CORRELATION BETWEEN DURATION OF SMOKING AND QUANTITY OF CIGARETTES WITH INCIDENCE CORONARY HEART DISEASE (STUDY ON THE PATIENTS INTERNAL MEDICINE CLINIC AT RSUD DR. SOEKARDJO TASIKMALAYA CITY) RESKHA ANDIANI SAFITRI1) SITI NOVIANTI AND NUR LINA2) STUDENT OF FACULTY HEALTH SCIENCES EPIDEMIOLOGY SILIWANGI UNIVERSITY1) THE EPIDEMIOLOGY SUPERVISOR PROFESSOR FACULTY OF HEALTH SCIENCES SILIWANGI UNIVERSITY2)
ABSTRACT Coronary Heart Disease (CHD) is the one of cardiovascular disease, where there is accumulation of plaque in coronary blood vessels. This causes the coronary arteries become narrowed or clogged. Coronary arteries are the arteries that carry oxygen and supply blood to the heart muscle. If the artery fully closed, it can cause heart attack. The purpose of this study was to know correlation between duration of smoking and quantity of cigarettes with coronary heart disease on the patients internal medicine clinic at RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. The research method using a case control. Sample of 75 people which consisted of 25 case and 50 control people taken by accidental sampling technique. The instrument of this research were questionnaire. Data were analyzed using chi-square test. Univariat analysis showed duration of smoking >10 years 54,7% and ≤10 years 45,3%. Proportion savere smoker (>20 stick) 36%, moderate smoker (11-20 stick ) 32%, and mild smoker (1-10 stick) 32%. The results of chi-square test analysis (p < 0,05) shown there is significantly association between duration of smoking with CHD p value 0,017 with OR = 4,030. There is significantly association between quantitiy of cigarettes with CHD p value = 0,002 with OR1 = 11,8 dan OR2 = 6,6. It is recommended for the smokers that should have gradually reduced smoking each day so that can stop smoking and better health life. Key word
: Coronary Heart Disease, Smoke
HUBUNGAN ANTARA LAMA MEROKOK DAN JUMLAH ROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (STUDI PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA)
RESKHA ANDIANI SAFITRI1) SITI NOVIANTI DAN NUR LINA2) MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN EPIDEMIOLOGI UNIVERSITAS SILIWANGI1) (
[email protected]) DOSEN PEMBIMBING BAGIAN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVESITAS SILIWANGI2)
ABSTRAK Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular, dimana terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. Jika arteri tertutup penuh, dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama merokok dan jumlah rokok dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien klinik penyakit dalam RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kasus kontrol. Sampel sebanyak 75 orang, terdiri dari 25 kasus dan 50 kontrol diambil dengan teknik accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini ialah kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil analisis univariat menunjukkan lama merokok >10 tahun 54,7% dan ≤10 tahun 45,3%. Proporsi perokok berat (>20 batang) 36%, perokok sedang (11-20 batang) 32%, perokok ringan (1-10batang) 32%. Hasil analisis chi-square (p < 0,05) menunjukkan ada hubungan antara lama merokok dengan PJK p value = 0,017 dengan OR = 4,030. Ada hubungan antara jumlah rokok dengan PJK p value = 0,002 dengan OR= 11,8 kali lebih berisiko menderita PJK dengan merokok >20 tahun. Saran bagi perokok, sebaiknya melakukan pengurangan merokok secara bertahap disetiap harinya untuk dapat berhenti merokok dan jalani hidup yang lebih sehat. Kata kunci
: Penyakit Jantung Koroner, Rokok
1. PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular, dimana terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. Jika arteri tertutup penuh, dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung (Cristoper. C, 2010). Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbesar (39%) dunia, diikuti kanker (27%), diabetes melitus (4%), dan sisanya penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan penyakit lainnya sekitar 30% kematian. Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan penyakit jantung koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi PTM (Penyakit Tidak Menular) di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 0.5%, sedangkan berdasarkan gejala (tanpa diagnosis dokter) sebesar 1.5%. WHO memperkirakan kematian akibat PJK di Indonesia mencapai 17.5% dari total kematian di Indonesia. Estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0.5%) dan jumlah yang paling sedikit di Provinsi Maluku yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). WHO telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Penyakit jantung koroner bukan hanya menyebabkan kematian mendadak, tetapi dapat menyebabkan produktifitas kerja menurun sehingga hilangnya pekerjaan dan membutuhkan biaya yang mahal pada pengobatannya. (Shivaramakrishna, 2000). Faktor risiko PJK
dipengaruhi oleh merokok, obesitas, dan tekanan darah tinggi atau hipertensi (WHO, 2011). Menurut data WHO 2008 Indonesia dinobatkan sebagai Negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah Cina dan India. Jumlah perokok di Indonesia adalah 65 juta perokok atau 28% per penduduk, artinya setiap 4 orang penduduk Indonesia, terdapat seorang perokok (Cancer Helps.co.id, 2013). Temuan dari Global Adult Tobacco Survey (2011) menyatakan bahwa sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia adalah perokok aktif. Jawa Barat merupakan provinsi ketiga jumlah perokok aktif tertinggi setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Riskesdas, 2010). Berdasarkan data kunjungan pasien yang menderita penyakit jantung koroner di Poliklinik Dalam Rumah Sakit dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2014 adalah 207 orang (0,91%), terjadi peningkatan di tahun 2015 yaitu sebesar 557 orang (2,7%). Dari data keseluruhan tersebut terdapat jumlah pasien laki-laki lebih besar dari perempuan, yaitu pada tahun 2014 adalah 64,7% laki-laki dan 35,3% perempuan terjadi peningkatan di tahun 2015 pada pasien laki-laki yaitu 59,6% dan 40,4% pasien perempuan. Pasien yang menderita penyakit jantung koroener lebih banyak pada usia >40 tahun yaitu sebesar 98,9%. Pada laki-laki pertengahan tahun manula yaitu usia 40 tahun ke atas kenaikan kadar kolesterol dalam darah mempunyai risiko yang tinggi khususnya LDL untuk pembentukan penyakit jantung koroner. Perempuan mempunyai pelindungan alami dari penyakit jantung koroner, yakni hormon estrogen yang bisa sangat membantu dalam mengendalikan kolesterol (Maulana, 2008). Pada hasil survey awal yang dilakukan di Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, bahwa dari 11 orang yang menderita penyakit jantung koroner lebih banyak memiliki riwayat merokok yaitu 73%,
daripada yang memiliki faktor risiko lain seperti riwayat minum alkohol 18%, dan riwayat diabetes mellitus 9%. Sedangkan faktor risiko lain seperti obesitas, riwayat hipertensi, dan riwayat keluarga tidak ditemukan. Sehingga peneliti hanya meneliti tentang riwayat merokok. Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan lama merokok dan jumlah rokok dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. 2. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitia survey analitik dengan pendekatan kasus kontrol. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner yang berkunjung ke Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo pada bulan Agustus 2016, sedangkan populasi kontrol adalah semua pasien yang tidak menderita penyakit jantung koroner di Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo pada bulan Agustus 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acidential sampling dengan jumlah semua sampel didapatkan 75, dengan mengambil 25 sampel kasus dan 50 sampel kontrol. Krieria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang berjenis kelamin laki-laki, usia >40 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, tidak memiliki kebiasaan minum alkohol, tidak memiliki riwayat PJK pada keluarga dan pasien yang tidak obesitas Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS 16. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap) dengan variabel terikat (kejadian penyakit jantung koroner).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Lama Merokok
No 1 2
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Lama Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan di Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo Kejadian PJK Kategori Total Bukan p OR PJK Lama PJK value (95% CI) Merokok F % F % N % > 10 tahun 19 76 22 44 41 54,7 4,030 ≤ 10 tahun 6 24 28 56 34 45,3 0.017 (1,376 –11,801) Jumlah 25 100 50 100 75 100 Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa responden dengan lama merokok >10 tahun lebih banyak menderita PJK (76%), dibandingkan responden yang bukan PJK (44%). Sedangkan responden dengan lama merokok ≤ 10 tahun lebih banyak yang bukan PJK (56%), dibandingkan dengan responden yang menderita PJK (24%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,017 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara lama merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Nilai OR = 4,030 kali lebih besar responden yang merokok >10 tahun mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan dengan responden dengan lama merokok kurang dari sama dengan 10 tahun. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, diketahui bahwa adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner, dengan lama merokok lebih dari 10 tahun lebih banyak
mengalami
penyakit
jantung
koroner
sebesar
83,9%,
dibandingkan dengan responden dengan lama merokok kurang dari 10
tahun sebesar 3,2%. Menurutnya semakin lama seseorang merokok semakin besar kemungkinan untuk menderita PJK. Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Savia
(2012)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lama merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang sebanyak 50% pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan dan kembali seperti tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun. Perokok sigaret yang berhenti merokok mempunyai insiden lebih rendah terkena penyakit jantung koroner daripada perokok yang kontinyu merokok (Supriyono, 2008). Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini atau lamanya seseorang merokok akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah perifer. Lamanya merokok sangat mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner (Savia, 2012). b. Jumlah Rokok Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Jumlah Rokok yang DIhisap dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan di Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo
No
Kategori Jumlah Rokok
Kejadian PJK Bukan PJK PJK F % F %
N
%
Total
1
>20 batang
13
52
14
28
27
36
2
11 – 20 batang
9
36
15
30
24
32
3
≤10 batang Jumlah
2 25
8 100
22 50
44 100
24 75
32 100
p value
OR (95% CI)
OR1 0,002 OR2 0,039
11,846 (2,315 – 60,616) 6,6 (1,246 – 34,949)
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa responden yang merokok >20 batang per hari lebih banyak menderita PJK (52%) dibandingkan dengan yang bukan PJK (28%). Pada responden yang merokok 11 – 20 batang per hari lebih banyak yang menderita PJK (36%) dibandingkan dengan yang bukan PJK (30%). Sedangkan pada respondeng yang merokok ≤10 batang per hari lebih banyak yang bukan PJK (44%) dibandingkan dengan responden yang menderita PJK (8%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,002 (p value kurang dari 0,05) di dapatkannilai OR1 = 11,85, yang berarti bahwa orang yang menghisap rokok lebih dari 20 batang perhari akan lebih berisiko sebesar 11,85 kali terkena penyakit jantung coroner. Sedangkan pada OR2 didapatkan nilai sebesar 6,6, hal ini berarti bahwa orang yang menghisap rokok kurang dari 20 batang per hari akan berisiko terkena penyakit jantung koroner sebesar 6,6 kali. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah rokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Makalew (2014) di Universitas Negeri Gorontalo diketahui bahwa responden yang terkena penyakit jantung koroner lebih banyak disebabkan oleh perokok dalam kategori berat lebih banyak terjadi penyakit jantung koroner sebesar 72,5% daripada perokok dalam kategori ringan sebesar 27,5%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kennel (1981) menunjukkan bahwa insiden infark miokardium dan kematian karena PJK meningkat progresif sesuai jumlah rokok yang dihisap. Artinya semakin banyak seseorang merokok semakin berisiko menyebabkan kematian karena PJK. Semakin
banyak seseorang merokok maka semakin tinggi risiko terkena serangan jantung (Soeharto, 2004). Risiko mengalami serangan jantung juga dapat meningkat sesuai dengan banyaknya rokok yang diisap, dan pada umumnya, orang yang merokok memiliki kemungkinan 2 - 4 kali lebih besar, akan meninggal akibat serangan jantung daripada mereka yang bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. 4. SIMPULAN a.
Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan lama merokok >10 tahun berisiko 4 kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner daripada yang lama merokok ≤10 tahun.
b.
Ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan penyakit jantung koroner dengan jumlah rokok >20 batang per hari berisiko 11,85=12 kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner daripada yang merokok dengan jumlah rokok ≤ 20 batang per hari.
5. SARAN a.
Bagi Perokok Perokok perlu melakukan pengurangan secara bertahap untuk berhenti merokok kemudian segeralah berhenti merokok dan jalani hidup yang lebih sehat. Karena merokok merupakan faktor utama penyabab penyakit jantung koroner bahkan bukan hanya penyakit jantung koroner saja, merokok bisa juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak, risiko bagi perokok yaitu bisa mengalami serangan jantung yang dapat meningkat sesuai dengan banyaknya rokok yang dihisap dan lama merokok.
b.
Bagi RSUD dr. Soekardjo
Bagi RSUD dr. Soekardjo, harus meningkatkan kesadaran dalam mencegah dan menanggulangi kejadian penyakit jantung koroner dengan mengambil kebijakan melalui program kerja RSUD terkait dengan penyuluhan bahaya merokok terhadap penyakit jantung koroner. Serta memonitoring pasien agar mengurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya bahkan diharuskan berhenti merokok agar terhindar dari bahaya penyakit jantung koroner. c.
Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang lain yang berpengaruh terhadap penyakit jantung koroner seperti kebiasaan minum alkohol, obesitas, kejadian penyakit diabetes mellitus, kejadian hipertensi, dan keturunan yang merupakan beberapa faktor penyebab penyakit jantung koroner.
6. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Tentang Tembakau dan Cengkeh. Gudang Garam. http://www.gudanggaramtbk.com/kretek/tentang_tembakau_dan_cengkeh . [Diakses pada tanggal 25 April 2016]. Anonim, 2013. Cara Memeriksa Kesehatan Jantung. http://www.penyakitjantung.net/cara-memeriksa-kesehatan-jantung/. [Diakses pada tanggal 1 Juli 2016]. Anonim. 2015. Pengenalan Jenis-Jenis Rokok yang Umum di Indonesia. http://reviewrokok.blogspot.co.id/2015/08/pengenalan-jenis-jenis-rokokyang-umum.html. [Diakses pada tanggal 1 Juli 2016]. Bart, Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Bustan, DR, MN. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cancer US Research. 2013. The Risk Factor Of Lung Cancer; Smoking and Lung Cancer Available. http://www.cancer.gov/riskfactor. [Diakses pada tanggal 25 April 2016].
Christophe Bauters, Nicolas Lamblin, Eugene P Mc Fadden, Eric van Belle, Alain Millare and Pascal de Groote. 2003. Influence of diabetes mellitus on heart failure risk and outcome, Cardiovascular Diabetology, Centre Hospitalier Universitaire de Little. Corwin J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Dayu, Meri Sinta Trisna. 2015. Jurnal: Hubungan Riwayat Lama Merokok dengan Angka Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD dr H Abdu Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Bandar Lampung: Universitas Malahayati. Deherba. 2016. https://www.deherba.com/efek-berhenti-merokok-yang-akandirasakan-tubuh.html. [Diakses pada tanggal 8 November 2016] Departemen Kesehatan RI. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Jakarta. http://www.depkes.go.id/index. [Diakses pada tanggal 25 Agustus 2016]. Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Elfriadi. 2011. Homocysteine. http//:elfriadi.blogspot.co.id/2011/02/homocysteine.html. [Diakses pada tanggal 25 Agustus 2016]. Ema. Titin Mulyatin. Sumbara. 2014. Jurnal: Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang Tahun 2014. Sumedang: STIKES Bhakti Kencana. Handayani, Dwi Puji. 2015. Junal: Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Peyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Kennel W, McGee D, Castelli W. 1984. Late Prespective on cigarette smoking and cardiovascular disease. The Framingham Study. JCard Rehabil. Laker, Mike. 2006. Memahami Kolesterol. Jakarta: PT Grafika Multi Warna. Lumaksono, Galih. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kesadaran Kesehatan Pada Masyarakat di Desa Juanalan Pati. http://galihlumaksono.blogspot.co.id/2011/11/departemen-pendidikannasional.html. [Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016]. Makalew, Stelli. 2014. Jurnal: Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung di RSUD Prof dr H Aloei Saboe Kota Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan Bukan Perokok. (Skripsi). Makasar: Universitas Hasanudin. Maulana, M. 2008. Penyakit Jantung : Pengertian, Penanganan ,dan Pengobatan. Yogyakarta : KataHati. Muhibah, F.A.B. 2011. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Sains Hulu Selangor Mengenaik Efek Rokok Terhadap Kesehatan (KTI). Medan: Universitas Sumatra Utara. Poetra, I. 2012. Sejarah Perkembangan Rokok Kretek di Indonesia. http://id.netlog.com/irvandpoetra/blog/blogid=135510. [Diakses pada tanggal 25 April 2016]. Pusat Data dan Informasi. 2012. Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Ramandika, Erasta Agri. 2012. Penelitian Karya Tulis Ilmiah: Hubungan Faktor Risiko Mayor Penyakit Jantung Koroner Dengan Skor Pembuluh Darah Koroner Dari Hasil Angiografi Koroner di RSUP dr. Kariadi Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.http://www.depkes.go.id/resources/download/ general/Hasil%20Riskesdas%20.2013.pdf. [Diakses pada tanggal 25 Agustus 2016]. Saleh, Umi S. 2008. Masihkah Anda Merokok. http://genetika21.wordpress.com. [diakses pada tanggal [Diakses pada tanggal 27 April 2016]. Savia, Ficha Fezi. 2012. Jurnal: Pengaruh Merokok Terhadap Terjadinya Penyakit Jantung Koroner di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo Makasar. Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung edisi kedua..Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Soraya, Andi Batara . 2013. Bagaimana Rokok Mempengaruhi Jantung Anda. http://www. doktercantik.com/2831/bagaimana-rokokmempengaruhi-jantung-anda.html. [Diakses pada tanggal 27 April 2016]. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV. Supriyono, M. 2008. Tesis: Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤45 Tahun. Semarang: Universitas Diponegoro.
Syah, Efran. 2015. Pengertian Fungsi dan Prosedur Elektrokardiogram (EKG). www.medkes.com/2015/09/pengertian-fungsi-prosedurelektrokardiogram-ekg.html. [Diakses pada tanggal 8 November 2016]. Syaifuddin, H. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Kedokteran EGC. Taylor E. Shelly. Dkk. 2009. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana. Trims, Bambang, 2006. Merokok Itu Konyol, Jakarta: Ganeca Exaxt. Ueshima, H. 2008. Heart Disease In Asia. Amerika: In Journal American Heart Association. Waspadji, Sarwono. 2003. Asupan Zat Gizi dan Beberapa Zat Gizi pada Penderita Hiperlipidemia dalam Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. WHO. 2011. Top 10 Cause of Death. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/. [Diakses pada tanggal 25 Agustus 2016]. Zakiyah, Dinie. 2008. Skripsi: Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Hipertensi dan Hiperlipidemia Sebagai Faktor Risiko PJK Diantara Pekerja di Kawasan Industri Pulo Gadung Tahun 2006. Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia.