RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai dasar perencanaan, tujuannya untuk menjaga kelestarian alam dan budaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Konsep perencanaan yang dikembangkan pada koridor Sungai Ciliwung adalah ‘kawasan ekowisata perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban ecotourism)’. Konsep tersebut, merupakan konsep rencana pengembangan kawasan yang mengakomodasikan keberlanjutan dan kualitas lingkungan alami sungai, keikutsertaan dan peluang ekonomi masyarakat setempat. Penerapan konsep pada lanskap berupa model rencana pengembangan yang disesuaikan dengan karakter lanskap dan potensi wisata di kawasan tersebut. Dari hasil penilaian potensi, diketahui terdapat dua lokasi sebagai pusat pengembangan ekowisata, dengan tiga model rencana pengembangan. Model rencana pengembangan ini diterjemahkan dalam tiga unit lanskap, berikut ini:. 1. Zona pengembangan ekowisata alami, merupakan kawasan ekowisata dominan vegetasi endemik. Srengseng Sawah sebagai pusat pengembangan, zona mencakup lokasi Srengseng Sawah sampai Pejaten Timur – Gedong. Pesan ekologis sangat ditekankan untuk menjaga, meningkatkan, keberlangsungan kualitas lingkungan sungai perkotaan yang alami. 2. Zona pengembangan ekowisata semi alami merupakan kawasan ekowisata kombinasi struktur alami dan man made. Balekambang sebagai pusat pengembangan. Zona mencakup lokasi Pejaten Timur – Balekambang sampai Bukit Duri – Kampung Melayu. Adapun pesan yang akan disampaikan pada kawasan ini adalah harmonisasi kehidupan masyarakat pinggiran sungai di perkotaan yang ekologis. Hal ini diungkapkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan sungai perkotaan semi alami dan menjaga keberlangsungannya. 3. Zona pendukung pengembangan ekowisata, merupakan kawasan dominasi struktur man made. Mencakup lokasi Cikini – Kenari sampai Marina Ancol. Peningkatan kualitas digambarkan dengan perbaikan fisik di tepian sungai untuk keberlangsunngan lingkungan sungai.
66
Gambar 19 memperlihatkan ilustrasi model pengembangan ekowisata di koridor Sungai Ciliwung.
H
11 Zona Pendukung Pengembangan Ekowisata 10 E G F
9
8 Zona Pengembangan 7 Ekowisata Semi Alami D
6
Rencana Pengembangan Lanskap Kawasan Ekowisata Sungai Ciliwung, DKI Jakarta Legenda Lokasi 1. Srengseng Sawah 2. Lt. Agung – Kalisari 3. Tj. Barat – Cijantung 4. Pj. Timur – Gedong 5. Pj. Timur – Balekambang 6. Rawajati – Cililitan 7. Kb. Baru – B. Cina 8. Bk. Duri – Kp. Melayu 9. Cikini – Kenari 10. Pasar Baru 11. Marina, Ancol Obyek Wisata A. Wisata Air B. Lab. Tari & Karawitan C. Kawasan Condet D. Agrowisata Rawajati E. Gd. Kesenian Jakarta F. Gereja Katedral G. Masjid Istiqlal H. Ancol Jakarta Bay
5 C B Zona 4 Pengembangan Ekowisata Alami
2 A
1
3 UTARA Tidak Skala
Gambar 19. Rencana Pengembangan Lanskap Kawasan Ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta
67
Konsep Ruang dan Sirkulasi Kawasan Ekowisata Konsep sirkulasi kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta berupa jaring sirkulasi yang disesuaikan dengan konsep rencana pengembangan lanskap dan potensi wisata yang merupakan elemen lokal kawasan pusat pengembangan. Menurut Gunn (1994), koridor yang menghubungkan pusat kawasan dengan kelompok–kelompok atraksi merupakan elemen penting yang dapat meningkatkan potensi kawasan. Kawasan ekowisata koridor Sungai Ciliwung dapat dikunjungi melalui dua pintu masuk yang berada di lokasi pusat pengembangan ekowisata yaitu di Srengseng Sawah dan Balekambang. Pemilihan pintu masuk ke dalam kawasan ekowisata Sungai Ciliwung, berdasarkan potensi kawasan sebagai kawasan ekowisata yang ditunjang dengan banyaknya obyek dan atraksi wisata potensial yang terdapat di lokasi ini. Oleh sebab itu, diharapkan lokasi ini dapat menjadi gambaran atau etalase dari kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta. Keterangan: Pintu masuk Sungai Ciliwung sebagai jalur sirkulasi primer Ruang utama, pusat pengembangan ekowisata alami Ruang utama, pusat pengembangan ekowisata semi alami Obyek dan atraksi wisata diluar pusat pengembangan Ruang penunjang Jalur sirkulasi sekunder
Gambar 20. Konsep Ruang dan Sirkulasi di Kawasan Ekowisata Koridor Sungai Ciliwung, Jakarta Konsep ruang dan sirkulasi pada kawasan ekowisata Sungai Ciliwung ini, membagi zona pengembangan ekowisata menjadi dua yaitu, ruang pusat pengembangan ekowisata dan ruang pendukung pusat pengembangan ekowisata
68
(ruang di luar pusat pengembangan yang masih dalam satu zona). Gambar 20 memperlihatkan perletakan ruang-ruang pada pusat pengembangan ekowisata, dimana terdapat ruang utama dan ruang penunjang yang dihubungkan dengan jalur sirkulasi. Ruang utama merupakan ruang yang mengakomodasi seluruh aktifitas wisata, dan untuk masuk ke dalam ruang utama tersebut harus melalui ruang penunjang. Ruang penunjang selain berfungsi sebagai ruang penerima, juga sebagai ruang transisi. Ruang ini menghubung antara ruang luar kawasan pengembangan dengan ruang wisata utama, serta sebagai penghubung antara wilayah sungai yang merupakan jalur primer wisata dengan ruang wisata utama yang berada di daratan (bantaran sungai). Jalur sirkulasi kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta terbagi menjadi tiga, yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tersier. Jalur sirkulasi primer di kawasan ekowisata ini, yaitu berupa sungai yang berfungsi menghubungkan ruang-ruang wisata utama, serta obyek wisata yang berada sepanjang bantaran sungai diluar ruang utama. Selanjutnya, jalur sirkulasi sekunder yang berfungsi menghubungkan kelompok-kelompok atraksi wisata di dalam satu ruang wisata utama. Jalur sirkulasi sekunder ini berupa jalan yang dapat digunakan mulai dari pejalan kaki sampai kendaraan roda empat. Terakhir, jalur sirkulasi tersier, yaitu berupa pedestrian yang menghubungkan setiap atraksi wisata dalam kelompok atraksi tersebut. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Perencanaan program pengembangan kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan budaya setempat. Harapannya, kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, sehingga kelestariannya lingkungan dan budayanya dapat terjaga. Hal ini sejalan dengan konsep yang diungkapkan Fandeli (2000a), bahwa kegiatan ekowisata tidak mengekploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan. Program pengembangan kawasan bertujuan menjadikan koridor Sungai Ciliwung sebagai identitas Kota Jakarta. Program direncanakan berdasarkan tiga
69
model rencana pengembangan kawasan ekowisata koridor Sungai Ciliwung di Jakarta, yang merupakan gambaran perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, mengangkat kehidupan dan budaya masyarakat setempat, serta keberadaan sejarah setempat. Program pengembangan kawasan ekowisata berupa panduan untuk rencana pengembangan kawasan yang diilustrasikan dalam bentuk arah pengembangan kawasan. Program pengembangan kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta mencakup perbaikan fisik, pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata, dan pengelolaannya, dimana bantaran sungai dan air sungai menjadi wadah untuk mengakomodasi kegiatan ekowisata di kawasan tersebut. Perbaikan fisik berupa menata ulang kawasan, bertujuan membuat semua elemen lanskap di lingkungan bantaran sungai menjadi satu kesatuan riverscape Sungai Ciliwung, dengan sungai sebagai orientasinya. Untuk pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata, mempunyai sifat rekreatif yang edukatif. Pengembangan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal, dan yang berasal dari aktifitas pengelolaan fisik (perbaikan dan penata ulang kawasan). Sedangkan untuk pengelolaan kawasan yang melibatkan masyarakat, bertujuan mengembangkan masyarakat, tujuannya menimbulkan kesadaran pada masyarakat mengenai potensi sungai, sehingga masyarakat menjadi peduli dan ikut mengelola serta menjaga kondisi lingkungan Sungai Ciliwung ini. Sesuai dengan prinsip pengembangan ekowisata dari The Ecotourism Society (Eplerwood 1999, diacu dalam Fandeli 2000b), dalam membuat program pengembangan koridor Sungai Ciliwung di Jakarta sebagai kawasan ekowisata perlu mempertimbangkan hal berikut ini: 1. Penerapan konsep pengembangan kawasan ekowisata mempertimbangkan kondisi fisik Sungai Ciliwung yang retan dan daya dukungnya yang terbatas. 2. Pembangunan fasilitas wisata hendaknya tidak berada pada zona sempadan sungai, dengan gaya arsitektur tradisional setempat yang sesuai dengan kondisi iklim dan menggunakan bahan bangunan lokal, dengan sumber energi yang ramah lingkungan. 3. Upaya pembangunan fasilitas dan pengembangan aktifitas wisata di kawasan Sungai Ciliwung, diutamakan yang mendukung konservasi flora dan fauna
70
endemik, serta menjaga keaslian budaya Betawi setempat. Pertimbangan diperlukan untuk meminimalisasi dampak terhadap alam dan budaya tersebut. Pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter dari alam dan budaya masyarakat di kawasan Sungai Ciliwung ini. 4. Sistem utilitas kawasan yang ramah lingkungan dan berkonsep zero waste (minimal pembuangan limbah). 5. Alat transpotasi yang digunakan di kawasan berupa kendaraan ramah lingkungan yang menghindari penggunaan bahan bakar minyak 6. Pengembangan aktifitas wisata diutamakan yang berunsur edukasi. Proses edukasi diterapkan pada wisatawan dan masyarakat setempat, serta dilakukan langsung di alam. 7. Pengembangan (penataan ulang dan pembangunan) pemukiman masyarakat setempat sesuai konsep pengembangan ekowisata. 8. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, dan pengelolaan mendukung meningkatnya kesejahteraannya. Hal ini juga, mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan budaya kawasan Sungai Ciliwung. 9. Retribusi dan conservation tax, yang berupa pendapatan langsung kawasan dikelola oleh pengelola kawasan ekowisata. Hal ini berguna untuk membina, melestarikan, dan meningkatkan kualitas pelestarian alam dan budaya masyarakat kawasan tersebut. Adapun penerapan program pengembangan kawasan ekowisata koridor Sungai Ciliwung di Jakarta, diperlihatkan Tabel 26, 27 dan 28.
Tabel 26. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Alami Absolut Value
Program Pengembangan
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas sumber daya alam eksisting. b. Kawasan bernuansa alami dengan dominasi vegetasi endemik. c. Orientasi kawasan ke arah sungai.
I. Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Srengseng Sawah Biofisik. a. Retainning wall kombinasi struktur dan vegetasi pada sepanjang bibir bantaran sungai. b. Membuat dam yang berfungsi sebagai penyaring dan pengatur debit air yang masuk ke wilayah Jakarta. c. Penataan kawasan lebih alami dengan menampilkan keunikan vegetasi endemik asli setempat, seperti bambu dan tanaman perkebunan khas kawasan ini. Wisata a. Memanfaat sumber daya lokal sebagai obyek dan atraksi wisata yang berunsur ekologis dan memberi edukasi, seperti out bond, berkebun, memancing, foto hunting, bersampan, dan sebagainya. b. Menata kawasan dengan membuat area penerimaan yang berfungsi sebagai pintu masuk utama ke kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta. Pemandangan ke sungai dibuka sebagai penarik. c. Penyediaan infrastruktur yang ekologis untuk mendukung aktifitas ekowisata. II. Pendukung Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Biofisik a. Retainning wall kombinasi struktur dan vegetasi pada sepanjang bibir bantaran sungai. b. Penataan bantaran sungai agar keunikan dan keaslian vegetasi endemik lebih dominan ditampilkan, contohnya dengan tananaman bambu sebagai kombinasi dari retainning wall dan tanaman perkebunan yang menjadi ciri khas kawasan ini. c. Penataan bangunan sepanjang kawasan ini agar lebih ekologis dan berorientasi menghadap ke sungai. Wisata a. Penyediaan fasilitas yang berunsur ekologis untuk mendukung aktifitas ekowisata di kawasan ini. b. Penggunaan elemen lanskap yang ekologis dan berunsur edukasi. c. Melibatkan masyarakat setempat dalam menciptakan obyek dan atraksi wisata, serta mengelola kegiatan ekowisata tersebut.
Kondisi Eksisting
Arah Pengembangan
Tabel 27. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Semi Alami Absolut Value
Program Pengembangan
a. Citra kawasan cagar budaya Betawi dan buahbuahan. b. Arsitektur Tradisional dan seni budaya Betawi. c. Lingkungan pemukiman yang berkualitas. d. Sarana pendidikan mengenai tanaman e. Kawasan percontohan masyarakat mandiri.
I. Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Balekambang Biofisik a. Penataan bantaran sungai untuk mencegah bahaya longsor dengan retaining wall yang mengkombinasikan struktur dan vegetasi. b. Penataan garis sempadan sungai (GSS) dengan: • Merelokasi pemukiman, dan mengubah orientasi ke arah sungai. • Menghijaukan GSS. c. Pemukiman yang berkonsep zero waste dengan membuat fasilitas: • Pengolahan limbah cair (sewage water treatment) untuk skala lingkungan. • Pengolahan sampah (skala lingkungan) Wisata a. Perbaikan aksessibilitas dari sungai dan jalan utama ke kawasan, dengan membuat pintu masuk (entrance) dan menyediakan ruang penerimaan, alat transportasi yang memadai dan ramah lingkungan. b. Peningkatan citra kawasan dengan upaya penegakan peraturan kawasan sebagai kawasan cagar budaya Betawi dan buah-buahan. c. Rehabilitasi bangunan cagar budaya. d. Penyediaan fasilitas bernuansa budaya Betawi yang ekologis untuk mendukung aktifitas ekowisata, seperti pusat informasi pengunjung, papan interpretasi, dermaga, pedestrian, dan sebagainya. e. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ekowisata.
Kondisi Eksisting
Arah Pengembangan
Lanjutan Tabel 27. Program Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Semi Alami Absolut Value
Program Pengembangan II. Pendukung Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Biofisik a. Penataan wilayah garis sempadan sungai (GSS), mengembalikan kawasan menjadi hijau dengan merelokasi pemukiman yang berada pada wilayah GSS. b. Penataan pemukiman sepanjang bantaran agar lebih sehat dan ekologis, serta berorientasi ke Sungai. c. Membangun fasilitas pengolahan limbah padat dan cair, agar tidak dibuang ke sungai. d. Sosialisasi dan penegakan peraturan kepada masyarakat mengenai kebersihan lingkungan. Wisata b. Penyediaan fasilitas dan sarana bernuansa ekologis untuk mendukung kegiatan ekowisata. c. Membuat atraksi wisata yang berunsur edukasi. d. Perlibatan masyarakat sebagai pengelola wisata.
Kondisi Eksisting
Arah Pengembangan
Tabel 28. Program Pengembangan Pendukung Kawasan Ekowisata Absolut Value
Program Pengembangan
a. Kawasan waterfront city yang ekologis b. Festival sebagai gambaran budaya kota Jakarta c. Kawasan dengan arsitektur bersejarah dan arsitektur cagar budaya d. Open space area
Biofisik a. Perbaikan retainning wall sepanjang bantaran sungai menjadi ekologis, yaitu dengan menambah mengkombinasikan struktur dan vegetasi. b. Penataan kawasan bertujuan menyatukan bangunan-bangunan yang merupakan obyek wisata kawasan menjadi satu kesatuan wilayah kawasan pendukung ekowisata. Penataan kawasan dengan merubah orientasi ke arah sungai. c. Membuat ruang penerima yang juga berfungsi sebagai pemersatu kawasan. mempersatukan bangunan-bangunan yang mempunyai gaya arsitektur beragam tetapi bernilai sejarah. Wisata d. Menambah fasilitas wisata, seperti pusat informasi, dan papan interpretasi. e. Perbaikan infrastruktur, moda intersection antara busway, kereta api, kendaraan umum, & kendaraan pribadi.
Kondisi Eksisting
Arah Pengembangan
75
Infrastruktur Pendukung Wisata Pelayanan adalah faktor yang utama dalam pengembangan kawasan wisata. Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan adalah kesiapan infrastruktur wisata. Pengembangan infrastruktur di kawasan wisata dibutuhkan untuk memberi kenyamanan dan keamanan kepada wisatawan saat berkunjung ke daerah kunjungan wisata. Menurut Karyono (1997), infrastruktur atau prasarana wisata meliputi tempat penginapan, tempat dan kantor informasi, serta fasilitas rekreasi. Pengembangan infrastruktur kawasan ekowisata Sungai Ciliwung di Jakarta, disesuaikan dengan konsep ruang dan sirkulasi wisata, serta rencana pengembangan kawasan. Tabel 29 menunjukan rencana pengembangan infrastruktur di kawasan ekowisata koridor Sungai Ciliwung, Jakarta. Tabel 29. Rencana Pengembangan Infrastruktur Kawasan Ekowisata Ruang dan Jalur Sirkulasi 1. Ruang wisata utama a. Pusat pengembangan ekowisata alami b. Pusat pengembangan ekowisata semi alami
2. Ruang penunjang a. Ruang penerima b. Ruang transisi
3. Jalur sirkulasi primer
4. Jalur sirkulasi sekunder
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4.
Infrastruktur Menara pandang Papan interpretasi Penginapan Tempat beristirahat dan berkumpul Panggung festival Outdoor classroom Shelter Warung Pusat informasi Restoran Toko souvenir Tempat parkir Toilet Musholla Wartel Dermaga Jalan lebar 3-5 m Pedestrian Sampan bambu Perahu dayung Boat Jalan setapak (trecking) Sepeda Beca Delman
Gambar 21 dan 22 memperlihatkan rencana pengembangan infrastruktur pada site plan pusat pengembangan ekowisata alami Srengseng Sawah, dan semi alami Balekambang.
76
I
A B
C
A
D
F
C II
E
B
E I
C G D I
Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Srengseng Sawah Judul Gambar: Rencana pengembangan Infrastruktur
F Legenda: I : Ruang Penerima II : Ruang Transisi A : Area berkemah B : Menara Pandang C : Restaurat, toilet, musholla
D : Pusat Informasi E : Trecking F : Outdoor classroom G : Tempar Parkir H : Dermaga I : Dam
Utara Tidak skala
Gambar 21. Rencana Pengembangan Infrastruktur di Pusat Pengembangan Ekowisata Alami Srengseng Sawah
77
I
A
B
C
D
D A
E
B I C
B
C I G
F E
F Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Balekambang Judul Gambar: Rencana pengembangan Infrastruktur
Legenda: I : Ruang Penerima II : Ruang Transisi A : Menara Pandang B : Pusat Informasi C : Restaurat, toilet, musholla
D : Dermaga E : Pedestrian & shelter F : Outdoor classroom G : Tempar Parkir
Utara Tidak skala
Gambar 22. Rencana Pengembangan Infrastruktur di Pusat Pengembangan Ekowisata Semi Alami Balekambang