sebagai guru tetap disekolahnya mengajar. Kegigihannya mengajar tidak berhenti sampai disitu, pak markun tetap mengajar meskipun sudah tidak menjabat sebagai guru lagi. Terkadang ia ngamen berperan sebagai badut menghibur anak-anak kelilingkampung untuk mendapatkan rezeki. Sementara istrinya dirumah selalu mengeluhkan keteguhannya yang tidak mau membayar untuk menjadikanya guru tetap dan PNS. Kegigihannya tidak hanya sampai pada pemecatannya karena sekolah sudah mendapatkan guru tetap. Dirumah, pak markun pun selalu dirayu oleh istrinya untuk memberikan uang, agar segera diangkat menjadi guru tetap.
82
Namun pak markun tidak menghiraukannya dan hanya mendengarkan saja tanpa memberikan argumen. Pasca pemecatanya, pak markun sering menjadi badut untuk menghibur anak-anak dikampung-kampung dan sang isteri selalu mengeluhkan kegigihannya itu. Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak markun melawan korupsi Adegan
Visualisasi Adegan
Pemain
Interpretasi
1
Ayah laras
Mengumpulkan uang hasil penyuapan oleh peserta calon guru tetap yang diselipkan dalam map.
2
Pak Pemecatan markun markun dan guru lain
3
Pak markun dan istri
pak
Keputusan pak markun menjadi badut dengan harapan mengambil hati murid-murid.
83
4
Pak markun
Dilema batin oleh permintaan sang sitri yang juga menyuruhnya membayar sejumlah uang untuk mendapatkan SK guru tetap.
Tabel 4.6. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan pak markun melawan korupsi Ikon
Indeks
Simbol
Ikon yang terdapat dalam adegan ini tertera pada pemilihan setting lokasi yang menunjukan keadaan sekolah SD, terdapat pada adegan pemecatan pak markun. Indek dalam adegan ini terdapat pada serangkaian katakata pak markun, terutama pada ceritanya kepada muridmurid agak tidak menyerah untuk berbuat jujur. Dalam adegan ini, simbol yang ditunjukan adalah sikap gigih pak markun yang tetap mengajarkan kebaikan meski sudah tidak menjadi guru bagi murid-muridnya lagi, dan menolak permintaan istri untuk membayar sejumlah uang agar menjadi guru tetap, meski kondisi financial keluarga kurang baik.
Secar kronologis, adegan ini menceritakan keteguhan hati pak Markun menolak melakukan korupsi. Berkas yang ia serahkan sebagai persyaratan menjadi guru tetap tidak ia selipkan amplop yang berisakan uang seperti peserta lainnya. Meskipun dalam keadaan financial yang kurang baik ia tetap menolak melakukan korupsi, hingga sang istri merayu pun ia tetap tidak meng-amini perbuatan tersebut hingga akhirnya maut menjemput. Mood yang coba dibangun dalam adegan ini adalah kesedihan dan kekuatan batin untuk tetap berlaku jujur.
84
Untuk pengambilan gambar, dalam adegan ini banyak menggunakan penggabungan tehnik pengambilan gambar. Pada adegan dimana istri pak marku merayu untuk membayar sejumlah uang, tehnik pengambilan gambar menggunakan mid shot yang digabungkan denganover shoulder shot dalm 2 shot yang dipadukan dengan tehnik moving camera yaitu follow untuk mengikuti objek dalam bergerak searah. Kemudian adegan dimana laras yang mendatangi rumah pak markun karena sakit yang diderita pak markun, tehnik yang digunakan adalah door frame shot yang dipadu dengan camera angel, fungsinya untuk menyampaikan karakter objek (dalam hal ini laras) dalam keadaan tidak langsung pada objeknya. Kemudian dlam adegan lainnya banyak didominasi dengan menggunakan long shot. Aspek lainnya yaitu pada pakaian. Pak Markun yang menggunakan kemeja biasa yang mengimplementasikan sebagai guru honorer, sedangkan dalam keadaan bersamaan terdapat seorang guru yang menggunakan pakaian dinas resmi. Kemudian juga ketika pak markun berdandan sebagai badut yang menggambarkan cara atas kegigihannya menjadi guru tetap dengan menolak menyuap dan lebih memilih mengambil hati murid-muridnya dengan mengajar yang baik dan benar. Editing dalam adegan ini menggunakan tehnik jump cut, seperti pada saat istri pak markun mendesak agar membayar sejumlah uang dengan tujuan diangkatnya sang suami menjadi guru PNS. Komponen lainnya adalah tata cahaya. Di adegan ini banyak menggunakan kita dapat menganalisis pencahayaan dari arah datangnya cahaya. Frontlight atau pencahayaan dari depan terdapat pada adegan dimana
85
pak Markun bercerita kepada murid-muridnya, yang bertujuan memberikan kesan yang rata tanpa dimensi dan efek bayangan yang relatif kecil. Adapun jenis cahaya yang digunakan sebagai sumber cahaya adalah fill in light, meskipun kebenarannya masih diragukan, yang berfungsi sebagai cahaya pengisi yang digunakan untuk mengurangi kepekaan daerah-daerah gelap atau berbayang yang ditimbulkan oleh main light untuk memunculkan detail objeknya. Pada tata suara, adegan ini banyak didominasi oleh dieges sound, yang berarti suara didapatkan dari objek langsung. Namun pada adegan dimana pak markun bekumpul dengan murid-muridnya untuk melepaskan balon terdapat sound effect berupa music instrumental. Sutradara memvisualisasikan karakter pak markun yang berjiwa tangguh, ikhlas, gigih dan rendah hati. Dimana saat ini sulit sekali menemukan orang berkarakter seperti pak markun yang berani melawan sistem yang korup, melawannya dengan tetap berada dalam lingkungan sistem tersebut. Namun na‘as, perjuangan dan kegigihan pak markun melawan korupsi harus berakhir karena sakit dan meninggal dunia, sad ending.
C. Adegan yang Diteliti Sebelum menganalisa secara detail narasi dalam adegan praktik korupsi, peneliti akan lebih dulu memaparkan komponen-komponen naratif yang menjadi acuan dalam memahami adegan khusus ini beradasarkan unsur naratif film.
86
1. Tokoh Dalam film ini tokoh utamanya adalah laras dan Vano. Laras divisualisasikan sebagai seorang wanita modern yang bersifat angkuh terhadap hal yang berkaitan dengan korupsi ia pun memiliki hati yang kuat dan teguh pendirian. Hal ini dilatar belakangin oleh kehidupan keluarga laras yaitu ayahnya yang melakukan korupsi dalam mengangkat guru honorer dan memberikan SK untuk menjadi guru tetap. Yang mana, guru favoritnya yang baik hati, ikhlas, jujur dan berdedikasi tinggi yaitu pak markun menjadi korban korupsi ayahnya hingga akhirnya wafat dalam kejujurannya. Lain halnya dengan Vano, meski ia menjadi lelaki yang ingin dinikahi Laras, namun dalam adegan ini ia divisualisasikan sebagai pemuda yang tidak memikirkan hal kecil yang lamabt laun dapat merusak sistem dan prilaku baik manusia, ia pun menghalalkan segala cara dan dengan mudah mengamini praktik korupsi agar dapat melancarkan proses pernikahannya dengan menyuap seorang calo KUA. 2. Masalah dan Konflik Terdapat dua masalah yang memicu atau keadaan yang memicu terjadinya praktik korupsi. Yang pertama adalah ketika pengangkatan guru honorer menjadi guru tetap. Disini keadaam yang dimanfaatkan ayah laras sebagai penguasa sistem. Ia mengangkat guru honorer dan memberikannya SK sebagai guru tetap bukan berdasarkan kompetensi guru, melainkan berdasarkan uang yang diberikan padanya sebagai pelicin. Yang kedua adalah keadaan atau masalah yang timbuk ketika laras dan Vano akan melaksanakan pernikahan sedangkan syaratnya tidak terlengkapi.
87
Dalam keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh calo untuk mencari uang. Calo yang telah berkordinasi dengan oknum pegawai KUA memanfaatkan orang yang sedang dalam berkeinginan tinggi menikah namun kekurangan syarat, dengan berjanji akan mempermudah prosesi pernikahan meski syaratnya tidak dilengkapi dengan memberikan sejumlah uang, dimana calo memprovokasi mereka dengan dalil-dali agama. 3. Lokasi Terdapat dua lokasi terjadinya praktik korupsi. Yang pertama adalah rumah laras. Disini sutradara memvisualisasikan dengan baik, mulai dari properti dan tata latar yang apik, sehingga memunculkan konstruksi realitas yang apik. Kemudian yang kedua adalah di depan kantor KUA. Tempat dimana laras, Vano dan calo bernegosiasi. Dalam adegan ini pun properti yang dipakai cukup lengkap dan menghasilkan konstruksi realitas yang rapih. 4. Waktu Waktu yang digunakan dalam adegan ini terbagi menjadi bebrapa bagian. Namun jika kita menarik jalur narasi film, adegan ini hanya terjadi di siang hari. Yaitu saat dimana Vano menjemput Laras yang menurut perhitungan peneliti terjadi di pagi hari menuju siang. Kemudian menuju KUA. Disini terjadi kuartel antara Vano dan Laras yang disebabkan kurangnya persyaratan untuk menikah. Vano ingin agar mereka segera meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan, namun Laras tidak setuju karena Vano menghalalkan segara cara. Masing-masing mereka kecewa atas
88
perbedaan keputusan dari masing-masing yang tidak sejalan. Kekecewaan laras bertambah karena telfon Vano yang selalu berdering dari kantor menanyakan tentang pekerjaannya yang ditinggal sementara waktu. Ini menandakan waktu terjadinya adegan tersebut terjadi siang hari, karena masih terhitung jam kerja. Flash back ke masa lampau dimana Laras ketika itu masih kecil, yaitu ketika sang ayah memeriksa berkas-berkas para guru yang terdaftar sebagai kandidat menjadi guru tetap, ini pun divisualisasikan terjadi pagi hari. Melihat dari faktor lighting yang menggunakan soft light atau denga kata lain agaar cahaya membuat objek tampak lebih tipis. Simbol lain yang mendukung adalah adanya kopi dimeja sang ayah yang menemaninya memeriksa berkas masih
mengepul,
juga
adanya
laras
yang
bermain-main
disekitar
ayahnya.Kemudian adegan kembali lagi KUA. Flash back selanjutnya pada adegan dimana Pak Markun bertemu murid-muridnya yang hendak menuju sekolah, ini pun terjadi pada pagi hari, ini dibuktikan dengan sinar matahari yang diproyeksikan ketika memasuki adegan ini, juga adanya pemain figuran sebagai petani yang melintas menuju sawah membawa pacul dan adanya dialog yang diucapkan salah seorang murid yaitu “selamat pagi Pak Markun”. Adegan ini terdapat pada durasi 03:11 hingga 03:44. Adegan kembali lagi ke KUA. Kurangnya syarat pernikahan dimanfaatkan oleh calo yang berjanji
memberikan bantuan dengan
memberikan sejumlah uang sebagai balasannya. Vano yang ingin sekali menyegerakan menikah dengan laras melaui terpancing dengan tawaran yang
89
menggiurkan. Karena ia merasa telah melakukan semua prosedur, dan hanya kurang kartu keluarga, sehingga bayar orang seperti ini kan biasa anggapnya. Calo pun semakin semangat merayu dan menyakinkan kedua pasangan ini, namun laras yang memiliki pengalam pahit dengan korupsi memilih menolak melakukannya. Setelah perdebatan panjang, laras menceritakan kisah tentang gurunya yang menolak menyuap ayahnya demi mendapatkan SK sebagai guru tetap dan lebih memilih menarik hati murid-muridnya. Pak markun, pada durasi 09:27 berada didalam kamar rumahnya berdandan badut untuk menghibur murid-muridnya. Tak bosannya sang istri terus meminta agar suaminya membayar saja SK tersebut, agar kehidupannya lebih bersahaja. Ia termangu mendengar perkataan istrinya, disatu sisi ia ingin membahagiakan istrinya dan dsisi lain ia tidak mau melakukan perbuatan korup tersebut. Namun pak markun tetap memilih jalannya sendiri. Kemudiania menuju sekolah dengan berdandan badut dan membawa balon menanti murid-muridnya pulang sekolah dan memberikan pelajaran moral melalui kisah-kisah yang ia ceritakan. Ini pun terjadi pada siang hari, dengan simbol murid-murid yang telah menyelesaikan studinya di sekolah.2 Pada flash back terakhir adalah adegan pak markun terbaring sakit hingga akhirnya harus wafat. Adegan ini pun terjadi pada siang hari. Simbol yang memperkuat adegan ini terjadi siang hari adalah jendela yang terbuka dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dan menyinari wajah pak markun. Pencahayaan ini bertujuan memvisualisasikan profil pak markun
2
Durasi 11:53
90
secara tidak langsung yang terbaring lemas diatas kasur, tehnik pengambilan gambar adegan ini menggunakan door frame shot. Semiotik dalam Adegan “Perlawanan Korupsi” 1. Tanda-Tanda dan Kode Tanda-tanda dan simbol yang sengaja ditampilkan secara alami dalam adegan ini memiliki makan tertentu. Yang mana kita mengetahui bahwa pemaknaan tanda berbeda-beda dalam suatu wilayah, sehingga memerlukan pemahaman mengenai konvensi dalam memaknainya. Dan dalam adegan ini, tanda-tanda dan kode yang dimunculkan merupakan faktor kesengajaan yang ditimbulkan. Peneliti akan mencoba merangkai unsur tanda dan kode pada adegan perlawanan korupsi dengan cara mengklasifikasikan tanda-tanda yang secara tidak langsung memiliki makna, yang disebut konotasi. Peneliti memilih tanda sebagai denotasi dan konotasi hanya berdasakan tingkat relevansi dengan tujuan penelitian. Berikut konotasi dan denotasi adegan utama :
91
2. Denotasi dan Konotasi Tabel 4.7 Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi Dalam Skenario Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos Map Sampul berkas atau data yang berupa kertas. Menjadi sekumpulan data-data. Amplop Sampul surat. Menjadi isyaratkan elemen korupsi yang berisikan uang. Uang Alat transaksi jual beli. Menjadi alat penyuapan KUA Tempat diselenggarakannya pernikahan secara resmi. Menjadi tempat terselenggara korupsi. Calo Perantara. Menjadi pencari keuntungan berorientasi kepada hal negatif. Sekolah Tempat belajar mengajar. Menjadi tempat terjadinya transfer ilmu Seragam SD Identitas murid. Menjadi identitas tingkat pendidikan. Menjadi Seragam guru Identitas guru. Menjadi identitas guru sebagai pengajar tetap atau PNS.
92
Kemeja Murid-murid Pohon Rokok Badut Balon Bunga Motor Helm. Taxi Minuman botol Dasi yang miring Jabat tangan Telepon genggam
Kerapihan. Menjadi simbol yang melambangkan guru honorer. Kehidupan sekolah. Menjadi lambangkan generasi penerus. Tumbuhan. Menjadi lambang kehidupan. Simbol kedewasaan. Menjadi keseriusan berfikir sebagai simbol mencar ketenangan dalam kepenatan. Penghibur. Menjadi kelucuan yang disukai anak-anak. Simbol anak-anak. Menjadi simbol kegembiraan dan benda yang disukai anak-anak. Tumbuhan kembang. Menjadi lambang uangkapan perasaan kasih sayang. Alat transportasi modern. Menjadi simbol pria mandiri. Instrumen berkendara motor. Menjadi simbol orientasi keselamatan dan disiplin akan perarturan lalu-lintas. Alat transportasi umum modern. Menjadi alat transportasi tertentu dan dalam keadaan tertentu. Minuman kemasan yang dapat dibeli dimana saja. Menjadi waktu yang panjang pengurusan Vano di KUA. Ketidak rapihan menjadi kekacauan berfikir yang berorientasi pada situasional. Produk budaya tertentu. Menjadi simbol kesepakatan antara kedua belah pihak. Alat komunikasi modern jarak jauh. Menjadi tolak ukur mobilitas seseorang.
Tabel 4.8. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “Perlawanan korupsi” Ikon
Indeks
Perlawanan terhadap korupsi, yang hingga hal berkaitan dengan kesakralan agama pun masih dikorupsi. Calo yang ditampilkan merupakan visualisasi penyakit sistem yang menjamur dimanmana. Uang, KUA, guru, sekolah, pohon, guru yang menjadi badut, kancing kemeja yang terlepas dengan dasi yang miring. Dalam penelitian ini, peneliti ingi mengeksplorasi bentuk lain dari ikon sebagai batas kemiripan makna. Perkataan, ucapan dan dialog dalam narasi yang memiliki unsur kausalitas terhadap peristiwa. Dalam adegegan ini terdapat teks besar yang memunculkan indeks cukup dominan. Yaitu pada adegan dialog antara Vano dan laras setelah kemunculan calo yang merayu untuk digunakan jasanya. Berikut kata-kata tersebut: ―aku bisa baca dan aku suka baca, kaerna guru yang paling keren sedunia yang namanya pak markun selalu punya cerita menarik buat muridnya. Dia enggak bisa mengajar karena dia menolak
93
Simbol
nyogok untuk bisa dapet SK jadi guru tetap. Tapi dia enggak nyerah gitu aja, dia rela jadi bahan tertawaan hanya karena untuk deket sam kita murid-muridnya. Dia rela jadi dirinya susah Cuma karena nolak nyogok papa aku‖.3 Setelah kata-kata yang diungkapkan dengan kesedihan dan pengalaman yang mendalam ini, perlahan Vano mulai menyadari perbuatannya. Mental yang pantang menyerah terhadap kebathilan, sopan santun pak markun yang mengagumkan, tutur dan perlakuan yang hangat kepada murid-murid pak markun serta kegigihannya menanamkan kebaikan kepada muridnya hingga akhir hayat sebagai simbol pengalaman pahit yang berharga yang menginspirasi laras.
Tabulasi Analisis Elemen Adegan Sebelum memasuki penelitian elemen film, peneliti akan mamasukan terlebih dahulu beberapa potongan shot yang berkaitan langsung dengan permasalahan utama dalam penelitian ini, berikut visualisasinya: Tabel 4.9. Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” Visualisasi Verbal dan Non Verbal Adegan Utama Adegan-Adegan Pendukung
Durasi 03:32 / 16:32
3
Percakapan ini terdapat pada durasi 11:14.
94
Durasi 06:22 / 16:32
Durasi 12:20 /16:32
Durasi 12:47 / 16:32
Durasi 09:07 / 16:32
95
Durasi 13:38 / 16:32
Durasi 16:03 / 16:32
a. Analisis Simbolik dan Narasi Antara Adegan Utama dan Pendukung Pada Tabel 4.9. Tabel diatas merupakan serangkaian narasi yang saling terkait satu sama lain. Peneliti akan menganalisis simbolik dan narasi sesuai dengan kebutuhan analisis film Metz. Dalam rangkaian gambar diatas, sutradara mencoba menampilkan sebuah nilai penting mengenai sebuah perlawanan terhadap korupsi dan dampak yang ditimbukan dengan alur film yang kilasbalik. Yang mana seluruh adegan pendukung ini ditampilkan kilas balik mulai dari perjalanan menuju KUA hingga akhir film dengan tujuan menimbulkan dua kesan. Pertama kesan review flash back laras yang sedang berhadapan dengan situasi korupsi yang dijadikan sebagai landasan penolakan melakukan
96
korupsi. Kedua adalah mempersingkat waktu narasi film yang menggunakan flash back yang digabung dengan tehnik elliptical editing. Pada gambar 1 kolom 1 yang berfungsi sebagai peran utama mempunyai makna semiotik dan sinematik sendiri dibandingkan dengan adegan-adegan pendukung yang berfungsi sebagai pengantar naratif. Dalam gambar terlihat bagaimana laras melawan praktik korupsi yaitu dengan pergi meningkalkan Vano dan calo. Pada kolom 2 baris pertama, terlihat adegan laras yang sedang berad dekat ayahnya yang sedang memeriksa isi amplop didalam berkas peserta calon guru tetap. Ketika itu laras yang masih kecil melihat map berkas gurunya pak markun diletakan dilantai, ia pun secara langsung mengatakan kepada ayahnya ―ini guruku‖ dan sang ayah kemudian memeriksa isi berkas tersebut dengan mencari amplop yang berisikan uang, ia bilang pada laras ―gak ada‖ kemudian diletakannya kembali berkas itu dilantai. Adegan ini memvisualisasikan sebuah fakta sistem perekrutan yang dewasa ini banyak dimanfaatkan oleh penguasa sistem tersebut untuk merauk keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya tersebut. Pada baris 2 kolom 2, adegan pak markun yang secara sengaja disetting oleh sutradara bertemu dijalan dengan murid-muridnya yang samasama meuju ke sekolah. Dalam perjalanan melangkah ke sekolah ditampilkan dedikasi pak markun sebagai guru yang baik dengan memberikan pelajaran moral meskipun tidak sedang dalam sekolah. Berikut dialog dengan muridmurid ketika menuju sekolah yang diawali pada durasi 03:11:
97
Pak Markun
: jadi, kita itukan cerminan dari rumah kita ya..kalau misalnya kita suka bohong dirumah, berarti kita juga diluar suka? Murid-murid : bohong......... (dengan serempak menjawab) Pak Markun : sudah pada ngerjain PR belom ini dirumah? Murid-murid : sudah....(menjawab bersamaan)
Dalam adegan ini shot yang digunakan adalah shot on location. Kemudian efek kamera menggunakan tehnik pan, di mana kamera bergerak bergeser ke arah kiri untuk mendapatkan objek utama. Adegan selanjutnya adalah pada baris 3 kolom 3 dimana laras yang telah berada didalam kelas yang melihat keluar jendela kaca. Ia melihat pemecatan pak markun oleh guru setempat, karena posisinya sebagai guru penggganti telah terisi oleh guru baru yang telah mendapatkan SK. Laras yang divisualisasikan berada didalam kelas kemudian tehnik jarak kamera yang menggunakan close up bertujuan untuk mengangkat efek psikologis laras kecil yang telah mengetahui sebelumnya bahwa berkasnya tidak diterima oleh ayahnya. Ini pun bertujuan membangun aspek psikologi penonton mengenai dampak korupsi secara tidak langsung. Kemudian adegan pendukung pada baris 4 kolom 4. Adegan ini adalah adegan yang mengingatkan laras akan sosok pak markun sebagai guru yang ikhlas, baik, dan selalu memiliki cara untuk mengajar dengan baik dan ceria meskipun tidak lagi berstatus sebagai gurunya disekolah. Dalam adegan ini tehnik tata suara menggunakan tehnik dieges sound yang diambil langsung dari lokasi shot, kemudian menambahkan ilustrasi musik agar suasana ceria lebih nampak realistis.
98
Selanjutnaya adalah adegan pada baris 5 kolom 5. Adegan ini sesungguhnya masih satu adegan dengan adegan sebelumnya, namun peneliti menilai ada makna konotasi yang berbeda didalamnya. Adalah adegan dimana pak markun yang sedang berdandan menjadi badut bercerita kepada muridmuridnya setelah pulang sekolah. Adapun cerita pak markun kepada muridnya yang yang sebelumnya diawali oleh percakapan antara murid-murid dan pak markun. Cerita ini teringat oleh laras hingga dewasa yaitu ketika ia berhadapan dengan praktik korupsi adalah sebagai berikut: Murid-murid :Pak markun... Pak markun..(kemudian disambut beramairamai oleh murid-murid yang lain Pak markun : wah..masih kenal bapak, ada yang mau balon gak? Murid-murid : Mau.... (semua menjawab dengan bahagia)..pak cerita dong pak, cerita... Pak Markun : Cerita...mau denger cerita dari bapak? Murid-murid : mau..... (dengan riang gembira mereka kompak menjawab) Pak Markun : mau kekelas bapak yang lebih luas sekarang..atapnya aja awan, lampunya ada yang bisa tebak apa? Murid-murid : matahari Pak Markun : ketika kamu nanti mengalah, menyerah untuk jujur, matahari akan menangis...seperti apa menangisnya, huja...halilintar akan tertawa, geledeknya dimanamana...duar duar duar..samapai akan membuat hati kecil kalian porak-poranda, tidak terdengar suaranya...ssss hening. Pada adegan ini peneliti melihat kejanggalan, yaitu pada kostum murid-murid yang sebelumnya menggunakan seragam sekolah karena baru pulang sekolah yang berganti menjadi pakaian sehari-hari. Namun pesan yang ingin disampaikan sutradara adalah adegan cerita dan pesan cerita yang teringat oleh laras hingga dewasa.
99
Kemudian adegan pendukung selanjutnya adalah pada bari 6 kolom 6. Adegan ini menampilkan ketegasa Laras dalam menolak korupsi. Terjadi perdebatan antara laras dan Vano yang berselisih pendapat antar keduanya. Berikut ulasan dialog perdebatan mereka: Vano : aku fikir kamu sudah siap waktu kamu bilang iya. Laras : kamu enggak ngerti berarti. Vano : bantu aku ngerti dong. Jangan marah terus ngambek gtu aja. Itu kamu banget tuh geleng-geleng. Aku ini serius, klo kamu belum apa-apa aja udah sabotase sendiri.... Laras : aku tu sedih, kita baru mau mulai aja kamu udah ngentengin. Vano : lho, aku bukan ngentengin, aku tu kalau bisa kawin sama kamu detik ini, ya aku maunya detik ini juga. Dan aku akan ngelakui apa saja untuk itu, itu salah? Laras : ya salah, karena kamu belum usaha yang besar, terus kamu mau nyogok orang dalam gitu aja, kalau Tuhan aja kamu sogok, gimana entar? Vano : lho, siapa yang mau nyogok Tuhan? Aku tu cuma mikirinnya kamu kok. Laras : makanya aku bilang, kamu itu enggak ngerti. Konsep hidup baru kamu itu aneh berarti. Vano : Kok aneh sih, gitu aja kok jadi masalah.
Dalam dialog ini memvisualisasikan keteguhan hati laras menolak melakukan korupsi. Adegan selanjutnya pada baris 7 kolom 7. Adegan ini menampilkan akhir perjuangan pak markun melawan korupsi karena terbaring sakit hingga akhirnya wafat. Dalam adegan ini juga terdapat istri pak markun yang dalam kesedihannya menyesali perbuatannya selalu mendesak suaminya untuk melakukan korupsi dengan membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan SK guru tetap. Ternik door frame shot yang digunakan yaitu teknik pengambilan gambar yang menunjukkan kamera perekam berada diluar lokasi
100
obyek berackting bertujuan menyampaikan karakter dan memvisualisasikan secara tidak langsung keadaan batin laras berduka atas apa yang terjadi pada gurunya. Adegan selanjutnya yang merupakan adegan pendukung terkhir pada baris 8 kolom 8. Didalam adegan ini nampak Vano dan Laras berjabar tangan dengan senyum yang lebar menandakan kebahagiaan keduanya. Sutradara memvisualisasikan adegan ini sebagai bentuk kesepakatan antara keduanya karena Vano yang telah memahami pebuatanya serta dampak yang ditimbulkan melalui cerita yang dikemas oleh Laras. Uangkapan kesepakatan yang diawali oleh Vano terdengar penuh semangat pertentangan akan korupsi, yaitu ―if you wanna do right thing, let’s do it right way‖.4
Tabel 4.10 Temuan analisis visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” No
Elemen
1
Mise En Scane
4
Temuan Analisis What : Contoh yang kongkret adalah pada simbol calo. Calo merupakan salah satu elemen yang dekat dengan praktik korupsi. Calo merupakan representasi dari lemahnya sistem dan hukum yang mana dewasa ini banyak meresahkan masyarakat. Kostum sekenanya saja yang digunakan memvisualisasikan ketidaksiapan mereka untuk menikah, atau dengan kata lain lebih membangun kesan realitas yang kuat untuk kawin lari. Ditambah bungan yang mengisyaratkan dua sejoli yang dilanda asmara. Laras yang pergi meninggalkan Vano dan calo karena tidak tahan dan tak ingin terseret dalam
Film Aku Padamu, pada durasi 15:57
101
2
Editing
perbuatan korupsi pada setting latar di Kantor Urusan Agama (KUA). What effect: Efek yang muncul dari serangkaian perpaduan mise en adegan adalah perwujudan setting on location yang lapang yang menghadirkan teras KUA. Kemudian penunjuk status sosial Laras, Vano dan calo serta penunjuk ruang dan waktu kejadian. Pencahayaan high key lighting, pembangunkarakter yang memadai serta aktor yang interpretatif dalam membangun narasi yang realistis. What meaning: Sistem makna yang ditampilkan yaitu melalui pendekatan konotasi dan denotasi. Pada adegan denotasi yang muncul adalah calo, KUA, kursi taman dan taxi. Sedangkan makna konotasi sudah dijelaskan sebelumnya diatas. How: Pembangunan mise en adegan yang dilakukan sutradara difokuskan pada aspek setting dan pemain. Settinga yang menampilkan realitas yaitu di teras KUA merupakan konstruksi mise en adegan pada adegan utama. Pemilihan yang selektif bertujuan membangun mood dengan baik agar sampai kepada penonton. Sama halnya dengan pemilihan pemain. Dalam adegan ini pemain telah terseleksi dengan baik terkait penampilan fisik maupun karater yang melekat pada pemain, atau biasa disebut seleksi materi dan non materi. Pupose: Dengan melihat adegan diatas, tampak bahwa tujuan sutradara adalah memvisualisasikan karakter Laras, Vano, calo dan berbagai pendukung narasi lainnya. Mood yang menyedihkan pada karakter laras yang kuat membuat rasa ingin tahu kelanjutan pada bagaimana sikap keputusan laras dalam melawan korupsi. Pada adegan ini tehnik yang digunakan didominasi oleh tehink 180° yang bertujuan agar kamera tidak melewati garis aksi ketika transisi shot (cut) dilakukan. Tehnik ini tidak berdiri sendiri, terdapat tehnik shot/reverse shot yang
102
3
Shot Types
4
Camera Angel
5
Camera Movement
saling bersinergi satu sama lain dalam tehnik editing 180°. Sekuen montas yang disajikan cukup menarik, karena dukungan narasi yang baik sehingga menciptakan ketegangan yang realistis. Misalnya pada adegan ketika calo, Laras dan Vano berada dalam satu frame shot, dimana calo merayu mereka kemudian berpindah kekursi yang dilanjutkan dengan perdebatan sengit antar keduanya. Terdapat beberapa tipe shot dalam adegan ini. pertama adalah medium close up. Medium close up digunakan ketika dialog antar Vano dan Laras yang menunjukan ekspresi keduanya secara bergantian untuk membangun karakter masing-masing Kedua adalah long shot yang memunculkan keduanya sedang duduk dikursi taman dengan menampilkan latar belakang KUA. Penggunaan shot ini juga digunakan ketika laras pergi meninggalkan Vano dan calo seperti pada adegan baris 1 kolom 1 diatas. Sudut kamera. Tipe sudut. Tipe sudut yang digunakan adalah low angel, dimana sutradara memvisualisasikan objek afar nampak lebih besar, dominan dan percaya diri serta karakter yang kuat. Kemiringan Kemiringan dalam adegan ini digunakan dengan tujuan memvisualisasikan keadaan yang sedang kacau. Ketinggian Dalam adegan ini sutradara tidak menggunakan high Angel, dia lebih memilih menggunakan straigh Angel dimana ketinggian kamera yang sangat rendah dan nyaris sejajar dengan lantai serta lurus. Pergerakan kamera dalam adegan ini didominasi oleh penggunaan tehnik pan.Yaitu pergerakan kamera kekiri dan kekanan, yang tujuannya adalah mengikuti pergerakan objek secara horizontal.
103
6
Lighting
7
Dieges and Sound
8 9
Visual Effet / SFX Narrative
10
Genre
11
Iconography
12
The Star System
13
Realism
Terdapat tiga aspek yang digunakan untuk menganalisa pencahayaan 1. Kualitas Kualitas cahaya pada adegan ini adalah high key lighting yang menciptakan batasan yang tipis antara area gelap dan terang. 2. Arah pencahayaan Arah pencahayaan yang digunakan dalam adegan ini adalah Frontal lighting karena sutradara menginginkan menghapus bayangan dan menegaskan karakter pemain. 3. Sumber Cahaya Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Yaitu sumber cahaya utama yang paling kuat, yaitu matahari. Tipe suara yang digunakan dalam adegan ini adalah dieges sound. Tipe ini adalah suara diambil secara langsung ketikan take shot. Tidak ada. Unsur narasi dalam adegan adalah linear. Namun secara keseluruhan seperti yang telah djelaskan diatas bahwa unsur narasi film ini adalah non linear. Genre film ini adalah dokumentasi dimana fakta disajikan oleh sutradara untuk memvisualisasikan kenyataan kepada penonton. Iconography yang dimunculkan yang mendukung adegan ini adalah calo yang merupakan salah satu elemen perantara korupsi dan KUA sebagai lokasi terjadinya korupsi. Pemilihan bintang film dalam hal ini terasa matang sekali. Sutradara memilih aktor profesional muda berbakat Nicholas Saputra dan Revalina S Temat yang keduanya diakui kwalitas akting mereka didunia perfilman indonesia. Aspek realism biasanya dipelajari dari sistem budaya masyarakat setempat, termasuk aspek demografis dan kisah-kisah penting yang berkaitan dengan narasi fil, sehingga penonton dapat merasakan atmosfer pesan yang disampaikan melalui film. Dalam adegan ini penciptaan realitas cukup realism. Dapat dilihat pada beberapa shot yang seolah-olah benar
104
terjadi. Dalam adegan ini aspek realisme dibangun berdasarkan fakta yang terjadi dilingkungan sekitar kita yaitu negara indonesia. Dimana praktik korupsi menjamur dihampir seluruh lini pemerintahan. Dilm ini ditujukan sebagai gambaran praktik korupsi.
D. Konvensi Visualisasi Adegan Perlawanan Korupsi Konvensi yang sebelumnya telah tertera pada bagian elemen akhir akan dijelaskan kembali unsur-unsur konvensi secara lebih detail untuk mempermudah penelitian. Tabel 4.11 Tanda-tanda simbolik
Pemain
melawan korupsi
Laras dan markun
Mental pantang menyerah
Laras
Sopan santun
Pak markun
Tutur kata bijak
Pak markun
Kegigihan
menanamkan Pak markun
kebaikan Sikap pantang menyerah
Calo
Konvensi pak Memberantas korupsi menurut Dr. Ichsanuddin Noorsi adalah political will yang dimulai dari diri sendiri Mental merupakan pondasi keyakinan dalam memberantas korupsi agar tetap kokoh, karena jika tidak. Akan mudah terjerumus dalam lingkaran sistem yang korup. Saopan santun adalah prilaku positif yang merupakan implementasi dari budaya masyarakat indonesia. Sikap ini haruslah dimiliki oleh guru sebagai cerminan murid-murid generasi penenrus bangsa. Manifestasi dari guru yang baik Manifestasi dari perjuangan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Calo yang memiliki 1001 cara mendapatkanuang dengan caranya
105
Penggunaan dalil agama
Calo
Menyerah pada keadaan
Vano
yang berdampak merugikan orang lain. Dalil agama adalah syarat mutlak agar sesuatu hal menjadi halal dilakukan, dalam hal ini khususnya dalam ajaran islam. Kebiasaan meminta bantuan calo untuk memperlancar urusan atau masalah.
E. Interpretasi Adegan Perlawanan Korupsi Peneliti menganalisi pesan yang coba disampaikan dalam film ini menggunakan pisau semiotika Barthes. Analisis peneliti adalah bagaimana sebaiknya bersikap pada korupsi. Bagaimanan pun keadaan kita, menki sebagai pihak yang diuntungkan maupun yang dirugikan jangan pernah menyerah pada korupsi. Seperti telah kia ketahui bahwa korupsi berdampak merugikan pada orang banyak. Melihat kemasan film serta literasi produksi, peneliti mengamati bahwa sutradara berupaya mneggambarkan keadaan sekitar kita atau bahkan perilaku kita yang tanpa kita sadari adalah korupsi. Kalau kita mengamati konten film ini, dapat dikatakan bahwa film ini mecoba mempresentasikan perlawanan atau jihad terhadap korupsi. Hal ini menandakan bahwa dalam melawan korupsi dapat dimulai dari diri kita sendiri kemudian sekitar kita dan selanjutnya, yang bukan hanya berkata-kata saja dengan orasi namun perilaku diri masih korupsi. Saat ini perkembangan metode dakwah pesat. Film sebagai salah satunya. Film sebagai media dakwah memiliki keunggulan beberapa aspek, seperti gambar hidup, suara, penyerapan alur cerita yang lebih emotional,
106
konstruksi realitas yang dramatik sehingga pesan yang diterima lebih dapat diterima. Perjuangan KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi masih tidak hanya sebatas memberantas saja, melainkan menanamkan semangat bersamasama pada masyarakat untuk bemberatas korupsi. Perjuangan gigih melawan korupsi telah digambarkan oleh pak markun dan laras dalam film ini. sikap ini ditampilkan dalam berbagai simbol dan kode-kode yang mudah dipahami dan diterima. Pada adegan khusus didepan KUA, yaitu dimana Laras pergi meninggalkan calo dan Vano. pesan-pesan dalam adegan ini dibangun sutadara berdasarkan narasi dan bahasa sekenario. Seperti halnya ungkapan Metz tentang bahasa film. Bahasa film merupakan serangkaian aspek dan komponen yang mendukung terjadinya proses produksi tanda dalam film. Lokasi setting menjadi bukti kejelian sutradara memunculkan simbolsimbol dan kode-kode dalam film ini. Properti, pemain, dan bahasa film juga termasuk serangkaian adegan drama yang non linear kemudian ikon, indeks dan simbol didalamnya tetap dapat memberikan pemahaman yang mudah dimengerti. Peneliti berpendapat bahwa penciptaan makna yaitu ikon, indeks dan simbol dalam film ini terlah berhasil disusun dalam sebuah karya seni yang bermuatan pesan positif. Misalnya saja pada peristiwa pak markun mengajarkan kebaikan kepada murid-muridnya, meskipun statusnya bukan lagi ebagai guru. Hal ini tercermin dari firman Allah dalam alquran surat al-imran ayat 110:
107
―Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.‖ Ayat ini menganjurkan kita akan selalu menjalankan amal ma‘ruf nahi munkar agar mendapatkan derajat yang lebih mulia disisi Allah SWT. Semangat dan perjuangan Pak Markun tumbuh pada generasi selanjutnya, dan semoga ini pun terjadi pada diri kita, ini yang diharapkan sineas pada pesan dalam film Pada adegan khusu dimana Laras meninggalkan calo dan Vano. nilainilai yang terkandung dalam antara lain adalah keteguhan hati meninggalkan korupsi, seperti yang telah dijelaskan dalam Alquran surat al-maidah ayat 42:
―Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram[418]. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.‖.
108
Memakan yang haram yang dimaksud dalam ayat ini adalah seperti uang sogokan atau sebagainya. Sedengakan sikap Laras meninggalkan calo dan Vano merupakan keteguahan hati berpaling dari perkara yang tidak adil dan memberikan mudharat. Adapun kritik dari peneliti yaitu mengenai alur cerita non linear saja, yang mana belom dapat memberikan pemahaman terhadap narasi film cukup baik, khususnya untuk mereka yang kurang memahami film dan tentang alur film. Selain itu, mengenai praktik korupsi yang dilakukan ayah laras. Menurut peneliti masih ada adegan yang kurang meskipun adegan pendukung untuk menguatakan terjadi praktik korupsi dalam sistem perekrutan cukup kuat. Hal ini dimaksudkan agar menjadi gambaran dengan gamblang tentang praktik korupsi, seperti halnya perlawanan laras terhadap korupsi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam menyimpulkan hasil skripasi ini, peneiti mengacu pada fokus permasalahan yang ada. Dengan melihat pada pendekatan teori dan implementasinya terhadap objek penelitian, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut : 1. Sigh dan Code (tanda-tanda dan kode) yang terdapat pada film Aku Padamu adalah verbal dan non verbal yaitu pada adegan melawan praktik korupsi didepan KUA (kantor urusan agama) yang divisualisasikan pada pertengan cerita. Sigh dan code yang dimunculkan berfokus pada adegan laras ketika laeas berhadapan dengan calo didepan KUA. Melalui kajian semiotika, peneliti menemukan 22 tanda dan kode yang signifikan terhadap tujuan penelitian dalam perlawanan terhadap korupsi yang dirangkum dalam tabel dentasi dan konotasi. 2. Elemen yang terdapat pada film Aku Padamu adalah pada 13 komponen penting yang dapat menjelaskan. Pertama yaitu pada aspek mise en adegan yang menjelaskan melalui setiing, kostum, tata rias dan tata pencahayaan yang ditampilkan dalam shot kamera berfungsi sebagai penunjuk status sosial, citra dan pununjuk ruang dan waktu. Kumudian melalui editing. Pemaknaan melali editing terlihat dari pemilihan tehnik sutradara dalam menampilkan berbagai shot pada sebuah adegan.
109
110
Selanjutnya yaitu Sot Types. Ini merupakan sebuah upaya penampilan makna melalui tehnik jarak kamera, sudut, ketinggian dan kemiringan kamera. Selanjutnya aspek camera angel yang menampilkan makna melalui berbagai sudut kamera secara khusus. Camera movement yang mengahadirkan pemaknaan melalui pegerakan kamera yang dinamis. Selanjutnya adalah pemaknaan melalui lighthing yang memberikan suatu makna dan kemudian menimbulkan efek dan mood tertentu dala adegan film. The Star Sistem merupakan sebuah cara yang bertujuan menyesuaikan antara pemeran dengan cerita film. Selanjutnya adalah Dieges and sound yang berfungsi menghidupkan makna melalui suara. Suara yang dihasilkan merupakan suara langsung dari lokasi shot sehingga menghadirkan unsur realitas yang kuat. Genre film ini adalah dokumenter yang menghadirkan fakta. Ikongrafisnya adalah benda-benda yang dapat dilihat dan mempunyai kesamaan dekat terhadap genre. Sedangkan yang terkhir adalah aspek realism. Komponen ini bertujuan membawa mood penonton pada situali realism pada setiap adegan. 3. Konvensi dalam film Aku Padamu adalah melalui konvensi yang sudah ada pada suatu konsensus yang sebelumnya telah dispakati bersama dalam suatu wilayah. Konvensi dapat bersumber dari sejarah, mitos dan budaya setempat yang memiliki relevansi sebagai konsensus disuatu masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai acuan umum dalam melakukan sesuatu.
111
Demografis indonesia saat ini banyak dari masyarakatnya yang memanfaatkan lemahnya sistem serta memanfaatkan legitimasinya demi kepentingan individu maupun kelompok. Perlawanan terhadap korupsi yang dikemas naratif dibangun berdasarkan realitas dan bermaksud memberikan gambaran pada masyarakat tentang praktik dan dampak yang ditimbulkan oleh praktik korupsi untuk mempengaruhi persepsi, pola fikir dan pandangan masyarakat yang bertujuan melawan korupsi bersama-sama.
B. Saran Saran peneliti terhadap film ini adalah: 1. Saran peneliti kepada sutradara film: dinamika naratif film, dinamika film dan sinematografi seharusnya menjadi kesatuan visualisasi yang lebih dinamis sehingga film lebih terasa hidup. Elemen mise en adegan yang baik juga mampu menghasilkan sistem tanda yang komprehensif dan visualisasi realitas yang lebih halus. Sedangkan alur film yang non linear cukup membuat film ini sulit dipahami, ditambah lagi dengan durasi yang cukup singkat. 2. Saran peneliti buat pada Da‘i: pesan dakwah yang disampaikan dalam film ini menurut peneliti sudah cukup dapat diterima dengan baik, sehingga dapat dijadikan reverensi sebagai materi dakwah. 3. Saran peneliti kepada KPK: mengenai pendistribusi film yang tidak ditayangkan secara masal melalui stasiun TV lokal menurut peneliti dapat menghambat pesan moril yang ingin disampaikan.
112
4. Saran peneliti media pembuat berita: Mengenai masalah pendanaan film ini, peneliti berpandangan bahwa ini hanya upaya dari pihak yang tidak setuju dengan film yang bertujuan memberikan informasi terkait praktikpraktik korupsi dan mempengaruhi publik untuk ikut berperan serta memberantas korupsi. Selebihnya peneliti hanya bisa memberikan apresiasi terhadap karya luar biasa ini. peneliti berharap dimasa selanjutnya sineas indonesia mampu menciptakan film-film dengan mengangkat tema sejarah bangsa, dinamika perpolitikan bangsa dan perkembangan bangsa sehingga mampu memberikan simulasi mengenai keadaan bangsa dan mampu meningkatkan kecintaan dan mengangkat
nama
serta
derajat
bangsa
Indonesia
dimata
dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Akmalsyah, Rizky. ―analisis Semiotika Film A Mighty Heart.‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). Arsyad, Azhar. ―Media Pembelajaran.‖ PT RajaGrafindo Persada, 2011. Bayhaki, Akhmad. ―Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Upin dan Ipin,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Bayhaqie, Hilal, Puga. ―Analisis Semiotika Iklan Kampanye Politik Di Televisi.‖ Skripsi S1 (jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010). Djaja, Emansjah. ―Memberantas Korupsi Bersama KPK.‖ Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Djaja, Emansjah, ―Memberantas Korupsi Bersama KPK (edisi kedua).‖ Jakarta: Dkk, Sadiman. ―Media Pembelajaran.‖ Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011. Edelherz, Helbert. ―The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, US Departement of Justice.‖Office Regional Operation, Law Enforcement Assistance Administration,1977. Harahap, Krisna. ―Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung.‖ Bandung, PT Graffiti Bandung, 2006. Harian Kompas, Minggu 17 Juli 2005, oleh Eric sasono. Hudayat. Modul ―Metode Penelitian Sastra.‖ Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007. Indiwan. ―Semiotika Komunikasi.‖ Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011. Irwansyah, Ade. “Seandainya Saya Kritikus Film.” Yogyakarta, CV Homeira Pustaka, 2009. Isra, Saldi. ―Kekuasaan dan Prilaku Korupsi.‖ PT. Kompas Media Nusantara, 2009. Kompas. ―Jihad Melawan Korupsi.‖ Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005.
113
114
KPK. ―Mengenal & Memberantas Korupsi.‖ Lyden, John C. Pdf ―Film as Religion.‖ New York: New York University Press, 2003. Mabruri, Anton. Managemen Produksi Acara Televisi, Mind 8 Publishing, 2011. Mulyana, Deddy. ―Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.‖ Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004. O‘Shaughnessy, Micheal and Stadler, Jane. ―Media and Society.‖ Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005. Pratista, Himawan. ―Memahami Film.‖ Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008. Sumarno, Marselli. ―Dasar-dasar Apresiasi Film.‖ jakarta, Gramedia, 1996. Sumarno, Marselli. ―Job Descriptio Pekerja Film Versi 01.‖ (jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2012. Sobur, Alex. “Semiotika Komunikasi.” Bandung, PT.Rosda Karya, 2009. Sudjana dan Rivai, ―Media Pendidikan.‖ Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011. Suyatno, ―Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.‖ jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005. Suyatno. ―Undang-Undang RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU NO. 20 Tahun 2001).‖ jakarta, Pancar Utama, 2001. Taqiyya, Hany. “Analisis Semiotik terhadap Film in the name of god.” Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
115
DAFTAR PUSTAKA INTERNET
Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-FilmIndonesia-Langka-Akan-Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012. Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678, diakses pada Senin 2 Oktober 2012. Fazzan. KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalamperspektif-hukum-pidana.html, diakses pada 25 November 2012. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2518
116
LAMPIRAN
Lampiran 1
: foto lembaga KPK
Lampiran 2
: foto dvd KvsK1
1
http://3.bp.blogspot.com/J0cTWtzqF4g/UHLtf21sg2I/AAAAAAAAAnU/y4RfumgIafw/s1600/Film-Kita-Vs-Korupsi1.jpg
117
Lampiran 3: Surat permohonan film Aku Padamu
118
Lampiran 4 : Surat Pengajuan