RINGKASAN CATATAN KULIAH PENDAHULUAN TEORI HIMPUNAN
Apakah himpunan itu? Tidak ada definisi himpunan, yang ada hanya sinonim-sinonim atau kesamaan kata. 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: himpunan adalah kumpulan, perkumpulan 2. Menurut Lipschutz (1981): himpunan adalah daftar, koleksi, atau kelas objek-objek yang terdefinisikan dengan baik (well-defined). 3. Menurut Hollands (1981): himpunan (set) adalah “kelompok” benda-benda (yang disebut anggota-anggota atau unsur-unsur), yang digolongkan bersama-sama, sehingga dapat diketahui apakah suatu benda tertentu termasuk atau tidak pada himpunan itu. Kata-kata himpunan, kelompok, daftar, koleksi, kelas bersinonim satu sama lainnya. Namun dalam
matematika,
keanggotaan
suatu
unsur/anggota
dalam
himpunan
harus
terdefinisikan dengan baik: tidak boleh ada ketidakjelasan apakah suatu benda/objek merupakan anggota himpunan termaksud atau bukan. Misalnya, A adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya adalah kota-kota yang bersih. Apakah Bandung merupakan salah satu anggota kelompok itu? Apakah Cirebon termasuk salah satu anggota kelompok itu? Apakah kriteria kota yang bersih itu? Di sini timbul kesulitan atau keragu-raguan dalam mengidentifikasi kota-kota mana yang menjadi anggota kelompok itu. Jadi, A dalam contoh ini bukan himpunan dalam konteks teori himpunan dalam matematika.
Cara melambangkan dan mendefinisikan himpunan Himpunan biasa dilambangkan dengan huruf kapital seperti A, B, C, D dan seterusnya. Untuk mendefinisikan suatu himpunan atau merinci satu demi satu anggota suatu himpunan, digunakan sepasang tanda kurung kurawal { dan }. Anggota-anggota himpunan itu dituliskan satu demi satu di antara kedua kurawal itu, dipisahkan dengan tanda baca koma. Misalnya, jika himpunan K memiliki empat buah anggota yaitu 2, 10, 15, 22, maka K biasa ditulis K = {2, 10, 15, 22}. Bentuk ini dinamakan tabular form. Salah satu kesulitan
yang timbul dengan bentuk tabular ini adalah apabila banyaknya anggota suatu himpunan banyak sekali sehingga memerinci satu demi satu anggotanya tidak hemat dalam penulisan. Untuk mengatasi masalah semacam itu terdapat cara lain mendefinisikan himpunan yaitu dengan menggunakan set-builder form. Sebagai contoh, misalkan L adalah himpunan semua nama kotamadya di Indonesia. Anggota L banyak sekali, karena itu bisa kita gunakan set-builder form sebagai berikut: L = {x│x nama kotamadya di Indonesia}. Lambang │ dibaca “sedemikian hingga”. L = {x│x adalah nama kotamadya di Indonesia} dibaca “L adalah himpunan yang beranggotakan semua x sedemikian hingga x adalah nama kotamadya di Indonesia”. Kadang-kadang diperlukan lambang tiga titik (...) untuk menyatakan himpunan yang memiliki tak berhingga banyaknya anggota. Misalnya M adalah himpunan semua bilangan genap positif. 2, 4, 6, 8, 10 hanyalah beberapa contoh anggota M namun sebenarnya M memiliki tak berhingga banyaknya anggota. M dapat ditulis M = {2, 4, 6, 8, 10, ...}.
Himpunan kosong Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota, biasa dilambangkan dengan { } atau ∅. Contoh: Misalkan T adalah himpunan nama orang di Indonesia yang saat ini berusia 500 tahun. Jadi, T = ∅.
Menyatakan keanggotaan Untuk menyatakan keanggotaan di suatu himpunan digunakan lambang ∈, sedangkan untuk menyatakan bukan anggota di suatu himpunan digunakan lambang ∉. Contoh: 1. 3 ∈ {1, 2, 3, 4}, tetapi 7 ∉ {1, 2, 3, 4} 2. Misalkan B adalah himpunan semua nama kota di Jawa Barat yang berawalan dengan huruf B. Maka Bandung ∈ B tetapi Cimahi ∉ B.
Himpunan bagian Jika A dan B masing-masing himpunan, A dikatakan himpunan bagian dari B apabila semua anggota A merupakan anggota B. Untuk menyatakan bahwa A himpunan bagian dari B, ditulis A ⊆ B. Tetapi apabila A bukan himpunan bagian dari B, ditulis: A ⊈ B.
Contoh: 1. Misalkan A = {3, 7, 10, 12} dan B = {1, 2, 3, 7, 9, 10, 11, 12, 14}. Karena setiap anggota A merupakan anggota B, kita tulis A ⊆ B. 2. Misalkan A adalah himpunan semua segitiga dan B adalah himpunan semua segitiga siku-siku, A ⊈ B karena tidak semua segitiga merupakan segitiga siku-siku.
Catatan: Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan. Jadi, untuk setiap himpunan A berlaku ∅ ⊆ A.
Kesamaan dua himpunan Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B apabila A ⊆ B dan B ⊆ A
Contoh: 1. Misalkan A = {3, 9, 10} dan B = {10, 3, 9}. Karena A ⊆ B dan B ⊆ A, dapatlah kita menyatakan A = B. 2. Misalkan K = {1, 2, 3, 4, 5} dan L = {1, 4, 5}. L ⊆ K tetapi K ⊈ L. Jadi, K ≠ L.
Ekivalensi dua himpunan Himpunan A dikatakan ekivalen atau setara dengan himpunan B (ditulis A ∼ B) apabila banyaknya anggota A sama dengan banyaknya anggota B.
Contoh: 1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4} dan B = {-5, 0, 7, 10}. Baik A maupun B memuat empat buah anggota, jadi kedua himpunan tersebut memiliki anggota yang sama banyak. Jadi, A ∼ B. 2. Jika C = {1, 4, 7, 11} dan D = {1, 2, 3, 5, 7, 11}, C ≁ D (C tidak ekivalen dengan D) karena himpunan D memuat anggota yang tidak sama banyak dengan C.
Himpunan semesta Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua himpunan yang sedang dibahas/dibicarakan. Himpunan semesta biasa dilambangkan dengan S atau U. Contoh: 1. Misalkan S = {1, 2, 3, ..., 10}, A = {1, 2, 4, 8}, B = {2, 3, 7, 8}, C = {1, 4, 9, 10}. S merupakan himpunan semesta bagi himpunan-himpunan A, B, dan C karena A ⊆ S, B ⊆S, dan C ⊆ S. 2. Tetapi T = {1, 2, 3, ...8} bukan himpunan semesta bagi A = {1, 2, 4, 8}, B = {2, 3, 7, 8}, C = {1, 4, 9, 10} karena C ⊈ T.
OPERASI-OPERASI PADA HIMPUNAN Misalkan A, B masing-masing himpunan dengan S sebagai himpunan semestanya. 1. Komplemen Komplemen dari A adalah
≝
∈ | ∉
.
A
Ac
2. Gabungan (Union) Himpunan “A gabung B” adalah
∪
|
≝
S A
B
3. Irisan (Intersection) Himpunan “A iris B” adalah
∩
|
≝
S A
B
.
4. Selisih | ∉
Himpunan “A kurang B” adalah \ ≝
.
S A
B
5. Selisih Simetris (Symmetric Difference) “Selisih simetris antara A dan B” adalah ∆ ≝
\
∪
\
S A
B
6. Produk Kartesius (Cartesian Product) Produk Kartesius A x B adalah
×
≝
,
| ∈ ,
∈
.
Anggota-anggota A x B merupakan suatu pasangan berurut, dalam arti (a,b) ≠ (b,a). Contoh pasangan berurut adalah koordinat suatu titik di bidang Kartesius. Titik A yang berkoordinat (-3,7) misalnya, berbeda letaknya dengan titik B yang berkoordinat (7,-3).
Contoh-contoh operasi pada himpunan Misalkan A = {2, 3, 7, 9, 10}, B = {1, 2, 3, 5, 7, 8, 9} dan S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} Maka: Ac = {1, 4, 5, 6, 8}, Bc = {4, 6, 10} A ∪ B = {1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10} A ∩ B = {2, 3, 7, 9} A\B = {10}, B\A = {1, 5, 8} A ∆ B = {1, 5, 8, 10} Misalkan C = {1, 2, 3} dan D = {1, -1}. Maka C x D = {(1,1), (1,-1), (2,1), (2,-1), (3,1), (3,-1)} dan D x C = {(1,1), (1,2), (1,3), (-1,1), (-1,2), (-1,3)}.
Himpunan kuasa (Power set) Himpunan kuasa dari A adalah 2 ≝
| ⊆
. Jadi 2A beranggotakan semua himpunan
bagian dari A. Contoh: Misalkan A = {0, 1, -1}. Maka 2A = {{0}, {1}, {-1}, {0, 1}, {0, -1}, {1, -1}, {0, -1, 1}, ∅} atau 2A = {{0}, {1}, {-1}, {0, 1}, {0, -1}, {1, -1}, A, ∅}.
Hukum-hukum aljabar himpunan Hukum idempoten:
A∪A=A A∩A=A
Hukum asosiatif:
(A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C) (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
Hukum komutatif:
A∪B=B∪A
A∩B=B∩A Hukum distributif:
A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C) A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
Hukum identitas:
Hukum komplemen:
Hukum De Morgan:
A∪∅=A
dan
A∩S=A
A∪S=S
dan
A∩∅=∅
A ∪ Ac = S
dan
A ∩ Ac = ∅
(Ac)c = A
dan
Sc = ∅ dan ∅c = S
(A ∪ B)c = Ac ∩ Bc (A ∩ B)c = Ac ∪ Bc
[Pada hukum-hukum di atas, A, B, dan C masing-masing himpunan dengan S sebagai himpunan semestanya.]