AZRAI ET AL.: DAYA GABUNG JAGUNG PROTEIN TINGGI
Daya Gabung Galur-galur Jagung Berkualitas Protein Tinggi Muhammad Azrai1, Made Jana Mejaya2, dan Hajrial Aswidinnoor3 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan Email:
[email protected] 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Merdeka No. 147, Bogor, Jawa Barat 3 Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor Kampus Dramaga, Bogor, Jawa Barat
Naskah diterima 20 September 2013 dan disetujui diterbitkan 4 April 2014
ABSTRACT. Combining Ability of High Quality Protein Maize Inbred Lines. Quality Protein Maize (QPM) is a special maize functioning as source of carbohydrate and protein, which contain protein components lysine and tryptophan higher than that of normal maize. Experiment was carried out to evaluate the combining abilities of inbred lines introgressed with opaque-2 mutant gene and their hybrid performances on grain yield and other agronomic characters. Genotype test consisted of eight lines, eight testers, sixty four hybrid crosses between lines x tester and four check varieties. The experiment was arranged in a randomized complete block design, with two replications, on the lowland in Walenreng (Bone) and on dry land in Bajeng (Gowa). Variance analyses were done following the line x tester model. Results showed that the effect of genotype x location interactions were significant for ear weight and yield characters. The grain yields of three lines showed positive and significant general combining ability those were Nei9008+o2-09 (L1), Nei9008+o2-14 (L3) and Nei9008 + o2-27 (L7), but for the tester was only MR10+o2-31 (T7). Another eight crosses were showing significant effect for specific combining ability, but only combination of Nei9008+o2-09 and o2+MR10-31 lines was significantly superior to all check hybrids. Keywords: Maize, inbred lines, combining ability, opaque-2 gene. ABSTRAK. Jagung bermutu protein tinggi (QPM= Quality Protein Maize) merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang mengandung komponen protein lisin dan triptofan lebih tinggi dibandingkan dengan jagung normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi daya gabung galur-galur inbrida yang telah terintrogresikan dengan gen homosigot resesif o2 (opaque), dan penampilan peubah hasil, dan beberapa peubah agronomi hibrida silang tunggal dari galur-galur tersebut pada dua lingkungan tumbuh yang berbeda. Hibrida uji terdiri atas delapan inbrida, delapan tester, hibrida hasil persilangan inbrida x tester dan empat varietas pembanding. Percobaan ditata dengan rancangan acak kelompok, masing-masing dua ulangan, pada lahan sawah di Walenreng, Bone, dan lahan kering di Bajeng, Gowa,Sulawesi Selatan. Analisis varian faktorial dan daya gabung mengikuti model inbrida x tester. Hasil penelitian menunjukkan interaksi genotipe x lokasi nyata untuk peubah bobot tongkol panen dan hasil biji. Untuk peubah hasil biji, sebanyak tiga inbrida yang memiliki daya gabung umum positif dan sangat nyata yaitu Nei9008 + o2-09 (L1), Nei9008 + o2-14 (L3) dan Nei9008 + o227 (L7), tetapi dari tester hanya MR10 + o2-31 (T7) untuk hasil biji. Diperoleh delapan kombinasi persilangan dengan nilai daya gabung khusus nyata untuk peubah hasil panen biji, namun hanya kombinasi galur Nei9008 + o2-09 dan MR10 + o2-31 yang secara statistik nyata dibandingkan dengan semua varietas pembanding. Kata kunci: Jagung, galur inbrida, daya gabung, dan gen opaque-2.
S
alah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah mengintensifkan kegiatan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul hibrida yang berpotensi hasil tinggi. Jagung hibrida memanfaatkan gen nonaditif dan aditif sehingga mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan jagung komposit, di antaranya potensi hasil yang lebih tinggi, lebih seragam, dan penampilannya lebih menarik. Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan mutu dan nilai gizi produk bahan pangan, maka penelitian jagung selain bertujuan untuk mendapatkan varietas berdaya hasil tinggi dengan daya adaptasi yang luas, juga diarahkan untuk perbaikan nilai gizinya, seperti peningkatan mutu kandungan protein. Hal ini sangat penting karena masih banyak penduduk Indonesia yang menderita kekurangan gizi protein. Salah satu bahan pangan sebagai sumber kalori yang juga mengandung protein adalah jagung dengan kandungan protein 8-11% (Vasal 2001). Namun protein jagung normal kekurangan dua asam amino esensial yaitu lisin dan triptofan dengan kandungan masing-masing hanya 0,225% dan 0,05% (Cordova 2001). Jika jagung tersebut digunakan sebagai pangan, maka konsumen tetap kekurangan asam amino lisin dan triptofan. Kedua asam amino tersebut juga dibutuhkan oleh ternak, terutama ternak ‘monogastric’ seperti unggas dan babi yang tidak dapat menghasilkan lisin dan triptofan sendiri, sehingga harus disuplai dari bahan pakan untuk produksi protein hewani. Perbaikan mutu protein jagung semakin intensif setelah ditemukannya gen mutan opaque 2 yang dapat digabungkan dengan genom jagung normal sehingga mampu meningkatkan kandungan lisin dan triptofan jagung hingga dua kali lipat dengan fenotipe endosperm yang keras (Babu et al . 2005). Hasil modifikasi tersebut dikenal dengan nama QPM (quality protein maize =
137
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 33 NO. 3 2014
jagung berkualitas protein tinggi). Beberapa genotipe jagung QPM telah beradaptasi baik di Indonesia dan memiliki sifat setara dan bahkan lebih tinggi hasilnya daripada varietas unggul yang sudah ada (Azrai et al. 2004, Sujiprihati et. al. 2006, Pabendon et al. 2008, Yasin et al. 2010). Cordova et al. (2007) juga melaporkan bahwa hibrida QPM yang diuji adaptasi pada 20 lingkungan di Amerika Latin memberikan hasil rata-rata 6,6-8,8 t/ha. Beberapa hasil penelitian tentang daya gabung galurgalur jagung inbrida tropis dari kluster yang berbeda menunjukkan adanya korelasi positif yang tinggi antara jarak genetik dengan hasil panen biji (Xia et al. 2004, Warbutton et al. 2005, Pabendon et al. 2007). Namun perbedaan genetik yang kontras dan hasil panen serta peubah penting lainnya tidak selalu berhubungan secara linear (Dias et al. 2004). Hubungan kekerabatan yang jauh dan daya gabung yang baik akan memunculkan fenomena heterosis yang tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dievaluasi daya gabung galur-galur inbrida yang telah memiliki gen homosigot resesif o2 dari dua kelompok heterotik yang berbeda. Persilangan antarkedua kelompok galur tersebut menggunakan metode inbrida x tester. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi daya gabung galur-galur inbrida yang telah terintrogresikan dengan gen homosigot resesif o2 serta penampilan peubah hasil dan beberapa peubah agronomi hibrida silang tunggal dari galur-galur tersebut pada dua lingkungan tumbuh yang berbeda.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada Juli-Oktober 2006 di Bajeng, Kabupaten Gowa dan di Walenreng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Bahan genetik yang digunakan dalam penelitian adalah delapan inbrida Nei9008+o2 dan delapan tester MR10+o2 dari hasil seleksi galur untuk ketahanan penyakit bulai, dan 64 F1 dari hasil silangannya. Sebagai pembanding untuk evaluasi potensi hibrida uji digunakan tiga varietas hibrida yaitu C7, Bima 1, dan Bima 1q, serta varietas komposit QPM Srikandi Kuning-1. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua ulangan. Setiap genotipe ditanam dua biji per lubang pada petakan dua baris, panjang petak 5 m, jarak tanam antarbaris 70 cm, dan dalam baris 20 cm. Pupuk diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dengan dosis 100 kg urea/ha, 200 kg SP36/ha, dan 100 kg KCl/ha, dan pada umur 30 hari setelah tanam (HST) dengan dosis 200 kg urea/ha.
Pengamatan dilakukan terhadap peubah hasil biji dan sifat agronomis. Analisis data meliputi analisis ragam faktorial untuk daya gabung serta analisis daya gabung untuk peubah agronomis dan hasil mengikuti model analisis inbrida x tester. Analisis Ragam Faktorial untuk Daya Gabung Sebelum dilakukan analisis daya gabung, data dianalisis ragam terlebih dahulu untuk mengetahui keragaman yang nyata di antara tetua jantan (tester), di antara tetua betina (inbrida), dan interaksi tetua betina dan jantan (inbrida x tester). Model analisis ragam faktorial berdasarkan model persamaan linear rancangan acak kelompok (Bernardo 2002) sebagai berikut:
Yijkl = μ + el + ρ k
+ li + t j + (lxt ) ij + (exl ) li + (ext ) lj (exlxt ) lij + ε ijkl
Dimana Yijkl = genotipe i x j dalam ulangan ke k dan lingkungan ke-l, µ = rata-rata umum, rk = efek ulangan ke-k; el = efek lingkungan ke-l, li = efek inbrida ke-i, tj = efek tester ke-j; (lxt)ij = efek inbrida x tester ke-ij; (exl)li = efek lingkungan x inbrida ke-li, (ext)lj = efek lingkungan x tester ke-lj, (exlxt)lij = efek interaksi lingkungan x inbrida x tester ke-lij, eijkl = galat Analisis Daya Gabung Jika respon genotipe berbeda nyata pada analisis ragam faktorial untuk daya gabung, dilanjutkan analisis daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Estimasi efek DGU inbrida, DGU tester, dan DGK menggunakan rumus:
gi = gi =
x. x i . x.. x.. − , gi = j − dan tr ltr tr ltr
xij r
−
xi x j x.. − + tr lr ltr
dimana xi . = total inbrida ke-i; x. j = total tester; ke-j pada semua inbrida;
x ij
= total persilangan inbrida ke-
i dan tester ke-j; x.. = grand total; r = jumlah ulangan; l : jumlah inbrida; dan t = jumlah tester. Untuk menentukan beda nyata DGU dan DGK terhadap ratarata umum digunakan uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan sifat fisika dan kimia tanah serta ekologi lahan di kedua lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1. Kedua
138
AZRAI ET AL.: DAYA GABUNG JAGUNG PROTEIN TINGGI
lokasi memiliki sifat kimia dan fisik yang berbeda untuk semua sifat yang diamati, kecuali kandungan H + (me/ 100 g). Selain sifat fisik dan kimia tanah, kedua lokasi penelitian juga memiliki tipe iklim dan jenis lahan yang berbeda, yaitu tipe iklim C2 dan jenis lahan kering di Bajeng dan tipe iklim D dan jenis lahan sawah di Walenreng. Perbedaan sifat kedua lokasi pengujian juga tercermin dari hasil analisis ragam data peubah, dimana
Tabel 1. Peubahistik fisik dan kimia tanah lokasi evaluasi daya gabung dan potensi hasil jagung protein tinggi di lahan kering KP. Bajeng dan lahan sawah Walenreng, Bone. MK 2006. Hasil analsis Sifat fisik dan kimia Bajeng, Gowa
Walenreng, Bone
Tekstur Lempung berpasir - liat % 13 - debu % 47 - pasir % 40 pH (air 1 : 2,5) 5,5 (KCl 1: 2,5) 5 Bahan organik 1,94 N Total (%) 0,09 C/N P Olsen (ppm) 29,9 Kation dapat ditukar (mg/100 g) K 0,43 Ca 6,12 Mg 1,02 Na 0,19 H + (me/100 g) 0,06 KTK (me/100 g) 9,76 Kejenuhan basa (%) 79 Jenis lahan Lahan kering Jenis tanah Ultisol Tipe iklim C2 Ketinggian tempat 50 m dpl
Liat/lempung 56 31 13 6,33 5,5 2,74 0,16 10 0,4 0,29 22,38 1,35 0,09 0,06 33,93 71 Lahan sawah Aluvial D 100 m dpl
Analisis lab dilakukan di Lab Tanah Balitsereal, Juli 2006.
nilai kuadrat tengah lokasi sangat nyata untuk semua peubah yang diamati, kecuali bobot 1.000 biji (Tabel 2). Analisis ragam gabungan juga menunjukkan bahwa nilai kuadrat tengah genotipe untuk semua peubah nyata dan lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi genotipe x lokasi (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh faktor genetik lebih dominan daripada faktor lingkungan. Interaksi genotipe x lokasi yang nyata terhadap bobot tongkol panen dan hasil biji karena kedua peubah tersebut merupakan peubah kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen minor. Interaksi genotipe x lokasi pada peubah hasil panen tersebut memberikan petunjuk bahwa di antara genotipe peringkat hasilnya tidak konsisten pada kedua lokasi pengujian. Nilai kuadrat tengah tetua dan F1 memperlihatkan inbrida berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi kedudukan tongkol, bobot tongkol panen, diameter tongkol, bobot 1.000 biji, dan hasil biji, sedangkan tester berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, rendemen, dan bobot 1.000 biji. Nilai kuadrat tengah inbrida x tester berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, bobot tongkol panen, rendemen biji, dan hasil biji. Tampak bahwa tidak semua peubah yang memiliki kuadrat tengah nyata pada inbrida atau tester atau keduanya juga memiliki kuadrat tengah inbrida x tester yang nyata. Peubah yang memiliki kuadrat tengah inbrida dan tester yang nyata menunjukkan bahwa ragam aditifnya merata, sedangkan peubah yang memiliki nilai kuadrat tengah yang nyata untuk inbrida x tester menunjukkan arti penting ragam aditif maupun nonaditif dalam mengendalikan peubah tersebut (Singh and Kumar 2004; Karunarathne and Suriyagoda 2008). Nilai kuadrat tengah P vs F1 pada semua peubah yang diamati memperlihatkan pengaruh nyata, yang mengindikasikan peubah-peubah tersebut diwariskan
Tabel 2. Kuadrat tengah analisis ragam daya gabung peubah agronomis dan hasil biji genotipe jagung dengan metode inbrida x tester pada dua lokasi pengujian, MK 2006.
Sumber keragaman Lokasi (L) Lokasi/ulangan Genotip (G) GxL Tetua P VS F1 F1 Inbrida Tester Inbrida x tester Residu
Derajat bebas
Umur berbunga betina
1 2 79 79 15 1 63 7 7 49 158
96,800** 14,900 13,898** 4,749 8,199* 440,63** 8,482* 6,366 37,428** 4,649 4,419
Tinggi tanaman
Tinggi letak tongkol
44062,6** 31860,2** 2,041 107,066 953,999** 412,773** 353,022 183,147 342,863 210,196* 39705,2**18203,073** 484,409 178,620 626,834 325,383* 662,531 244,883 438,616** 148,188 317,920 146,262
Bobot tongkol panen
Rendemen
Diameter tongkol
Panjang tongkol
71,351** 1,655 10,968** 1,715** 0,674 704,434** 2,412** 5,496** 0,959 2,179** 0,699
0,0118** 0,0021 0,0079** 0,0004 0,0116** 0,0023** 0,3019** 0,002 0,008** 0,002** 0,001
12,580** 0,036 0,335** 0,148 0,308* 7,998** 0,220 0,553** 0,237 0,170 0,182
28,150** 1758,270 5,612** 9,968 6349,250 0,969** 11,486** 2227,873** 10,591** 5,144 1143,251 1,348** 12,046** 1266,550 0,867 249,36** 31470,050** 666,187** 7,577** 1992,598 2,500* 5,621 5966,724** 6,102* 9,918 4925,941** 1,58 7,522 1005,817 2,117** 4,245 1100,057 0,566
Bobot 1000 biji
Hasil biji kering pada ka. 15%
*: nyata menurut uji F pada taraf α = 5% ; **: nyata menurut uji F pada taraf α = 1%
139
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 33 NO. 3 2014
dari tetua ke hibrida F1-nya. Kemampuan daya gabung antara inbrida dan tester dapat diketahui melalui hasil analisis daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Daya gabung umum untuk peubah hasil dan agronomis, tersaji pada Tabel 3. Beberapa peubah menunjukkan DGU nyata berdasarkan hasil uji t. Nilai duga DGU nyata yang terdapat pada inbrida dan tester menunjukkan bahwa beberapa di antara genotipe tersebut merupakan penggabung yang baik. Untuk peubah umur berbunga, DGU yang diinginkan adalah yang nyata dan bernilai negatif. Hal ini terkait dengan umur tanaman, dimana tanaman yang lebih genjah dan potensi hasil tinggi merupakan varietas yang banyak diharapkan oleh petani yang sebagian besar berusahatani jagung di lahan kering atau pada lahan sawah setelah panen padi. Jagung berumur genjah berpeluang dapat terhindar dari kekeringan sehingga dapat mengurangi risiko kegagalan panen. Berdasarkan hal tersebut, tester MR10+o2-08 (T1) dan MR10+o2-24 (T4) memiliki DGU negatif, berturut-turut nyata dan sangat nyata. Kedua tester tersebut sangat baik digunakan sebagai tetua jika arah seleksi ditujukan untuk mendapatkan turunan yang lebih genjah. Pada peubah tinggi tanaman, inbrida Nei9008+o215 (L4) memiliki DGU negatif dan sangat nyata, sedangkan beberapa inbrida maupun tester yang lain
memiliki nilai DGU negatif yang cukup tinggi namun tidak nyata, yaitu Nei9008+o2-24 (L5), Nei9008+o2-26 (L6), MR10+o2-08 (T1), MR10+o2-13 (T2), dan MR10+o2-31 (T7). Demikian pula peubah tinggi letak tongkol, dimana genotipe yang memiliki DGU negatif dan nyata adalah Nei9008+o2-24 (L5) dan MR10+o2-30 (T6). Beberapa genotipe juga memiliki DGU negatif yang cukup tinggi, namun tidak nyata, yaitu Nei9008+o2-15 (L4); Nei9008+o2-26 (L6); MR10+o2-13 (T2), dan MR10+o224 (T4). Genotipe-genotipe tersebut berpotensi dijadikan sebagai tetua dengan DGU yang baik untuk mendapatkan tanaman yang lebih pendek. Pada beberapa sentra jagung di Indonesia, petani menginginkan tanaman yang lebih pendek, namun berdaya hasil tinggi, terutama pada daerah yang sering mengalami tiupan angin kencang. Tanaman yang lebih pendek umumnya lebih tahan rebah. Nilai DGU positif dan sangat nyata untuk peubah bobot tongkol panen diperoleh pada Nei9008+o2-14 (L3) dan Nei9008+o2-27 (L7). Kedua genotipe merupakan tetua-tetua yang baik bila digunakan untuk memperoleh hasil tongkol panen yang tinggi, karena memiliki kemampuan yang baik untuk bergabung dengan genotipe lainnya. Untuk peubah rendemen biji panen terhadap tongkol panen, Nei9008+o2-09 (L1), dan MR10+o2-31 (T7) memiliki nilai DGU positif dan sangat nyata,
Tabel 3. Efek daya gabung umum beberapa peubah agronomis dan hasil biji genotipe jagung pada gabungan dua lokasi pengujian, MK 2006. Efek DGU Genotipe
Umur berbunga betina
Tinggi tanaman
Tinggi letak tongkol
Bobot tongkol panen
Rendemen
Diameter tongkol
Panjang tongkol
Bobot 1.000 biji
Hasil biji kering pada (ka. 15%)
Inbrida No2-09 (L1) No2-11 (L2) No2-14 (L3) No2-15 (L4) No2-24 (L5) No2-26 (L6) No2-27 (L7) No2-41 (L8)
-0,68 0,26 0,54 -0,14 0,32 -0,43 -0,30 0,42
0,25 0,62 4,34 -8,32** -4,10 -0,69 3,62 4,28
-0,36 3,02 0,80 -3,51 -4,54* -2,20 2,93 3,86
0,29 0,01 0,55** -0,15 -0,54 -0,18 0,49** -0,47
0,015** 0,001 0,000 -0,010 -0,001 -0,004 0,001 -0,004
0,02 0,08 0,14 0,16* -0,23 -0,08 0,01 -0,09
0,53 0,04 0,47 -0,72 -0,44 -0,04 0,15 0,01
15,09* -16,15 -15,53 19,6** -10,98 6,62 -3,03 4,41
0,55** 0,02 0,45** -0,24 -0,55 -0,19 0,44** -0,49
Te s t e r Mro2-08 Mro2-13 Mro2-21 Mro2-24 Mro2-26 Mro2-30 Mro2-31 Mro2-32 SE
-0,83* -0,58 0,70 -2,1** 0,64 0,42 1,04 0,73 0,37
-3,22 -1,79 9,53 1,00 1,34 -4,60 -3,79 1,53 3,15
1,52 -2,42 1,93 -2,45 2,02 -4,51* 0,61 3,30 2,14
0,00 -0,26 0,24 0,24 0,01 -0,12 0,01 -0,12 0,15
-0,002 0,010* -0,019 -0,002 0,002 0,003 0,028** -0,020 0,005
0,01 -0,02 0,00 0,09 -0,04 -0,11 0,15* -0,09 0,08
0,06 -0,13 0,67 -0,53 0,95** -0,18 -0,69 -0,16 0,36
-16,75 -11,17 15,02* 5,47 15,78** 3,35 0,79 -12,49 5,86
-0,06 -0,17 0,03 0,25 0,02 -0,01 0,33* -0,38 0,13
(T1) (T2) (T3) (T4) (T5) (T6) (T7) (T8)
No2 = Nei9008+o2; Mro2 = MR10+o2. *: nyata menurut uji F pada taraf α = 5% ; **: nyata menurut uji F pada taraf α = 1%
140
AZRAI ET AL.: DAYA GABUNG JAGUNG PROTEIN TINGGI
sedangkan MR10+o2-13 (T2) bersifat nyata. Rendemen berkaitan dengan kedalaman biji masuk ke dalam tongkol jagung. Tongkol-tongkol besar dengan rendemen yang tinggi mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Hasil uji t menunjukkan bahwa genotipe Nei9008 + o2-15 (L4) dan MR10+o2-31 (T7) merupakan penggabung umum yang baik untuk peubah diameter tongkol, sedangkan untuk peubah panjang tongkol, tester MR10+o2-26 (T5) merupakan penggabung yang baik dan nyata. Bobot 1.000 biji merupakan salah satu peubah penting yang dapat digunakan untuk mengetahui ukuran biji. Nilai DGU positif dan nyata pada peubah bobot 1.000 biji adalah Nei9008+o2-09 (L1) dan MR10+o2 (T3) sedangkan pada genotip Nei9008+o2 15 (L4), dan MR10+o2-26 (T5) sangat nyata. Hasil panen biji pada umumnya merupakan tujuan akhir dari program pemuliaan. Nilai DGU positif dan nyata untuk peubah hasil biji diperlukan untuk merakit tanaman yang memiliki potensi hasil tinggi. Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga inbrida yang memiliki DGU positif dan sangat nyata yaitu Nei9008+o2-09 (L1), Nei9008+o2-14 (L3), dan Nei9008+o2-27 (L7). Hanya satu tester yang memiliki nilai DGU positif dan nyata, yaitu MR10+o2-31 (T7). Selain itu, diperoleh beberapa inbrida maupun tester yang memiliki nilai DGU negatif untuk peubah hasil biji. Inbrida yang memiliki DGU negatif adalah Nei9008+o2-15 (L4), Nei9008+o2 (L5), Nei9008+o2 (L6) dan Nei9008+o2 (L8), sedangkan testernya adalah MR10+o2-08 (T1), MR10+o2-13 (T2), MR10+o2-30 (T6), dan MR10+o2-32 (T8). Genotipegenotipe dengan nilai negatif tersebut, baik yang terdapat pada inbrida maupun pada tester merupakan penggabung umum yang kurang baik sehingga tidak dapat direkomendasikan untuk digunakan dalam perakitan varietas berdaya hasil tinggi. Sebaliknya, tetua dengan nilai efek DGU yang sangat nyata berpotensi digunakan sebagai tetua penguji (Darrigues et al. 2005). Potensi masing-masing hibrida hasil persilangan antara inbrida (Nei9008+o2) dan tester (MR10+o2) dalam mengekspresikan heterosis pada beberapa peubah penting dapat diketahui berdasarkan pengaruh DGK. Nilai duga DGK untuk peubah agronomis, komponen hasil, dan hasil disajikan pada Tabel 4. Beberapa hibrida menunjukkan nilai DGK yang nyata dan sangat nyata. DGK peubah umur berbunga betina menunjukkan terdapat dua pasang persilangan yang bernilai negatif dan nyata, yaitu L3/T4 dan L5/T1 serta satu pasang lainnya, yaitu L1/T4 sangat nyata. Hibrida ini berasal dari tetua yang memiliki DGU inbrida yang tidak nyata dan tester yang nyata. Hal ini berarti persilangan tersebut
melibatkan interaksi antara tipe gen-gen nonaditif dan aditif. Vacaro et al. (2002) mengemukakan bahwa nilai DGK tinggi pada umumnya diperoleh dari hibrida yang berasal dari tetua atau salah satu tetuanya memiliki nilai DGU tinggi. Estimasi nilai DGK negatif nyata untuk peubah umur tanaman, tinggi tanaman, dan letak tongkol yang bermanfaat untuk memenuhi permintaan sebagian petani atas hibrida berumur genjah, berbatang pendek, dan berdaya hasil tinggi. Dari genotipe hibrida yang diuji, hanya satu hibrida yang memiliki DGK negatif sangat nyata untuk peubah tinggi tanaman, yaitu L4/T1 dan tiga hibrida yang memiliki DGK negatif nyata untuk peubah tinggi letak tongkol, yaitu L4/T7, L5/T6, dan L6/T6. Hibrida L5/T6 berasal dari kedua tetua yang memiliki DGU negatif dan nyata untuk peubah tinggi letak tongkol. Hal ini mengindikasikan terjadi interaksi alel-alel positif untuk mengekspresikan peubah tersebut. Bobot tongkol panen merupakan peubah yang menggambarkan potensi hasil pada kadar air panen di lapangan. Nilai DGK peubah bobot tongkol panen bervariasi dari sangat rendah (-1,74) hingga tertinggi dan sangat nyata (1,39). Hibrida yang menunjukkan DGK sangat nyata adalah L1/T7, L2/T3, L3/T8, L7/T1, dan L7/ T2. Hibrida yang bernilai DGK nyata untuk peubah bobot tongkol panen adalah L1/T5, L1/T6, L4/T4, L6/T4, dan L8/ T3. Hibrida yang memiliki DGK positif dan nyata untuk peubah komponen hasil yang lain seperti rendemen biji, diameter, dan panjang tongkol adalah hal penting yang perlu diperhatikan pemulia untuk mendapatkan varietas berdaya hasil tinggi, sedangkan peubah bobot 1.000 biji merupakan salah satu peubah ukuran biji. Hasil uji t menunjukkan terdapat beberapa pasang inbrida x tester yang memiliki DGK sangat nyata untuk peubah rendemen biji, yaitu L1/T6, L1/T7, L2/T7, L6/T7, dan L7/T2 serta satu pasang tetua dengan DGK nyata, yaitu L7/T1. Selain itu, hasil kombinasi persilangan L1/T7 dan L3/T4 memiliki nilai DGK positif yang nyata dan sangat nyata untuk peubah diameter tongkol, dengan nilai DGK 0,26 dan 0,41. Untuk peubah panjang tongkol, kombinasi persilangan L1/T7 memiliki DGK sangat nyata, sedangkan kombinasi persilangan L6/T3 memiliki DGK nyata. Pada peubah bobot 1.000 biji yang merupakan ukuran biji, hibrida L4/T4 dan L6/T3 memiliki DGK nyata dengan nilai masing-masing 10,52 dan 15,57. Hasil uji t untuk peubah hasil biji kering menunjukkan terdapat empat kombinasi inbrida x tester dengan DGK nyata dan sangat nyata. Persilangan antara L1/T5, L1/T6, dan L7/T2 memiliki DGK yang sangat nyata dan berasal dari inbrida dengan DGU sangat nyata dan DGU tester yang tidak nyata. Persilangan L1/T7 juga memiliki DGK sangat nyata dan berasal dari inbrida dengan DGU sangat 141
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 33 NO. 3 2014
Tabel 4. Efek daya gabung khusus beberapa peubah agronomis dan hasil genotipe jagung pada dua lokasi pengujian, MK 2006. Efek DGK Silangan
L1/T1 L1/T2 L1/T3 L1/T4 L1/T5 L1/T6 L1/T7 L1/T8 L2/T1 L2/T2 L2/T3 L2/T4 L2/T5 L2/T6 L2/T7 L2/T8 L3/T1 L3/T2 L3/T3 L3/T4 L3/T5 L3/T6 L3/T7 L3/T8 L4/T1 L4/T2 L4/T3 L4/T4 L4/T5 L4/T6 L4/T7 L4/T8 L5/T1 L5/T2 L5/T3 L5/T4 L5/T5 L5/T6 L5/T7 L5/T8 L6/T1 L6/T2 L6/T3 L6/T4 L6/T5 L6/T6 L6/T7 L6/T8 L7/T1 L7/T2 L7/T3 L7/T4 L7/T5 L7/T6 L7/T7 L7/T8 L8/T1 L8/T2 L8/T3 L8/T4 L8/T5 L8/T6 L8/T7 L8/T8 SE
Umur berbunga betina 0,83 0,08 0,55 -0,89** -0,14 -0,17 -1,29 1,02 -0,11 0,89 0,11 1,43 -0,57 -1,36 -0,48 0,08 -0,64 -0,39 1,33 -1,11* -1,36 1,86 0,24 0,05 -0,45 -0,45 -1,23 1,08 -1,42 -0,20 2,18 0,49 -1,92* -0,17 -0,45 1,11 -0,14 -0,17 0,71 1,02 0,33 0,58 -0,20 0,11 1,61 0,58 -0,79 -2,23 0,96 -1,54 0,68 -0,26 1,49 -0,29 -0,17 -0,86 0,99 0,99 -0,79 -1,48 0,52 -0,26 -0,39 0,43 1,051
Tinggi tanaman 4,47 -9,21 2,22 -10,75 3,91 13,60 -0,96 -3,28 -1,40 -2,09 -0,90 -4,37 -4,96 6,47 8,91 -1,65 -1,12 5,44 -8,62 1,16 21,57 -6,00 -16,06 3,63 -5,21** 7,10 16,29 9,07 8,72 0,66 -3,90 -2,71 17,32 10,63 -9,18 -12,65 0,25 -3,81 2,38 -4,93 6,91 -4,78 8,41 -2,56 -7,65 -5,46 5,47 -0,34 3,10 2,66 -15,90 10,63 -14,46 0,97 10,66 2,35 5,94 -9,75 7,69 9,47 -7,37 -6,43 -6,50 6,94 8,915
Tinggi letak tongkol -0,61 -5,18 2,98 -6,89 4,64 13,17 -6,46 -1,64 -2,74 6,45 -2,64 -2,02 -2,74 -2,46 6,17 -0,02 0,23 1,67 -8,43 -3,05 12,98 -6,49 -0,11 3,20 -8,21 1,48 3,64 4,26 7,29 7,82 -10,30* -5,99 5,07 5,26 -2,08 -5,71* 2,57 -5,39 1,48 -1,21 3,73 -4,08 4,32 3,45 -6,77 -7,49* 6,39 0,45 -0,14 -0,21 -4,30 6,32 -12,14 2,64 5,01 2,82 2,67 -5,39 6,51 3,64 -5,83 -1,80 -2,18 2,39 6,047
Bobot tongkol panen
Rendemen
Diameter tongkol
Panjang tongkol
-1,74 -0,55 -0,75 -0,13 0,78* 0,71* 1,39** 0,29 0,37 -0,12 0,84** -0,29 0,13 0,32 -0,99 -0,27 0,17 0,34 -0,66 -0,14 0,13 -0,66 0,08 0,74** -0,37 0,32 -0,53 0,84* 0,68 0,37 -1,32 0,01 0,43 -0,25 -0,48 -0,61 0,20 0,12 0,35 0,24 0,60 -0,39 0,71 0,88* -0,92 -1,13 -0,09 0,33 0,96** 1,09** -0,32 0,06 -0,92 0,39 -0,09 -1,18 -0,42 -0,43 1,18* -0,63 -0,07 -0,12 0,67 -0,17 0,418
-0,024 -0,017 -0,008 0,006 -0,011 0,019** 0,020** 0,014 -0,007 -0,037 0,007 0,007 0,008 0,011 0,008** 0,003 0,023 0,003 -0,014 0,003 0,005 -0,011 -0,009 -0,001 0,021 -0,008 0,007 -0,012 -0,005 -0,002 -0,010 0,009 0,024 -0,035 -0,006 -0,010 0,015 0,005 0,011 -0,002 -0,024 -0,017 0,016 0,008 0,004 -0,001 0,018** -0,004 0,008* 0,024 -0,008 0,011 -0,006 -0,013 -0,023 0,007 -0,021 0,087** 0,006 -0,012 -0,010 -0,008 -0,016 -0,026 0,014
-0,11 -0,29 -0,09 0,16 0,09 0,08 0,26* -0,09 0,04 -0,19 0,09 -0,10 0,09 0,21 0,03 -0,16 -0,13 0,05 -0,01 0,41** 0,12 -0,27 0,02 -0,20 0,03 0,09 -0,31 0,15 0,03 -0,01 -0,31 0,33 0,08 0,33 0,10 -0,55 0,13 -0,12 -0,08 0,11 0,01 -0,05 0,30 0,15 -0,35 -0,12 0,06 0,00 0,26 0,08 -0,30 -0,07 -0,08 0,22 -0,08 -0,02 -0,18 -0,01 0,22 -0,14 -0,02 0,01 0,09 0,03 0,075
-2,41 -1,98 -0,95 -0,43 -0,27 1,23 5,34** -0,54 0,03 -0,57 0,94 -0,14 -0,23 1,04 -0,58 -0,48 0,75 1,38 -1,97 0,28 0,06 -0,64 -0,06 0,21 0,24 1,05 -0,76 1,38 -0,35 -0,25 -1,45 0,15 1,45 -0,11 0,75 -1,39 1,04 0,69 -3,23 0,79 0,46 -0,81 1,47* 0,67 0,66 -1,48 -0,75 -0,21 -0,53 2,14* -0,30 -0,47 -0,19 0,43 -0,46 -0,62 0,01 -1,10 0,82 0,09 -0,70 -1,00 1,18 0,70 0,819
L = Nei9008+o2; T = MR10+o2; *: nyata menurut uji F pada taraf α = 5% ; **: nyata menurut uji F pada taraf α = 1%
142
Bobot 1.000 biji 9,92 -5,02 0,24 -9,43 -7,15 1,55 11,89* -2,01 9,61 -8,40 10,25 -1,34 1,85 -1,18 -2,53 -8,26 -41,93 10,45 7,68 10,84 20,33 21,72 -43,89 14,81 -7,61 11,31 -23,44 10,52* -27,22 9,63 5,97 20,83 25,61 -6,09 -11,67 2,49 18,75 -9,30 -10,28 -9,52 0,55 -11,12 15,57* -13,15 0,77 -7,38 20,04 -5,29 -13,05 23,47 -8,75 -0,08 2,06 -9,07 9,80 -4,38 16,90 -14,60 10,12 0,15 -9,40 -5,97 8,99 -6,18 16,584
Hasil biji kering pada (ka. 15%) -1,74 -0,67 -0,72 -0,30 0,53** 0,70** 1,86** 0,35 0,12 -0,70 0,81* -0,30 0,41 0,63 -0,82 -0,14 0,50 0,03 -0,70 0,09 0,24 -0,71 -0,11 0,67 -0,02 0,35 -0,34 0,68 0,36 0,17 -1,23 0,04 0,89 -0,44 -0,29 -0,69 0,32 0,22 -0,09 0,08 0,24 -0,40 0,67 0,88* -0,80 -0,97 0,22 0,16 0,46* 1,46** -0,42 0,22* -0,93 0,14 -0,17 -0,75 -0,44 0,37 0,99 -0,58 -0,12 -0,17 0,35 -0,40 0,376
AZRAI ET AL.: DAYA GABUNG JAGUNG PROTEIN TINGGI
nyata dan DGU tester yang juga nyata. Hibrida L7/T1 dan L7/T4 memiliki DGK yang nyata dan berasal dari inbrida dengan DGU sangat nyata dan DGU tester yang tidak nyata. Pasangan galur inbrida yang memiliki efek DGK nyata tidak selalu dihasilkan dari pasangan galur yang memiliki efek DGU nyata. Hal ini dapat ditemukan pada penelitian ini dimana terdapat dua pasang inbrida x tester lain yang memiliki efek DGK nyata namun berasal dari inbrida dan tester dengan DGU tidak nyata, yaitu L2/T2 dan L6/T3. Aryana (2008) melaporkan bahwa hasil penelitian dari tujuh kombinasi persilangan padi merah yang memiliki DGK tinggi untuk hasil gabah kering giling per hektar, semuanya tidak melibatkan tetua dengan DGU tinggi. Kejadian inbrida dan tester memiliki DGU tidak nyata, namun kombinasi persilangannya menghasilkan DGK nyata, diduga karena peubah hasil memiliki karakter yang kompleks karena dikendalikan oleh banyak gen, baik yang bersifat aditif, dominan, maupun epistasis. Oleh karena itu, dalam pendugaan DGK diperlukan beberapa lingkungan untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat dan stabil. Hasil penelitian Azrai et al. (2006), dan Makkulawu et al. (2007), menunjukkan bahwa pengujian pada musim dan lokasi yang lebih banyak dapat mengurangi pengaruh lingkungan yang berbeda di antara bahan uji. Dengan demikian, hanya kombinasi persilangan dengan DGK sangat nyata dan nyata dan berasal dari inbrida dan atau tester yang memiliki DGU nyata atau sangat nyata. Berdasarkan hasil pengujian lebih dari satu lingkungan diharapkan mendapatkan hibrida jagung dengan hasil biji yang tinggi. Analsis ragam dan kontribusi dari genotipe terhadap peubah agronomis, komponen hasil, dan hasil biji disajikan pada Tabel 5. Ragam DGK lebih tinggi dibandingkan dengan ragam DGU pada semua peubah. Hal ini menunjukkan bahwa aksi gen-gen nonaditif lebih berperan dalam mengendalikan peubah-peubah tersebut.
Hasil yang diperoleh tersebut sejalan dengan yang dilaporkan Narayan dan Verma (2008) pada evaluasi jagung QPM di India. Efek DGK yang lebih tinggi daripada DGU diduga karena adanya pengaruh saling melengkapi dari alel-alel, baik dominan penuh maupun dominan sebagian, pada berbagai lokus yang berbeda pada hibrida F1 sebagai penyumbang terbesar terjadinya heterosis. Kontribusi inbrida x tester terhadap ragam total lebih besar daripada kontribusi inbrida atau tester secara individu pada semua peubah, kecuali umur berbunga betina dengan kontribusi tester yang lebih besar dan bobot 1000 biji untuk kontribusi inbrida yang lebih besar. Rata-rata hasil biji kering dari tiap lokasi dan gabungan kedua lokasi disajikan pada Tabel 6. Terdapat beberapa hibrida QPM yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan keempat varietas pembanding. Kisaran rata-rata hasil hibrida uji di kedua lokasi berkisar antara 5,3-9,3 t/ha. Nilai koefisien keragaman (KK) gabungan lokasi sebesar 12,0%, lebih kecil dibanding syarat KK maksimum untuk pengujian daya hasil jagung (KK < 20%). Hal ini menunjukkan konsistensi data antarulangan cukup tinggi. Analisis gabungan menunjukkan bahwa hibrida Nei9008+o2-09 (L1)/ MR10+o2-31 (T7) memberikan rata-rata hasil tertinggi dan berbeda nyata dengan semua genotipe pembanding. Hasil tiga hibrida uji nyata lebih tinggi dari varietas hibrida Bima-1, Srikandi Kuning1, dan Bima-1q, 25 hibrida uji hasilnya nyata lebih tinggi dari varietas Srikandi Kuning-1 dan Bima-1q, sedangkan hasil 29 hibrida uji lainnya nyata lebih tinggi dari varietas hibrida Bima-1q. Rata-rata umur 50% keluar bunga betina (rambut) berkisar 52-59 hari setelah tanam. Hibrida uji yang umur berbunganya paling genjah adalah Nei9008+o2-09 (L1)/ MR10+o2-24 (T4), berbeda nyata dengan semua genotipe pembanding. Terdapat delapan hibrida uji yang memiliki umur yang nyata lebih genjah dari semua genotipe pembanding (Tabel 6).
Tabel 5. Peubah genetik, agronomis, komponen hasil, dan hasil biji genotipe jagung menggunakan metode inbrida x tester. Kontribusi Peubah
Umur berbunga betina Tinggi tanaman Tinggi letak tongkol Bobot tongkol panen Rendemen Diameter tongkol Panjang tongkol Bobot 1000 biji Hasil biji kering (k.a. 15%)
σ2DGU 0,018 0,216 0,144 0,001 0,000003 0,0002 0,0003 4,664 0,002
σ2DGK 0,057 30,174 0,482 0,370 0,00022 -0,003 0,819 23,560 0,388
σ2Aditif 0,072 0,866 0,575 0,004 0,00001 0,001 0,001 18,658 0,007
σ2Dominan 0,057 30,174 0,482 0,370 0,00022 -0,003 0,819 23,560 0,388
L (%)
T (%)
L x T (%)
8,339 14,378 20,241 25,318 7,754 27,911 8,243 33,272 27,122
49,032 15,197 15,233 4,418 36,195 11,936 14,544 27,468 7,023
42,629 70,425 64,526 70,264 56,051 60,153 77,213 39,260 65,855
143
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 33 NO. 3 2014
Tabel 6. Peubah agronomis dan hasil jagung hibrida uji dan pembanding dari gabungan dua lokasi pengujian, MK 2006. No. Genotipe
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
144
L1/T1 L1/T2 L1/T3 L1/T4 L1/T5 L1/T6 L1/T7 L1/T8 L2/T1 L2/T2 L2/T3 L2/T4 L2/T5 L2/T6 L2/T7 L2/T8 L3/T1 L3/T2 L3/T3 L3/T4 L3/T5 L3/T6 L3/T7 L3/T8 L4/T1 L4/T2 L4/T3 L4/T4 L4/T5 L4/T6 L4/T7 L4/T8 L5/T1 L5/T2 L5/T3 L5/T4 L5/T5 L5/T6 L5/T7 L5/T8 L6/T1 L6/T2 L6/T3 L6/T4 L6/T5 L6/T6 L6/T7 L6/T8 L7/T1 L7/T2 L7/T3 L7/T4 L7/T5 L7/T6 L7/T7 L7/T8 L8/T1 L8/T2 L8/T3 L8/T4
Umur berbunga Tinggi betina tanaman (hari) (cm) 55,3ab 54,8abc 56,5 52,3abcd 55,8 ab 55,5 ab 55,0 abc 57 55,3 ab 56,5 57 55,5 ab 56,3b 55,3 ab 56,8 57 55,0 abc 55,5 ab 58,5 53,3abcd 55,8 ab 58,8 57,8 57,3 54,5 abc 54,8 abc 55,3 ab 54,8 abc 55,0 abc 56,0 ab 59 57 53,5abcd 55,5ab 56,5 55,3ab 56,8 56,5 58 58 55,0abc 55,5ab 56,0ab 53,5abcd 57,8 56,5 55,8ab 54,0abcd 55,8ab 53,5abcd 57 53,3abcd 57,8 55,8ab 56,5 55,5ab 56,5 56,8 56,3b 52,8abcd
156,5 144,3bcd 167 145,5bcd 160,5 164,3 150,5cd 153,0cd 151,0cd 151,8cd 164,3 152,3cd 152,0cd 157,5 160,8 155,5 155,0cd 163 160,3 161,5 182,3 148,8cd 139,5bcd 164,5 108,3abcd 152,0cd 172,5 156,8 156,8 142,8bcd 139,0bcd 145,5bcd 165 159,8 151,3cd 139,3bcd 152,5cd 142,5bcd 149,5cd 147,5cd 158 147,8cd 172,3 152,8cd 148,0cd 144,3bcd 156 155,5 158,5 159,5 152,3cd 170,3 145,5bcd 155,0cd 165,5 162,5 162 147,8cd 176,5 169,8
Tinggi letak tongkol (cm) 76,3c 67,8c 80,3 66,0c 82 84 69,5c 77,0c 77,5c 82,8 78,0c 74,3c 78,0c 71,8c 85,5 82 78,3c 75,8c 70,0c 71,0c 91,5 65,5c 77,0c 83 65,5c 71,3c 77,8c 74,0c 81,5 75,5c 62,5c 69,5c 77,8c 74,0c 71,0c 63,0c 75,8c 61,3c 73,3c 73,3c 78,8c 67,0c 79,8c 74,5c 68,8c 61,5c 80,5 77,3c 80 76,0c 76,3c 82,5 68,5c 76,8c 84,3 84,8 83,8 71,8c 88 80,8
Bobot tongkol panen (kg) 6,2 7,2 7,5 8,1 8,8cd 8,6d 9,4cd 8,1 8,1 7,3 8,8cd 7,7 7,8 7,9 6,7 7,3 8,4 8,3 7,8 8,3 8,4 7,5 8,3 8,9cd 7,2 7,6 7,2 8,6d 8,2 7,8 6,2 7,4 7,6 6,6 6,9 6,8 7,4 7,2 7,5 7,3 8,1 6,9 8,5 8,6d 6,6 6,3 7,4 7,7 9,1cd 9,0cd 8,1 8,5 7,3 8,4 8,1 6,9 6,8 6,5 8,6d 6,8
Panjang tongkol (cm) 12,2 12,4 14,3 13,6 15,2 15,6 19,2abd 13,9 14,2 13,4 15,7 13,4 14,8 14,9 12,8 13,4 15,3 15,8 13,2 14,3 15,5 13,7 13,8 14,6 13,6 14,2 13,2 14,2 13,9 12,9 11,2 13,3 15,1 13,4 15,0 11,7 15,6 14,1 9,7 14,2 14,5 13,1 16,1 14,1 15,6 12,3 12,6 13,6 13,7 16,2 14,6 13,2 14,9 14,4 13,0 13,4 14,1 12,8 15,5 13,6
Diameter tongkol
Rendemen
4,2 4,0 4,2 4,5 4,3 4,3 4,7a 4,1 4,4 4,1 4,4 4,3 4,4 4,5 4,5 4,1 4,3 4,4 4,4 4,9ad 4,5 4,0 4,6a 4,1 4,5 4,5 4,1 4,7a 4,4 4,3 4,3 4,7a 4,1 4,3 4,1 3,6 4,1 3,8 4,1 4,1 4,2 4,1 4,5 4,4 3,8 4,0 4,4 4,1 4,6a 4,3 4,0 4,3 4,2 4,4 4,3 4,2 4,0 4,2 4,4 4,1
0,70 0,72d 0,70 0,73bcd 0,71d 0,75bcd 0,77bcd 0,72d 0,70 0,68 0,70 0,71d 0,72d 0,72d 0,75bcd 0,69 0,73bcd 0,72d 0,68 0,71d 0,72d 0,70 0,73bcd 0,69 0,72d 0,70 0,69 0,68 0,70 0,70 0,72d 0,69 0,73bcd 0,68 0,68 0,69 0,72d 0,72d 0,75bcd 0,68 0,68 0,70 0,70 0,71d 0,71d 0,71d 0,75bcd 0,68 0,71d 0,74bcd 0,68 0,72d 0,70 0,70 0,71d 0,70 0,68 0,80bcd 0,69 0,69
Bobot 1000 biji (g)
Hasil (t/ha)
270,8 261,5 292,9ad 273,7d 286,3ad 282,6ad 290,4ad 263,2 239,3 226,9 271,7d 250,6 264,1 248,6 244,7 225,7 233,4 246,3 269,8 263,4 283,2ad 272,1d 204,0 249,4 257,8 282,3ad 228,7 298,1ad 270,7 295,1ad 288,9ad 290,5ad 260,5 234,4 255,0 259,6 286,1ad 245,7 242,1 229,6 253,0 246,9 299,8ad 261,5 285,8ad 265,2 290,0ad 251,4 229,8 271,9d 265,8 265,0 277,4ad 253,8 270,2 242,7 267,1 241,2 292,1ad 272,6d
5,4 6,3 6,5 7,1cd 7,7 cd 7,8 bcd 9,3abcd 7,1cd 6,7 d 5,8 7,5 cd 6,6 7,0 cd 7,2 cd 6,1 6,1 7,5 cd 6,9 cd 6,4 7,4 cd 7,3 cd 6,3 7,3cd 7,3 cd 6,3 6,6 6,0 7,3 cd 6,7d 6,5 5,5 6,0 6,9 cd 5,5 5,8 5,6 6,4 6,3 6,3 5,8 6,6 5,8 7,1 cd 7,5 cd 5,6 5,4 7,0 cd 6,2 7,4 cd 8,3bcd 6,7d 7,5 cd 6,1 7,2 cd 7,2 cd 5,9 5,6 6,3 7,1 cd 5,8
AZRAI ET AL.: DAYA GABUNG JAGUNG PROTEIN TINGGI
Tabel 6. Lanjutan. No. Genotipe
Umur berbunga Tinggi betina tanaman (hari) (cm)
Tinggi Bobot tongkol letak tongkol panen (cm) (kg)
Panjang tongkol (cm)
Diameter tongkol
Rendemen
Bobot 1000 biji (g)
Hasil (t/ha)
61 62 63 64
L8/T5 L8/T6 L8/T7 L8/T8
57,5 56,5 57 57,5
153,3cd 148,3cd 149,0cd 167,8
75,8c 73,3c 78,0c 85,3
7,2 7 7,9 6,9
14,3 12,9 14,5 14,6
4,1 4,1 4,4 4,1
0,70 0,70 0,72d 0,66
273,4d 264,4 276,8ad 248,3
6,0 5,9 6,8d 5,3
K1 K2 K3 K4
C7 Bima 1 Srik K-1 Bima 1q
59 59,3 58 57
163 173,5 182 155,3
77 75,5 97,5 70,3
8,3 8,4 7,4 7,3
15,6 17,5 14,5 15,2
4,0 4,5 4,4 4,2
0,77 0,69 0,69 0,67
226,1 276,9ad 255,9 223,0
7,4 6,7 5,8 5,5
LSI KK (%) GxL
2,83 13,6 tn
26,19 12,0 tn
18,47 17,4 tn
1,25 11,6 **
2,5 12,7 *
0,5 9,3 tn
0,03 3,10 tn
48,5 13,3 tn
1,1 12,0 **
K = Cek (pembanding); Sri K-1 = Srikandi Kuning 1; Bima 1q = Konversi o2 pada Bima 1. a = nyata lebih baik dari C7; b= nyata lebih baik dari Bima-1; c = nyata lebih baik dari Srikandi Kuning-1; d = nyata lebih baik dari Bima 1q. menurut uji LSI pada taraf α = 5%.
Tinggi tanaman bervariasi antara 108-182 cm, sedangkan tinggi letak tongkol berkisar antara 61-91 cm. Hibrida Nei9008+o2-15 (L4)/MR10+o2-08 (T1) memiliki postur tanaman paling pendek dan berbeda nyata dengan semua pembanding. Diperoleh sembilan hibrida uji yang tanamannya nyata lebih pendek dari varietas hibrida C7, Bima 1, dan Srikandi Kuning 1. Untuk peubah tinggi letak tongkol, hibrida uji tidak berbeda nyata dengan tiga varietas hibrida C7, Bima 1, dan Bima 1q. Sebanyak 45 hibrida uji memiliki tinggi letak tongkol yang nyata lebih pendek dari varietas Srikandi Kuning-1. Informasi tentang tinggi tanaman dan letak tongkol sangat penting diketahui untuk budi daya jagung karena ada daerah-daerah tertentu yang memerlukan tanaman yang lebih pendek, terutama pada dataran tinggi dengan tiupan angin kencang, sedangkan tanaman yang tinggi dibutuhkan pada daerah-daerah yang rawan serangan hama babi dan anjing (Azrai et al. 2004). Peubah rendemen biji memiliki variasi yang cukup besar di antara hibrida uji dengan kisaran 0,66-0,80. Hasil uji LSI menunjukkan tidak diperoleh hibrida uji yang memiliki rendemen nyata lebih tinggi dari varietas hibrida C7. Namun diperoleh 11 hibrida uji dengan rendemen biji berkisar antara 0,73-0,80 dan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas hibrida Bima 1, Srikandi Kuning 1, dan hibrida Bima 1q, serta 20 hibrida uji lainnya nyata lebih tinggi dari hibrida Bima 1q. Dari 64 hibrida uji, terdapat 18 genotipe dengan kisaran bobot biji 276,8299,8 g dan nyata lebih tinggi dari varietas hibrida C7 dan hibrida Bima 1q, dan empat hibrida uji lainnya juga lebih tinggi dari hibrida Bima 1q. Peubah penting lain yang dianalisis adalah sifat kualitatif yang diamati secara visual di lapang dengan
memberikan skor 1 (sangat baik) sampai dengan skor 5 (sangat jelek) untuk penampilan tanaman, penampilan tongkol, dan penutupan kelobot (CIMMYT 1994) sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Data yang dianalisis dan ditampilkan merupakan hasil transformasi akar kuadrat untuk memenuhi asumsi normalitas ragam data. Hasil uji LSI menunjukkan tidak diperoleh hibrida uji yang memiliki penampilan tanaman yang nyata lebih baik dari varietas hibrida C7, meskipun beberapa diantaranya memiliki nilai skor yang lebih baik, seperti L1/T7, L3/T2, L7/T2, L7/T7, dan L6/T2. Sebanyak 31 hibrida uji dengan skor penampilan tongkol nyata lebih baik dibandingkan dengan varietas hibrida Bima 1, hibrida Bima 1q, dan 42 genotipe lainnya nyata lebih baik dari Srikandi Kuning 1. Penampilan tanaman dan tongkol sangat penting artinya karena terkait dengan ideotipe tanaman. Genotipe yang mampu mengekspresikan penampilan tanaman ideal akan menjadi semakin efisien dalam memanfaatkan energi dalam upaya optimalisasi proses metabolisme tanaman. Namun tidak semua tanaman yang memberikan penampilan yang baik secara visual juga memiliki produktivitas yang tinggi. Genotipe yang memiliki penampilan tongkol yang menarik mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen dalam memilih produk pertanian. Ada kecenderungan warna biji kuning jernih dan mengkilap lebih disukai oleh petani dibandingkan dengan warna biji buram. Penutupan klobot juga sangat penting diperhatikan dalam seleksi karena terkait dengan kemampuan tanaman untuk melindungi biji dari kerusakan yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menguntungkan, infeksi aflatoksin, dan untuk mengurangi luka atau bekas gigitan serangga dan burung (Poehlman and Sleper 1995). 145
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 33 NO. 3 2014
Tabel 7.Skor penampilan tanaman, klobot, dan tongkol jagung hibrida uji dan pembanding dari gabungan dua lokasi pengujian, MK 2006. Aspek penampilan tanaman
Aspek penutupan klobot Skor 1-5
No.
Genotipe
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
L1/T1 L1/T2 L1/T3 L1/T4 L1/T5 L1/T6 L1/T7 L1/T8 L2/T1 L2/T2 L2/T3 L2/T4 L2/T5 L2/T6 L2/T7 L2/T8 L3/T1 L3/T2 L3/T3 L3/T4 L3/T5 L3/T6 L3/T7 L3/T8 L4/T1 L4/T2 L4/T3 L4/T4 L4/T5 L4/T6 L4/T7 L4/T8
1,45 1,3bcd 1,26bcd 1,36d 1,32bcd 1,3bcd 1,11bcd 1,35d 1,35d 1,46 1,27bcd 1,32bcd 1,27bcd 1,26bcd 1,37d 1,32bcd 1,37d 1,11bcd 1,49 1,32bcd 1,22bcd 1,46 1,32bcd 1,35d 1,32bcd 1,27bcd 1,39d 1,25bcd 1,37d 1,41 1,46 1,32bcd
1,22 1,16d 1,22 1,11d 1,32 1,22 1,11d 1,16d 1,26 1,27 1,22 1,17d 1,52 1,21 1,25 1,00abcd 1,26 1,11d 1,37 1,22 1,27 1,16d 1,37 1,22 1,26 1,22 1,11d 1,06abd 1,26 1,17d 1,11d 1,22
K1 K2 K3 K4
C7 Bima 1 Sri K1 Bima 1q
1,32 1,54 1,61 1,54
LSI KK GxL
0,21 11,30 tn
Aspek penampilan tongkol
Aspek penampilan tanaman
Aspek penutupan klobot Skor 1-5
Aspek penampilan tongkol
No.
Genotipe
1,54 1,54 1,49 1,54 1,37d 1,27d 1,17cd 1,16cd 1,31d 1,32d 1,36d 1,26d 1,45 1,16cd 1,41 1,32d 1,22d 1,22d 1,49 1,27d 1,41 1,45 1,25d 1,16cd 1,31d 1,31d 1,45 1,17cd 1,53 1,27d 1,54 1,49
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
L5/T1 L5/T2 L5/T3 L5/T4 L5/T5 L5/T6 L5/T7 L5/T8 L6/T1 L6/T2 L6/T3 L6/T4 L6/T5 L6/T6 L6/T7 L6/T8 L7/T1 L7/T2 L7/T3 L7/T4 L7/T5 L7/T6 L7/T7 L7/T8 L8/T1 L8/T2 L8/T3 L8/T4 L8/T5 L8/T6 L8/T7 L8/T8
1,37d 1,32bcd 1,50 1,54 1,41 1,46 1,41 1,41 1,17bcd 1,46 1,46 1,41 1,22bcd 1,3bcd 1,26bcd 1,22bcd 1,22bcd 1,11bcd 1,37d 1,22bcd 1,41 1,3bcd 1,16bcd 1,26bcd 1,41 1,41 1,41 1,35d 1,41 1,41 1,25bcd 1,45
1,37 1,11d 1,37 1,37 1,37 1,16d 1,10bd 1,11d 1,16d 1,27 1,22 1,32 1,26 1,11d 1,10bd 1,06abd 1,22 1,11d 1,37 1,16d 1,22 1,16d 1,06abd 1,10bd 1,21 1,11d 1,11d 1,16d 1,22 1,22 1,16d 1,11d
1,41 1,44 1,54 1,53 1,46 1,40 1,37d 1,61 1,36d 1,54 1,48 1,37d 1,49 1,50 1,49 1,32d 1,26d 1,16cd 1,31d 1,16cd 1,53 1,31d 1,45 1,46 1,31d 1,54 1,31d 1,41 1,53 1,69 1,49 1,41
1,27 1,31 1,22 1,41
1,11 1,37 1,41 1,61
K1 K2 K3 K4
C7 Bima 1 Sri K1 Bima 1q
1,32 1,54 1,61 1,54
1,27 1,31 1,22 1,41
1,11 1,37 1,41 1,61
0,20 12,00 **
0,23 11,80 tn
LSI KK GxL
0,21 11,30 tn
0,20 12,00 **
0,23 11,80 tn
K = Cek (pembanding); Sri K-1 = Srikandi Kuning 1; Bima 1q = Konversi o2 pada Bima 1; Nilai Skor 1 paling baik sampai 5 paling jelek; a = nyata lebih baik dari C7; b= nyata lebih baik dari Bima-1; c = nyata lebih baik dari Srikandi Kuning-1; d = nyata lebih baik dari Bima 1q. menurut uji LSI pada taraf α = 5%.
KESIMPULAN 1. Penampilan peubah hasil panen biji dan sifat agronomis hibrida dari hasil persilangan delapan inbrida dan delapan tester sangat beragam, namun pengaruh faktor genetik lebih berperan dari faktor lingkungan dalam mengekspresikan peubah tersebut. 2. Analisis daya gabung peubah hasil dan komponen hasil memperlihatkan galur Nei9008+o2-09 dan MR10+o2-31 memiliki DGK yang baik dengan hasil
146
panen biji tertinggi 9,3 t/ha dan berbeda nyata dengan semua varietas pembanding. 3. Galur inbrida Nei9008+o2-14 dan MR10+o2-24 berpotensi dimanfaatkan untuk mendapatkan hibrida umur genjah, karena selain memiliki daya gabung yang baik, potensi hasilnya juga cukup tinggi. 4. Semua hibrida uji dan varietas pembanding memiliki skor penampilan tanaman, penutupan klobot, dan penampilan tongkol yang baik.
AZRAI ET AL.: DAYA GABUNG JAGUNG PROTEIN TINGGI
DAFTAR PUSTAKA Aryana, IGP. M. 2008. Daya gabung umum dan daya gabung khusus padi beras merah hasil silang puncak. Agroteksos 18 (1): 2736. Azrai, M., F. Kasim, M.B. Pabendon, J. Wargiono, J.R. Hidayat, dan Komaruddin. 2004. Penampilan beberapa genotip jagung protein mutu tinggi (QPM) pada lahan kering dan lahan sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 23 (3):123-131.
Makkulawu, A.T., R.N. Iriani, dan M.J. Mejaya. 2007. Adaptasi genotipe calon hibrida jagung di beberapa lokasi. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 26 (1):20-25. Narayan, A. and S.S. Verma. 2008. Heterosis, combining ability and phenotypic stability for yield and other characters in high quality protein. Maize for Asia Emerging of trends and technologies. Proceeding of the 10 th ARMW, Makassar, Indonesia. Oct 20-23, 2008. 126-129.
Azrai, M., F. Kasim, dan J. R. Hidayat. 2006. Stabilitas jagung hibrida. Penelitian Pertanian 25(3): 163-169.
Pabendon, M.P., M. Azrai, M.J. Mejaya, dan Sutrisno. 2008. Keragaan genetik inbrida jagung QPM dan normal berbasis marka mikrosatelit dan hubungannya dengan penampilan hibida. Jurnal AgroBiogen 4 (2):77-82.
Babu, R., S.K. Nair, A. Kumar, S. Venkatesh, J.C. Sekhar, N.N. Singh, G. Srinivasan, and H.S Gupta HS. 2005. Two-generation marker-aided backcrossing for rapid conversion of normal maize lines to quality protein maize (QPM). Theor. Appl. Genet. 111(5):888-897.
Pabendon, M.P., M.J. Mejaya, J. Koswara dan H. Aswidinnoor. 2007. Analisis ragam genetik inbrida jagung berdasarkan marka SSR dan korelasinya dengan data fenotipik F1 hasil silang uji. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 26 (2):6977.
Bernardo, R. 2002. Breeding for quantitative traits in plants. Stemma Press, Woodbury, Minnesota.
Poehlman, J.M., and D.A. Sleper. 1995. Breeding field crops. Fourth Edition. Iowa State University Press. America.
CIMMYT. 1994. Managing trials and reporting data for CIMMYT’s international maize testing program. Mexico, DF.
Singh, N.K., and A. Kumar. 2004. Combining ability analysis to identify suitable parents for heterotic rice hybrid breeding. IRRN 29(1):21-22.
Cordova, H. 2001. Quality protein maize: improved nutrition and livelihoods for the poor. Maize Research Highlights. 1999200. CIMMYT. 27-31. Cordova, H., S. Trifunovic, A. Ramirez, and M. Sierra. 2007. CIMMYT maize hybrid for Latin America: head-to-head analysis and probability of out performing the best check. Maydica Journal 52(4): 471-476. Darrigues, A., C. Buffard, K.R. Lamkey, and P. Scott. 2005. Variability and genetic effects for tr yptophan and methionine in commercial maize germplasm. Maydica Journal 50(2):147156.
Sujiprihati, S., M. Azrai, dan A. Yuliandry. 2006. Keragaan genotip jagung bermutu protein tinggi (QPM) di dua tipologi lahan yang berbeda. Jurnal Agrotropika XI (2):90–100. Vacaro, E., J.F.B. Neto, D.G. Pegoraro, C.N. Nuss, and L.D. Haa Conceicao. 2002. Combining ability of twelve maize populations. Agropec. Bras, Brasilia 37 (1): 67-72. Vasal, S.K. 2001. High quality protein corn. In Hallauer, A.R. (Ed.). Specialty Corns. Second Ed. CRC Press LLC, Boca Raton, Florida. 85-129.
Dias, L.A.S., E.A.T. Picolt, R.B. Roca, and A.C. Alfenas. 2004. A priori choise of hybrid parents in plants. Genetic and Molecular Research 3(3):356-368.
Warbutton, M., J.M. Ribaut, J. Franco, J. Crossa, P. Dubreull, and F.J. Betran. 2005. Genetic characterisation of 218 elite CIMMYT maize inbred lines using RFLP markers. Euphytica 142:97-106.
Karunarathne, K.M. and D.B. Suriyagoda. 2008. Inheritance of grain yield of maize with a dialel design. Maize for Asia Emerging of trends and technologies. Proceeding of the 10th ARMW, Makassar, Indonesia. Oct 20-23, 2008. 59-62.
Xia, X., J.C. Reif, D.A. Hoisington, A.E. Melchinger, M. Frich, and M.L. Warburton. 2004. Genetic diversity among CIMMYT maize inbred lines investigated with SSR markers: I. lowland tropical maize. Crop Sci. 44:2230–2237. Yasin H.G.M., Masmawati, dan Suryawati. 2010. Stabilitas hasil calon hibrida jagung QPM pada dataran rendah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 29(2):123-128.
147