REPOSITORY HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI KEPALA RUANGAN DENGAN IDENTIFIKASI PASIEN DALAM PENERAPAN PATIENT SAFETY OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PADANG
Penelitian Manajemen Keperawatan
DEBBI OKTAFIA BP. 1311316136
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS 2015
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI, MARET 2015 Nama : Debbi Oktafia No BP : 1311316136
Hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang ABSTRAK Identifikasi pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan dalam penerapan patient safety, dimana kesalahan dalam mengidentifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015. Desain penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana di RSI Ibnu Sina Padang, sampel sebanyak 70 perawat dengan total sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner pada tanggal 17 s/d 22 Januari 2015. Analisa univariat dengan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan persentase serta analisis bivariat dengan pengujian chi-square. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh perawat melakukan identifikasi pasien dengan optimal, dan lebih dari separuh supervisi dan motivasi kepala ruangan baik. Terdapat hubungan supervisi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana (p=0,000), dan terdapat hubungan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana (p=0,000). Saran untuk RSI Ibnu Sina Padang diharapkan bidang keperawatan mengadakan penyegaran tentang manajemen keperawatan dan uraian tugas kepala ruangan, sehingga fungsi supervisi dan motivasi terhadap pelaksanaan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety dapat ditingkatkan lebih baik lagi.
Kata kunci : Identitifikasi Pasien, Motivasi, Patient Safety, Supervisi
Daftar Pustaka : 39 (2000 - 2014)
NURSING FACULTY UNIVERSITY ANDALAS Thesis, MARET 2015 Name : Debbi oktafia No. BP: 1311316136 The relationship between the supervision and motivation of nurse manager with the patient identification in application of patient safety by nurses at the inpatient of Ibnu Sina Islamic Hospital in Padang ABSTRACT Identification of patient essential to consider the health personel in the implementation ot patient safety, where errors in identification patient at the beginning of the service will have an impact on service errors in the later stages. The purpose of this study to determine the relationship of supervision and motivation of head room with the patient identification in the application of patient safety by nurses at the inpatient of Ibnu Sina Islamic Hospital in Padang. The research design was a descriptive cross sectional analytic approach study. The study population was a nurse at the inpatient of Ibnu Sina Islamic Hospital in Padang, a sample of 70 nurses with a total sampling. The data were collected by questionnaire on 17 s/d January 22, 2015. Univariate analysis with descriptive statistics such as frequency distribution and percentages and bivariate analysis with chi-square test. There research results of more than half of nurses to identify patients with better, and more than half of the caregivers perceive the supervision and motivation good head room. Supervision of the head of the room there is a relationship with the patient identification in the application of patient safety by nurses (p = 0.000), and there is a relationship between motivation head room with the patient identification in the application of patient safety by nurses (p = 0.000). recommendations for Ibnu Sina Islamic Hospital in Padang expected field of nursing conduct refresher on nursing management and job descriptions head room, so that the function of supervision and motivation of head room to application the patient identification in application of patient safety can be improved. Keywords: Motivation, Patient identification, Patient Bibliography: 39 (2000 - 2014)
Safety, Supervision
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan terus meningkat. Masyarakat akan menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan kualitas secara professional dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan
(Kusnanto, 2004). Menurut Nursalam
(2014), salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan adalah keselamatan pasien (patient safety). Patient safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan lebih aman (Dep Kes, 2006). Proses dan hasil pelayanan tersebut harus mampu memberikan jaminan bagi pelanggan sehingga terbebas dari resiko. Hal ini berlaku bagi seluruh institusi penyelenggara pelayanan kesehatan seperti rumah sakit (Cahyono, 2012). Pelayanan kesehatan yang berkualitas perlu ditunjang dengan pelayanan
keperawatan yang berkualitas, karena pelayanan keperawatan
merupakan integral dari pelayanan kesehatan. Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kualitas pelayanan keperawatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan 24 jam pada pasien, perawat melakukan prosedur/tindakan keperawatan yang
banyak dan dapat menimbulkan resiko salah begitu besar. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan yang diberikan (PPNI, 2010). Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Pada akhirnya untuk mewujudkan keselamatan pasien butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak dari seluruh komponen pelayanan kesehatan (Depkes, 2008). Tujuan keselamatan pasien menurut Joint Commision International (JCI) dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012 adalah: ketepatan identitas pasien, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan dari obat yang perlu diwaspadai (high alert medication), memastikan benar tepatlokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien operasi, mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan, dan mengurangi resiko pasien jatuh (Triwibowo, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) (2007), keamanan pelayanan di rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada
kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya. Lembaga Nasional Inggris melaporkan 236 kejadian near miss berhubungan dengan kehilangan gelang identitas dan informasi yang salah pada gelang identitas selama November sampai Juli 2005. Serta data insiden dari RS Panti Nirmala Malang pada tahun 2013, tercatat sebanyak 76 insiden. Dari 76 insiden yang dilaporkan tersebut, 10 insiden keselamatan pasien pada bulan Februari sampai Juni 2013 menemukan adanya kesalahan identifikasi pasien sebanyak 89 kali dengan rata-rata 18 kali per bulan (Anggraeni, dkk, 2014). Identifikasi pasien adalah hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan oleh seorang perawat, identifikasi pasien dengan benar dapat menghindari terjadinya kesalahan medis atau kejadian yang tidak diharapkan yang dapat mengenai diri pasien (Suzanne, 2003). Identifikasi pasien adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang buktibukti dari seseorang sehingga tenaga kesehatan dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang (KKP-RS Ibnu Sina, 2013). Hasil penelitian Nilasari (2010), di RSUP Fatmawati menunjukkan bahwa kegagalan pengidentifikasian pasien dapat menimbulkan cedera pada pasien, oleh sebab itu pengidentifikasian pasien harus dilakukan saat pasien datang di ruangan, dengan memeriksa kembali identitas pasien/gelang identitas dengan nama di dalam rekam medis dan meminta partisipasi pasien untuk konfirmasi. Menurut Triwibowo (2013), tercapainya patient safety didukung oleh beberapa komponen yang dapat menentukan keberhasilan patient safety
komponen itu meliputi: lingkungan ekstrenal, kepemimpinan, budaya organisasi, praktik manajemen, struktur dan system, keterampilan individu terkait keselamatan pasien, lingkungan kerja kebutuhan individu dan motivasi. Cahyono (2012), mengatakan bahwa patient safety dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berintegrasi dalam sistem kesehatan. Faktor yang berpengaruh dalam keselamatan pasien meliputi: faktor karakteristik individu petugas kesehatan termasuk kompentensi/ketrampilan, sifat dasar pekerja, lingkungan fisik, serta faktor organisasi, dan manajemen. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan keperawatan. Hampir semua kegiatan pelayanan asuhan keperawatan dipengaruhi oleh manajemen. Manajemen adalah proses melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan sendiri adalah sebagai proses pelaksananaan pelayanan keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien/ keluarga/ masyarakat (Suyanto, 2009). Manajemen
sebagai
suatu
proses
mempunyai
fungsi-fungsi
manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Yang dimaksud dengan fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan organisasinya. Fungsi manajemen menurut George Terry yang terdiri dari: Planing, Organizing, staffing, Actuating, dan Controlling (Hasibuan, 2011). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011), di RSUP Dr Sardjito bahwa terdapat hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan
penerapan keselamatan pasien, dimana faktor yang paling berpengaruh adalah fungsi pengarahan. Kepala ruangan sebagai lower manager pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah orang yang lebih banyak melaksanakan fungsi pengarahan dari pada fungsi manajemen lainya di unit perawatan, dimana fungsi manajemen yang terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen adalah fungsi pengarahan (Hasibuan, 2010). Menurut Marguis & Huston (2010) kegiatan dari fungsi pengarahan itu mencakup: supervisi, delegasi, komunikasi, manajemen konflik, dan motivasi. Fungsi pengarahan bertujuan untuk mengharmonisasikan tiap unsur organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut hasil penelitian Sumarni (2013), fungsi pengarahan yang paling dominan dengan penerapan patient safety adalah supervisi. Sitorus dan Panjaitan (2011), menyatakan supervisi adalah memberikan bantuan, bimbingan, dukungan pada seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kebijakan dan prosedur, mengembangkan ketrampilan baru, pemahaman
yang
lebih
luas
tentang
pekerjaanya
sehingga
dapat
melakukannya lebih baik. Supervisi yang tidak adekuat, pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan rencana dan kegagalan untuk mengoreksi masalah yang sudah terindentifikasi merupakan kondisi yang mudah bagi perawat melakukan kesalahan dan pelanggaran (Cahyono, 2012). Penelitian yang dilakukan Vonny (2013), di RSU Gunung Maria Tumohon didapatkan hasil terdapat hubungan fungsi supervisi kepala ruangan dengan penerapan patient safety.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur, Noor dan Irwandy (2013), mengatakan ada hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam penerapan patient safety. Menurut Suyanto (2009), motivasi adalah kondisi yang mempengaruhi, membangkitkan, mengerakkan dan memelihara prilaku seseorang untuk melaksankan pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi
merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap kelompok perawat dalam mencapai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, sehingga keberhasilan seorang kepala ruangan mengarahkan orang lain dapat dilihat bila mampu menciptakan motivasi kepada perawat pelaksana. Penelitian yang dilakukan Astuti (2011), hasil analisa menunjukan ada hubungan antara fungsi motivasi kepala ruangan dengan kepuasan kerja. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe C yang didirikan pada tanggal 30 Mei 1972, dimana memiliki persaingan yang cukup banyak dalam hal pelayanan terhadap pasien, baik yang memberikan pelayanan yang islami atau tidak. Rumah sakit memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan rawat inap terdiri dari ruangan Syafa, Marwa, Zam-Zam, Arafah, dan OK-RR. Rumah sakit ini cukup besar dan merupakan rumah sakit yang menjadi pilihan bagi perusahaan-perusahaan dan Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) dalam pemilihan pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan pendorong bagi RSI Ibnu Sina Padang untuk terus meningkatkan kinerja baik dari segi pelayanan, peralatan dan fasilitas, serta sumber daya
manusia yang ada di RSI Ibnu Sina Padang. Berdasarkan data rumah sakit didapatkan BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2012 rata-rata 75,35%, BOR tahun 2013 rata-rata 72,15%. Terjadi penurunan tetapi masih dalam standar, hal ini dikarenakan banyaknya ruangan yang sedang direnovasi (laporan tahunan RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012 dan 2013). Hasil wawancara dengan Kepala Bidang keperawatan mengatakan pada tanggal 30 Agustus 2014, bahwa penerapan patient safety sudah menjadi komitmen RSI Ibnu Sina Padang dan dideklarasikan sejak tanggal 30 Mei 2013. Rumah sakit telah mengupayakan terbentuknya budaya keselamatan pasien dengan membentuk champion disetiap ruangan. Sosialisasi standar operasional prosedur (SOP) masing-masing tindakan yang berhubungan dengan penerapan patient safety sudah dilakukan, salah satunya adalah SOP identifikasi pasien, dan pelatihan patient safety. Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa supervisi dan motivasi terhadap perawat pelaksana belum maksimal, karena kepala ruangan terlibat langsung dalam perawatan pasien. Tim patient safety di RSI Ibnu Sina Padang melibatkan seluruh kepala ruangan yang berfungsi mengerakkan unit pelayanan dibawahnya dalam pelaksanaan patient safety. Kepala ruangan bertanggung jawab melaporkan kejadian yang berkaitan dengan insiden patient safety dengan menyusun kronologis kejadian. Berdasarkan data dari tim patient safety tahun 20132014
didapatkan data kejadian kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
sewaktu memberikan obat. Menurut tim
patient safety data mengenai
kejadian kesalahan dalam melakukan identifikasi pasien Peneliti melakukan observasi langsung terhadap 10 orang perawat pelaksana di masing-masing ruangan yang berbeda (Marwa, Zam-Zam, Syafa, OK-RR, dan Arafah). Peneliti menemukan 6 orang perawat (dua orang perawat Marwa, dua orang perawat Zam-Zam, satu orang perawat Syafa dan satu orang perawat Arafah) tidak melakukan identifikasi pasien saat memberikan obat dengan gelang nama. Terdapat 7 orang perawat (dua orang perawat Marwa, satu orang perawat Zam-Zam, dua orang perawat Syafa, satu orang perawat Arafah, dan satu orang perawat OK-RR) tidak menjelaskan tujuan dari pemasangan gelang identifikasi dan tidak melakukan identifikasi pasien saat akan melakukan tindakan keperawatan. Peneliti masih menemukan pasien yang tidak memakai gelang, isi label gelang identitas pasien tidak seragam, dan ditemukan saat pasien pulang gelangnya masih terpasang. Dari hasil wawancara pada 10 orang perawat pelaksana, sebanyak 8 orang mengatakan kepala ruangan belum melakukan supervisi secara terencana, berkala serta belum mengunakan daftar tilik, dan evaluasi hasil supervisi jarang disampaikan langsung oleh kepala ruangan kepada perawat pelaksana. Dan 6 orang perawat pelaksana juga mengatakan kepala ruangan masih jarang memberikan pujian atas keberhasilan melakukan asuhan pada pasien.
Berdasarkan dari uraian masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang”.
B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah ”Apakah Ada Hubungan Supervisi dan Motivasi Kepala Ruangan Dengan Identifikasi Pasien Dalam Penerapan Patient Safety Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang Tahun 2015 ?”.
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui “Hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi
identifikasi pasien dalam
penerapan patient safety oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015. b. Diketahuinya distribusi frekuensi Supervisi kepala ruangan di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi Motivasi kepala ruangan di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015. d. Diketahuinya
hubungan
Supervisi
kepala
ruangan
dengan
identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana dirawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015. e. Diketahuinya
hubungan
Motivasi
kepala
ruangan
dengan
identifikasi pasien dalam penerapan patient safety oleh perawat pelaksana dirawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015.
D. Manfaat penelitian Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap: 1. Bagi peneliti Kegiatan penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti didalam melakukan penelitian, khususnya penelitian tentang hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam
penerapan patient safety oleh perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015. 2. Bagi RSI Ibnu Sina Padang Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil keputusan untuk mempertahankan ataupun meningkatkan kemampuan fungsi supervisi dan motivasi kepala ruangan dalam kaitan dengan penerapan patient safety khususnya identifikasi pasien.
3. Bagi keperawatan Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen keperawatan, sehingga hasil penelitian ini dapat meningkatkan keilmuan sebagai sumber pustaka tentang peran kepala ruangan dalam melakukan supervisi dan motivasi dalam penerapan patient safety khususnya tentang identifikasi.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian hubungan supervisi dan motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lebih dari separuh responden telah melakukan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety dengan baik 2. Lebih dari separuh responden mempersepsikan supervisi kepala ruangan RSI Ibnu Sina Padang sudah baik. 3. Lebih dari separuh responden mempersepsikan motivasi kepala ruangan RSI Ibnu Sina Padang sudah baik. 4. Ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang. 5. Ada hubungan antara motivasi kepala ruangan dengan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang.
B. Saran 1. Bagi RSI Ibnu Sina Padang a. Bagi pihak manajemen rumah sakit sebagai masukan dalam membuat kebijakan pengembangan kemampuan kepala ruangan dan
perawat
pelaksana
seperti
pelatihan
dan
pendidikan
berkelanjutan. b. Bagi Bidang keperawatan diharapkan melakukan penyegaran tentang manajemen keperawatan dan uraian tugas kepala ruangan, sehingga pelaksanaan fungsi supervisi dan motivasi kepala ruangan dapat berjalan dengan baik. c. Bagi kepala ruangan diharapkan dapat lebih meningkatkan peran kepala
ruangan
dalam
monitoring
secara
rutin
terhadap
pelaksanaan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety diruangan. Serta diharapkan kepala ruangan dapat memberikan reward/ penghargaan pada perawat pelaksana seperti pemilihan karyawan teladan. d. Bagi perawat pelaksana diharapkan bekerja sesuai dengan SOP, seperti setiap apa yang dilakukan kepada pasien dijelaskan terlebih dahulu sehingga pasien mengetahui tujuan dan manfaatnya bagi pasien. 2. Bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam memperkaya ilmu tentang manajemen keperawatan dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
perlu melakukan crosscheck persepsi
perawat dengan observasi dalam melakukan identifikasi pasien dalam penerapan patient safety, dan penelitian ini dapat dijadikan acuan dan data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang fungsi pengarahan kepala ruangan dan penerapan pasien yang belum diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta Astuti, M. (2011). Hubungan fungsi pengarahan dengan kepuasan kerja di RS Haji Jakarta. Tesis Pasca Sarjana UI http://wwwlontar.uiac.id/fik=digital 20284809. Diakses tanggal 27 Oktober 2014 Anggreini, D. Hakim, L. Widjiati, C. (2014). Evaluasi pelaksanaan sisiten identifikasi pasien di Instalasi rawat inap rumah sakit. Jurnal kedokteran Brawijaya,
Vol.
28.
Suplemen
No.
1
2014.
jkb.uc.ac.id/...ndex
php/jkb/article/dowload/529/409. Diakses tanggal 20 november 2014 Cahyono, J.B.S. (2012). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius Clancy. M.C., & Collins, B. A. (2005). Focus on patient safety: Patient safety in nursing practice. Journal of Nursing Care Quality. 20 (3), 193 – 197 Dharma,
K.
K.
(2011).
Metodologi
penelitian
keperawatan
(pedoman
melaksanakan dan mnerapkan hasil penelitian). Jakarta: TIM Depkes RI. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety): utamakan keselamatan pasien edisi 2. Jakarta Depkes RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta Dewi, M. (2011). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap pelaksanaan timbang terima dan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana
di Rumah Sakit Husada Jakarta. Tesis, Universitas Indonesia, Program Magister Ilmu Keperawatan, Jakarta: Tidak diterbitkan Hartono, S. P. (2007). Analisa data kesehatan. Depok: FKM UI Hasibuan, M. (2010). Organisasi dan motivasi dasar peningkatan produktifitas. Jakarta: Bumi AksaraHasibuan, M. (2011). Manajemen dasar, pengertian dan masalah. Jakarta: Bumi Aksara Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Selemba Medika JCI. (2011). Standar akreditasi rumah sakit. Jakarta: PT Gramedia KKP-RS. (2008). Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP). Jakarta KKP-RS RSI Ibnu Sina Padang. (2014). Panduan identifikasi pasien. KARS. (2012). Standar akreditasi rumah sakit. Jakarta: Depkes RI Kusnanto. (2004). Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta: EGC. Marquis, B.L & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan toeri dan aplikasi. Jakarta: EGC Mulyana, D. S. (2013). Analisis penyebab insiden keselamatan pasien oleh perawat di unit rawat inap rs x jakarta. FKM UI Tesis Nilasari. (2010). Pengaruh pelatihan patient safety terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat klinik pada penerapan patient safety di RSUP Fatmawati. Tesis Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2008).
Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika Nur, MQ. Noor, B. & Irwandy. (2013). Hubungan motivasi dan supervisi terhadap perawat pelaksana dalam menerapkan patient safety di rawat inap rs universitas hasanudin. Jurnal Keperawatan. diakses tanggal 25 Agustus 2013 http/respository/unhas.ac.id/handle/123456789/10636 Permenkes, RI. (2011). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta: Depkes RI PPNI & DepKes RI. (2010). Rancangan pedoman pengembangan sistem jenjang karir keperawatan professional perawat. Jakarta: Depkes RI Robbins, S. P. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat Siagian, P. (2004). Fungsi fungsi manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara Sitorus, R & Panjaitan. (2011). Manajemen keparawatan di ruang rawat. Jakarta : Sagung Seto Sopiah. (2009). Perilaku Organisasi.Yogyakarta: ANDI Suarli, S. & Bahtiar, Y. (2012). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta: Erlangga Supari, S. F. (2005). Sambutan pencanangan gerakan keselamatan pasien rumah sakit, Jakarta, http://kmpk.ugm.ac.id/data/SMPKK/4e diakses 5 Mei 2014 Suyanto. (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit. Yogyakarta: Mitra Cendika
Suzanne. (2003). Patient identification, a crusial aspect of patient safety – patient safety first. http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FSL/is-3-78/ai. Diakses 15 November 2013 Swanburg, R.C. (2000). Pegembangan staf keperawatan terjemahan, Jakarta: EGC Triwibowo, C. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: TIM Vonny, R. (2013). Peran kepala ruangan melakukan supervisi dengan penerapan pateint safety di RSU Gunung Maria Tomohon. Tesis WHO. (2007). Patient identification. patient safety solution. www.who.int/..lutions/patient safety/PS Solution 2.PDF diakses tanggal 20 November 2014