Volume 6 / No.2, Desember 2011 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA Herwin Sutrisno, ST., MT1 Abstrak Semakin padatnya permukiman di Kawasan Flamboyan Bawah selain berdampak positif juga membawa dampak negatif yaitu semakin berkurangnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka yang berfungsi sebagai area publik di kawasan tersebut. Salah satu alternatif ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan di Kawasan Flamboyan Bawah adalah Riverwalk. Keberadaan Riverwalk selain meningkatkan kuantitas dan kualitas ruang terbuka juga memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat di Kawasan Flamboyan Bawah. Kata Kunci : Ruang Terbuka, Riverwalk PENDAHULUAN Kawasan flamboyan bawah merupakan salah satu permukiman yang terletak di tepi Sungai Kahayan di Kota Palangka Raya. Dalam perkembangannya kawasan ini menjadi kawasan permukiman padat yang cenderung kumuh. Lahan yang tersedia tidak lagi mencukupi karena terbatasnya lahan di tepi sungai untuk kepentingan pemeliharaan sungai dan tepiannya akibat aktifitas penghuni, sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Konsep perencanaan yang berwawasan lingkungan merupakan pendekatan perencanaan yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas ruang permukiman. Salah satu caranya adalah dengan menata kembali lingkungan permukiman sehingga akan tercipta ruang-ruang terbuka. Pada akhirnya ruang-ruang terbuka yang tercipta tidak saja meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan tetapi juga membentuk suatu kawasan menjadi lebih baik, jauh dari kesan kumuh, dan masyarakat yang perduli terhadap keberlanjutan permukimannya sendiri. Lokasi Penelitian Kawasan yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada tepian sungai yang ada pada kawasan Flamboyan Bawah tepatnya di RT03/RW.XVII, dengan batas-batas sebagai berikut : Utara : Berbatasan dengan Sungai Kahayan Barat : Dermaga gubernuran Timur : RT/RW. 02/XVI Selatan : RT/RW. 02XVII
1
Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya
ISSN 1907 - 8536
1
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 6 / No.2, Desember 2011
U
Gambar 1. KawasanFlamboyan Bawah Sumber : googleearth, 2011
Gambar 2. RT/RW 03/XVII Sumber : Hasil Survey, 2011
TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Menurut Budihardjo (1999:90), ruang terbuka merupakan suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik. Ruang publik (public spaces) adalah suatu ruang dimana seluruh masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. Ciri-ciri utama dari public spaces adalah: terbuka mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau, bentuknya berupa mall-mall, plaza-plaza dan taman bermain. Pola Penataan Zona, Massa, dan Ruang Terbuka Pada Kawasan Tepian Sungai Pola susunan massa dan ruang pada zona. Zona yang berada di area waterfront harus mengacu dan berorientasi ke arah perairan. Apabila hal ini tidak diterapkan maka area tersebut akan kehilangan ciri khas dan karakternya sebagai area waterfront. Zona-zona yang ada di area waterfront tercipta karena area waterfront merupakan suatu area yang menjadi tempat bertemu dan berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan menjadi satu. Pada umumnya, zona yang berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama mempunyai fungsi-fungsi kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala arah oleh semua orang. Setelah zona utama terbentuk barulah kemudian di sekitarnya dibangun zona-zona ruang yang lebih kecil yang berisi fungsi-fungsi penunjang kawasan utama. Sirkulasi atau jaringan jalan merupakan elemen kawasan yang penting. Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung antara zona-zona di dalam kawasan dan akses dengan kawasan lainnya. Sirkulasi pada area waterfront ada dua jenis, yaitu sirkulasi darat dan sirkulasi air. Penataan sirkulasi pada area waterfront dikatakan baik apabila jaringan jalannya berpola lurus dan sejajar dengan sisi perairannya. Penataan ini memudahkan semua orang untuk menikmati view ke arah perairan.
2
ISSN 1907 - 8536
Volume 6 / No.2, Desember 2011 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Ruang-ruang pada suatu area waterfront terbentuk sesuai dengan bentuk dan morfologi dari kawasannya. Pola morfologi yang umum pada area waterfront adalah linear, radial, konsentrik dan brach seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 a) Pola linear biasanya menyebar dan memanjang sepanjang garis tepi air seperti pantai dan sungai. b) Pola radial adalah pola susunan ruang dan massanya mengelilingi suatu wilayah perairan seperti danau dan teluk. c) Pola konsentrik merupakan pengembangan dari bentuk radial yang menyebar secara linear ke arah belakang dari pusat radial. d) Pola branch terbentuk jika ada anak-anak sungai dan kanal-kanal. A
A
B
A
C
A
D
A
Gambar 3. Pola Massa bangunan Sumber : http://www.petra.ac.id;Pantai Indah Kapuk
Riverwalk Riverwalk berupa koridor ruang terbuka untuk pejalan kaki yangmenghubungkan beberapa fungsi komersial dan ritel yang ada. Koridorini biasanya terbuka dan relatif cukup lebar, berkisar 6 hingga 12 meter, tergantung konsep jenis kegiatan yang akan diciptakan. Koridor merupakan pembentuk kualitas ruang dan arsitektural dari ruang yang melingkupinya, serta dapat digunakan oleh public dan juga memberikan kesempatan timbulnya bermacam-macam kegiatan (Kristiawan, 1998 : 55). Ruang terbuka bentuk memanjang (koridor) pada umumnya hanya mempunyai batas-batas pada sisi-sisinya, misalkan bentuk ruang terbuka jalan, bentuk ruang terbuka sungai. Koridor ruang terbuka itu pun memiliki berbagai fungsi antara lain: Pedestrian adalah areal yang diperuntukan bagi pejalan kaki Rekreasi pasif adalah bentuk kegiatan waktu senggang yang lebih kepada hal-hal yang bersifat tenang dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi pergerakan fisik atau partisipasi langsung pada bentuk-bentuk permainan atau olahraga. PEMBAHASAN Berdasarkan analisa pada lokasi studi, terdapat 3 jalan yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan Riverwalk (Gambar 4). Analisa : Kawasaninimemiliki view kearahsungaidanjembatan Kahayan Kawasaninimemilikipolahunian yang mengarahkejalan, sehinggatidakmemiliki view kearahsungai. Kawasaninimerupakanperbatasandengan dengan view bangunanperumahan RT 02
RT
02,
Gambar 4. Alternatif Pemilihan Lokasi Riverwalk
ISSN 1907 - 8536
3
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 6 / No.2, Desember 2011
Dari hasil analisa diatas maka dapat di simpulkan bahwa area ini merupakan area terpilih yang memiliki view kearah sungai dan jembatan Kahayan.
Gambar 5. Lokasi Terpilih Penataan massa bangunan Kondisi eksisting masa bangunan pada kawasan ini memiliki 9 rumah yang menghalangi view ke sungai, sehingga perlu adanya penataan massa bangunan. Bangunan
\
Gambar 6. Kondisi massa bangunan sebelum ditata
Konsep penataan bangunansama halnya dengan pola jalan dimana pola massa bangunan menyesuaikan dengan pola jalan dimana orientasi bangunan mengambil orientasi yang paling dekat dengan jalan. Pola Bangunan JALAN
.
orientasi Jalan
bangunan
Keterangan : Bangunan Café Gazebo Lanting Penambahan badan jalan untk sirkulasi warga Gambar 7. Pola Massa Bangunan Setelah Ditata
4
ISSN 1907 - 8536
Volume 6 / No.2, Desember 2011 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Analisa Garis Sempadan Sungai Sungai Kahayan merupakan sungai yang tidak bertanggul dan memiliki kedalaman lebih dari 3 meter, maka garis sempadannya ditetapkan minimal 10 meter dari tepi sungai Garis rata-rata tepian sungai. Garis bebas GSS setelah dihitung 10 meter dari rata-rata tepi sungai.
Gambar 8. Garis Sempadan Sungai
Sarana pendukung dan street furniture Jenis rekreasi pasif adalah pilihan rekreasi yang tepat untuk area riverwalk, karena merupakan bersifat tenang dan relaksasi.Untuk mendukung jenis rekreasi pasif maka memerlukan fasilitas pendukung seperti : Café Bangunan café diletakan di tengah area river walk agar pengunjung dapat dengan mudah mengaksesnya. Lanting Lanting merupakan sarana tempat mincing dan juga berfungsi sebagai tempat parkir speed boat parkir yang nantinya bia disewa oleh pengunjung. MCK Diperlukan bagi pengunjung untuk BAK maupun BAB Sarana parkir Sarana parkir diletakan dekat jalur masuk sirkulasi agar pengunjung bisa langsung parkir. Diberikan gazebo untuk tempat bersantai di saat panas atau hujan.Sehingga pengunjung tetap bisa menikmati view. Diberikan sarana tempat makan-makan berupa café yang menunjang riverwalk, Dengan memaksimalkan view kesungai. Diberikan lanting sebagai area sewa jukung dan bisa dimanfaatkan sebagai area memancing. MCK Diberikan sarana parkir.
Gambar 9. Pendukung Riverwalk
ISSN 1907 - 8536
Rumah penduduk yang sudah ditata.
5
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 6 / No.2, Desember 2011
Street furniture a. Sarana duduk Sarana duduk menggunakan bahan kayu, dan diletakan di pinggir riverwalk dan menghadap sungai.
Gambar 10. Sarana Duduk
b. Penerangan Penerangan menggunankan 2 lampu dengan pola cahaya menyebar, agar seluruh area mendapat cahaya yang cukup dengan jarak antar lampu mencapai 6 meter.
Gambar 10. Sarana Penerangan Sistem MCK Sistem mck menggunakan 2 tank, dengan penyaringan. Tank 1 merupakan penampungan pertama dan tank yang ke 2 merupakan panampungan penyaringan dari limbah pertama, kemudian pembuangan akhir lebih bersih dan memungkinkan untuk di buang langsung ke sungai.
Tank 1
Tank 2
Gambar 11. Sistem MCK
6
ISSN 1907 - 8536
Volume 6 / No.2, Desember 2011 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Sirkulasi Jalur SE & ME pada lokasi site harus dipisahkan untuk memperlancar lalu lintas didalam site serta perlu adanya area parkir untuk mendukung kelancaran lalu lintas didalam site. Sirkulasi dalam parkir Jalur masuk pengunjung
parkir
Jalur keluar pengunjung
ME
Gambar 12. Sirkulasi
SE
Keamanan dan utillitas Perlu adanya pembatas pada jembatan agar mendapatkan rasa aman bagi pengunjung terutama anak-anak dan disediakan tempat sampah agar site tetap terlihat bersih.
Sampah organik
Gambar 13. Pagar Pengaman Bahu Jalan
Sampah plastik
Sampah metal
Gambar 14. Tempat Sampah
Lebar dan panjang jembatan Perluadanyapelebaranjembatanuntukmendukungaktivitaspengunjung.Lebarjembatandiperlebarme njadi 6 meter sedangkan panjangjembatantetap adalah 80 meter sesuaipanjangjembatansemula
3m
ISSN 1907 - 8536
3m
Pembagian area 3 meter untuk sirkulasi seperti berjalan dan 3 meter untuk aktivitas lain seperti memancing atau duduk
7
Jurnal Perspektif Arsitektur
Gambar 15. Perspektif Suasana Riverwalk
Gambar 17. Perspektif Suasana Street Furniture
│Volume 6 / No.2, Desember 2011
Gambar 16. Perspektif Suasana Penunjang
Gambar 18. Pagar Pengaman Bahu Jalan dan Parkir
KESIMPULAN Strategi desain yang dapat digunakan meliputi : 1. Untuk kondisi eksisting pasang surut dapat digunakan strategi dengan menggunakan jembatan kayu sebagai area sirkulasi dalam site. 2. Selain sebagai area sirkulasi, jembatan kayu dapat dimanfaatkan sebagai area riverwalk yang nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. 3. Untuk area riverwalk diberikan fasilitas penunjang seperti cafe, sewa boat, area mancing yang memiliki nilai jual tambah bagi warga flamboyant bawah sendiri khususnya di RT/RW 03/XVII. DAFTAR PUSTAKA Darmawan, Edy. 2001. Teori Implementasi Perancangan Kota. Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang Eko Budihardjo. 1999. Kota Berkelanjutan. Penerbit Alumni. Bandung Dinas Tata ruang kota. 2010. Laporan Akhir, Penyusunan Rencana detail tata ruang kota (RDTRK): Palangkaraya. Peraturan menteri dalam negeri. 2007. Nomor 1 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan. Menteri Dalam Negeri: Jakarta Yushio Tsukio. Riverfront (Waterfront development). Nagoya University. Nagoya Japan
8
ISSN 1907 - 8536